KONSTRUKSI HOMOMORFISMA PADA GRUP BERHINGGA

dokumen-dokumen yang mirip
1. GRUP. Definisi 1.1 (Operasi Biner) Diketahui G himpunan dan ab, G. Operasi biner pada G merupakan pengaitan

ORDER UNSUR DARI GRUP S 4

I. PENDAHULUAN. Aljabar dapat didefinisikan sebagai manipulasi dari simbol-simbol. Secara historis

UNNES Journal of Mathematics

Keberlakuan Teorema pada Beberapa Struktur Aljabar

RUANG FAKTOR. Oleh : Muhammad Kukuh

2 G R U P. 1 Struktur Aljabar Grup Aswad 2013 Blog: aswhat.wordpress.com

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan.

TEORI GRUP SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS

MODUL FAKTOR DARI MODUL ENDOMORFISMA PADA HIMPUNAN BILANGAN BULAT ATAS GAUSSIAN INTEGER

SYARAT PERLU LAPANGAN PEMISAH. Bambang Irawanto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP. Abstact. Keywords : extension fields, elemen algebra

Sifat-Sifat Ideal Utama dan Ideal Maksimal dalam Near-Ring

STRUKTUR ALJABAR. Sistem aljabar (S, ) merupakan semigrup, jika 1. Himpunan S tertutup terhadap operasi. 2. Operasi bersifat asosiatif.

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 2, 65-70, Agustus 2001, ISSN : SYARAT PERLU LAPANGAN PEMISAH

Struktur Aljabar I. Pada bab ini disajikan tentang pengertian. grup, sifat-sifat dasar grup, ordo grup dan elemennya, dan konsep

Buku 1: RPKPS (Rencana Program dan Kegiatan Pembelajaran Semester)

PENGERTIAN RING. A. Pendahuluan

Skew- Semifield dan Beberapa Sifatnya

SUBGRUP FUZZY ATAS SUATU GRUP

PENDEKATAN IDENTIFIKASI LOGIK DALAM PERKULIAHAN STRUKTUR ALJABAR (The Logical Identification Approach on the Subject of Abstract Algebra)

HOMOMORFISMA. Yus Mochamad Cholily Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Malang

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PENGESAHAN... III KATA PENGANTAR... IV DAFTAR ISI... V BAB I PENDAHULUAN...

Teorema-Teorema Utama Isomorphisma pada Near-Ring

Antonius C. Prihandoko

STRUKTUR ALJABAR: RING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Struktur aljabar merupakan salah satu bidang kajian dalam matematika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengkajian pertama, diulas tentang definisi grup yang merupakan bentuk dasar

SEKILAS TENTANG KONSEP. dengan grup faktor, dan masih banyak lagi. Oleh karenanya sebelum

RING FUZZY DAN SIFAT-SIFATNYA FUZZY RING AND ITS PROPERTIES

RING ABELIAN DAN MODUL ABELIAN. Oleh: Andri Novianto (1) Elah Nurlaelah (2) Ririn Sispiyati (2) ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan mengenai konsep teori grup, teorema lagrange dan

Modul Perkalian. Oleh Samsul Arifin Jurusan Matematika FMIPA UGM Sekip Utara Yogyakarta 55281

HUBUNGAN DAERAH DEDEKIND DENGAN GELANGGANG HNP

KLASIFIKASI NEAR-RING Classifications of Near Ring

Himpunan dan Fungsi. Modul 1 PENDAHULUAN

Jurusan Pendidikan Matematika

PERAN TEOREMA COHEN DALAM TEOREMA BASIS HILBERT PADA RING DERET PANGKAT

Karakteristik Invarian Translasional Subhimpunan Fuzzy Relatif terhadap Homomorfisma Ring

K-ALJABAR. Iswati dan Suryoto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Jl. Prof. H. Soedarto, S.H, Semarang 50275

Beberapa Sifat Ideal Bersih-N

SUBGRUP C-NORMAL DAN SUBRING H R -MAX

RANK DARI GRUP DIHEDRAL TIGA (D 3 ) YANG BERAKSI

IDEAL PRIMA DAN IDEAL MAKSIMAL PADA GELANGGANG POLINOMIAL

SOAL. Pada himpunan bilangan real, selidiki apakah merupakan grup terhadap operasi yang didefinisikan sebagai berikut: PEMBAHASAN

Karakteristik Koproduk Grup Hingga

IDEAL DIFERENSIAL DAN HOMOMORFISMA DIFERENSIAL. Na imah Hijriati, Saman Abdurrahman, Thresye

GELANGGANG ARTIN. Kata Kunci: Artin ring, prim ideal, maximal ideal, nilradikal.

SISTEM SCHREIER PADA FREE GROUP. Skripsi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Matematika

STRUKTUR ALJABAR 1. Kristiana Wijaya

BAB I PENDAHULUAN. R S = { r s. untuk S subset multiplikatif dari R yang tidak memuat pembagi nol dan didefinisikan

BAB 6 RING (GELANGGANG) BAHAN AJAR STRUKTUR ALJABAR, BY FADLI

AKAR-AKAR POLINOMIAL SEPARABLE SEBAGAI PEMBENTUK PERLUASAN NORMAL PADA RING MODULO

MATHunesa Jurnal Ilmiah Matematika Volume 3 No.6 Tahun 2017 ISSN

PENGANTAR PADA TEORI GRUP DAN RING

TUGAS GEOMETRI TRANSFORMASI GRUP

Diktat Kuliah. Oleh:

Mengkarakterisasi Homomorfisma Lapangan dengan Persamaan Fungsional

DESKRIPSI MATA KULIAH : STRUKTUR ALJABAR I

BAB 1 OPERASI PADA HIMPUNAN BAHAN AJAR STRUKTUR ALJABAR, BY FADLI

Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengidentifikasi dan mengenal sifat-sifat dasar suatu Grup

IMAGE DAN PRE-IMAGE TRANSLASI PADA GRUP FUZZY INTUITIONISTIK. Dian Pratama

STRUKTUR ALJABAR 1. Winita Sulandari FMIPA UNS

JMP : Volume 4 Nomor 2, Desember 2012, hal MODUL FAKTOR YANG DIBENTUK DARI SUBMODUL Z 2. Ari Wardayani

Beberapa Sifat Ideal Bersih-N

ISOMORFISMA JUMLAH LANGSUNG DAN DARAP LANGSUNG DUA MODUL. (Skripsi) Oleh ALI ABDUL JABAR

PENGANTAR GRUP. Yus Mochamad Cholily Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Malang

GRUP AUTOMORFISME GRAF KIPAS DAN GRAF KIPAS GANDA

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

PENDEKATAN IDENTIFIKASI LOGIK UNTUK MENGATASI KESULITAN MAHASISWA DALAM MEMAHAMI DEFINISI DAN TEOREMA PADA STRUKTUR ALJABAR LANJUT 1

Produk Cartesius Semipgrup Smarandache

PENGENALAN KONSEP-KONSEP DALAM RING MELALUI PENGAMATAN Disampaikan dalam Lecture Series on Algebra Universitas Andalas Padang, 29 September 2017

0,1,2,3,4. (e) Perhatikan jawabmu pada (a) (d). Tuliskan kembali sifat-sifat yang kamu temukan dalam. 5. a b c d

MODUL STRUKTUR ALJABAR 1. Disusun oleh : Isah Aisah, Dra., MSi NIP

KARAKTERISTIK KOPRODUK GRUP HINGGA

IDEAL PRIMA DAN IDEAL MAKSIMAL PADA GELANGGANG POLINOMIAL PRIME IDEAL AND MAXIMAL IDEAL IN A POLYNOMIAL RING

PROSIDING ISBN : Dzikrullah Akbar 1), Sri Wahyuni 2)

GRUP MONOTETIK TOPOLOGI DISKRIT BERHINGGA PADA DUALITAS PONTRYAGIN

K-ALJABAR. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H, Semarang 50275

II. TINJAUAN PUSTAKA. modul yang akan digunakan dalam pembahasan hasil penelitian.

BAB II KERANGKA TEORITIS. komposisi biner atau lebih dan bersifat tertutup. A = {x / x bilangan asli} dengan operasi +

SEMI-HOMOMORFISMA BCK-ALJABAR. Deffyana Prastya A. 1 dan Suryoto 2. Program Studi Matematika FMIPA UNDIP Jl. Prof. Soedarto, SH, Semarang, 50275

BAB I PENDAHULUAN. Struktur aljabar merupakan suatu himpunan tidak kosong yang dilengkapi

Jurnal Matematika Murni dan Terapan Vol. 5 No.1 Juni 2011: TES FORMAL MODUL PROJEKTIF DAN MODUL BEBAS ATAS RING OPERATOR DIFERENSIAL

Teorema Jacobson Density

AUTOMORFISME GRAF LENGKAP DENGAN PENDEKATAN TEORI GRUP. Mulyono. Abstrak. ( ), dapat disimpulkan bahwa

Sifat Lapangan pada Bilangan Kompleks

Saman Abdurrahman Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat Jl. Jend. A. Yani km 36 Banjarbaru

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

1 P E N D A H U L U A N

ANALISIS PENYELESAIAN RUBIK 2X2 MENGGUNAKAN GRUP PERMUTASI

Isomorfisma dari Gelanggang Polinom Miring Kompleks ke Gelanggang Quaternion Riil

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Himpunan Ω-Stabil Sebagai Daerah Faktorisasi Tunggal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

GRUP ALJABAR DAN -MODUL REGULAR SKRIPSI SARJANA MATEMATIKA OLEH: FITRIA EKA PUSPITA

Seminar Nasional Aljabar, Pengajaran Dan Terapannya

Keterkaitan Grup Spesial Uniter dengan Grup Spesial Ortogonal

BAB 1. PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas sekilas mengenai konsep-konsep yang berkaitan dengan himpunan dan fungsi.

Transkripsi:

KONSTRUKSI HOMOMORFISMA PADA GRUP BERHINGGA I Ketut Suastika Pend. Matematika Univ. Kanjuruhan Malang Suastika_cipi@yahoo.co.id Abstrak Pada tulisan ini, penulis mencoba mengkonstruksi homomorfisma grup dari grup berhingga ( A,. ) ke grup berhingga ( Z 4,+ ). Karena homomorfisma grup merupakan suatu fungsi, maka dalam mengkonstruksinya diawali dengan membentuk fungsi dari grup berhingga ( A,. ) ke grup berhingga ( Z 4,+ ). Di sini jelas tidak semua fungsi yang terbentuk akan merupakan homomorfisma grup, sehingga perlu dilakukan pengecekan terhadap fungsi yang diperoleh. Adapun fungsi yang terbentuk dari grup ( A,. ) ke grup ( Z 4,+ ) sebanyak 256, dan dari jumlah itu yang terbukti merupakan homomorfisma grup sebanyak 4 fungsi. Kata kunci : grup berhingga, fungsi, homomorfisma grup Abstract In this paper, the author tries to construct a group homomorphism of finite groups (A,.) to a finite group (Z4, +). Since the group homomorphism is a function, then the construct begins by establishing the function of a finite group (A,.) to a finite group (Z4, +). Here, clearly not all functions will be formed a group homomorphism, so it needs to be checked against the function obtained. The functions are composed of groups (A,.) Group (Z4, +) of 256, and of that amount proved to be a group homomorphism by 4 functions. Keywords: finite groups, group homomorphism 1. Pendahuluan Kita mungkin dengan mudah dapat mengatakan homomorfisma atau bukan apabila diberikan fungsi dari suatu domain ke kodomain, tetapi mungkin kita akan sedikit kesulitan untuk membuat suatu homomorfisma apabila hanya diberikan dua buah grup. Lebih-lebih kalau kita diberikan dua grup yang berhingga, terus kita disuruh membuat hommorfisma dari dua grup itu, tentu bukan pekerjaan yang mudah. Kalau kita hanya diberikan dua grup yang berhingga tentu kita tidak dapat dengan serta merta langsung membuat sebuah aturan fungsi dari dua grup itu. Dalam hal ini kita perlu membentuk fungsi dengan meggunakan diagram panah atau pasangan berurutan dari dua grup tersebut. Setelah selesai membuat diagram panah atau pasangan berurutan, kita harus melakukan pengecekan apakah fungsi yang dibentuk tersebut merupakan homomorfisma atau bukan. Tentu hal itu bukan sesuatu yang bisa dengan cepat dilakukan. Oleh karena itu pada penulisan ini penulis mengambil judul Konstruksi Homomorfisma Pada Grup Berhingga. Gamatika. No.I Nopember 2010 47

2. Kajian Teori 1. Grup Diketahui G himpunan yang tak kosong dan " operasi biner pada G. Himpunan G disebut grup terhadap operasi jika memenuhi aksioma berikut : 1. Operasi * bersifat asosiatif 2. Terdapat e G sehingga untuk setiap a G berlaku e a = a e = a 3. Untuk setiap a G terdapat a -1 G sehingga berlaku a a -1 = a -1 a = e Elemen e G pada aksioma 3 disebut dengan elemen identitas terhadap operasi * Elemen a -1 G pada aksioma 4 dikatakan invers elemen a terhadap operasi. Untuk selanjutnya, bila G dilengkapi dengan operasi * dituliskan dengan ( G,* ). Contoh 1. Misalkan A = { 1, - 1, - i, i } dengan i = - 1. Pada A dilengkapi dengan operasi perkalian (.) Hasil operasi dari A terhadap operasi perkalian dapat dituliskan sbb. 1-1 -i i 1 1-1 -i i -1-1 1 i -i -i -i i -1 1 I i -i 1-1 Dari tabel tersebut diperoleh: 1. Karena hasil operasi dari operasi perkalian tersebut kembali merupakan anggota-anggota A maka kita katakan operasinya bersifat tertutup 2. Operasi (.) jelas asosiatif 3. 1 sebagai identitas pada A karena untuk setiap anggota A kalau dikalikan 1 hasilnya tetap bilangan itu sendiri 4. invers dari 1 adalah 1 invers dari -1 adalah -1 invers dari i adalah i invers dari i adalah i Contoh 2. Diberikan Z 4 = { 0, 1, 2, 3 }. Pada Z 4 dilengkapi dengan operasi penjumlahan (+) Hasil operasi pada Z 4 terhadap operasi penjumlahan dapat dituliskan sbb. + 0 1 2 3 0 0 1 2 3 1 1 2 3 0 2 2 3 0 1 3 3 0 1 2 Dari tabel tersebut diperoleh: Gamatika. No.I Nopember 2010 48

1. Operasi + pada Z 4 adalah tertutup 2. Operasi + pada Z 4 adalah asosiatif 3. 0 sebagai identitas pada Z 4 terhadap operasi + 4. Invers dari 0 adalah 0 invers dari 1 adalah 3 invers dari 2 adalah 2 invers dari 3 adalah 1 Teorema 1. ( Hukum Kanselasi ) Misalkan ( G, * ) grup. Jika a,b,c G maka berlaku: jika a*c = b*c maka a=b Bukti : Diberikan a*c = b*c Menurut definisi grup, untuk c G, ada t G sedemikian sehingga c*t = e. Maka untuk a*c = b*c diperoleh (a*c)*t = (b*c)*t Tetapi (a*c)*t = a*(c*t) = a*e = a, dan (b*c)*t = b*(c*t) = b*e = b Ini berarti a=b. 1.1. Subgrup Misalkan (G, ) merupakan grup. Himpunan H Ø dan H G disebut subgrup dari G jika (H, ) juga merupakan grup. Contoh 3. Menurut contoh 1, ( A,. ) merupakan grup. Subgrup-subgrupnya adalah: { 1 }, { 1,-12 } dan A sendiri Contoh 4. Menurut contoh 2, ( Z 4, + ) merupakan grup. Subgrup-subgrupnya adalah: { 0 }, { 0, 2 }, Z 4 sendiri Teorema 2 Jika G adalah grup terhadap operasi * dan H subset dari G. Tunjukkan bahwa H subgrup dai G jika dan hanya jika (i) H (ii) Apabila a, b H maka a * b -1 H. Dari ( i ), jika H, tentu ada a H sehingga dengan menggunakan ( ii ) diperoleh a * a -1 = e H. Karena e, a H maka e * a -1 = a -1 H. Jika a, b H, tentu a, b -1 H, sehingga a * (b -1 ) -1 = a * b H. Jadi terbukti bahwa: 1. operasi * merupakan operasi biner pada H 2. operasi * asosiatif [ karena (G,*) grup] 3. e H 4. untuk a H a -1 H. Ini berarti H merupakan grup. Karena H subset G tentu H merupakan subgrup dari G. Gamatika. No.I Nopember 2010 49

Seballiknya jika H adalah subgrup dari G terhadap operasi *, maka jelas sifat (i) dan (ii) terpenuhi. 1.2. Order dari grup Order dari suatu grup berhingga G adalah banyaknya anggota dari grup G. Notasi untuk order dari grup G adalah o(g) atau G. Contoh 5: Order dari grup ( A,. ) dari contoh 1adalah 4. Order dari subgroup ( A,. ), yaitu { 1, -1 } adalah 2 Contoh 6: Order dari grup ( Z 4, + ) dari contoh 2 adalah 4 Order dari subgroup ( Z 4, + ), yaitu { 0, 2 } adalah 2. 2. Homomorfisma grup Diberikan grup (G, ) dan (G, ). Fungsi : G G disebut homomorphisma grup, jika untuk setiap a,b G berlaku (a b) = (a) * (b). Contoh 7 Diketahui g : (R +,. ) (R, +) adalah fungsi dengan g(x) = log x. Pemetaan g merupakan homorphisma grup, karena: Untuk sebarang a,b R, maka g (a.b) = log (a. b) = log a + log b = g(a) + g(b) Contoh 8. Z adalah grup dari himpunan bilangan bulat terhadap operasi jumlahan. Untuk setiap bilangan bulat x didefinisikan fungsi : (Z, +) (Z, +) dengan (x) = 2x. Fungsi merupakan homomorfisma grup, karena: Teorema 3. Untuk sembarang x,y Z, maka ( x+y ) = 2(x + y) = 2x + 2y = (x) + (y) Diketahui G dan G grup dan Φ: G G merupakan homomorphisma grup, maka hal-hal berikut berlaku : 1. Jika e merupakan elemen identitas di G, maka Φ (e) merupakan elemen identitas di G (Φ (e) = e ) 2. Jika a G, maka Φ (a -1 ) = (Φ (a)) -1 3. Jika K subgrup pada G, maka Φ (K) merupakan subgrup pada G 4. Jika K merupakan subgrup pada G, maka Φ -1 (K ) merupakan subgrup pada G Bukti : Gamatika. No.I Nopember 2010 50

1. Φ(x).e = Φ(x) = Φ(x.e) = Φ(x). Φ(e) Dengan sifat kanselasi peroleh e = Φ(e). 2. e = Φ(e) = Φ(x.x 1 ) = Φ(x). Φ(x 1 ) Di lain pihak Φ(x). (Φ(x)) 1 = e Sehingga diperoleh Φ(x). (Φ(x)) 1 = Φ(x). Φ(x 1 ) Akibatnya Φ(x 1 ) = (Φ(x)) 1 3. Jelas e ( K ), karena untuk e K maka e = (e) Untuk x,y ( K), maka terdapat a,b K sehingga x = Φ(a) dan y = Φ(b). Selanjutnya, x.y -1 = Φ(a). [Φ(b)] -1 = Φ(a). Φ(b -1 ) = Φ( a. b -1 ) Karena a, b K jelas a.b -1 K ( K subgroup ) Ini berarti, terdapat a.b -1 K sehingga x. y -1 = Φ( a. b -1 ) Φ( K ) Terbukti Φ( K ) subgroup. 4. Jelas e -1 ( K ), karena untuk e K maka e = -1 ( e ) Untuk sembarang x,y Φ -1 (K ), maka terdapat a,b K sehingga a = Φ(x) dan b = Φ(y) Selanjutnya ab -1 = Φ(x) [Φ(y)] -1 = Φ(x) Φ(y -1 ) = Φ(xy -1 ) Karena a,b K jelas ab -1 K ( K subgrup ) Ini berarti terdapat ab K sehingga xy -1 Φ -1 (K ) 1. Konstruksi Homomorfisma Pada konstruksi di sini akan dibuat homomorfisma dengan domain grup (A,.) pada contoh 1, dan kodomainnya adalah grup (Z 4,+) pada contoh 2. Pada konstruksi ini, kita awali dengan membentuk fungsi dari A ke Z 4. Karena banyaknya anggota A = 4, dan banyaknya anggota Z 4 = 4 maka akan kita dapatkan banyaknya fungsi adalah 4 4 = 256 fungsi. Mengingat halaman yang diberikan terbatas, maka tidak semua fungsi tersebut ditampilkan di sini. Dari 256 fungsi yang ada akan kita tampilkan adalah yang ditengarai merupakan homomorfisma saja. Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan teorema 3 di atas. Misalkan kita anggap teorema 3 sebagai implikasi jika p maka q. Dalam hal ini p dikatakan anteseden dan q dikatakan konskwen. Kita semua tahu bahwa nilai kebenaran implikasi jika p maka q akan sama dengan nilai kebenaran kontraposisinya, yaitu jika ~q maka ~p. Artinya, pada teorema 3, jika kita membuat fungsi dengan salah satu dari empat ketentuan pada konskwen tidak dipenuhi maka fungsi yang dibuat jelas bukan merupakan homomorfisma. Karena itu, untuk membuat fungsi yang ditengarai sebagai homomorfisma tentunya fungsi yang dibuat memenuhi keempat ketentuan konskwen pada teorema 3. Selanjutnya, fungsi yang dibuat dari A ke Z 4 yang memenuhi keempat konskwen pada teorema 3, ( dan juga berpegangan pada contoh 1, 2, 3, dan 4 ) diperoleh: 1. R 1 = { (1,0), (-1,0), (i,0), (-i,0) } 2. R 2 = { (1,0), (-1,0), (i,2), (-i,2) } 3. R 3 = { (1,0), (-1,2), (i,1), (-i,3) } 4. R 4 = { (1,0), (-1,2), (i,3), (-i,1) } 5. R 5 = { (1,0), (-1,2), (i,0), (-i,0) } 6. R 6 = { (1,0), (-1,2), (i,2), (-i,2) } Selanjutnya, dari 6 fungsi yang ditemukan, akan dibuktikan fungsi mana yang merupakan homomorfisma. Gamatika. No.I Nopember 2010 51

Misalkan fungsi dari A ke Z 4 kita beri nama fungsi. 1. Untuk R 1. (1.1)= (1)=0 dan (1)+ (1)=0+0=0, sehingga (1.1)= (1)+ (1) (1. -1)= (-1)=0 dan (1)+ (-1)=0+0=0, sehingga (1.-1) = (1)+ (-1) (1.i)= =0 dan (1)+=0+0=0, sehingga (1.i)= (1)+ (1. -i)= ( -i)=0 dan (1)+=0+0=0, sehingga (1. -i)= (1)+ (-1. -1)= (1)=0 dan (-1)+ (-1)=0+0=0, sehingga (-1. -1)= (- 1)+ (-1) (-1.i)= =0 dan (-1)+=0+0=0, sehingga (-1.i)= (-1)+ (-1.-i)= =0 dan (-1)+=0+0=0, sehingga (-1.-i)= (-1) + (i.i)= (-1)=0 dan +=0+0=0, sehingga (i.i)= + (i. -i)= (1)=0 dan +=0+0=0, sehingga (i. -i)= + (-i. -i)= (-1)=0 dan +=0+0=0, sehingga (-i. -i)= + Ini berarti fungsi dengan pemasangan seperti R 1 merupakan 2. Untuk R 2 (1.1)= (1)=0 dan (1)+ (1)=0+0=0, sehingga (1.1)= (1)+ (1) (1. -1)= (-1)=0 dan (1)+ (-1)=0+0=0, sehingga (1.-1) = (1)+ (-1) (1.i)= =2 dan (1)+=0+2=2, sehingga (1.i)= (1)+ (1. -i)= ( -i)=2 dan (1)+=0+2=2, sehingga (1. -i)= (1)+ (-1. -1)= (1)=0 dan (-1)+ (-1)=0+0=0, sehingga (-1. -1)= (- 1)+ (-1) (-1.i)= =2 dan (-1)+=0+2=2, sehingga (-1.i)= (-1)+ (-1.-i)= =2 dan (-1)+=0+2=2, sehingga (-1.-i)= (-1) + (i.i)= (-1)=0 dan +=2+2=0, sehingga (i.i)= + (i. -i)= (1)=0 dan +=2+2=0, sehingga (i. -i)= + (-i. -i)= (-1)=0 dan +=2+2=0, sehingga (-i. -i)= + Ini berarti fungsi dengan pemasangan seperti R 2 merupakan 3. Untuk R 3 Gamatika. No.I Nopember 2010 52

(1.1)= (1)=0 dan (1)+ (1)=0+0=0, sehingga (1.1)= (1)+ (1) (1. -1)= (-1)=2 dan (1)+ (-1)=0+2=2, sehingga (1.-1) = (1)+ (-1) (1.i)= =1 dan (1)+=0+1=1, sehingga (1.i)= (1)+ (1. -i)= ( -i)=3 dan (1)+=0+3=3, sehingga (1. -i)= (1)+ (-1. -1)= (1)=0 dan (-1)+ (-1)=2+2=0, sehingga (-1. -1)= (- 1)+ (-1) (-1.i)= =3 dan (-1)+=2+1=3, sehingga (-1.i)= (-1)+ (-1.-i)= =1 dan (-1)+=2+3=1, sehingga (-1.-i)= (-1) + (i.i)= (-1)=2 dan +=1+1=2, sehingga (i.i)= + (i. -i)= (1)=0 dan +=1+3=0, sehingga (i. -i)= + (-i. -i)= (-1)=2 dan +=3+3=2, sehingga (-i. -i)= + Ini berarti fungsi dengan pemasangan seperti R 3 merupakan 4. Untuk R 4 (1.1)= (1)=0 dan (1)+ (1)=0+0=0, sehingga (1.1)= (1)+ (1) (1. -1)= (-1)=2 dan (1)+ (-1)=0+2=2, sehingga (1.-1) = (1)+ (-1) (1.i)= =3 dan (1)+=0+3=3, sehingga (1.i)= (1)+ (1. -i)= ( -i)=1 dan (1)+=0+1=1, sehingga (1. -i)= (1)+ (-1. -1)= (1)=0 dan (-1)+ (-1)=2+2=0, sehingga (-1. -1)= (- 1)+ (-1) (-1.i)= =1 dan (-1)+=2+3=1, sehingga (-1.i)= (-1)+ (-1.-i)= =3 dan (-1)+=2+1=3, sehingga (-1.-i)= (-1) + (i.i)= (-1)=2 dan +=3+3=2, sehingga (i.i)= + (i. -i)= (1)=0 dan +=3+1=0, sehingga (i. -i)= + (-i. -i)= (-1)=2 dan +=1+1=2, sehingga (-i. -i)= + Ini berarti fungsi dengan pemasangan seperti R 4 merupakan 5. Untuk R 5 (-1.i)= =0 dan (-1)+=2+0=2, sehingga (-1.i) (-1)+ Gamatika. No.I Nopember 2010 53

Ini berarti fungsi dengan pemasangan seperti R 5 bukan merupakan 6. Untuk R 6 (-1.i)= =2 dan (-1)+=2+2=0, sehingga (-1.i) (-1)+ Ini berarti fungsi dengan pemasangan seperti R 6 bukan merupakan 2. Kesimpulan Dari pembentukan fungsi dari grup berhingga (A,.) ke grup berhingga (Z 4,+) diperoleh 256 fungsi. Dari 256 fungsi tersebut yang ditengarai merupakan homomorfisma ( sesuai teorema 3) sebanyak 6 fungsi. Setelah dilakukan pengecekan terhadap 6 fungsi tersebut, ternyata hanya 4 fungsi yang merupakan Daftar Pustaka 1. Adkins, William A.,and Weintraub Steven H., 1992., Graduate in Mathematics : Algebra an Approach Via Module Theory, Springer-Verlag New York,Inc 2. Birkhoff, G. and Mclane, S. 1965. A Survey of Modern Algebra. New York: The Mcmilan Company 3. Durbin, JR. 1992. Modern Algebra : An Introduction. New York : John Wiley&Sons 4. Fraleigh, J.B.1989. A First Course in Abstract Algebra. New York: Addison- Wesley Publishing Company 5. Herstein, I.N. 1975. Topics in Algebra. New York : John Wiley&Sons 6. Hungerford, 1974. Algebra. New York: Springer-Verlag 7. Wahyudin, 1989, Aljabar Modern, Tarsito - Bandung 8. Yaya S. Kusumah, 1986, Logika Matematika Elementer, Tarsito Bandung Gamatika. No.I Nopember 2010 54