BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang Infantisid yaitu pembunuhan dengan sengaja terhadap bayi baru lahir oleh ibunya (Knight, 1997). Infantisid adalah pembunuhan orok (bayi) yang dilakukan oleh ibu kandungnya sendiri segera atau beberapa saat setelah bayi itu dilahirkan, karena takut diketahui bahwa ia telah melahirkan bayi itu (Purwadianto,dkk 1981). Menurut undang-undang di Indonesia, infantisid adalah pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu atas anaknya ketika dilahirkan, karena takut ketahuan bahwa melahirkan anaknya. Infantisid dapat dibagi berdasarkan jenis kelamin anak yang dibunuh, yaitu laki-laki (male infanticide) dan perempuan (female infanticide) (Laksono,2010). Masalah pembunuhan bayi merupakan sebutan yang bersifat umum bagi setiap perbuatan merampas nyawa bayi diluar kandungan, sedangkan infantisid merupakan sebutan yang bersifat khusus bagi tindakan merampas 1
2 nyawa bayi yang belum berumur satu tahun oleh ibu kandungnya sendiri. Pengkhususan infantisid sebagai tindakan pidana yang hukumannya lebih rendah didasarkan atas pertimbangan bahwa kondisi mental pada saat hamil, melahirkan dan menyusui sangat labil dan mudah terguncang akibat gangguan keseimbangan norma (Dahlan Sofwan, 2000). Cara yang paling sering digunakan dalam kasus infantisid adalah membuat keadaan asfiksia mekanik yaitu pembekapan, pencekikan, penjeratan dan penyumbatan. Di Jakarta dilaporkan bahwa 90-95% dari sekitar 30-40 kasus infantisid per tahun dilakukan dengan cara asfiksia mekanik. Bentuk kekerasan lainnya adalah kekerasan tumpul di kepala (5-10%) dan kekerasan tajam pada leher atau dada (1 kasus dalam 6-7 tahun) (Afandi, dkk.,2008). Untuk mengetahui penyebab kematian perlu diperhatikan tanda-tanda mati lemas yaitu sianosis, bintik-bintik perdarahan pada jaringan longgar, lebam mayat yang lebih gelap dan luas, busa halus dari lubang hidung atau mulut, tanda bendungan alat dalam, keadaan mulut sekitar yaitu lecet, memar, benda asing, luka tusuk, sayat, keadaan leher dan sekitarnya yaitu luka
3 lecet, jejas jeratan, atau adanya tanda-tanda terendam yaitu telapak kaki keriput dan pucat, kulit berbintilbintil, dan benda asing ditrakea. Penyimpulan harus dilakukan secara hati-hati untuk kasus yang diduga terdapat trauma lahir yang seringkali mirip dengan kekerasan pada kepala ( Mansjoer Arif, 2000). Akibat dari perbuatan pembunuhan pada bayi atau orok apabila dilakukan tanpa rencana diatur dalam KUHP pasal 341 dengan sangsi ancaman hukuman penjara maksimal 7 tahun dan apabila dilakukan dengan rencana sejak masa kehamilan terkena ancaman hukuman penjara maksimal 9 tahun sesuai dengan KUHP pasal 342. Bagi orang lain yang ikut campur dalam proses pembunuhan bayi/orok baik pembunuhan yang direncanakan atau pembunuhan tanpa rencana dianggap sebagai makar atau pembunuhan biasa diatur dalam KUHP pasal 343. Menurut pasal 181 apabila seseorang mengubur, menyembunyikan atau menghilangkan mayat dengan maksud menyembunyikan kematian atau kelahiran diancam hukuman penjara 9 bulan. Bagi orang yang menyebabkan atau membiarkan orang lain dalam kesengsaraan diancam hukuman penjara 2 tahun 8 bulan sesuai KUHP pasal 304, sedangkan orang yang menaruh anak dibawah 7 tahun supaya dipungut orang
4 lain dengan maksud agar terbebas dari pemeliharaan terhadap anak tersebut sesuai dengan KUHP pasal 305 terkena sangsi hukuman 5 tahun 6 bulan dan apabila anak tersebut sampai luka berat akan terkena sangsi hukuman 7 tahun 6 bulan, bila sampai mengakibatkan kematian akan terkena sangsi hukuman 9 tahun dan diatur dalam KUHP pasal 306. I.2. Perumusan masalah Di Instalasi Kedokteran Forensik RSUP DR. Sardjito dan Medikolegal dilakukan otopsi terhadap infantisid yang masih segar hingga yang sudah mengalami pembusukan. Maka perlu dilakukan penelitian, apakah sebab kematian terbanyak dari infantisid dapat diungkapkan pada otopsi yang dilakukan di Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUP. DR. Sardjito. I.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui insidensi sebab-sebab kematian pada infantisid yang diotopsi di Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUP DR. Sardjito Yogyakarta dalam kurun waktu empat tahun.
5 I.4. Manfaat penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan maupun sebagai data dasar penelitian. I.5. Keaslian Penelitian Sejauh ini, terdapat penelitian sejenis sebelumnya yaitu Penilaian Pemeriksaan Jenazah Orok yang dilakukan di Instalasi Kedokteran Forensik RSUP. DR Sardjito Tahun 1995-1999 oleh Lipur Ruyantiningtyas Budi Setyowati. Hasil penelitan yaitu jumlah kematian orok yaitu 27 kasus. Salah satu variabel yang diteliti yaitu sebab kematian dan presentase terbanyak yaitu perdarahan (22,22 %) dan sebab kematian karena asfiksia (18,52 %).