BAB III METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. simulasi komputer yang diawali dengan membuat model operasional sistem sesuai dengan

TESIS ANALISIS TINGKAT RISIKO KECELAKAAN KERJA DENGAN METODE FMEA DAN PEMODELAN SISTEM KESELAMATAN KERJA DENGAN SISTEM DINAMIK (STUDI KASUS: PROYEK GE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 3.1 Diagram Alir Sistematika Pemecahan Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah penelitian yang dilakukan. 3.1 Flow Chart

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan suatu cara untuk menjawab permasalahanpermasalahan penelitian yang dilakukan secara ilmiah.

USULAN PERBAIKAN KECELAKAAN KERJA DI TERMINAL PETIKEMAS KOJA BERDASARKAN METODE FMEA (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

Model System Dinamics

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

III. METODOLOGI PENELITIAN

Bab III. Metodologi Penelitian. digunakan dalam penyelesaian masalah pada PT. Calvin Metal Products.

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

PENENTUAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIFITAS PADA PROYEK KONSTRUKSI DENGAN SISTEM DINAMIK

Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah

Analisis Keandalan Pada Boiler PLTU dengan Menggunakan Metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam suatu perusahaan atau industri pasti menggunakan suatu peralatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V HASIL DAN ANALISIS. Penyebab dari kegagalan yang dialami oleh APU unable to start atau tak bisa

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Research and Development/R&D) melalui pendekatan sistem dinamis

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALISIS HAMBATAN DAN REKOMENDASI SOLUSI PADA PROSES OUTBOUND LOGISTIC PT XYZ DENGAN SEVEN TOOLS DAN FMEA

Bab V Validasi Model

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA HASIL. perbaikan. Usulan perbaikan terhadap proses produksi JK-6050 dapat dilihat pada. Tabel 5. 1 Urutan Risk Priority Number

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya kemajuan suatu negara dapat ditinjau dari peningkatan

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

Pengukuran Kapabilitas Proses produksi kacang garing Cont d.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. FAILURE MODE and EFFECT ANALYSIS

Paramita Anggraini ( ) Pembimbing : Dr.Ir. Sri Gunani Partiwi. Co Pembimbing : Prof.Dr.Ir. Budisantoso Wirjodirdjo, M.

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN PENDAHULUAN LANDASAN TEORI PENGUMPULAN, PENGOLAHAN ANALISA DATA PEMETAAN PROSES ALIRAN IMPOR CKD

BAB 3 METODE PENELITIAN

USULAN PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK STANG ENGKOL DI PRODUSEN SENJATA MENGGUNAKAN METODE FAILURE MODE EFFECT ANALYSIS DAN FAULT TREE ANALYSIS (FTA)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah-Langkah Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pekerjaan konstruksi merupakan suatu proses yang besar, yang melibatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

MANAJEMEN RISIKO PROYEK

BAB VI SKENARIO, KESIMPULAN, DAN SARAN

ANALISA DAMPAK KEGAGALAN PROSES PRODUKSI TERHADAP KERUSAKAN PRODUK BAN DENGAN METODE FMEA ( FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS

PANDUAN ANALISIS MODUS KEGAGALAN & DAMPAK (AMKD) Failure Mode,Effect and Analysis (FMEA)

Jurnal Teknologi Vol. 7, No. 2, Oktober 2017, Hal E- ISSN : ISSN : Copyright 2017 by LPPM UPI YPTK Padang

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Diagram alir di bawah ini merupakan langkah-langkah yang diambil untuk mendukung

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

ANALISIS RISIKO PADA UJI PEMBEBANAN (LOADING TEST) JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA)

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

FMEA SEBAGAI ALAT ANALISA RISIKO MODA KEGAGALAN PADA MAGNETIC FORCE WELDING MACHINE ME-27.1

8 MODEL PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG

SISTEM DAN MODEL Tujuan Instruksional Khusus:

Skenario Kebijakan Penentuan Upah Minimum Regional (UMR) dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Industri Padat Karya

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI. HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS KATA PENGANTAR...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berperan penting dalam perusahaan selain manajemen sumber daya manusia,

BAB V ANALISA HASIL. permukaan material terlihat bercak atau noda keputih-putihan. Bercak atau

3.3. PENGEMBANGAN MODEL

BAB 2 LANDASAN TEORI

Usulan Kebijakan Preventive Maintenance dan Pengelolaan Spare Part Mesin Weaving dengan Metode RCM dan RCS

Pembimbing : Bpk. Ir Arie Indartono MT Bpk. Projek Priyongo SL ST MT

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESA. Kerangka Berpikir

DAFTAR ISI. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi Masalah Ruang Lingkup Penelitian Data yang Diperlukan...

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

ABSTRAK. Kata kunci: analisa moda dan efek kegagalan, pakan ternak, pengendalian kualitas, mix up

BAB V ANALISA HASIL. terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut :

BAB 3 METODE PENELITIAN

6 MODEL PENGEMBANGAN PESISIR BERBASIS BUDIDAYA PERIKANAN BERWAWASAN LINGKUNGAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PADA MESIN PRODUKSI NONWOVEN SPUNBOND DENGAN MENGGUNAKAN METODE SEVEN TOOLS DAN FMEA

BAB II MODEL Fungsi Model

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran atau kecepatan penyelesaian berbagai pekerjaan apapun.

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut Ogbo (2014, p.5), jenis-jenis inventori terbagi menjadi 3, yaitu Raw Material, Work In Process dan Finished Goods.

BAB V ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Perumusan Masalah

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB III METODE PENELITIAN

PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR (SUPPLY CHAIN DI PT. XYZ TUGAS SARJANA DEA DARA DAFIKA SIAGIAN NIM.

METODOLOGI Kerangka Pemikiran

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Penelitian ini secara garis besar mencoba menjelaskan langkah-langkah dalam mengevaluasi tingkat kecelakaan kerja yang bersumber dari bahaya unsafe condition pada pekerjaan proyek kontruksi. Pekerjaan dengan tingkat risiko kecelakaan tertinggi menjadi prioritas dalam evaluasi dan perbaikan. Secara umum tahapan pada penelitian ini diawali dengan identifikasi potensi bahaya kecelakaan pada setiap pekerjaan struktur gedung. Kemudian menentukan pekerjaan dengan tingkat risiko kecelakaan tertinggi dengan metode FMEA sebagai prioritas perbaikan. Selanjutnya pekerjaan yang memiliki tingkat risiko kecelakaan tertinggi akan dimodelkan dengan sistem dinamik, dengan sumber bahaya berasal dari unsafe condition. Sistem dinamik akan memodelakan sistem keselamatan kerja dan potensi bahaya, yang menghasilkan besarnya tingkat kecelakaan dan biaya keselamatan kerja sebagai pertimbangan mengambil keputusan. Penelitian menggunakan studi kasus proyek gedung X di Yogyakarta. Tahap awal metode FMEA dengan melakukan identifikasi potensi bahaya kecelakaan kerja pada pekerjaan struktur gedung secara umum. Potensi bahaya kecelakaan kerja yang mungkin terjadi ditentukan dari penelitianpenelitian yang terkait dengan potensi bahaya kecelakaan kerja kontruksi gedung. Tahap selanjutnya menentukan nilai severity, occurance, dan detection pada potensi bahaya kecelakaan kerja pekerjaan struktur gedung X yang mungkin terjadi. Tahap terakhir dari metode FMEA menghitung RPN (risk priority

20 number) dari perkalian severity, occurance, dan detection. Nilai RPN menunjukan besarnya nilai risiko kecelakaan kerjai, semakin besar nilai RPN semakin besar kemungkinan risiko kecelakaan tersebut menjadi prioritas perbaikan. Pekerjaan kontruksi proyek gedung X dengan nilai RPN tertinggi menjadi prioritas utama untuk perbaikan. Perbaikan yang dimaksud adalah mengurangi tingkat kecelakaan yang terjadi di pekerjaan struktur gedung X. Pekerjaan struktur dengan nilai RPN tertinggi akan menjadi pekerjaan yang dimodelkan dengan sistem dinamik. Sistem dinamik menyelesaikan suatu masalah tidak dilihat pada satu pokok bagian saja, tetapi dilihat semua pengaruhnya terhadap semua yang berhubungan dengan masalah tersebut. Hal ini sesuai dengan sistem keselamatan kerja, karena didalam sistem keselamatan kerja banyak variabel yang saling mempengaruhi. Selain itu sistem dinamik menggunakan metode pendekatan eksperimental yang mendasari pengamatan kenyataan untuk memahami tingkah laku sistem. Model dinamis dipakai untuk penelitian ini, model dinamis merupakan model yang dapat dikembangkan untuk menunjukkan perubahan over time. Model juga merupakan sebuah model analog yang mewakili situasi dinamik, yaitu keadaan berubah menurut waktu. Sesuai dengan tujuan penelitian pengukuran akan dilakukan berdasarkan tingkat kecelakaan dengan tambahan biaya keselamatan. Mengetahui jenis varibel yang mempengaruhi tingkat kecelakaan dan biaya keselamatan untuk mempemudah pembuatan model agar perilaku model dapat mewakili kenyataan.

21 Kebijakan yang digunakan dalam pemodelan bertujuan sebagai pengontrol terhadap variabel keluaran berupa tingkat kecelakaan dan biaya keselamatan. Kebijakan ini akan digunakan sebagai dasar pembuatan skenario yang memberi gambaran optimasi pada model. Skenario memberi gambaran bagi manajemen keselamatan proyek gedung X membuat keputusan rasional sehingga memperoleh tingkat kecelakaan dan biaya keselamatan yang optimal. Dari flowchat pada gambar 3.1 menunjukan tahapan-tahapan dalam melakukan penelitian. Metode penelitian sebagai landasan dan acuan dalam melakukan penelitian, sehingga berjalan dengan sistematis, terstruktur, dan terarah sesuai dengan urutan yang sudah disusun. Penjelasan secara detail setiap tahapan penelitian dijelaskan di bawah ini.

Gambar 3.1 Metode Penelitian 22

23 3.2 Identifikasi Potensi Kecelakaan Kerja Tahap ini dilakukan identifikasi terhadap potensi bahaya kecelakaan kerja yang mungkin terjadi pada kegiatan pembangunan gedung. Lalu membuat daftar potensi bahaya kecelakaan kerja berdasarkan pekerjaan struktur gedung secara umum. Potensi bahaya kecelakaan kerja diperoleh dari penelitian yang membahas bahaya kecelakaan pada bangunan gedung. Selanjutnya pontesipotensi bahaya tersebut perlu dilakukan konfirmasi untuk melihat potensi bahaya yang mungkin timbul di pekerjaan struktur gedung. Konfirmasi dilakukan dengan cara meminta pendapat dari reponden melalui kuisoner. Selanjutnya kuisonernya ini di kuisoner ini diisi oleh orang-orang yang berkaitan dengan proyek pembangunan gedung yang memliki pengalaman yang cukup dan terkait dengan kecelakaan kerja. Jumlah kuisoner yang disebar berjumlah ganjil, dimana potensi bahaya akan dianggap mungkin timbul terjadi bila 50% lebih menjawab mungkin. 3.3 Menentukan Severity, Occurance, dan Detection Tahap ini menentukan ranking untuk severity, occurance, dan detection berdasarkan sumber terkait dengan melakukan studi litelatur dan survei lapangan. Nazir (1983) mengungkapkan metode survei adalah penelitian lapangan yang dilakukan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada untuk mencari keterangan secara faktual. Pada tahap ini juga ditentukan apakah potensi bahaya yang sudah diidentifikasi sesuai dengan proyek ditinjau, bila tidak sesuai dengan proyek ditinjau dilakukan kembali pengidentifikasian potensi kecelakaan

24 kerja. Pekerjaan sktruktur yang memiliki catatan kecelakaan yang pernah terjadi akan dinilai tingkat risikonya, karena FMEA digunakan untuk mengukur risiko pada proses yang sudah terjadi kegagalannya. Berikut penentuan ranking atau skala severity, occurance, dan detection : 1. Severity failure mode menunjukan tingkat keseriusan akibat yang ditimbulkan. Skala / ranking yang digunakan dalam penelitian ini bedasarkan standar Incident Severity Scale (National Incident Database Report, 2011 dan Wang, et al, 2009), tabel skala severity dapat dilihat pada lampitan A, tabel A.2. Standar ini memberi dampak dari potensi kecelakaan kerja mengenai luka, penyakit, bahaya sosial, dan psychological, serta bahaya terhadap mesin atau peralatan. Penelitian ini hanya melihat dampak yang ditimbulkam dari potensi kecelakaan kerja berupa luka yang ditimbulkan. Nilai untuk severity untuk potensi kecelakaan kerja di dapat dari hasil kuisoner yang dibagikan ke staf HSE proyek gedung X. 2. Occurance merupakan frekuensi dari penyebab kegagalan (potensi kecelakaan kerja) secara spesifik dari suatu proyek tersebut terjadi dan menghasilkan bentuk kegagalan. Skala yang digunakan dari 1 (hampir tidak penah) sampai dengan 10 (hampir sering). Standar occurance yang digunakan penelitian ini bedasarkan penelitian dari Wang, et al (2009), tabel skala occurance dapat dilihat pada lampitan A, tabel A.3. Nilai untuk occurance untuk potensi kecelakaan kerja di dapat dari hasil kuisoner yang dibagikan ke staf HSE proyek gedung X.

25 3. Detection merupakan pengukuran terhadap kemampuan mendeteksi atau mengontol kegagalan (potensi kecelakaan kerja) yang bisa terjadi. Skala yang digunakan dari 1 (alat bisa mengontrol atau mendeteksi kegagalan) sampai dengan 10 (alat tidak bisa mengontrol atau mendeteksi kegagalan). Standar detection yang digunakan penelitian ini bedasarkan penelitian dari Wang, et al (2009), tabel skala detection dapat dilihat pada lampitan A, tabel A.3. Nilai untuk detection untuk potensi kecelakaan kerja di dapat dari hasil kuisoner yang dibagikan ke staf HSE proyek gedung X. 3.4 Menghitung Nilai Risk Priority Number (RPN) Nilai RPN didapat dari pekalian SOD (Severity, Occurance, Detection). Pekerjaan struktur gedung X dengan nilai RPN paling tinggi mempunyai prioritas perbaikan. Untuk nilai SOD didapat dari nilai rata-rata kuisoner yang diisi staf HSE proyek gedung X. RPN = Severity x Occurrence x Detection...(1) 3.5 Pendekatan Sistem dan Pemodelan Sistem Dinamik Sebelum membuat model dinamik, pertama dilakukan identifikasi variabel yang mempengaruhi terhadap tingkat kecelakaan dan biaya keselamatan. Proses identifikasi menggunakan literatur yang ada dan penelitian yang terkait. Pemodelan akan mengcangkup sisitem keselamatan kerja, sumber bahaya, pengawasan dan pengontrolan bahaya, dan biaya keselamatan. Variabel-variabel

26 ini ada yang menjadi pengontrol, penguat, dan penyeimbang yang akan dilihat pada pemodelan casual loop diagram (CLD). Setelah mengidentifikasi variabel dalam pemodelan, pembuatan diagram input-output untuk mempermudah kita menyusun CLD. Diagram input-ouput memperlihatkan variabel mana yang menjadi pengaruh dan varibal mana yang dipengaruhi. Diagram ini juga memperlihatkan variabel mana yang bisa dikontrol dan tidak bisa dikontrol. Model dituntun kompleks sehingga dapat menangkap perilaku sesuai sistem yang nyata. Tingkat kompleksitas model sering menjadi kelemahan karena model akan menjadi bias dan tidak dapat menangkap perilaku kenyataan. Sehingga kelemahan ini dihindari dengan cara pemodelan sistem yang lebih detail untuk menghidari kompleksitas yang tidak diperlukan. Penggunaan FMEA sebelum metode sistem dinamik bertujuan untuk memperoleh pekerjaan struktur dengan tingkat risiko kecelakaan tertinggi, pekerjaan ini menjadi prioritas perbaikan. Tujuan lainnya juga membatasi tuntuntan kompleksitas sehingga model akan lebih spesifik dan dapat menangkap perilaku sesuai kenyataaan. Proses ini haruslah sistematik sehingga bisa dipertanggung jawabkan hasilnya, maka itu FMEA sebagai metode awal untuk menentukan spesifikasi model yang akan dibuat. Model dibuat mewakili pekerjaan dengan nilai RPN kecelaakaan tertinggi dan sistem keselamatan yang berpengaruh terhadap pekerjaan tersebut dari metode FMEA sebelumnya. Pemodelan sistem manajemen keselamatan menggunakan model keselamatan kerja (Mozier, 1999), untuk sumber bahaya dan risiko berasal dari kondisi tidak aman (unsafe condition) pada tempat kerja.

27 Pembuatan berdasarkan model pekerjaan dengan nilai RPN tertinggi, lalu berikutnya pembuatan model metal dengan diagram casual loop diagrams (CLD). Struktur model dilanjutkan dengan membangun diagram alir dengan alat SFD (stock-flow diagrams) sebagai bahasa bersama pemodelan SD. Penentuan variabel atau parameter yang akan dijadikan stock (akumulasi) dan flow (aliran yang dapat mengubah nilai stock). Lalu formulasi model simulasi dari SFD menggunakan alat bantu program komputer STELLA. Penyusunan model SFD ini berdasarkan sistem yang nyata dilapangan, untuk itu perlunya pengamatan langsung dilapangan, diskusi, wawancara, dan observasi sesuai kondisi lapangan. Model SFD diharapkan mempunyai struktur yang stabil dan menangkap perilaku kenyataaan. Sistem manajemennya sendiri berdasarkan model keselamatan kerja Mozier (1999) dan disesuaikan dengan sistem keselamatan proyek gedung X. Pentingnya penyesuaian ini karena model Mozaier (1999) digunakan pada industri kayu, sedangkan pada penelitian ini mengukur keselamatan kerja konstruksi. Penyesuain yang dilakukan dapat berupa kebijakan, waktu yang dipakai, jenis bahaya, dan perbedaan yang pasti pada sumber bahaya yaitu unsafe condition. Sumber bahaya unsafe condition diukur dengan cara observasi tertutup karena peneliti mau mendapatkan keadaan sebenarnya dilapangan. Observasi ini akan memperoleh seberapa besar unsafe condition dilapangan (lampiran C2), hal ini akan digunakan dalam model sebagai nilai acuan menyusun parameter, konstanta, fungsi tabel dan tingkatan.

28 Nilai parameter, konstanta, fungsi tabel, dan tingkatan diperoleh dengan cara diskusi, wawancara, dan melihat rekap data HSE proyek gedung X. Jenisjenis bahaya diambil dari HIRAC di safety plan proyek gedung X. Kebijakan dan waktu-waktu pengawasan berdasarkan hasil wawancara staf HSE dan rekap jadwal pada safety plan proyek gedung X. Biaya yang dikeluarkan dalam sistem keselamatan proyek gedung X menggunakan data yang bersumber dari internet, seperti upah staff proyek gedung X ada disitus kontraktor resminya. Regulasi dalam model berperan memberi batasan agar perhitungan data sesuai dengan peraturan pemerintah yang ada. 3.6 Validasi dan Vertifikasi Model Setelah model dibuat perlu dilakukan validasi dan vertifikasi model, kedua hal ini tidak terlepas satu dengan lainnya. Eriyatno (2003) menyebutkan bahwa verifikasi model adalah pembuktian bahwa model komputer yang telah disusun pada tahap sebelumnya mampu melakukan simulasi dari model abstrak yang dikaji. Secara umum dapat diartikan bahwa proses untuk mengechek bahwa program komputer yang dibuat sudah benar penerapannya. Cara yang dilakukan adalah menguji sejauh mana program komputer yang dibuat telah menunjukkan perilaku dan respon yang sesuai dengan tujuan dari model. Validasi adalah proses penyimpulan apakah model sistem tersebut merupakan perwakilan yang sah dari realitas yang dikaji, sehingga dapat menghasilkan kesimpulan yang meyakinkan. Dalam proses pemodelan validasi

29 dan verifikasi dilakukan untuk setiap tahap pemodelan yaitu validasi terhadap model konseptual, verifikasi terhadap model komputer dan validasi operasional. Pengujian validasi model konseptual dan oprasional pada model penelitian ini dilakukan dengan cara uji sensitivitas pada setiap parameter, konstanta, fungsi tabel, dan tingkatan yang dipakai dalam model. Sensitivitas yang dilakukan dengan pengujian ekstrem nilai, dengan membuat nilai parameter dalam model menjadi nol atau mendekati nol dan membuatnya dua kali lipat. Validasi dengan kondisi ekstrem ini untuk melihat apakah strutur model tetap mengambil perilaku kenyataan saat kondisi yang berbeda, bila perilaku model tetap maka model valid secara konseptual konseptual dan oprasional. Saat sensitivitas kondisi ekstrem juga dapat dilihat parameter kebijakan mana yang paling sensitif terhadap perubahan, parameter kebijakan bisa digunakan sebagai pembuatan skenario. Setelah model dinyatakan valid untuk setiap parameternya, selanjutnya model akan dijalankan dengan data yang didapat dari lapangan. Pengujian validasi juga dilakukan dengan mengeluarkan nilai hasil simulasi variabel utama dengan membandingkannya dengan pola perilaku data aktual. Uji statistik dilakukan setelah secara visual meyakinkan dengan mengecek nilai error antara data simulasi dan data aktual dalam batas deviasi yang diperkenankan antara 5-10%. Ukuran relatif untuk menentukan nilai MSE (Mean Squared Error) dan RMSPE (Root Mean Squared Percentage Error). Pengujian ini dilakukan untuk melihat seberapa besar perbedaan hasil dari simulasi dengan kenyataan. Hasil yang dikeluarkan simulasi diharapkan tidak jauh berbeda dengan kenyataan, hal ini untuk menunjukan bahwa simulasi dapat mewakili kenyataan.

30 3.7 Analisis Sistem Dinamik (Skenario) Setelah dinyatakan valid selanjutnya dilakukan simulasi model dengan skenario business as usual, artinya kegiatan atau bisnis dilakukan seperti biasa tanpa ada intervensi dalam sistem. Simulasi akan memberi gambaran kinerja baik yang sekarang maupun yang akan mendatang. Penelitian bertujuan memberi gambaran sistem keselamatan kerja memberi kondisi optimal untuk waktu mendatang. Kondisi optimal yang dimaksud merupakan keadaan dimana manajemen keselamatan kerja proyek gedung X memperoleh tingkat kecelakaan yang rendah dan biaya keselamatan yang tidak naik. Kondisi optimal juga harus memberi subuah keadaan stabil dimasa mendatang. Simulasi model dengan skenario intervensi dilakukan dengan beberapa alternatif skenario yang disusun. Hasil simulasi akan memberi gambaran prediksi dari masing-masing skenario. Penelitian ini yang menjadi intervensi untuk skenario adalah kebijakan-kebijakan yang mempengaruhi tingkat kecelakaan dan biaya keselamatan. Hasil dari gambaran prediksi skenario akan memberi pertimbangan manajemen keselamatan dalam membuat keputusan.