PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA SD NEGERI 12 KONDA PADA MATERI GEJALA ALAM

Transkripsi

1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA SD NEGERI 12 KONDA PADA M JURNAL PENELITIAN OLEH RUTIAH G2 G PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HALU OLEO

2 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA SD NEGERI 12 KONDA PADA M Oleh: Rutiah 1 Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah: (1) Meningkatkan aktivitas belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran problem based learning pada mata pelajaran IPS di kelas VI SD Negeri 12 Konda.; (2) Meningkatkan aktivitas mengajar guru melalui penerapan model pembelajaran problem based learning pada mata pelajaran IPS di kelas VI SD Negeri 12 Konda.; (3) Meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran problem based learning pada mata pelajaran IPS di kelas VI SD Negeri 12 Konda. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), subyeknya adalah guru kelas dan seluruh siswa kelas IV SD Negeri 12 Konda Kabupaten Konawe Selatan yang berjumlah 28 orang yang terdiri dari 17 orang laki-laki dan 11 orang perempuan. Penelitian ini mengikuti tahapan dalam PTK yaitu: (1) Perencanaan; (2) Pelaksanaan tindakan; (3) Observasi dan Ev aluasi; dan (4) Refleksi. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis deskriptif kualitatif dalam bentuk persentase dan selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VI SD Negeri 12 Konda. Hal tersebut terlihat dari ketercapaian indikator kinerja dalam penelitian, baik dari segi proses maupun hasil. Mengenai aktifitas mengajar guru pada siklus I, hasil observasi terhadap guru menunjukkan bahwa ketercapaian proses pembelajaran menunjukkan persentase sebesar 73%, kemudian diikuti aktivitas siswa mencapai persentase sebesar 63.23% dengan hasil belajar siswa mencapai persentase sebesar 67.86%. Kemudian dilanjutkan pada siklus II, hasil observasi terhadap guru menunjukkan bahwa ketercapaian proses pembelajaran menunjukkan persentase sebesar 89%, dengan persentase hasil belajar sebesar 82.14%. Selanjutnya pada siklus III, hasil observasi terhadap guru menunjukkan bahwa ketercapaian proses pembelajaran menunjukkan persentase sebesar 94%, kemudian diikuti aktivitas siswa mencapai persentase sebesar 92.64%% dan hasil belajar siswa mencapai persentase sebesar 92.86%. Penelitian diangap selesai pada siklus III dengan tercapainya indikator kinerja dan hipotesis penelitian diterima. Peneliti berkesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran problem based learning, dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran dan hasil belajar siswa. Kata kunci: Problem Based Learning, Hasil Belajar, dan IPS Terpadu. 1 Mahasiswa Konsentrasi Pendidikan Dasar Program Studi Pendidikan IPS PPS UHO 2

3 A. PENDAHULUAN Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka dalam pelaksanaannya berada pada satu proses yang berkesinambungan dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan. Semuanya berkaitan dalam satu sistem yang integral. Sebagai suatu sistem, pendidikan tidak lain dari suatu totalitas fungsional yang terarah pada suatu tujuan. Setiap subsistem yang adalah dalam sistem, tersusun dan tidak dapat dipisahkan dari rangkaian unsur-unsur atau komponen-komponen yang berhubungan secara dinamis dalam suatu kesatuan. Dalam pendidikan Indonesia yang berasaskan pendidikan seumur hidup, semua materi pelajaran harus diprogramkan secara sistematis dan terencana dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan demi mengembangkan karakteristik dan kepribadian bangsa, membina kewarganegaraan, serta memelihara dan mengembangkan budaya bangsa. Menurut pandangan Piaget (dalam Trianto, 2009: 29) menyatakan bahwa siswa dalam tingkat sekolah dasar merupakan awal menuju abstrak atau dari hal nyata menuju suatu yang bisa disimpulkan oleh pikiran siswa begitu juga sebaliknya. Pada kelas rendah sampai kelas tinggi, siswa akan mengalami perubahan pola pikir, yang dengan perubahan pola pikir kognitif siswa, akan mempermudah guru dalam menanamkan suatu konsep dan kebiasaan positif dalam diri siswa. Menyikapi kenyataan tersebut, semua faktor pendukung terlaksananya proses pembelajaran yang berkualitas harus selalu diperhatikan agar pembelajaran dapat berjalan dengan efektif. Kenyataan yang sangat bertolak belakang dengan kemajuan pendidikan yang selalu dicanangkan adalah masih ditemukan sebuah proses pembelajaran yang dilakukan secara konvensional yang semua proses pembelajaran menitik beratkan kepada guru. Berdasarkan wawancara dengan guru dan kepala sekolah, diperoleh informasi bahwa pada dasarnya siswa memiliki keinginan untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Akan tetapi, sarana dan prasarana yang terbatas sehingga sebagian besar siswa yang mengalami kesulitan dalam menangkap pelajaran yang diberikan yang mengakibatkan mereka ketinggalan pelajaran. Akan tetapi, ada juga beberapa siswa tergolong cepat menguasai materi pembelajaran dibandingkan dengan yang lainnya. Adakalanya guru mencoba mengulangi materi yang kurang dipahami oleh siswa yang tergolong lambat dengan harapan semua siswa sudah maksimal menguasai konsep yang diajarkan, namun ini justru menyebabkan ketertinggalan materi pembelajaran pada waktu yang ditentukan. Pengamatan yang dilakukan di kelas saat pembelajaran berlangsung, peneliti memperoleh beberapa temuan. Hanya beberapa siswa terlihat aktif belajar dengan rajin bertanya pada guru dan menjawab saat guru bertanya, meskipun mereka tidak memiliki buku paket atau Lembar Kerja Siswa (LKS). Sedangkan sebagian siswa lainnya, terlihat pasif namun masih berusaha mengikuti proses pembelajaran. Juga ditemukan bahwa sebagian besar siswa merasa segan untuk bertanya kepada guru walaupun mereka tidak mengerti sehingga memutuskan untuk menyalin saja apa yang dituliskan guru di papan tulis dan jika ingin bertanya, mereka akan menanyakannya kepada siswa yang dianggapnya pintar. Selain itu, suara guru ketika menjelaskan 3

4 kurang terdengar siswa yang duduk di bangku belakang dan guru kurang mengawasi siswa saat belajar misalkan dengan berkeliling kelas untuk memperhatikan siswa mana yang butuh pertolongan. Model pembelajaran yang digunakan guru seharusnya dapat membantu proses analisis siswa. Salah satu model tersebut adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Diharapkan model PBL lebih efektif bila dibandingkan dengan metode konvensional. Keefektifan model ini adalah siswa lebih aktif dalam berfikir dan memahami materi secara berkelompok dengan melakukan investigasi dan inquiri terhadap permasalahan yang real di sekitarnya sehingga mereka mendapatkan kesan yang mendalam dan lebih bermakna tentang apa yang mereka pelajari. Sebuah permasalahan yang fundamental dalam menilik mutu pendidikan adalah dilihat dari hasil belajar yang diperoleh oleh siswa. Sehingga tinggi atau rendahnya hasil belajar anak merupakan sebuah barometer dalam menyatakan kualitas sebuah proses pendidikan. Kenyataan tersebut sebagaimana tergambar pada pelaksanaan pembelajaran di SD Negeri 12 Konda, dari observasi awal yang dilakukan di sekolah tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar IPS siswa kelas VI SD Negeri 12 Konda belum sepenuhnya mencapai nilai sebagaimana yang telah ditentukan dalam kriteri ketuntasan minimal (KKM) di sekolah tersebut. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas VI semester I, yang mana dari 28 siswa, hanya 60,71% siswa atau sebanyak 17 siswa yang sudah mencapai nilai sesuai dengan KKM, sedangkan 11 siswa atau sebanyak 39,29% belum mencapai standar sebagaimana yang telah diatur dalam KKM di sekolah tersebut. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di SD Negeri 12 Konda dengan judul penelitian yaitu Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas VI SD Negeri 12 Konda. Hal ini menarik untuk diteliti, karena penerapan model pembelajaran merupakan salah satu faktor utama penentu lancarnya proses pembelajaran yang efektif yang berorientasi pada pencapaian hasil belajar dan aktivitas belajar yang optimal. Sehingga keberhasilan penelitian ini akan memberikan gambaran penggunaaan metode problem based learning. B. METODE Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang dilakukan sebanyak tiga siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam dua kali pertemuan dengan langkah-langkah yang sesuai dengan model problem based learning. Subjek penelitian merupakan sumber untuk memperoleh keterangan penelitian. Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek darimana data dapat diperoleh. Adapun dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian atau sumber datanya adalah seluruh siswa kelas VI SD Negeri 12 Konda yang berjumlah 26 orang. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model siklus ( cycle) yang mengacu pada rancangan dan model penelitian tindakan kelas. Model siklus ini berbentuk spiral yang meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, dan refleksi. 4

5 C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil a. Siklus I Berdasarkan hasil pengamatan terlihat bahwa kemampuan guru dalam melakukan pembelajaran terkesan masih belum berjalan maksimal, karena kegiatan pembelajaran belum sepenuhnya berjalan sebagaimana acuan pembelajaran dalam penerapan model problem based learning. Itu disebabkan masih banyak terdapat kekurangan dalam aktifitas yang dilakukan guru, walaupun demikian aktifitas pembelajaran yang dilakukan meskipun belum berjalan sesuai dengan pembelajaran problem based learning, namun setidaknya sudah hampir sesuai dengan pembelajaran dalam model problem based learning. Hasil tes tindakan siklus I menunjukkan bahwa sebanyak 19 siswa dari 28 siswa telah memperoleh nilai minimal 70 dengan persentase ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 67,86%. Hal ini menunjukan bahwa berdasarkan hasil belajar siswa pada pelaksanan tindakan siklus I belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan, sehingga dilakukan siklus II dengan perbaikan. b. Siklus II Pada siklus II menunjukan bahwa proses pembelajaran berjalan cukup baik dan aktifitas siswa dalam kegiatan pembelajaran mengalami perbaikan dibandingkan pada siklus I. Proses pembelajaran telah dapat dikendalikan sehingga peranan guru dipermudah dan guru menjadi mediator yang baik. peningkatan capaian kelulusan siswa jika dibandingkan dengan siklus I. Pada hasil evaluasi yang dilakukan terlihat bahwa 23 siswa telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang berlaku di sekolah, dan 5 orang siswa belum mencapai KKM. persentase ketuntasan klasikal yang diperoleh adalah sebesar 82.14%. namun, persentase tersebut belum mencapai kriteria sebagaimana yang ditetapkan pada indikator kinerja atau indikator keberhasilan dalam penelitian ini, sehingga penelitian akan dilanjutkan pada siklus berikutnya. c. Siklus III Setelah dilakukan pengamatan, evaluasi dan refleksi terhadap pelaksanaan tindakan siklus II diperoleh temuan bahwa masih belum tercapainya indikator kinerja sebagaimana yang telah dirumuskan. proses pembelajaran berjalan sesuai skenario dan aktifitas siswa dalam kegiatan pembelajaran mengalami perbaikan. Proses pembelajaran telah dapat dikendalikan sehingga peranan guru dipermudah dan guru menjadi mediator yang baik. Selain itu, aktifitas guru juga mengalami peningkatan dan perbaikan dalam melakukan bimbingan dan pengarahan dan mengatur jalannya proses pembelajaran serta mampu mengkoordinir aktifitas belajar siswa, baik secara individu maupun dalam kelompok. Persentase hasil belajar siswa telah mencapai 92.86%, dengan keterangan 26 siswa telah mencapai nilai tuntas sementara 2 siswa belum mencapai ketuntasan secara klasikal. Melihat persentase hasil belajar siswa yang telah mencapai 92.86%, maka indikator kinerja dalam penelitian ini telah tercapai dan penelitian dianggap selesai pada siklus III. 5

6 2. Pembahasan Pembahasan hasil penelitian ini didasarkan pada hasil pelaksanaan tindakan seluruh tindakan siklus. Baik pada siklus I maupun pada siklus II. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model problem based learning pada pokok bahasan Peristiwa (Gejala) Alam menunjukan sebuah peningkatan yang sangat berarti pada tiap pelaksanaan siklus. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model problem based learning pada mata pelajaran IPS di SD Negeri 12 Konda terlihat memberikan perkembangan yang sangat baik. Hal ini terlihat dari aktivitas pembelajaran yang dilakukan, yang mana siswa dibiasakan untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan pemecahan masalah sangat membantu kreatifitas dan kemampuan berpikir siswa. Sebagaimana dalam pelaksanaan tindakan siklus I terlihat persentase aktivitas siswa mencapai 63%. Meskipun belum mencapai kriteria yang diharapkan, namun hal tersebut sudah menunjukan sebuah keadaan siswa yang cukup baik. Selama pelaksanaan pembelajaran masih terlihat kesenjangan antara guru dan siswa, dikarenakan siswa masih kurang melibatkan diri dalam kegiatan pemecahan masalah, baik secara individu maupun kelompok, sehingga arahan peranan guru belum dapat dimaksimalkan. Dalam kegiatan untuk mempresentasekan hasil kerja kelompok di depan kelas, siswa masih terlihat takut dan kurang percaya diri untuk tampil mengemukakan jawaban atau pendapatnya atas hasil penyelidikan dalam kelompok, sehingga semua masih didominasi oleh beberapa orang siswa. Namun dari beberapa siswa juga sudah terllihat beberapa kemajuan yang positif meskipun hal tersebut belum memenuhi kriteria yang diharapkan. Peranan guru dalam pelaksanaan siklus I juga belum terlihat maksimal yang mana guru lebih banyak mendominasi jalannya pembelajaran sehingga sehingga situasi kelas kurang efektif yang disebabkan masih banyak beberapa siswa yang bermain saat melakukan diskusi dalam kelompok. Guru hanya sekali-sekali mermberikan pandangan pada saat siswa menyampaikan pertanyaan dalam kelompoknya. Dalam pengamatan peneliti, terlihat bahwa masih diperlukan kreatifitas yang efektif seorang guru agar dapat lebih memaksimalkan fungsi dan perannya dalam pembelajaran, Serta guru juga harus lebih memperhatikan situasi kelas dalam melakukan bimbingan kepada siswa agar materi yang diajarkan dapat lebih dipahami siswa bukan hanya sekedar untuk menyelesaikan materi pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan dan evaluasi yang dilakukan pada tindakan siklus I, tingkat ketuntasan belajar siswa masih jauh dari apa yang diharapkan yakni hanya 67.86% atau sebanyak 19 siswa yang telah mencapai kriteria ketuntasan minimal sedangkan 32.14% atau sebanyak 9 siswa belum mencapai kriteria keetuntasan. Berdasarkan hasil refleksi pada tindakan siklus I, dinyatakan bahwa masih belum terpenuhinya hipotesis tindakan sebagaimana yang telah dirumuskan dan belum tercapainya kriteria ketuntasan belajar siswa dikarenakan siswa belum sepenuhnya memahami tentang pendekatan pembelajaran yang dilakukan dan siswa kurang mendapat penjelasan mengenai materi yang dibahas serta peranan guru dalam pembelajaran masih terlihat belum maksimal. Selain dari itu peranan yang lebih 6

7 fleksibel dan lebih maksimal dari guru akan sangat membantu pelaksanaan pendekatan pembelajaran. Dengan kenyataan tersebut, pelaksanaan tindakan siklus I perlu diulang dengan mengadakan perbaikan pelaksanaan pembelajaran agar pelaksanaan pembelajaran model problem based learning dapat berjalan sebagaimana mestinya. Pada pelaksanaan siklus II, dilakukan perbaikan pembelajaran sebagaimana kendala yang ditemukan dari hasil refleksi pada siklus I. Pada pelaksanaan siklus II, terlihat peningkatan persentase aktivitas guru dalam mengelolah kegiatan pembelajaran berdasarkan model problem based learning. Peningkatan tersebut dilihat dari hasil pengamatan aktivitas guru yang mencapai persentasi sebesar 89%. Peningkatan aktivitas mengajar guru juga diikuti oleh peningkatan aktivitas belajar siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model problem based learning juga mencapai persentase aktivitas kegiatan belajar siswa sebesar 82% pada siklus II. Berdasarkan perbaikan pembelajaran yang dilakukan atas hasil refleksi siklus II, selain meningkatkan persentase aktivitas guru dan siswa, juga memberikan dampak yang positif dalam peningkatan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan pada siklus II mencapai persentase sebesar 82% Selanjutnya, berdasarkan hasil refleksi siklus II terlihat kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model problem based learning telah berjalan sebagaimana mestinya sesuai dengan prosedur pembelajaran yang telah ditentukan dan juga disesuaikan dengan keadaan siswa. Aktiftas pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa juga mengalami peningkatan pada tiap pelaksanan siklus. Selain itu, juga terjadi peningkatan perolehan hasil belajar siswa dari tiap pelaksanaan siklus. hal ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Namun peningkatan yang terjadi belum mencapai kriteria atau indikator keberhasilan yang telah dirumuskan dalam penelitian ini sehingga penelitian dilanjutkan pada siklus berikutnya. Pada pelaksanaan siklus III diperoleh peningkatan aktivitas mengajar guru dalam melaksanaan pembelajaran dengan model problem based learning. Sebagaimana yang terlihat dari hasil pengamatan yang dilakukan, diperoleh persentase aktivitas mengajar guru sebesar 94%. Selain itu, aktivitas belajar siswa juga mengalami peningkatan yakni mencapai 92.86%. peningkatan aktivitas mengajar guru dan aktivitas belajar siswa juga diikuti dengan peningkatan hasil belajar yang diperoleh siswa yakni mencapai persentase sebesar 92.86%. Berdasarkan hasil refleksi atas tindakan yang dilakukan dalam pelaksanaan siklus III dapat dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 12 Konda. Pencapaian keberhasilan dalam penelitian ini, tidak lepas dari upaya yang telah guru lakukan diantaranya yaitu mengadakan persiapan sebelum melaksanakan pembelajaran dengan mengadopsi langkah-langkah pembelajaran yang dikemukana oleh Ibrahim dan Nur dalam Rusman (2011: 243). Berdasarkan hasil refleksi atas keseluruhan pelaksanaan tindakan, maka dapat dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 12 Konda. Maka indikator 7

8 kinerja dalam penelitian ini telah terpenuhi dan hipotesis penelitian diterima. Dengan terpenuhinya indikator kinerja pada pelaksanaan siklus III, maka penelitian ini dikatakan berhasil pada pelaksanaan tindakan siklus III dan tidak lagi dilakukan tindakan siklus selanjutnya. D. PENUTUP 1. Kesimpulan a. Penerapan model pembelajaran problem based learning dalam pembelajaran IPS pada siswa SD Negeri 12 Konda dapat meningkatkan aktivitas mengajar guru. Hal ini didasarkan peningkatan yang terjadi dalam tiap pelaksanaan siklus. Pada siklus I terlihat aktifitas mengajar guru mencapai persentase 73% mengalami peningkatan pada siklus II yakni mencapai persentase sebesar 89% dan mencapai indikator kinerja pada pelaksanaan siklus III yakni dengan persentase sebesar 94%. b. Aktivitas belajar siswa kelas VI SD Negeri12 Konda pada mata pelajaran IPS dapat ditingkatkan melalui penerapan model pembelajaran problem based learning. Hal ini didukung oleh temuan dari tindakan siklus yang dilakukan. Pada pelaksanaan siklus 1 diperoleh persentase aktivitas belajar siswa sebesar 63,23% mengalami peningkatan pada pelaksanaan siklus II dengan persentase sebesar 82,35% dan mencapai indikator kinerja pada pelaksanaan siklus III, dengan persentase aktivitas belajar siswa mencapai 92,64%. c. Penerapan model pembelajaran problem based learning pada mata pelajaran IPS, dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 12 Konda. Hal ini terlihat dari pelaksanaan tindakan siklus,terlihat peningkatan persentase yang cukup signifikan, yaitu pada pelaksanaan tindakan siklus I, persentase hasil belajar siswa mencapai 67,86% yang memperoleh skor 70 ke atas mengalami peningkatan pada pelaksanaan siklus II dengan persentase sebesar 82,14% dan kembali meningkat serta mencapai indikator kinerja pada pelaksanaan siklus III, dengan persentase hasil belajar sebesar 92.86%. 2. Saran a. Kepada guru IPS agar selalu mengembangkan diri dan menguasai berbagai bentuk model pembelajaran agar dapat lebih mengeksplor kemampuan yang dimiliki siswa sehingga mereka dapat lebih maksimal dalam mengikuti proses pembelajaran. b. Bagi siswa diharapkan agar selalu mengikuti seluruh rangkaian proses pembelajaran dengan sungkuh-sungguh sehingga materi pelajaran yang diajarkan dapat dipahami dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. c. Peneliti selanjutnya diharapkan agar dapat mengembangkan penelitian lanjutan agar dapat lebih memberikan gambaran mengenai efektifitas penggunaan model pembelajaran problem based learning. d. Bagi kalangan akademisi diharapkan dapat melanjutkan penelitian ini pada tahap yang lebih kompleks agar dapat memberikan penekanan konsep yang lebih sesuai dengan pelaksanaan model pembelajaran ini. 8

9 e. Sebagai bahan masukan dan reverensi bagi instansi terkait yang memiliki wewenang dalam pengambil kebijakan dibidang pendidikan sebagai upaya perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran IPS di sekolah. DAFTAR RUJUKAN Ahiri Jafar, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar. Kendari: Unhalu Press. Aunilla, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah. Jogjakarta: Laksana. Aunurrahman, Belajar dan pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Daryanto dan Darmiatun, Implementasi pendidikan Karakter Di Sekolah. Yogyakarta; Penerbit Gava Media. Daryanto, Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Jakarta: AV Publisher...., Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum Yogyakarta: Penerbit Gava Media. Hamalik, Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Sudjana, Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Sugandi, Teori Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyanto, Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi. Syah, Psykologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. Usman, Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. Wardoyo, Pembelajaran Kontruktivisme. Bandung: Alfabeta. Yatim Riyanto, Paradigma Pembelajaran sebagai Referensi bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Prenada Media Group. 9