Stefanus Haryo Nugroho Dosen Pembimbing : Diah Susanti, ST, MT, Ph.D Hariyati Purwaningsih, SSi, MSi

dokumen-dokumen yang mirip
Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

Jurnal Teknik Material dan Metalurgi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 2011

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal Teknik Material dan Metalurgi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 2012

SINTESA TUNGSTEN TRIOKSIDA NANO PARTIKEL DENGAN METODE SOL GEL DAN POST- HYDROTHERMAL

ANALISIS FASA KARBON PADA PROSES PEMANASAN TEMPURUNG KELAPA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

4 Hasil dan Pembahasan

SIDANG TUGAS AKHIR. Jurusan Teknik Material & Metalurgi Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian

PENGARUH VARIASI MILLING TIME dan TEMPERATUR KALSINASI pada MEKANISME DOPING 5%wt AL NANOMATERIAL TiO 2 HASIL PROSES MECHANICAL MILLING

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas

BAB 4 DATA DAN ANALISIS

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

Selayang Pandang

By: Dwi Jingga Dharma Kusuma ( ) Pembimbing: Diah Susanti S.T., M.T., Ph.D.

PENGUKURAN SENSITIVITAS SENSOR GAS CO DARI MATERIAL WO 3 HASIL PROSES SOL GEL DAN KALSINASI TERHADAP VARIASI KONSENTRASI DAN TEMPERATUR OPERASI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material, Jurusan

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g)

I. PENDAHULUAN. Nanopartikel saat ini menjadi perhatian para peneliti untuk pengembangan dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fisik Universitas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 3 METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

Korosi telah lama dikenal sebagai salah satu proses degradasi yang sering terjadi pada logam, khusunya di dunia body automobiles.

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Januari 2015 sampai dengan Juni

Pengaruh Variasi Temperatur Post Hydrothermal terhadap Sensitivitas Sensor Gas Co dari Material Wo 3 Hasil Proses Sol Gel

BAB IV ANALISA DATA & PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai. bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif.

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong,

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di

BAB III METODE PENELITIAN

LOGO. STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 PRESENTASI TESIS. Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP

BAB I PENDAHULUAN. luar biasa dalam penerapan nanosains dan nanoteknologi di dunia industri. Hal ini

2 PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL TITANIUM OXIDE (TiO 2 ) MENGGUNAKAN METODE SOL-GEL

BAB III EKSPERIMEN. 1. Bahan dan Alat

PENGARUH TEMPERATUR KALSINASI PADA PEMBENTUKAN LITHIUM IRON PHOSPHATE (LFP) DENGAN METODE SOLID STATE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

Pengaruh Penambahan Aluminium (Al) Terhadap Sifat Hidrogenasi/Dehidrogenasi Paduan Mg 2-x Al x Ni Hasil Sintesa Reactive Ball Mill

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan teknologi material semikonduktor keramik,

METODOLOGI PENELITIAN

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN ADITIF Ca DARI BATU KAPUR ALAM DENGAN METODE PENCAMPURAN LARUTAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dihasilkan sebanyak 5 gram. Perbandingan ini dipilih karena peneliti ingin

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei

Gambar 4.2 Larutan magnesium klorida hasil reaksi antara bubuk hidromagnesit dengan larutan HCl

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Agustus Penelitian

PENGARUH WAKTU PEMANASAN TERHADAP SINTESIS NANOPARTIKEL FE3O4

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

PENGARUH KONSENTRASI HIDROGEN KLORIDA (HCl) DAN TEMPERATUR PERLAKUAN HIDROTERMAL TERHADAP KRISTALINITAS MATERIAL MESOPORI SILIKA SBA-15 SKRIPSI

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik/fisik Fakultas

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

Abstrak- Gas LPG (Liquifed Petroleum Gas) adalah gas alam yang diaplikasikan dalam dunia industri dan kehidupan sehari-

Efek Doping Senyawa Alkali Terhadap Celah Pita Energi Nanopartikel ZnO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

I. PENDAHULUAN. komposit. Jenis material ini menjadi fokus perhatian karena pemaduan dua bahan

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG BAB I

Analisa Sifat Kapasitif Kapasitor Elektrokimia WO 3 Hasil Sintesa Sol Gel dengan Variasi Temperatur Kalsinasi

Bab III Metoda Penelitian

Bab 3 Metodologi Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan September 2012

III. METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di beberapa tempat yang berbeda yaitu ; preparasi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Analisa Sifat Kapasitif Kapasitor Elektrokimia Berbahan WO 3 Hasil Sintesa Sol Gel dengan Variasi Temperatur Kalsinasi

I. PENDAHULUAN. Saat ini biomassa telah banyak menarik perhatian para peneliti. Hal ini

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik CSZ-NiO untuk elektrolit padat

Pengaruh Variasi ph dan Temperatur Sintering terhadap Nilai Sensitivitas Material TiO 2 Sebagai Sensor Gas CO

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik / Fisik Fakultas

SINTESIS DAN KARAKTERISASI CORE-SHELL ZnO/TiO2 SEBAGAI MATERIAL FOTOANODA PADA DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) SKRIPSI

KARAKTERISTIK LISTRIK KERAMIK FILM Fe 2 O 3 DENGAN VARIASI KETEBALAN YANG DIBUAT DARI MINERAL LOKAL DI ATMOSFIR UDARA DAN ATMOSFIR ALKOHOL

BAB III METODE PENELITIAN. Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pori

PENGARUH SUHU FURNACE DAN RASIO KONSENTRASI PREKURSOR TERHADAP KARAKTERISTIK NANOKOMPOSIT ZnO-SILIKA

Transkripsi:

Stefanus Haryo Nugroho 2706 100 017 Dosen Pembimbing : Diah Susanti, ST, MT, Ph.D Hariyati Purwaningsih, SSi, MSi Jurusan Teknik Material dan Metalurgi Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember 2011

PENGARUH KALSINASI TERHADAP PEMBENTUKAN NANOPARTIKEL TUNGSTEN TRIOKSIDA HASIL PROSES SOL-GEL

Latar Belakang Metode sol-gel sebagai metode sintesis nanopartikel yang sederhana, murah dan mudah. Aplikasi tungsten trioksida banyak digunakan untuk sensor gas, selain itu pembuatan kain fireproofing dan sebagai pigmen kuning pada keramik, selain itu digunakan untuk membuat tungstates untuk layar x-ray. Sumber:, 2010. File: TungstenOxideSmall.jpg. (http://en.wikipedia.org/wiki/file: TungstenOxideSmall.jpg, diunduh tanggal 07 Desember 2010). Gambar 2.2 Tungsten Trioksida (WO 3 )

Batasan Masalah Temperatur saat holding pada kalsinasi dianggap konstan Pada proses pengadukan, temperatur dan kecepatan dianggap konstan Pengotor serbuk diabaikan

Tujuan Penelitian Mempelajari pembentukan nanopartikel tungsten trioksida yang diperoleh dari reaksi WCl 6 dengan alkohol menggunakan metode sol-gel Mempelajari pengaruh temperatur kalsinasi terhadap morfologi permukaan, ukuran partikel dan struktur kristal nanopartikel dari WO 3

Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat untuk menghasilkan nanopartikel tungsten trioksida dari reaksi WCl 6 dengan alkohol menggunakan metode sol-gel sehingga dapat digunakan untuk referensi pembuatan sensor gas dan penelitian lainnya.

Teknik Sol-gel Teknik sol-gel adalah teknik kimia basah untuk pembuatan bahan (biasanya logam oksida) mulai dari larutan kimia yang bereaksi untuk menghasilkan partikel koloid nanosized (atau sol) yang bertindak sebagai prekursor. Prekursor adalah logam alkoxides dan logam yang mengalami reaksi hidrolisis dan polycondensation. Hasilnya adalah sebuah sistem yang terdiri dari partikel padat (ukuran mulai dari 1 nm sampai 1 μm) yang tersebar dalam pelarut.

Teknik Sol-gel Beberapa keuntungan teknik sol-gel: Dalam aplikasi penginderaan, materi sensitif dapat dihasilkan dengan menambahkan beberapa unsur dalam matriks sol-gel selama sintesis, yang tidak berinteraksi secara kimia dengan lingkungannya.

Teknik Sol-gel pembentukan lapisan tipis yang sangat tinggi yaitu lapisan tipis, dalam kisaran nanometer. Metode Sol-gel sederhana, biaya yang sedikit, dan sintesa dalam temperatur relatif rendah.

Kalsinasi Proses kalsinasi adalah proses perlakuan panas yang diterapkan pada sebuah bahan yang bertujuan untuk dekomposisi termal, transisi fasa, dan penghapusan fraksi volatile. Proses kalsinasi terjadi pada temperatur di bawah titik lebur bahan.

Kalsinasi Proses ini juga berperan dalam proses penghilangan air, karbon dioksida atau gas lain. Kalsinasi adalah thermal treatment agar terjadi dekomposisi dan juga untuk mengeliminasi senyawa yang berikatan secara kimia (Husni, 2010).

Kalsinasi Semakin tinggi temperatur kalsinasi semakin besar ukuran partikel seperti terlihat dalam gambar 2.4. Hal ini disebabkan karena proses kalsinasi akan menyebabkan reaksi zat padat, pengkristalan dan terjadi peleburan sehingga ikatan akan terlepas. Kalsinasi dilakukan pada suatu bahan untuk memutus ikatan molekul antar senyawa pada bahan tersebut.

Kalsinasi Sumber: Wang, S.H., Chou, T.C., dan Liu, C.C., 2003. Nano-crystalline tungsten oxide NO 2 sensor. Sensors and Actuators B 94 (2003) 343-351. Gambar 2.4 pengaruh proses kalsinasi terhadap morfologi permukaan dari thin film tungsten oxide dengan variasi temperatur (a) 350 o C; (b) 450 o C; (c) 550 o C dan (d) 650

Bahan Serbuk Tungsten (VI) Hexaklorida (>99,99%) Ethanol Ammonia hidroxida solution (NH 4 OH) Perak nitrat solution Surfactant (Triton X-100)

Alat Hot Plate Stirrer Alat Centrifuge Furnace Scaning electrone microscope (SEM) dan Transmission Electron Microscope (TEM) untuk mengetahui morfologi permukaan dan ukuran partikel X-Ray diffraction (XRD) untuk mengetahui strutur kristal

Alat Neraca Analit Micropipete Gelas ukur Crucible Erlenmeyer

Flow Chart Start Tungsten (VI) Chlorida dilarutkan dengan etanol dan NH 4 OH Melakukan pengadukan dalam temperatur es Ion chloride dihilangkan dengan Aquades Titrasi dengan perak nitrat Ion clmasih ada centrifuge untuk memisahkan endapan dari larutan Peptization endapan dengan NH4OH + 50µm surfactant Terbentuk Tungsten Oxide Gel A

A Tungsten Oxide Gel dikalsinasi dengan variasi temperatur 300 o C, 400 o C, 500 o C dan 600 o C Pengujian Identifikasi Fasa (X-ray Diffraction) Pengamatan Morfologi Permukaan (SEM) Pengamatan struktur mikro (TEM) Analisa data dan pembahasan Kesimpulan End

SEM (Scanning Electron Microscope) Scanning Electron Microscope adalah jenis mikroskop elektron yang menampilkan gambar permukaan sampel dengan memindai sinar elektron berenergi tinggi dalam pola raster scan. Elektron berinteraksi dengan atom-atom menghasilkan sinyal yang berisi informasi tentang topografi permukaan sampel, komposisi dan sifat-sifat lain seperti konduktivitas listrik.

SEM (Scanning Electron Microscope) Jenis sinyal yang dihasilkan oleh SEM termasuk elektron sekunder, backscaterred electron (BSE), karakteristik sinar-x, cahaya (cathodoluminescence) dan elektron Sumber:, 2010. Field emission scanning electron microscopes (FE-SEM) with EsB (in-column) ULTRA. (http://www.directindustry.com/prod/carl-zeiss-smt-nano-technology-systems-division/field-emission-scanningelectron-microscope-fe-sem-with-esb-in-column-22691-57799.html, diunduh tanggal 07 Desember 2010). Gambar 3.1Scanning Electron Microscope

X-ray Diffraction (XRD) X-ray Diffraction (XRD) biasa digunakan untuk mempelajari struktur Kristal dan komposisi kimia nanopartikel. Posisi puncak dalam pola difraksi sinar-x dapat digunakan untuk menentukan komposisi kimia dan fasa kristal nano partikel. sumber:,. Episode 530: X- ray diffraction. (http://tap.iop.org/atomic/xray_neutron _diffraction/page_40431.html, diunduh tanggal 07 Desember 2010). Gambar 3.3 difraksi sinar-x dari Kristal

Transmission Electron Microscope (TEM) Transmission Electron Microscope (TEM) adalah sebuah mikroskop teknik dimana seberkas elektron ditembakan melalui spesimen ultra tipis. Sebuah gambar dibentuk dari interaksi elektron ditembakan melalui spesimen, gambar diperbesar dan difokuskan ke perangkat imaging, seperti layar neon, pada lapisan film fotografi, atau dideteksi oleh sensor seperti CCD kamera. Sumber:,. Transmission electron microscopy (TEM). (http://nzforu.com/microscopes/transmissionelectron-microscope-tem/, diunduh tanggal 07 Desember 2010). Gambar 3.4 Transmission Electron Microscope (TEM)

Metode Penelitian Tungsten (VI) Hexaklorida (WCL 6 ) dicampur dengan etanol dan 0,5M NH 4 OH Larutan diaduk dalam temperatur es. Ion klorida dihapus menggunakan aquades sampai tidak ada endapan putih AgCl muncul ketika dititrasi dengan larutan 0,1M perak nitrat.

Metode Penelitian Endapan dipisahkan dari larutan yang tersisa menggunakan centrifuge. Endapan kemudian dipeptized oleh ammonia hidroksida, dan surfactant (Triton X-100) ditambahkan ke dalam larutan. Diperoleh tungsten trioksida sol.

Metode Penelitian Sol Tungten Trioksida di kalsinasi dengan variasi temperatur 300 o C, 400 o C, 500 o C dan 600 o C. Serbuk hasil kalsinasi kemudian di uji dengan pengujian Scanning Electron Microscope (SEM) dan Pengujian Transmission Electron Microscope (TEM). Fasa Kristal diperiksa oleh pengujian X- Ray Diffraction (XRD).

Proses Kalsinasi Proses kalsinasi dilakukan dalam furnace dengan variasi temperatur 300 o C, 400 o C, 500 o C dan 600 o C dengan waktu tahan selama 1 jam dan dilakukan pendinginan T atmosfir. o C t (holding) = 1 jam t (sekon) Gambar 3.5 grafik proses kalsinasi

Analisa XRD

Analisa XRD Dari pola XRD menunjukan puncak-puncak yang semakin tajam dan intensitas yang semakin tinggi dengan dengan kenaikan temperatur. Pada temperatur kalsinasi 300 o C dan 400 o C terlihat puncak dari pola XRD yang lebar dengan intensitas yang rendah yang menunjukan struktur menyerupai material yang bersifat amorphous.

Analisa XRD Hal ini disebabkan karena masih adanya kandungan air kimiawi (air kristal ) pada sampel tersebut. Dengan kenaikan temperatur, air kristal akan berkurang sehingga struktur material mendekati bentuk kristal seperti ditunjukan pada pola XRD untuk temperatur kalsinasi 500 o C dan 600 o C, puncak yang tajam dan intensitasnya yang tinggi.

Analisa XRD Ukuran kristal berbagai temperatur dihitung menggunakan rumus Scherrer D = Dimana: K adalah tetapan scherrer (biasanya 0.9) tinggi K λ B Cosө λ adalah panjang gelombang (Ǻ) B adalah sudut garis difraksi di setengah maksimum difraksi (FWHM) (rad) ө adalah sudut Bragg ( o )

Analisa XRD Struktur kristal diperiksa menggunakan program Match, yang mengindikasikan bahwa pada temperatur 300 o C dan 400 o C struktur kristalnya hexagonal (kartu JCPDS 85-2459) dan pada 500 o C dan 600 o C struktur kristalnya monoklinik (kartu JCPDS 83-0950).

Analisa XRD Temperatu r 300 o C 1.54056 0 400 o C 1.54056 0 500 o C 1.54056 0 600 o C 1.54056 0 λ(ǻ) B(rad) Ө( o ) Cos ө D (nm) Struktur mikro JCPDS 0.018 6 0.013 7 0.006 8 0.004 9 11.61 0.98 7.31 Hexagonal 85-2459 11.82 0.98 9.92 Hexagonal 85-2459 12.1 6 12.1 6 0.98 20.40 Monoklinik 83-0950 0.98 28.36 Monoklinik 83-0950 Dari tabel diatas dapat kita simpulkan bahwa semakin tinggi temperatur semakin besar pula ukuran kristal serbuk WO 3.

Analisa XRD Abdullah dalam jurnalnya mengindikasikan hal yang sama seperti pada Tabel diatas. Abdullah menggunakan teknik Colloidal Gas Aphrons (CGAs) untuk mendapatkan nanopartikel WO 3 dengan temperatur kalsinasi 400 o C, 500 o C, 600 o C dan 700 o C dengan holding time selama 4 jam. (Abdullah, 2004) Temperatur 400 o C 500 o C 600 o C 700 o C Ukuran kristal (nm) 30 ± 5 50 ± 5 150 ± 10 200 ± 10

ANALISA SEM Morfologi permukaan dari serbuk tungsten trioksida dari hasil SEM (Zeiss EVO MA 10).

ANALISA SEM

ANALISA SEM

ANALISA SEM Temperatur 300 o C 400 o C 500 o C 600 o C Ukuran partikel (nm) 277-780 137-550 50-500 25-125

ANALISA SEM Dari Gambar dan Tabel diatas mengindikasikan bahwa partikel-partikel WO 3 cenderung membentuk agregat dengan partikel yang lain. Kecenderungan ini semakin berkurang dengan kenaikan temperatur. Pada Gambar hasil SEM dengan temperatur 300 o C terlihat bahwa partikel-partikel membentuk cluster yang masing-masing cluster terdiri dari 8-20 partikel.

ANALISA SEM Wang dalam jurnalnya yang memakai raw material WCl 6 dan proses sol-gel yang sama, namun hasil bentuk WO 3 dalam bentuk lapisan film tipis. Wang menyimpulkan bahwa semakin tinggi temperatur semakin besar ukuran partikel pada film tipis WO 3, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan material serbuk. (Wang, 2003)

ANALISA TEM Morfologi permukaan dan ukuran partikel dari tungsten trioksida dengan resolusi yang lebih tinggi dibandingkan dari hasil SEM didapatkan dari pengujian TEM (JEOL JEM-1400)

ANALISA TEM

ANALISA TEM

ANALISA TEM Analisa TEM pada temperatur kalsinasi 600 o C menunjukan bahwa adanya agregasi dari unit-unit partikel seperti pada gambar perbesaran skala 10nm dan 20nm. Partikel Agregasi tersebut membentuk seperti partikel yang lebih besar dapat terlihat dalam gambar perbesaran skala 50 nm.

ANALISA TEM Agregasi ini disebabkan karena tungsten trioksida adalah material higroskopis, yang memiliki kemampuan menyerap molekul air yang baik. Hal inilah yang menyebabkan partikel-partikel tersebut berkumpul menjadi satu dan tidak homogen. Ukuran partikel dari serbuk tungsten trioksida dengan temperatur 600 o C adalah sekitar 4-20 nm, dan satu agregasi partikel sekitar 10-60 nm.

Kesimpulan Tungsten trioksida (WO 3 ) nanopartikel telah dapat disintesa dengan menggunkan metode sol-gel dengan precursor WCl 6, ethanol dan NH 4 OH Berdasarkan hasil XRD diketahui pada temperatur kalsinasi 300 o C 400 o C struktur kristalnya hexagonal. Pada 500 o C dan 600 o C struktur kristalnya monoklinik. Ukuran kristal didapatkan dari rumus Scherer.

Kesimpulan Semakin besar temperatur kalsinasi semakin besar pula ukuran kristal. Pada temperatur kalsinasi 300 o C dan 400 o C terlihat puncak dari pola XRD yang lebar dengan intensitas yang rendah yang menunjukan struktur menyerupai material yang bersifat amorphous.

Kesimpulan Hal ini disebabkan karena masih adanya kandungan air kimiawi (air kristal ) pada sampel tersebut. Dengan kenaikan temperatur, air kristal akan berkurang sehingga struktur material mendekati bentuk kristal seperti ditunjukan pada pola XRD untuk temperatur kalsinasi 500 o C dan 600 o C, puncak yang tajam dan intensitasnya yang tinggi.

Kesimpulan Dari hasil foto SEM diketahui ukuran partikel pada temperatur kalsinasi 300 o C sekitar 277-780 nm, pada temperatur kalsinasi 400 o C sekitar 100-500 nm, pada temperatur kalsinasi 500 o C sekitar 50-500 nm dan pada temperatur kalsinasi 600 o C sekitar 25-125 nm.

Kesimpulan dan Saran partikel-partikel WO 3 cenderung membentuk agregat dengan partikel yang lain. Kecenderungan ini semakin berkurang dengan kenaikan temperatur. Pada hasil SEM dengan temperatur 300 o C terlihat bahwa partikel-partikel membentuk cluster yang masing-masing cluster terdiri dari 8-20 partikel.

Kesimpulan Dari hasil foto TEM menunjukan temperatur kalsinasi 600 o C menunjukan bahwa adanya agregasi dari unit-unit partikel seperti pada gambar dalam pembesaran 20 nm. Partikel Agregasi tersebut membentuk seperti partikel yang lebih besar dapat terlihat dalam gambar pada pembesaran 50 nm.

Kesimpulan Ukuran partikel dari serbuk tungsten trioksida dengan temperatur 600 o C adalah sekitar 4-20 nm, dan satu agregasi partikel sekitar 10-60 nm.

Saran Melakukan analisa Direct Thermal Analysis untuk mengetahui nilai temperatur saat terjadi perubahan fasa dari hexagonal ke monoklinik. Melakukan analisa Thermal Gravimetri Analysis untuk mengetahui kandungan air kristal pada berbagai temperatur

Saran Melakukan analisa Fourier Transform Infrared Spectrophotometer untuk mengidentifikasi senyawa kimia yang terkandung dalam spesimen. Melakukan analisa High Resolution Transmission Electron Microscopy untuk mengetahui ukuran partikel, space lattice dan difraksi kristal.