PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN MENYUSUN TEKS CERITA MORAL/FABEL SISWA KELAS VIII MTsN 2 PESISIR SELATAN Suherni 1, Lira Hayu Afdetis Mana², Wahyudi Rahmat 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat 2 Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat suherni0409@gmail.com ABSTRACT This research is motivated by the following problems. First, the student have less skill to pour ideas into writing moral/fable stories. Secondly, teachers only use lecture methods. Third, students have not been able to develop ideas. Fourth, the teacher has not applied Problem Based Learning model. This study aims to describe the students' ability in preparing moral/fable text texts before and after using the Problem Based Learning model and to describe the effect of using Problem Based Learning model on the ability to compile text of moral/fable story of grade VIII students of MTsN 2 Pesisir Selatan. The type of this research is quantitative research by using experiment method. The population of grade VIII students enrolled in the academic year 2017/2018 is 205 people. The sample of this research is students of class VIII.7 MTsN 2 Pesisir Selatan which amounts to 30 people. The instrument in this study is the text for the work of preparing the text of moral/fable stories. The data of this research is the result score compiling the text of moral / fable story of grade VIII students MTsN 2 Pesisir Selatan before and after using Problem Based Learning model. The results of this research are (1) the ability to compile the text of moral/fable story before using Problem Based Learning model is in the range of 66-75% (Ldc), (2) the ability to arrange the text of moral/fable story after using Problem Based Learning model range 76-85% (B). (3) there is a significant effect of using Problem Based Learning model on the ability to compile text of moral / fable story of grade VIII students of MTsN 2 Pesisir Selatan for thitung ttable (3.54 1,70). Thus, the use of the Problem Based Learning model influences the ability to construct moral/fable texts. Keywords: Influence, Problem Based Learning, Compile Text Of Moral Story/Fable PENDAHULUAN Pembelajaran bahasa Indonesia pada kurikulum 2013 adalah pembelajaran yang berbasis teks. Artinya, setiap materi yang disampaikan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia disajikan dalam bentuk teks. Teks dapat berbentuk teks tulisan dan teks lisan. Teks yang terdapat dalam kurikulum 2013 kelas VIII diantaranya teks cerita moral/fabel, teks prosedur dan teks cerita
biografi. Dalam kurikulum 2013 terdapat istilah menyusun, mengidentifikasi, mengklasifikasi, serta istilah lainnya yang tidak terdapat dalam kurikulum KTSP. Kemampuan menyusun dalam kurikulum 2013 mempunyai arti yang sama dengan kemampuan menulis yang terdapat dalam kurikulum KTSP, apabila yang terdapat dari Kompetensi Dasar (KD) dijabarkan menjadi indikator yang terdapat kata-kata seperti memahami teks cerita moral/fabel, memahami struktur teks cerita moral/fabel dan menulis teks cerita moral/fabel. Kemampuan menyusun dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan dan menuliskan ide-ide kreatif yang ada dalam pikiran sehingga menjadi sebuah karya/sebuah tulisan yang mempunyai nilai. Salah satu materi yang terdapat dalam kurikulum 2013 kelas VIII adalah materi teks cerita moral/fabel. Teks cerita moral/fabel adalah sebuah teks yang berisi cerita yang diperankan oleh binatang dan di dalamnya terdapat pesan moral. Kemampuan menyusun yang diajarkan untuk SMP/MTs dalam Kurikulum 2013 Kelas VIII adalah menulis teks cerita moral/fabel. Kompetensi Inti (KI) 4. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori (KD) 4.2 Menyusun teks cerita moral/fabel sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan maupun tulisan. Alasan dipilihnya MTsN 2 Pesisir Selatan sebagai sekolah tempat penulis melakukan penelitian, karena sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah yang menggunakan kurikulum 2013 dan sudah mengajarkan materi tentang menulis teks cerita moral/fabel. Berdasarkan wawancara pada Senin 11 Februari 2017 dengan salah seorang guru bahasa Indonesia di MTsN 2 Pesisir Selatan, yaitu Melia Kontesa, S.Pd.I. peneliti menemukan beberapa masalah. Pertama, sebagian besar siswa masih kurang terampil dan kesulitan menuangkan ide dalam kegiatan menulis teks cerita moral/fabel. Ini terlihat dari tugas latihan menulis mereka yang asal-asalan saja. Kedua, guru hanya menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi, setelah itu membagi siswa menjadi beberapa kelompok dan menyuruh mereka berdiskusi tentang materi yang telah disampaikan kemudian memberikan latihan. Ketiga, sebagian besar
siswa masih belum bisa mengembangkan ide-ide yang mereka miliki menjadi paragraf yang utuh, tidak sedikit dari mereka yang hanya menulis dua atau tiga kalimat saja dalam satu paragraf. Keempat, guru belum pernah menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning. Hal ini disebabkan karena guru belum mengetahui tentang model pembelajaran Problem Based Learning. Dari hasil wawancara terhadap beberapa orang siswa, ditemukan beberapa jawaban yang menjadi kendala dalam kegiatan menulis terutama menulis teks cerita moral/fabel. Pertama, sebagian besar siswa kesulitan dalam menuangkan ide dalam menulis bagian pemecahan masalah (resolusi) dan merumuskan pelajaran yang dapat dipetik dari cerita (koda) yang terdapat pada struktur teks cerita moral/fabel. Kedua, siswa merasa bosan karena guru selalu menggunakan cara yang sama dalam mengajar yaitu memberi catatan di papan tulis, setelah itu menjelaskan materi, memberikan latihan serta memberikan pekerjaan rumah. Menurut Wahono, dkk. (2014:6) fabel termasuk jenis dongeng yang menggunakan hewan sebagai tokoh cerita untuk menggambarkan watak dan perilaku manusia. Dalam fabel, tokoh hewan dapat bercakap-cakap dan bertingkah laku seperti manusia. Isi cerita fabel biasanya mengandung pendidikan moral dan budi pekerti. Salah satu model pembelajaran yang dapat menunjang keberhasilan siswa dalam menulis khususnya dalam menulis teks cerita moral/fabel, adalah model pembelajaran Problem Based Learning. Menurut Shoimin (2016:130) Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah adalah model pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berpikir kritis dan keterampilan meemecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan. Melalui model pembelajaran Problem Based Learning ini diharapkan siswa dapat menyelesaikan masalah dan menuliskannya ke dalam bentuk teks cerita moral/fabel. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah kuantitatif, Sugiyono (2011:7) menyatakan bahwa penelitian kuantitatif adalah penelitian yang ilmiah karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu kongkrit/empiris, objektif, terukur, rasional, dan sistematis. Metode penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Menurut Sugiyono (2011:11), penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh
treatment perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Metode penelitian eksperimen ini menggunakan Pre-Exsperimental Design (Nondesign). Rancangan penelitian ini adalah One Group Pretest-Postest Design. Menurut Suryabrata (2011:101), One Group Pretest-Postest Design ini menggunakan satu kelompok subjek. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTsN 2 Pesisir Selatan tahun ajaran 2017/2018 yang berjumlah 205 orang yang terdiri dari 7 kelas, yaitu kelas VIII.1, VIII.2, VIII.3, VIII.4, VIII.5, VIII.6, dan VIII.7 Variabel dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut ini. (1) variabel bebas model pembelajaran Problem Based Learning. (2) Variabel terikat kemampuan menyusun teks cerita moral/fabel. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes unjuk kerja. Menurut Arikunto (2010:193), tes unjuk kerja adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, dan kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individual atau kelompok. Siswa menyusun teks cerita moral/fabel sebelum menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dan sesudah menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. Pengumpulan data yang akan dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan, dilakukan melalui langkahlangkah berikut ini. (1) siswa diberikan pretest mengerjakan tes awal menyusun teks cerita moral/fabel sebelum menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning, dengan tema Kancil yang Cerdik. (2) siswa diberikan perlakuan dengan melaksanakan semua langkah yang terdapat di dalam model pembelajaran Problem Based Learning. (3) siswa diberikan postest menugaskan siswa menyusun teks cerita moral/fabel secara individual dengan tema Kelinci Yang Sombong. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada subbab ini akan dianalisis data kemampuan memyusun teks cerita moral/fabel sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning siswa kelas VIII MTsN 2 Pesisir Selatan dilihat dari struktur teks cerita moral/fabel yaitu: orientasi, komplikasi, resolusi, koda. 1. Kemampuan Menyusun Teks Cerita Moral Fabel Sebelum (Pretest) Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning Siswa Kelas VIII MTsN 2 Pesisir Selatan Nilai yang diperoleh dalam menyusun teks cerita moral/fabel siswa kelas VIII MTsN 2 Pesisir Selatan sebelum menggunakan model
Frekuensi pembelajaran Problem Based Learning berkisar antara 33,33-91,66. Secara lengkap akan diuraikan sebagai berikut. Pertama, siswa yang memperoleh nilai 33,33 berjumlah 1 orang. Kedua, siswa yang memperoleh nilai 58,33 berjumlah 14 orang. Ketiga, siswa yang memperoleh nilai 66,66 berjumlah 5 orang. Keempat, siswa yang memperoleh nilai 75 berjumlah 3 orang. Kelima, siswa yang memperoleh nilai 83,33 berjumlah 6 orang. Keenam, siswa yang memperoleh nilai 91,66 berjumlah 1 orang. 30 27 24 21 18 15 12 9 6 3 0 a. Kemampuan Menyusun Teks Cerita Moral/Fabel Sebelum Menggunakan Pesisir Selatan Untuk Indikator 1 (Orientasi) Skor pada indikator 1 (orientasi) harus terdapat pengenalan latar waktu, pengenalan latar tempat dan pengenalan tokoh yang diperoleh oleh siswa yaitu, skor 1 dengan nilai 33,33 sebanyak 1 orang dengan persentase 3,33%. Siswa yang memperoleh skor 2 dengan nilai 66,66 sebanyak Kualifikasi 20 orang dengan pemerolehan 66,66%. Siswa yang memperoleh skor 3 dengan nilai 100 sebanyak 9 orang dengan pemerolehan 30%. b. Kemampuan Menyusun Teks Cerita Moral/Fabel Sebelum Menggunakan Pesisir Selatan Indikator 2 (Komplikasi) Skor pada indikator 2 (komplikasi) memaparkan permasalahan atau konflik yang terjadi di dalam cerita yang diperoleh oleh siswa yaitu, skor 1 dengan nilai 33,33 sebanyak 4 orang dengan persentase 13,33%. Siswa yang memperoleh skor 2 dengan nilai 66,66 sebanyak 23 orang dengan pemerolehan 76,66%. Siswa yang memperoleh skor 3 dengan nilai 100 sebanyak 3 orang dengan pemerolehan 10%. c. Kemampuan Menyusun Teks Cerita Moral/Fabel Sebelum Menggunakan Pesisir Selatan Untuk Indikator 3 (Resolusi) Skor pada indikator 3 (resolusi) memaparkan solusi dari konflik yang telah terjadi pada konflikasi yang diperoleh oleh siswa yaitu, skor 1 dengan nilai 33,33 sebanyak 16 orang dengan persentase 53,33%. Siswa yang memperoleh skor 2 dengan nilai 66,66 sebanyak 5 orang dengan pemerolehan 16,66%. Siswa yang memperoleh skor 3 dengan nilai 100 sebanyak 9 orang dengan pemerolehan 30%.
Frekuensi d. Kemampuan Menyusun Teks Cerita Moral/Fabel Sebelum Menggunakan Pesisir Selatan Untuk Indikator 4 (Koda) Skor pada indikator 4 (koda) memaparkan amanat yang dapat dipetik dari cerita yang dapat dipetik yang diperoleh oleh siswa yaitu, skor 1 dengan nilai 33,33 sebanyak 1 orang dengan persentase 3,33%. Siswa yang memperoleh skor 2 dengan nilai 66,66 sebanyak 28 orang dengan pemerolehan 93,33%. Siswa yang memperoleh skor 3 dengan nilai 100 sebanyak 1 orang dengan pemerolehan 3,33%. 1. Kemampuan Menyusun Teks Cerita Learning (Posttest) Pertama, siswa yang memperoleh nilai 58,33 berjumlah 1 orang. Kedua, siswa yang memperoleh nilai 66,66 berjumlah 2 orang. Ketiga, siswa yang memperoleh nilai 75 berjumlah 8 orang. Keempat, siswa yang memperoleh nilai 83,33 berjumlah 9 orang. Kelima, siswa yang memperoleh nilai 91,66 berjumlah 4 orang. Keenam, siswa yang memperoleh nilai 100 berjumlah 6 orang. 30 27 24 21 18 15 12 9 6 3 0 Kualifikasi a. Kemampuan Menyusun Teks Cerita Pesisir Selatan Indikator 1 (Orientasi) Skor pada indikator 1 (orientasi) berisi pengenalan latar waktu, latar tempat dan pengenalan tokoh yang diperoleh oleh siswa yaitu, skor 1 dengan nilai 33,33 sebanyak 0 orang. Siswa yang memperoleh skor 2 dengan nilai 66,66 sebanyak 9 orang dengan pemerolehan 30%. Siswa yang memperoleh skor 3 dengan nilai 100 sebanyak 21 orang dengan pemerolehan 70%. a. Kemampuan Menyusun Teks Cerita Pesisir Selatan Indikator 2 (Komplikasi) Skor pada indikator 2 (komplikasi) memaparkan permasalahan yang terjadi dalam cerita yang diperoleh oleh siswa yaitu, skor 1 dengan nilai 33,33 sebanyak 0 orang. Siswa yang memperoleh skor 2 dengan nilai 66,66 sebanyak 11 orang dengan pemerolehan 36,66%. Siswa yang memperoleh skor 3
dengan nilai 100 sebanyak 19 orang dengan pemerolehan 63,33%. b. Kemampuan Menyusun Teks Cerita Pesisir Selatan Indikator 3 (Resolusi) Skor pada indikator 3 (resolusi) memaparkan solusi dari permasalahan yang terjadi dari cerita yang diperoleh oleh siswa yaitu, skor skor 1 dengan nilai 33,33 sebanyak 6 orang dengan pemerolehan 20%. Siswa yang memperoleh skor 2 dengan nilai 66,66 sebanyak 8 orang dengan pemerolehan 26,66%. Siswa yang memperoleh skor 3 dengan nilai 100 sebanyak 16 orang dengan pemerolehan 53,33%. c. Kemampuan Menyusun Teks Cerita Pesisir Selatan Indikator 4 (Koda) Skor pada indikator 4 (kesepakatan) memaparkan amanat yang dapat diperoleh dari cerita yang disampaikan yang diperoleh oleh siswa yaitu, oleh siswa yaitu, skor 1 dengan nilai 33,33 sebanyak 1 orang dengan persentase 3,33%. Siswa yang memperoleh skor 2 dengan nilai 66,66 sebanyak 17 orang dengan pemerolehan 56,66%. Siswa yang memperoleh skor 3 dengan nilai 100 sebanyak 12 orang dengan pemerolehan 40%. 2. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Menyusun Teks Cerita Moral/Fabel Siswa Kelas VIII MTsN 2 Pesisir Selatan Pengaruh kemampuan menyusun teks cerita moral/fabel sebelum menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning siswa kelas VIII MTsN 2 Pesisir Selatan dengan cara membandingkan variabel X 1 dengan variabel X 2. Data nilai kemampuan menyusun teks cerita moral/fabel sebelum menggunakan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dimasukan kedalam variabel X 1 dan data kemampuan menyusun teks cerita moral/fabel dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dimasukan kedalam variabel X 2. Berdasarkan perhitungan di atas diketahui nilai t hitung sebesar 3,54. Nilai t tabel diperoleh dari tingkat kesalahan α = 0,05; derajat kebebasan = n 1 = 30 1 = 29 sehingga didapat t tabel = 1,70. Hasil analisa menunjukkan bahwa t hitung (3,54) > t tabel (1,70). Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dalam kemampuan menyusun teks cerita moral/fabel siswa kelas VIII MTsN 2 Pesisir Selatan.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan, maka dapat disimpulkan kemampuan menyusun teks cerita moral/fabel siswa kelas VIII MTsN 2 Pesisir Selatan sebagai berikut ini. Pertama, kemampuan kemampuan menyusun teks cerita moral/fabel siswa kelas VIII MTsN 2 Pesisir Selatan sebelum menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning secara keseluruhan termasuk dalam kualifikasi hampir cukup dengan rata-rata hitung sebesar 66,66. Kedua, kemampuan kemampuan menyusun teks cerita moral/fabel siswa kelas VIII MTsN 2 Pesisir Selatan sesudah menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning secara keseluruhan termasuk dalam kualifikasi lebih dari cukup dengan rata-rata hitung sebesar 83,60. Ketiga, terdapat pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dalam kemampuan kemampuan menyusun teks cerita moral/fabel siswa kelas VIII MTsN 2 Pesisir Selatan. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa nilai t hitung (3,54) > t tabel (1,70), sehingga hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima. Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, penelitian ini mengemukakan saran sebagai berikut ini. Pertama, bagi siswa di MTsN 2 Pesisir Selatan, agar sering berlatih menulis sehingga mampu dalam menulis/ menyusun teks cerita moral/fabel. Kedua, bagi guru mata pelajaran bahasa Indonesia di MTsN 2 Pesisir Selatan, agar menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dalam menyusun teks cerita moral/fabel. Ketiga, bagi peneliti lain, sebagai rujukan dan perbandingan untuk penelitian selanjutnya. Keempat, bagi peneliti sendiri, untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam meningkatkan keterampilan menyusun teks cerita moral/fabel siswa menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prakmatik. Jakarta: Rineka Cipta Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Arruzz Media. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta Bandung. Suryabrata, Sumadi. 2011. Metodologi Penelitian. Jakarata: Raja Grafindo Persada. Wahono, dkk. Marbi: Mahir Berbahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.