NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2016 SEBESAR 105,26

dokumen-dokumen yang mirip
NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2016 SEBESAR 104,23

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JULI 2016 SEBESAR 104,57

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2016 SEBESAR 102,57

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN AGUSTUS 2016 SEBESAR 105,47

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2017 SEBESAR 102,22

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2017 SEBESAR 101,32

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN APRIL 2016 SEBESAR 102,90

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN AGUSTUS 2017 SEBESAR

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2017 SEBESAR

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MEI 2017 SEBESAR 101,41

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN APRIL 2017 SEBESAR 101,64

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MEI 2016 SEBESAR 103,21

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2015 SEBESAR 102,82

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2015 SEBESAR 99,48

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN AGUSTUS 2014 SEBESAR 102,18

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN APRIL 2015 SEBESAR 98,71

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MEI 2015 SEBESAR 99,24

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2015 SEBESAR 100,36

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2014 SEBESAR 99,65

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2015 SEBESAR 103,01

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2014 SEBESAR 102,05

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2014 SEBESAR 103,40

BERITA RESMI STATISTIK

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2016 SEBESAR 103,90

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2012 SEBESAR 117,59

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2015 SEBESAR 100,79

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2016 SEBESAR 103,94

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JULI 2014 SEBESAR 102,54

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2014 SEBESAR 102,63

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2014 SEBESAR 102,10

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN SEPTEMBER 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN NOVEMBER 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN AGUSTUS 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN FEBRUARI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN AGUSTUS 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN AGUSTUS 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN AGUSTUS 2014

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN FEBRUARI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN AGUSTUS 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN APRIL 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN JULI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN APRIL 2014

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MARET 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JUNI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN APRIL 2015

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN JUNI 2013 SEBESAR 117,68

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MARET 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN JULI 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN NOVEMBER 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN APRIL 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JUNI 2014

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN MEI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN MARET 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN JUNI 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN DESEMBER 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN AGUSTUS 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN APRIL 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN SEPTEMBER 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN OKTOBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN MARET 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JUNI 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN FEBRUARI 2013

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN FEBRUARI 2016

Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Harga Produsen Gabah Jawa Tengah Bulan September 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN MARET 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN APRIL 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN JULI 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN APRIL 2013

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN AGUSTUS 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN JANUARI 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN JANUARI 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN FEBRUARI 2014

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JULI 2013

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2012

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN JUNI 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN NOPEMBER 2012

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN AGUSTUS 2012

Perkembangan Nilai Tukar Petani Dan Harga Produsen Gabah Bulan Oktober 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN DESEMBER 2015

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN NOVEMBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN FEBRUARI 2016

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN SEPTEMBER 2015

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN OKTOBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN AGUSTUS 2013

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN SEPTEMBER 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN AGUSTUS 2011

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA DESEMBER 2014

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

Transkripsi:

No. 59/11/34/Th.XVIII, 1 November 2016 NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2016 SEBESAR 105,26 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada Oktober 2016, NTP Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai angka 105,26 atau mengalami penurunan sebesar 0,47 persen dibandingkan dengan indeks bulan sebelumnya yang tercatat 105,75. NTP Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) tercatat sebesar 100,80, NTP Subsektor Hortikultura (NTPH) 104,79, NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 124,23, NTP Subsektor Peternakan (NTPT) 98,85, dan NTP Subsektor Perikanan (NTN) 103,68. Turunnya indeks NTP gabungan pada bulan ini disebabkan oleh turunnya indeks NTP semua subsektor kecuali subsektor tanaman perkebunan rakyat. Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Oktober 2016 secara umum mencapai 128,57 atau mengalami inflasi sebesar 0,32 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 128,16. Kenaikan IHK bulan ini paling banyak dipengaruhi oleh naiknya indeks pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,65 persen, diikuti kelompok transportasi naik 0,56 persen, kelompok perumahan naik 0,52 persen, kelompok sandang naik 0,39 persen, kelompok kesehatan naik sebesar 0,14 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga naik 0,13 persen dan terakhir kelompok bahan makanan naik sebesar 0,05 persen. Dari 33 provinsi yang dihitung angka NTPnya pada bulan Oktober 2016 terdapat 17 provinsi mengalami kenaikan NTP, sebaliknya 16 provinsi mengalami penurunan NTP. Kenaikan NTP terbesar terjadi di Provinsi Sulawesi Barat sebesar 1,09 persen, sebaliknya penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 1,34 persen. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Daerah Istimewa Yogyakarta Oktober 2016 sebesar 115,00 atau turun 0,26 persen dibanding bulan September 2016. Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. Penghitungan indikator ini diperoleh dari perbandingan antara Indeks Harga Yang Diterima Petani (IT) dengan Indeks Harga Yang Dibayar Petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) antara produk pertanian yang dijual petani dengan barang dan jasa yang dibutuhkan petani dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga. Dengan membandingkan kedua perkembangan angka tersebut, maka dapat diketahui apakah peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan petani dapat dikompensasi dengan pertambahan pendapatan petani dari hasil pertaniannya. Atau sebaliknya, apakah kenaikan harga jual 1

produksi pertanian dapat menambah pendapatan petani yang pada gilirannya meningkatkan kesejahteraan para petani. Semakin tinggi nilai NTP, relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani. Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga di pedesaan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta pada Oktober 2016, NTP di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami penurunan indeks sebesar 0,47 persen dibanding NTP September 2016, yaitu dari 105,75 menjadi 105,26. Penurunan NTP bulan Oktober 2016 ini disebabkan oleh turunnya indeks harga produk pertanian yang diterima petani, sebaliknya indeks harga barang dan jasa yang dibayar petani mengalami kenaikan. Penurunan indeks NTP yang tercatat pada bulan Oktober 2016 terjadi pada semua subsektor kecuali subsektor tanaman perkebunan rakyat. Subsektor peternakan mengalami penurunan indeks terbesar yaitu 1,64 persen, diikuti subsektor perikanan turun sebesar 0,60 persen, subsektor hortikultura turun sebesar 0,39 persen dan dan subsektor tanaman pangan turun sebesar 0,13 persen. Sebaliknya subsektor tanaman perkebunan rakyat mengalami kenaikan sebesar 0,53 persen dibanding September 2016. 2. Indeks Harga Yang Diterima Petani (It) Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga yang beragam dari komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada Oktober 2016, secara umum It di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami penurunan indeks sebesar 0,24 persen dibandingkan dengan It September 2016, yaitu dari 130,42 menjadi 130,11. Subsektor peternakan mengalami penurunan It terbesar yaitu mencapai 1,55 persen diikuti subsektor perikanan turun 0,32 persen, dan subsektor hortikultura turun sebesar 0,16 persen. Sebaliknya It subsektor tanaman perkebunan rakyat mengalami kenaikan sebesar 0,86 persen dan subsektor tanaman pangan naik sebesar 0,18 persen dibanding September 2016. 3. Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib) Melalui Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat pedesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada Oktober 2016 Ib di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan Ib sebesar 0,23 persen bila dibandingkan September 2016, yaitu dari 123,33 menjadi 123,62. Kenaikan Ib terbesar terjadi pada subsektor tanaman perkebunan rakyat yaitu sebesar 0,32 persen, diikuti subsektor tanaman pangan naik sebesar 0,31 persen, subsektor perikanan naik sebesar 0,29 persen, subsektor hortikultura naik sebesar 0,23 persen dan subsektor petrenakan naik sebesar 0,09 persen dibanding bulan September 2016. Kenaikan Ib tertinggi terjadi pada subsektor tanaman perkebunan rakyat disebabkan oleh naiknya harga beberapa komoditi barang konsumsi rumahtangga seperti cabai merah, cabai rawit, kacang panjang dan sawi hijau. 4. NTP Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) Pada Oktober 2016 NTPP mengalami penurunan indeks sebesar 0,13 persen. Turunnya NTPP ini disebabkan karena kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 0,18 persen, lebih rendah dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,31 persen. Kenaikan indeks yang terjadi pada It disebabkan karena naiknya indeks harga subkelompok padi sebesar 1,33 persen meskipun subkelompok palawija turun sebesar 0,99 persen. 2

Komoditas yang menyebabkan kenaikan It pada subsektor ini terutama karena naiknya harga komoditi gabah dan jagung. Pada Ib naiknya indeks disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,35 persen dan Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,08 persen. Tabel 1 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Pangan dan nya a. Indeks Diterima Petani (It) 128.89 129.12 0.18 - Padi 115.89 117.43 1.33 - Palawija 145.49 144.05-0.99 b. Indeks Dibayar Petani (Ib) 127.69 128.09 0.31 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 129.49 129.94 0.35 - Indeks BPPBM 116.93 117.02 0.08 c. Nilai Tukar Petani (NTPP) 100.93 100.80-0.13 d. Nilai Tukar Usaha Petanian 110.23 110.34 0.10 b. Subsektor Hortikultura (NTPH) Pada Oktober 2016, Nilai Tukar Petani untuk subsektor hortikultura (NTPH) mengalami penurunan indeks sebesar 0,39 persen. Hal ini terjadi karena turunnya indeks yang diterima petani sebesar 0,16 persen, sebaliknya indeks yang dibayar petani naik sebesar 0,23 persen. Penurunan It disebabkan oleh turunnya harga pada beberapa komoditas utamanya melon, nangka, dan bawang merah. Pada Ib kenaikan indeks disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 0,29 persen meskipun indeks BPPBM turun sebesar 0,05 persen. Tabel 2 Nilai Tukar Petani Subsektor Hortikultura dan nya a. Indeks Diterima Petani (It) 131.41 131.20-0.16 - Sayur-sayuran 124.06 125.35 1.04 - Buah-buahan 139.83 138.65-0.85 - Tanaman Obat 114.76 113.63-0.98 b. Indeks Dibayar Petani (Ib) 124.92 125.20 0.23 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 127.88 128.26 0.29 - Indeks BPPBM 112.69 112.63-0.05 c. Nilai Tukar Petani (NTPH) 105.20 104.79-0.39 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 116.61 116.48-0.11 3

c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR) Pada Oktober 2016 NTPR mengalami kenaikan indeks sebesar 0,53 persen, hal ini terjadi karena naiknya indeks yang diterima petani sebesar 0,86 persen,lebih besar dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,32 persen. Kenaikan It terjadi karena indeks subkelompok tanaman perkebunan rakyat mengalami perubahan indeks yaitu dari 150,82 menjadi 152,11. Beberapa komoditas subkelompok tanaman perkebunan rakyat yang mengalami kenaikan harga utamanya adalah kelapa. Kenaikan Ib pada subsektor ini dipengaruhi oleh naiknya IKRT sebesar 0,35 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,27 persen. Tabel 3 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat dan nya a. Indeks Diterima Petani (It) 150.82 152.11 0.86 - Tanaman Perkebunan Rakyat 150.82 152.11 0.86 b. Indeks Dibayar Petani (Ib) 122.04 122.44 0.32 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 127.69 128.13 0.35 - Indeks BPPBM 112.30 112.60 0.27 c. Nilai Tukar Petani (NTPR) 123.58 124.23 0.53 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 134.30 135.08 0.58 d. Subsektor Peternakan (NTPT) Tabel 4 Nilai Tukar Petani Subsektor Peternakan dan nya a. Indeks Diterima Petani (IT) 119.71 117.85-1.55 - Ternak Besar 119.01 117.10-1.61 - Ternak Kecil 118.40 116.20-1.86 - Unggas 126.84 125.47-1.09 - Hasil Ternak 118.16 116.47-1.43 b. Indeks Dibayar Petani (IB) 119.11 119.23 0.09 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 127.41 127.79 0.30 - Indeks BPPBM 110.95 110.81-0.13 c. Nilai Tukar Petani (NTPT) 100.50 98.85-1.64 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 107.89 106.36-1.42 Pada Oktober 2016 terjadi penurunan pada NTPT sebesar 1,64 persen. Turunnya NTPT terjadi karena terjadi penurunan indeks harga yang diterima petani sebesar 1,55 persen, sebaliknya indeks harga yang dibayar petani naik sebesar 0,09 persen. Turunnya harga beberapa komoditas seperti harga sapi potong, telur ayam ras, kambing dan domba adalah penyebab turunnya It pada subsektor peternakan di bulan ini. Sementara itu, kenaikan yang terjadi pada 4

Ib disebabkan karena naiknya IKRT sebesar 0,30 persen meskipun BPPBM turun sebesar 0,13 persen. e. Subsektor Perikanan (NTN) Pada Oktober 2016, NTN mengalami penurunan sebesar 0,60 persen, hal ini dikarenakan terjadi penurunan indeks harga yang diterima petani sebesar 0,32 persen, sebaliknya indeks yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,29 persen. Penurunan It di subsektor ini disebabkan oleh turunnya It subkelompok ikan tangkap sebesar 0,98 persen dan subkelompok ikan budidaya turun sebesar 0,28 persen. Sementara itu kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya IKRT sebesar 0,44 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,08 persen. Tabel 5 Nilai Tukar Petani Subsektor Perikanan dan nya a. Indeks Diterima Petani 123.16 122.77-0.32 - Penangkapan 138.37 137.02-0.98 - Budidaya 122.31 121.97-0.28 b. Indeks Dibayar Petani 118.07 118.41 0.29 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 127.91 128.47 0.44 - Indeks BPPBM 106.64 106.72 0.08 c. Nilai Tukar Petani (NTN) 104.31 103.68-0.60 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 115.48 115.03-0.39 Jika dilihat lebih dalam menurut subkelompoknya, maka indeks NTP subkelompok ikan tangkap (Nilai Tukar Nelayan) pada Oktober 2016 mengalami penurunan sebesar 1,22 persen dibanding bulan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh penurunan indeks yang diterima petani (nelayan) sebesar 0,98 persen, sebaliknya indeks yang dibayar petani (nelayan) naik sebesar 0,25 persen. Turunnya It ini sangat dipengaruhi oleh turunnya harga beberapa komoditas seperti kuwe, manyung, gurita, kakap dan bawal pada bulan ini. Naiknya Ib disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 0,44 persen, sedangkan indeks BPPBM relatif tidak berubah. Tabel 6 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Tangkap dan nya September - Oktober 2016 (2012=100) a. Indeks Diterima Petani 138.37 137.02-0.98 - Penangkapan Perairan Umum 100.00 100.00 0.00 - Penangkapan Perairan Laut 138.41 137.06-0.98 b. Indeks Dibayar Petani 121.31 121.61 0.25 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 127.75 128.31 0.44 - Indeks BPPBM 113.75 113.75 0.00 c. Nilai Tukar Nelayan (NTN) 114.07 112.68-1.22 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 121.64 120.46-0.97 5

Sementara itu NTP subkelompok ikan budidaya mengalami penurunan indeks sebesar 0,56 persen pada Oktober 2016. Penurunan ini disebabkan oleh terjadinya penurunan indeks yang diterima petani sebesar 0,28 persen, sebaliknya indeks yang dibayar petani naik sebesar 0,29 persen. Penurunan It banyak disebabkan oleh turunnya harga beberapa komoditas seperti lele, nila dan udang. Naiknya Ib disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 0,44 persen, dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,08 persen. Tabel 7 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Budidaya dan nya a. Indeks Diterima Petani 122.31 121.97-0.28 - Budidaya Air Tawar 122.31 121.97-0.28 b. Indeks Dibayar Petani 117.89 118.23 0.29 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 127.92 128.48 0.44 - Indeks BPPBM 106.25 106.33 0.08 c. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan 103.75 103.16-0.56 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 115.12 114.71-0.36 5. Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan Adanya perbedaan karakteristik yang signifikan antara petani di subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan rakyat, dan peternak dengan nelayan yang selama ini digambarkan dari subsektor perikanan, maka bisa dilihat NTP pada kedua karakteristik tersebut dengan memisahkan penghitungan NTP antar keduanya. NTP Daerah Istimewa Yogyakarta tanpa subsektor perikanan pada Oktober 2016 mencapai 105,30 atau turun sebesar 0,47 persen dibanding bulan September 2016. Hal ini disebabkan oleh turunnya indeks yang diterima petani yang sebesar 0,23 persen, sebaliknya indeks harga yang dibayar petani naik sebesar 0,23 persen. Tabel 8 Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan dan nya Indeks Harga yang Diterima Petani 130.64 130.34-0.23 Indeks Harga yang Dibayar Petani 123.49 123.77 0.23 Konsumsi Rumah Tangga 128.17 128.58 0.32 BPPBM 113.31 113.34 0.02 Nilai Tukar Petani 105.80 105.30-0.47 Nilai Tukar Usaha Pertanian 115.29 115.00-0.25 6

6. Indeks Harga Konsumen Pedesaan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah pedesaan. Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Oktober 2016 secara umum mencapai 128,57 atau mengalami inflasi sebesar 0,32 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 128,16. Kenaikan IHK bulan ini paling banyak dipengaruhi oleh naiknya indeks pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,65 persen, diikuti kelompok transportasi naik 0,56 persen, kelompok perumahan naik 0,52 persen, kelompok sandang naik 0,39 persen, kelompok kesehatan naik sebesar 0,14 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga naik 0,13 persen dan terakhir kelompok bahan makanan naik sebesar 0,05 persen. Tabel 9 Indeks Harga Konsumen dan nya Kelompok Konsumsi Rumah Tangga 128.16 128.57 0.32 - Bahan Makanan 141.80 141.87 0.05 - Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 130.19 131.03 0.65 - Perumahan 120.73 121.36 0.52 - Sandang 126.39 126.89 0.39 - Kesehatan 116.70 116.86 0.14 - Pendidikan,Rekreasi dan Olah Raga 112.27 112.42 0.13 - Transportasi dan Komunikasi 115.84 116.49 0.56 7. NTUP Subsektor Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya. Tabel 10 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) dan nya Subsektor 1. Tanaman Pangan 110.23 110.34 0.10 2. Hortikultura 116.61 116.48-0.11 3. Tanaman Perkebunan Rakyat 134.30 135.08 0.58 4. Peternakan 107.89 106.36-1.42 5. Perikanan 115.48 115.03-0.39 a. Perikanan Tangkap 121.64 120.46-0.97 b. Perikanan Budidaya 115.12 114.71-0.36 NTUP Gabungan 115.30 115.00-0.26 7

Pada Oktober 2016 NTUP secara umum turun sebesar 0,26 persen dibandingkan September 2016. Penurunan NTUP terbesar terjadi di subsektor peternakan yaitu sebesar 1,42 persen, diikuti subsektor perikanan turun sebesar 0,39 persen, dan subsektor hortikultura turun sebesar 0,11 persen. Sebaliknya subsektor tanaman perkebunan rakyat naik sebesar 0,58 persen dan subsektor tanaman pangan mengalami kenaikan sebesar 0,10 persen. 8. Perbandingan Antar Provinsi Dari 33 provinsi yang dilaporkan, pada Oktober 2016 ada sebanyak 17 provinsi yang mengalami kenaikan NTP. Kenaikan NTP terbesar terjadi di Provinsi Sulawesi Barat yaitu sebesar 1,09 persen, sedangkan kenaikan NTP terkecil sebesar 0,08 persen terjadi di Provinsi Banten. Kenaikan NTP terbesar di Provinsi Sulawesi Barat terutama disebabkan oleh naiknya NTP pada subsektor tanaman perkebunan rakyat dengan naiknya harga beberapa komoditi terutama kakao. Sebanyak 16 provinsi pada bulan Oktober 2016 ini mengalami penurunan NTP dengan Provinsi Sulawesi Utara mengalami penurunan terbesar yaitu sebesar 1,34 persen, sedangkan Provinsi Jawa Barat mengalami penurunan NTP terkecil yaitu sebesar 0,13 persen. Penurunan NTP yang terjadi di Provinsi Sulawesi Utara utamanya disebabkan oleh turunnya tomat, cabai rawit, ketang dan bawang merah pada subsektor hortikultura. 8

Tabel 11 NTP Provinsi dan nya Provinsi NASlONAL 102.02 101.71-0.30 SULBAR 108.60 109.79 1.09 GORONTALO 105.60 106.46 0.81 SUMSEL 94.11 94.82 0.75 KALSEL 96.86 97.52 0.68 RIAU 99.11 99.65 0.55 MALUKU UTARA 103.68 104.20 0.50 SUMUT 100.79 101.28 0.49 JAMBI 99.30 99.70 0.41 NTT 102.03 102.41 0.38 KALTENG 97.67 97.96 0.30 KALBAR 94.82 95.07 0.27 NAD 95.10 95.33 0.25 NTB 106.99 107.25 0.24 PAPUA BARAT 100.46 100.68 0.22 KEPRI 97.02 97.16 0.14 LAMPUNG 103.34 103.46 0.12 BANTEN 100.47 100.55 0.08 JABAR 104.15 104.01-0.13 PAPUA 96.17 95.91-0.27 KALTIM 98.64 98.37-0.27 BALI 107.44 107.13-0.29 BENGKULU 93.12 92.85-0.30 YOGYAKARTA 105.75 105.26-0.47 SULTENG 99.24 98.68-0.57 MALUKU 101.52 100.93-0.58 SULSEL 104.86 104.23-0.60 JATENG 100.88 100.15-0.72 SULTRA 100.15 99.39-0.76 JATIM 105.80 104.98-0.77 BABEL 100.58 99.56-1.02 DKI 100.33 99.29-1.03 SUMBAR 97.81 96.60-1.24 SULUT 95.82 94.54-1.34 9

Tabel 12 NTP tanpa Subsektor Perikanan Provinsi dan nya Provinsi NASIONAL 101.94 101.64-0.30 SULBAR 108.85 110.15 1.20 GORONTALO 105.78 106.69 0.85 SUMSEL 94.01 94.74 0.78 KALSEL 95.80 96.47 0.70 RIAU 98.48 99.07 0.59 MALUKU UTARA 103.80 104.40 0.59 SUMUT 100.78 101.26 0.47 JAMBI 99.22 99.65 0.43 KEPRI 92.52 92.91 0.42 NTT 101.98 102.39 0.40 PAPUA BARAT 100.14 100.52 0.38 KALTENG 97.01 97.32 0.32 KALBAR 94.53 94.78 0.27 NTB 107.15 107.44 0.27 NAD 94.98 95.22 0.25 LAMPUNG 103.47 103.60 0.12 BANTEN 100.35 100.42 0.07 JABAR 104.42 104.29-0.13 PAPUA 95.61 95.44-0.17 KALTIM 98.36 98.07-0.30 BENGKULU 93.04 92.75-0.31 BALI 107.52 107.18-0.31 YOGYAKARTA 105.80 105.30-0.47 SULTENG 98.66 98.13-0.54 SULSEL 105.05 104.39-0.62 MALUKU 101.22 100.53-0.68 JATENG 100.83 100.11-0.72 JATIM 105.77 104.95-0.78 SULTRA 99.12 98.24-0.88 BABEL 100.08 98.87-1.21 SUMBAR 97.46 96.19-1.30 SULUT 95.39 94.09-1.37 10

Tabel 13 Nilai Tukar Nelayan Provinsi dan nya Provinsi NASIONAL 109.23 108.88-0.32 BALI 111.23 112.87 1.47 SUMBAR 106.90 108.46 1.46 SUMUT 105.56 107.01 1.37 BABEL 107.57 108.77 1.12 BANTEN 117.26 118.14 0.75 SUMSEL 96.32 96.78 0.48 KALSEL 112.08 112.58 0.45 SULTRA 119.31 119.79 0.39 MALUKU 103.91 104.31 0.38 LAMPUNG 107.92 108.24 0.29 KALBAR 104.60 104.82 0.21 BENGKULU 103.68 103.86 0.17 KALTENG 111.30 111.37 0.06 JABAR 110.96 110.97 0.01 GORONTALO 107.19 107.16-0.03 RIAU 117.20 117.09-0.09 SULSEL 104.79 104.67-0.11 JAMBI 108.55 108.28-0.25 KEPRI 109.35 108.95-0.36 KALTIM 109.85 109.27-0.53 NAD 102.76 102.17-0.57 MALUKU UTARA 101.63 100.82-0.80 JATIM 114.91 113.90-0.87 NTT 106.35 105.35-0.94 NTB 110.17 109.00-1.07 SULUT 105.84 104.71-1.07 SULTENG 115.31 113.99-1.14 YOGYAKARTA 114.07 112.68-1.22 PAPUA BARAT 104.82 103.52-1.24 JATENG 110.92 109.42-1.35 DKI 107.45 105.62-1.70 PAPUA 109.81 107.91-1.73 SULBAR 107.67 105.75-1.79 11

Tabel 14 Nilai Tukar Pembudidaya Ikan Provinsi dan nya Provinsi NASIONAL 98.72 98.60-0.12 NAD 93.36 94.33 1.03 SULTRA 95.47 96.27 0.84 KALSEL 102.26 102.84 0.57 GORONTALO 88.36 88.82 0.52 KALTIM 90.06 90.46 0.45 SUMUT 96.48 96.86 0.40 KALBAR 98.79 99.08 0.30 NTB 89.77 89.99 0.24 BALI 89.35 89.54 0.21 SULBAR 96.22 96.39 0.18 LAMPUNG 95.13 95.24 0.12 JATIM 102.12 102.24 0.12 PAPUA BARAT 89.54 89.58 0.05 KALTENG 97.44 97.46 0.01 BENGKULU 93.40 93.40 0.00 SULTENG 88.62 88.58-0.04 BANTEN 96.57 96.51-0.07 SUMSEL 97.07 96.94-0.13 SUMBAR 105.55 105.40-0.14 DKI 92.85 92.66-0.20 JABAR 98.30 98.09-0.21 SULSEL 99.01 98.71-0.31 MALUKU UTARA 107.55 107.22-0.31 JATENG 100.57 100.25-0.32 RIAU 102.80 102.31-0.47 JAMBI 95.08 94.61-0.50 NTT 100.05 99.52-0.52 YOGYAKARTA 103.75 103.16-0.56 MALUKU 104.54 103.93-0.59 PAPUA 87.65 87.12-0.60 SULUT 94.26 93.54-0.77 BABEL 95.23 94.45-0.82 KEPRI 107.28 106.15-1.05 12

B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH OKTOBER 2016 Berdasarkan hasil observasi terhadap 46 transaksi gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta selama Oktober 2016, sebanyak 56,52 persen berkualitas Gabah Kering Panen (GKP) dan sisanya 43,48 persen berkualitas rendah. Dibandingkan September 2016, rata-rata harga gabah kualitas GKP naik 3,91 persen menjadi Rp. 4.873,08 per kg di tingkat petani dan naik 3,87 persen menjadi Rp. 4.923,08 per kg di tingkat penggilingan. Sebaliknya rata-rata harga gabah kualitas rendah turun sebesar 2,56 persen menjadi Rp. 4.060,00 per kg di tingkat petani dan turun 2,53 persen menjadi Rp. 4.110,00 per kg di tingkat penggilingan. Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 5.000,00 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas IR 64 terjadi di Kecamatan Moyudan (Sleman) dan varitas ciherang terjadi di Kecamatan Nanggulan (Kulonprogo) dan Kecamatan Moyudan (Sleman). Sebaliknya, harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 4.000,00 per kg dengan gabah kualitas rendah dengan varitas IR64 terjadi di wilayah Kecamatan Sewon dan Kecamatan Bambanglipuro (Bantul); dan varitas pepe terjadi di Kecamatan Sewon (Bantul). Selama Oktober 2016, tidak dijumpai observasi harga gabah di bawah HPP baik di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan. Pada Oktober 2016, berdasarkan hasil Survei Harga Produsen Gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta tercatat ada sebanyak 46 observasi transaksi gabah di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Sleman. Dilihat dari distribusinya, gabah kualitas GKP sebanyak 26 observasi dan gabah kualitas rendah sebanyak 20 observasi. Kelompok Kualitas GKG GKP Tabel 15 Jumlah Observasi, Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan dan HPP menurut Kelompok Kualitas, Oktober 2016 Jumlah Observasi (%) Harga Gabah di Tingkat Petani (Rp/Kg) Rata-rata Harga Tingkat Penggilingan (Rp/Kg) Harga* Pembelian Pemerintah (HPP) (Rp/Kg) Selisih Harga Terendah Tertinggi Rata-rata (Rp/Kg) (%) (5) (6) (7) (8) (9) 0 4.600,00 - - - - - - (0,00%) (penggilingan) Gabah Kualitas Rendah Total Keterangan : 26 (56,52%) 20 (43,48%) 46 (100,00%) 4.500,00 5.000,00 4.873,08 4.923,08 3.700,00 (petani) 3.750,00 (penggilingan) 1.173,08 31,70 1.173,08 31,28 4.000,00 4.100,00 4.060,00 4.110,00 - - - GKP : kadar air (14,01%-25%) dan kadar hampa/kotoran (3,01%-10%) atau kadar air - - - - - - - * HPP berdasarkan INPRES nomor 5 Tahun 2015 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah tgl.17 Maret 2015 mulai berlaku pada tanggal dikeluarkan. 13

1. Kasus Harga di Bawah HPP dan Kualitas Rendah Jumlah observasi harga gabah kualitas GKG dan GKP mencapai 26 observasi atau 56,52 persen dari keseluruhan jumlah observasi selama Oktober 2016. Dari sejumlah observasi tersebut, tidak ditemui kasus harga gabah baik di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan yang berada dibawah HPP. Berdasarkan 26 observasi pada transaksi penjualan gabah kualitas rendah atau 43,48 persen dari keseluruhan observasi transaksi penjualan gabah selama Oktober 2016, yang berpotensi mengalami kasus harga semuanya berasal dari Kabupaten Bantul. Tabel 16 Jumlah dan Observasi Harga Gabah di Bawah, Sama Dengan, dan di Atas HPP menurut Kualitas, Oktober 2016 Kelompok Kualitas Jumlah Observasi Jumlah Observasi Harga Gabah Di Bawah HPP Jumlah Observasi Harga Gabah Sama Dengan HPP Jumlah Observasi Harga Gabah Di Atas HPP Tk. Petani Tk. Penggilingan Tk. Petani Tk. Penggilingan Tk. Petani Tk. Penggilingan (5) (6) (7) (8) GKG 0-0 (0,00 %) - 0 (0,00 %) - 0 (0,00 %) GKP 26 0 (0,00 %) 0 (0,00 %) 0 (0,00 %) 0 (0,00 %) 26 (100,00 %) 26 (100,00 %) GKG dan GKP 26-0 (0,00 %) - 0 (0,00 %) - 26 (100,00 %) Kualitas Rendah 20 2. Harga Terendah, Tertinggi dan Rata-rata Komponen Mutu Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 5.000,00 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas IR 64 terjadi di Kecamatan Moyudan (Sleman) dan varitas ciherang terjadi di Kecamatan Nanggulan (Kulonprogo) dan Kecamatan Moyudan (Sleman). Sebaliknya, harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 4.000,00 per kg dengan gabah kualitas rendah dengan varitas IR64 terjadi di wilayah Kecamatan Sewon dan Kecamatan Bambanglipuro (Bantul); dan varitas Pepe terjadi di Kecamatan Sewon (Bantul). Tabel 17 Rata-rata Komponen Mutu Gabah menurut Kualitas, Agustus - Oktober 2016 Kelompok Kualitas Kadar Air (KA) Kadar Hampa/Kotoran (KH) Ags 2016 Sep 2016 Okt 2016 Ags 2016 Sep 2016 Okt 2016 (5) (6) (7) GKG - - - - - - GKP 13,98 14,52 12,57 6,89 7,62 7,43 Kualitas Rendah 29,92 22,08 28,34 8,40 10,09 13,89 14

Rp/Kg Selama tiga bulan terakhir, komponen mutu gabah relatif berfluktuasi dari bulan ke bulan. Rata-rata KA dan KH gabah kualitas GKP masing-masing sebesar 12,57 persen dan 7,43 persen, sedangkan gabah kualitas rendah pada bulan Oktober 2016 memiliki rata-rata KA dan KH masingmasing sebesar 28,34 persen dan 13,89 persen. Tabel 18 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan menurut Kualitas Agustus - Oktober 2016 Kelompok Kualitas Tingkat Petani (Rp / Kg) Ags 2016 Sep 2016 Okt 2016 Perub (4) thd (3) (%) Tingkat Penggilingan (Rp / Kg) Ags 2016 Sep 2016 Okt 2016 Perub (8) thd (7) (%) (5) (6) (7) (8) (9) GKG - - - - - - - - GKP 4.687,18 4.689,71 4.873,08 3,91 4.737,18 4.739,71 4.923,08 3,87 Kualitas Rendah 3.892,53 4.166,67 4.060,00-2,56 3.942,53 4.216,67 4.110,00-2,53 Dibandingkan September 2016, rata-rata harga gabah kualitas GKP naik 3,91 persen menjadi Rp. 4.873,08 per kg di tingkat petani dan naik 3,87 persen menjadi Rp. 4.923,08 per kg di tingkat penggilingan. Sebaliknya rata-rata harga gabah kualitas rendah turun sebesar 2,56 persen menjadi Rp. 4.060,00 per kg di tingkat petani dan turun 2,53 persen menjadi Rp. 4.110,00 per kg di tingkat penggilingan. Gambar 1 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Penggilingan Daerah Istimewa Yogyakarta, Oktober 2015 - Oktober 2016 5600 5400 5200 5000 4800 4600 4400 4200 4000 3800 3600 3400 3200 3000 Oct-15 Nov-15 Dec-15 Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 May-16 Jun-16 Jul-16 Aug-16 Sep-16 Oct-16 GKG GKP Kualitas Rendah HPP GKG HPP GKP 15