HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel Lampiran 1. Pengaruh Suhu dan Kelembaban terhadap Resistensi Kulit Buah Manggis

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PELAKSANAAN. Penelitian ini dilakukan di kebun budidaya Ds. Junrejo, Kec. Junrejo,

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS. Nafi Ananda Utama. Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. panennya menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (hasil analisis disajikan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Tanaman okra merupakan tanaman terna tahunan dengan batang yang tegak.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Buah labu kuning atau buah waluh (Jawa Tengah), labu parang (Jawa Barat),

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penilitan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Aplikasi Kalsium terhadap Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

TINJAUAN PUSTAKA Botani

III. METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH APLIKASI DOLOMIT TERHADAP GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. menunjukan hasil pertumbuhan pada fase vegetatif. Berdasarkan hasil sidik ragam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas

Lampiran 1. Sidik Ragam Luas Daun (cm) pada Pengamatan I ( 14 hst )

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam tinggi tanaman jagung hibrida

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pengamatan Buah per Tandan. Perkembangan ini dapat dilihat dari beberapa indikator seperti jumlah buah,

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

III. METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

BUDIDAYA TANAMAN DURIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

PEMBAHASAN UMUM Penetapan Status Kecukupan Hara N, P dan K pada Bibit Duku

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas

Ca(OH) 2-3(3) CaCl 2-1(3) CaCl 2-3(2) JALAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Percobaan

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Pengamatan Selintas Serangan Hama dan Penyakit Tanaman Keadaan Cuaca Selama Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

BALITSA & WUR the Netherlands,

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

Transkripsi:

17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini berlangsung di kebun manggis daerah Cicantayan Kabupaten Sukabumi dengan ketinggian 500 700 meter di atas permukaan laut (m dpl). Area penanaman manggis sebagian besar berupa terasering karena daerahnya berbentuk lereng-lereng. Tanaman manggis ditanam dengan jarak tanam 9 x 9 meter, serta terdapat beberapa tanaman buah lain seperti pisang dan durian yang ditanam di kebun tersebut (Gambar 3). Gambar 3. Kondisi kebun manggis daerah Cicantayan-Sukabumi Data iklim untuk daerah Cicantayan selama penelitian berlangsung menunjukkan bahwa suhu rata-rata bulanan adalah sebesar 22.88 C dan kelembaban udara rata-rata sebesar 88%. Temperatur atau suhu yang ideal untuk tanaman manggis berkisar 22 C-32 C (Prihatman, 2000). Curah hujan selama penelitian berlangsung memiliki rata-rata sebesar 464.75 mm/bulan. Hama yang ditemui pada tanaman manggis antara lain adalah semut, trips, tungau, dan ulat bulu, sedangkan penyakit yang menyerang antara lain adalah jamur upas, getah kuning, bercak daun, embun jelaga, kanker batang, dan rapuh coklat. Semut banyak terdapat pada buah di sekitar bawah mahkota buah (Gambar 4). Penyakit bercak daun dan rapuh coklat banyak menyerang daun-daun tua pada tanaman manggis. Rapuh coklat ditandai dengan gejala daun yang menjadi berwarna coklat (biasanya pada bagian pinggir daun), dan apabila bagian berwarna coklat tersebut diremas, daun menjadi rapuh.

18 Gambar 4. Hama semut pada bagian bawah mahkota buah Kandungan Boron dan Kalsium pada Tanah dan Daun Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa rata-rata besarnya kandungan Boron dan Kalsium sebelum pemupukan dilakukan adalah sebesar < 2 ppm dan 76.67 ppm, sedangkan setelah pemupukan sebesar < 2 ppm dan 855.38 ppm. Hal ini juga sama dengan penelitian lainnya yang dilakukan pada jarak sekitar 500 m dari lokasi penelitian, yang memiliki kandungan Boron sebesar 1.13 ppm. Kandungan Boron dalam tanah pada penelitian ini masih tergolong rendah. Wichmann (1992) menyatakan bahwa tanaman jeruk memiliki kandungan Boron yang optimum sebesar 36-100 ppm bahan kering, sedangkan untuk tanaman kopi sebesar 59-80 ppm bahan kering. Menurut Rioardi (2009) Boron dalam tanah terutama sebagai asam borat (H 2 BO 3 ) kadarnya berkisar antara 7-80 ppm. Boron yang tersedia untuk tanaman hanya sekitar 5% dari kadar total Boron dalam tanah. Besarnya rata-rata kandungan unsur Boron dan Kalsium pada daun sebelum pemupukan adalah sebesar < 2 ppm dan 16,349.54 ppm, sedangkan setelah aplikasi pemupukan adalah sebesar < 2 ppm dan 9,059.56 ppm. Kandungan Kalsium pada daun ini jauh lebih besar daripada pada bagian tanah. Menurut Martias (2012) Kalsium diserap dan ditranslokasikan ke jaringan tanaman melalui aliran masa dan akumulasinya lebih banyak pada jaringan yang aktif melakukan transpirasi seperti halnya di daun. Kandungan Boron baik pada tanah maupun daun pada penelitian ini masih rendah. Hal ini dapat diduga karena hara yang diberikan kurang terserap oleh tanah ataupun karena terjadinya leaching yang disebabkan hujan pada saat-saat pemupukan.

19 Pertumbuhan dan Perkembangan Diameter Buah Manggis Pengukuran diameter buah manggis mulai dilakukan pada minggu ke-3 setelah antesis (MSA), karena pada minggu tersebut pertumbuhan buah terlihat mulai merata untuk semua perlakuan. Pengaruh pemupukan itu sendiri mulai terlihat nyata pada minggu ke-10 (Tabel 1). Hal ini dikarenakan pada tahap tersebut buah sedang mengalami pertumbuhan diameter dan bobot buah yang cepat. Pertumbuhan diameter ini akan dapat berbeda setiap perlakuan pada minggu-minggu selanjutnya. Tabel 1. Pertumbuhan diameter buah (cm) Waktu (MSA) Dosis B 2 O 3 /pohon 0 gram 15 gram 30 gram 45 gram Uji F KK (%) 3 2.41 2.25 2.45 2.78 tn 20.90 4 2.59 2.31 2.52 2.90 tn 19.65 5 2.85 2.53 2.59 2.99 tn 17.76 6 2.91 2.92 2.73 3.16 tn 16.04 7 3.01 3.19 2.83 3.19 tn 14.67 8 3.76 3.39 3.40 3.47 tn 12.39 9 3.78 3.53 3.41 3.67 tn 13.54 10 4.79a 4.08b 3.56b 3.69b ** 12.32 11 4.79a 4.12ab 3.60b 3.92b * 13.43 12 4.80 4.12 4.82 4.85 tn 9.48 13 4.82a 4.12b 4.85a 4.86a ** 6.99 14 4.83a 4.15b 4.86a 4.89a * 7.23 Keterangan : Nilai pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5% Perlakuan kontrol menunjukkan nilai yang nyata lebih besar daripada perlakuan pemupukan Boron pada 10 dan 11 MSA. Sedangkan pada 13 dan 14 MSA perlakuan kontrol tidak memiliki perbedaan yang nyata dengan perlakuan pemupukan Boron pada dosis 30 dan 45 g B 2 O 3 per tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian Boron pada dosis tersebut sampai umur buah 14 MSA ini tidak berpengaruh terhadap diameter buah manggis. Pertumbuhan buah masih berlangsung setelah 14 MSA karena pemanenan buah mulai banyak dilakukan pada 17 dan 18 MSA. Lamanya waktu pertumbuhan buah manggis untuk sampai pada waktu panen dapat mencapai 20 minggu setelah antesis, dan dapat lebih lama untuk

20 daerah yang lebih dingin atau dataran tinggi. Proses pematangan buah manggis salah satunya diindikasikan dengan perubahan warna kulit buah dari hijau menjadi coklat kemerahan dan pada akhirnya menjadi ungu kehitaman. Selain terjadinya perubahan warna dan peningkatan ukuran diameter buah, pertumbuhan dan perkembangan buah manggis juga diindikasikan dengan peningkatan bobot buah, baik bobot basah maupun bobot kering buah (Ropiah, 2009). Berdasarkan Tabel 2 besarnya nilai rata-rata diameter buah pada semua arah mata angin (barat, timur, utara, dan selatan) tidak terlalu berbeda. Hal ini menunjukkan di mana pun buah tumbuh tidak dipengaruhi oleh arah mata angin. Pengukuran diameter dan bobot buah ini dilakukan setelah buah dipanen. Besarnya diameter dan bobot buah pada perlakuan kontrol memiliki nilai yang paling kecil dibandingkan perlakuan pemupukan Boron, sedangkan pemupukan Boron dengan dosis 30 g B 2 O 3 memiliki diameter dan bobot buah yang paling besar. Tabel 2. Pengaruh arah mata angin terhadap diameter dan bobot buah Dosis B 2 O 3 /pohon Diameter buah (cm) (gram) Barat Timur Utara Selatan Rataan 0 5.09 4.73 4.87 5.07 4.94 15 5.23 5.47 5.28 5.43 5.35 30 5.67 5.48 5.46 5.43 5.51 45 5.58 5.32 5.42 5.23 5.39 Rataan 5.39 5.25 5.26 5.29 Bobot buah (gram) Rataan 0 61.98 47.75 52.11 54.66 54.13 15 63.74 67.38 64.77 68.21 66.03 30 68.26 68.98 62.35 65.62 66.30 45 71.46 59.27 61.92 55.23 61.97 Rataan 66.36 60.85 60.29 60.93 Berdasarkan letak buah pada bagian tanaman (Tabel 3) terlihat bahwa buah yang terletak di bagian bawah tanaman cenderung memiliki rataan diameter dan bobot buah yang lebih kecil dibandingkan pada bagian tengah ataupun atas. Hal ini diduga karena pada bagian bawah tanaman, buah mendapatkan sinar matahari yang lebih sedikit dibandingkan pada bagian tengah ataupun atas

21 sehingga fotosintat yang diterima juga lebih sedikit dan menyebabkan ukuran buah menjadi lebih kecil. Perlakuan kontrol memiliki nilai diameter dan bobot buah terkecil dibandingkan perlakuan lainnya, serta aplikasi pemupukan 30 g B 2 O 3 memiliki diameter dan bobot buah yang terbesar. Tabel 3. Pengaruh letak bagian tanaman terhadap diameter dan bobot buah Dosis B 2 O 3 /pohon Diameter buah (cm) (gram) Bawah Tengah Atas Rataan 0 4.90 5.06 5.00 4.99 15 5.26 5.32 5.49 5.36 30 5.26 5.57 5.71 5.51 45 5.35 5.40 5.42 5.39 Rataan 5.19 5.34 5.41 Bobot buah (gram) Rataan 0 56.06 54.85 57.84 56.25 15 57.92 65.75 74.41 66.03 30 63.62 67.25 68.03 66.30 45 65.36 65.36 55.19 61.97 Rataan 60.74 63.30 63.87 Komponen Parameter Kualitas Buah Manggis Tingkat Kejadian Burik dan Getah Kuning Burik maupun getah kuning merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap kualitas buah manggis. Burik dapat diakibatkan karena serangan hama trips dan tungau, juga karena lingkungan di sekitar kebun penelitian yang kondisinya banyak ditumbuhi oleh gulma sehingga menjadi inang untuk banyak hama. Gejala burik yang timbul berupa kulit buah berwarna keperakan baik kasar maupun halus bahkan pada serangan yang berat dapat menyebabkan kulit buah menjadi kusam. Pemberian Boron tidak memberikan pengaruh terhadap kejadian burik pada kulit buah. Pemupukan Boron yang diberikan berpengaruh terhadap persentase jumlah buah terkena getah pada kulit, namun tidak berpengaruh terhadap persentase buah terkena getah pada aril. Perlakuan kontrol memiliki nilai persentase buah terkena getah kuning pada kulit nyata paling tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian Boron dapat mengurangi tingkat kejadian buah

22 terkena getah kuning pada kulit sebesar 20-33% dibandingkan kontrol (Tabel 4). Pemupukan 30 g B 2 O 5 mampu menurunkan persentase kejadian getah kuning pada kulit sebesar 33% dibandingkan kontrol. Tabel 4. Persentase kejadian jumlah buah terkena burik, getah kuning pada kulit dan aril buah Parameter pasca panen Burik Jumlah buah bergetah (pada kulit)........%..... 0 88.85 79.71a 25.31 15 93.14 59.51b 14.20 30 92.24 53.07b 18.83 45 93.14 63.79b 23.50 Uji F tn ** tn Dosis B 2 O 3 /pohon (gram) Jumlah buah bergetah (pada aril) 39.44 KK (%) 6.38 15.71 (65.96) Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5% Getah kuning yang terjadi berbentuk titik-titik atau bulatan yang cukup besar seperti tetesan, serta getah pindahan yang mengalir dari tangkai buah yang berbentuk rata serta lebih lebar dan tipis. Pemberian Boron mampu menurunkan kejadian getah kuning pada kulit diduga karena pengaruh Boron yang dapat memperkuat dinding sel buah sehingga mengurangi terjadinya kejadian getah kuning pada kulit buah yang dapat diakibatkan oleh pecahnya pembuluh getah kuning pada jaringan kulit buah. Besarnya nilai rataan jumlah buah terkena getah kuning pada aril dengan perlakuan pemupukan Boron juga menunjukkan hasil yang lebih rendah dibanding kontrol. Menurut Jawal (2010) keluarnya getah kuning pada kulit bagian luar tidak hanya disebabkan oleh pecahnya dinding sel akibat perubahan tekanan turgor, tetapi juga dapat disebabkan adanya gangguan mekanis pada kulit bagian luar buah manggis (tusukan serangga, gesekan, dan lain-lain) selama proses perkembangan buah. Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa aplikasi pemupukan Boron tidak berpengaruh nyata terhadap besarnya intensitas luasan buah terkena getah kuning pada kulit dan aril, serta luasan terkena burik pada buah manggis. Sebagian besar

23 buah (75.31% dari keseluruhan buah yang diamati) rata-rata terkena burik dengan intensitas luasan kurang dari 10% terhadap seluruh permukaan masing-masing buah. Perlakuan pemupukan Boron dengan dosis 30 g per tanaman terlihat memiliki nilai rataan intensitas luasan buah terkena getah kuning yang cenderung lebih kecil dibandingkan perlakuan lainnya. Tabel 5. Persentase luasan permukaan buah terkena burik, getah kuning pada kulit dan aril buah Dosis B 2 O 3 /pohon Parameter pasca panen (gram) Burik Getah pada kulit Getah pada aril.........%... 0 4.01 2.51 1.46 15 6.17 1.78 1.62 30 7.10 1.07 0.59 45 11.29 2.00 3.54 Uji F tn tn tn KK (%) 27.60 18.26 46.70 (61.13) (48.35) (122.67) Keterangan : tn = tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5% Penyebab terjadinya getah kuning ini bisa karena faktor mekanis seperti tusukan serangga atau benturan, serta dapat karena faktor endogen seperti tekanan osmotik yang besar yang mengakibatkan pecahnya saluran/pembuluh getah kuning akibat faktor perubahan iklim yang ekstrim. Menurut Syukur (2005) tanaman yang tidak mendapat suplai Boron yang cukup sangat rentan mengalami kerusakan pada tingkat sel. Bobot dan Diameter Buah Aplikasi pemupukan Boron menunjukkan hasil yang nyata meningkatkan bobot panen serta diameter buah dibandingkan kontrol, namun tidak memiliki perbedaan yang nyata antara semua dosis yang digunakan (Tabel 6). Pengamatan bobot dan diameter buah ini dilakukan setelah panen, dan setelah bobot buah buah disimpan selama tujuh hari untuk pengamatan susut bobot buah.

24 Tabel 6. Bobot panen, diameter buah, dan susut bobot pasca panen buah Dosis Parameter pasca panen B 2 O 3 /pohon (gram) Bobot panen Susut bobot (7 HSP) Diameter buah saat panen gram gram cm 0 63.07b 18.84b 4.92b 15 77.73a 22.73b 5.31a 30 78.57a 27.89a 5.50a 45 90.26a 22.47b 5.37a Uji F ** ** ** KK (%) 13.05 13.69 3.99 Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5% HSP = hari setelah penyimpanan Parameter bobot buah manggis pada umumnya berkorelasi positif dengan diameter buah, yaitu semakin besar diameter buah akan semakin besar pula bobot buah tersebut. Perlakuan pemupukan Boron berpengaruh pada peningkatan bobot dan diameter buah. Boron memiliki pengaruh dalam perkembangan dan pertumbuhan sel-sel baru pada buah sehingga mampu meningkatkan bobot dan diameter buah manggis. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Kurniasari (1994) menunjukkan bahwa Boron berpengaruh meningkatkan diameter buah dan cenderung berpengaruh meningkatkan panjang buah pada semangka. Perlakuan pemupukan Boron ini juga berpengaruh meningkatkan besarnya susut bobot buah manggis setelah tujuh hari penyimpanan di suhu ruangan pada dosis 30 g B 2 O 3 /pohon. Tanaman yang tidak diaplikasikan pupuk Boron (kontrol) memiliki rataan susut bobot yang cenderung lebih kecil dibandingkan perlakuan lainnya. Besarnya susut bobot buah yang terjadi berkisar antara 24-35% terhadap bobot total buah. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Ismadi (2012) yang memiliki persentase susut bobot pada perlakuan penyimpanan suhu kamar yang mencapai 27.83%. Kadar air perikarp menurun dan persentase susut bobot buah manggis meningkat tajam pada 16 HSP untuk buah yang disimpan pada suhu kamar. Susut bobot berhubungan dengan kehilangan air buah manggis yang dapat berasal dari perikarp, sepal, daging buah, dan tangkai buah.

25 Kekerasan Buah, Tebal Kulit, Bobot Kulit, Bobot Aril dan Biji Buah Aplikasi pemupukan Boron untuk setiap perlakuan menunjukkan hasil yang tidak berpengaruh nyata terhadap parameter kekerasan buah, tebal kulit, serta bobot kulit buah (Tabel 7). Tingkat kekerasan buah menunjukkan sedikit banyaknya cairan di dalam kulit buah, dimana kekerasan buah akan semakin meningkat apabila cairan dalam kulit buah semakin sedikit (semakin lama penyimpanan). Parameter kekerasan kulit buah tidak berbeda nyata antar perlakuan yaitu dengan nilai rata-rata sebesar 2.16 kg/det. Menurut Ismadi (2012) peningkatan kandungan lignin dan kadar Ca pektat perikarp akan menyebabkan terjadinya pengerasan pada perikarp buah manggis, hal tersebut terus meningkat seiring lamanya penyimpanan. Tabel 7. Kekerasan buah, tebal dan bobot kulit, serta bobot aril dan biji buah manggis Dosis B 2 O 3 /pohon (gram) Parameter pasca panen Kekerasan Tebal kulit Bobot kulit+tangkai Bobot aril+biji kg/det cm gram gram 0 1.97 0.57 35.32 18.85b 15 2.27 0.57 41.58 22.72b 30 2.33 0.60 38.87 27.89a 45 2.08 0.61 40.49 22.47b Uji F tn tn tn ** KK (%) 14.22 8.89 15.75 13.69 Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5% Menurut Qanytah (2004) kulit buah manggis dapat mengeras karena hilangnya cairan yang menyebabkan sel menciut sehingga ruang antar sel semakin menyempit dan pektin akan berikatan satu sama lain. Ketebalan kulit buah juga memiliki hasil yang tidak berbeda nyata untuk setiap perlakuannya. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kulit buah manggis rata-rata memiliki tebal dengan kisaran antara 0.5 sampai 0.6 cm. Besarnya bobot kulit+tangkai buah manggis berkisar antara 58-65% dari bobot buah keseluruhan masing-masing buah. Hal ini menunjukkan bahwa manggis memang hanya memiliki sedikit bagian yang dapat dimakan (edible portion). Berdasarkan hasil penelitian ini, buah manggis memiliki persentase

26 edible portion sebesar 22.67% terhadap total bobot buah. Hal ini sejalan dengan penelitian Depari (2011) yang menyatakan bahwa persentase edible portion manggis pada kisaran 23-25%. Aplikasi pemupukan Boron berpengaruh nyata meningkatkan bobot aril dan biji buah manggis pada dosis 30 gram B 2 O 3 /pohon, dengan peningkatan sebesar 47.96% dibandingkan kontrol. Menurut Widiancas (2010) pemberian unsur mikro (Zn 1 500 ppm + B 3 000 ppm) + NAA 500 ppm pada tanaman kakao menghasilkan rata-rata jumlah pentil sehat, jumlah buah matang, jumlah biji per buah, berat biji kering per buah, dan berat 100 biji kering paling banyak dibandingkan perlakuan yang lain dan menghasilkan persentase pentil layu (25%) paling sedikit dibandingkan perlakuan lain. Kandungan Vitamin C, TAT, dan PTT Buah Pemberian pupuk Boron pada penelitian ini menunjukkan hasil yang tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan vitamin C dan total asam tertitrasi (TAT), namun berpengaruh nyata terhadap parameter padatan terlarut total (PTT) buah. Berdasarkan hasil pengamatan terlihat bahwa nilai kandungan total asam tertitrasi pada buah manggis ini berkisar antara 0.32-0.38% dan kandungan vitamin C sekitar ± 33-37 mg/100 g bahan (Tabel 8). Menurut Helmiyesi (2008) vitamin C mudah sekali terdegradasi, baik oleh temperatur, cahaya maupun udara sekitar sehingga kadar vitamin C akan menurun/berkurang pada fase pematangan dan dalam penyimpanan. Tabel 8. Kandungan vitamin C, total asam tertitrasi, dan padatan terlarut total pasca panen buah manggis Parameter pasca panen Padatan terlarut total Total asam tertitrasi Vitamin C brix % mg/100 g 0 17.31a 0.34 34.32 15 16.45bc 0.36 34.67 30 16.90ab 0.32 33.79 45 16.02c 0.38 36.44 Uji F ** tn tn Dosis B 2 O 3 /pohon (gram) KK (%) 2.59 8.32 17.33 Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%

27 Pemberian Boron memberikan pengaruh yang nyata terhadap kandungan padatan total terlarut (PTT) buah manggis. Besarnya rata-rata nilai padatan total terlarut pada perlakuan pemupukan Boron lebih kecil dibandingkan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa Boron berperan sebagai inhibitor pembentukan tepung sehingga menyebabkan gula yang terbentuk juga menjadi lebih sedikit. Kandungan padatan total terlarut ini berhubungan dengan tingkat kemanisan buah yang menjadi salah satu kriteria penting dalam kualitas buah manggis. Buah yang memiliki nilai kandungan padatan total terlarut yang besar belum dapat menentukan bahwa buah tersebut lebih manis. Menurut Gardner (2008) Boron dianggap mempengaruhi perkembangan sel dengan mengendalikan transpor gula dan pembentukan polisakarida, serta dalam hal kombinasinya dengan sisi aktif fosforilasi untuk menghambat pembentukan tepung yang mencegah polimerisasi gula yang berlebihan pada tempat sintesis gula.