BAB I PENDAHULUAN. Infantisid yaitu pembunuhan dengan sengaja. terhadap bayi baru lahir oleh ibunya (Knight, 1997).

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBUNUHAN ANAK SENDIRI (INFANTICIDE)

Kriteria Infanticide

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Kejahatan merupakan perilaku anti sosial dan juga

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Fenomena maraknya kriminalitas di era globalisasi. semakin merisaukan segala pihak.

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian tidak wajar yang kadang-kadang belum. diketahui penyebabnya saat ini semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Senjata tajam adalah hal yang tidak asing yang. digunakan dalam banyak kegiatan sehari-hari, seperti

ABSTRAK GAMBARAN BUKTI MEDIS INFANTICIDE YANG DIPERIKASA DI INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK RSUP SANGLAH PERIODE TAHUN

Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.36. Januari-Juni

PEMBEKAPAN. Disusun oleh : Shinta Febriana Yustisiari G Pembimbing : dr. Hari Wujoso, Sp. F, MM

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Dengan meningkatnya jumlah penduduk dunia, jumlah. kriminalitas yang disertai kekerasan juga ikut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kasus bunuh diri di Indonesia belakangan ini. dinilai cukup memprihatinkan karena angkanya cenderung

VISUM ET REPERTUM No : 15/VRJ/06/2016

Luka Akibat Trauma Benda Tumpul a Luka Lecet (Abrasi)

REFERAT FORENSIK INFANTISID DAN UNDANG-UNDANG TENTANG KEKERASAN DAN PEMBUNUHAN ANAK

DASAR HUKUM PEMERIKSAAN FORENSIK 133 KUHAP

BAB I PENDAHULUAN. dan penyebab pertama kematian pada remaja usia tahun (WHO, 2013).

STUDI DESKRIPTIF TERHADAP CIRI-CIRI KORBAN INFANTISIDA DI BALI, TAHUN 2012 SAMPAI 2014

Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Pro: Justicia Rahasia

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan 5 besar negara dengan populasi. penduduk terbanyak di dunia. Jumlah penduduk yang

P U T U S A N. Nomor 96/Pid.Sus/2015/PT BDG DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

VISUM ET REPERTUM NO : 027 / VER / RS / I / 2014

UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN [LN 2009/144, TLN 5063]

Puisi Terakhir -Soe Hok Gie

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda (Undang-undang

REFERAT PEMBEKAPAN. Disusun oleh : Shinta Febriana Yustisiari G Pembimbing : dr. Hari Wujoso, Sp.F, MM

Gambaran Kasus Kematian dengan Asfiksia di Bagian Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUP Prof. Dr. R. D Kandou Manado Periode

KARAKTERISTIK SEBAB DAN MEKANISME KEMATIAN PADA KORBAN YANG DIDUGA DIBUNUH YANG DIOTOPSI DI INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK RSUP SANGLAH TAHUN

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. Otopsi merupakan pemeriksaan yang diperlukan untuk. mengetahui penyebab kematian jenazah.

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Peranan Ilmu Kedokteran Forensik Dalam Mengungkap Identitas dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KEMATIAN TAHANAN DI RUANG SEL POLISI KONTROVERSI PEMBUNUHAN ATAU BUNUH DIRI DILIHAT DARI SUDUT PANDANG ILMU KEDOKTERAN FORENSIK

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia menurut laporan hak asasi manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PREVALENSI JENIS KELAMIN DAN VARIASI PENYEBAB KEMATIAN BAYI PADA KASUS INFANTICIDE DI RSUD DR. MOEWARDI JANUARI 2006 SAMPAI DENGAN DESEMBER 2011

P U T U S A N Nomor : 38/PID/2012/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Umur / Tgl. Lahir : 15 Tahun / 15 Februari 1996;

Gambaran Tanda Kardinal Asfiksia Pada Kasus Kematian Gantung Diri di Departemen Forensik RSU Dr. Muhammad Hoesin Palembang Periode Tahun

BIADAB Penggunaan kekerasan didalam Menyelesaikan Konflik

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata. membawa dampak sampingan terhadap jenis, kualitas dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGADILAN TINGGI MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Kematian yang disebabkan oleh kecelakaan lalu. lintas banyak terjadi di dunia. Tidak hanya di dunia,

P U T U S A N NO : 379/PID/2015/PT.MDN.-

Bantuan Hidup Dasar. (Basic Life Support)

BAB 1 PENDAHULUAN. tubuh dikenal dengan benda asing endogen (Yunizaf, 2012).

PERUSAKAN DAN PENGHANCURAN BENDA (BAB XXVII) PERUSAKAN DAN PENGHANCURAN BENDA DALAM BENTUK POKOK (PASAL 406 KUHP) PERUSAKAN DAN PENGHANCURAN BENDA RIN

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia The Indonesian Association of Forensic Medicine

P U T U S A N NOMOR : 644/PID/2013/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. I. Nama : AZHARI Alias JIRO

KASUS ETIKA PROFESI KASUS ANGELINE. Pembunuhan Berencana Angeline

BAB I PENDAHULUAN. diwajibkan kepada setiap anggota masyarakat yang terkait dengan. penipuan, dan lain sebagainya yang ditengah masyarakat dipandang

PENGADILAN TINGGI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Di rumah sakit Dr. Sardjito, angka kejadian kasus forensik klinik (hidup) yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jalan yang cukup serius, menurut data dari Mabes Polri pada tahun 2008

P U T U S A N. Nomor : 680/PID/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PROFIL KASUS AUTOPSI PADA ANAK DI PROVINSI RIAU PERIODE TAHUN

P U T U S A N NOMOR : 298/PID/2015/PT- MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Umur / tgl lahir : 32 Tahun / 12 Desember 1981

LUKA BAKAR Halaman 1

GANTUNG DIRI: POLA LUKA DAN LIVOR MORTIS

NEONATUS BERESIKO TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Masalah lalu lintas melalui darat, laut, dan udara

BAB I PENDAHULUAN. terdakwa melakukan perbuatan pidana sebagaimana yang didakwakan Penuntut. tahun 1981 tentang Kitab Hukum Acara Pidana.

KEJAHATAN DAN PELANGGARAN TERHADAP NYAWA DAN TUBUH ORANG

Angka Kejadian Korban Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Luar Visum Et Repertum

MODUL FORENSIK FORENSIK KLINIK dan VeR. Penulis : Dr.dr. Rika Susanti, Sp.F Dr. Citra Manela, Sp.F Dr. Taufik Hidayat

BAB VI PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

handayani dwi utami Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia,

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan pada 80 (delapan puluh) lembar putusan dari 7

MANUAL KETERAMPILAN KLINIK (CLINICAL SKILL LEARNING) DEPARTEMEN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL PEMERIKSAAN LUAR PADA JENAZAH

BAB I PENDAHULUAN. Keracunan adalah suatu kejadian apabila substansi. yang berasal dari alam ataupun buatan yang pada dosis

Kasus Hanging Dengan Posisi Duduk Bersandar Di Kursi Sofa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belakangan ini banyak sekali ditemukan kasus-kasus tentang

DAFTAR ISI PERSETUJUAN PEMBIMBING PENETAPAN PANITIA PENGUJI PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ABSTRAK ABSTRACT RINGKASAN SUMMARY KATA PENGANTAR

BAB XX KETENTUAN PIDANA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGADILAN TINGGI MEDAN

Pencatatan, Pelaporan Kasus Keracunan dan Penanganan Keracunan. Toksikologi (Teori)

P U T U S A N NOMOR 736 / PID / 2015 / PT.MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. 1. Nama Lengkap : DARMAN PASARIBU;

Modul ke: Pedologi. Cedera Otak dan Penyakit Kronis. Fakultas Psikologi. Yenny, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.

P U T U S A N. Nomor : 432/PID/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

KEDARURATAN LAIN DIABETES HIPOGLIKEMIA

Nomor : 128/Pid.Sus/2014/PT.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N NOMOR : 222/PID/2015/PT.MDN

P U T U S A N. Nomor : 16/PID/2014/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. 1. N a m a : ASRAN NASUTION

KEKERASAN PADA ANAK DITINJAU DARI ASPEK MEDIS

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa maupun media elektronik seperti televisi dan radio.

KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

VISUM ET REPERTUM NO : 012 / KEDFOR / VI / 2013.

P U T U S A N Nomor : 399/PID/2014/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

berjalan, mungkin karena posisi memboncengnya atau bagaimana. Motor yang dikendarai mengalami kecelakaan setelah menabrak sebuah mobil di tengah

P U T U S A N NOMOR 389/PID/2014/PT.BDG DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. : FARILHAM JAYADI alias PEPEN bin Alm ABDI SURYADI ;

BAB I PENDAHULUAN. berada disekitar kita. Pemerkosaan merupakan suatu perbuatan yang dinilai

Bab XV. Aborsi dan Komplikasinya. Mengapa bisa terjadi aborsi pada perempuan? Aborsi yang aman dan tidak aman. Komplikasi aborsi

Abdul Gafar Parinduri Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam / FK UMSU

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

P U T U S A N NOMOR: 757/PID/2015/PT.MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBUNUHAN BERENCANA. tertentu tanpa menyebutkan wujud dari tindak pidana. Unsur-unsur yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bagi pasien mempunyai kedudukan dan martabat yang tinggi.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang Infantisid yaitu pembunuhan dengan sengaja terhadap bayi baru lahir oleh ibunya (Knight, 1997). Infantisid adalah pembunuhan orok (bayi) yang dilakukan oleh ibu kandungnya sendiri segera atau beberapa saat setelah bayi itu dilahirkan, karena takut diketahui bahwa ia telah melahirkan bayi itu (Purwadianto,dkk 1981). Menurut undang-undang di Indonesia, infantisid adalah pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu atas anaknya ketika dilahirkan, karena takut ketahuan bahwa melahirkan anaknya. Infantisid dapat dibagi berdasarkan jenis kelamin anak yang dibunuh, yaitu laki-laki (male infanticide) dan perempuan (female infanticide) (Laksono,2010). Masalah pembunuhan bayi merupakan sebutan yang bersifat umum bagi setiap perbuatan merampas nyawa bayi diluar kandungan, sedangkan infantisid merupakan sebutan yang bersifat khusus bagi tindakan merampas 1

2 nyawa bayi yang belum berumur satu tahun oleh ibu kandungnya sendiri. Pengkhususan infantisid sebagai tindakan pidana yang hukumannya lebih rendah didasarkan atas pertimbangan bahwa kondisi mental pada saat hamil, melahirkan dan menyusui sangat labil dan mudah terguncang akibat gangguan keseimbangan norma (Dahlan Sofwan, 2000). Cara yang paling sering digunakan dalam kasus infantisid adalah membuat keadaan asfiksia mekanik yaitu pembekapan, pencekikan, penjeratan dan penyumbatan. Di Jakarta dilaporkan bahwa 90-95% dari sekitar 30-40 kasus infantisid per tahun dilakukan dengan cara asfiksia mekanik. Bentuk kekerasan lainnya adalah kekerasan tumpul di kepala (5-10%) dan kekerasan tajam pada leher atau dada (1 kasus dalam 6-7 tahun) (Afandi, dkk.,2008). Untuk mengetahui penyebab kematian perlu diperhatikan tanda-tanda mati lemas yaitu sianosis, bintik-bintik perdarahan pada jaringan longgar, lebam mayat yang lebih gelap dan luas, busa halus dari lubang hidung atau mulut, tanda bendungan alat dalam, keadaan mulut sekitar yaitu lecet, memar, benda asing, luka tusuk, sayat, keadaan leher dan sekitarnya yaitu luka

3 lecet, jejas jeratan, atau adanya tanda-tanda terendam yaitu telapak kaki keriput dan pucat, kulit berbintilbintil, dan benda asing ditrakea. Penyimpulan harus dilakukan secara hati-hati untuk kasus yang diduga terdapat trauma lahir yang seringkali mirip dengan kekerasan pada kepala ( Mansjoer Arif, 2000). Akibat dari perbuatan pembunuhan pada bayi atau orok apabila dilakukan tanpa rencana diatur dalam KUHP pasal 341 dengan sangsi ancaman hukuman penjara maksimal 7 tahun dan apabila dilakukan dengan rencana sejak masa kehamilan terkena ancaman hukuman penjara maksimal 9 tahun sesuai dengan KUHP pasal 342. Bagi orang lain yang ikut campur dalam proses pembunuhan bayi/orok baik pembunuhan yang direncanakan atau pembunuhan tanpa rencana dianggap sebagai makar atau pembunuhan biasa diatur dalam KUHP pasal 343. Menurut pasal 181 apabila seseorang mengubur, menyembunyikan atau menghilangkan mayat dengan maksud menyembunyikan kematian atau kelahiran diancam hukuman penjara 9 bulan. Bagi orang yang menyebabkan atau membiarkan orang lain dalam kesengsaraan diancam hukuman penjara 2 tahun 8 bulan sesuai KUHP pasal 304, sedangkan orang yang menaruh anak dibawah 7 tahun supaya dipungut orang

4 lain dengan maksud agar terbebas dari pemeliharaan terhadap anak tersebut sesuai dengan KUHP pasal 305 terkena sangsi hukuman 5 tahun 6 bulan dan apabila anak tersebut sampai luka berat akan terkena sangsi hukuman 7 tahun 6 bulan, bila sampai mengakibatkan kematian akan terkena sangsi hukuman 9 tahun dan diatur dalam KUHP pasal 306. I.2. Perumusan masalah Di Instalasi Kedokteran Forensik RSUP DR. Sardjito dan Medikolegal dilakukan otopsi terhadap infantisid yang masih segar hingga yang sudah mengalami pembusukan. Maka perlu dilakukan penelitian, apakah sebab kematian terbanyak dari infantisid dapat diungkapkan pada otopsi yang dilakukan di Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUP. DR. Sardjito. I.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui insidensi sebab-sebab kematian pada infantisid yang diotopsi di Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUP DR. Sardjito Yogyakarta dalam kurun waktu empat tahun.

5 I.4. Manfaat penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan maupun sebagai data dasar penelitian. I.5. Keaslian Penelitian Sejauh ini, terdapat penelitian sejenis sebelumnya yaitu Penilaian Pemeriksaan Jenazah Orok yang dilakukan di Instalasi Kedokteran Forensik RSUP. DR Sardjito Tahun 1995-1999 oleh Lipur Ruyantiningtyas Budi Setyowati. Hasil penelitan yaitu jumlah kematian orok yaitu 27 kasus. Salah satu variabel yang diteliti yaitu sebab kematian dan presentase terbanyak yaitu perdarahan (22,22 %) dan sebab kematian karena asfiksia (18,52 %).