Pembimbing : Bpk. Ir Arie Indartono MT Bpk. Projek Priyongo SL ST MT

Transkripsi

1 BAB 1 BAB 2 PRESENTASI SIDANG TUGAS AKHIR ANALISA KEANDALAN PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN METODE FAILURE MODE EFFECT & ANALYSIS (FMEA) DALAM MERENCANAKAN STRATEGI PREVENTIVE MAINTENANCE (Studi Kasus PT. Lotus Indah Textile Industries Surabaya) Penyusun Tugas Akhir : Rizki Dwi Wardana Pembimbing : Bpk. Ir Arie Indartono MT Bpk. Projek Priyongo SL ST MT BAB BAB K & S

2 Latar Belakang Pendahuluan Kegiatan pengelolaan limbah secara kontinu selama 7x 24 jam menyebabkan penurunan keandalan peralatan yang ada pada sistem pengelolaan limbah. Hal ini menyebabkan timbulnya resiko kerusakan peralatan penunjang sistem. Untuk meningkatkan keandalan sistem pengelolaan air limbah, maka perlu dilakukan analisa penyebab penurunan keandalan komponen dan analisa kegagalan dengan menggunakan metode FMEA (Failure Mode Effect & Analysis) yang akan menghasilkan Risk Priority Number (RPN). Dari hasil penentuan RPN akan didapatkan urutan prioritas resiko yang selanjutnya akan diperhitungkan Nilai keandalannya serta strategi pemeliharaan (Preventive Maintenance)

3 Rumusan Masalah Pendahuluan 1. Bagaimana cara menentukan tingkat prioritas resiko kegagalan sub-sistem WWTP yang akan digunakan dalam penyusunan preventive maintenance. 2. Resiko yang dapat terjadi diantaranya adalah kegagalan proses pengelolaan dan kebocoran limbah atau bahan kimia. Resiko tersebut diakibatkan karena penurunan keandalan komponen pada sistem pengelolaan air limbah. Oleh karena itu, maka diperlukan strategi pemeliharaan yang tepat untuk meningkatkan efisiensi keandalan sistem pengelolaan air limbah

4 Tujuan Penelitian Pendahuluan 1. Mengetahui tingkat prioritas resiko kegagalan subsistem WWTP sehingga digunakan dalam penyusunan preventive maintenance. 2. Menyusun strategi pemeliharaan (preventive maintenance) yang tepat pada WWTP dengan jalan melakukan analisa keandalan dari komponen kritis untuk meningkatkan efisiensi dan keselamatan sistem. Batasan Masalah 1. Penelitian awal adalah mencari Risk Priority Number dari data kegagalan sistem pada Waste Water Treatment Plant. 2. Objek analisa keandalan adalah sub-sistem Waste Water Treatment Plant yang memiliki tingkat risk priority number tinggi. 3. Analisa resiko hanya dilakukan pada sistem Waste Water Treatment Plant.

5 5.2 Analisa Resiko FMEA Dalam analisa FMEA ini terdapat sembilan komponen unit pengelolaan air limbah yang dianalisa bentuk-bentuk kegagalan dan efek yang ditimbulkannya terhadap proses kerja. Terjadi 38 kali kegagalan pada sistem pengelolaan air limbah dan seluruh nya direkap sehingga hanya terjadi 34 kali kegagalan yang sama. Failure modes pada dose pump terjadi sebanyak lima bentuk kegagalan dengan tipe kegagalan berpengaruh terhadap terjadinya kegagalan WWTP. Dose pump sendiri merupakan sub sistem yang memiliki rating resiko kegagalan tertinggi. Failure modes pada motor pengaduk bak 3 terjadi sebanyak lima bentuk kegagalan dengan tipe kegagalan berpengaruh terhadap terjadinya kegagalan WWTP. Failure modes pada pompa mekanik bak 1 terjadi sebanyak tiga bentuk kegagalan dengan tipe kegagalan berpengaruh terhadap terjadinya kegagalan WWTP. Failure modes pada motor pengaduk cepat terjadi sebanyak tiga bentuk kegagalan dengan tipe kegagalan berpengaruh terhadap terjadinya kegagalan WWTP.

6 5.3 Analisa Perhitungan Kuantitatif Berdasarkan hasil perhitungan MTTF seperti dalam tabel 4.7 dapat diketahui bahwa selang waktu dose pump mengalami kegagalan lagi adalah 267,3937 hari. Sedangkan selang waktu pada komponen motor pengaduk bak 3 adalah 571,1054 hari. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar nilai MTTF yang dimiliki komponen menunjukkan peralatan tersebut memiliki rentan waktu kerusakan yang lama, sebaliknya jika nilai MTTF yang dimiliki komponen kecil berarti semakin rentan komponen tersebut untuk mengalami kerusakan.

7 5.3 Analisa Perhitungan PM Dalam perhitungan preventive maintenance ini menggunakan interval waktu maintenance mulai T90, T180, T270, T360, T450, T540 sampai T1440 dengan jarak antar interval adalah 90 hari. berdasarkan hasil perhitungan keandalan preventive maintenance dengan menggunakan interval waktu T210 diketahui bahwa komponen Dose Pump mengalami peningkatan nilai keandalan dari nilai 0,3513 sebelum dilakukan preventive maintenance menjadi 0,5220 setelah dilakukan preventive maintenance. hal ini juga diperjelas dengan adanya grafik keandaan dose pump menunjukkan bahwa dengan melakukan preventive maintenance, komponen kritis selain dapat ditingkatkan nilai keandalan juga usia komponen dapat diperpanjang sampai batas maksimal yang dimiliki komponen tersebut. Hal tersebut diatas berlaku juga pada ke 3 komponen lainya

8 5.4 Analisa Perhitungan Biaya Perawatan Penentuan interval waktu perawatan dengan preventive maintenance ini juga mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan untuk perawatan komponen selama melakukan maintenance. Untuk penentuan biaya perawatan ini dipengaruhi oleh biaya material dan biaya tenaga kerja. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.9 untuk biaya tenaga kerja dan tabel hingga untuk biaya material diperoleh nilai sebagai berikut : Jenis Biaya Per bulan (Rp) PerJam (Rp) PerHari (Rp) Total Biaya Karyawan Rawat dan Tenaga P. Dose Pump P.Pompa Mekanik P.Motor Penganduk bak P.Motor Pengaduk perhitungan biaya perbaikan (CR) dipengaruhi oleh biaya man hours (CW), biaya Cepat penggantian komponen Total Biaya (CF) dan biaya akibat tidak beroperasinya mesin (CO). Dari hasil perhitungan, diketahui biaya untuk masing masing komponen sbb:

9 KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengolahan serta analisa data yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Hasil penilaian risk priority number(rpn) yang diberikan dalam analisa FMEA menunjukkan komponen kritis yang perlu mendapatkan prioritas utama untuk mendapatkan perhatian dari pihak manajemen adalah komponen dose pump dengan RPN sebesar 48 berasal dari probability occurrence senilai 4, severity senilai 6 dan detection senilai 2. Hal ini dikarenakan tingkat resiko yang timbul lebih tinggi dibandingkan komponen lainnya. Setelah dose pump, motor pengaduk cepat menempati posisi kedua dengan RPN sebesar Analisa preventive maintenance pada dose pump untuk T90, T180 dan T270 pada t=300 menunjukkan bahwa pm pada T270 memiliki nilai tertinggi sebesar 0,9907 diikuti oleh T90 dengan nilai 0,7226 dan T180 dengan nilai 0, Berdasarkan perhitungan biaya maintenance, biaya perawatan yang paling tinggi terjadi pada komponen motor pengaduk bak 3 dengan alokasi biaya maintenance (CM) Sebesar Rp ,00/hari dan biaya perbaikan (CR) s ebesar Rp ,00/hari 4. Kebijakan perawatan yang diberikan untuk menentukan jadwal preventive maintenance didasarkan pada pertimbangan hasil analisa keandalan dengan preventive maintenance dan rasio biaya perawatan jika dilakukan preventive maintenance.