BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV 4.1.Hasil Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian dilakukan di Instalasi Gawat Darurat Puskesmas Rawat Inap Wilayah Sleman Yogyakarta sebanyak 4 puskesmas yang terdiri atas Puskesmas Mlati II, Puskesmas Ngemplak 1, Puskesmas Kalasan dan Puskesmas Minggir. Berdasarkan data yang ditemukan oleh peneliti,terdapat jumlah VeR perlukaan selama periode 01 Januari Desember 2014 sebanyak 42 VeR. Dari 42 VeR tersebut terdapat 12 VeR tidak memenuhi kriteria sehingga menjadi kriteria ekslusi dan 30 VeR memenuhi Kriteria. Tiga puluh VeR yang memenuhi kriteria terdiri dari Puskesmas Mlati II sebanyak 15 VeR, Puskesmas Minggir sebanyak 3 VeR, Puskesmas Kalasan sebanyak 2 VeR dan Puskesmas Ngemplak II sebanyak 10 VeR. Puskesmas Sleman tidak membuat VeR perlukaan dan Puskesmas Turi baru ditetapkan menjadi Puskesmas Rawat Inap sehinga masuk dalam kriteria ekslusi. Tiga puluh (30) VeR yang sudah masuk dalam kriteria telah memiliki format dan ketentuan yang sudah ditetapkan yaitu Pro Justicia, bagian pendahuluan, bagian pemberitaan (hasil pemeriksaan), bagian kesimpulan, dan penutup. Data VeR di Puskesmas Rawat Inap Wilayah Sleman selama periode waktu tersebut tidak begitu banyak dikarenakan yang meminta VeR ke Puskesmas lebih sedikit. Dari data tersebut terlihat bahwa data VeR perlukaan di Puskesmas Rawat Inap Wilayah Sleman dari tahun ke tahun tidak begitu mengalami peningkatan karena lebih banyak penyidik meminta visum ke RSUD dan rumah sakit swasta di daerah Yogyakarta. Untuk karakteristik lebih lengkapnya, dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut : 32

2 Karakteristik Visum et Repertum korban perlukaan Tabel 3. Gambaran karakteristik Visum et Repertum korban perlukaan di Puskesmas Rawat Inap Wilayah Sleman periode 01 Januari Desember No Karakteristik Jumlah % 1 Puskesmas Mlati II 15 50% Minggir 3 10% Kalasan 2 6,66% Ngemplak I 10 33,3% 2 Jenis kelamin Laki-laki 23 76,66% Perempuan 7 23,33% 3 Umur < ,66% ,33% % % > Jenis kekerasan Tumpul 25 83,33% Tajam 5 16,66% 5 Derajat luka Penganiayaan ringan 1 3,33% Penganiayaan berat 5 16,66% Tanpa keterangan 24 80% 6 Polsek peminta Mlati II 15 50% Minggir 3 10% Kalasan 2 6,66% Ngemplak I 10 33,33% 7 Tahun ,33% % ,66% ,66% % ,33% Total %

3 38 Dari tabel 4.1 dapat diamati bahwa dari data 30 VeR korban hidup kasus perlukaan yang dimintakan, jenis kelamin laki-laki lebih dominan dibandingkan dengan perempuan. Laki-laki sebanyak 23 VeR (76,66%) dan perempuan sebanyak 7 VeR (23,33%). Dilihat dari seluruh jenis kekerasan, kelompok usia terbanyak adalah usia tahun sebanyak 21 korban (70%). Berdasarkan jenis kekerasan yang terbanyak adalah jenis kekerasan tumpul yaitu berjumlah 25 VeR (83,33%). Dan dari 30 VeR hanya 6 VeR (20%) yang mencantumkan derajat luka. Sebanyak 1 (3,33%) VeR dengan luka akibat penganiayaan ringan yang tidak menyebabkan gangguan dalam pekerjaan seharihari, 5 (16,66%) VeR dengan luka akibat penganiayaan berat yang menyebabkan penyakit halangan dalam menjalankan pekerjaan jabatan/pencaharian untuk sementara waktu, sedangkan 24 (80%) VeR lainnya tidak mencantumkan derajat luka. Berdasarkan polsek peminta yang terbanyak meminta VeR adalah polsek Mlati sebanyak 15 VeR (50%), polsek Minggir sebanyak 3 VeR (10%), polsek Kalasan sebanyak 2 VeR (6,66%) dan polsek Ngemplak sebanyak 10 VeR (33,33%). kan berdasarkan tahun selama periode 01 Januari Desember 2014 yang terbanyak membuat VeR adalah tahun 2011 sebanyak 8 VeR (38,09%).

4 39 Grafik 1 : Jumlah permintaan VeR korban hidup kasus perlukaan di Puskesmas Rawat Inap Wilayah Sleman Yogyakarta Periode periode 01 Januari Desember jumlah VeR mlati II minggir kalasan ngemplak I Dari grafik 1 di atas terlihat bahwa jumlah VeR korban hidup kasus perlukaan selama periode 01 januari Desember 2014 mengalami penurunan, tertinggi adalah tahun 2011 sebanyak 8 VeR dan terendah adalah tahun 2009 sebanyak 1 VeR.

5 Kualitas VeR perlukaan Kualitas VeR perlukaan di Puskesmas Mlati II Berikut merupakan tabel hasil penelitian kualitas VeR perlukaan yang dilakukan di Puskesmas Mlati II Yogyakarta. Tabel 4. Rata-rata kualitas bagian pendahuluan, pemberitaan dan kesimpulan VeR di Puskesmas Mlati II Struktur Unsur yang dinilai Rerata Skor max Nilai kualitas (%) VeR skor Pendahuluan Tempat pemeriksaan Waktu pemeriksaan (1,6x1/2)x100% Data subyek = 80% Data peminta Baik Data pemeriksa Rerata skor total 1,6 Pemberitaan Anamnesis Tanda vital (1,04x5/10)x100% Lokasi luka = 52% Karateristik luka Ukuran luka Terapi Rerata skor total 1.04 Kesimpulan Jenis luka & kekerasan (0.93x8/16)x100% Kualifikasi luka Rerata skor total 0.93 = 46,5% Buruk Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan kualitas VeR perlukaan bagian pendahuluan, pemberitaan dan kesimpulan di Puskesmas Mlati II periode 01 Januari Desember 2014 adalah baik, sedang dan buruk. Hasil tersebut diperoleh dari perhitungan antara rerata skor total dengan rumus yang telah ditentukan. Rata-rata dokter umum tidak menuliskan secara lengkap unsur-unsur yang terdapat disetiap bagian, sehingga skor yang dicapai tidak maksimal. Tabel 5. Rata-rata kualitas VeR perlukaan di Puskesmas Mlati II periode 01 Januari Desember 2014 Struktur VeR Rerata skor Bobot Nilai Nilai kualitas (%) Pendahuluan (14.24/28)x100% Pemberitaan Kesimpulan =50.85% Total 14.24

6 41 Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan kualitas VeR perlukaan di Puskesmas Mlati II periode 01 Januari Desember 2014 bernilai 50,85% dan dikategorikan sedang. Hasil tersebut didapat dari hasil perkalian antara total nilai dengan rumus yang telah ditentukan Kualitas VeR perlukaan di Puskesmas Minggir Berikut merupakan tabel hasil penelitian kualitas VeR perlukaan yang dilakukan di Puskesmas Minggir Yogyakarta. Tabel 6. Rata-rata kualitas bagian pendahuluan, pemberitaan dan kesimpulan VeR di Puskemas Minggir Struktur VeR Unsur yang dinilai Rerata skor Skor max Nilai kualitas (%) Pendahuluan Tempat pemeriksaan Waktu pemeriksaan (1,4x1/2)x100% Data subyek = 70% Data peminta Data pemeriksa Rerata skor total 1,4 Pemberitaan Anamnesis Tanda vital Lokasi luka (1x5/10)x100% = 50% Karateristik luka Ukuran luka Terapi Rerata skor total 1 Kesimpulan Jenis luka & kekerasan (0.65x8/16)x100% Kualifikasi luka = 32.5% Rerata skor total 0.65 Buruk Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan kualitas VeR perlukaan bagian pendahuluan, pemberitaan dan kesimpulan di Puskesmas Minggir periode 01 Januari Desember 2014 adalah sedang, sedang dan buruk. Hasil tersebut diperoleh dari perhitungan antara rerata skor total dengan rumus yang telah

7 42 ditentukan. Rata-rata dokter umum tidak menuliskan secara lengkap unsur-unsur yang terdapat disetiap bagian, sehingga skor yang dicapai tidak maksimal. Tabel 7. Rata-rata kualitas VeR perlukaan di Puskesmas Minggir periode 01 Januari Desember Struktur VeR Rerata skor Bobot Nilai Nilai kualitas (%) Pendahuluan (11,6/28)x100% Pemberitaan Kesimpulan ,2 =41,42% Buruk Total 11,6 Berdasarkan tabel 4.5 didapatkan kualitas VeR perlukaan di Puskesmas Minggir periode 01 Januari Desember 2014 bernilai 41,42% dan dikategorikan buruk. Hasil tersebut didapat dari hasil perkalian antara total nilai dengan rumus yang telah ditentukan Kualitas VeR perlukaan di Kalasan Berikut merupakan tabel hasil penelitian kualitas VeR perlukaan yang dilakukan di Puskesmas Kalasan Yogyakarta. Tabel 8. Rata-rata kualitas bagian pendahuluan, pemberitaan dan kesimpulan VeR di Puskemas Kalasan Struktur Unsur yang dinilai Rerata Skor max Nilai kualitas (%) VeR skor Pendahuluan Tempat pemeriksaan Waktu pemeriksaan (1,4x1/2)x100% Data subyek = 70% Data peminta Data pemeriksa Rerata skor total 1,4 Pemberitaan Anamnesis Tanda vital (1,6x5/10)x100% Lokasi luka = 80% Karateristik luka Baik Ukuran luka Terapi Rerata skor total 1,6 Kesimpulan Jenis luka & kekerasan (1,5x8/16)x100% Kualifikasi luka Rerata skor total 1,5 = 75%

8 43 Berdasarkan tabel 4.6 didapatkan kualitas VeR perlukaan bagian pendahuluan, pemberitaan dan kesimpulan di Puskesmas Kalasan periode 01 Januari Desember 2014 adalah sedang, baik dan sedang. Hasil tersebut diperoleh dari perhitungan antara rerata skor total dengan rumus yang telah ditentukan. Rata-rata dokter umum tidak menuliskan secara lengkap unsur-unsur yang terdapat disetiap bagian sehingga skor yang dicapai tidak maksimal. Tabel 9. Rata-rata kualitas VeR perlukaan di Puskesmas Kalasan periode 01 Januari Desember 2014 Struktur VeR Rerata skor Bobot Nilai Nilai kualitas (%) Pendahuluan (21,4/28)x100% Pemberitaan Kesimpulan =76,42% Baik Total 21,4 Berdasarkan tabel 4.7 didapatkan kualitas VeR perlukaan di Puskesmas Kalasan periode 01 Januari Desember 2014 bernilai 76,42% dan diketegorikan baik. Hasil tersebut didapat dari hasil perkalian antara total nilai dengan rumus yang telah ditentukan.

9 Kualitas VeR perlukaan di Ngemplak I Berikut merupakan tabel hasil penelitian kualitas VeR perlukaan yang dilakukan di Puskesmas Ngemplak I Yogyakarta. Tabel 10. Rata-rata kualitas bagian pendahuluan, pemberitaan dan kesimpulan VeR di Puskemas Ngemplak I Struktur Unsur yang dinilai Rerata Skor max Nilai kualitas (%) VeR Skor Pendahuluan Tempat pemeriksaan Waktu pemeriksaan (1,8x1/2)x100% Data subyek = 90% Data peminta Baik Data pemeriksa Rerata skor total 1,8 Pemberitaan Anamnesis Tanda vital (1,16x5/10)x100% Lokasi luka = 58,33% Karateristik luka Ukuran luka Terapi Rerata skor total 1,16 Kesimpulan Jenis luka & kekerasan (1x8/16)x100% Kualifikasi luka Rerata skor total 1 = 50% Berdasarkan tabel 4.8 didapatkan kualitas VeR perlukaan bagian pendahuluan, pemberitaan dan kesimpulan di Puskesmas Ngemplak I periode 01 Januari Desember 2014 adalah baik, sedang dan sedang. Hasil tersebut diperoleh dari perhitungan antara rerata skor total dengan rumus yang telah ditentukan. Rata-rata dokter umum tidak menuliskan secara lengkap unsur-unsur yang terdapat disetiap bagian sehingga skor yang dicapai tidak maksimal.

10 45 Tabel 11. Rata-rata kualitas VeR perlukaan di Puskesmas Ngemplak I periode 01 Januari Desember 2014 Struktur VeR Rerata skor Bobot Nilai Nilai kualitas (%) Pendahuluan (15,63/28)x100% Pemberitaan ,83 Kesimpulan =55,82% Total 15,63 Berdasarkan tabel 4.9 didapatkan kualitas VeR perlukaan di Puskesmas Ngemplak I periode 01 Januari Desember 2014 bernilai 55,82% dan diketegorikan sedang. Hasil tersebut didapat dari hasil perkalian antara total nilai dengan rumus yang telah ditentukan Kualitas VeR perlukaan di Puskesmas Rawat Inap Wilayah Sleman Yogyakarta Baik: : Buruk 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Pendahuluan Pemberitaan Kesimpulan Mlati II 80% 52% 46% Minggir 70% 50% 32% Kalasan 70% 80% 75% Ngemplak 1 90% 58% 50% Grafik 2 Rata-rata kualitas bagian pendahuluan, pemberitaan dan kesimpulan VeR di Puskemas Rawat Inap Wilayah Sleman Yogyakarta Periode 01 Januari Desember 2014

11 46 Dari grafik 2 didapatkan bahwa pada bagian pendahuluan dan pemberitaan seluruh Puskesmas Rawat Inap Wilayah Sleman sudah membuat dengan baik walaupun masih ada beberapa unsur yang tidak dilengkapi. Namun pada bagian kesimpulan dapat dilihat bahwa hampir seluruh Puskesmas masih belum membuat sesuai dengan ketentuan.

12 Pembahasan Karakteristik korban perlukaan Berdasarkan data yang berjumlah 30 VeR korban hidup kasus perlukaan di Puskesmas Rawat Inap Wilayah Sleman Yogyakarta periode 01 Januari Desember 2014, jika dilihat dari jenis kelamin yang tertinggi berjenis kelamin laki-laki berjumlah 23 kasus (76,66%). Hasil yang sama didapatkan dari penelitian oleh Maulana et al (2014) di RSUD Dumai dengan jumlah sebanyak 131 korban (78,9) dan Kiswara (2014) di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dengan jumlah 120 kasus (80%). Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa korban berjenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada perempuan, ini dapat terjadi karena faktor psikologis laki-laki itu lebih cenderung untuk bersaing dan berbuat kekerasan. Tujuh puluh tujuh persen korban pembunuhan dari kasus adalah berjenis kelamin laki-laki dan kemungkinan laki-laki dibunuh oleh orang asing lebih sering daripada perempuan. Hal ini juga dapat disebabkan oleh faktor psikologis dan emosional yang berbeda antara laki-laki dan perempuan (Kellermann et al, 1992). Kelompok usia dari korban hidup kasus perlukaan yang paling banyak dimintakan VeR di Puskesmas Rawat Inap Wilayah Sleman Yogyakarta periode 01 Januari Desember 2014 adalah kelompok usia tahun yaitu sebanyak 21 korban (70%), sedangkan yang terendah adalah usia >60 dan tidak ditemukan adanya VeR. Hasil penelitian ini relatif sama dengan hasil penelitian Ramadhan et al (2014) di RSUD RM Pratomo Bagan Siapi-api yang menunjukkan bahwa korban hidup kasus perlukaan tertinggi pada usia tahun dengan jumlah 24 korban (50%). Hal ini sesuai dengan teori perkembangan psikiatrik yang menyatakan bahwa kelompok usia dewasa awal mulai dibebani dengan tanggung jawab serta rasa ingin diperhatikan di masyarakat. Tahap ini juga membuat seseorang akan semakin ingin bekerja sama dan menjalin hubungan yang baik dengan sesama. Hal ini akan berbeda ketika seseorang tersebut tidak

13 48 mempunyai kemampuan untuk menjalin hubungan yang baik dengan sekitarnya sehingga seseorang tersebut akan terisolasi dan berbuat sesuka hati tanpa memikirkan dan memperdulikan masyarakat serta lingkungan sekitar dan menyebabkan pada usia dewasa awal ini lebih rentan untuk melakukan kasus kejahatan (Wade et al, 2007; Santrock, 2002). Jenis kekerasan terbanyak yang diperoleh dari penelitian terhadap VeR perlukaan di Puskesmas Rawat Inap Wilayah Sleman Yogyakarta periode 01 Januari Desember 2014 adalah kekerasan tumpul yang berjumlah 25 VeR (83,33%) dan kekerasan tajam sebanyak 5 VeR (16,66%). Trauma tumpul adalah suatu ruda paksa yang mengakibatkan luka pada permukaan tubuh oleh benda-benda yang mempunyai permukaan tumpul. Luka akibat benda tumpul dapat diakibatkan oleh benda-benda yang memiliki permukaan tumpul (Budiyanto et al, 1997). Alat-alat dan benda tersebut sering dijumpai di kehidupan sehari-hari, selain itu kekerasan tumpul juga dapat diakibatkan oleh kecelakaan lalu lintas dimana benda-benda di jalan, seperti aspal, trotoar, tiang listrik dan lainnya, sebagian besar memiliki permukaan yang tumpul (Maulana et al 2014). Trauma tumpul dapat menyebabkan tiga macam luka yaitu luka memar (contusio), luka lecet (abrasio), dan luka robek (vulnus laceratum) (Satyo, 2006). kan benda-benda yang dapat mengakibatkan luka tajam adalah benda yang memiliki sisi tajam, baik berupa garis maupun runcing yang bervariasi dari suatu alat (Afandi, 2011). Derajat luka dari 30 VeR perlukaan yang diteliti, hanya 6 VeR (28,57%) yang mencantumkan derajat luka. Hal ini dapat disebabkan oleh dokter yang membuat VeR tersebut tidak mengetahui bahwa derajat luka termasuk salah satu hal yang dinilai dari sebuah VeR perlukaan. Dengan mencantumkan derajat luka, hakim akan mempertimbangkan dalam menentukan sanksi pidana terhadap pelaku sesuai keadilan (Afandi, 2011). Jumlah permintaan VeR korban hidup kasus perlukaan di Puskesmas Rawat Inap Wilayah Sleman Yogyakarta periode 01 Januari Desember 2014 tertinggi adalah tahun 2011 dan terdapat di Puskesmas Mlati II yaitu sebanyak 8 VeR dengan keseluruhan kasus kekerasan kriminalitas. Faktor yang

14 49 mempengaruhi dari banyaknya kasus kriminal yang terjadi menurut pendapat dari dokter dan kepala puskesmas dikarenakan lokasi dari Puskesmas Mlati II yang dekat dengan tempat hiburan malam, sehingga kemungkinan terjadinya kasus kriminal juga tinggi Kualitas VeR bagian pendahuluan Kualitas VeR perlukaan bagian pendahuluan sebesar 100% yang berkualitas baik atau mempunyai nilai skor maksimal 2 (Herkutanto, 2005). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Maulana et al (2014) di RSUD Daerah Dumai dan Sofistiawan et al (2015) di RSUD Seasih Kabupaten Pelalawan dengan nilai berturut-turut 90% dan 76% dan hasil tersebut relatif lebih tinggi kemungkinan karena dokter yang bekerja di RSUD Daerah Dumai dan Derah Pelalawan tersebut lebih memperhatikan kualitas dan tata cara penulisan pada bagian pendahuluan. Begitu juga pada Puskesmas Rawat Inap Wilayah Sleman pada bagian pendahuluan secara umum sudah memenuhi kaidah penulisan dan sudah terdapat seluruh aspek ada pada bagian pendahuluan Kualitas VeR bagian pemberitaan Kualitas VeR bagian pemberitaan sebesar 50%-75% yang berkualitas sedang (Herkutanto, 2005). Dari hasil penelitian didapatkan Puskesmas Mlati II, Puskesmas Minggir dan Puskesmas Ngemplak I berkualitas sedang, hal ini sesuai dengan penelitian Sofistiawan et al (2015) di RSUD Seasih Kabupaten Pelalawan dan Satriawan et al (2015) di RSUD Rokan Hulu dengan nilai 69,54% dan 64% yang berkualitas sedang, dan pada penelitian tersebut hasilnya relatif sedang karena RSUD daerah tersebut merupakan fasilitas kesehatan tipe B yang dimana merupakan rumah sakit rujukan. Bagian pemberitaan memuat hasil pemeriksaan yang objektif sesuai dengan apa yang diamati, terutama dilihat dan ditemukan pada korban yang diperiksa. Pemeriksaan dilakukan secara sistematis dari atas ke bawah. Pada bagian ini memuat 6 unsur yaitu anamnesis, tanda vital, lokasi luka pada tubuh, karakteristik luka, ukuran luka dan tindakan pengobatan atau perawatan yang diberikan (Herkutanto, 2005 ; Amir, 2005). Namun pada penulisan VeR dokter pemeriksa tidak menuliskan secara terperinci dan lengkap

15 50 unsur tersebut. Di Puskesmas Rawat Inap Sleman juga tidak secara lengkap menuliskan unsur tersebut. Menurut Afandi (2010), Seharusnya keluhan dan riwayat penyakit korban sebagai hasil tindak pidana diduga kekerasan dicantumkan dalam anamnesis dan uraian mengenai tindakan perawatan, indikasi dan kontraindikasi perawatan beserta temuan dicantumkan ke dalam terapi dan perawatan agar tidak terjadi kesalahpahaman mengenai ketepatan dokter dalam menangani korban dan mengambil keputusan Kualitas bagian kesimpulan Kualitas VeR perlukaan bagian kesimpulan sebesar <50% yang berkualitas buruk. Dari semua Puskesmas yang diteliti rata-rata masih dalam kualitas buruk karena pada bagian kesimpulan tidak dituliskan kualifikasi luka. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan di RSUD Seasih Kabupaten Pelalawan Periode 01 Januari Desember 2013 didapatkan hasil 64% yaitu berkualitas baik karena pada bagian kualifikasi luka dokter di RSUD tersebut mencantumkan sesuai dengan pasal 351, 352 dan 90 KUHP (Sofistiawan et al, 2015). Kesimpulan memiliki 2 unsur yaitu kesimpulan jenis luka dan kekerasan serta kuakifikasi luka (Herkutanto, 2005). Kebanyakan dari VeR yang sudah diteliti tidak mencantumkan kualifikasi luka. Kualifikasi luka ini penting untuk membantu hakim dalam memutuskan perkara sesuai dengan KUHP (Gizela, 2004). Kualifikasi luka tercantum dalam pasal 351, 352 dan 90 KUHP, rumusan ketiga pasal tersebut secara implisit membedakan derajat luka yang dialami korban menjadi luka ringan, luka sedang dan luka berat. Secara hukum ketiga keadaan luka tersebut menimbulkan konsekuensi pidana yang berbeda bagi pelakunya. Perumusan kualifikasi luka merupakan pendapat subyektif dokter tentang derajat kecederaan korban yang menggambarkan intensitas kerugian fisik yang dideritanya. Dengan demikian kekeliruan dokter dalam penyimpulan kualifikasi luka secara benar dapat menimbulkan ketidakadilan bagi korban maupun pelaku tindak pidana (Herkutanto, 2005 ; Afandi, 2010).

16 Kualitas Visum et Repertum korban perlukaan secara keseluruhan Kualitas VeR di Puskesmas Rawat Inap Wilayah Sleman Yogyakarta secara keseluruhan selama periode 6 tahun dapat dikagetorikan sedang. Kualitas ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah terkait dengan ketersediaan dokter di Puskesmas. Ketersediaan dokter 6 tahun per puskesmas (selama periode pengambilan data) sudah mencukupi yaitu sekitar 3-6 dokter di setiap Puskesmas dan kunjungan pasien yang lumayan banyak tiap Puskesmasnya, tetapi dari keterangan dokter yang bertugas di Puskesmas didapatkan bahwa tidak cukup baiknya kualitas VeR karena dari 2 dari 5 dokter yang bekerja banyak yang melanjutkan sekolah sehingga dokter yang tersisa di puskesmas tersebut tidak hanya fokus dalam membuat VeR tetapi juga harus menangani penyakit lain. Selain ketersediaan dokter, kurangnya kompetensi, pengetahuan dan pelatihan terhadap dokter umum dalam membuat VeR juga menjadi faktor yang mendasari kurangnya kualitas dari VeR tersebut. Seperti diketahui, kompetensi seorang profesional meliputi pengetahuan (kompetensi intelektual, kemampuan memecahkan masalah, dan penerapan yang sesuai), keterampilan (psikomotor dan kualitas kinerja sebenarnya), serta sikap dan kepedulian terhadap kenyamanan klien) (Herkutanto, 2005). Jumlah Dokter Mlati II Minggir Kalasan Ngemplak I Grafik 3 Ketersediaan dokter di Puskemas Rawat Inap Wilayah Sleman Yogyakarta Periode 01 Januari Desember 2014

17 52 Dari grafik 3 didapatkan bahwa ketersediaan dokter selama 6 tahun tersebut di setiap Puskesmas sudah mencukupi. Pada Puskesmas Minggir tahun 2014 sudah ada dokter internship sehingga bertambah jumlah dokter di Puskesmas tersebut, sedangkan untuk puskesmas lainnyadokter internship baru mulai tahun ,07 0,06 Jumlah Kunjungan 0,05 0,04 0,03 0,02 0, Mlati II 61,998 50,226 59,088 49,758 60,573 56,185 Minggir 35,119 34,119 34,898 39,585 34,414 34,881 Kalasan 28,658 34,911 32,112 34,111 34,908 28,658 Ngemplak I 36,75 33,266 29,796 27,649 26,205 25,662 Grafik 4 Jumlah kunjungan pasien di Puskemas Rawat Inap Wilayah Sleman Yogyakarta Periode 01 Januari Desember 2014 Dari grafik 4 didapatkan bahwa jumlah kunjungan pasien rata-rata sama setiap tahunnya tidak begitu mengalami kenaikan yang signifikan. 4.3 Keterbatasan penelitian Keterbatasan dalam penelitian ini adalah kurang baiknya sistem pengarsipan VeR di setiap Puskesmas sehingga menyebabkan peneliti kesulitan dalam mengumpulkan data. Bahkan kebanyakan VeR tidak diketahui keberadaannya oleh karena pergantian petugas pengarsipan. Menurut Afandi (2011) Idealnya VeR harus disimpan selama 20 tahun untuk kepentingan peradilan.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif retrospektif cross sectional terhadap data Visum et Repertum(VeR) perlukaan di Puskesmas

Lebih terperinci

KUALITAS VISUM ET REPERTUM PERLUKAAN DI RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2013

KUALITAS VISUM ET REPERTUM PERLUKAAN DI RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2013 KUALITAS VISUM ET REPERTUM PERLUKAAN DI RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU PERIODE 1 JANUARI 2009-31 DESEMBER 2013 Rieskariesha Kiswara Dedi Afandi Laode Burhanuddin Mursali rieska.kiswara@yahoo.com ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Di rumah sakit Dr. Sardjito, angka kejadian kasus forensik klinik (hidup) yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Di rumah sakit Dr. Sardjito, angka kejadian kasus forensik klinik (hidup) yang dilakukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Di rumah sakit Dr. Sardjito, angka kejadian kasus forensik klinik (hidup) yang dilakukan dengan kekerasan tajam maupun tumpul atau keduanya, seksual, kecelakaan lalu

Lebih terperinci

Kualitas Visum et Repertum Perlukaan di RSUD Indrasari Kabupaten Indragiri Hulu Periode 1 Januari Desember 2013

Kualitas Visum et Repertum Perlukaan di RSUD Indrasari Kabupaten Indragiri Hulu Periode 1 Januari Desember 2013 Kualitas Visum et Repertum Perlukaan di RSUD Indrasari Kabupaten Indragiri Hulu Periode 1 Januari 2009-31 Desember 2013 Dedi Afandi 1, Tuti Restuastuti 2, Winda Kristanti 3 ABSTRACT Visum et Repertum (VeR)

Lebih terperinci

GAMBARAN VISUM ET REPERTUM PERLUKAAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KUANTAN SINGINGI PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2013

GAMBARAN VISUM ET REPERTUM PERLUKAAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KUANTAN SINGINGI PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2013 GAMBARAN VISUM ET REPERTUM PERLUKAAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KUANTAN SINGINGI PERIODE 1 JANUARI 2009-31 DESEMBER 2013 Wilda Septi Pratiwi Dedi Afandi Huriatul Masdar wildaseptipratiwi@gmail.com ABSTRACT

Lebih terperinci

KUALITAS VISUM ET REPERTUM PERLUKAAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MANDAU PERIODE 1 JUNI JUNI 2013

KUALITAS VISUM ET REPERTUM PERLUKAAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MANDAU PERIODE 1 JUNI JUNI 2013 KUALITAS VISUM ET REPERTUM PERLUKAAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MANDAU PERIODE 1 JUNI 2011 30 JUNI 2013 Jefryanto Dedi Afandi Riswandi Jefryantojef@ymail.com ABSTRACT Visum et Repertum has a function in

Lebih terperinci

KUALITAS VISUM ET REPERTUM PERLUKAAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DUMAI PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012

KUALITAS VISUM ET REPERTUM PERLUKAAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DUMAI PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012 KUALITAS VISUM ET REPERTUM PERLUKAAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DUMAI PERIODE 1 JANUARI 2008-31 DESEMBER 2012 Ridho Maulana Dedi Afandi Fifia Chandra rydomaulana@yahoo.com ABSTRACT About 50%-70% of case

Lebih terperinci

MODUL FORENSIK FORENSIK KLINIK dan VeR. Penulis : Dr.dr. Rika Susanti, Sp.F Dr. Citra Manela, Sp.F Dr. Taufik Hidayat

MODUL FORENSIK FORENSIK KLINIK dan VeR. Penulis : Dr.dr. Rika Susanti, Sp.F Dr. Citra Manela, Sp.F Dr. Taufik Hidayat MODUL FORENSIK FORENSIK KLINIK dan VeR Penulis : Dr.dr. Rika Susanti, Sp.F Dr. Citra Manela, Sp.F Dr. Taufik Hidayat BAGIAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2015

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan pada 80 (delapan puluh) lembar putusan dari 7

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan pada 80 (delapan puluh) lembar putusan dari 7 BAB V PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan pada 80 (delapan puluh) lembar putusan dari 7 (tujuh) pengadilan negeri di Karesidenan Surakarta menunjukkan hasil penelitian bahwa keberadaan Visum et Repertum

Lebih terperinci

KUALITAS VISUM ET REPERTUM PERLUKAAN DI RSUD PURI HUSADA TEMBILAHAN PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2013

KUALITAS VISUM ET REPERTUM PERLUKAAN DI RSUD PURI HUSADA TEMBILAHAN PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2013 KUALITAS VISUM ET REPERTUM PERLUKAAN DI RSUD PURI HUSADA TEMBILAHAN PERIODE 1 JANUARI 2009-31 DESEMBER 2013 Hetty Hirfawaty Dedi Afandi Fifia Chandra hettyhirfawaty23@gmail.com ABSTRACT The most frequent

Lebih terperinci

VISUM et REPERTUM dr, Zaenal SugiyantoMKes

VISUM et REPERTUM dr, Zaenal SugiyantoMKes VISUM et REPERTUM dr, Zaenal SugiyantoMKes visum et Repertum Keterangan yang dibuat dokter atas permintaan penyidik yang berwewenang mengenai hasil pemeriksaan medis terhadap manusia, hidup maupun mati

Lebih terperinci

Pengertian Maksud dan Tujuan Pembuatan Visum et Repertum Pembagian Visum et Repertum

Pengertian Maksud dan Tujuan Pembuatan Visum et Repertum Pembagian Visum et Repertum VISUM et REPERTUM Pengertian Menurut bahasa: berasal dari kata latin yaitu visum (sesuatu yang dilihat) dan repertum (melaporkan). Menurut istilah: adalah laporan tertulis yang dibuat oleh dokter berdasarkan

Lebih terperinci

KUALITAS Visum et Repertum (VeR) KASUS DELIK SUSILA DOKTER UMUM DI RS ABDOEL MOELOEK BANDAR LAMPUNG Handayani Dwi Utami 1, Rodiani 2

KUALITAS Visum et Repertum (VeR) KASUS DELIK SUSILA DOKTER UMUM DI RS ABDOEL MOELOEK BANDAR LAMPUNG Handayani Dwi Utami 1, Rodiani 2 Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia The Indonesian Association of Forensic Medicine Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2017 Proceeding Annual Scientific Meeting 2017 KUALITAS Visum et Repertum (VeR)

Lebih terperinci

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract. M. Ridho Azhari 1, Rika Susanti 2, Noza Hilbertina 3

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract.  M. Ridho Azhari 1, Rika Susanti 2, Noza Hilbertina 3 696 Artikel Penelitian Hubungan Tingkat Pengetahuan Dokter dengan Kualitas Visum et Repertum Perlukaan di Rumah Sakit Wilayah Sumatera Barat Periode Januari 2011 sampai Desember 2012 M. Ridho Azhari 1,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Kejahatan merupakan perilaku anti sosial dan juga

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Kejahatan merupakan perilaku anti sosial dan juga BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Kejahatan merupakan perilaku anti sosial dan juga gejala sosial yang bersifat universal. Pembunuhan, penganiayaan, pemerkosaan, hingga kejahatan-kejahatan

Lebih terperinci

Visum et Repertum Perlukaan: Aspek Medikolegal dan Penentuan Derajat Luka

Visum et Repertum Perlukaan: Aspek Medikolegal dan Penentuan Derajat Luka Tinjauan Pustaka Visum et Repertum Perlukaan: Aspek Medikolegal dan Penentuan Derajat Luka Dedi Afandi Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Riau Abstrak: Visum

Lebih terperinci

FORMAT LAPORAN KASUS FORENSIK

FORMAT LAPORAN KASUS FORENSIK FORMAT LAPORAN KASUS FORENSIK Nama DM : 1. Achmad Juanda NIM : 1407101030361 2. Muhammad Ikbar NIM : 1407101030344 3. Thifla Farhani NIM : 1407101030267 4. Nurul Hikmah Amanatillah NIM : 1407101030233

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, jumlah. korban meninggal , luka berat yang menderita luka ringan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, jumlah. korban meninggal , luka berat yang menderita luka ringan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, jumlah kecelakaan lalu lintas meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data Kantor Kepolisian Republik Indonesia pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Visum et Repertum 2.1.1. Pengertian Visum et Repertum Secara harfiah kata Visum et Repertum berasal dari kata visual (melihat) dan reperta (temukan), sehingga Visum et Repertum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Fenomena maraknya kriminalitas di era globalisasi. semakin merisaukan segala pihak.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Fenomena maraknya kriminalitas di era globalisasi. semakin merisaukan segala pihak. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Fenomena maraknya kriminalitas di era globalisasi semakin merisaukan segala pihak. Wikipedia mendefinisikan kriminalitas adalah segala sesuatu perbuatan manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan 5 besar negara dengan populasi. penduduk terbanyak di dunia. Jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan 5 besar negara dengan populasi. penduduk terbanyak di dunia. Jumlah penduduk yang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan 5 besar negara dengan populasi penduduk terbanyak di dunia. Jumlah penduduk yang banyak ini tentu akan menyebabkan Indonesia memiliki perilaku dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pribadi maupun makhluk sosial. Dalam kaitannya dengan Sistem Peradilan Pidana

BAB I PENDAHULUAN. pribadi maupun makhluk sosial. Dalam kaitannya dengan Sistem Peradilan Pidana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara berdasarkan hukum bukan semata-mata kekuasaan penguasa. Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, maka seluruh warga masyarakatnya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1. Definisi Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindaraan terjadi melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan bermotor di seluruh dunia pada tahun 2013 mencapai 1,2 juta jiwa dan

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan bermotor di seluruh dunia pada tahun 2013 mencapai 1,2 juta jiwa dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi dimana kemajuan teknologi semakin berkembang khususnya dalam bidang transportasi, masyarakat modern menempatkan transportasi sebagai kebutuhan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN KERJA SAMA PEMULIHAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN KERJA SAMA PEMULIHAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN KERJA SAMA PEMULIHAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berada disekitar kita. Pemerkosaan merupakan suatu perbuatan yang dinilai

BAB I PENDAHULUAN. berada disekitar kita. Pemerkosaan merupakan suatu perbuatan yang dinilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingkat perkembangan kasus perkosaan yang terjadi di masyarakat pada saat ini dapat dikatakan bahwa kejahatan pemerkosaan telah berkembang dalam kuantitas maupun kualitas

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN KERJA SAMA PEMULIHAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN KERJA SAMA PEMULIHAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN KERJA SAMA PEMULIHAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Analisis Kualitas Visum et Repertum Beberapa Dokter Spesialis pada Korban Kekerasan Seksual di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

Analisis Kualitas Visum et Repertum Beberapa Dokter Spesialis pada Korban Kekerasan Seksual di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Mutiara Medika Edisi Khusus Vol. 9 No. 1: 51-60, April 2009 Analisis Kualitas Visum et Repertum Beberapa Dokter Spesialis pada Korban Kekerasan Seksual di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta The Analysis of

Lebih terperinci

BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA

BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA A. Batasan Pengaturan Tindak Pidana Kekekerasan Fisik

Lebih terperinci

ISNANIAR BP PEMBIMBING I:

ISNANIAR BP PEMBIMBING I: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR MANUSIA, LINGKUNGAN, MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN PENYAKIT DAN KECELAKAAN KERJA PADA PERAWATDI RAWAT INAP RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU TESIS OLEH: ISNANIAR BP.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ketika berobat ke rumah sakit. Apalagi, jika sakit yang dideritanya merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. ketika berobat ke rumah sakit. Apalagi, jika sakit yang dideritanya merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang memiliki risiko jatuh sakit dan membutuhkan biaya cukup besar ketika berobat ke rumah sakit. Apalagi, jika sakit yang dideritanya merupakan penyakit yang

Lebih terperinci

SURAT KETERANGAN MEDIS

SURAT KETERANGAN MEDIS SURAT KETERANGAN MEDIS & VISUM et REPERTUM Presented by : Sarah Habibah Nurul Azizah M David Grandisa Deden Panji W Neti Watini LAB. ILMU KEDOKTERAN FORENSIK & MEDIKOLEGAL FK UNJANI SURAT KETERANGAN MEDIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdakwa melakukan perbuatan pidana sebagaimana yang didakwakan Penuntut. tahun 1981 tentang Kitab Hukum Acara Pidana.

BAB I PENDAHULUAN. terdakwa melakukan perbuatan pidana sebagaimana yang didakwakan Penuntut. tahun 1981 tentang Kitab Hukum Acara Pidana. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembuktian merupakan tahap paling menentukan dalam proses peradilan pidana mengingat pada tahap pembuktian tersebut akan ditentukan terbukti tidaknya seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bukti yang dibutuhkan dalam hal kepentingan pemeriksaan suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bukti yang dibutuhkan dalam hal kepentingan pemeriksaan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bukti yang dibutuhkan dalam hal kepentingan pemeriksaan suatu perkara pidana, seringkali para aparat penegak hukum dihadapkan pada suatu masalah atau hal-hal tertentu

Lebih terperinci

BAB III PUTUSAN PENGADILAN NEGERI TANJUNGPINANG NOMOR: 308/PID.B/2015/PN.TPG TENTANG KELALALAIAN YANG MENYEBABKAN LUKA BERAT

BAB III PUTUSAN PENGADILAN NEGERI TANJUNGPINANG NOMOR: 308/PID.B/2015/PN.TPG TENTANG KELALALAIAN YANG MENYEBABKAN LUKA BERAT BAB III PUTUSAN PENGADILAN NEGERI TANJUNGPINANG NOMOR: 308/PID.B/2015/PN.TPG TENTANG KELALALAIAN YANG MENYEBABKAN LUKA BERAT A. Deskripi Kasus Untuk mendukung data dalam membahas permasalahan yang dikemukakan

Lebih terperinci

Umur/Tgl. Lahir : 37 tahun/28 Mei 1977;

Umur/Tgl. Lahir : 37 tahun/28 Mei 1977; P U T U S A N Nomor 210/Pid.B/2015/ PN BJ. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Binjai yang memeriksa perkara-perkara pidana pada Peradilan tingkat pertama dengan acara pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. register status pasien. Berdasarkan register pasien yang ada dapat diketahui status pasien

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. register status pasien. Berdasarkan register pasien yang ada dapat diketahui status pasien 27 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 4.1.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ini dimulai dengan mengambil data pasien demam tifoid berasal dari register status pasien. Berdasarkan

Lebih terperinci

KEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM BAGI HAKIM DALAM MEMPERTIMBANGKAN PUTUSANNYA. Oleh : Sumaidi, SH.MH

KEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM BAGI HAKIM DALAM MEMPERTIMBANGKAN PUTUSANNYA. Oleh : Sumaidi, SH.MH KEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM BAGI HAKIM DALAM MEMPERTIMBANGKAN PUTUSANNYA Oleh : Sumaidi, SH.MH Abstrak Aparat penegak hukum mengalami kendala dalam proses pengumpulan alat-alat bukti yang sah

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR: 30 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR: 30 TAHUN 2017 TENTANG GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR: 30 TAHUN 2017 TENTANG TARIF PELAYANAN PADA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

TINJAUAN TERHADAP LANGKAH JAKSA PENUNTUT UMUM DALAM MEMBUKTIKAN PERKARA TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA YANG MENGGUNAKAN RACUN

TINJAUAN TERHADAP LANGKAH JAKSA PENUNTUT UMUM DALAM MEMBUKTIKAN PERKARA TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA YANG MENGGUNAKAN RACUN SKRIPSI/ PENULISAN HUKUM TINJAUAN TERHADAP LANGKAH JAKSA PENUNTUT UMUM DALAM MEMBUKTIKAN PERKARA TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA YANG MENGGUNAKAN RACUN Disusun oleh : Laurensius Geraldy Hutagalung NPM

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN [LN 2009/144, TLN 5063]

UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN [LN 2009/144, TLN 5063] UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN [LN 2009/144, TLN 5063] BAB XX KETENTUAN PIDANA Pasal 190 (1) Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan yang melakukan praktik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adalah bertujuan untuk mencari kebenaran materi terhadap perkara tersebut. Hal

I. PENDAHULUAN. adalah bertujuan untuk mencari kebenaran materi terhadap perkara tersebut. Hal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemeriksaan suatu perkara pidana dalam suatu proses peradilan pada hakekatnya adalah bertujuan untuk mencari kebenaran materi terhadap perkara tersebut. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cedera serta hubungannya dengan berbagai kekerasan (ruda paksa). Luka

BAB I PENDAHULUAN. cedera serta hubungannya dengan berbagai kekerasan (ruda paksa). Luka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Traumatologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta hubungannya dengan berbagai kekerasan (ruda paksa). Luka merupakan suatu keadaan ketidaksinambungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ilmu pengetahuan hukum dikatakan bahwa tujuan hukum adalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ilmu pengetahuan hukum dikatakan bahwa tujuan hukum adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam ilmu pengetahuan hukum dikatakan bahwa tujuan hukum adalah untuk menjamin adanya kepastian hukum bersendikan keadilan agar ketertiban, kemakmuran dan

Lebih terperinci

Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.

Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat. 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan penyebab pertama kematian pada remaja usia tahun (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. dan penyebab pertama kematian pada remaja usia tahun (WHO, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab kematian kedelapan di dunia dan penyebab pertama kematian pada remaja usia 15-29 tahun (WHO, 2013). Secara global, diperkirakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMENJARAAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PUTUSAN NO.203/PID.SUS/2011/PN.

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMENJARAAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PUTUSAN NO.203/PID.SUS/2011/PN. BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMENJARAAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PUTUSAN NO.203/PID.SUS/2011/PN.SKH A. Analisis Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1. Definisi. Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG PEMBERIAN KOMPENSASI, RESTITUSI, DAN BANTUAN KEPADA SAKSI DAN KORBAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG PEMBERIAN KOMPENSASI, RESTITUSI, DAN BANTUAN KEPADA SAKSI DAN KORBAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG PEMBERIAN KOMPENSASI, RESTITUSI, DAN BANTUAN KEPADA SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

2018, No terhadap korban tindak pidana pelanggaran hak asasi manusia yang berat, terorisme, perdagangan orang, penyiksaan, kekerasan seksual, da

2018, No terhadap korban tindak pidana pelanggaran hak asasi manusia yang berat, terorisme, perdagangan orang, penyiksaan, kekerasan seksual, da No.24, 2018 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA POLHUKAM. Saksi. Korban. Kompensasi, Restitusi, dan Bantuan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6184) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Teks tidak dalam format asli. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 95, 2004 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4419)

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. 1. Prosedur tetap (protap) pembuatan visum et repertum. a. Pemeriksaan korban hidup. b. Pemeriksaan korban mati

BAB VI PENUTUP. 1. Prosedur tetap (protap) pembuatan visum et repertum. a. Pemeriksaan korban hidup. b. Pemeriksaan korban mati BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil pengamatan dan pembahasan dapat ditarik sebagai kesimpulan berikut : 1. Prosedur tetap (protap) pembuatan visum et repertum Didalam prosedur tetap Rumah Sakit Umum

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TK II SLEMAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TK II SLEMAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TK II SLEMAN (Berita Resmi Kabupaten Daerah Tingkat II Sleman) NOMOR : 3 TAHUN : 1999 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN TINGKAT II SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 44 tahun 2009 menyatakan bahwa rumah sakit. merupakan pelayanan kesehatan yang paripurna (UU No.44, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 44 tahun 2009 menyatakan bahwa rumah sakit. merupakan pelayanan kesehatan yang paripurna (UU No.44, 2009). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang No. 44 tahun 2009 menyatakan bahwa rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang bertujuan menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1399, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Pemberi Layanan Kesehatan. Memberikan Informasi. Kekerasan Terhadap Anak. Kewajiban. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

P U T U S A N No : 155 /Pid.B/2013/PN.BJ. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Umur / Tgl. lahir : 27 tahun/ 25 Mei 1984;

P U T U S A N No : 155 /Pid.B/2013/PN.BJ. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Umur / Tgl. lahir : 27 tahun/ 25 Mei 1984; P U T U S A N No : 155 /Pid.B/2013/PN.BJ. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Binjai yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dengan acara biasa pada peradilan tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada perkembangan dewasa ini, ilmu pengetahuan dan teknologi telah

BAB I PENDAHULUAN. Pada perkembangan dewasa ini, ilmu pengetahuan dan teknologi telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada perkembangan dewasa ini, ilmu pengetahuan dan teknologi telah meningkat pesat. Kemajuan di bidang teknologi membawa manfaat yang besar bagi manusia. Penambahan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rekam medis merupakan berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lainnya yang diberikan kepada

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HUKUM HAKIM DAN FIQIH JINAYAH DALAM PUTUSAN PENGADILAN NEGERI LAMONGAN NO:164/PID.B/ 2013/PN

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HUKUM HAKIM DAN FIQIH JINAYAH DALAM PUTUSAN PENGADILAN NEGERI LAMONGAN NO:164/PID.B/ 2013/PN 75 BAB IV ANALISIS PUTUSAN HUKUM HAKIM DAN FIQIH JINAYAH DALAM PUTUSAN PENGADILAN NEGERI LAMONGAN NO:164/PID.B/ 2013/PN.LMGTENTANG TINDAK PENGANIAYAAN YANG MENYEBABKAN KORBAN MENINGGAL DUNIA A. Analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia menurut laporan hak asasi manusia

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia menurut laporan hak asasi manusia BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Di Indonesia menurut laporan hak asasi manusia triwulan ke 2 tahun 1998 yang dikeluarkan oleh ELSAM (Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat) tercatat 102

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa anak merupakan amanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersifat mutlak. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

BAB I PENDAHULUAN. bersifat mutlak. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok hidup manusia yang bersifat mutlak. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial

Lebih terperinci

RK Jiwa minimal: 6. Diagnosa psikiatrik saat masuk 7. Riwayat psikiatrik 8. Catatan penilaian yang lengkap,termasuk keluhan pasien, komentar pasien

RK Jiwa minimal: 6. Diagnosa psikiatrik saat masuk 7. Riwayat psikiatrik 8. Catatan penilaian yang lengkap,termasuk keluhan pasien, komentar pasien SUBPOKOK KE 15 RK Jiwa minimal: 1. Data identifikasi 2. Sumber rujukan 3. Alasan dirujuk 4. Status hukum pasien 5. Surat persetujuan yang diperlukan saat masuk,pengobatan, evaluasi dan sesudah perawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada hakekatnya adalah bertujuan untuk mencari kebenaran materiil (materiile waarheid) terhadap perkara

Lebih terperinci

KONSEP MATI MENURUT HUKUM

KONSEP MATI MENURUT HUKUM KONSEP MATI MENURUT HUKUM A. DEFINISI KEMATIAN Menurut UU no.36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 117, kematian didefinisikan sebagai Seseorang dinyatakan mati apabila fungsi system jantung-sirkulasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sedangkan Repertum berarti melapor. Visum et Repertum secara. yang dilihat dan ditemukan pada benda bukti berupa badan manusia

BAB II LANDASAN TEORI. sedangkan Repertum berarti melapor. Visum et Repertum secara. yang dilihat dan ditemukan pada benda bukti berupa badan manusia BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Visum et Repertum Visum et Repertum berasal dari bahasa Latin. Kata visum atau visa dalam bentuk tunggalnya berarti tanda melihat atau melihat, sedangkan

Lebih terperinci

ABSTRAK MELIYANTI YUSUF

ABSTRAK MELIYANTI YUSUF 0 ABSTRAK MELIYANTI YUSUF, NIM 271411202, Kedudukan Visum Et Repertum Dalam Mengungkap Tindak Pidana Penganiayaan Pada Tahap Penyidikan (Studi Kasus di Polres Gorontalo Kota). Di bawah Bimbingan Moh. Rusdiyanto

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. korelasi sebesar 72,2%, variabel Pelayanan informasi obat yang. mendapat skor bobot korelasi sebesar 74,1%.

BAB VI PENUTUP. korelasi sebesar 72,2%, variabel Pelayanan informasi obat yang. mendapat skor bobot korelasi sebesar 74,1%. 67 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian ini antara lain adalah : 1. Kualitas pelayanan kefarmasian secara keseluruhan telah dinilai baik oleh para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mahluk sosial dan sebagai mahluk individu. Dalam kehidupan sehari-harinya

BAB I PENDAHULUAN. mahluk sosial dan sebagai mahluk individu. Dalam kehidupan sehari-harinya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pada umumnya mempunyai kedudukan sebagai mahluk sosial dan sebagai mahluk individu. Dalam kehidupan sehari-harinya untuk dapat mengembangkan

Lebih terperinci

Angka Kejadian Korban Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Luar Visum Et Repertum

Angka Kejadian Korban Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Luar Visum Et Repertum Angka Kejadian Korban Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Luar Visum Et Repertum di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2011-2013 Sharanjit Kaur Autar Singh 1, Indra Syakti Nasution

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah profesi bagi pegawai negeri dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah. Pegawai ASN melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh manusia, karena kesehatan menentukan segala aktivitas dan kinerja manusia. Pengertian sehat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Dampak skizofrenia bagi keluarga sangatlah besar, ini menyebabkan seluruh keluarga ikut merasakan penderitaan tersebut. Jika keluarga tidak siap dengan hal ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Dengan meningkatnya jumlah penduduk dunia, jumlah. kriminalitas yang disertai kekerasan juga ikut

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Dengan meningkatnya jumlah penduduk dunia, jumlah. kriminalitas yang disertai kekerasan juga ikut BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dengan meningkatnya jumlah penduduk dunia, jumlah kriminalitas yang disertai kekerasan juga ikut meningkat. Di Indonesia, Wakil Kepala Badan Reserse Kriminal Polri

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa setiap warga negara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : a. bahwa setiap

Lebih terperinci

TINJAUAN ALUR PROSEDUR PEMBUATAN VISUM ET REPERTUM DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDAN ARANG BOYOLALI

TINJAUAN ALUR PROSEDUR PEMBUATAN VISUM ET REPERTUM DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDAN ARANG BOYOLALI TINJAUAN ALUR PROSEDUR PEMBUATAN VISUM ET REPERTUM DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDAN ARANG BOYOLALI Nur Widowati 1, Rano Indradi Sudra 2, Tri Lestari 2 Mahasiswa APIKES Mitra Husada Karanganyar 1, Dosen

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini merupakan penelitian yang menelaah hubungan antar

Lebih terperinci

BAB III ANALISA HASIL PENELITIAN

BAB III ANALISA HASIL PENELITIAN BAB III ANALISA HASIL PENELITIAN A. Analisa Yuridis Malpraktik Profesi Medis Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 merumuskan banyak tindak pidana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap kecamatan, adanya balai-balai pengobatan dan kegiatan-kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. setiap kecamatan, adanya balai-balai pengobatan dan kegiatan-kegiatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk menunjang lancarnya kegiatan-kegiatan baik di bidang ekonomi, sosial budaya, kesehatan dan lain-lain. Dalam hal sarana kesehatan diusahakan dapat merata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada jaman modern sekarang ini kemajuan dunia kesehatan semakin baik.

BAB I PENDAHULUAN. Pada jaman modern sekarang ini kemajuan dunia kesehatan semakin baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada jaman modern sekarang ini kemajuan dunia kesehatan semakin baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya tenaga medis dan tehnologi kesehatan yang diciptakan.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA 1 PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 05 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DASAR

Lebih terperinci

Visum et Repertum pada Korban Hidup

Visum et Repertum pada Korban Hidup Visum et Repertum pada Korban Hidup Dedi Afandi 1 ABSTRACT Visum et Repertum (VeR) is a medicolegal report which is made by a doctor in his capacity as an expert, due to an official request from an authorized

Lebih terperinci

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id P U T U S A N. No. 39/PID.B/2014/PN.SBG

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id P U T U S A N. No. 39/PID.B/2014/PN.SBG P U T U S A N No. 39/PID.B/2014/PN.SBG DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Sibolga yang mengadili perkara-perkara pidana dengan acara pemeriksaan biasa pada peradilan tingkat

Lebih terperinci

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id P U T U S A N

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id P U T U S A N P U T U S A N Nomor 253/Pid.B/2014/PN-Sbg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Sibolga yang mengadili perkara pidana dengan acara pemeriksaan biasa dalam tingkat pertama

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. yaitu pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. (1,2)

BAB 1 : PENDAHULUAN. yaitu pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. (1,2) BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi masyarakat untuk tetap bisa melaksanakan aktivitas sehari-hari. Berbagai macam sarana pelayanan kesehatan telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya arti kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya arti kesehatan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor industri kesehatan merupakan sektor yang terus berkembang seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya arti kesehatan. Perkembangan sektor

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR 451 / PID.SUS / 2015 / PT.MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N NOMOR 451 / PID.SUS / 2015 / PT.MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N NOMOR 451 / PID.SUS / 2015 / PT.MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara pidana pada peradilan tingkat banding

Lebih terperinci

PERANAN DOKTER FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA. Oleh : Yulia Monita dan Dheny Wahyudhi 1 ABSTRAK

PERANAN DOKTER FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA. Oleh : Yulia Monita dan Dheny Wahyudhi 1 ABSTRAK Peranan Dokter Forensik, Pembuktian Pidana 127 PERANAN DOKTER FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA Oleh : Yulia Monita dan Dheny Wahyudhi 1 ABSTRAK Di dalam pembuktian perkara tindak pidana yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peradilan adalah untuk mencari kebenaran materiil (materiile waarheid)

BAB I PENDAHULUAN. peradilan adalah untuk mencari kebenaran materiil (materiile waarheid) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan utama pemeriksaan suatu perkara pidana dalam proses peradilan adalah untuk mencari kebenaran materiil (materiile waarheid) terhadap perkara tersebut.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Visum et Repertum.. Definisi Visum et Repertum adalah keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter atas permintaan tertulis (resmi) dari penyidik tentang pemeriksaan medis terhadap

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman dan

Lebih terperinci

NOMOR : 200 /PID/2013/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

NOMOR : 200 /PID/2013/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N NOMOR : 200 /PID/2013/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA ------ PENGADILAN TINGGI SUMATERA UTARA DI MEDAN, yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara pidana dalam

Lebih terperinci

Total Luas Luka Sebagai Indikator Penentuan Derajat Luka pada Kasus Medikolegal

Total Luas Luka Sebagai Indikator Penentuan Derajat Luka pada Kasus Medikolegal Artikel Penelitian Total Luas Luka Sebagai Indikator Penentuan Derajat Luka pada Kasus Medikolegal Dedi Afandi Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Fakultas Kedokteran Universitas Riau Abstrak

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor :439/PID/2015/PT.MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor :439/PID/2015/PT.MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor :439/PID/2015/PT.MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara pidana dalam pengadilan tingkat Banding, telah

Lebih terperinci

Halaman 1 dari 12 Putusan Nomor : 173/Pid.B/2014/PN.Bkn

Halaman 1 dari 12 Putusan Nomor : 173/Pid.B/2014/PN.Bkn P U T U S A N Nomor 173/Pid.B/2014/PN.Bkn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Bangkinang yang mengadili perkara pidana dengan acara pemeriksaan biasa dalam tingkat pertama

Lebih terperinci