BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DESAIN PENGENDALI HYBRID PROPOTIONAL INTEGRAL SLIDING MODE PADA CONTINUOUS STIRRED TANK REACTOR TUGAS AKHIR

Desain dan Implementasi Kontroler Sliding Mode untuk Pengaturan Akselerasi pada Simulator Hybrid Electric Vehicle

BAB III METODE PENELITIAN

TUGAS AKHIR RESUME PID. Oleh: Nanda Perdana Putra MN / 2010 Teknik Elektro Industri Teknik Elektro. Fakultas Teknik. Universitas Negeri Padang

BAB II DASAR TEORI. kontrol, diantaranya yaitu aksi kontrol proporsional, aksi kontrol integral dan aksi

Tabel 1. Parameter yang digunakan pada proses Heat Exchanger [1]

pengendali Konvensional Time invariant P Proportional Kp

Desain Kendali pada Sistem Steam Drum Boiler dengan Memperhitungkan Control Valve

BAB 2 DASAR TEORI. Universitas Indonesia. Pemodelan dan..., Yosi Aditya Sembada, FT UI

BAB III DINAMIKA PROSES

RESPON SISTEM DITINJAU DARI PARAMETER KONTROLER PID PADA KONTROL POSISI MOTOR DC

BAB 4 SIMULASI MODEL MATEMATIS CSTR BIODIESEL

Analisa Pengendalian Kecepatan Motor DC Menggunakan Pengendali Hybrid SMC dan Pid dengan Metode Heuristik

Simulasi Control System Design dengan Scilab dan Scicos

Desain PI Controller menggunakan Ziegler Nichols Tuning pada Proses Nonlinier Multivariabel

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

Pengaturan Kecepatan pada Motor DC Shunt Menggunakan Successive Sliding Mode Control

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA HASIL SIMULASI. III, aspek keseluruhan dimulai dari Bab I hingga Bab III, maka dapat ditarik

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN PEMBAKARAN PADA DUCTBURNER WASTE HEAT BOILER (WHB) BERBASIS LOGIC SOLVER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian sebelumnya berjudul Feedforward Feedback Kontrol Sebagai

PERANCANGAN KONTROL NON-LINIER UNTUK KESTABILAN HOVER PADA UAV TRICOPTER DENGAN SLIDING MODE CONTROL

SISTEM PENGATURAN BERJARINGAN : DESAIN DAN IMPLEMENTASI SLIDING MODE CONTROL PADA PRESSURE PROCESS RIG

PENGENDALIAN PROSES EVAPORASI PADA PABRIK UREA MENGGUNAKAN KENDALI JARINGAN SARAF TIRUAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA HASIL SIMULASI

SIMULATOR RESPON SISTEM UNTUK MENENTUKAN KONSTANTA KONTROLER PID PADA MEKANISME PENGENDALIAN TEKANAN

Syahrir Abdussamad, Simulasi Kendalian Flow Control Unit G.U.N.T Tipe 020 dengan Pengendali PID

Kesalahan Tunak (Steady state error) Dasar Sistem Kontrol, Kuliah 6

BAB II LANDASAN TEORI

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN LEVEL DAN INTERLOCK STEAM DRUM DENGAN DUA ELEMEN KONTROL DI PT. INDONESIA POWER UBP SUB UNIT PERAK.

5/12/2014. Plant PLANT

DESAIN PENGENDALIAN ROBOT MOBIL BERODA MENGGUNAKAN METODE SLIDING MODE CONTROL (SMC) Oleh: Ratnawati

BAB III METODA PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

PERANCANGAN SISTEM KENDALI SLIDING-PID UNTUK PENDULUM GANDA PADA KERETA BERGERAK

SISTEM KENDALI POSISI MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam

Perancangan Pengendali Modus Luncur untuk Motor DC dengan Optimasi Algoritma Genetika

Rancang Bangun Sistem Pengendalian Level pada Knock Out Gas Drum Menggunakan Pengendali PID di Plant LNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SISTEM PENGATURAN MOTOR DC MENGGUNAKAN PROPOTIONAL IINTEGRAL DEREVATIVE (PID) KONTROLER

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB VII METODE OPTIMASI PROSES

Ir.Muchammad Ilyas Hs DONY PRASETYA ( ) DOSEN PEMBIMBING :

HALAMAN JUDUL PERANCANGAN SLIDING MODE CONTROLLER UNTUK SISTEM PENGATURAN LEVEL AND FLOW DENGAN METODE DECOUPLING PADA PLANT COUPLED TANKS

Makalah Seminar Tugas Akhir

PENGENDALI PID. Teori kendali PID. Nama Pengendali PID berasal dari tiga parameter yg secara matematis dinyatakan sebagai berikut : dengan

1.1. Definisi dan Pengertian

DAN KONSENTRASI PADA CONTINUOUS STIRRED TANK REACTOR (CSTR)

BAB II LANDASAN TEORI. berefisiensi tinggi agar menghasilkan produk dengan kualitas baik dalam jumlah

MAKALAH. Sistem Kendali. Implementasi Sistim Navigasi Wall Following. Mengguakan Kontrol PID. Dengan Metode Tuning Pada Robot Beroda

Dosen Pembimbing : Hendro Nurhadi, Dipl. Ing. Ph.D. Oleh : Bagus AR

BAB II KONSEP PERANCANGAN SISTEM KONTROL. menyusun sebuah sistem untuk menghasilkan respon yang diinginkan terhadap

Kendali PID Training Kit ELABO TS 3400 Menggunakan Sensor Posisi

DESAIN KONTROL PID UNTUK MENGATUR KECEPATAN MOTOR DC PADA ELECTRICAL CONTINUOUSLY VARIABLE TRANSMISSION (ECVT)

PERANCANGAN REMOTE TERMINAL UNIT (RTU) PADA SIMULATOR PLANT TURBIN DAN GENERATOR UNTUK PENGENDALIAN FREKUENSI MENGGUNAKAN KONTROLER PID

PENERAPAN ALGORITMA KENDALI PROPORTIONAL INTEGRAL DERIVATIVE PADA SISTEM REAL TIME UNTUK MEMPELAJARI TANGGAPAN TRANSIEN

DESAIN SISTEM KENDALI TEMPERATUR UAP SUPERHEATER DENGAN METODE FUZZY SLIDING MODE CONTROL

Perancangan dan Simulasi MRAC PID Control untuk Proses Pengendalian Temperatur pada Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR)

UJI PERFORMANSI PADA SISTEM KONTROL LEVEL AIR DENGAN VARIASI BEBAN MENGGUNAKAN KONTROLER PID

Muhammad Riza A Pembimbing : Hendra Cordova ST, MT. NIP :

REZAN NURFADLI EDMUND NIM.

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... ii. LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI... iii. HALAMAN PERSEMBAHAN...

SISTEM KENDALI DIGITAL

Kendali Perancangan Kontroler PID dengan Metode Root Locus Mencari PD Kontroler Mencari PI dan PID kontroler...

BAB II DASAR SISTEM KONTROL. satu atau beberapa besaran (variabel, parameter) sehingga berada pada suatu

Aplikasi Kendali PID Menggunakan Skema Gain Scheduling Untuk Pengendalian Suhu Cairan pada Plant Electric Water Heater

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

LAPORAN SIMULASI SISTEM WATER LEVEL CONTROL DENGAN PID DAN SILO TO SILO DENGAN MENGGUNAKAN KONVEYER

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM. Gambar 3. 1 Diagram Blok Sistem Kecepatan Motor DC

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISIS KINERJA PENGENDALI

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Letak CoM dan poros putar robot pada sumbu kartesian.

SISTEM PENGENDALIAN OTOMATIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS PENERAPAN PID CONTROLLER PADA AVR (AUTOMATIC VOLTAGE REGULATOR)

DESAIN SISTEM KENDALI GERAK SURGE DAN ROLL PADA SISTEM AUTONOMOUS UNDERWATER VEHICLE DENGAN METODE SLIDING MODE CONTROL (SMC)

TUGAS AKHIR. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Elektro. Oleh:

Analisis Performansi Pengendali pada Kecepatan Motor Induksi Tiga Fasa Menggunakan Metode Harriot Dengan Pengendali Hybrid SMC dan PID

DISAIN KOMPENSATOR UNTUK PLANT MOTOR DC ORDE SATU

RANCANG BANGUN SISTEM KENDALI KECEPATAN KURSI RODA LISTRIK BERBASIS DISTURBANCE OBSERVER

PERANCANGAN KONTROLER PI DENGAN TEKNIK MRAC UNTUK PENGATURAN LEVEL PADA COUPLED TANKS

MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI HALAMAN PERSEMBAHAN MOTTO ABSTRAK

PEMODELAN SISTEM TUNGKU AUTOCLAVE ME-24

Dasar Dasar Sistem kontrol

BAB II TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Pengaturan

SISTEM KENDALI DASAR RESPON WAKTU DAN RESPON FREKUENSI. Fatchul Arifin.

External Permanent Magnets (EPMs) yang ditempatkan pada kulit perut. Dalam. proses pembedahan dibutuhkan bantuan alat instrumentasi yang memiliki

PERANCANGAN PID SEBAGAI PENGENDALI ph PADA CONTINUOUS STIRRED TANK REACTOR (CSTR)

Perancangan Pengendali Modus Luncur untuk Motor DC dengan Optimasi Algoritma Genetika

TUNING KONTROL PID LINE FOLLOWER. Dari blok diagram diatas dapat q jelasin sebagai berikut

QUALITY OF SERVICE PID PREDIKTIF PADA NETWORKED CONTROL SYSTEM DENGAN VARIABEL WAKTU TUNDA DAN KEGAGALAN PENGIRIMAN DATA MONDA PERDANA

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PALEMBANG

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

PERANCANGAN PENGENDALI POSISI LINIER UNTUK MOTOR DC DENGAN MENGGUNAKAN PID

ANALISIS DOMAIN WAKTU SISTEM KENDALI

Root Locus A. Landasan Teori Karakteristik tanggapan transient sistem loop tertutup dapat ditentukan dari lokasi pole-pole (loop tertutupnya).

Pengendali Temperatur Fluida Pada Heat Exchanger Dengan Menggunakan Algoritma Model Predictive Control (MPC)

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. Penelitian Terkait Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengendalikan CSTR agar bekerja optimal. Perancangan sistem pengendalian level dan konsentrasi pada CSTR telah dilakukan sebelumnya menggunakan berbagai metode. Leonid Povslavky dan Jeffrey C, 3. Melakukan penelitian untuk mengendalikan konsentrasi pada sistem CSTR menggunakan Sliding Mode Control. Kelemahan pada penelitian ini adalah kehadiran Chattering sebagai akibat dari penggunaan pengendali sliding mode. Kehadiran Chattering menyebabkan kestabilan sistem terganggu dan error steady state yang cukup besar. Teguh H,. Mendisain pengendali Sliding mode control (SMC) untuk mengendalikan level dan temperatur dalam steam drum boiler. Pada penelitian ini teguh membagi SMC menjadi static SMC dan dynamic SMC. Dian Mursyitah dkk,. Merancang pengendali pada CSTR dengan metode decouple sliding mode control untuk memisahkan level dan konsentrasi agar tidak saling mempengaruhi. Pada penelitian ini terdapat Chattering yang dapat menyebabkan error steady state. Berdasarkan kajian pustaka dapat disimpulkan, CSTR merupakan sistem non linier multivariabel namun penelitian CSTR pada umumnya hanya mengendalikan satu variabel saja sementara variabel yang lain dianggap konstan. Merujuk pada kajian pustaka pengendalian CSTR dengan mengikutsertakan dua variabel seperti level dan konsentrasi adalah hal yang mungkin dilakukan. Permasalahan lain yang muncul pada CSTR adalah kekokohan sistem dalam mengatasi gangguan sehingga terjadi error steady state yang cukup besar. Untuk mengatasi kekokohan sistem dipilih pengendali sliding mode. Pemilihan pengendali sliding mode didasari karena kekokohannya dalam mengatasi gangguan. Pengendali sliding mode termasuk dalam kendali umpan balik dengan pensaklaran berkecepatan tinggi sehingga menimbulkan osilasi dengan frekuensi tinggi yang dikenal dengan fenomena Chattering. Chattering

adalah fenomena merugikan yang dapat menyebabkan akurasi menjadi rendah, merusak mekanis sistem (actuator), hilangnya energi pada power, dan menimbulkan error steady state yang menyebabkan kestabilan sistem terganggu. (Dian, ). Pada penelitian ini akan dikembangkan pengendalian sistem nonlinier multivaribel CSTR menggunakan pengendali Sliding Mode Control (SMC) untuk mengendalikan level dan konsentrasi. Desain pengendali Propotional Derivative (PD) pada permukaan luncur SMC diharapkan dapat menjaga kekokohan dan kestabilan sistem... Dasar Teori.. Continouos Stired Tank Reactor (CSTR) CSTR adalah tangki pengaduk yang umumnya digunakan pada industriindusri kimia yang memerlukan percampuran dua atau lebih fluida, aplikasinya dapat ditemukan pada industri minuman, industri bioteknologi, dan sebagainya. Penelitian dibidang CSTR telah banyak dilakukan. Untuk memudahkan analisa, seringnya sistem CSTR dianggap sistem SISO ( Single Input Single Output) yang mana variabel yang dikendalikan hanya satu sementara yang lain dianggap sebagai parameter. Hal ini disebabkan CSTR adalah coupled system, sehingga muncul kesulitan jika ingin mengendalikan dua variabel atau lebih sekaligus karena akan mengganggu performansi variabel yang lain. Ilustrasi untuk CSTR dapat dilihat pada Gambar. (Dian, ). control valve masukan F konsentrasi c masukan F konsentrasi c ketinggian h propeler keluaran F volume V konsentrasi c Gambar.. Sistem CSTR (sumber: Dian, ) II-

Sistem CSTR seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3. memiliki dua masukan yaitu laju aliran (F ) dengan konsentrasi konstan (C ) dan laju aliran (F ) dengan konsentrasi bervariasi (C ). Keluarannya adalah aliran F yang mempengaruhi level dalam tangki, dengan perkiraan fluida dalam tangki teraduk sempurna maka aliran fluida keluaran memiliki konsentrasi C yang sama dengan konsentrasi dalam tangki. Pemodelan sistem berdasarkan kesetaraan tangki dengan asumsi tidak ada material yang keluar dalam bentuk uap. Maka dapat ditulis : Volume masuk volume keluar = perubahan volume dalam tangki F t F t F t V (.) V t F F F (.) Volume dalam tangki merupakan hasil perkalian luas permukaan tangki A dengan perubahan level dalam tangki : V A H A H t dh F ( F A F F F ) F A (.3) (.4) (.5) Dengan V adalah volume fluida dalam tangki. Kecepatan aliran keluaran F tergantung dari ketinggian permukaan dalam tangki H, dan luas diameter pipa. Konstanta celah didapat dari ilustrasi berikut : L P D P Gambar.. Pipa Keluaran CSTR (sumber: Dian, ) II-3

Berdasarkan ilustrasi pada Gambar 3. dapat dituliskan : Dkt q P P P Dkt q P Dkt q K c P g P H Dkt g P P P P gh (.6) (.7) (.8) (.9) Dengan demikian, kecepatan aliran keluaran F tergantung dari ketinggian permukaan dalam tangki H, luas diameter pipa, dan konstanta celah. F K c H (.) sehingga, diperoleh pemodelan matematis untuk pengendalian level : di mana, dh K c ( F F ) A A A : Luas tangki F : Laju aliran satu F : Laju aliran dua K c : Konstanta celah H (.) Berdasarkan kesetaraan massa dapat diformulasikan pemodelan konsentrasi dalam tangki sebagai berikut : dc V C F C F C F (.) V dc C dv C F C F C F (.3) dv C ( F F ) F (.4) II-4

V dc C ( F F F ) C F C F C F (.5) AH dc ( C C ) F ( C C ) F (.6) Sehingga, diperoleh pemodelan matematis untuk pengendalian konsentrasi dengan konstanta pengaduk K p : dc K p {( C C ) F ( C C ) F} AH (.7) Nilai konsentrasi yang dicapai tergantung pada besarnya konstanta pengaduk, semakin besar nilai konstanta pengaduk maka waktu pengadukan semakin lama. dari persamaan tersebut dapat dilihat bahwa dinamika fungsi CSTR adalah non linier. Data parameter proses dapat dilihat pada Tabel. Tabel.. Parameter proses CSTR Laju aliran Laju aliran Konsentrasi (konstan) Konsentrasi (bervariasi) 3 F.6m / s 3 F.5m / s 3 C kmol / s 3 3 C.kmol / s.4kmol / s 3 Volume V m Luas Tangki A = Konstanta Celah (beban) K c =.5 Konstanta Pengaduk K p =. (sumber: Dian, ) II-5

... Metode Identifikasi Sistem CSTR merupakan sistem berorde satu, oleh sebab itu metode identifikasi yang dilakukan adalah metode identifikasi statis. Metode identifikasi dilakukan dengan pendekatan grafis, di mana sinyal uji diberikan pada sistem untuk mengetahui respon open loop sistem. Dari respon sistem, dapat diketahui karakteristik-karakteristik penting dari sistem (Dian, ). Salah satu metode identifikasi statis adalah metode pengamatan respon waktu. Identifikasi sistem dengan metode ini bekerja berdasarkan pengamatan grafis terhadap masukan step. Karakteristik respon waktu untuk sistem orde pertama diberikan berdasarkan respon sistem terhadap masukan sinyal step. Karakteristik respon waktu sistem orde pertama dibedakan menjadi karakteristik respon transien dan keadaan tunak (steady state). Grafik respon sistem orde pertama untuk Xss = dan Yss = K ditunjukkan pada Gambar.. Gambar.3. Respon Sistem Orde (sumber: Dian, ) II-6

Karakteristik respon transien sistem orde pertama, terdiri dari : a) Spesifikasi teoritis : Konstanta waktu (τ), adalah waktu yang dibutuhkan respon mulai dari t= sampai dengan respon mencapai 63,% dari respon steady state. Konstanta waktu menyatakan kecepatan respon sistem. Konstanta waktu yang lebih kecil akan mempercepat respon sistem b) Spesifikasi praktis : Waktu tunak atau settling time (t s ), adalah ukuran waktu yang menyatakan bahwa respon sistem telah masuk pada daerah stabil. Jika dihubungkan dengan konstanta waktu τ, maka t s dapat diformulasikan sebagai berikut : t s (±3%) 5τ t s (±4%) τ t s (±5%),5τ Waktu naik atau rise time (t r ), adalah ukuran waktu yang menyatakan bahwa respon sistem telah naik dari 5% ke 95% atau % ke 9% dari nilai respon pada keadaan tunak (steady state). Jika dihubungkan dengan konstanta waktu τ, maka t r dapat diformulasikan sebagai berikut : t r (5% - 95%) τ ln9 t r (% - 9%) τ ln9 Waktu tunda atau delay time (t d ), adalah waktu yang dibutuhkan respon mulai t= sampai respon mencapai 5% dari nilainya pada keadaan tunak (steady state). Waktu tunda menyatakan besarnya faktor keterlambatan respon akibat proses sampling. Jika dihubungkan dengan konstanta waktu τ, maka t d dapat diformulasikan sebagai berikut : t d (±3%) τ ln Karakteristik respon keadaan tunak ( steady state) sistem orde pertama diukur berdasarkan kesalahan pada keadaan tunak atau error steady state (e ss ). e ss = R ss - C ss dengan C ss dan R ss masing masing adalah keluaran dan masukan sistem pada keadaan tunak. II-7

..3. Metode Decouple Sistem CSTR memiliki beberapa variabel masukan dan keluaran yang saling berkaitan satu sama lain. Perubahan suatu masukan kadang tidak hanya berpengaruh pada satu keluaran saja, melainkan berpengaruh juga pada keluaran lainnya yang disebut dengan Multi Input dan Multi Output (MIMO). Penggambaran sistem ini dapat dilihat pada Gambar.4. Gambar.4. Interaksi input dan output pada Sistem MIMO (sumber: Dian, ) Hubungan suatu masukan berpengaruh pada keluaran loop yang lain. Penulisan model untuk Gambar.4 adalah : Loop : Y G X G X (.8) Loop : Y GX G X (.9) Untuk mengurangi interaksi antar loop, dapat ditambahkan decoupler pada konfigurasi multiloop konvensional. Ada dua keuntungan dengan yang diperoleh dengan menggunakan disain decoupler untuk pengendalian yaitu : a. Interaksi lup kontrol masukan lain dihilangkan sehingga stabilitas masing masing variabel dapat terjaga. b. Perubahan set point maupun gangguan tidak mempengaruhi keluaran sistem yang lain. II-8

..4. Sliding Mode Control (SMC) Sliding mode control adalah salah satu pengendali yang dapat diterapkan pada sistem linier maupun non linier. Prinsip kerja dari SMC adalah memaksa trajektori status suatu sistem menuju permukaan luncur tertentu dan mempertahankannya pada permukaan luncur tersebut. Pengendali SMC terkenal dengan kekokohannya dalam mengatasi gangguan. Telah sukses diterapkan dalam berbagai sistem seperti electric power, robot manipulator, power converter, proses industri, dan lain sebagainya. Sistem kendali ini kokoh karena menyediakan sebuah metoda perancangan sistem yang tidak peka terhadap ketidakpastian parameter lingkungan dan gangguan dari luar. Pada prinsipnya, SMC menggunakan sebuah hukum kendali pensaklaran berkecepatan tinggi ( high-speed switching) untuk membawa trajektori status dari sistem linier/non linier ke dalam sebuah permukaan (hyperplane) tertentu dalam ruang status (disebut permukaan luncur/ sliding surface), kemudian trajektori status tersebut dipelihara agar tetap meluncur pada permukaan tersebut. Proses pemeliharaan trajektori status pada permukaan luncur mengakibatkan terjadinya osilasi pada permukaan luncur. Osilasi ini sering disebut dengan Chattering. Gambar.5. Sliding Mode Control (sumber: control.aau.dk) II-9

..5. Chattering Pengendali sliding mode termasuk dalam pengendali berumpan balik dengan pensaklaran berkecepatan tinggi ( high speed switching feedback), sehingga dalam penerapannya sliding mode control memiliki kelemahan yaitu kondisi Chattering yang dapat menggangu kestabilan sistem. Chattering merupakan osilasi keluaran pengendali dengan frekuensi tinggi yang disebabkan oleh swicthing yang sangat cepat untuk membentuk sliding mode. Osilasi yang sangat tinggi pada sinyal kendali ini menyebabkan ketidak stabilan pada sistem. Gambar.6 menginterpretasikan kondisi Chattering, yang menyebakan trayektori keadaan sistem berupa osilasi pada permukaan luncur S. Gambar.6. Kondisi Chattering ( Sumber: Ratnawati ) Chattering yang besar akan mengakibatkan akurasi menjadi rendah, rusaknya sistem mekanis aktuator, hilangnya energi pada power, dan lain sebagainya. Berbagai cara dapat dilakukan untuk mereduksi Chattering, namun yang paling efektif adalah mengubah fungsi diskontinyu signum menjadi fungsi kontinyu saturasi / histeresis / arcus tangen. a. Saturasi b. Fungsi Arcus Tangen Gambar.7. Fungsi Saturasi dan Arcus Tangen II-

..6. Permukaan Luncur Permukaan luncur dipilih dengan pertimbangan trayektori status sistem dapat menuju permukaan tersebut di manapun kondisi awalnya dalam waktu yang terbatas, serta trayektori status sistem dapat dipertahankan di sekitar permukaan luncur tersebut. Permukaan luncur merupakan komponen penting dari SMC sebagai tempat trayektori keadaan meluncur dari kondisi awal ( initial condition) menuju keadaan yang diinginkan (reference point). Permukaan luncur didefinisikan sebagai S. Permukaan luncur adalah suatu kondisi pada saat fungsi switching memenuhi: ( ) = (.) Untuk sistem berorde (n=) permukaan sliding dapat ditulis: ( ) = + (.) ( ) = + (.) ( ) = + (.3) ( ) = + (.4) Untuk static sliding mode menggunakan (Teguh.H ) : ( ) = + (.5) Untuk dynamic sliding mode menggunakan : ( ) = + (.6) Static sliding mode dengan penambahan Propotional derivative pada permukaan luncur maka dapat ditulis : ( ) = + + (.7) ( ) = + (.8) II-

..7. Kondisi Sliding Pada SMC dilakukan perancangan control law agar bergerak menuju ke permukaan sliding dan meluncur pada permukaan tersebut untuk semua t dan berada pada kondisi sliding. Kondisi sliding dari metode pengendalian SMC, dimana trayektori keadaan bergerak meluncur pada garis lurus S = yang merupakan permukaan sliding, ditunjukkan pada Gambar.8 : Gambar.8. Kondisi Sliding ( Sumber: Ratnawati ) Sliding mode berarti bahwa pada saat trayektori keadaan mencapai permukaan sliding, maka trayektori sistem akan bertahan pada permukaan sliding tersebut (Ratnawati )...8. Analisis Kestabilan Lyapunov Alexander Mikhailovitch Lyapunov, seorang ilmuwan dari Rusia, telah mengembangkan metode untuk menentukan stabilitas dari sistem proses didasarkan dari penghematan energi yang disimpan. Menurut Lyapunov, hubungan antara kestabilan dan energi adalah sebagai berikut: Sistem dikatakan stabil apabila energi yang disimpan makin lama makin kecil, maka osilasi yang terjadi juga semakin lama semakin kecil. Sebaliknya, sistem dikatakan tidak stabil apabila energi yang disimpan makin lama makin besar, maka osilasi yang terjadi semakin lama semakin besar juga. Agar sistem dapat dianalisis kestabilannya, maka perlu dibuat model matematis yang menghubungkan antara masukan, proses dan output. II-

Pada sistem pengaturan, diharapkan agar keluaran/respon dari sistem akan menuju nilai yang sama dengan masukan/set point. Hal ini identik dengan mengharapkan agar nilai error dapat menuju nilai nol serta tetap berada pada nilai nol. Mengacu pada teori state-space, dimana nilai error dapat diambil sebagai variabel state sistem, maka dapat juga diambil suatu fungsi skalar (Dian, ) : V ( x) ( S) (.9) yang memenuhi : V ( x) S S (.3) Sebagai fungsi Liapunov, dimana S adalah suatu fungsi skalar dari x dan state x adalah state error. Fungsi skalar S selanjutnya akan disebut sebagai fungsi permukaan luncur (S)...9. Pengendali PD (Propotional Derivative) Penggunaan Pengendalian Derivative umumnya bersamaan dengan Pengendalian Propotional disebut Pengendalian PD. Penambahan derivative adalah untuk menghilangkan osilasi yang berlebihan sistem pengendalian Propotional, penambahan derivative mengurangi overshoot awal dari variabel yang diukur, dan karena itu membantu dalam menstabilkan proses secara cepat. Kekukangannya adalah offset tidak dapat hilang namun akan menjadi lebih kecil. Pengendali Derivative mempunyai suatu karakter untuk mendahului, sehingga pengendali ini dapat menghasilkan koreksi yang signifikan sebelum kesalahan bertambah besar, sehingga dipakai untuk mempercepat respon awal suatu sistem, meskipun tidak memperkecil kesalahan pada keadaan tunaknya (Indar 8). Pengendali Propotional Derivative (PD) tanggapan cepat terhadap respons dengan overshoot kecil namun sangat peka terhadap noise. II-3

Diagram blok untuk pengendali Propotional (P) dan Derivative (D) adalah : Gambar.9. Blok Diagram Pengendali Propotional (P) dan Derivative (D) Persamaan matematis untuk pengendali Propotional dan Derivative : Fungsi alih untuk pengendali Propotional dan Derivative : (.3) (.3) Dimana K p T d : Konstanta Pengendali Propotional : Waktu Derivative Pengendali Propotional (K p ) akan memberikan efek mengurangi waktu naik, tetapi tidak menghapus kesalahan tunak. Pengendali Derivative berdampak pada meningkatnya stabilitas sistem, mengurangi kesalahan tunak dan menaikkan respon transien ( Muhamad ali 4). Kompensator PD termasuk klasifikasi fasa-mendahului (Harbor, Royce D 998). Beberapa kemungkinan keuntungan kompensasi fasa-mendahului:. Meningkatkan margin kestabilan. Meningkatkan kinerja frekuensi-tinggi (kecepatan tanggapan) 3. Perubahan balikan mudah diimplementasikan pada beberapa sistem II-4

... Sinyal Kendali Untuk mendapatkan sinyal kendali yang mampu membawa status trayektori menuju permukaan luncur dan mempertahankan status trayektori agar tetap berada di sekitar permukaan luncur, maka diperlukan dua macam sinyal kendali. Sinyal kendali yang pertama adalah sinyal kendali ekivalen yang berfungsi untuk membawa status trayektori menuju permukaan luncur (u eq ) dan sinyal kendali yang kedua adalah sinyal kendali natural yang berfungsi untuk mempertahankan status trayektori agar tetap berada di sekitar permukaan luncur (u n ) (Dian, ). Untuk mendapatkan sinyal kendali sliding mode dilakukan beberapa langkah sebagai berikut :. Misalkan terdapat sebuah sistem linier x Ax Bu. untuk mendapatkan u eq disain permukaan luncur dengan SAx SBu SBu u eq SBu U N u ( SB) N Ksign( S) SB Ksign( S) 5. Diperoleh sinyal kendali total sebagai berikut : u u u eq eq SAx N eq SB SAx ( SB) Wsat( ( x)) u u eq u n SAx S( x, t) 3. Setelah u eq diperoleh, berdasarkan persamaan lyapunov dapatkan u n : S SAx SBu eq SBu N S SAx S( ( SB) S SAx SB( SB) S SAx SAx SBu N S SBu N SAx) SBu N SAx SBu N 4. Untuk memenuhi kondisi sliding, maka : Sinyal kendali total merupakan penjumlahan dari dua sinyal kendali tersebut dan dapat ditulis : (.33) II-5

... Aksi Kontrol PID Unsur P, I, D masing-masing berguna untuk mempercepat reaksi sistem menghilangkan offset, dan mendapatkan energi ekstra disaat-saat awal perubahan beban. Unsur penggabungan ketiga jenis pengendali ini menunjukkan kelebihan masing-masing pengendali dan menutupi kekurangnnya. Kelemahan pengendali P ditutupi dengan menggabungkan kendali I. Selain untuk mengurangi offset, pengendali I juga berguna untuk mengurangi terjadinya maksimum overshoot yang terlalu besar. Kelemahan penambahan pengendali I adalah terjadinya kelambatan pada respon dari sistem dan untuk menguranginya, maka pengendali PI diparalelkan dengan pengendali D. Pengendali PID memiliki ketiga sifat yang ada pada unsur P, I, D. Kemudian dengan menyetel Kp, Ti, Td satu atau dua dari ketiga unsur tadi dapat dibuat lebih menonjol dari yang lain. Unsur yang menonjol itulah yang kemudian akan membawa pengaruh pada respon sistem secara keseluruhan. Persamaan dengan tiga kombinasi kontroler P, I, D diberikan oleh : ( ) =. ( ) + ( ) + Fungsi alih kontroler PID : ( ) (.34) ( ) ( ) = ( + + ) (.35) Dengan Kp penguatan Propotional, Ti waktu integral, dan Td waktu turunan. Gambar.. Diagram Blok pengendali PID (sumber: Aini.Nur, ) Dimana : Kp : Konstanta Propotional Td : Waktu derivative Ki : Konstanta integral Ti : Waktu integral Kd : Konstanta derivative II-6

Pengendali Propotional (K p ) akan memberikan efek mengurangi waktu naik tetapi tidak menghapus kesalahan keadaan tunak. Pengendali integral (K i ) akan memberikan efek menghapus kesalahan keadaan tunak tetapi berakibat memburuknya tanggapan peralihan. Pengendali derivative (K d ) akan memberikan efek meningkatnya stabilitas sistem, mengurangi lewatan maksimum dan menaikkan tanggapan fungsi alih. Efek dari setiap pengendali dalam sistem lingkar tertutup diperlihatkan pada Tabel. berikut : Tabel.. Efek Setiap Pengendali Untuk Sistem Lingkar Tertutup Tanggapan Lingkar Tertutup Waktu Naik Overshoot Waktu Turun Kesalahan Keadaan Tunak K p Menurun Meningkat Perubahan kecil Menurun K i Menurun Meningkat Meningkat Hilang K d Perubahan Menurun Menurun Perubahan kecil kecil ( Sumber: Muhamad ali 4). II-7