BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN. 4.1 Visi dan Misi Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan a.

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN. 4.1 Visi dan Misi Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan a.

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum dan

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

INDIKATOR KINERJA UTAMA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

EVALUASI KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) PATUT PATUH PATJU KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR: 30 TAHUN 2017 TENTANG

INDIKATOR KINERJA UTAMA

TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI : BERKUALITAS DI SEMUA LINI PELAYANAN MISI TUJUAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

RSUD DATU SANGGUL RANTAU KABUPATEN TAPIN

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KABUPATEN SIDOARJO

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOETOMO SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Umum Identifikasi Masalah

MISI MENJADI RUMAH SAKIT BERSTANDAR KELAS DUNIA PILIHAN MASYARAKAT KEPUASAN DAN KESELAMATAN PASIEN ADALAH TUJUAN KAMI

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

I. PENDAHULUAN. dilaksanakan di seluruh sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta,

Pemerintah Kota Tangerang

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan Luas Bangunan Rumah Sakit terdiri dari 2 Lantai Gedung, yaitu : Lantai Bawah : 5.721,71 m 2 Lantai Atas : 813,84 m 2

RSUD KOTA BANDUNG RENJA 2014 BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja (Renja) RSUD Kota Bandung Tahun 2014 merupakan dokumen

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Rencana Kerja Tahun 2015 (Revisi) 1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. derajat kesehatan dilakukan dengan berbagai upaya salah satunya dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan

Tahun-1 (2015) Tahun-2 (2016) Tahun-3 (2017) Tahun-4 (2018) Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

INDIKATOR KINERJA UTAMA

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit Umum Daerah Cicalengka sampai saat ini memiliki fasilitas pelayanan kesehatan sebagai berikut :

Rencana Kerja Tahun 2014 (Revisi) 1

RENCANA KINERJA TAHUNAN RSUD PLOSO KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 RUMUS/ FORMULA. tahun = Jumlah pasien rawat inap + Jumlah pasien rawat jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. of Hospital Care yang dikutip Azwar (1996) mengemukakan beberapa

2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan ( Lembaran Negara RI Tahun 1992 Nomor 100, Tambah Lembaran Negara Nomor 3445 );

Penilaian pelayanan di RSUD AM Parikesit menggunakan indikator pelayanan kesehatan, adapun data indikator pelayanan dari tahun yaitu :

RENCANA KERJA (RENJA ) RUMAH SAKIT JIWA SAMBANG LIHUM TAHUN 2016

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai

BAB 1 : PENDAHULUAN. Tahun Pemerintah berkewajiban mengupayakan tersedianya pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan dengan fungsi yang

BAB I PENDAHULUAN. ancaman yang akan datang. Rumah Sakit yang memiliki perencanaan strategis akan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan rawat jalan, rawat inap dan gawat darurat. Dari

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP)

GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencari dan menerima pelayanan kedokteran dan tempat pendidikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Rencana Kerja Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum

LAPORAN KINERJA UPT RUMAH SAKIT KUSTA SUMBERGLAGAH TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.25, 2008 DEPARTEMEN PERTAHANAN. RUMAH SAKIT dr Suyoto. Organisasi. Tata Kerja.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF RSUD CIBINONG KABUPATEN BOGOR TAHUN

LAPORAN KINERJA RS JIWA SAMBANG LIHUM 2015

1V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. penting guna menunjang aktifitas sehari-hari. Demi terpenuhinya. kesehatan. Undang Undang Nomor 44 tahun 2009 mendefinisikan

LAPORAN KINERJA TRIWULANAN RSUD LAWANG TAHUN 2015

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja (Renja) RSUD Kota Bandung Tahun 2015 merupakan. dokumen rencana pembangunan RSUD Kota Bandung periode tahun

INDIKATOR KINERJA UTAMA

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk meningkatkan mutu. pelayanan kesehatan demi kepuasan masyarakat yang menggunakan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Salah satu tujuan primer rekam kesehatan/rekam medis. berbagai fasilitas pelayanan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, hal itu disebabkan karena semakin tingginya kesadaran masyarakat akan

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Doktrin New Public Management (NPM) atau Reinveting

BAB I PENDAHULUAN. perorangan yang menyediakan rawat inap dan rawat jalan yang memberikan

KATA PENGANTAR. Buku Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) RSUD Ambarawa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi

PENETAPAN KINERJA RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT RAWAT JALAN RUMAH SAKIT ELIZABETH

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, maka tuntutan

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit dari cost center menjadi profit oriented membutuhkan suatu peraturan

RENCANA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PLOSO KABUPATEN JOMBANG TAHUN 201 6

NAMA SKPD VISI MISI TUGAS POKOK FUNGSI. a. Penyelenggaraan pelayanan medis

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan jasa kesehatan. Keberhasilan sebuah rumah sakit dinilai dari mutu

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

RENCANA KERJA RUMAH SAKIT JIWA SAMBANG LIHUM TAHUN 2018

NOMOR : 10 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN LANDAK

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, padat pakar, dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena

LAPORAN KINERJA (LKj) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LAWANG TAHUN 2015

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Perencanaan Pembangunan Daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan didalamnya, guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan wilayah/daerah dalam jangka waktu tertentu. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, Pasal 27 yaitu : (1) SKPD menyusun Renja-SKPD. (2) Rancangan Renja-SKPD disusun dengan mengacu pada rancangan awal RKPD, Renstra-SKPD, hasil evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan periode sebelumnya, masalah yang dihadapi, dan usulan program serta kegiatan yang berasal dari masyarakat. (3) Rancangan Renja-SKPD memuat kebijakan, program dan kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. (4) Program dan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi program dan kegiatan yang sedang berjalan, kegiatan alternatif atau baru, indikator kinerja, dan kelompok sasaran yang menjadi bahan utama RKPD, serta menunjukkan prakiraan maju. Paradigma penganggaran berbasis kinerja mengharuskan proses perencanaan dan proses penganggaran menjadi proses yang saling terkait dan harus seimbang. Penganggaran tidak bisa disusun tanpa proses perencanaan terlebih dahulu dan sebaliknya perencanaan perlu mempertimbangkan ketersediaan dana dan kelayakan ekonomi agar realistis. Perencanaan pada dasarnya adalah proses yang berjalan secara terus menerus dan merupakan daur pemecahan masalah yang berulang [problem solving cycle] dalam mewujudkan perubahan fenomena-fenomena tertentu yang semakin lama semakin baik sesuai dengan tujuan pembangunan termasuk 1

pembangunan kesehatan di tingkat provinsi. Secara umum perencanaan terdiri dari 4 (empat) proses atau tahapan standar, yaitu: 1. Mengkaji di mana atau pada posisi apa keberadaan kita pada saat sekarang ini 2. Menentukan ke mana kita menuju atau ingin menjadi seperti apa kita pada suatu saat nanti, 3. Menentukan bagaimana atau kegiatan apa yang perlu dilakukan agar kita dapat sampai pada kondisi seperti yang kita inginkan tersebut, dan 4. Menentukan Sumberdaya/Biaya untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut. Empat tahapan standar perencanaan tersebut harus diikuti/dilaksanakan oleh para perencana kesehatan di daerah sebagai upaya untuk meningkatkan mutu perencanaan dan penganggaran kesehatan, antara lain agar perencanaan tersebut berbasis pada kenyataan (evidence based planning) serta penganggaran tersebut berorientasi pada pencapaian suatu kinerja tertentu (anggaran berbasis kinerja). Dalam kerangka perencanaan pembangunan kesehatan nasional, Rumah Sakit Ernaldi Bahar dalam penyusunan perencanaan kesehatan juga harus memperhatikan hirarki kebijakan yang lebih tinggi dalam administrasi Negara seperti RPJM Nasional, Renstra Kementrian Kesehatan, MDGs, Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan kebijakan Desentralisasi, termasuk beberapa peraturan perundang-undangan diantaranya No 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), PP 8 tahun 2008 dan PP No. 58 tahun 2005, Permendagri No. 13 tahun 2006 dan perubahannya. Selain itu, perencanaan yang disusun juga harus sejalan dengan RPJMD Provinsi yang telah disusun. Dengan tekad ingin mewujudkan visi dan misi daerah Sumatera Selatan dan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan semua lapisan masyarakat Sumatera Selatan, serta cerdas dalam sikap pikir menangkap dan mengolah peluang berlandaskan moral yang tinggi serta optimis untuk terlaksana dan terdepan dalam pembangunan sehingga menjadi acuan bagi daerah - daerah lain, serta meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan melalui perluasan pusat pelayanan rumah sakit dan fasilitas kesehatan inilah saatnya memulai menuju masa depan gemilang, melalui perluasan pusat pelayanan dan fasilitas kesehatan yang melayani masyarakat Sumatera Selatan secara profesional, Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan menyadari bahwa pemberian kewenangan dari Pemerintah Daerah Provinsi kepada Dinas, Badan, termasuk Rumah Sakit Ernaldi Bahar harus diterima dengan rasa penuh 2

tanggung jawab, untuk keberhasilan pelaksanaan tugas pemerintahan dan pembangunan daerah. Pada pertengahan tahun 2014 Rumah Sakit Ernaldi Bahar sudah menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK- BLUD) secara bertahap melalui Keputusan Gubernur Sumatera Selatan nomor 841/KPTS/BPKAD/2013 tentang penerapan status Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan. Dengan penerapan PPK-BLUD ini diharapkan akan lebih memudahkan rumah sakit untuk dapat merencanakan pengembangan dan memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik dan berkualitas. Selanjutnya Rumah Sakit Ernaldi Bahar masih terus berupaya untuk dapat meningkatkan status PPK BLUD dari bertahap menjadi BLUD penuh. Dengan status BLUD bertahap tersebut, Rumah Sakit Ernaldi Bahar disamping menyusun rencana kerja (renja) juga diharuskan untuk menyusun Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) yang akan berisi uraian terhadap rencana pendapatan operasional dan belanja rumah sakit selaku BLUD. Dalam perjalanannya, untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi Rumah Sakit Ernaldi Bahar dengan lebih baik, maka dibutuhkan adanya perubahan terhadap Rencana Kerja (Renja) yang telah disusun sebelumnya pada tahun anggaran 2015. Dasar utama dari perubahan tersebut adalah adanya kebutuhan yang sangat mendesak yang harus dipenuhi agar pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit dapat berlangsung dengan baik, serta dapat memenuhi kebutuhan rumah sakit sebagai akibat adanya perubahan lingkungan, kebijakan dan permintaan terhadap pelayanan kesehatan. Selain itu juga pada perubahan rencana kerja ini dimaksudkan untuk menampung program dan kegiatan yang belum dapat ditampung dalam rencana kerja awal rumah sakit. 1.2. Maksud dan Tujuan Maksud penyusunan Perubahan Rencana Kerja (Renja) Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan tahun anggaran 2015 adalah menyusun perubahan rencana kerja pembangunan tahunan yang akan dibiayai oleh dana APBD Provinsi Sumatera Selatan dan Pendapatan Jasa Layanan Umum Kesehatan BLUD, sesuai dengan ruang lingkup tugas pokok dan fungsi Rumah Sakit Ernaldi Bahar. 3

Dengan tersusunnya Perubahan Renja tersebut, maka diharapkan dapat menampung seluruh program dan kegiatan yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi Rumah Sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan, khususnya kesehatan jiwa bagi seluruh masyarakat Sumatera Selatan, sesuai dengan kondisi kebutuhaan riil dilapangan dan menjadi prioritas untuk segera dilaksanakan. Dalam Perubahan Kerja Rumah Sakit Ernaldi Bahar tahun anggaran 2015, terdapat penambahan beberapa program dan kegiatan yang sebelumnya tidak tertampung dalam Rencana Kerja Induk Rumah Sakit Ernaldi Bahar sebelumnya. Dengan penambahan program dan kegiatan ini juga diikuti dengan penambahan alokasi anggaran untuk pelaksanaan program dan kegiatan tersebut. Tujuan disusunnya Perubahan Rencana Kerja Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan tahun anggaran 2015 adalah sebagai berikut : 1. Diperolehnya identifikasi rencana kebutuhan penambahan/perubahan/ pergeseran program dan kegiatan untuk tahun anggaran 2015. 2. Diperolehnya kebutuhan anggaran yang akan diusulkan untuk seluruh penambahan/perubahan/pergeseran program dan kegiatan. 3. Terpenuhinya kebutuhan program dan kegiatan sesuai dengan ruang lingkup tugas pokok dan fungsi rumah sakit untuk memberikan pelayanan kesehatan. 4. Terlaksananya pelayanan kesehatan dengan baik untuk seluruh masyarakat di Provinsi Sumatera Selatan. 1.3. Dasar Pertimbangan Perubahan Dasar pertimbangan dalam penyusunan Perubahan Rencana Kerja Rumah Sakit Ernaldi Bahar pada tahun anggaran 2015 adalah sebagai berikut: 1. Pendapatan Jasa Layanan Umum BLUD Untuk Pendapatan Jasa Layanan Umum BLUD yang masuk ke dalam kelompok Pendapatan Asli Daerah pada Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang sah mengalami penambahan target dari rencana awal tahun anggaran 2015. Penambahan target ini disebabkan karena meningkatnya pendapatan jasa layanan umum BLUD sebagai dampak dari meningkatkan utilisasi pelayanan kesehatan di rumah sakit. 4

Seiring dengan sudah diterapkannya Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK - BLUD) di Rumah Sakit Ernaldi Bahar sejak tahun 2014 sesuai dengan Keputusan Gubernur Sumatera Selatan Nomor: 841/KPTS/BPKAD/2013 tentang Penerapan Status Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan, maka salah satu dampaknya adalah adanya peningkatan Pendapatan Operasional Rumah Sakit yang cukup tinggi dalam dua tahun terakhir. Pada tahun anggaran 2014, Realisasi Pendapatan Operasional Rumah Sakit Ernaldi Bahar mencapai Rp. 14.765.903.170,00, melampaui target yang ditetapkan sebesar Rp. 11.000.000.000,00. Sementara untuk realisasi pendapatan operasional rumah sakit pada tahun 2015, sampai dengan bulan Juni 2015, total Pendapatan Jasa Layanan Umum BLUD Rumah Sakit Ernaldi Bahar sudah mencapai Rp. 8.629.851.813,00. Total realisasi pendapatan tersebut belum termasuk klaim pelayanan untuk pasien BPJS pada bulan Juni sebesar Rp. 1.158.700.400,00. Realisasi pendapatan jasa layanan umum BLUD rumah sakit tersebut diperoleh dalam kurun waktu 6 (enam) bulan dengan rata-rata realisasi perbulannya mencapai Rp. 1.631.425.000,00. Dengan dasar pertimbangan tersebut diatas, maka pada Perubahan Rencana Kerja ini diusulkan penambahan alokasi anggaran yang bersumber dari Pendapatan Jasa Layanan Umum BLUD Rumah Sakit pada tahun anggaran 2015 menjadi Rp. 19.000.000.000,00. Peningkatan target pendapatan jasa layanan umum BLUD tersebut juga akan berdampak kepada meningkatnya alokasi anggaran dalam Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) Rumah Sakit Ernaldi Bahar. Peningkatan pendapatan jasa layanan umum BLUD tersebut secara umum disebabkan karena adanya peningkatan jumlah kunjungan (utilisasi) pelayanan rumah sakit sebagai dampak dari adanya pengembangan pelayanan kesehatan rumah sakit, peningkatan kualitas pelayanan kesehatan serta semakin meningkatnya jumlah kepesertaan BPJS sehingga jumlah masyarakat yang telah ditanggung melalui program ini juga meningkat. Peningkatan kepesertaan BPJS salah satunya memberikan dampak peningkatan utilisasi pelayanan kesehatan. Sebagian besar pendapatan jasa layanan umum BLUD rumah sakit tersebut berasal dari klaim pelayanan pasien BPJS yang mencapai Rp. 6.694.913.455,00 selama tahun 2015 (bulan Januari Juni 2015). 5

2. Penambahan Belanja Tidak Langsung Rumah Sakit Ernaldi Bahar Anggaran pada Belanja Tidak Langsung yang digunakan untuk membiayai belanja pegawai yaitu berupa gaji dan tunjangan PNS dilingkungan Rumah Sakit Ernaldi Bahar pada Perubahan Rencana Kerja mengalami peningkatan yang disebabkan karena berbagai faktor, diantaranya adalah adanya kenaikan gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebesar 6%, kenaikan gaji berkala PNS dan kenaikan pangkat PNS. 3. Penambahan Program dan Kegiatan Rumah Sakit Ernaldi Bahar Dalam Perubahan Rencana Kerja Tahun Anggaran 2015 ini, Rumah Sakit Ernaldi Bahar mengusulkan penambahan program dan kegiatan yang disusun berdasarkan kebutuhan rumah sakit untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan dengan lebih baik bagi masyarakat Sumatera Selatan. Pada anggaran induk tahun 2015, Rumah Sakit Ernaldi Bahar mendapatkan alokasi dana sebesar Rp. 17.134.402.950,00 yang berasal dari Rp. 6.134.402.950,00 berasal dari APBD Provinsi Sumatera Selatan dan Rp. 11.000.000.000,00 berasal dari pendapatan jasa layanan umum BLUD Rumah Sakit Ernaldi Bahar. Total anggaran tersebut hanya dapat digunakan untuk pelaksanaan 3 Program dan 8 Kegiatan. Jumlah anggaran serta program dan kegiatan yang dilaksanakan tersebut masih belum dapat memenuhi seluruh kebutuhan minimal rumah sakit. Berdasarkan kondisi diatas, maka pada Perubahan Rencana Kerja Tahun Anggaran 2015 ini, Rumah Sakit Ernaldi Bahar mengusulkan penambahan program dan kegiatan beserta penambahan anggaran untuk pelaksanaan program dan kegiatan tersebut. penambahan program, kegiatan dan anggaran pada APBD Perubahan ini sangat mendesak untuk memenuhi kebutuhan rumah sakit terutama yang terkait dengan penyediaan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Penambahan program dan kegiatan serta penambahan alokasi anggaran Rumah Sakit Ernaldi Bahar tersebut akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah sakit, baik untuk peningkatan sarana dan prasarana rumah sakit, pemeliharaan rutin rumah sakit, peningkatan sumber daya manusia serta terutama untuk kebutuhan operasional rumah sakit. Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan merupakan Rumah Sakit Khusus Jiwa Kelas A. Untuk standar rumah sakit, maka Rumah Sakit Ernaldi Bahar harus mengikuti standar 6

dan kriteria klasifikasi rumah sakit jiwa yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit. Secara umum, kebutuhan anggaran Rumah Sakit Ernaldi Bahar akan digunakan untuk kegiatan sebagai berikut : 1) Operasional Rumah Sakit Seperti telah disampaikan diatas, bahwa dalam dua tahun terakhir terdapat peningkatan pendapatan operasional rumah sakit yang sangat signifikan jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Pendapatan operasional tersebut diperoleh dari penyediaan layanan kesehatan yang diberikan terhadap pasien Rumah Sakit Ernaldi Bahar. Peningkatan pendapatan operasional tersebut diperoleh dari meningkatnya jumlah pasien yang dilayani oleh rumah sakit. Konsekuensinya, peningkatan jumlah pasien yang dilayani juga akan menyebabkan meningkatkan kebutuhan operasional rumah sakit, terutama untuk obat-obatan, makan dan minum pasien, bahan medis/kimia habis pakai dan lain sebagainya yang merupakan komponen wajib dalam pelayanan kesehatan. Untuk rumah sakit, kebutuhan operasional agar dapat memberikan pelayanan bagi pasien adalah terutama untuk obat-obatan, bahan medis habis pakai, bahan kimia rumah sakit untuk pemeriksaan penunjang serta ketersediaan makanan dan minuman bagi pasien yang harus di rawat inap di rumah sakit. Pola pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit sangat berbeda jika dibandingkan dengan rumah sakit umum. Untuk itu kebutuhannya juga lebih spesifik harus disediakan oleh rumah sakit jiwa, seperti pakaian pasien, pakaian dalam pasien, alat-alat kebersihan diri pasien. Kebutuhan ini diperlukan karena sebagian besar pasien jiwa yang dirawat tidak mendapatkan perhatian dari keluarga mereka dan sudah menyerahkan sepenuhnya kepada Rumah Sakit untuk merawat pasien tersebut. Selain dari pemberian obat-obatan, maka pasien gangguan jiwa harus mendapatkan terapi atau rehabilitasi sosial agar mereka dapat kembali beraktifitas secara normal di tengah masyarakat. Untuk kebutuhan terapi ini, pasien akan diberikan pelatihan bercocok tanam, memelihara ikan, menjahit, terapi musik dan lain sebagainya. Untuk pelayanan rehabilitasi bagi penderita gangguan jiwa juga dibutuhkan bahan-bahan dan peralatan terapi. 7

Dari total anggaran diatas pada tahun 2015, sebesar Rp. 2.500.000.000,00 telah dialokasikan untuk Pengadaan Obat-Obatan Rumah Sakit yang berasal dari Pendapatan Operasional Rumah Sakit sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Alokasi anggaran tersebut belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan obat-obatan rumah sakit selama satu tahun anggaran. jika dibandingkan dengan kebutuhan rumah sakit dan jumlah pasien yang harus dilayani dimana jumlah pasien rawat jalan mencapai lebih dari 50.000 kunjungan dan pasien rawat inap mencapai 2.550 orang, termasuk untuk pasien rumah sakit yang ditanggung oleh program Jamsoskes Sumsel Semesta. Dapat kami sampaikan bahwa realisasi anggaran pengadaan obatobatan tersebut sampai dengan akhir bulan Juni 2015 telah dibelanjakan sebesar Rp. 2.206.238.861,00 Dengan jumlah anggaran dan stok obat yang tersedia pada saat ini serta rata-rata pemakaian obat perbulannya mencapai Rp. 500.000.000,00, maka ketersediaan obat-obatan untuk pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Ernaldi Bahar hanya mencukupi sampai dengan akhir bulan Juli 2015. Pada tahun anggaran 2014, total alokasi dana untuk penyediaan obatobatan rumah sakit mencapai Rp. 7.179.357.000,00 yang berasal dari alokasi APBD Provinsi sebesar Rp. 4.579.357.000,00 dan alokasi dari pendapatan jasa layanan umum BLUD rumah sakit sebesar Rp. 2.600.000.000,00. Jika dibandingkan dengan anggaran penyediaan obat-obatan dengan tahun sebelumnya, maka jelas ketersediaan anggaran pada tahun 2015 masih jauh dari anggaran tahun sebelumnya. Diharapkan penambahan anggaran pada APBD Perubahan dapat menutupi kebutuhan pengadaan obat-obatan rumah sakit. 2) Akreditasi Rumah Sakit Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit dan Peraturan Menteri Kesehatan RI (Permenkes) nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit, maka seluruh rumah sakit diwajibkan untuk memperoleh Akreditasi Rumah Sakit dari Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS). Paling lambat pada tahun 2016, seluruh rumah sakit sudah harus mendapatkan Akreditasi dan merupakan persyaratan wajib yang harus dipenuhi oleh rumah sakit untuk dapat menjadi penyedia pelayanan kesehatan bagi peserta BPJS. Seperti disampaikan diatas bahwa 8

sebagian besar pendapatan operasional rumah sakit berasal dari pasien BPJS. Kondisi Rumah Sakit Ernaldi Bahar pada saat ini belum mendapatkan izin operasional dan penilaian klasifikasi kelas rumah sakit. Sesuai dengan ketentuan yang ada, Rumah Sakit Ernaldi Bahar harus mendapatkan izin operasional untuk lokasi yang baru. Untuk mendapatkan izin operasional dan penetapan kelas rumah sakit, maka rumah sakit sudah harus mendapatkan akreditasi sebagai persyaratan wajib. Terkait dengan akreditasi Rumah Sakit tersebut, maka Rumah Sakit Ernaldi Bahar masih sangat membutuhkan banyak anggaran untuk persiapan, baik untuk melengkapi sarana dan prasarana rumah sakit termasuk untuk perbaikannya, pemenuhan kompetensi minimal tenaga kesehatan di rumah sakit dan penyusunan dokumen dan implementasi akreditasi rumah sakit. Adapun beberapa tahapan kegiatan yang harus dilaksanakan oleh Rumah Sakit untuk mendapatkan akreditasi pelayanan adalah sebagai berikut : - Penyusunan dokumen akreditasi sesuai dengan standar akreditasi rumah sakit versi tahun 2012, baik berupa SOP pelayanan, Clinical pathway dan dokumen lainnya. - Implementasi seluruh dokumen/peraturan/sop yang telah disusun untuk akreditasi rumah sakit. - Melakukan pelatihan-pelatihan terkait dengan akreditasi rumah sakit untuk seluruh petugas yang ada di rumah sakit, termasuk untuk tenaga outsourcing/kontrak yang ada di rumah sakit. - Perbaikan dan penambahan sarana dan prasarana rumah sakit sesuai dengan standar mutu akreditasi rumah sakit yang harus dipenuhi, terutama yang terkait dengan keamanan pasien dan kelengkapan lainnya. - Bimbingan teknis akreditasi rumah sakit dengan melibatkan bantuan dari tenaga ahli Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) Jakarta untuk melihat kesiapan dan kekurangan yang masih ada sebelum diakukan penilaian akreditasi oleh tim independen dari KARS. - Melakukan asessment internal untuk melakukan penilaian terhadap kesiapan akreditasi rumah sakit. - Melakukan penilaian akreditasi rumah sakit oleh tim independen dari KARS. 9

Berdasarkan pengalaman pelaksanaan akreditasi di rumah sakit lainnya, maka tahapan pelaksanaan kegiatan diatas membutuhkan waktu yang cukup lama dan biaya yang cukup tinggi. Kebutuhan biaya untuk akreditasi ini sangat tergantung dari keadaan awal dari masing-masing rumah sakit. Untuk Rumah Sakit Ernaldi Bahar sendiri sangat banyak kekurangan yang harus dilengkapi, termasuk kebutuhan rehab/perbaikan gedung pelayanan untuk sesuai dengan standar bangunan rumah sakit yang ada. 3) Peningkatan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Untuk sarana dan prasarana rumah sakit, masih dibutuhkan anggaran untuk melengkapi sarana dan prasarana yang harus dimiliki oleh Rumah Sakit. Sesuai dengan Permenkes No. 56 tahun 2014, telah ditentukan kriteria klasifikasi kelas rumah sakit jiwa. Karena Rumah Sakit Ernaldi Bahar merupakan rumah sakit jiwa kelas A, maka standar pelayanan, sumber daya manusia serta sarana dan prasarananya dan peralatan kesehatan harus sudah memenuhi standar rumah sakit khusus jiwa kelas A. Untuk pelayanan, rumah sakit jiwa kelas A sudah harus dapat memberikan 21 jenis pelayanan. Rumah Sakit Ernaldi Bahar pada dasarnya sudah dapat memberikan pelayanan untuk 21 jenis pelayanan tersebut tetapi masih terkendala dengan alat-alat yang masih sangat terbatas. Sebagai contoh pada pelayanan tumbuh kembang anak, rumah sakit belum memiliki peralatan standar untuk pelayanan tersebut, baru hanya tersedia sumber daya manusianya (psikolog anak) dan ruangan konsultasi. Sementara untuk alat-alat kesehatan, kendala utama yang dihadapi adalah sebagian besar alat kesehatan yang dimiliki oleh rumah sakit sudah berumur tua sehingga tidak sesuai lagi dengan perkembangan alat-alat kesehatan/kedokteran pada saat ini. Karena sudah cukup tua, alat-alat tersebut sudah sering rusak sehingga dapat mengganggu pelayanan kesehatan serta dibutuhkan biaya pemeliharaan yang cukup tinggi. Sebagai contoh alat radiologi yang dimiliki rumah sakit masih manual belum digital serta panjang gelombang yang dipakai sudah tidak standar lagi. 4) Pelayanan Kesehatan Untuk Pasien Jamsoskes Sumsel Semesta Salah satu program prioritas dari Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan yang sudah berjalan dengan baik dan dirasakan manfaatnya langsung oleh masyarakat Sumatera Selatan adalah program berobat gratis melalui Jaminan Sosial Kesehatan (Jamsoskes) Sumsel Semesta. Pada awal 10

pelaksanaan program tersebut, Rumah Sakit Ernaldi Bahar boleh mengajukan klaim terhadap pelayanan pasien yang diberikan oleh Rumah Sakit. Berdasarkan hasil pemeriksaan/masukan dari BPK RI, maka kebijakan awal bahwa pelayanan kesehatan yang diberikan oleh fasilitas kesehatan milik Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dapat mengajukan klaim untuk pasien Jamsoskes, berubah menjadi tidak dapat diklaim lagi sejak tahun anggaran 2012. Sebagai gantinya, untuk memenuhi kebutuhan pelayanan bagi pasien Jamsoskes tersebut, maka akan dianggarkan kebutuhannya melalui APBD Provinsi Sumatera Selatan. Dengan demikian pelayanan kesehatan bagi pasien Jamsoskes Sumsel Semesta tersebut tidak terkendala dan dapat tetap diberikan. 5) Peningkatan SDM Rumah Sakit Berdasarkan kondisi sumber daya manusia (SDM) medis dan paramedis yang dimiliki oleh Rumah Sakit Ernaldi Bahar, maka masih terdapat banyak kekurangan. Ketersediaan tenaga medis dan paramedis tersebut juga harus disesuaikan dengan standar klasifikasi rumah sakit khusus jiwa Kelas A yang ditetapkan untuk Rumah Sakit Ernaldi Bahar. Peningkatan SDM rumah sakit ditujukan untuk memenuhi standar tenaga kesehatan yang telah memenuhi kompetensi sesuai dengan bidangnya masing-masing. 6) Pemeliharaan Rumah Sakit Kebutuhan anggaran rumah sakit juga akan dialokasikan untuk biaya pemeliharaan rumah sakit, baik untuk biaya pemeliharaan bangunan/gedung maupun pemeliharaan alat-alat rumah sakit. Untuk pemeliharaan bangunan/gedung membutuhkan biaya yang cukup tinggi disebabkan karena adanya resiko kerusakan yang disebabkan oleh perilaku pasien gangguan jiwa yang tidak bisa dikontrol/dikendalikan, misalnya : memasukkan potongan pakaian/kain ke dalam kloset kamar mandi, merusak pintu/jendela ruang rawat inap dan lain sebagainya. 11

4. Perubahan Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) BLUD Rumah Sakit Ernaldi Bahar Sesuai dengan peningkatan Pendapatan Jasa Layanan Umum BLUD, maka Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) BLUD Rumah Sakit Ernaldi Bahar juga mengalami peningkatan. Sesuai dengan Permendagri Nomor 61 tahun 2007, maka pendapatan operasional rumah sakit yang sudah berstatus BLUD dapat dipergunakan langsung untuk memenuhi kebutuhan operasional rumah sakit tersebut. Dalam anggaran APBD Induk, alokasi anggaran untuk RBA BLUD Rumah Sakit Ernaldi Bahar sebesar Rp. 11.000.000.000,00. Dengan asumsi peningkatan dan realisasi pendapatan jasa layanan umum BLUD rumah sakit sampai dengan bulan Juni 2015, maka anggaran RBA rumah sakit diusulkan meningkat menjadi Rp. 19.000.000.000,00. Pada dasarnya seluruh pendapatan jasa layanan umum BLUD yang diperoleh oleh rumah sakit akan kembali digunakan untuk membiayai kebutuhan operasional rumah sakit. Dengan meningkatnya jumlah kunjungan pasien rumah sakit, maka kebutuhan biaya operasional rumah sakit juga akan meningkat, terutama untuk penyediaan kebutuhan obat-obatan, bahan habis pakai, makan minum pasien dan lain sebagainya. Penambahan anggaran dalam RBA BLUD rumah sakit juga akan digunakan untuk meningkatkan sarana dan prasarana rumah sakit dengan tujuan meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan kesehatan termasuk juga kebutuhan pemeliharaan rumah sakit. 12

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA KERJA RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR 2.1. Tugas dan Fungsi Dalam upaya melaksanakan pelayanan kesehatan jiwa di Provinsi Sumatera Selatan, Gubernur Sumatera Selatan telah membentuk RS. Ernaldi Bahar melalui Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Selatan Nomor 9 Tahun 2008 Tanggal 18 Juni 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan daerah dan lembaga Teknis Daerah Provinsi Sumatera Selatan, pasal 47 ayat (1) Rumah Sakit Ernaldi bahar merupakan unsur pelayanan pemerintah Provinsi di bidang kesehatan yang mempunyai wewenang menyelenggarakan tugas umum pemerintahan dibidang kesehatan. Berdasarkan Peraturan Daerah No 9 Tahun 2008, Pasal 48, Rumah Sakit Ernaldi Bahar mempunyai tugas pokok membantu Gubernur dalam penyelenggaraan Pemerintah provinsi di Bidang kesehatan. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Rumah Sakit Ernaldi Bahar mempunyai fungsi : 1. Pelaksanaan kegiatan tata usaha, urusan umum, perlengkapan, kepegawaian dan keuangan; 2. Perumusan kebijakan teknis pelayanan kesehatan; 3. Pembinaan kesehatan masyarakat Sumatera Selatan; 4. Penyelenggaraan kegiatan usaha pelayanan kesehatan jiwa, pencegahan, pemulihan, rehabilitasi, kemasyarakatan dan sistem rujukan; 5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan tugas dan fungsinya. Rumah Sakit Ernaldi Bahar mempunyai tugas : 1. Menyelenggarakan dan melaksanakan pelayanan kesehatan jiwa sebagai unggulan dan kesehatan dasar lainnya, dibidang pelayanan kesehatan jiwa mempunyai tugas pokok : preventif, kuratif, promotif dan rehabilitatif yang 13

dilaksanakan secara serasi, terpadu dengan melaksanakan peningkatan upaya rujukan. 2. Menyelenggarakan pendidikan / pelatihan kesehatan jiwa serta pelayanan penanggulangan penyalahgunaan Narkoba dan konsultasi HIV / AIDS. 3. Melaksanakan kebijakan teknis operasional pelayanan kesehatan jiwa dan kesehatan dasar untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut Rumah Sakit Ernaldi Bahar mempunyai pelayanan kesehatan sebagai berikut : 1. Melaksanakan pelayanan Gawat Darurat 2. Melaksanakan pelayanan Rawat Jalan 3. Melaksanakan pelayanan Rawat Inap 4. Melaksanakan pelayanan Kesehatan Jiwa Dewasa dan Lanjut Usia 5. Melaksanakan pelayanan Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja 6. Melaksanakan pelayanan Gangguan Mental Organik dan NAPZA 7. Melaksanakan pelayanan Rehabilitasi 8. Melaksanakan pelayanan Kesehatan Jiwa Kemasyarakatan 9. Melaksanakan pelayanan Gigi dan Mulut 10. Melaksanakan pelayanan Psikologi 11. Melaksanakan pelayanan Radiologi 12. Melaksanakan pelayanan HIV / AIDS 13. Melaksanakan pelayanan Syaraf 14. Melaksanakan pelayanan Penyakit Dalam 15. Melaksanakan pelayanan Penyakit Kulit Kelamin 16. Melaksanakan pelayanan Obstetri dan Ginekologi (kebidanan 17. Melaksanakan pelayanan Penyakit Mata 18. Melaksanakan pelayanan Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Napza 19. Melaksanakan pelayanan Rehabilitasi Medis 20. Melaksanakan pelayanan Konsultasi Gizi 21. Melaksanakan pelayanan Laboratorium 22. Melaksanakan pelayanan Farmasi 23. Melaksanakan pelayanan Gizi 14

2.2. Evaluasi Pelaksanaan Renja SKPD Sampai Dengan Triwulan II 1. Realisasi Pendapatan Jasa Layanan Umum BLUD Sesuai dengan apa yang telah disampaikan sebelumnya, sampai dengan Bulan Juni 2015, total realisasi pendapatan jasa layanan umum BLUD Rumah Sakit Ernaldi Bahar sudah mencapai Rp. 8.629.851.813,00 atau sudah mencapai 78,45% dari target pendapatan tahun 2015 sebesar Rp. 11.000.000.000,00. Realisasi pendapatan jasa layaan umum BLUD sampai dengan bulan Juni tersebut belum termasuk klaim pelayanan kesehatan program BPJS pada bulan Juni, yaitu sebesar Rp. 1.158.700.400,00. Setiap bulannya, klaim terhadap pelayanan kesehatan program BPJS disampaikan pada awal bulan berikutnya dan akan dicairkan atau diterima oleh Rumah Sakit Ernaldi Bahar pada pertengahan bulan. Total realisasi pendapatan jasa layanan umum BLUD Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan sampai dengan bulan Juni 2015 ini jauh melampaui target yang telah ditetapkan. Dari total pendapatan jasa layanan umum BLUD tersebut, sebesar Rp. 6.694.913.455,00 atau 77,58% merupakan pendapatan yang diperoleh dari klaim pelayanan terhadap pasien BPJS. Sementara sisanya berasal dari pelayanan rumah sakit untuk pasien umum dan asuransi lainnya, pendidikan dan pelatihan, sewa lahan parkir dan jasa giro. Peningkatan pendapatan jasa layanan umum BLUD pada Rumah Sakit Ernaldi Bahar disebabkan karena meningkatnya jumlah kunjungan pasien atau utilisasi pelayanan kesehatan rumah sakit, dimana salah satu dampak dari meningkatnya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, terutama dengan meningkatnya cakupan kepesertaan program BPJS oleh masyarakat di Sumatera Selatan. Jika dibandingkan dengan realisasi pendapatan pada tahun anggaran 2014, maka realisasi pendapatan jasa layanan umum BLUD pada triwulan I tahun anggaran 2015 ini juga jauh melampaui pendapatan pada tahun 2014. Pada tahun anggaran 2014, total realisasi pendapatan jasa layanan umum BLUD Rumah Sakit Ernaldi Bahar sampai dengan bulan Desember 2014 mencapai Rp. 14.765.903.160,00. Dari total penerimaan tahun 2014 tersebut, sebesar Rp. 11.910.103.022,00 atau mencapai 80,65% merupakan pendapatan jasa layanan umum BLUD yang berasal dari klaim pelayanan pasien peserta program BPJS. Selanjutnya untuk terus dapat meningkatkan utilisasi pelayanan kesehatan (jumlah kunjungan pasien), maka diperlukan adanya pengembangan 15

pelayanan kesehatan, khususnya untuk kesehatan jiwa terutama untuk pelayanan penunjang medik, pelayanan tumbuh kembang anak dan remaja serta pelayanan unit psikologi lainnya yang disesuaikan dengan semakin meningkatnya kebutuhan terhadap pelayana-pelayanan tersebut. Peningkatan kualitas pelayanan terutama melalui berbagai upaya untuk mendapatkan akreditasi pelayanan rumah sakit sebagai bentuk pengakuan terhadap mutu pelayanan rumah sakit tetap menjadi target yang harus dicapai oleh Rumah Sakit Ernaldi Bahar. Peningkatan mutu layanan akan berdampak terhadap meningkatnya kepuasan pasien rumah sakit. Berikut rincian pendapatan jasa layanan umum BLUD Rumah Sakit Ernaldi Bahar bulan Januari sampai dengan Juni pada tahun anggaran 2015 dari seluruh sumber pendapatan rumah sakit : Tabel 2.1 Pendapatan Jasa Layanan Umum BLUD Rumah Sakit Ernaldi Bahar Bulan Januari Juni 2015 PENERIMAAN TAHUN 2015 NO JENIS PENERIMAAN JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JUMLAH 1 Pelayanan 14.404.500 10.505.000 13.487.500 10.830.000 10.280.000 11.305.000 70.812.000 2 Tindakan 11.871.000 17.625.500 15.283.000 12.758.729 23.589.500 16.172.500 97.300.229 3 Rawat Jalan 18.790.000 11.925.000 55.165.000 14.910.000 10.440.000 8.837.000 120.067.000 4 Rawat Inap 118.486.105 104.708.220 83.789.127 77.318.609 84.926.100 83.280.000 552.508.161 5 Obat 143.963.580 117.507.347 121.412.562 94.089.525 95.330.140 123.915.816 696.218.970 6 BPJS 1.236.578.646 1.324.489.579 1.383.076.754 1.295.627.558 1.197.251.218 257.889.700 6.694.913.455 7 Laboratorium 26.204.000 27.995.000 22.347.000 21.530.000 19.885.000 25.300.000 143.261.000 8 Radiologi 1.298.000 1.310.000 400.000 655.000 320.000 1.050.000 5.033.000 9 Konsultasi Medik 20.787.500 30.327.500 30.157.500 27.360.000 27.710.000 30.362.500 166.705.000 10 Ambulance 280.000 2.300.000 1.620.000 1.120.000 35.000 1.120.000 6.475.000 11 Pendidikan dan Pelatihan 450.000 - - - 732.000-1.182.000 12 Sewa Lahan Parkir 4.000.000 2.000.000-4.000.000-4.000.000 14.000.000 13 Jasa Giro 4.180.281 9.277.004 9.878.955 11.958.948 11.247.839 11.382.971 57.925.998 14 Lain-Lain 3.250.000 - - - - 200.000 3.450.000 JUMLAH 1.604.543.612 1.659.970.150 1.736.617.398 1.572.158.369 1.481.746.797 574.815.487 8.629.851.813 16

2. Realisasi Fisik dan Keuangan Sampai dengan bulan Juni 2015, secara keseluruhan realisasi fisik dan keuangan pada Rumah Sakit Ernaldi Bahar sudah sesuai dengan target yang ditetapkan, yaitu rata-rata sudah mencapai 50% sampai dengan triwulan I ini, termasuk untuk jenis Belanja Tidak Langsung. Jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan, maka realisasi fisik dan keuangan sampai dnegan bulan Juni 2015 sudah melampaui target yang ditetapkan. Berikut Rekapitulasi realisasi fisik dan keuangan Rumah Sakit Ernaldi Bahar sampai dengan Bulan Juni 2015 : Tabel 2.2. Rekapitulasi Realisasi Keuangan dan Fisik s/d Bulan Juni 2015 Rumah Sakit Ernaldi Bahar Keuangan (%) Fisik (%) Uraian Pagu Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Anggaran (Rp) Anggaran (Rp) s.d. s.d. Bulan s.d bulan s.d. bulan Bulan ini ini ini ini (1) (2) (3) (4) (5 = 3/2 *100%) (6) (7) Total Belanja 44.801.932.539,03 21.156.438.120 38,32 47,86 47,71 50,71 Belanja Tidak Langsung 27.653.317.539,03 12.481.234.097 50,00 45,13 50,00 50,00 Belanja Langsung 17.148.615.000 8.675.204.023 26,64 50,59 45,42 51,43 1) Realisasi Total Belanja Realisasi Keuangan Total Belanja Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan sampai dengan bulan Juni Tahun Anggaran 2015 sebesar Rp.21.156.438.120,- atau mencapai 47,86%, sudah melampui target yang ditetapkan yaitu sebesar 38,32%. Sementara untuk realisasi fisik program dan kegiatan rumah sakit sudah mencapai 50,44% dari target yang ditetapkan sebesar 47,71%. Realisasi fisik juga sudah dapat melampaui target yang ditetapkan pada bulan Juni 2015 ini. 2) Realisasi Belanja Tidak Langsung Realisasi Keuangan Belanja Tidak Langsung Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan sampai dengan bulan Juni Tahun Anggaran 2015 sebesar Rp. 12.481.234.097,- atau mencapai 45,13%. Untuk realisasi fisik sudah mencapai 50,00%, sesuai dengan target yang telah ditetapkan. 17

3) Realisasi Belanja Langsung i. Realisasi Keuangan Belanja Langsung Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan sampai dengan bulan Juni Tahun Anggaran 2015 sudah mencapai Rp. 8.675.205.023,- atau 50,59% dan realisasi fisik program dan kegiatan rumah sakit tersebut mencapai 51,35%. Baik realisasi fisik dan keuangan untuk belanja langsung pada Rumah Sakit Ernaldi Bahar sudah dapat melampaui target yang ditetapkan sampai dengan bulan Juni 2015. ii. Realisasi Keuangan 1. Tinggi, Kegiatan dengan interval nilai realisasi terhadap target 90% 100 % : 4 kegiatan 2. Sedang, Kegiatan dengan interval nilai realisasi terhadap target 66% 90% : 2 kegiatan 3. Rendah, Kegiatan dengan interval nilai realisasi terhadap target 0% - 65% : 2 kegiatan iii. Realisasi Fisik 1. Tinggi, Kegiatan dengan interval nilai realisasi terhadap target 90% 100 % : 6 kegiatan 2. Sedang, Kegiatan dengan interval nilai realisasi terhadap target 66% 90% : 0 kegiatan 3. Rendah, Kegiatan dengan interval nilai realisasi terhadap target 0% - 65% : 2 kegiatan Berikut rincian realisasi fisik dan keuangan program dan kegiatan pada Belanja Langsung Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan sampai dengan bulan Juni 2015 : 18

3. Realisasi Capaian Kinerja Program Sesuai dengan target yang tercantum pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Sumatera Selatan dan Rencana Strategis (Renstra) RumahSakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013-2018, Indikator Kinerja yang menjadi tugas Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan adalah sebanyak 11 indikator program, yaitu sebagai berikut : 1. BOR (Bed Occupancy Rate) 2. BTO (Bed Turn Over) 3. NDR (Nett Death Rate) 4. LOS (Length Of Stay) 5. Pasien dirawat di ruang UPIP > 10 hari 6. Survey Kepuasan Masyarakat terhadap Pelayanan Rumah Sakit 7. Jumlah kunjungan pasien rawat jalan jiwa 8. Jumlah kunjungan pengguna NAPZA 9. Jumlah pengguna NAPZA yang dirawat inap 10. Jumlah institusi pendidikan yang melakukan praktek 11. Jumlah mahasiswa yang melakukan penelitian Realisasi capaian indikator kinerja program Rumah Sakit Ernaldi Bahar sampai dengan bulan Juni 2015 sesuai dengan indikator kinerja program diatas serta target kinerja yang ditetapkan pada tahun anggaran 2015 adalah sebagai berikut : No Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian 1 BOR (Bed Occupancy Rate) % 79 52,39 66,32% 2 BTO (Bed Turn Over) Kali 11 5,10 3 NDR (Nett Death Rate) Orang/100 0 0,00235 0 pasien 4 LOS (Length Of Stay) hari 30 19 5 Pasien dirawat di ruang UPIP > 10 hari 6 Survey Kepuasan Masyarakat terhadap Pelayanan Rumah Sakit 7 Jumlah kunjungan pasien rawat jalan jiwa 8 Jumlah kunjungan pengguna NAPZA 9 Jumlah pengguna NAPZA yang dirawat inap Orang 0 1 - % 78 78,85 101,3% Kunjungan 38.934 20.628 52,98% Kunjungan 833 544 65,31% Orang 411 216 52,55% 19

No Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian 10 Jumlah institusi pendidikan yang melakukan praktek 11 Jumlah mahasiswa yang melakukan penelitian Institusi 20 10 50,00% orang 160 81 50,63% Berdasarkan realisasi capaian indikator kinerja program diatas dan dibandingkan dengan target kinerja yang telah ditetapkan, maka rata-rata persentase capaian kinerja sampai dengan bulan Juni 2015 sudah melampaui lebih dari 50%. Dengan demikian hampir seluruh capaiakn kinerja sampai dengan bulan Juni 2015 sudah melampaui target yang ditetapkan dan diharapkan pada akhir tahun akan dapat mencapai target kinerja yang ditetapkan. 1. Realisasi capaian indikator BOR (Bed Occupancy Rate) Rumah Sakit Ernaldi Bahar sampai dengan bulan Juni 2015 sudah mencapai 52,39% dari target kinerja tahun 2015 sebesar 79%. Indikator BOR menunjukkan jumlah kapasitas tempat tidur rumah sakit yang terpakai untuk merawat seluruh pasien yang membutuhkan pelayanan rawat inap rumah sakit. Untuk kapasitas tempat tidur rumah sakit, sebagian besar kapasitas tersebut diperuntukkan untuk ruang perawatan Kelas III. Dari data yang ada, hampir seluruh tempat tidur kelas III terisi penuh sepanjang bulan pada tahun 2015. Hal ini disebabkan karena sebagian besar pasien yang dirawat inap di rumah sakit merupakan pasien yang ditanggung oleh Program Jamsoskes Sumsel Semesta dan Program BPJS dengan standar pelayanan rawat inap untuk Kelas III. Persentase capaian BOR rumah sakit jika dibandingkan dengan target sampai dengan triwulan I sudah mencapai 66,32%. Hasil capaian ini sudah sangat baik dan diharapkan dapat mencapai target BOR yang ideal untuk rumah sakit sebesar 80%. 2. Indikator BTO (Bed Turn Over) menunjukkan perbandingan antara satu tempat tidur dengan jumlah pasien yang menggunakannya dalam kurun waktu 1 tahun. Dengan kata lain indikator ini menunjukkan satu tempat tidur digunakan untuk merawat berapa banyak pasien dalam kurun waktu satu tahun. Bed turn oveer atau rata-rata pemakaian tempat tidur yaitu frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Sampai dengan bulan Juni 2015, capaian indikator BTO adalah sebesar 5,1 kali, artinya sepanjang bulan Januari 20

sampai dengan Juni 2015, rata-rata satu tempat tidur digunakan oleh 5 orang pasien. Capaian realisasi BTO rumah sakit ini masih sesuai dengan tahapan target yang harus dicapai oleh rumah sakit. 3. Net Death Rate (NDR) yaitu angka kematian pasien > 48 jam perawatan di rumah sakit untuk tiap-tiap 1.000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu layanan rumah sakit. Capaian indikator NDR sampai dengan bulan Juni tahun 2015 terealisasi sebesar 0,00235 dengan target sebesar 0 orang per tahun. Sementara capaian NDR pada tahun 2014 terealisasi sebesar 0,002 dengan target yang ditetapkan sama seperti tahun sebelumnya yaitu sebesar 0 orang per tahun. Terjadi penurunan jumlah pasien mati yang semakin mendekati target yang ditetapkan. Hal ini menunjukkan kualitas pelayanan rumah sakit yang semakin bagus sehingga angka kematian pasien yang dirawat di RS. Ernaldi Bahar > 48 jam dapat diturunkan. Pada tahun mendatang untuk mencapai target NDR, pemeriksaan terhadap pasien yang akan dirawat akan lebih selektif guna menghindari kematian pasien saat dirawat. 4. Indikator LOS atau Length Of Stay menggambarkan lamanya seorang pasien dirawat inap di rumah sakit dengan standar lamanya perawatan untuk pasien gangguan jiwa adalah 30-52 hari, artinya lamanya perawatan seorang pasien yang dirawat inap selama 30 52 hari yang dikatakan baik. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Dari data yang diperoleh pada tahun 2015, sampai dengan bulan Juni 2015 didapatkan capaian LOS rumah sakit adalah 19 hari dari target yang ditetapkan pada awal tahun sebesar 30 hari, atau lebih rendah dari target yang ditetapkan. Menurunnya rata-rata lama pasien yang dirawat inap dirumah sakit menggambarkan semakin baiknya pelayanan rumah sakit, diagnosa penyakit yang dapat dilakukan lebih cepat dan tepat serta penerapan pola terapi yang tepat sehingga pasien gangguan jiwa dapat dipulangkan lebih cepat karena kondisi yang sudah stabil. 21

Sementara pada tahun 2014, rata-rata lama hari perawatan pasien gangguan jiwa mencapai 25 hari dari target yang ditetapkan sebesar 31 hari. Berarti dalam dua tahun terakhir terjadi penurunan LOS rumah sakit. Meskipun terjadi penurunan LOS RS. Ernaldi Bahar pada tahun 2014 akan tetapi masih tergolong ideal, dari nilai ideal yaitu 30-52 hari. Untuk mencapai target LOS Rumah Sakit Ernaldi Bahar akan terus memberikan pelayanan kesehatan jiwa kepada pasien dengan terus mengembangkan ilmu pengetahuan dan memberikan pelayanan medik dan keperawatan yang lebih baik sehingga pasien dapat pulang dan kembali beraktivitas seperti biasa. 5. Salah satu indikator yang menunjukkan mutu atau kualitas pelayanan kesehatan jiwa di rumah sakit adalah jumlah pasien yang dirawat di ruang UPI lebih dari 10 hari. Sesuai dengan standar, untuk pasien gaduh gelisah akan mendapatkan perawatan di ruang UPIP maksimal selama 10 hari. Setelah mendapatkan perawatan di ruang UPIP, pasien gangguan jiwa selanjutnya akan mulai menjalani program rehabilitasi dengan melibatkan seluruh pasien tersebut dengan aktifitas rehabilitasi mulai dari olahraga, bercocok tanam, bertukang, menjahit dan lain sebagainya. Pada tahun 2015 sampai dengan bulan Juni terdapat 1 pasien yang dirawat di ruang UPIP lebih dari 10 hari. Adanya pasien yang dirawat di ruang UPI lebih dari 10 hari karena disebabkan oleh adanya penyakit pemberat sehingga membutuhkan terapi yang lebih lama. 6. Kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Ernaldi Bahar merupakan salah satu indikator penting untuk melihat kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Untuk melihat tingkat kepuasan masyarakat tersebut, Rumah Sakit Ernaldi Bahar melakukan survey pengumpulan data kepuasan pasien di rumah sakit. Indikator kinerja lainnya yan terkait dengan kualitas pelayanan adalah ketepatan waktu pelayanan pada Unit Gawat Darurat rumah sakit kurang dari 30 menit. Sebagian besar dari pasien yang dilayani oleh Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan merupakan pasien yang ditanggung oleh Jamkesmas/BPJS dan Jamsoskes Sumsel Semesta. Jumlah pasien dari kedua program tersebut mencapai setengah lebih dari total jumlah pasien yang ada di rumah sakit. 22

Sampai dengan bulan Juni 2015, capaian indeks kepuasan pasien terhadap pelayanan rumah sakit sudah mencapai 78,80% dari target yang ditetapkan sebesar 78%. Artinya tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan rumah sakit sudah sesuai dengan target yang ditetapkan pada tahun 2015. Sementara capaian indikator Indeks / Survey Kepuasan Masyarakat terhadap Pelayanan rumah sakit pada tahun 2014 telah mencapai target yang diharapkan. Dari target yang ditetapkan sebesar 70% telah tercapai sebesar 78,59%. Pencapaian indikator ini menjadi pacuan dan acuan bagi Rumah Sakit Ernaldi Bahar agar lebih baik dalam pelayanan sehingga masyarakat sebagai pengguna layanan dapat lebih merasa puas. Untuk meningkatkan angka hasil survey kepuasan masyarakat, RS. Ernaldi Bahar akan berusaha lebih baik dalam hal pelayanan, mulai dari saat pasien datang sampai dengan pasien selesai pemeriksaan dalam hal ketepatan waktu maupun dalam hal pelayanan. Untuk itu Rumah Sakit Ernaldi Bahar telah menggunakan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS), sehingga pasien ulangan dalam hal pendaftaran tidak memerlukan waktu yang lama, karena semua data pasien telah tersimpan. Kedepannya RS. Ernaldi bahar akan lebih banyak membuat program yang mendukung pelayanan, mulai dari sistem pelayanan pada rekam medik dan farmasi. 7. Jumlah Kunjungan Pasien Rawat Jalan Jiwa sampai dengan bulan Juni 2015 sudah mencapai 20.628 kunjungan atau sebesar 52,98% dari target yang ditetapkan sebesar 38.934 kunjungan. Pasien gangguan jiwa yang melakukan kunjungan rawat jalan merupakan pasien-pasien rumah sakit yang melakukan pemeriksaan kontrol secara teratur ke rumah sakit. Tingginya angka kunjungan ini disebabkan karena sifat penyakit gangguan jiwa yang sangat sulit untuk sembuh sehingga harus terus mendapatkan pemeriksaan rutin serta ketergantungan pasien terhadap obat-obatan jiwa yang harus terus dikonsumsi. Untuk pasien yang menderita gangguan jiwa ringan tidak perlu mendapatkan perawatan, cukup melakukan rawat jalan saja ke rumah sakit. 8. Untuk capaian indikator jumlah kunjungan pengguna NAPZA (Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya) sampai dengan buan Juni 2015 sudah mencapai 544 kunjungan atau sebesar 65,31% dari target yang ditetapkan yaitu mencapai 833 kunjungan. Sementara jumlah kunjungan 23

pengguna Narkoba yang memanfaatkan klinik Methadone pada tahun 2014 realisasi mencapai 432 kunjungan melebihi dari target yang telah ditetapkan pada awal tahun yaitu sebanyak 225 kunjungan, dengan persentase capaian kinerja sebesar 192%. Dalam dua tahun terakhir terlihat terjadinya peningkatan jumlah kunjungan dibandingkan angka kunjungan pada tahun 2014dimana terjadi kenaikan yang cukup signifikan. Peningkatan ini diharapkan karena semakin banyaknya pengguna NAPZA yang berusaha melepaskan diri dari ketergantungan terhadap NAPZA. Rumah Sakit Ernaldi Bahar akan lebih banyak menginformasikan kepada masyarakat tentang klinik metadhone sebagai klinik pengobatan pecandu NAPZA. Selain itu Rumah Sakit Ernaldi Bahar akan terus berusaha untuk meningkatkan pelayanan dengan berbagai kegiatan antara lain penyuluhan dan peningkatan sarana dan prasarana untuk menunjang pelayanan tersebut. 9. Selain memberikan pelayanan rawat jalan bagi pengguna NAPZA terutama melalui klinik Methadone, maka Rumah Sakit Ernaldi Bahar juga memberikan pelayanan rawat inap bagi para pengguna NAPZA, yaitu untuk menjalani proses detoksifikasi dan rehabilitasi pengguna NAPZA. Sampai dengan Juni 2015, jumlah pengguna NAPZA yang sudah mendapatkan pelayanan rawat inap adalah sebanyak 216 orang atau mencapai 52,55% jika dibandingkan dengan target yang ada sebesar 411 orang. Untuk jumlah penderita Narkoba yang dirawat inap pada tahun 2014 telah melampaui target yang ingin dicapai yaitu sebanyak 356 orang per tahun dari target yang ditetapkan pada awal tahun yaitu sebanyak 285 orang per tahun, dengan persentase capaian sebesar 124,91%. Peningkatan jumlah pengguna NAPZA yang dirawat merupakan nilai yang baik dikarenakan telah semakin berkembangan ilmu pengetahuan dalam upaya pengurangan dampak dan ketergantungan dari NAPZA dan semakin dikenalnya upaya detoksifikasi dan program rehabilitasi terhadap para pecandu NAPZA. Seiring dengan ditunjuknya Rumah Sakit Ernaldi Bahar sebagai pusat rujukan pengguna NAPZA, Rumah Sakit Ernaldi Bahar akan lebih memfokuskan dalam melengkapi sarana dan prasarana di ruang rawat inap rehabilitasi narkoba, seperti melengkapi alat alat latihan musik, alat latihan olah raga dan lain lain. Untuk meningkatkan pengetahuan paramedis yang 24

berkecimpung di rehabilitasi NAPZA, Rumah Sakit Ernaldi Bahar akan lebih banyak mengirimkan tenaga kesehatannya untuk memperdalam ilmu di bidang rehabilitasi terhadap pengguna narkoba di Rumah Sakit yang lebih dulu dalam hal rehabilitasi NAPZA tersebut. 10. Jumlah Institusi Pendidikan yang Melakukan Praktek Lapangan di Rumah Sakit Ernaldi Bahar sampai dengan tahun 2015 sudah mencapai 10 institusi atau sebesar 50% jika dibandingkan dengan target sebanyak 20 institusi. Setiap tahunnya Rumah Sakit Ernaldi Bahar melakukan kerjasama atau MoU dengan institusi pendidikan kesehatan yang akan melakukan magang dengan rumah sakit. Pada tahun 2014 sebanyak 20 institusi sudah melakukan kerjasama dengan Rumah Sakit Ernaldi Bahar untuk melakukan magang mahasiswanya di rumah sakit. Ini menjadi penilaian bahwa Rumah Sakit Ernaldi Bahar menjadi rujukan bagi institusi kesehatan untuk melakukan praktek lapangan di bidang kesehatan jiwa. Rumah Sakit Ernaldi Bahar telah melaksanakan kerjasama dengan institusiinstitusi kesehatan yang berada di Sumatera Selatan agar dapat melaksanakan praktek lapangan di Rumah Sakit Ernaldi Bahar. Untuk menunjang kerjasama tersebut Rumah Sakit Ernaldi Bahar telah melakukan perbaikan-perbaikan gedung sebagai sarana penunjang lahan praktek dan juga untuk mahasiswa yang berasal dari luar kota palembang disediakan asrama untuk menginap. Untuk tenaga pendidik Rumah Sakit Ernaldi Bahar telah melaksanakan pelatihan-pelatihan bagi karyawan Rumah Sakit Ernaldi Bahar guna menambah ilmu dalam bidang kesehatan jiwa dan kegawatdaruratan. 11. Sementara untuk Jumlah Mahasiswa yang Melakukan Penelitian di Rumah Sakit Ernaldi Bahar sampai dengan bulan Juni 2015 sebanyak 81 orang atau sebesar 50,63% dari target yang ditetapkan pada tahun 2015 sebanyak 160 orang. Pada tahun 2014 terdapat sebanyak 296 orang yang melakukan penelitian di Rumah Sakit Ernaldi Bahar. Jumlah tersebut melampaui target yang telah ditetapkan yaitu sebanyak 150 orang per tahun, dengan persentase capaian 197,33%. Ini menjadi acuan bahwa RS Ernaldi Bahar menjadi pusat pendidikan dan penelitian dalam pengembangan ilmu kesehatan jiwa yang baik. Bagi rumah sakit sendiri, semakin banyak yang melakukan penelitian akan memberikan dampak positif bagi rumah sakit, 25

terutama banyaknya masukan yang diperoleh untuk terus meningkatkan pelayanan rumah sakit sebagai hasil dari penelitian yang dilakukan. Sementara capaian kinerja pelayanan Rumah Sakit Ernaldi Bahar pada unit penunjang medik dan farmasi dapat dilihat pada tabel berikut ini : a. Pelayanan Laboratorium Tabel 2 Jumlah Kunjungan Laboratorium Rawat Inap dan Rawat Jalan per Jenis Pasien Periode Januari s/d Juli Tahun 2015 Rawat Inap Rawat Jalan Bulan Jenis Pelayanan Jenis Pelayanan umum BPJS Jamsoskes umum BPJS Jamsoskes Januari 101 82 62 19 59 2 Pebruari 62 80 57 10 63 2 Maret 61 105 64 22 51 1 April 56 95 69 23 63 0 Mei 65 78 56 25 72 1 Juni 74 84 53 22 55 1 Juli 55 95 39 26 14 0 Jumlah 474 619 400 147 377 7 Dari tabel diatas terlihat bahwa jumlah kunjungan pemeriksaan laboratorium lebih banyak untuk pasien rawat inap jika dibandingkan dengan pasien rawat jalan. Rata-rata hampir seluruh pasien yang mendapatkan layanan rawat inap membutuhkan pemeriksaan penunjang laboratorium untuk penegakan diagnosa dan identifikasi adanya penyakit lain yang bersifat sebagai penyakit pemberat atau penyerta. Jika dilihat dari cara pembayarannya, maka pemeriksaaan laboratorium lebih di dominasi oleh pasien jaminan BPJS. Hal ini seiring dengan semakin meningkatnya pasien BPJS yang datang berobat ke Rumah Sakit Ernaldi Bahar. Sementara jika dilihat dari jenis pemeriksaan yang dilakukan, maka pemeriksaan laboratorium yang paling banyak dilakukan adalah pemeriksaan hematologi sebanyak 9.056 kali dan disusul dengan pemeriksaan kimia darah sebanyak 7.366 kali. Rincian pemeriksaan laboratorium yang dilakukan berdasarkan jenis pemeriksaannya dapat dilihat pada tabel berikut ini : 26

Tabel 3. Jumlah Pemeriksaan Laboratorium Pasien Rawat Inap dan Rawat Jalan Berdasarkan Jenis Pemeriksaan Laboratorium Bulan Januari s/d Juli Tahun 2015 Bulan Kimia Gula Darah Hematologi Serologi Urine Narkotika total Januari 1009 214 1407 17 60 175 2882 Februari 1077 177 914 25 30 63 2286 Maret 1171 224 1290 11 70 99 2865 April 1330 265 1612 18 100 126 3451 Mei 1143 244 1515 75 50 148 3175 Juni 973 206 1424 3 80 151 2837 Juli 663 133 903 2 30 125 1856 TOTAL 7.366 1.463 9.065 151 420 887 19.352 b. Pelayanan Radiologi Sampai dengan bulan Juli 2015, total jumlah kunjungan pasien pada unit layanan radiologi mencapai 264 orang yang didominasi oleh pasien BPJS sebanyak 171 orang. Sebagian besar jenis radiologi yang dilakukan adalah berupa foto thoraks. Tabel 4 Kunjungan Pasien Radiologi berdasarkan Jenis Pelayanan Bulan Januari s/d Juli Tahun 2015 Bulan Jumlah Jenis Pelayanan Kunjungan Umum BPJS Jamsoskes Januari 48 20 27 1 Februari 55 22 32 1 Maret 35 7 25 3 April 41 7 31 3 Mei 31 5 22 4 Juni 43 14 27 2 Juli 11 3 7 1 Total 264 78 171 15 Sumber : Bidang Penunjang Medik c. Pelayanan Fisioterapi Untuk pelayanan fisioterapi, sampai dengan bulan Juli 2015 total jumlah kunjungan sudah mencapai 363 orang. Sementara untuk jumlah total tindakan yang telah dilakukan pada unit ini adalah sebanyak 2.031 tindakan. Rincian kunjungan pada unit fisioterapi Rumah Sakit Ernaldi Bahar dapat dilihat pada tabel berikut ini: 27

Tabel 5 Kunjungan Fisioterapi Berdasarkan Jenis Pelayanan Bulan Januari s/d Juli Tahun 2015 Bulan Jumlah Jenis Pelayanan Kunjungan Umum BPJS Jamsoskes Januari 54 5 49 - Februari 43 2 41 - Maret 33 1 32 - April 40 2 38 - Mei 89-89 - Juni 100-100 - Juli 4-4 - Total 363 10 353 - Sumber : Bidang Penunjang Medik Tabel 6 Tindakan Fisioterapi Berdasarkan Jenis Pelayanan Bulan Januari s/d 31 Juli Tahun 2015 Bulan Umum BPJS Jamsoskes Total Januari - 457-457 Februari - 222-222 Maret 8 299-307 April 22 400-422 Mei - 289-289 Juni - 330-330 Juli - 4-4 Total 30 2.001-2.031 Sumber : Bidang Penunjang Medik d. Pelayanan Elektromedik Tabel 7 Kunjungan Elektromedik Berdasarkan Jenis Pelayanan Bulan Januari s/d Juli 31 Juli Tahun 2015 Bulan Jlh Kunjungan Jenis Pelayanan Umum BPJS Jamsoskes Januari 54 5 49 - Februari 39 11 27 1 Maret 18 1 13 4 April 29 1 23 5 Mei 19 2 15 2 Juni 31 8 23 - Juli 9 6 3 - Total 199 34 153 12 Sumber : Bidang Penunjang Medik 28

e. Pelayanan Farmasi Sampai dengan bulan Juli 2015, total jumlah resep yang telah dikeluarkan oleh Rumah Sakit Ernaldi Bahar untuk seluruh pasien yang datang sudah mencapai 31.675 lembar resep, baik untuk pasien rawat jalan maupun pasien rawat inap. Dari total jumlah lembar resep tersebut, sebagian besar diberikan untuk pasien peserta BPJS, yaitu sebanyak 12.439 lembar resep. Tabel 8 Jumlah Lembar Resep dan Jumlah R/ Pelayanan Farmasi Uraian Jumlah Lembar Resep Jumlah R/ Bayar 5.235 14.072 Rawat Jalan BPJS 12.439 39.565 Jamsoskes 7.600 27.001 Jumlah Rawat Jalan 25.274 80.638 Uraian Jumlah Lembar Jumlah R/ Resep Bayar 1.547 4.794 Rawat Inap BPJS 2.594 9.430 Jamsoskes 2.260 7.691 Jumlah Rawat Inap 6.401 21.915 Jumlah Keseluruhan 31.675 102.553 2.3. Evaluasi Pencapaian Program Tahun Lalu Seperti telah disampaikan terdahulu, bahwa untuk mengukur keberhasilan Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan telah ditentukan indikator kinerja sebagai ukurannya. Setiap tahun juga sudah ditentukan target capaian untuk masing-masing indikator tersebut. Terkait dengan evaluasi pencapian program, maka indikator-indikator kinerja tersebut akan dilihat capaiannya masing-masing. Adapun capaian dari masing-maisng indikator kinerja tersebut sepanjang tahun 2014 dapat dilihat sebagai berikut : a. Kunjungan Pasien Rawat Jalan Kunjungan pasien rawat jalan pada Rumah Sakit Ernaldi Bahar dari tahun ke tahun cenderung menglmi peningkatan. Kunjungan rawat jalan ini merupakan pasien yang memanfaatkan pelayanan pada poli rawat jalan yang 29

ada di rumah sakit, termasuk untuk poli umum dan poli spesialis pada rumah sakit. Berdasarkan jenis pasien rawat jalan, pada tahun 2014 terjadi peningkatan kunjungan pasien baru sebanyak 4.895 orang seiring dengan meningkatnya pemanfaatan pelayanan rumah sakit Ernaldi Bahar untuk pasien umum, tidak hanya pasien gangguan jiwa. Sementara untuk kunjungan pasien lama pada tahun 2014 mencapai 34.803 orang, menglami penurunan dari tahun sebelumnya yang mencapai 38.565 orang. Rata-rata kunjungan rawat jalan perharinya mencapai 130 orang. Kunjungan pasien rawat jalan Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan dalam enam tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 9. Kunjungan Pasien Rawat Jalan RS. Ernaldi Bahar Tahun 2009 2014 No Kunjungan Pasien Rawat Jalan Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 2014 1. Pasien Baru 2.785 2.017 1.957 2.049 2.643 4.895 2. Pasien Lama 33.296 33.140 36.881 35.488 38.565 34.803 3. Jumlah Kunjungan 36.081 35.157 38.838 37.537 41.208 39.699 4. Rata-rata Kunjungan Poli 122 202 127 123 137 130 Sumber : Rekam Medik RS Erba Tahun 2014 Berdasarkan cara pembayaran pasien yang datang ke Rumah Sakit Ernaldi Bahar pada poli Rawat Jalan sebagian besar merupakan pasien yang ditanggung melalui program Jamkesmas (BPJS) dan program Jamsoskes Sumsel Semesta. Pada tahun 2014, jumlah pasien yang ditanggung oleh kedua program tersebut mencapai 48,57% dari total pasien rawat jalan. Rincian gambaran pasien rawat jalan menurut cara pembayaran dapat dilihat pada tabel berikut ini : 30

Tabel 10. Distribusi Pasien Rawat Jalan RS. Ernaldi Bahar Menurut Cara Pembayaran Tahun 2009 2014 No Cara Pembayaran Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 2014 1. Bayar Langsung (Umum) 12.781 11.649 11.256 10.724 10.497 8.854 2. Askes Kesehatan ( BPJS ) 2.636 3.035 3.208 2.842 2.809 11.707 3. Jamkesmas 11.873 13.172 12.061 11.379 7.595 1.144 4. Jamsoskes Sumsel Semesta 8.174 9.762 11.874 14.014 20.307 17.994 5. Jamkesmas (PGOT) 617 465 439 387 183 275 Sumber : Rekam Medik RS Erba Tahun 2014 Sementara pada Unit Gawat Daruarat (UGD) total pasien yang dilayani sepanjang tahun 2014 mencapai 3.366 orang dengan rincian sebanyak 867 merupakan pasien baru dan 2.499 merupakan pasien lama. Pasien lama merupakan pasien gangguan jiwa yang datang berobat kembali ke rumah sakit. Jumlah pasien yang dilayani melalui UGD dalam enam tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 11. Kunjungan Unit Gawat Darurat (UGD) RS. Ernaldi Bahar Tahun 2009 2014 No Kunjungan Pasien Unit Gawat Darurat (UGD) Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 2014 1. Pasien Baru UGD 843 969 1.016 936 923 867 2. Pasien Lama UGD 1.689 1.953 2.396 2.496 2.508 2.499 3. Jumlah Kunjungan UGD 2.532 2.922 3.412 3.432 3.431 3.366 Sumber : Rekam Medik RS Erba Tahun 2014 b. Capaian Kinerja Rawat Inap Terkait dengan peningkatan capaian kinerja rumah sakit, maka selama tahun 2014 program yang dilaksanakan meliputi program peningkatan kualitas pelayanan kesehatan BLUD, program pengadaan sarana dan prasarana Rumah Sakit/Rumah Sakit Jiwa/Rumah Sakit Paru- Paru/Rumah Sakit Mata, Program Peningkatan sarana dan Prasarana Aparatur, Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur,Program 31

Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit/Rumah Sakit Jiwa/Rumah Sakit Paru-Paru/Rumah Sakit Mata. Untuk hasil pelayanan kesehatan rawat inap rumah sakit dapat dilihat dari beberapa capaian kinerja rumah sakit, seperti rata-rata penggunaan tempat tidur rumah sakit (Bed Occupancy rate/ BOR), rata-rata lama pasien dirawat inap (Length of Stay/LOS), Nett Death Rate (NDR), Bed Turn Over (BTO) dan lain sebagainya. Berikut adalah kinerja rawat inap Rumah Sakit Ernaldi Bahar berdasarkan beberapa indikator kinerja yang telah ditetapkan oleh rumah sakit : Tabel 12. Capaian Kinerja Rawat Inap Rumah Sakit Ernaldi Bahar Tahun 2014 Indikator Kinerja 1 Persentase BOR (Bed Occupancy Rate) 2 Jumlah BTO (Bed Turn Over) 3 Jumlah TOI(Turn Over Interval) 4 Tingkat jumlah NDR (Nett Death Rate) diatas 48 jam 5 Tingkat LOS (Length Of Stay) 6 Jumlah Pemeriksaan Psikologi 7 Jumlah Kunjungan Rehabilitasi Tahun 2014 Satuan Target Realisasi Capaian (%) % 85 72,79 85,85 Kali/tahun 11 13,76 125,09 Hari 1-8,42 Orang/1000 0 0,01 pasien Hari 31 25 80,65 Orang/tahun 1.026 690 67,25 Orang/tahun 25.645 27.887 108,74 Adapun capaian indikator kinerja tersebut diatas, dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. BOR (Bed Ocupancy Rate) atau persentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Realisasi BOR pada tahun 2014 sebesar 72,79. Nilai ini didapatkan dengan perhitungan jumlah hari perawatan dengan membandingkan jumlah tempat tidur yang ada dalam jangka waktu satu tahun. Hasil yang dicapai pada Tahun 2014 ini belum dapat melampui target kinerja yang telah ditetapkan pada tahun yang sama yaitu sebesar 85%. 32

Berdasarkan grafik 3.1 dapat diketahui perbandingan persentase pencapaian indikator pada tahun 2013 dan tahun 2014. Persentase pencapaian indikator ini pada tahun 2014 baru sebesar 85,85%. Jika dibandingkan dengan hasil capaian yang diperoleh pada tahun 2013, terjadi peningkatan yang cukup signifikan, dimana capaian yang diperoleh tahun 2013 hanya sebesar 72,29% dan juga masih jauh berada di bawah dari target yang telah ditetapkan. Pada tahun 2013 Jumlah tempat tidur di ruang rawat inap RS. Ernaldi Bahar sebanyak 388 tempat tidur dan tahun 2014 terjadi pengurangan jumlah tempat tidur sehingga menjadi 250 tempat tidur. Menurunnya jumlah tempat tidur menyebabkan kenaikan BOR di rumah sakit. Tapi walaupun demikian BOR di rumah sakit masih belum mencapai target yang telah ditetapkan. Diharapkan sampai dengan akhir tahun pelaksanaan jangka menengah, realisasi BOR RS dapat mencapai target yang diharapkan. Ketidak capaian dari target yang diharapkan ini bukan merupakan penurunan mutu pelayanan Rumah Sakit melainkan disebabkan terjadi penumpukan pasien di kelas III khususnya pengguna program BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) dan Jamsoskes Sumsel Semesta. Usaha rumah sakit dalam mencapai target jangka menengah dengan menambah tempat tidur yang ada yang akan digunakan khusus bagi pasien kelas III dengan pelayanan BPJS (Badan Pelaksana Jaminan Sosial ) Kesehatan dan Jamsoskes serta dengan melakukan kegiatankegiatan sosialisasi yang dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat dalam memamfaatkan pelayanan di RS Ernaldi Bahar. Melaksanakan promosi dan pemberian informasi kepada pengguna pelayanan rawat inap tentang fasilitas yang ada di RS Ernaldi Bahar terutama tentang keunggulan pelayanan yang ada di kelas VIP, I dan II sehingga pasien yang dirawat inap akan terdistribusi secara merata. Pada tahun 2014, RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan telah melaksanakan Program Pengadaan, Peningkatan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kegiatan Pengadaan Alat Kesehatan Medis dan Non Medis, dengan melaksanakan pembelian Tempat Tidur pasien 33

guna mengganti tempat tidur yang lama. Ini diharapkan distribusi penempatan pasien di RS Ernaldi Bahar lebih baik, sehingga pasien bisa memilih ruangan perawatan tidak hanya di kelas III saja. Grafik 3.1 Perbandingan Capaian BOR Rumah Sakit Ernaldi Bahar Tahun 2013-2014 dan Target Tahun 2018 2. BTO (Bed Turn Over) Bed turn oveer atau rata-rata pemakaian tempat tidur yaitu frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Tahun 2014 BTO terealisasi sebesar 13,76 melampaui target yaitu 11 kali pertahun dengean persentase pencapaiannya sebesar 125,09%. Nilai ini didapatkan dengan perhitungan jumlah pasien yang keluar baik hidup atau mati dibandingkan dengan jumlah tempat tidur yang tersedia. Pencapaian realisasi ini hampir mendekati angka ideal BTO yaitu sebesar 10 11 kali pertahun. Pada grafik 3.2 dapat diketahui perbandingan antara realisasi BTO tahun 2013 dan Tahun 2014. Target BTO tahun 2013 sebesar 10 kali per tahun terealisasi sebesar 13,11 sehingga persentase capaian sebesar 131,1 %. BTO mengalami penurunan persentase capaian pada Tahun 2014 yaitu sebesar 125,09%. Pencapaian BTO RS. Ernaldi 34

Bahar pada Tahun 2013-2014 terjadi penurunan yang relatif tidak banyak perubahan. Belum tercapainya angka ideal BTO rumah sakit bukan merupakan penurunan kinerja dari rumah sakit melainkan dikarenakan dengan kapasitas tempat tidur sebanyak 250 tempat tidur, selalu penuh bahkan melebihi kapasitas yang ada. Pada akhir RPJM diharapkan tingkat BTO di RS Ernaldi Bahar dapat mendekati nilai ideal sebesar 11 kali / tahun. Upaya RS Ernaldi Bahar dalam mencapai nilai ideal ini dengan terus mengupayakan penyebaran pasien di ruang-ruang perawatan, sehingga bukan hanya kelas III saja yang dipilih, tetapi kelas yang lain seperti VIP, Kelas I dan II dapat menjadi pilihan pasien dalam menjalani perawatan. Namun demikian pencapaian BTO dalam kurun waktu 2013-2014 masih tergolong ideal. Grafik 3.2 Perbandingan Capaian BTO Tahun 2013, 2014 dan Target Tahun 2018 3. TOI (Turn Over Interval) Turn Over Interval atau rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. 35

Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari. Nilai TOI RS Ernaldi Bahar pada tahun 2014 didapatkan nilai 8,42 dari target 1 hari. Pada Tahun 2013 dari target TOI yang ditetapkan sebesar 2 hari, didapatkan realisasi sebesar -19,28. Terjadi kenaikan TOI yang cukup signifikan pada tahun 2014 yang semakin mendekati angka ideal yaitu 1-3 hari. Perbandingan TOI tahun 2013 2014 dapat dilihat pada tabel 3.2. Nilai minus ini dikarenakan tidak meratanya penyebaran pasien di kelaskelas perawatan inap. Hal ini terjadi karena tingginya pasien yang menggunakan program BPJS dan Jamsoskes Sumsel Semesta sehingga pasien lebih memilih perawatan kelas III. Agar TOI menjadi ideal dapat dilakukan upaya menambah kapasitas tempat tidur dikelas III. 4. NDR (Net Death Rate) Net Death Rate yaitu angka kematian pasien > 48 jam perawatan di rumah sakit untuk tiap-tiap 1.000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu layanan rumah sakit. NDR tahun 2013 terealisasi sebesar 0,02 dengan target sebesar 0 orang per tahun. NDR tahun 2014 terealisasi sebesar 0,01 dengan target yang ditetapkan sama seperti tahun sebelumnya yaitu sebesar 0 orang per tahun. Terjadi penurunan jumlah pasien mati yang semakin mendekati target yang ditetapkan. Hal ini menunjukkan kualitas pelayanan rumah sakit yang semakin bagus sehingga angka kematian pasien yang dirawat di RS. Ernaldi Bahar > 48 jam dapat diturunkan. Kematian pasien yang dirawat > 48 jam ini disebabkan bukan karena gangguan kejiwaannya, tetapi pasien telah mengalami gangguan kesehatan fisik saat pasien menjalani perawatan kejiwaannya. Terjadinya penurunan untuk angka NDR disebabkan kareana diagnosa medik dan keperawatan pasien tidak hanya untuk gangguan jiwa saja, tetapi didiagnosa juga keadaan fisik pasien, sehingga therapy yang diberikan tidak hanya untuk kesembuhan gangguan jiwanya saja tetapi pemulihan gangguan fisik juga. Dan diupayakan semua pasien yang 36

dirawat dapat kelaur dari rumah sakit tanpa ada kejadian kematian pada pasien. Pada tahun mendatang untuk mencapai target NDR, pemeriksaan terhadap pasien yang akan dirawat akan lebih selektif guna menghindari kematian pasien saat dirawat. 5. LOS (Length Of Stay) Length Of Stay yaitu lamanya seorang pasien dirawat dengan standar 30-52 hari, artinya lamanya perawatan seorang pasien yang dirawat inap selama 30 52 hari yang dikatakan baik. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Dari data yang diperoleh pada tahun 2013 didapatkan LOS 31 hari dari target yang ditetapkan pada awal tahun sebesar 31 hari, dengan persentase tingkat capaian sebesar 103,33% sedangkan pada tahun 2014 didapatkan LOS 25 hari dari target yang ditetapkan sebesar 31 hari dengan tingkat capaian 80,65%. Terjadi penurunan LOS dari tahun 2013 ke tahun 2014. Meskipun terjadi penurunan LOS RS. Ernaldi Bahar pada tahun 2014 akan tetapi masih tergolong ideal, dari nilai ideal yaitu 30-52 hari. Untuk mencapai target LOS RS. Ernaldi Bahar akan terus memberikan pelayanan kesehatan jiwa kepada pasien dengan terus mengembangkan ilmu pengetahuan dan memberikan pelayanan medik dan keperawatan yang lebih baik sehingga pasien dapat pulang dan kembali beraktivitas seperti biasa. Perbandingan LOS RS. Ernaldi Bahar Tahun 2013 2014 dapat dilihat pada grafik di bawah ini. 37

Grafik 3.3 Perbandingan Capaian LOS Rumah Sakit Ernaldi Bahar Tahun 2013-2014 dan Target Tahun 2018 6. Kunjungan Psikologi Kunjungan Psikologi di Rumah Sakit Ernaldi Bahar pada tahun 2014 terealisasi sebanyak 690 orang/tahun dengan target yang telah ditetapkan sebesar 1.026 orang/tahun, persentasi capaian sebesar 67,25%. Angka capaian ini masih rendah dari target yang diharapkan. Terjadi penurunan yang sangat signifikan dibandingkan Kunjungan psikologi tahun 2013 yaitu sebesar 1.267orang/tahun. Tingginya angka kunjungan psikologi pada tahun 2013 ini dikarenakan pada tahun 2013 ada pemilihan anggota calon legislatif yang salah satu syaratnya adalah harus mengikuti test psikologi, sehingga terjadi kenaikan yang sangat tajam di poli psikologi, selain itu salah satu penyebab rendahnya capaian tahun 2014 karena kurangnya sosialisasi keberadaan poli psikologi kepada masyarakat diana poli psikologi dapat digunakan sebagai sarana pengukuran untuk mengetahui minat, bakat dan kemampuan yang dimiliki seseorang. Untuk mencapai target yang telah ditetapkan maka RS. Ernaldi Bahar akan menggiatkan penyebarluasan informasi tentang pelayanan psikologi yang ada di RS. Ernaldi bahar dan kerjasama dengan perusahaan-perusahaan swasta untuk melakukan pemeriksaan 38

psikologi terhadap karyawannya dan menetapkan pemeriksaan psikologi sebagai salah satu syarat untuk penerimaan karyawan baru. Perbandingan kunjungan psikologi tahun 2013-2014 dapat dilihat pada grafik dibawah ini. Grafik 3.4 Perbandingan Kunjungan Psikologi Tahun 2013, 2014 dan Target Tahun 2018 7. Kunjungan Rehabilitasi Kunjungan rehabilitasi pada tahun 2014 realisasinya sebesar 27.887 orang per tahun, melampui target yang telah ditetapkan pada awal tahun yaitu sebesar 25.645 orang per tahun dengan persentase capaian sebesar 108,74%. Mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2013 yaitu realisasi sebesar 19.043. Pada pelayanan ini diberikan pengetahuan dan keterampilan bagi pasien yang dirawat agar pasien tersebut setelah pulang mampu beraktivitas layaknya orang normal. Untuk meningkatkan realisasi kunjungan rehabilitasi RS. Ernaldi Bahar akan terus melengkapi sarana dan prasrana yang ada di unit rehabilitasi dan pasien akan lebih banyak dikirim ke unit rehabilitasi guna mendapatkan kegiatan rehabilitasi antara lain terapi gerak/olahraga, terapi kerja, terapi kelompok/permainan, terapi musi dan terapi religius. 39

Grafik 3.5 Perbandingan Kunjungan Rehabilitasi Tahun 2013, 2014 dan Target Tahun 2018 Faktor penyebab meningkat maupun menurunnya capaian dari target yang telah ditetapkan karena di RS. Ernaldi Bahar berlaku sistem rujukan berjenjang yang menyebabkan birokrasi semakin panjang. Strategi yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan pencapaian target diatas adalah dengan cara : 1. Meningkatkan kualitas pelayanan dengan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petugas melalui pendidikan dan pelatihan baik petugas medis maupun paramedis 2. Meningkatkan kuantitas tenaga, khususnya tenaga keperawatan 3. Melengkapi alat-alat kedokteran yang canggih yang dapat menjadi pelayanan ungulan bagi rumah sakit. 4. Aktif memasarkan rumah sakit baik dari segi pelayanan maupun dari jenis pelayanan yang dimiliki rumah sakit c. Pelayanan Rehabilitasi NAPZA (Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya) Dengan semakin meningkatnya penggunaan NAPZA, terutama pada kelompok usia remaja dan usia produktif, maka Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan mempunyai fungsi untuk dapat memberikan 40

pelayanan rehabilitasi bagi para pengguna NAPZA tersebut sehingga ketergantungan mereka terhadap penggunaan NAPZA dapat dihilangkan. Untuk hal tersebut, Rumah Sakit Ernaldi Bahar sudah memiliki Klinik Methadone khusus untuk pengguna NAPZA yang terintegrasi dengan klinik VCT. Capaian, target dan persentase capaian indikator kinerja sasaran pada tujuan ketiga dapat dijelaskan sebagai berikut : Tabel 13. Capaian Kinerja Pelayanan NAPZA Rumah Sakit Ernaldi Bahar Tahun 2014 Indikator Kinerja 1 Jumlah kunjungan pengguna Narkoba yang memanfaatkan klinik Methadone 2 Jumlah Pengguna Narkoba yang dirawat inap Tahun 2014 Satuan Target Realisasi % kunjungan 225 432 192,00 org/thn 285 356 124,91 Adapun capaian indikator kinerja tersebut diatas, dapat dijelaskan sebagai berikut : 12. Jumlah kunjungan pengguna Narkoba yang memanfaatkan klinik Methadone pada tahun 2014 realisasi mencapai 432 kunjungan melebihi dari target yang telah ditetapkan pada awal tahun yaitu sebanyak 225 kunjungan, dengan persentase capaian kinerja sebesar 192%. Terjadi peningkatan dibandingkan angka kunjungan pada tahun 2013. Realisasi kunjungan pada tahun 2013 sebanyak 366 kunjungan dari target yang telah ditetapkan sebesar 310 kunjungan dengan persentase capaian sebesar 118,06%. Perbandingan antara kunjungan tahun 2013 dengan angka kunjungan tahun 2014 dapat dilihat pada grafik dibawah ini. Terjadi kenaikan yang cukup signifikan. Peningkatan ini diharapkan karena semakin banyaknya pengguna narkoba yang berusaha melepaskan diri dari ketergantungan terhadap Narkoba. Rumah Sakit Ernaldi Bahar akan lebih banyak menginformasikan kepada masyarakat tentang klinik metadhone sebagai klinik pengobatan pecandu NAPZA. Selain itu RS. Ernaldi Bahar akan terus berusaha untuk meningkatkan pelayanan dengan berbagai kegiatan antara lain 41

penyuluhan dan peningkatan sarana dan prasarana untuk menunjang pelayanan tersebut. Grafik 3.6 Perbandingan Kunjungan Pengguna Narkoba di RS Ernaldi Bahar Tahun 2013-2014 dan Target Tahun 2018 13. Untuk jumlah penderita Narkoba yang dirawat inap pada tahun 2014 telah melampaui target yang ingin dicapai yaitu sebanyak 356 orang per tahun dari target yang ditetapkan pada awal tahun yaitu sebanyak 285 orang per tahun, dengan persentase capaian sebesar 124,91%. Peningkatan ini merupakan nilai yang baik dikarenakan telah semakin berkembangan ilmu pengetahuan dalam upaya pengurangan dampak dan ketergantungan dari Narkoba, dan semakin dikenalnya upaya detoksifikasi terhadap para pecandu narkoba. Bila dibandingkan dengan target RPJM 2018 diharapkan turun menjadi 245 orang per tahun. Target yang terus turun ini seiring dengan semakin meningkatnya jumlah kunjungan klinik methadone. Penurunan ini diharapkan para pengguna narkoba hanya dengan rawat jalan tanpa harus di rawat inap, sehingga para pengguna narkoba masih bisa beraktifitas seperti biasa. Seiring dengan ditunjuknya RS Ernaldi Bahar sebagai pusat rujukan penderita narkoba, RS Ernaldi Bahar akan lebih memfokuskan dalam melengkapi sarana dan prasarana di ruang rawat inap rehabilitasi narkoba, seperti melengkapi alat alat latihan musik, alat latihan olah raga dan lain lain. 42