Pengantar Diskusi Kinerja APBD Sulsel. Oleh. Syamsuddin Alimsyah Koor. KOPEL Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
1. Perkembangan Umum dan Arah Perencanaan

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK)

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro)

Info Singkat Kemiskinan dan Penanggulangan Kemiskinan

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro)

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI SELATAN

C UN MURNI Tahun

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro)

SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN PADA ACARA FORUM NASIONAL II: JARINGAN KEBIJAKAN KESEHATAN INDONESIA. Makasar, 28 September 2011

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEK KOMPETENSI SEKOLAH SMA/MA (Daya Serap UN Murni 2014)

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

IPM 2013 Prov. Kep. Riau (Perbandingan Kab-Kota)

AKSES PELAYANAN KESEHATAN. Website:

PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA (INDONESIAN NUTRITION ASSOCIATION) PROVINSI SULAWESI SELATAN

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

EVALUASI KEGIATAN FASILITASI PUPUK DAN PESTISIDA TAHUN 2013

BOX UMKM : PERKEMBANGAN PEMBIAYAAN KOMODITAS 'GERBANG EMAS' OLEH PERBANKAN SULAWESI SELATAN

Tinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. LKPJ Gubernur Sulawesi Selatan Tahun

BERHASILKAH GARAM BERYODIUM SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENURUNAN GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM (GAKY) DI INDONESIA?

POTRET KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN FEBRUARI 2014

EVALUASI PEMBANGUNAN PENDIDIKAN (Indikator Makro)

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara,

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN APRIL 2016

KESEHATAN ANAK. Website:

PEMETAAN DAN KAJIAN CEPAT

PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JUNI 2016

PEMBIAYAAN KESEHATAN. Website:

CEDERA. Website:

Propinsi Kelas 1 Kelas 2 Jumlah Sumut Sumbar Jambi Bengkulu Lampung

LAPORAN MINGGUAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN PERIODE 18 MEI 2018

5. PROFIL KINERJA FISKAL, PEREKONOMIAN, DAN KEMISKINAN SEKTORAL DAERAH DI INDONESIA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Analisis Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SULAWESI SELATAN AGUSTUS 2014

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN FEBRUARI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI BENGKULU TRIWULAN I TAHUN 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MARET 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN FEBRUARI 2016

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN TERPADU PENANGGULANGAN KEMISKINAN

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana Pemerintah

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN APRIL 2017

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN AGUSTUS 2011

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2017

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

ProfilAnggotaDPRdan DPDRI Pusat Kajian Politik Departemen Ilmu Politik FISIP UniversitasIndonesia 26 September 2014

Disabilitas. Website:

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN AGUSTUS 2017

DESKRIPTIF STATISTIK RA/BA/TA DAN MADRASAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JUNI 2017

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) (Metode Baru)

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

DESKRIPTIF STATISTIK PONDOK PESANTREN DAN MADRASAH DINIYAH

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2012

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UPSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2015

TABEL 1 LAJU PERTUMBUHAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA (Persentase) Triw I 2011 Triw II Semester I 2011 LAPANGAN USAHA

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

KATA PENGANTAR. Kata Pengantar. iii

Perkembangan Nilai Tukar Petani Dan Harga Produsen Gabah Bulan Oktober 2017

INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016

VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN FEBRUARI 2013

KEBIJAKAN STRATEGIS PNPM MANDIRI KE DEPAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN AGUSTUS 2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN I-2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN APRIL 2015

Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *)

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tidak diragukan lagi Indonesia memiliki kekayaan alam yang

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2016

ISU STRATEGIS PROVINSI DALAM PENYUSUNAN RKP 2012

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2015

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2016

Transkripsi:

04/03/2012 Pengantar Diskusi Kinerja APBD Sulsel Oleh Syamsuddin Alimsyah Koor. KOPEL Indonesia Latar Belakang Provinsi Sulsel sebagai pintu gerbang Indonesia Timur?? Dari segi kesehatan keuangan suatu daerah?? apakah pertumbuhan ekonomi 9 persen karena APBD? Atau dominan faktor lain. Atau... Sokongan dari daerah yang secara ekonomi sangat kuat?? Sulsel sesungguhnya selalu tidak taat klender anggaran. Pencapaian MDGs 2015 1

04/03/2012 2

04/03/2012 Sebagai Gerbang Timur Gubernur Sayang sangat Ambisius positif ingin menjadikan Sulsel setidaknya sebagai daerah yang mampu diperhitungkan di tingkat nasional 10 terbaik dalam pemenuhan hak dasar 3

04/03/2012 VISI GUBERNUR SULAWESI SELATAN DIMENSI DAN INDIKATOR IPM Dimensi Kesehatan Pendidikan Daya Beli Indikator Angka Harapan Hidup Angka Melek Huruf Rata-Rata Lama Sekolah Pengeluaran per kapita sebulan Dimensi dan Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengukur tiga dimensi pokok pembangunan manusia yang dinilai mencerminkan status kemampuan dasar penduduk, yaitu : 1. Umur panjang dan sehat yang mengukur peluang hidup 2. Berpengetahuan dan berketerampilan 3. Akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai standar hidup layak 4

04/03/2012 Visi Dinas Kesehatan Permasalahan pokok bidang kesehatan, maka dirumuskan Visi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan sebagai berikut : Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan sebagai Sepuluh Terbaik dalam Penerapan Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan secara profesional menuju masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat Indikator capaian visi misi Indikator sasaran Jenis dan jumlah SDM kesehatan sesuai standar nasional Penyediaan obat sesuai kebutuhan sebesar $ 9 perkapita diluar obat program Anggaran kesehatan minimal sebesar 15% dari total APBD 5

04/03/2012 PENDAPATAN DAERAH Trend Pendapatan 2010-2012 4.500.000.000.000,00 4.000.000.000.000,00 3.500.000.000.000,00 3.000.000.000.000,00 2.500.000.000.000,00 2.000.000.000.000,00 1.500.000.000.000,00 1.000.000.000.000,00 500.000.000.000,00 - APBD 2010 APBD P 2010 APBD 2011 APBD P 2011 APBD 2012 Trend Pendapatan 2.443.678.275.3 2.493.615.885.3 2.872.469.769.3 3.098.539.929.6 4.228.794.652.8 Pendapatan daerah Sulawesi Selatan dari tahun 2010-2012 mengalami peningkatan rata-rata 47 % PENDAPATAN ASLI DAERAH Trend PAD 2010-2012 2.500.000.000.000 2.000.000.000.000 1.500.000.000.000 1.000.000.000.000 500.000.000.000 0 APBD 2010 APBD P 2010 APBD 2011 APBD P 2011 APBD 2012 Trend PAD 1.430.079.184.8 1.460.045.910.9 1.782.147.365. 1.963.358.819.4 2.312.460.975.5 Pendapatan Asli daerah Sulawesi Selatan dari tahun 2010-2012 mengalami peningkatan rata-rata 46 % 6

04/03/2012 DANA TRANFERAN Trend Dana Perimbangan 1.400.000.000.000,00 1.200.000.000.000,00 1.000.000.000.000,00 800.000.000.000,00 600.000.000.000,00 400.000.000.000,00 200.000.000.000,00 0,00 APBD APBD P APBD APBD P APBD 2010 2010 2011 2011 2012 Trend Dana Perimbangan 954.632.358.70974.603.242.671.090.322.403.1.091.119.360.1.275.349.574. BELANJA DAERAH 2010-2012 Trend Belanja Daerah 4.500.000.000.000,00 4.000.000.000.000,00 3.500.000.000.000,00 3.000.000.000.000,00 2.500.000.000.000,00 2.000.000.000.000,00 1.500.000.000.000,00 1.000.000.000.000,00 500.000.000.000,00 - APBD 2010 APBD P APBD 2011 APBD P APBD 2012 2010 2011 Trend Belanja Daerah 2.505.512.230.1 2.706.432.203.9 2.972.277.538.3 3.377.354.676.0 4.379.494.652.8 Dana Perimbangan Sulawesi Selatan dari tahun 2010-2012 mengalami peningkatan rata-rata 55 % 7

04/03/2012 Bagaimana dgn IPM? BELANJA TIDAK LANGSUNG 2010-2012 Trend BTL 3.500.000.000.000,00 3.000.000.000.000,00 2.500.000.000.000,00 2.000.000.000.000,00 1.500.000.000.000,00 1.000.000.000.000,00 500.000.000.000,00 - APBD 2010 APBD P 2010 APBD 2011 APBD P 2011 APBD 2012 Trend BTL 1.635.271.598.78 1.622.833.170.87 1.847.672.901.03 1.985.130.248.32 3.271.280.359.06 Belanja Tidak Langsung Sulawesi Selatan dari tahun 2010-2012 mengalami peningkatan rata- rata 62 % 8

04/03/2012 Belanja Hibah dan Bansos 1.000 900 800 700 600 500 400 300 200 100-937 70 86 87105 Hibah 27 27 22 16 Bansos 2010 2010 P 2011 2011 P 2012 Belanja hibah dan Bansos menyedot 41,24% dari PAD atau 21 % dari total belanja BELANJA LANGSUNG 2010-2012 Trend Belanja Langsung 1.400.000.000.000,00 1.200.000.000.000,00 1.000.000.000.000,00 800.000.000.000,00 600.000.000.000,00 400.000.000.000,00 200.000.000.000,00 - APBD 2010 APBD P 2010 APBD 2011 APBD P 2011 APBD 2012 Trend Belanja Langsung 870.240.631.334, 1.083.599.033.03 1.124.604.637.35 1.392.224.427.69 1.108.214.293.79 Menarik belanja tidak langsung 2012 naik, tapi belanja langsung berkurang turun. Terutama di belanja modal 9

04/03/2012 Belanja Modal 600 500 400 300 200 100-273 APBD 2010 369 APBD P 2010 Belanja modal 420 APBD 2011 504 APBD P 2011 338 APBD 2012 APBD 2010 APBD P 2010 APBD 2011 APBD P 2011 APBD 2012 Belanja modal yang menyentuh langsung pada masyarakat hanya 338 miliar atau 7,7 % dari Total Belanja 10

04/03/2012 Contoh Alokasi Anggaran 11

04/03/2012 12

POSTUR BELANJA DAERAH DAN KINERJA SEKTORAL PEMBANGUNAN SULAWESI SELATAN AGUSSALIM PENELITI PADA PUSLITBANG KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN (P3KM) UNIVERSITAS HASANUDDIN Total Belanja Daerah Menurut Kab./Kota, 2011 1.600,00 1.400,00 1.200,00 1.000,00 800,00 600,00 400,00 200,00 0,00 Makassar Bulukumba Bone Sidrap Wajo Gowa Pinrang Pangkep Pare-Pare Soppeng Maros Luwu Timur Tana Toraja Luwu Utara Luwu Sinjai Takalar Enrekang Jeneponto Palopo Barru Selayar Bantaeng Kabupaten/kota dengan Belanja Daerah terendah (di bawah Rp 500 miliar) adalah Bantaeng, Selayar, Barru, Palopo, dan Jeneponto. 1

Total Belanja Daerah Per Kapita Menurut Kab./Kota, 2011 5.000.000 4.500.000 4.000.000 3.500.000 3.000.000 2.500.000 2.000.000 1.500.000 1.000.000 500.000 0 Kabupaten/kota dengan Belanja Daerah Per Kapita terendah adalah Kabupaten Gowa, Bone, Makassar, Jeneponto, dan Luwu. Belanja Daerah Per Kapita Kota Pare-Pare (tertinggi) hampir lima kali lipat dari Kabupaten Gowa (terendah). Peningkatan Belanja Pegawai dan Total Belanja Daerah Kab./Kota, 2005-2011 18.000.000 16.000.000 14.000.000 12.000.000 10.000.000 8.000.000 6.000.000 4.000.000 2.000.000 0 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Belanja Pegawai Belanja Daerah Belanja Modal Selama periode 2005-2011, belanja pegawai kabupaten/kota meningkat hampir empat kali lipat, belanja modal meningkat hanya dua setengah kali lipat, dan total belanja daerah meningkat sekitar tiga kali lipat. Peningkatan belanja pegawai yang lebih cepat dibanding total belanja daerah menyebabkan proporsi belanja pegawai meningkat terhadap total belanja daerah. 2

Proporsi Belanja Pegawai Terhadap Total Belanja Daerah Menurut Kab./Kota, 2011 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 71,00 74,21 57,7858,1858,2560,2160,2562,3663,8263,9764,7366,34 46,8547,6849,2149,5950,4152,1553,28 55,5656,0956,40 44,40 Tahun 2011, secara rata-rata, proporsi belanja pegawai terhadap total belanja daerah kabupaten/kota mencapai 57,55%, meningkat dibandingkan tahun 2005 (49,83%), Kabupaten Jeneponto tertinggi, Kabupaten Luwu Timur terendah. Belanja Pegawai Per PNS Menurut Kab./Kota, 2009 50.000.000 45.000.000 40.000.000 35.000.000 30.000.000 25.000.000 20.000.000 15.000.000 10.000.000 5.000.000 0 Luwu Timur Makassar Takalar Enrekang Palopo Pare-Pare Sidrap Pinrang Pangkep Bantaeng Luwu Utara Gowa Soppeng Wajo Jeneponto Maros Sinjai Luwu Bone Barru Bulukumba Tana Toraja Selayar Kabupaten Selayar terendah, rata-rata Rp 21.105.257 per PNS per tahun; Kabupaten Luwu Timur tertinggi, rata-rata Rp 49.738.321 per PNS per tahun. 3

Proporsi Belanja Modal Terhadap Total Belanja Daerah Menurut Kab./Kota, 2011 40,00 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 14,65 15,2415,9015,9716,0017,2017,3118,10 10,55 11,7813,0813,35 23,35 19,1519,3119,54 20,6422,02 28,6728,76 29,3130,10 35,09 Tahun 2011, secara rata-rata, proporsi belanja modal terhadap total belanja daerah kabupaten/kota sebesar 19,44%, menurun dibandingkan tahun 2005 (22,76%), Kabupaten Barru tertinggi, Kabupaten Selayar terendah. Belanja Modal Per Kapita Menurut Kab./Kota, 2011 1.400.000 1.200.000 1.000.000 800.000 600.000 400.000 200.000 0 Belanja modal per kapita terendah (di bawah Rp 200.000 per orang) adalah Kota Makassar, Kabupaten Gowa, Jeneponto. Kota Pare-Pare tertinggi, Kota Makassar terendah. 4

Matriks Indikator Belanja Daerah Menurut Kab./Kota Total Belanja Daerah (5 Terendah) Belanja Daerah Perkapita (5 Terendah) Proporsi Belanja Pegawai (5 Tertinggi) Peningkatan Belanja Pegawai (5 Tertinggi) Belanja Pegawai Per PNS (5 Tertinggi) Proporsi Belanja Modal (5 Terendah) Belanja Modal Per Kapita (5 Terendah) Bantaeng Gowa Jeneponto Luwu Timur Luwu Timur Selayar Makassar Selayar Bone Bulukumba Jeneponto Makassar Makassar Gowa Barru Makassar Gowa Takalar Takalar Jeneponto Jeneponto Palopo Jeneponto Soppeng Enrekang Enrekang Luwu Luwu Jeneponto Luwu Palopo Luwu Utara Palopo Gowa Bone Proporsi Belanja Berdasarkan Sektor di Sulsel (Prov.+Kab./Kota) 2,34 12,85 20,89 Tahun 2005 8,25 45,01 10,67 12,60 Tahun 2011 2,62 30,27 Pendidikan Kesehatan 33,48 11,05 9,99 Infrastruktur Pemerintahan Umum Pertanian Lainnya 5

ANALISIS SEKTOR STRATEGIS: PENDIDIKAN Total Belanja Daerah dan Belanja Sektor Pendidikan, 2005-2011 Rp Miliar 20.000,00 18.000,00 16.000,00 14.000,00 12.000,00 10.000,00 8.000,00 6.000,00 4.000,00 2.000,00 0,00 16.694,20 17.275,34 13.913,05 13.857,05 11.345,05 7.939,67 5.726,56 5.063,47 5.229,86 2.817,51 3.322,87 3.854,09 1.255,07 1.608,15 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Total Belanja Pendidikan Total Belanja Daerah Proporsi belanja sektor pendidikan terhadap total belanja daerah di Sulsel sudah di atas 20 persen dengan kecenderungan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. 6

Total Belanja Pendidikan (Prov.+Kab./Kota) Sulsel Rp Miliar 6.000,00 5.000,00 4.000,00 3.000,00 2.000,00 1.000,00 0,00 4.989,69 5.157,29 3.771,39 3.247,79 2.739,30 1.194,20 1.519,98 60,86 88,18 78,21 75,08 82,71 73,78 72,57 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Belanja Pendidikan Kab/Kota Belanja Pendidikan Provinsi Belanja untuk sektor pendidikan di Sulsel meningkat empat kali lipat selama periode 2005-2011. Komposisi Belanja Pendidikan Menurut Jenis Belanja 6.000,00 Rp Miliar 5.000,00 4.000,00 3.000,00 2.000,00 1.000,00 0,00 617,22 361,24 643,60 819,55 330,31 485,95 176,02 176,34 4.085,02 304,39 2.880,18 109,57 164,58 172,66 2.155,55 2.326,98 975,84 1.129,71 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Belanja Lainnya Belanja Modal Belanja Barang dan Jasa Belanja Pegawai Porsi belanja pegawai relatif sangat besar, yaitu mencapai lebih dari 70 persen dari total belanja sektor pendidikan. 7

Perbandingan Komposisi Belanja Pendidikan Menurut Jenis Belanja Antara Provinsi dengan Kab./Kota Kabupaten/Kota Provinsi 6,84% 12,35% 26,70% 1,24% 80,80% 72,06% Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal Proporsi belanja pegawai dan belanja modal untuk sektor pendidikan di kab./kota relatif lebih besar dibandingkan dengan di provinsi. Belanja Urusan Pendidikan dan Pendidikan Gratis Rp Miliar 350,00 300,00 250,00 200,00 150,00 100,00 50,00 0,00 193,59 174,96 213,55 190,10 60,86 88,18 78,21 75,08 82,71 73,78 72,57 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Belanja Pendidikan Gratis Belanja Urusan Pendidikan Anggaran yang dialokasikan untuk belanja pendidikan gratis hampir tiga kali lipat lebih besar dari belanja urusan pendidikan Pemerintah Sulsel. 8

Rasio Sekolah Murid di Sulsel 400 350 300 250 200 150 100 50 0 331 346 298 305 292 243 251 248 227 242 170 160 161 165 168 2005 2006 2007 2008 2009 Rasio Sekolah-Murid SD Rasio Sekolah-Murid SMP Rasio Sekolah-Murid SMA Rasio sekolah-murid pada semua jenjang pendidikan relatif konstan selama periode 2005-2009. Semakin tinggi jenjang pendidikan, semakin besar rasio sekolah-murid. Rasio Guru Murid di Sulsel 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 0,0 21,7 21,2 18,9 17,8 14,9 15,1 14,0 14,4 12,9 13,0 13,4 13,9 12,5 12,1 11,7 2005 2006 2007 2008 2009 Rasio Guru-Murid SD Rasio Guru-Murid SMP Rasio Guru-Murid SMA Rasio guru-murid pada semua jenjang pendidikan menunjukkan perbaikan selama periode 2005-2009. Semakin tinggi jenjang pendidikan, semakin kecil rasio guru-murid. 9

Angka Partisipasi Sekolah (APS), 2009 SMA/SMK/MA 51,67 55,16 Sulsel Indonesia SMP/MTs 80,96 85,47 SD/MI 96,53 97,95 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 APS Sulsel pada semua jenjang pendidikan masih berada di bawah Nasional; Kesenjangan yang cukup tajam antara APS Sulsel dan Nasional terjadi pada jenjang pendidikan SMP/MTs. Angka Partisipasi Sekolah Menurut Gender Tahun 7 12 tahun (SD/MI) 13 15 tahun (SMP/MTs) 16 18 tahun (SMA/SMK/MA) Laki Laki Perempuan Laki Laki Perempuan Laki Laki Perempuan 2006 94.53 95.66 77.18 79.69 49.58 52.25 2007 94.79 95.75 77.12 79.74 49.65 53.06 2008 95.31 95.95 77.16 79.89 49.98 53.06 2009 95.93 97.19 79.86 82.04 51.30 51.94 Perempuan memiliki tingkat APS yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki pada semua jenjang pendidikan. 10

Angka Melek Huruf, 2010 2010 87,65 92,95 2009 87,02 92,58 2008 2007 86,53 86,24 92,19 91,87 Sulsel Indonesia 2006 85,70 91,45 2005 84,60 90,91 80,00 82,00 84,00 86,00 88,00 90,00 92,00 94,00 Angka melek huruf Sulsel berada jauh di bawah angka Nasional; Angka ini telah menarik turun capaian IPM Sulsel; Capaian saat ini masih sangat jauh dari target RPJMD. Angka Melek Huruf Menurut Provinsi, 2010 100,00 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 Papua NTB Sulsel Bali Sulbar Jatim NTT Jateng Kalbar DIY Yogya Sultra Indonesia Papua Barat Lampung Bengkulu Babel Kalsel Jambi Gorontalo Malut Sulteng Banten Jabar Kep. Riau NAD Sumbar Kaltim Sumut Sumsel Kalteng Maluku Riau DKI Jakarta Sulut Sulsel menempati posisi ketiga terbawah secara Nasional, setelah Papua dan NTB; 11

Angka Melek Huruf Menurut Kab./Kota, 2009 % 120,00 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 0,00 Angka melek huruf terendah adalah Kab. Jeneponto, Bantaeng, dan Gowa; Angka melek huruf daerah kota relatif lebih tinggi dibandingkan dengan daerah kabupaten. Rata-Rata Lama Sekolah, 2007-2010 Target 2013 8,50 2010 7,80 7,90 2009 2008 7,40 7,30 7,50 7,70 Sulsel Indonesia 2007 7,20 7,40 6,50 7,00 7,50 8,00 8,50 Angka rata-rata lama sekolah Sulsel masih berada di bawah angka Nasional; Angka rata-rata lama sekolah Sulsel meningkat tajam pada tahun 2010; Capaian saat ini masih sangat jauh dari target RPJMD. 12

Rata-Rata Lama Sekolah Menurut Kab./Kota, 2009 12,00 10,00 Tahun 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 Kab. Bantaeng Kab. Jeneponto Kab. Wajo Kab. Takalar Kab. Bone Kab. Maros Kab. Gowa Kab. Pangkep Kab. Bulukumba Kab. Sinjai Kab. Selayar Kab. Soppeng Kab. Luwu Utara Kab. Toraja Utara Kab. Sidrap Kab. Pinrang Kab. Barru Prov. Sulsel Kab. Tana Toraja Kab. Luwu Kab. Luwu Timur Kab. Enrekang Kota Pare Pare Kota Palopo Kota Makasar Rata-rata lama sekolah terendah adalah Kab. Bantaeng, Jeneponto, dan Gowa; Rata-rata lama sekolah daerah kota relatif lebih tinggi dibandingkan dengan daerah kabupaten. ANALISIS SEKTOR STRATEGIS: KESEHATAN 13

Total Belanja Daerah dan Belanja Sektor Kesehatan, 2005-2011 Rp Miliar 20.000,00 15.000,00 10.000,00 5.000,00 0,00 8,25 8,13 5.726,56 7.939,67 8,70 9,00 11.384,68 13.913,05 10,25 10,42 10,01 12,00 10,00 14.002,61 16.694,88 17.237,85 8,00 472,29 645,34 990,74 1.252,13 1.435,38 1.739,36 1.725,54 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Total belanja kesehatan provinsi dan kab/kota Total belanja daerah Prosentase belanja kesehatan terhadap belanja daerah 6,00 4,00 2,00 0,00 Proporsi (%) Proporsi belanja sektor kesehatan terhadap total belanja daerah di Sulsel terus meningkat, meskipun cenderung fluktuatif; Tahun 2005, proporsi belanja kesehatan terhadap total belanja daerah sebesar 8,25 persen, dan meningkat menjadi 10,42 persen tahun 2010. Perkembangan Total Belanja Kesehatan di Sulsel 2.000,00 1.800,00 1.600,00 1.400,00 1.200,00 1.000,00 800,00 600,00 400,00 200,00 0,00 1.739,36 1.725,54 1.435,38 1.252,13 990,74 645,34 472,29 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Total belanja kesehatan (provinsi dan kabupatan/kota) di Sulsel mengalami peningkatan sebesar empat kali lipat selama periode 2005-2011. 14

Komposisi Belanja Kesehatan Menurut Jenis Belanja Rp Miliar 1.200,00 1.000,00 800,00 600,00 400,00 200,00 0,00 264,27 299,55 219,35 105,95 93,30 79,19 964,04 791,64 693,19 599,23 568,29 495,02 452,42 368,34 387,82 452,71 290,27 284,57 354,36 193,21 248,05 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Belanja Lainnya Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal Proporsi belanja pegawai di sektor kesehatan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi belanja modal dan belanja barang dan jasa; Pada tahun 2011, proporsi belanja pegawai mencapai 53,87 persen, sedangkan proporsi belanja barang dan jasa dan belanja modal masingmasing 32,93 persen dan 17,88 persen Perbandingan Komposisi Belanja Kesehatan Menurut Jenis Belanja Antara Provinsi dengan Kab./Kota, 2010 Kabupaten/Kota Provinsi Belanja Modal 27% Belanja Barang dan Jasa 28% Belanja Pegawai 45% Belanja Modal 20% Belanja Barang dan Jasa 32% Belanja Pegawai 48% Belanja pegawai mendominasi total belanja kesehatan, baik di provinsi maupun kabupaten/kota; Komposisi belanja sektor kesehatan relatif simetris antara provinsi dengan kabupaten/kota. 15

Angka Kematian Bayi, 2005-2009 AKB per 1.000 kelahiran hidup 30 29 28 27 26 25 24 30 28,9 29,1 28,2 28,2 27,5 27,4 26,8 26,6 26,2 2005 2006 2007 2008 2009 Nasional Sulawesi Selatan Saat ini, AKI Sulsel masih tinggi dari angka Nasional; AKI Sulsel menunjukkan penurunan secara konsisten; Angka Kematian Ibu Melahirkan, 2005-2009 160 140 120 100 80 60 40 20 0 143 133 121 118 2006 2007 2008 2009 Meski lambat, AKI Sulsel menunjukkan tren menurun; 16

Status Gizi Buruk, 2007-2009 Tahun Bayi Berat Badan Lahir Rendah Daerah dengan Kasus Tertinggi Daerah dengan Kasus Terendah 2007 2.416 orang Sidrap Palopo 2008 1.998 orang Makassar Jeneponto 2009 2.040 orang Makassar Barru Kasus gizi buruk masih cukup tinggi di Sulsel. Daerah dengan kasus gizi buruk tertinggi adalah Kota Makasar. Angka Harapan Hidup, 2007-2010 Target 2013 2010 70,8 70,9 73,7 2009 2008 2007 70,6 70,7 70,4 70,5 70,2 70,4 Sulsel Indonesia 68,0 69,0 70,0 71,0 72,0 73,0 74,0 Saat ini, AHH Sulsel masih berada di bawah Nasional; AHH Sulsel semakin berhimpit dengan AHH Nasional; Capaian AHH Sulsel masih jauh dari target RPJMD. 17

ANALISIS SEKTOR STRATEGIS: INFRASTRUKTUR Total Belanja Daerah dan Belanja Sektor Infrastruktur, 2005-2011 Rp Miliar 20.000 15.000 10.000 5.000 0 16.694 17.275 13.913 13.857 11.345 7.940 5.727 611 1.196 1.804 2.261 2.341 2.228 1.908 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Total Belanja Infrastruktur (Prov. + Kab./Kota) Total Belanja Daerah (Prov. + Kab./Kota) Belanja sektor infrastruktur (prov. + kab./kota) di Sulsel meningkat lebih dari tiga kali lipat selama periode 2005-2011. Proporsi belanja infrastruktur terhadap total belanja daerah menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat. 18

Komposisi Belanja Infrastruktur Menurut Jenis Belanja 2.500 Rp Miliar 2.000 1.500 1.000 858 1.535 1.909 1.966 1.856 1.496 500 0 403 209 137 183 180 193 216 132 132 76 128 170 195 180 196 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Belanja Pegawai Belanja Barang & Jasa Belanja Modal Belanja sektor infrastruktur didominasi oleh belanja modal. Tahun 2005, proporsi belanja modal terhadap total belanja infrastruktur mencapai 66,0% dan meningkat menjadi 78,41% pada tahun 2011. Proporsi belanja pegawai terhadap total belanja infrastruktur cenderung menurun. Jumlah pesawat, penumpang, dan barang yang melalui Bandar Udara Sultan Hasanuddin, Makassar 2005 2006 2007 2008 2009 Pesawat Datang (Unit) 21,214 22,441 24,247 24,533 24,425 Pesawat Berangkat (Unit) 21,080 22,419 24,257 24,536 24,448 Penumpang Datang (Orang) 1,389,117 1,421,248 1,514,914 1,579,822 1,781,443 Penumpang Berangkat (Orang) 1,323,435 1,509,649 1,646,318 1,751,558 1,865,029 Penumpang Transit (Orang) 931,501 1,076,823 1,299,969 1,320,518 1,268,287 Bongkar Bagasi (Ton) 16,667 19,030 20,085 20,685 21,932 Bongkat Kargo (Ton) 16,069 16,398 16,550 17,934 18,513 Muat Bagasi (Ton) 14,417 30,197 32,918 17,558 19,806 Muat Kargo (Ton) 14,952 25,684 26,313 14,435 13,586 Selama periode 2005-2009, penggunaan moda transportasi udara untuk pergerakan pesawat, manusia dan barang menunjukkan peningkatan. 19

Jumlah penumpang dan barang yang melalui Pelabuhan Laut Soekarno-Hatta, Makassar 2005 2006 2007 2008 2009 Penumpang Naik (Orang) 426,462 418,434 409,667 552,041 510,869 Penumpang Turun (Orang) 348,048 324,399 359,359 384,438 365,174 Bongkar Dalam Negeri (Ton) 1,499,747 1,368,806 1,402,992 1,649,285 1,419,795 Muat Dalam Negeri (Ton) 1,269,857 1,310,291 1,146,982 910,601 637,155 Bongkar Luar Negeri (Ton) 669,460 784,901 820,858 724,301 828,451 Muat Luar Negeri (Ton) 855,350 885,750 688,947 446,593 288,607 Secara umum, selama periode 2005-2009, penggunaan moda transportasi laut meningkat untuk pergerakan penumpang, tetapi menurun untuk pergerakan barang. Infrastruktur Dasar Pulau Sulawesi, 2009 Persen 120 100 80 60 40 45 83 96 33 76 62 45 71 90 85 79 78 66 57 59 34 26 26 43 79 93 Akses air bersih Sanitasi Layak Akses listrik 20 0 Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Nasional Sulsel terbaik kedua di Pulau Sulawesi dalam hal infrastruktur dasar, sesudah Sulut; Dibandingkan dengan Nasional, Sulsel lebih baik dalam hal akses air bersih, tetapi buruk dalam hal sanitasi dan akses listrik. 20

Kondisi Infrastruktur Jalan di Sulsel, 2010 18.000 16.000 17.421 18.000 16.000 14.757 14.745 16.627 14.000 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0 11.958 7.229 6.159 6.687 4.741 4.243 4.081 2007 2009 Baik Sedang Rusak Ringan Rusak Berat 14.000 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0 7.282 6.880 1.643 586 0 2007 2009 Aspal Kerikil Tanah Tidak Dirinci Panjang jalan dengan kondisi baik meningkat, tetapi kondisi rusak berat juga meningkat; Panjang jalan dengan jenis permukaan aspal meningkat, tetapi jenis permukaan tanah juga meningkat; Proporsi jalan dengan kondisi rusak ringan dan berat mencapai sepertiga dari total panjang jalan. Jaringan Irigasi di Sulsel, 2010 52,96% 26,70% 7,51% 12,83% Irigasi Teknis Irigasi Semi-Teknis Irigasi Sederhana Non-Irigasi Lebih dari setengah luas lahan sawah di Sulsel sama sekali tidak memiliki jaringan irigasi (sawah tadah hujan); Dari total luas lahan sawah di Sulsel, hanya sekitar seperempat yang memiliki irigasi teknis. 21

ANALISIS SEKTOR STRATEGIS: PERTANIAN Total Belanja Daerah dan Belanja Sektor Pertanian, 2005-2011 Rp Miliar 20.000 15.000 10.000 5.000 0 16.694 17.275 13.913 13.857 11.345 7.940 5.727 134 217 361 426 360 404 453 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Total Belanja Pertanian (Prov. + Kab./Kota) Total Belanja Daerah (Prov. + Kab./Kota) Selama periode 2005-2011, belanja sektor pertanian (provinsi+ kab./ kota) di Sulsel meningkat hampir empat kali lipat. 22

Komposisi Belanja Sektor Pertanian Menurut Klasifikasi Ekonomi 250 Rp Miliar 200 150 100 83 101 73 165 85 111 200 117 108 172 101 86 186 117 102 203 126 124 50 25 26 43 0 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Belanja Pegawai Belanja Barang & Jasa Belanja Modal Komposisi belanja sektor pertanian menurut klasifikasi ekonomi didominasi oleh belanja pegawai, namun dengan kecenderungan yang semakin menurun. Total Belanja Sektor Pertanian Provinsi dan Kab./Kota 400.000.000.000,00 350.000.000.000,00 300.000.000.000,00 250.000.000.000,00 200.000.000.000,00 150.000.000.000,00 100.000.000.000,00 50.000.000.000,00 0,00 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Total Belanja Pertanian Provinsi Total Belanja Pertanian Kabupaten/Kota Baik pada level provinsi maupun kab./kota, belanja sektor pertanian menunjukkan peningkatan tetapi cenderung fluktuatif. 23

Perbandingan Komposisi Belanja Pertanian Menurut Jenis Belanja Antara Provinsi dengan Kab./Kota Provinsi Kabupaten/Kota Belanja Barang dan Jasa 41% Belanja Modal 13% Belanja Pegawai 46% Belanja Modal 35% Belanja Barang dan Jasa 19% Belanja Pegawai 46% Proporsi belanja pegawai di sektor pertanian relatif sama antara provinsi dan kab./kota. Proporsi belanja modal lebih tinggi di kab./kota, sedangkan proporsi belanja barang dan jasa lebih tinggi di provinsi. Total Belanja Sektor Pertanian Menurut Kab./Kota 600.000.000.000,00 500.000.000.000,00 400.000.000.000,00 300.000.000.000,00 200.000.000.000,00 100.000.000.000,00 0,00 Kab. Pinrang mengalokasikan anggaran untuk sektor pertanian paling besar, disusul Kab. Maros dan Sidrap. 24

Belanja Sektor Pertanian Menurut Subsektor 140.000.000.000 120.000.000.000 100.000.000.000 80.000.000.000 60.000.000.000 40.000.000.000 20.000.000.000-2007 2008 2009 2010 2011 Kehutanan Kelautan/Perikanan Peternakan Perkebunan Tanaman Pangan & Hortikultura Belanja sektor pertanian didominasi oleh belanja subsektor tanaman pangan dan hortikultura serta kelautan dan perikanan. Total Produksi Komoditas Unggulan di Sulsel 200,00 150,00 100,00 2008 2009 2010 2013 50,00 0,00 2010 Beras Jagung Ternak Udang Kakao Rumput laut 2008 Volume produksi komoditas unggulan Sulsel bertumbuh sangat pesat dalam tiga tahun terakhir. 25

26

04/03/2012 NURSINI MAKASSAR 28 FEBRUARI 2012 Total Belanja Daerah di Sulawesi Selatan Belanja Klasifikasi Ekonomi Belanja menurut Sektor 1

04/03/2012 Rp Miliar 20.000 18.000 16.000 14.000 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 83 73 74 75 77 1.632 72 72 1.832 2.638 14.052 13.491 1.882 12.826 12.516 11.700 1.564 8.508 701 6.347 19 15 17 14 14 13 14 90 80 70 60 50 40 30 20 Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota Provinsi Porsi Provinsi Porsi Kabupaten 2.000-1.635 1.814 2.252 2.480 2.250 2.642 2.776 2005 2006 2007 2008 2009 2010* 2011** 10 0 Total belanja daerah Sulawesi Selatan meningkat lebih dari dua kali lipat 8.683 miliar pada tahun 2005 meningkat cukup signifikan menjadi Rp 18.327 miliar tahun 2010. Namun pertumbuhannya cukup berfluktuasi selama periode 2005-2010 yang secara rata-rata mencapai 17,04 persen per tahun 2

04/03/2012 Meningkat setiap tahun kecuali pada tahun 2009. Penurunan sektor pemerintahan umum (belanja tidak terduga sekitar 84,63 persen, ) Penurunan infrastruktur (belanja modal sebesar Rp 94 miliar) penurunankesehatan (belanja pegawai sebesar Rp 11 miliar). Porsi belanja yang dikelola oleh pemerintah provinsi rata-rata 15 persen pertahun (2005-2010) Total belanja pemerintah kabupaten/kota dengan rata-rata bertumbuh 18,23 persen pertahun Peningkatan belanja pegawai dengan rata-rata Rp 5.281 miliar Belanja modal rata-rata Rp 2.080 miliar Porsi belanja daerah yang dikelola oleh pemerintah kabupaten/kota rata-rata 74 persen pertahun 3

04/03/2012 5.000.000 4.500.000 4.000.000 3.500.000 Rupiah 3.000.000 2.500.000 2.000.000 1.500.000 1.000.000 500.000 0 Kota Makassar Kabupaten Bone Kabupaten Gowa Kabupaten Bulukumba Kabupaten Luwu Kabupaten Maros Kabupaten Pinrang Kabupaten Jeneponto Kabupaten Wajo Kabupaten Takalar Kabupaten Sinjai Kabupaten Tator Kabupaten Pangkep Kabupaten Luwu Kabupaten Luwu Kabupaten Soppeng Kabupaten Sidrap Kabupaten Bantaeng Kabupaten Barru Kota Palopo Kabupaten Enrekang Kabupaten Selayar Kota Parepare Pendapatan perkapita diatas dari 3 juta rupiah :Kota Pare-Pare (Rp 4.421.556), Kabupaten Selayar (Rp 3.978.295) dan Kabupaten Enrekang (Rp 3.099.597). 4

04/03/2012 Rp Miliar 18.000 16.000 2.096 1.948 14.000 2.056 1.481 1.649 3.734 2.967 12.000 10.000 4.051 4.423 4.043 1.077 2.757 2.865 8.000 916 2.982 2.187 2.318 2.476 6.000 1.761 4.000 1.674 2.294 6.066 6.509 6.766 8.109 8.487 2.000 3.631 3.969 0 Belanja riil 2010=100 2005 2006 2007 2008 2009 2010* 2011** Pegawai Barang dan Jasa Modal Lain-Lain Proporsi terhadap total belanja (provinsi + kabupaten/kota) 100% 80% 60% 40% 20% 0% 11% 10% 12% 13% 10% 13% 12% 22% 29% 29% 29% 21% 22% 16% 15% 45% 38% 43% 43% 46% 49% 52% 2005 2006 2007 2008 27% 22% 18% 17% 17% 18% 2009 2010* 2011** Pegawai Barang dan Jasa Modal Lain-lain Penyumbang terbesar belanja pegawai rata-rata 44% Belanja Modal rata-rata 26,44 persen, Belanja barang dan jasa sebesar 18 persen dan belanja lainnya (bantuan sosial, bantuan keuangan/daerah bawahan, bunga, subsidi, belanja tidak terduga) sebesar 12 persen. 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 1% 1% 29% 31% 19% 17% Provinsi 7% 7% 4% 5% 4% 32% 33% 32% 37% 37% 17% 14% 14% 13% 12% 22% 25% 20% 20% 22% 22% 20% 29% 26% 23% 26% 28% 24% 26% 2005 2006 2007 2008 2009 2010* 2011** Pegawai Barang dan Jasa Modal Transfer Lain-Lain Kabupaten/Kota 100% 1% 0% 6% 6% 4% 3% 5% 3% 3% 3% 5% 3% 2% 3% 90% 80% 23% 19% 31% 31% 32% 30% 24% 70% 17% 60% 50% 22% 14% 21% 16% 16% 40% 30% 50% 47% 41% 46% 49% 53% 58% 20% 10% 0% 2005 2006 2007 2008 2009 2010* 2011** Pegawai Barang dan Jasa Modal Transfer Lain-Lain 1. Belanja pegawai rata-rata 26 persen setiap tahun dan cenderung menurun 1. Belanja pegawai rata-rata 48 persen per tahun, 2. Belanja modal rata-rata 29 persen per tahun. 5

04/03/2012 90,00 % 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 78,67 75,26 70,32 67,81 67,65 66,88 68,61 66,10 63,82 63,86 61,86 60,02 60,17 61,24 61,67 59,46 59,78 57,84 57,99 59,57 58,89 54,32 53,70 55,37 56,98 55,08 56,48 53,83 55,34 55,28 52,16 53,44 53,43 49,23 50,54 50,79 52,55 48,66 49,66 46,46 46,82 47,06 45,02 41,95 41,93 41,27 30,00 20,00 10,00-2005 2006 2007 2008 2009 2010* 2011** Rp Miliar 18.000 16.000 14.000 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 1.604 658 1.668 1.049 2.732 1.959 839 2.030 1.754 3.334 1.951 1.218 3.509 2.474 4.203 2.063 1.378 3.703 2.743 4.781 2.015 1.530 4.159 2.703 3.783 2.224 2.345 1.739 1.625 5.212 5.001 2.477 2.065 4.455 4.535 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% Proporsi belanja sektor terhadap total belanja 20% 19% 18% 17% 16% 15% 16% 8% 8% 9% 9% 10% 10% 10% 21% 20% 25% 24% 28% 31% 31% 13% 17% 18% 18% 18% 15% 13% 34% 32% 26% 27% 24% 25% 27% 0 2005 2006 2007 2008 2009 2010* 2011** 0% 2005 2006 2007 2008 2009 2010* 2011** Lain-Lain Kelautan dan Perikanan Pertanian Kesehatan Pendidikan Infrastruktur Pemerintahan Umum (diluar transfer) Pemerintahan Umum Pendidikan Pertanian Lain-Lain Infrastruktur Kesehatan Kelautan dan Perikanan 6

04/03/2012 2005 2006 2007 2008 2009 2010* 2011** Provinsi Rp M % Rp M % Rp M % Rp M % Rp M % Rp M % Rp M % pemerintahan 414 25 457 25 478 21 496 20 467 21 613 23 606 22 Umum (diluar transfer) Transfer (bagi 479 29 559 31 884 39 995 40 804 36 1,000 38 1,052 38 hasil dan bantuan keuangan) Infrastruktur 174 11 188 10 257 11 406 16 298 13 342 13 416 15 Pendidikan 83 5 116 6 117 5 104 4 108 5 110 4 108 4 Kesehatan 150 9 152 8 167 7 223 9 214 10 232 9 239 9 Pertanian 42 3 43 2 83 4 95 4 100 4 123 5 125 5 Kelautan dan 14 8 16 1 24 1 24 1 32 1 30 1 31 1 Perikanan Lain Lain 278 17 283 16 242 11 138 6 228 10 192 7 198 7 Total 1,635 100 1,814 100 2,252 100 2,480 100 2,250 100 2,642 100 2,776 100 Porsi alokasi belanja terbesar adalah sektor pemerintahan umum, infrastruktur, kesehatan dan pendidikan. 2005 2006 2007 2008 2009 2010* 2011** Kabupaten/Kota Rp M % Rp M % Rp M % Rp M % Rp M % Rp M % Rp M % Pemerintahan Umum (diluar transfer) 2,318 37 2,877 34 3,570 31 4,119 32 3,238 26 3,814 27 3,908 29 Transfer (bagi hasil dan bantuan keuangan) 381 6 475 6 317 3 368 3 319 3 330 2 424 3 Infrastruktur 875 14 1,565 18 2,216 19 2,337 18 2,405 19 2,134 15 1,649 12 Pendidikan 1,585 25 1,913 22 3,392 29 3,599 28 4,052 32 5,028 36 4,893 36 Kesehatan 508 8 687 8 1,052 9 1,155 9 1,315 11 1,507 11 1,386 10 Pertanian 145 2 239 3 361 3 379 3 329 3 369 3 386 3 Kelautan dan Perikanan 69 1 109 1 129 1 142 1 115 1 139 1 153 1 Lain Lain 466 7 642 8 662 6 728 6 744 6 730 5 692 5 6,347 100 8,508 100 11,700 100 12,826 100 12,516 100 14,052 100 13,491 100 -rata-rata porsi alokasi belanja pendidikan terhadap total belanja kab/kota 33 persen per tahun -pengembangan infrastruktur terhadap total belanja kabupaten/kota rata-rata mencapai 17 persen per tahun 7

04/03/2012 6.000 2007 2008 2009 2010* 2011** 5.000 4.000 3.000 2.000 1.000 0 Pelayanan Umum Ketertiban dan ketentraman Ekonomi Lingkungan hidup Perumahan dan fasilitas umum Kesehatan Pariwisata dan budaya Pendidikan Rp Triliun Perlindungan sosial 18.000 porsi belanja urusan wajib 16.000 120 14.000 15.851 15.403 14.389 13.936 100 12.000 13.061 80 Rp Miliar 10.000 8.000 % 60 40 84 84 85 85 83 6.000 4.000 2.000 20 0 16 16 15 15 17 2007 2008 2009 2010* 2011** 0 891 917 985 843 864 2007 2008 2009 2010* 2011** wajib pilihan provinsi kabupaten/kota 8

04/03/2012 Belanja pemerintah daerah di Sulawesi Selatan meningkat dengan tingkat perttumbuhan rata-rata 17,4 persen pertahun periode 2005-2010 Provinsi secara rata-rata 10 persen, Kabupaten/kota rata-rata 18,23 persen Porsi Belanja pegawai mencapai rata-rata 44 persen per tahun Provinsi 26 persen, Kabupaten 48 persen Porsi belanja menurut sektor, didominasi oleh pemerintahan umum tapi cenderung menurun dan sektor pendidikan yang cenderung meningkat 9