BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perawatan IGTE & Power Services GMF Aeroasia berdiri sejak tahun 2011, merupakan perusahaan mandiri dan merupakan anak perusahaan dari PT GMF Aeroasia yang bergerak dalam bidang jasa perawatan (maintenance) mesin turbin gas. Turbin gas biasa digunakan pada pesawat terbang maupundigunakan untuk keperluan industri. Seiring dengan peningkatan permintaan perbaikan mesin turbin di dalam negeri, PT GMF Aeroasia mempunyai peluang yang besar untuk menguasai pangsa pasar jasa perbaikan mesin turbin pesawat dalam negeri. Berdasarkan hasil analisa Aerostrategy, pertumbuhan belanja perawatan Industrial Gas Turbine dunia dari tahun 2009 sampai 2018 diperkirakan mencapai 3,7%. Sedangkan untuk area Asia Pasific pertumbuhannya mencapai 3,5%. Adapun pertumbuhan untuk jasa perawatan dan overhaul IGTE & Power Services untuk domestic didorong oleh beberapa faktor seperti, 1. meningkatnya permintaan listrik untuk kebutuhan unit rumah tangga. 2. kebutuhan energi untuk industri di sektor perminyakan dan gas yang semakin tinggi. PT GMF Aeroasia melihat potensi pasar jasa perbaikan mesin turbin pesawat yang cukup besar di Indonesia saat ini, hal ini membuat GMF memiliki peluang yang sangat besar untuk memanfaatkan potensi pasar tersebut, dengan memperhatikan faktor-faktor penentu kemampuan bersaing industri di atas, khususnya ketersediaan fasilitas meliputi Tools & Equipment dan Test Cell. Salah satu pelayanan yang ditawarkan oleh Perawatan IGTE & Power Services GMF Aeroasia adalah berupa jasa pemeriksaan (inspection), engineering, technical services, failure analysis, bore scope services, perubahan (modification), perbaikan ringan (repair) dan perbaikan berat (overhaul) mesin turbin. Peningkatan permintaan jasa perbaikan mesin turbin yang cukup besar di 1
2 Indonesia membuat PT GMF Aeroasia dituntut agar produk dan jasa yang dihasilkan mempunyai kualitas yang baik, harga bersaing di pasaran serta selalu berusaha mengirimkan order kepada konsumen tepat pada waktunya. Dalam perbaikan Engine Type CFM yang digunakan untuk pesawat Boeing 737-300 diperlukan penjadwalan yang baik untuk efektifitas waktu penyelesaian pekerjaan agar dapat terselesaikan dengan baik dan pengiriman kepada costumer tepat pada waktunya. Dalam pelaksanaannya, proses perbaikan mesin turbin tipe Engine Type CFM ini seringkali mengalami kendala yang dapat menghambat efektifitas waktu penyelesaian perbaikan mesin Type CFM ini (GMF AeroAsia PT., 2011). Dari hasil pengamatan yang dilakukan di shop PT GMF Aeroasia, penulis mendapatkan informasi mengenai permasalahan yang ada dalam tahap penjadwalan yang dapat menghambat efektifitas waktu penyelesaian perbaikan mesin-mesin pesawat terbang, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Penjual (Vendor) Dalam hal ini, perusahaan memerlukan minimal 3 vendor dalam purchase / farm out. Permasalahannya, apabila vendor tidak memiliki komponen mesin yang dipesan atau perusahaan tidak dapat memperbaiki komponen mesin tersebut, maka perusahaan perlu melakukan pencarian data lagi mengenai vendor lain. 2. Pengambilan keputusan Perusahaan perlu mengambil keputusan mengenai parts yang harus diganti, apakah membeli barang yang baru atau membeli barang yang telah diperbaiki (serviceable). 3. Pembayaran harus jelas Perusahaan sering kali mengalami permasalahan dalam bagian keuangan, diantaranya adalah keterlambatan saat men-transfer uang. Keterlambatan ini dikarenakan oleh hal-hal yang bersangkutan dalam bagian keuangan perusahaan dan juga peraturan yang diberikan vendor yang menginginkan pelunasan purchase barang pertama terlebih dahulu,
3 sebelum perusahaan melakukan purchase berikutnya. Peraturan ini berbeda-beda tergantung vendor-nya. 4. Terjadinya service bulletin Service bulletin adalah pengumuman yang diberikan oleh vendor karena adanya perubahan atau inovasi baru terhadap parts yang dipesan. Dalam hal ini, perusahaan juga memerlukan rapat tambahan untuk mendiskusikan dan mengambil keputusan untuk menentukan komponen yang cocok dengan parts mesin lainnya. 5. Penumpukan pekerjaan di area tertentu (Bottle Neck) Terjadinya antrian pekerjaan material yang menumpuk di area tertentu (bottle neck) dapat menyebabkan karyawan yang bekerja di area tersebut mengalami overtime sehingga para karyawan harus bekerja lembur. 6. Kedisiplinan tenaga kerja yang kurang baik Kedisiplinan tenaga kerja yang kurang baik yang dapat terjadi karena tenaga kerja mengalami sakit atau kelelahan. Sakit dan keelahan ini terjadi salah satunya disebabkan oleh adanya overtime. 7. Adanya perbaikan dan pengecekan terhadap barang yang rusak (Calibration) Alat-alat pendukung mengalami perbaikan dan pengecekan ulang agar tetap sesuai dengan standar. Sedangkan alat yang mempunyai masa pakai (expired time) harus diperpanjang atau diperbaiki sesuai dengan ketentuan pada masing-masing alat (calibration). 8. Kerusakan alat-alat pendukung yang tak terduga Kerusakan alat-alat pendukung pekerjaan dapat terjadi pada saat proses perbaikan mesin. Contohnya pada saat tahap pembongkaran mesin (dissasembly), alat yang digunakan untuk mengangkat mesin (crane) mengalami kemacetan dan harus diperbaiki, atau pada tahap chemical cleaning, bahan kimia untuk membersihkan komponen-komponen pesawat mengalami kadaluarsa (expired) dan harus segera diganti baru yang membutuhkan waktu kurang lebih selama dua minggu atau sesuai dengan tingkat kesulitan perbaikannya
4 Permasalahan-permasalahan tersebut dapat mengakibatkan waktu penyelesaian produksi (Turn Around Time / TAT) dan penjadwalan yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan pada rencana awal (Master Production Schedule), sehingga waktu penyerahan pekerjaan kepada pelanggan (customer) tertunda. Salah satu metode yang telah dikembangkan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah metode network planning. Metode network planningmerupakan salah satu teknik yang dapat digunakan perusahaan untuk membantu dalam pengambilan keputusan khususnya dalam hal perencanaan, penjadwalan, dan pengendalian proyek. Network planning memperlihatkan hubungan antar satu kegiatan dengan kegiatan lain yang saling berhubungan, dengan mengusahakan waktu yang optimal dalam penyelesaian proyek. Terdapat dua teknik dasar yang biasa digunakan dalam network planning, yaitu Metode Lintasan Kritis / Critical path method (CPM) dan Teknik Menilai dan Meninjau Kembali Program / Program Evalution Review and Technique (PERT). Dengan menggunakan salah satu teknik yaitu Critical path method (CPM) dalam penjadwalan perbaikan Engine Type CFM di PT GMF Aeroasia, dapat diketahui kegiatan mana saja yang perlu didahulukan pengerjaannya (kegiatan kritis) agar tidak terjadi pemborosan waktu ataupun keterlambatan. Sehingga pada akhirnya perusahaan dapat menyusun jadwal perbaikan untuk Engine Type CFM dengan efektif. Dari uraian dan fenomena di atas maka timbul pertanyaan apakah perencanaan penjadwalan (scheduling) pada PT GMF Aeroasia sudah baik, dan mengingat pentingnya network planning untuk efektifitas waktu dalam proses penyelesaian perbaikan Engine Type CFM maka penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh di perusahaan tersebut, dengan mengambil tugas akhir dengan judul Evaluasi Ketidaksesuaian Antara Waktu Aktual Dan Waktu Rencana Perawatan Turbin Gas Tipe CFM Untuk Pesawat Boeing 737-300 Dengan Menggunakan Metode Network Planning (Studi Kasus PT Garuda Maintenance Facility Aeroasia).
5 1.2. Rumusan Masalah Masalah yang akan ditelaah dalam penelitian ini adalah penjadwalan yang dilakukan perusahaan dalam penyelesaian pekerjaan perbaikan Engine Type CFM pada PT GMF Aeroasia yang bertujuan untuk menganalisa ketidaksesuaian waktu aktual perawatan dan waktu yang tertulis di MPS. 1.3. Asumsi dan Batasan Masalah 1.3.1. Asumsi Masalah Masalah yang akan diselesaikan dalam penelitian ini memiliki asumsi-asumsi sebagai berikut: 1. Penelitian ini dikhususkan pada penjadwalan yang dilakukan perusahaan dalam penyelesaian pekerjaan perbaikan Engine Type CFM pada PT GMF Aeroasia yang bertujuan untuk meminimalkan perbedaan waktu aktual perawatan dan waktu yang tertulis di MPS. 2. Data yang diambil adalah data Gantt Chart, waktu aktual 30 aktivitas untuk 25 proyek pekerjaan perbaikan Engine Type CFM pada PT GMF Aeroasia. 3. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data pengamatan langsung di perusahaan dan hasil wawancara dengan expert. 4. Waktu yang diharapkan dalam menyelesaikan proyek oleh perusahaan adalah 78 hari sesuai SOP.
6 1.3.2. Batasan Masalah Masalah yang akan diselesaikan dalam penelitian ini memiliki batasan-batasan sebagai berikut. 1. Optimasi penjadwalan yang dilakukan hanya khusus untuk optimasi pekerjaan perbaikan Engine Type CFM pada PT GMF Aeroasiadan data yang digunakan untuk perhitungan dengan menggunakan metode Network planning adalah data primer (data history 25 proyek perbaikan turbin gas). 2. Waktu yang dianalisis merupakan waktu aktivitas-aktivitas penyelesaian pekerjaan perbaikan Engine Type CFM pada PT GMF Aeroasia. 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mengetahui penjadwalan yang dilakukan perusahaan dalam penyelesaian pekerjaan perbaikan Engine Type CFM pada PT GMF Aeroasia. 2. Mengetahui hasil penggunaan metode network planning dalam mengefektifkan waktu penyelesaian perbaikan Engine Type CFM di PT GMF Aeroasia. 3. Mengevaluasi standar waktu penyelesaian perbaikan Engine Type CFM di PT GMF Aeroasia dengan menggunakan metode Critical path method(cpm) dan Program Evalution Review and Technique (PERT). 1.5. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah untukmengatasi permasalahan yang mengakibatkan waktu penyelesaian produksi (Turn Around Time / TAT) dan penjadwalan yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan pada rencana awal (Master Production Schedule), sehingga waktu penyerahan pekerjaan kepada pelanggan (customer) tertunda.