BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Gambaran umum subjek penelitian ini diperoleh dari data yang diisi subjek, yaitu jenis kelamin dan kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi SMA PGRI 117 Karang Tengah Tangerang. Tabel 4.1. Gambaran Umum Subjek Kelas XI IPA 2 XI IPS 1 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 5 22 24 9 29 31 27 33 60 Pada tabel 4.1. gambaran umum subjek bila dilihat berdasarkan jenis kelamin terdapat 29 siswa berjenis kelamin laki-laki dan 31 siswa yang berjenis kelamin perempuan. Jika dilihat berdasarkan kelas, terdapat 27 siswa pada kelas XI IPA 2, dan 33 siswa pada kelas XI IPS 1. 4.2. Hasil Penelitian 4.2.1 Nilai Harapan dan Nilai Perolehan a) Deskripsi Konformitas Teman Sebaya Konformitas teman sebaya memiliki skor harapan dan skor perolehan yaitu sebagai berikut: 42
Tabel 4.2. Deskripsi Skor Konformitas Teman Sebaya Statistik Harapan Perolehan XT XR M SD 80 16 48 10,66 69 25 42,58 7,621 b) Deskripsi Kedisiplinan Siswa Kedisiplinan siswa memiliki skor harapan dan skor perolehan yaitu sebagai berikut: Tabel 4.3. Deskripsi Skor Kedisiplinan Siswa Statistik Harapan Perolehan YT YR M SD 120 24 72 16 119 68 93,98 12,626 Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat rata-rata skor perolehan tingkat konformitas teman sebaya lebih kecil dari rata-rata skor harapan, hal ini menunjukan bahwa siswa memiliki konformitas teman sebaya yang rendah. Pada tabel 4.3 dapat dilihat rata-rata skor perolehan kedisiplinan siswa lebih besar dari rata-rata skor harapan, hal ini menunjukan bahwa kedisiplinan siswa tinggi. 4.2.2 Kategorisasi Variabel Penelitian a) Analisis Tingkat Konformitas Teman Sebaya Tingkat konformitas teman sebaya dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Pengkategorian tersebut diperoleh berdasarkan rumus mean dan standar deviasi sebagai berikut: 43
Tabel 4.4. Kategorisasi skor tingkat konformitas teman sebaya Rumus Skor Klasifikasi N Persentase Interval > ( + 1SD) ( - 1SD) < x < ( + 1SD) < ( - 1SD) >50 35 < x <50 <35 Tinggi Sedang Rendah 8 45 7 13,3 % 75% 11,7% Tabel 4.4 menunjukan bahwa terdapat 8 siswa (13,3%) yang memiliki konformitas terhadap teman sebaya pada kategori tinggi, kategori konformitas terhadap teman sebaya pada kategori sedang ada 45 siswa (75%) dan konformitas terhadap teman sebaya pada kategori rendah ada 7 siswa (11,7%). b) Analisis Tingkat Kedisiplinan Siswa Tabel 4.5. Kategorisasi skor tingkat kedisiplinan siswa Rumus Skor Klasifikasi N Persentase Interval > ( + 1SD) ( - 1SD) < y< ( + 1SD) < ( - 1SD) >107 81 < x <107 <81 Tinggi Sedang Rendah 9 41 10 15% 68,3% 16,7% Tabel 4.5 menunjukan bahwa terdapat 9 siswa (15%) yang memiliki kedisiplinan pada kategori tinggi, kategori kedisiplinan sedang ada 41 siswa (68,3%) dan kedisiplinan pada kategori rendah ada 10 siswa (16,7%). 4.2.3 Hasil Uji Normalitas Data Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah suatu variabel normal atau tidak. Normal disini dalam arti mempunyai distribusi data yang normal. Pengujian normalitas menggunakan metode Kolmogorov Smirnov dengan taraf signifikansi 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 5% atau 0,05 (Priyatno,2008). Berikut dapat dilihat hasil selengkapnya: 44
1. Pengujian normalitas pada skor variabel konformitas teman sebaya diperoleh nilai Kolmogorov Smirnov sebesar 0,418 > 0,05. Hal ini berarti skor variabel konformitas teman sebaya berdistribusi normal. 2. Pengujian normalitas pada skor variabel kedisiplinan siswa diperoleh nilai Kolmogorov Smirnov sebesar 0,856 > 0,05. Hal ini berarti skor variabel kedisiplinan siswa berdistribusi normal. 4.2.4 Hasil Analisis Korelasi Dari analisis data dan teknik uji korelasi Product Moment Pearson diperoleh koefisien korelasi r = 0,108 ; dan p = 0,413 (> 0.05). Maka hasil hipotesisnya adalah H 0 diterima sedangkan Ha ditolak. Hal ini berarti bahwa hipotesis yang mengatakan adanya hubungan antara konformitas teman sebaya dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA PGRI 117 Karang Tengah ditolak. 4.3. Pembahasan Hasil Penelitian Dari hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan antara konformitas teman sebaya dengan kedisiplinan siswa. Dengan kata lain dapat dijelaskan bahwa tinggi rendahnya kedisiplinan siswa tidak dapat dijelaskan dengan tinggi rendahnya konformitas terhadap teman sebaya. Sehingga konformitas terhadap teman sebaya tidak berhubungan dengan kedisiplinan siswa. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa dari hasil nilai rata-rata perolehan konformitas teman sebaya lebih kecil dari nilai rata-rata harapan yaitu sebesar 42,58 < 48 dari nilai harapan. Sedangkan berdasarkan dari hasil nilai rata-rata 45
perolehan kedisiplinan siswa lebih besar dari pada nilai rata-rata harapan yaitu sebesar 93,98 > 72 dari nilai harapan. Dari data tersebut menunjukan bahwa kedisiplinan siswa kelas XI SMA PGRI 117 Karang Tengah Tangerang berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukan bahwa siswa sudah cukup mampu dalam melaksanakan peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh pihak sekolah. Konformitas terhadap teman sebaya merupakan perubahan sikap dan tingkah laku agar sesuai dengan orang lain yang memiliki tingkat kesamaan usia kurang lebih sama akibat tekanan nyata kelompok maupun yang dibayangkan saja. Dalam membentuk kedisiplinan bukan hanya karena adanya konformitas terhadap teman sebayanya saja, akan tetapi ada peranan seorang yang memiliki satus lebih tinggi yaitu guru untuk membentuk kelompoknya untuk displin. Hal ini selaras dengan penelitian Milgram (dalam Myers, 2012), dalam penelitiannya menerangkan bahwa individu yang memiliki lower status (siswa) cenderung patuh terhadap perintah yang diberikan dari pada individu yang memiliki higher status (guru). Oleh sebab itu individu dengan higher status (guru) cenderung memiliki dampak yang lebih besar sehingga sangat mudah bagi guru untuk menciptakan kekompakan kelompok. Peran guru di sekolah juga cukup penting bagi pembentukan disiplin siswa. Program kebergantungan kelompok (group contigency program) yang digunakan guru saat mengajar sangat berperan bagi kedisiplinan siswa. Menurut Slavin (2009), program kebergantungan kelompok dapat mengubah tekanan teman yang sama yang sering mendukung perilaku buruk menjadi tekanan yang menentang perilaku buruk. 46
Hal ini dapat dijelaskan bahwa kedisiplinan muncul bukan hanya mengikuti apa yang teman sebayanya lakukan. Akan tetapi ada pihak otoritas seperti guru yang lebih memegang peranan untuk membentuk kedisiplinan siswa itu sendiri. 47