BAB I PENDAHULUAN. seorang wanita sebagai suami-isteri, dengan tujuan untuk membentuk keluarga

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menghadapi fenomena yang ada, tetapi lebih lentur dalam konteks

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. sunnatullah yang umumnya berlaku pada semua mahkluk-nya. Hal ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dasar-dasar perkawinan dibentuk oleh unsur-unsur alami dari

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA MALANG NOMOR: 786/PDT.G/2010/PA.MLG PERIHAL KUMULASI PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DAN IS BAT NIKAH

BAB I PENDAHULUAN. melindungi hak-hak perempuan dalam perkawinan. 1 Disamping itu pencatatan. bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. Demikian menurut pasal 1 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang. manusia dalam kehidupannya di dunia ini. 1

BAB IV ANALISIS TERHADAP PROSES PENYELESAIAN WALI ADHAL DI. PENGADILAN AGAMA SINGARAJA NOMOR. 04/Pdt.P/2009/PA.Sgr

PENETAPAN NOMOR XXXX/Pdt.P/2015/PA.Ktbm

P E N E T A P A N Nomor 0014/Pdt.P/2013/PA.Kbm BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kompilasi Hukum Islam, CV. Nuansa Aulia, 2013, hlm. 2. 2

BAB I PENDAHULUAN. Hidup bersama di dalam bentuknya yang terkecil itu dimulai dengan adanya

BAB IV. Putusan Pengadilan Agama Malang No.0758/Pdt.G/2013 Tentang Perkara. HIR, Rbg, dan KUH Perdata atau BW. Pasal 54 Undang-undang Nomor 7

BAB I PENDAHULUAN. menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 2 Undang-Undang

P U T U S A N Nomor : 027/Pdt.G/2009/PA.Dgl

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

P U T U S A N Nomor :xxxx/pdt.g/2010/pa.slw. BISMILLAHIRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P E N E T A P A N. Nomor: 0100/Pdt.P/2013/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA TENTANG DUDUK PERKARANYA

PUTUSAN Nomor : 259/Pdt.G/2013/PA.Pkc.

BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

TENTANG DUDUK PERKARANYA

P E N E T A P A N. Nomor : 0096/Pdt.P/2011/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor <No Prk>/Pdt.G/2017/PTA.Bdg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI AGAMA BANDUNG

Nomor: 0217/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA LAWAN

P U T U S A N BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENETAPAN Nomor 49/Pdt.P/2015/PA.Lt DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkawinan ini menjadi sebuah ikatan antara seorang laki-laki dan seorang

BAB I PENDAHULUAN. sahnya perkawinan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di

BAB I PENDAHULUAN. tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul

P U T U S A N. Nomor :./Pdt.G/2010/PA.Pso. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB V PENUTUP. 1. Persamaan dan perbedaan putusan ijin poligami No. 0258/ Pdt. G/ 2011/ No. 0889/ Pdt. G/2011/ PA. Kds. ditinjau dari hukum

P U T U S A N Nomor 0185/Pdt.G/2016/PA.Pkp DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami berbagai peristiwa hukum.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Poligami memang merupakan ranah perbincangan dalam keluarga

PENETAPAN. Nomor XXXX/Pdt.P/2015/PA.Ktbm

PUTUSAN Nomor 0930/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. melawan

P U T U S A N. Nomor: 1294/Pdt.G/2014/PA Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor: 1824/Pdt.G/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Melawan

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HAKIM PENGADILAN AGAMA. MALANG NOMOR 0038/Pdt.P/2014/PA.Mlg

BAB I PENDAHULUAN. Ikatan pernikahan merupakan unsur pokok dalam pembentukan keluarga

PENETAPAN Nomor 0028/Pdt.P/2014/PA.Lt BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P E N E T A P A N. Nomor : 0057/Pdt.P/2011/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENETAPAN Nomor: X/Pdt.P/2012/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. 1. Pertimbangan Hakim dalam Memutuskan Perceraian (Putusan. Banyuwangi) perspektif UU No.

BAB I PENDAHULUAN. ikatan suci yang dinamakan perkawinan. Perkawinan adalah suatu hubungan

BAB I PENDAHULUAN. antara suami, istri dan anak akan tetapi antara dua keluarga. Dalam UU

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG ISBAT NIKAH. Mengisbatkan artinya menyungguhkan, menentukan, menetapkan

Putusan Nomor : 276/Pdt.G/2011/PA.Pkc. hal. 1 dari 10 hal.

PENETAPAN. NOMOR XXXX/Pdt.P/2014/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Aristoteles, seorang filsuf yunani yang terkemuka pernah berkata bahwa

P U T U S A N. Nomor 0280/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. melawan

P E N E T A P A N NOMOR : 0018/Pdt.P/ 2013/PA.Kbm BISMILAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor 035/Pdt.G/2014/PA.Pkc. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : /Pdt.G/2011/PA.Pso. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor : 80/Pdt.G/2011/PA.Pkc. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjaga kedudukan manusia sebagai makhluk yang terhormat maka diberikan

SALINAN P U T U S A N Nomor: 02/Pdt.G/2012/PA.Sgr. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 051/Pdt.G/2009/PA.Dgl

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. pada tingkat pertama, telah melaksanakan sidang keliling bertempat di Desa

P E N E T A P A N. Nomor XX/Pdt.P/2012/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. tangga yang sakinah, mawadah dan warohmah. 1 Dan tujuan perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan adalah akad yang sangat kuat ( mitsaqan ghalidzan) yang

PENETAPAN Nomor 0005/Pdt.P/2015/PA.Pkc DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N 46/Pdt.G/2012/PA.Dgl BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGGUGAT ; MELAWAN TERGUGAT ;

PUTUSAN Nomor 0075/Pdt.G/2014/PA.Pkc

P E N E T A P A N Nomor : 0004/Pdt.P/2009/PA.Bn BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor 0035/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. melawan

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya salah satu kebutuhan manusia adalah perkawinan. Berdasarkan Pasal 28B ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang

P E N E T A P A N Nomor : 320/Pdt.P/2013/PA.SUB DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENETAPAN Nomor 0031/Pdt.P/2014/PA.Lt BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P E N E T A P A N Nomor : 277/Pdt.P/2013/PA.SUB DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENETAPAN Nomor /Pdt.P/2015/PA.Sgr. DUDUK PERKARA

P U T U S A N. Nomor 0181/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. melawan

P E N E T A P A N Nomor : 04/Pdt.P/2008/PA.Slk BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

- Bahwa penggugat adalah istri sah tergugat, telah melangsungkan pernikahan di. P U T U S A N Nomor: 622 / Pdt.G/2011/PA Prg.

SALINAN PENETAPAN Nomor : 06/Pdt.G/2012/PA.Ntn.

P U T U S A N Nomor : 32/Pdt.G/2009/PA.GM. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB III KONSEP MAQASID ASY-SYARI AH DAN PENCEGAHAN TERHADAP NIKAH DI BAWAH TANGAN

PUTUSAN Nomor : 315/Pdt.G/2013/PA.Pkc.

PENETAPAN Nomor /Pdt.P/2015/PA.Sgr. DUDUK PERKARA

BAB I PENDAHULUAN. seorang wanita untuk membentuk rumah tangga (keluarga) yang bahagia dan

P U T U S A N Nomor : 106/Pdt.G/2013/PA.Blu.

PUTUSAN. Nomor : XX/Pdt.G/2012/PA.Ktb BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENETAPAN. Nomor : 02/Pdt.P/2013/PA.NTN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P E N E T A P A N Nomor /Pdt.P/2015/PA Sgr.

Falasifa, Vol. 7 Nomor 1 Maret

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk

P E N E T A P A N Nomor: 0021/Pdt.P/2010/PA.Bn BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM. perdata tertentu pada tingkat pertama, dalam persidangan Majelis Hakim, telah

P U T U S A N. Nomor : 24/Pdt.G/2011/PA.Ktb. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor : 301/Pdt.G/2011/PA.Pkc.

RT 01/05 Desa Gentan, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang, untuk selanjutnya mohon disebut. Melawan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 dan 4 Tahun 1975 bab II

PUTUSAN Nomor 0108/Pdt.G/2014/PA.Pkc

PUTUSAN Nomor: 105/Pdt.G/2012/PA.Pkc

PUTUSAN. Nomor : 1780/Pdt.G/2012/PA.Plg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

TENTANG DUDUK PERKARA

bismillahirrahmanirrahim

Salinan. P E N E T A P A N Nomor : 0023/Pdt.P/2010/PA.Dmk. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami-isteri, dengan tujuan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 1 Tujuan perkawinan dalam Undang-undang adalah membentuk keluarga bahagia yang kekal. Perkawinan dalam hukum perdata di Indonesia diartikan sebagai pertalian yang dilakukan antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang berlaku untuk waktu yang lama. 2 Tujuan perkawinan, yakni mencapai keluarga bahagia yang sejahtera spiritual dan material. Tujuan-tujuan tersebut terdapat dalam azas equilibrium antara temporal dan kerohanian. Pengertian rumah tangga Islam dalam arti sakinah, mawaddah, warohmah, yakni rumah tangga bahagia rukun dan sejahtera dunia dan akhirat. Tujuan perkawinan akan tercapai apabila perkawinan itu memenuhi beberapa syarat yang harus dipenuhi, baik syarat yang telah diatur dalam hukum Islam (syarat materiil) maupun syarat formil yang berlaku di Indonesia. Hukum positif yang ada dan berlaku sekarang ini adalah Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Hukum Islam, untuk dapat melakukan 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan,Pasal 1. 2 Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, cet. ke-17 (Jakarta: Intersema, 1983), 23. 1

2 Perkawinan secara sah, tentu saja perlu adanya kesesuaian antara rukun dengan syarat perkawinan yang diatur oleh hukum Islam itu sendiri. Tanpa terpenuhinya rukun dan syarat tersebut, maka perkawinan dikatakan batal. 3 Perkawinan bagi orang Islam di Indonesia diatur dalam UU No.1 tahun 1974 tentang Perkawinan. Pasal 1 ayat (1) Undang-undang No.1 tahun 1974 tentang Perkawinan, bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Ayat (2) disebutkan, bahwa tiap-tiap perkawinan dicatat menurut perundang-undangan yang berlaku. Pencatatan yang dimaksud dalam ayat (2) tersebut merupakan upaya baru yang dilakukan Pemerintah untuk menertibkan perkawinan, selain juga untuk melindungi hak-hak suami-isteri jika terjadi persengketaan. Perkembangan antara tuntutan idealitas dan realitas selalu tidak beriringan. Masih banyak perkawinan yang tidak dicatatkan, yang dalam istilahnya disebut dengan nikah bawah tangan. Perkawinan bawah tangan oleh Undang-undang dianggap melanggar tertib administrasi dan hukum perkawinan di Indonesia. Perkawinan bawah tangan dapat diitsbatkan ke Pengadilan Agama, yaitu penetapan sah secara hukum melalui putusan. 4 3 Mahmud Yunus, Hukum Perkawinan dalam Islam menurut Madzhab Syafi I, Hanaf, Maliki dan Hambali (Jakarta: Hida Karya Agung, 1991), 1. 4 http://hukum.kompasiana.com, 28 Februari 2012

3 Nikah bawah tangan adalah nikah tanpa adanya suatu pencatatan pada instansi yang telah ditentukan oleh peraturan perundang-undangan. Nikah dibawah tangan timbul setelah berlakunya UU Perkawinan secara efektif tahun 1975. Hukumnya sah menurut hukum Islam sepanjang tidak ada motif sirri, tentunya juga telah memenuhi ketentuan syari ah yang benar. Pengadilan Agama. Perkawinan hanya sah menurut hukum materi il tetapi belum sah menurut hukum formil jika tidak dicatatkan. Itsbat nikah merupakan salah satu sengketa perkawinan yang merupakan kewenangan Pengadilan Agama. Dalam program yang bertajuk Itsbat Nikah dan nikah massal gratis tersebut, sejumlah warga yang belum mempunyai Surat nikah masih diharuskan membayar sekitar Rp 250.000. Dana tersebut lebih ringan 50 persen dibandingkan dengan mengurus sendiri sesuai ketetapan Pengadilan Agama. 5 Salah satu pasangan, Notowiyono (75) dan Tumikem (70), mengaku meski dianggap berat, dia terpaksa harus membayar sekitar Rp 250.000 untuk mengikuti sidang isbat kolektif tersebut. Hal ini ditempuh karena terdesak oleh kebutuhan kedua anaknya yang akan melangsungkan pernikahan, yang salah satu syaratnya harus menyertakan akta nikah orang tuanya. Waktu itu, saya menyetor sekitar dua ratus ribuan lebih karena lebih murah daripada mengurus sendiri di Pengadilan Agama biayanya mahal," kata Notowiyono, yang sudah puluhan tahun menikah tanpa akta nikah ini. Di sela-sela kegiatan tersebut, 5 http://regional.kompas.com, 12 Mei 2012.

4 Menurut Pasal 2 Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974 disebutkan, bahwa perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya, dan tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan di dalam Pasal 5 Kompilasi Hukum Islam (KHI) menetapkan bahwa agar terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat Islam, setiap perkawinan harus dicatat. Dari ketentuan diatas, jelas bahwa sebuah perkawinan akan sah di mata hukum, artinya jika telah dicatat oleh petugas yang berwenang. Untuk mereka yang beragama Islam, perkawinan yang belum dicatatkan, artinya tidak dilakukan di hadapan Pegawai Pencatat Nikah dan tidak punya bukti Akta Nikah, dianggap tidak mempunyai kekuatan hukum. 6 Dari kenyataan tersebut, jelas bahwa pasangan suami istri yang tidak mempunyai buku nikah karena perkawinannya tidak tercatat, untuk mendapatkan dokumentasi pribadi yang dibutuhkan. Solusi yang dapat ditempuh oleh mereka adalah mengajukan permohonan itsbat nikah ke pengadilan agama. Penetapan itsbat nikah yang dikeluarkan oleh pengadilan agama itu sendiri, kemudian digunakan dasar untuk mencatatkan perkawinan mereka pada pegawai pencatatan nikah kantor urusan agama, dan selanjutnya kantor urusan agama akan menerbitkan buku nikah atau kutipan akta nikah. 6 Kompilasi Hukum Islam, Pasal 6.

5 Melihat permasalahan di atas, penyusun bermaksud meneliti lebih dalam dan memberikan analisis terhadap alasan dan dasar hukum hakim atas penetapan Itsbat nikah dalam skripsi yang berjudul Tinjauan Hukum Islam Terhadap Itsbat Nikah Massal di Pengadilan Agama (PA) Sidoarjo. Subyek dari penelitian ini adalah Hakim Pengadilan Agama Sidoarjo, karena adanya perkara Itsbat nikah yang didaftarkan secara massal bagi perkawinan pasca Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan. Penyusun tertarik melakukan penelitian ini dikarenakan itsbat nikah massal di Pengadilan agama hanya ada di Kabupaten sidoarjo, meskipun di Provinsi lain masih terdapat itsbat nikah massal. B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan pada latar belakang di atas terdapat beberapa masalah yang sangat pokok, yang akan dikemas dalam identifikasi masalah sebagai berikut: a. Tinjauan hukum Islam terhadap Persidangan itsbat nikah massal dipengadilan agama (PA) sidoarjo. b. Kesesuain hukum terhadap persidangan itsbat nikah massal dipengadilan agama (PA) sidoarjo. 2. Batasan Masalah Dalam penelitihan ini perlu dilakukan batasan agar pembahasanya tidak terlalu luas dan tidak menyimpang dari pokok permasalahan.

6 disamping itu juga untuk mempermudah melaksanakan penelitihan. Oleh sebab itu maka penulis membatasi masalah dengan membahas tentang tinjauan hukum islam terhadap persidangan itsbat nikah massal di pengadilan (PA) sidoarjo. C. Rumusan Masalah Dalam penelitihan ini penulis ingin mengetengahkan suatu yang telah ada dalam masyarakat ini, yaitu suatu yang sudah sering terjadi pernikahan massal di pengadilan agama (PA) sidoarjo, propinsi jawa timur. Sehingga hal ini dipandang perlu adanya ketegasan mengenai status hukumnya dalam konteks islam. Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah diatas, maka penulis merumuskan sebagai berikut 1. Bagaimana prosedur itsbat nikah secara massal di pengadilan agama (PA) sidoarjo? 2. Bagaimana kesesuaian prosedur itsbat nikah secara massal di pengadilan agama (PA) sidoarjo dengan hukum islam? D. Kajian Pustaka Kajian pustaka adalah deskripsi tentang kajian/penelitian yang sudah pernah dilakukan seputar masalah yang akan diteliti sehingga terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan pengulangan atau duplikasi dari kajian/penelitian yang telah ada. Berdasarkan deskripsi tersebut, posisi penelitian

7 yang akan dilakukan harus dijelaskan. 7 Berdasarkan penelusuran terhadap karya ilmiah yang penyusun lakukan, ada beberapa karya ilmiah yang membahas masalah Itsbat nikah. 1. Pertama, skripsi berjudul Pertimbangan Hakim dalam Perkara Itsbat Nikah di Pengadilan Agama Sleman (Studi terhadap Perkara No.190/Pdt.G/2004/PA/Smn) yang ditulis oleh Muhammad Dahlan. Hakim dalam menetapkan perkara Itsbat Nikah harus memperhatikan dengan suatu hal dengan objektif, yakni mempertimbangkan dengan seksama mana yang harus didahulukan antara mengabulkan atau menolak. Dengan mempertimbangkan syarat-syarat poligami yang tidak terpenuhi, seperti yang tercantum dalam Pasal 4 ayat (2) Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 57 KHI. Dan Pasal 5 ayat (1) Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 58 ayat (1) KHI, beserta surat pernyataan yang membuat isteri dizalimi dikarenakan paksaaan suami untuk berpoligami, maka Itsbat nikah pada perkara tersebut ditolak. 8 Skripsi yang ditulis oleh Muhammad Dahlan jelas berbeda dengan yang penyusun tulis, mulai dari masalah judul sampai pembahasan pun berbeda. Muhammad dahlan membahas masalah itsbat nikah poligami, sedangkan yang penyusun bahas masalah itsbat nikah massal. 7 Fakultas syari ah dan Ekonomi Islam UIN Sunan Ampel, Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi, (Edisi Januari 2014), 8. 8 Muhammad Dahlan, Pertimbangan Hakim dalam Perkara Itsbat Nikah Poligai di Pengadilan Agama Sleman (Studi terhadap Perkara No. 190/Pdt.G/2004/PA/Smn), skirpsi strata 1 Fakultas Syari ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (2007).

8 2. Skripsi dengan judul, Itsbat Nikah Studi Kasus terhadap Keputusan Pengadilan Agama Sleman Tahun 2000-2002 yang ditulis oleh Muhammad Najib. Skripsi tersebut menganalisis putusan permohonan Itsbat nikah yang lebih cenderung pembahasan Itsbat nikah poligami, dan bagaimana pembuktian yang dilakukan oleh Majelis Hakim. Apakah sesuai dengan prosedur hukum acara Peradilan Agama. Hasil penelitian hampir sama dengan skripsi sebelumnya, yakni bahwa pembuktian dalam perkara poligami tersebut majelis Hakim mempertimbangkan dengan seksama mana yang harus didahulukan antara mengabulkan atau menolak permohonan Itsbat nikah yang diajukan kepadanya. Perkara pengajuan Itsbat nikah poligami, dalam pembuktiannya dan juga mengenai syarat-syarat poligami apakah sudah terpenuhi dan sesuai dengan Undang-undang yang berlaku. Pertimbangan Hakim dalam menyelesaikan perkara tersebut berdasarkan pada keadilan moral serta demi kemaslahatan (pemohon isteriisterinya dan anak-anaknya) dengan tetap memperhatikan nilai-nilai agama dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. 9 Skripsi yang ditulis oleh Muhammad Najib jelas berbeda dengan yang penyusun tulis, mulai dari masalah judul sampai pembahasan. Muhammad Najib membahas masalah itsbat nikah poligami mengenai syarat-syarat dan pembuktiannya, sedangkan yang penyusun bahas masalah 9 Muhammad Najib, Itsbat Nikah Studi Kasus terhadap Keputusan Pengadilan Agama Sleman, 2000-2002, skirpsi strata 1 Fakultas Syari ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (2003).

9 itsbat nikah massal mengenai alasan dan dasar hukum hakim. 3. Skripsi yang berjudul, Itsbat Nikah dan Peluang Terjadinya Nikah Sirri (Studi Analisis Terhadap Putusan PA Bantul) ditulis oleh Harizan. Pembuktian Hakim dalam penetapan Itsbat nikah di Pengadilan Agama Bantul, dan motif menjadikan lembaga Itsbat nikah sebagai peluang melakukan nikah sirri. 10 Skripsi yang ditulis oleh Harizan jelas berbeda dengan yang penyusun tulis, mulai dari masalah judul sampai pembahasan. Muhammad dahlan membahas masalah peluang nikah sirri sebab adanya itsbat nikah, sedangkan yang penyusun bahas masalah itsbat nikah massal mengenai alasan dan dasar hukum hakim dalam menetapkan permohonan itsbat nikah yang didaftarkan secara massal. 4. Skripsi yang berjudul, Sikap Hakim Pengadilan Agama terhadap Permohonan Itsbat Nikah bagi Perkawinanpasca Undang-undang No. 1 tahun 1974 (Studi di Pengadilan Agama Bantul) yang ditulis oleh Siwi Pamungkas. Menjelaskan bahwa pembuktian yang dilakukan Hakim di lingkungan Pengadilan Agama Bantul sudah sesuai dengan prosedur, berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku, yaitu penggunaan Pasal 164 HIR / Pasal 284 Rbg. 11 Skripsi yang ditulis oleh Siwi 10 Harizan, Itsbat Nikah dan Peluang Terjadinya Nikah Sirri (Studi Analisis Terhadap Putusan PA Bantul), skirpsi strata 1 Fakultas Syari ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (2004). 11 Siwi Pamungkas, Sikap Hakim Pengadilan Agama terhadap Permohonan Itsbat Nikah bagi Perkawinan pasca Undang-undang No. 1 tahun 1974, skirpsi strata 1 Fakultas Syari ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (2006).

10 Pamungkas jelas berbeda dengan yang penyusun tulis, mulai dari masalah judul sampai pembahasan pun juga berbeda. Siwi Pamungkas membahas masalah itsbat nikah pasca Undang- undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan mengenai sikap hakim, sedangkan yang penyusun membahas masalah itsbat nikah massal mengenai alasan dan dasar hukum hakim dalam menetapkan permohonan itsbat nikah yang didaftarkan secara massal. Berdasarkan telaah terhadap keempat karya tulis di atas, maka penelitian yang penyusun lakukan dengan judul Itsbat Nikah Massal Tahun 2011 di Pengadilan Agama Wonosari (Studi terhadap Alasan Hakim atas Penetapan Itsbat Nikah), jelas berbeda dengan karya tulis yang sudah ada baik dari tempat penelitian maupun objek yang dikaji. Penyusun akan meneliti prosedur itsbat nikah Pengadilan Agama sekaligus meneliti kesesuain prosedur itsbat nikah dengan hukum islam. E. Tujuan Penelitian Mengacu rumusan pertanyaan penelitian di atas, pada prinsipnya penelian ini bertujuan untuk mendeskripsikan praktek pernikahan secara massal di pengadilan agama (PA) sidoarjo dalam kehidupan dimasyarakat. Dalam penelian ini ada beberapa tujuan dan kegunaan yang ingin di capai oleh peneliti yaitu 1. Bagaimana prosedur itsbat nikah massal di pengadilan agama (PA) sidoarjo.

11 2. Bagaimana kesesuaian prosedur itsbat nikah secara massal di pengadilan agama (PA) sidoarjo. F. Kegunaan Hasil Penelitihan Keguanaan hasil penelitihan diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dalm kajian-kajian ilmiah khususnya bagi sosial keagamaan. semoga berguna bagi masyarakat dan khususnya bagi umat islam selurunya. G. Definisi Operasional Untuk memperjelas isi pembahasan dan untuk menghindari kesalah pahaman dalam memahami judul ini, maka penulis merasa perlu untuk menyajikan definisi operasional. Pada bagian ini penulis akan memaparkan beberapa istilah yang dianggap penting dalam memahami judul, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Persidangan Itsbat Nikah Massal Di Pengadilan Agama (Pa) Sidoarjo. Penjelasan sebagai berikut: 1. Hukum Islam adalah pendapat ulama fiqih tentang itsbat nikah termasuk di kibab KHI untuk di-nyatakan sah-nya perkawinan tersebut. 12 2. Itsbat Nikah Massal, ialah permohonan pengesahan nikah yang diajukan ke pengadilan untuk di-nyatakan sah-nya perkawinan dan memiliki kekuatan hukum, permohonan ini dilakukan secara bersama dengan pemohon lainnya. 12 Kompilasi Hukum Islam, edisi revisi,(bandung: Tim Redaksi Nusantara Aulia, 2012, ), 3.

12 H. Metode Penelitian Untuk mengetahui dan penjelasan mengenai adanya segala sesuatu yang berhubungan dengan pokok permasalahan di perlukan suatu pedoman penelitian yang disebut metodologi penelitian yaitu cara melukiskan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan, sedangkan penelitian adalah suatu kegiataan untuk mencari, merumuskan dan menganalisa sampai menyusun laporan. Dengan demikian metodologi penelitian sebagai cara yang dipakai untuk mencari, merumuskan dan menganalis sampai menyusun laporan guna mencapai satu tujuan. Untuk mencapai sasaran yang tepat dalam penelitian penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut: 1. Data yang dikumpulkan Data yang diperoleh langsung dari lapangan oleh sebagai gejala lainya yang ada di lapangan dengan mengadakan peninjauan langsung pada obyek yang diteliti. 13 Berdasarkan pengalaman praktek kami dan prosedur di pengadilan agama (PA) sidoarjo kami sampaikan bahwa syarat-syarat yang harus dipenuhi seseorang yang melakukan itsbat nikah adalah sebagai berikut: a. Menyerahkan surat permohonan itsbat kepada pengadilan agama (PA) setempat. 13 Petunjuk Penulisan Skripsi, (sunan ampel surabaya januari 2014), 9

13 b. Surat keterangan dari kantor urusan agama (KUA) setempat yang menyatakan bahwa pernikahan tersebut belom dicatat. c. Surat keterangan dari kepala desa yang menerangkan pemohon telah menikah. d. Foto copy KTP pemohon itsbat nikah. e. Membayar biaya perkara. 2. Sumber data a. Hakim b. Pemohon /warga yang melakukan itsbat nikah massal c. Panitra d. Dokumentasi terhadap perkara itsbat nikah massal di pengadilan agama (PA) sidoarjo. 3. Tehnik Pengumpulan Data Tehnik pengumpulan data menggunakan cara membaca atau mepelajari buku peraturan undang-undang dan sumber kepustakaan yang berhubungan dengan objek penelitihan. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang mengenai permasalahan yang ada referensinya dengan objek yang diteliti. a. Wawancara Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi semacam percakapan untuk memperoleh informasi. Disini penulis mengumpulkan data dengan cara mengadakan tanya jawab secara langsung dengan

14 responden dan informan yang banyak mengetahui tentang masalah yang diteliti. Wawancara dilakukan dengan hakim, pemohon/warga, panitra. 14 b. Dokumentasi Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai permasalahan itsbat nikah massal, kesesuaian prosedur itsbat nikah massal, perkara, putusan hakim di pengadilan agama sidoarjo. 4. Tehnik pengolahan Data Penelitihan ini menggunakan literatur, maka dalam penelitihan ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data melalui Telaah buku dan naskah dokumen peraturan undang-undang, yaitu a. Mengumpulkan data b. Memeriksa data yang diperoleh dapat memberikan informasi atau keterangan yang dibutuhkan oleh peneliti yang berhubungan dengan pembahasan tentang tinjauan hukum islam terhadap persidangan itsbat nikah massal di pengadilan agama (PA) Sidoarjo. c. Menganalisis data Setelah semua data yang diperlukan terkumpul, maka penulis akan menganalisis secara diskriptif, dianalisis dengan pola pikir induktif terhadap persidangan itsbat nikah massal di pengadilan agama (PA) Sidoarjo. 14 Ibid.,9

15 H. Sistematika Pembahasan Untuk memudahkan penulisan dan pemahaman skripsi ini, maka perlu dibuat sistematika pembahasan sebagai gambaran umum mengenai isi skripsi ini. Penulisan skripsi ini terbagi menjadi lima bab yaitu: Bab pertama Pendahuluan. Dalam bab ini menggambarkan keseluruhan isi skripsi yang terdiri dari: latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian (meliputi data yang dikumpulkan, sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data), dan sistematika pembahasan. Bab kedua adalah pembahasan tentang tinjauan umum seputar perkawinan dan Itsbat nikah. pertama menggambarkan tentang pengertian, syarat, dan rukun. bab kedua, yakni tentang pengertian, dan dasar hukum Itsbat nikah. bab ketiga, yakni tentang urgensi pencatatan nikah. Bab dua ini berfungsi sebagai teori dasar sebelum masuk ke bab selanjutnya. Bab ketiga, pembahasan tentang Itsbat nikah massal di Pengadilan Agama Sidoarjo menjelaskan gambaran umum Pengadilan Agama Sidoarjo, selanjutnya menjelaskan prosedur itsbat nikah massal di sidoarjo bab tersebut menjelaskan alasan dan dasar hukum itsbat nikah, serta tujuannya itsbat nikah massal.

16 Bab keempat, adalah analisis terhadap penetapan itsbat nikah massal di Pengadilan Agama sidoarjo. Pada bab ini penyusun menjelaskan eksistensi itsbat nikah massal di Pengadilan Agama Sidoarjo dan relevansinya baik menurut hukum Islam maupun peraturan perundangundangan. Bab kelima penyusun mengemukakan kesimpulan dari hasil penelitian serta beberapa saran.

17 DAFTAR PUSTAKA Departemen Agama RI, Alqur an dan Terjemahnya, Bandung: CV Diponegoro, 2007. Burhanuddin, Permasalahan Kumulasi Permohonan Itsbat Nikah,. Dahlan, Muhammad, Pertimbangan Hakim dalam Perkara Itsbat Nikah Poligami di Pengadilan Agama Sleman (Studi terhadap Perkara No. 190/Pdt.G/2004/PA/Smn), skripsi ini tidak dipublikasikan. Fakultas Syari ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2007. Hadikusuma, Hilman, Hukum Perkawinan Indonesia, menurut: Perundangan, Hukum Adat, Hukum Agama, cet. ke-2, Bandung: Mandar Maju, 2003. Hanan, Damsyi, Permasalahan Itsbat Nikah, Pasal 2. Undang-undang No. 1 tahun 1974 dan Pasal 7 KHI), Mimbar Hukum, No. 31 tahun VIII, Maret-April 1997. UU no 1 tahun 1974 KHI, nuansa aulia, bandung 2012 Petunjuk Penulisan Skripsi, (surabaya januari 2014), http://regional.kompas.com, 12 Mei 2012. Hasan Basri,( Peradilan Agama di Indonesia.) 2012,3. Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, cet. ke-17, Jakarta: Intersema, 1983.