BAB I PENDAHULUAN. LKPJ Gubernur Sulawesi Selatan Tahun

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. LKPJ Gubernur Sulawesi Selatan Tahun"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN LKPJ Tahun 2011 ini merupakan LKPJ tahun keempat dari pelaksanaan RPJMD Sulawesi Selatan tahun Berangkat dari keinginan Pemerintah agar Sulawesi Selatan sebagai Provinsi sepuluh terbaik dalam pemenuhan hak dasar, menjadi visi dan aspirasi penyelenggaraan pemerintahan di Sulawesi Selatan. Dengan harapan pada tahun keenam (tahun 2013) maka visi itu diharapkan dapat tercapai. Pembangunan daerah yang telah dilaksanakan selama empat tahun terakhir telah menunjukkan kemajuan yang signifikan dalam pencapaian visi dan misi dan agenda pembangunan yang telah ditetapkan. Ukuran capaian kinerja terhadap kebijakan atas program prioritas yang capaiannya dapat diukur dari kondisi sosial dan kondisi makro ekonomi telah menunjukkan angka yang menggembirakan untuk mencapai pembangunan tahun kelima yaitu tahun Terkait dengan kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah tahun 2011, maka LKPJ Gubernur Tahun 2011 akan menggambarkan kinerja pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan dengan mengacu pada Peraturan Gubernur Nomor 43 Tahun 2010 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011, sebagai alat ukur perencanaan untuk pelaksanaan pembangunan di tahun 2011 ini. Oleh karena itu mengacu pada RKPD Sulsel, pembangunan 2011 diarahkan pada tema Peningkatan Kualitas Pelayanan Kebutuhan Dasar dan Daya Saing Sulawesi Selatan. Tema inilah yang menjadi pedoman dan pegangan arah pembangunan yang berkesinambungan dari tahun ke tahun dan sinergitas antara Program prioritas Pemerintah Pusat, Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota. LKPJ Gubernur Sulawesi Selatan Tahun

2 Dengan demikian terdapat 5 prioritas pembangunan yaitu peningkatan kualitas pelayanan dan pemenuhan hak daerah, pengembangan industri, pengolahan hasil pertanian, pengembangan energi dan infrastruktur wilayah, peningkatan kualitas kelembagaan dan sumberdaya manusia serta peningkatan kaulitas pengelolaan sumber daya alam. Selain itu program strategis terukur lainnya yang bersifat urgent dan memerlukan dukungan serta perhatian pada pembangunan di tahun Dalam 3 tahun secara berkesinambungan telah ditetapkan prioritas yang menjadi acuan tahapan pembangunan di Sulawesi Selatan untuk mempercepat terciptanya aspirasi masyarakat terhadap Sulawesi Selatan sebagai provinsi terbaik. Harapan terhadap terjadinya perbaikan secara bertahap dapat dilakukan antara lain pergeseran data dan informasi terkait dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan produk domestik Bruto dengan memperkuat sinergitas pemerintah, swasta dan masyarakat. Evaluasi terhadap hasil pencapaian pelaksanaan pembangunan yang dituangkan dalam penyelenggaraan pemerintahan tersebut tertuang dalam LKPJ Gubernur Sulawesi Selatan. Hal mana LKPJ merupakan dokumen yang merupakan pengejewantahan amanat perundang-undangan yang menyebutkan bahwa seorang Kepala daerah secara konstitusional memiliki kewajiban untuk melaporkan pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada Pemerintah, DPRD dan masyarakat sesuai dengan pasal 27 ayat 2 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 maka dokumen Laporan Keterangan pertanggungjawaban Gubernur disusun dan diperhadapkan kepada DPRD sebagai dokumen untuk penyempurnaan dan koreksi atas pelaksanaan pembangunan di daerah ini dalam rangka perbaikan pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan pada tahun selanjutnya. LKPJ Gubernur Sulawesi Selatan Tahun

3 Sistematika dan ruang lingkup penyusunan LKPJ telah diatur dalam PP Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat yang kemudian menjadi ruang lingkup uraian atas penyelenggaraan pemerintahan ditinjau dari sisi aspek pelaksanaan urusan, sehingga pencapaian target dari pelaksanaan pembangunan terurai dalam pelaksanaan urusan, maka penguraian dalam pelaksanaan 7 agenda pembangunan akan terukur pada pencapaian pelaksanaan urusan-urusan dan pada akhir dari dokumen ini akan dipaparkan keberhasilan yang telah dicapai oleh pemerintah Provinsi pada pelaksanaan penyelenggaraan Pemerintahan daerah di tahun ketiga ini. A. DASAR HUKUM Pembentukan Provinsi Sulawesi Selatan diatur berdasarkan Undang- Undang Negara Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 1960, yang merupakan gabungan dari Pemerintahan Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Tenggara dan daerah Tingkat I Sulawesi Utara Tengah. yang berkedudukan di Kota Makassar (Lembaran Negara RI Tahun 1960 Nomor 151, tambahan Lembaran Negara RI nomor 2102). Undangundang tersebut di atas, telah diubah dengan Undang Undang Nomor 2 Tahun 1964 Tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah dan daerah Tingkat I Sulawesi Tenggara dengan mengubah Undang-Undang Nomor 47 Tahun 1960 Tentang pembentukan daerah Tingkat I Sulawesi Utara, Tengah dan Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Tenggara (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2068) Selain itu dasar hukum dari pelaksanaan penyelenggaran Pemda sebagai berikut: LKPJ Gubernur Sulawesi Selatan Tahun

4 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3953); 4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara RI Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara RI No. 4286); 5. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 123 Tambahan Lembaran Negara Nomor 5043); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana kerja Pemerintah (lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2004 Nomor 45, tambahan lembaran negara Republik Indonesia Nomor 4385); 7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, tambahan lembaran negara Republik Indonesia Nomor 4421); 8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan LKPJ Gubernur Sulawesi Selatan Tahun

5 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 9. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4438); Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4578); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; 14. Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 15. Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007; LKPJ Gubernur Sulawesi Selatan Tahun

6 16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 56 Tahun 2010 Tentang perubahan atas peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 57 tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah; 17. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; 18. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan pemerintah daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun (lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2008, Nomor: 243) 20. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 12 Tahun 2008 Tentang rencana pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2008 Nomor: 12). Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 11 Tahun 2010 tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Anggaran 2012 (Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2010 Nomor 15); 21. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 8 Tahun 2001 Tentang Perubahan APBD Provinsi Sulawesi Selatan. 22. Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 43 Tahun 2010 Tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Selatan. B. GAMBARAN UMUM DAERAH 1. Kondisi Geografis Daerah a. Luas Wilayah dan Batas Administrasi LKPJ Gubernur Sulawesi Selatan Tahun

7 Provinsi Sulawesi Selatan yang terletak pada bagian selatan Pulau Sulawesi, memiliki luas wilayah kurang lebih ,53 km 2 dan terbagi kedalam 24 kabupaten/kota. Kabupaten Luwu Utara merupakan kabupaten yang memiliki luas wilayah terbesar yakni sekitar 7.502,68 km 2 atau 16,39 persen dari luas wilayah Sulawesi Selatan, sementara itu kabupaten/kota dengan luas wilayah terkecil adalah Kota Parepare dengan luas sekitar 99,33 km 2 atau kurang lebih 0,22 persen dari seluruh wilayah Sulawesi Selatan. Secara geografis posisi Provinsi Sulawesi Selatan terletak antara Bujur Timur dan Lintang Selatan, dengan batas-batas wilayah Sebelah Utara berbatasan dengan Sulawesi Barat, Sebelah Timur dengan Sulawesi Tenggara dan Teluk Bone, sementara di Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar dan di Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Flores. Wilayah Sulawesi Selatan khusunya wilayah daratan mencapai ,53 Km², dimana sebagian besar wilayah daratan berada pada jazirah barat daya Pulau Sulawesi serta sebagian lainnya berada pada jazirah tenggara pulau Sulawesi. b. Topografi dan Iklim Lanskape Sulawesi Selatan membentang dari dataran rendah hingga dataran tinggi, dengan kondisi kemiringan 0 sampai 3 persen merupakan tanah yang relatif datar, 3 sampai dengan 8 persen merupakan tanah yang relative bergelombang, 8 sampai 45 persen tanahnya curam dan bergunung. Wilayah dataran terluas berada pada 100 hingga 400 meter DPI, dan sebagian merupakan dataran yang berada pada 400 hingga 1000 meter DPI. LKPJ Gubernur Sulawesi Selatan Tahun

8 Provinsi Sulawesi Selatan dialiri 65 aliran sungai, dimana sebahagian besar aliran sungai tersebut terdapat di Kabupaten Luwu yakni 25 aliran sungai. Sungai terpanjang di daerah ini yaitu Sungai Saddang dengan panjang kurang lebih 150 km melalui 3 kabupaten yakni Kabupaten Tana Toraja, Toraja Utara, Enrekang dan Pinrang. Selain aliran sungai, daerah ini juga memiliki empat buah danau yaitu Danau Tempe di Kabupaten Wajo dengan luas m 2 dan Danau Sidenreng di Kabupaten Sidrap dengan luas m 2, dan di Kabupaten Luwu Timur terdapat dua danau yakni Danau Matana dengan luas m 2 serta Danau Towuti dengan luas m 2. Selain itu, daerah ini juga memiliki 7 buah gunung, dimana Gunung Rantemario dengan ketinggian m di atas permukaan laut merupakan yang tertinggi di daerah. Gunung ini berdiri tegak di antara Kabupaten Enrekang dan Kabupaten Luwu. Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika Balai Wilayah IV Makassar, temperatur udara rata-rata di Kota Makassar dan sekitarnya sepanjang Tahun 2011 sekitar 27,4 C dengan suhu minimum 24,0 C dan suhu maksimum rata-rata 32,1 C. 2. Gambaran Umum Demografis. a. Jumlah penduduk Hingga tahun 2011 Penduduk Sulawesi Selatan berjumlah jiwa, yang berarti jumlah penduduk daerah ini tumbuh 1,01 persen dibanding jumlah penduduk tahun 2010 yang mencapai jiwa, dapat dilihat pada Tabel 1.1. LKPJ Gubernur Sulawesi Selatan Tahun

9 LKPJ Gubernur Sulawesi Selatan Tahun

10 LKPJ Gubernur Sulawesi Selatan Tahun

11 Jumlah penduduk di setiap kabupaten/kota pada tahun 2011 sangat bervariasi, dari yang tertinggi Kota Makassar dengan jumlah penduduk jiwa dan terendah yaitu Kabupaten Selayar dengan jumlah penduduk sebesar jiwa. Diantara jumlah penduduk pada tahun 2011 tersebut, 48,84 persen atau jiwa adalah pria dan 51,16 persen atau jiwa merupakan penduduk wanita. 3. Kondisi Ekonomi a. Potensi Unggulan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan telah menetapkan beberapa komoditas unggulan daerah ini. Setiap komoditas disesuaikan dengan potensi masing-masing kabupaten/kota, namun tidak menutup kemungkinan daerah-daerah yang telah ditetapkan sebagai daerah pengembangan komoditas tersebut untuk tetap mengembangkan komoditas lain. Terdapat 6 (enam) komoditas unggulan yakni Beras dan Jagung sebagai komoditas ungulan Sektor Pertanian Tanaman Pangan, Coklat sebagai komoditas unggulan Perkebunan, Pengembangan Populasi Sapi sebagai komoditas unggulan Sektor Peternakan sementara Udang dan Rumput Laut sebagai komoditas unggulan Sektor Perikanan. Sebagai salah satu daerah penyangga pangan nasional, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan menetapkan Komoditas Beras sebagai salah satu komoditas unggulan daerah dengan target produksi hingga tahun 2013 sebesar 3 juta ton, dan tahun 2011 produksi beras yang berhasil dicapai sebesar 2,93 juta ton. Pencapaian produksi tersebut menunjukkan bahwa target produksi beras 3 juta ton pada tahun 2013 akan dapat LKPJ Gubernur Sulawesi Selatan Tahun

12 terlampaui. Disamping itu, pencapaian tersebut menunjukkan pula bahwa produksi beras daerah ini rata-rata tumbuh 3,38 persen per tahun sejak tahun 2008 yang pada saat itu baru mencapai 2,65 juta ton. Komoditas lain yang menjadi unggulan daerah ini adalah komoditas jagung dengan target produksi hingga tahun 2013 sebesar 1,5 juta ton. Pada tahun 2011 produksi yang dihasilkan telah mencapai 1,42 juta ton yang menimbulkan optimisme target 2013 akan dapat terlampaui. Pencapain tersebut sekaligus menunjukkan bahwa pertumbuhan rata-rata produksi jagung daerah ini sejak tahun 2008 yang mencapai 1,20 juta ton tumbuh 5,82 persen. Sebagai salah satu komoditas unggulan, pertumbuhan produksi kakao dalam periode juga menunjukkan suatu peningkatan dengan pertumbuhan rata-rata 21,37 persen per tahun, yakni dari 110,01 ribu ton pada tahun 2008 menjadi 196,70 ribu ton pada tahun Walaupun produksi yang dicapai telah mengalami peningkatan, namun untuk mencapai target produksi kakao sebesar 325 ribu ton pada tahun 2013, maka Pemerintah Provinsi telah melakukan peremajaan tanaman kakao, rehabilitasi dan kegiatan intensifikasi melalui Gernas Kakao, serta kegiatan pemulihan produksi maupun kualitas. Sapi sebagai salah satu komoditas unggulan sektor peternakan di Sulawesi Selatan juga menunjukkan suatu peningkatan, dari 703 ribu ekor lebih pada tahun 2008 menjadi 1,02 juta ekor lebih pada tahun Pencapaian produksi tersebut selain menunjukkan bahwa populasi sapi di daerah ini rata-rata tumbuh 13,23 persen, menunjukkan pula bahwa target 1 juta ekor populasi sapi pada tahun 2013 telah terlampaui. LKPJ Gubernur Sulawesi Selatan Tahun

13 Komoditas unggulan sektor perikanan di Sulawesi Selatan meliputi komoditas udang dan rumput laut. Khusus komoditas udang, hingga tahun 2011 produksi yang telah dicapai sebesar 26,24 ribu ton yang berarti mengalami peningkatan sebesar 13,95 persen dibanding tahun 2008 yang baru mencapai 17,73 ribu ton. Apabila produksi udang pada tahun 2011 diperhatikan maka untuk mencapai target produksi sebesar 33,20 ribu ton pada tahun 2013 maka Pemerintah Provinsi telah melakukan pemberian paket bantuan sarana produksi dan bibit udang, disamping itu telah pula dilakukan pembinaan dalam pengembangan udang dengan cara budidaya ikan/udang yang baik (CBIB) Selain udang, komoditas perikanan lain yang menjadi unggulan daerah adalah Rumput Laut. Produksi Rumput Laut Sulawesi Selatan tahun tumbuh 29,99 persen, yakni dari 749 ribu ton pada tahun 2008 menjadi 1,64 juta ton pada tahun Dengan pencapaian produksi tersebut, maka target produksi 1 juta ton pada tahun 2013 telah terlampaui. b. Pertumbuhan Ekonomi Peranan sektor ekonomi suatu daerah terhadap pembentukan PDRB menggambarkan potensi perekonomian suatu wilayah. Tingginya peranan suatu sektor dalam perekonomian, memberikan gambaran bahwa sektor tersebut merupakan sektor andalan yang terus dapat dikembangkan serta menjadi pendorong roda perekonomian semakin berkembang. Kondisi pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan tahun 2010 mencapai angka pertumbuhan yang signifikan kenaikanya dari tahun ke tahun dengan melihat kondisi 4 (empat) tahun, dimana tahun 2008, pertumbuhan ekonomi mencapai sangat mengesankan yaitu 7,78 persen, namun pada tahun 2009 terjadi penurunan pertumbuhan akibat krisis moneter global, ekonomi Sulsel LKPJ Gubernur Sulawesi Selatan Tahun

14 hanya mampu tumbuh 6,20 persen akan tetapi pertumbuhan ekonomi melaju menakjubkan ditahun 2010 menembus angka 8,18 persen dan termasuk sebagai peringkat keempat dengan pertumbuhan tertinggi secara nasional. Sementara pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan di tahun 2011 mencapai 7,65 persen, dan jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 6.50 persen, maka pertumbuhan ekonomi provinsi Sulawesi Selatan masih lebih tinggi 1,15 persen. Sejak tahun 2008 hingga tahun 2011, inflasi di Sulawesi Selatan cenderung mengalami penurunan yakni dari 12,40 persen di tahun 2008 menjadi 3,39 persen di tahun Pada tahun 2010 inflasi di daerah ini mengalami kenaikan menjadi 6,56 persen namun berkat upaya pengendalian yang telah dilakukan inflasi itu dapat ditekan hingga 2,88 persen pada tahun Dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku selama periode tahun perekonomian Sulawesi Selatan juga menunjukan peningkatan dan berdasarkan indikator ini tergambar bahwa hingga tahun 2011 jumlah uang yang beredar di Sulawesi Selatan mencapai Rp. 137 trilyun lebih. Disamping hal tersebut melalui PDRB atas dasar harga berlaku ini tergambar pula bahwa hingga tahun 2011 perekonomian daerah ini masih didominasi oleh sektor pertanian yakni 25,35 persen. Walaupun demikian selama periode tersebut peranan sektor pertanian menunjukkan kecenderungan yang menurun, sementara sektor yang mengalami peningkatan peran adalah sektor jasa, perdagangan, dan keuangan. LKPJ Gubernur Sulawesi Selatan Tahun

15 Indikator yang digunakan untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat secara makro adalah PDRB per kapita. Semakin tinggi PDRB per kapita yang diterima penduduk di suatu wilayah maka tingkat kesejahteraan masyarakat di wilayah yang bersangkutan dapat dikatakan bertambah baik. Dalam periode rata-rata pertumbuhan pendapatan per kapita di Sulsel mencapai 15,54 persen pertahun yakni dari Rp.10,91 juta pada tahun 2009 menjadi Rp.16,82 juta pada tahun Dalam periode tersebut pertumbuhan tertinggi dicapai pada tahun 2008 yakni 21,53 persen dan pada tahun 2011 pertumbuhan yang dicapai sebesar 14,72 persen. Disamping peningkatan pendapatan per kapita, meningkatnya kesejahteraan masyarakat daerah ini tergambar pula pada peningkatan daya beli masyarakat, dimana hingga tahun 2011 daya beli masyarakat Sulawesi Selatan telah mencapai Rp.640 ribu lebih yang berarti rata-rata mengalami peningkatan 0,5 persen per tahun sejak tahun 2008 yang hanya mencapai Rp.630 ribu lebih. Sebagai salah satu gambaran kepercayaan terutama investor terhadap stabilitas perekonomian dan keamanan Sulawesi Selatan terlihat pada perkembangan investasi di daerah ini. Total investasi di Sulawesi Selatan pada tahun 2011 mencapai 36,60 trilyun lebih yang berarti meningkat 21,43 persen dibanding tahun 2008 yang mencapai 20,44 trilyun lebih. Khusus tahun 2011 investasi pemerintah mencapai 86,91 persen atau Rp. 31,81 trilyun lebih sedangkan investasi swasta 13,09 persen atau Rp. 4,79 trilyun lebih. LKPJ Gubernur Sulawesi Selatan Tahun

16 Perdagangan luar negeri Sulawesi Selatan tahun terus mengalami surplus walaupun dari tahun ke tahun nilai yang dicapai berfluktuasi. Nilai surplus yang tertinggi dicapai pada tahun 2010 yakni US$ 1,33 milyar dan pada tahun 2011 hanya mencapai US$ 0,49milyar. c. IPM Provinsi Sulsel Dampak tidak langsung dari peningkatan berbagai keberhasilan pembangunan yang telah dicapai Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan tergambar pada pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dimana hingga tahun 2010 IPM daerah ini telah mencapai 71,62 yang berarti meningkat 0,68 point. Peningkatan tersebut telah mendorong posisi Sulawesi Selatan menjadi peringkat 19 dari 33 provinsi di Indonesia. Memperhatikan pencapaian peningkatan IPM tersebut dan akselerasi pembangunan di daerah ini maka ditargetkan pada tahun 2011 IPM daerah ini dapat mencapai 72, Kondisi Administrasi Pemerintahan Hingga tahun 2011, administrasi pemerintahan wilayah masih terbagi kedalam 21 Kabupaten dan 3 Kota yaitu: Kepulauan Selayar, Bulukumba, Bantaeng, Jeneponto, Takalar, Gowa, Sinjai, Maros, Pangkep, Barru, Bone, Soppeng, Wajo, Sidrap, Pinrang, Enrekang, Luwu, Tana Toraja, Luwu Utara, Luwu Timur, Toraja Utara, Makassar, Pare-pare dan Palopo. Pada Tahun 2011 jumlah kecamatan berdasarkan dasar hukum pembentukannya berjumlah 304 Kecamatan, sedangkan kelurahan dan desa berjumlah desa dan 773 kelurahan, terdapat penambahansebanyak 8 Desa dan 2 Kelurahan dibanding tahun sebelumnya. LKPJ Gubernur Sulawesi Selatan Tahun

17 Dengan demikian Struktur Organisasi Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan terdiri atas, 5 Staf Ahli Gubernur, 4 Asisten Sekretaris Daerah, 13 Biro Pada Sekretariat Daerah dan 1 Sekretariat DPRD, 19 Dinas, 25 Lembaga Teknis dan Lembaga Lain, 104 Unit Pelaksanaan Teknis Badan (UPTB)/Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD). Dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah selama tahun 2010 telah dihasilkan produk hukum daerah yang terdiri dari 14 buah Peraturan Daerah, 64 buah Peraturan Gubernur, buah Keputusan Gubernur dan 40 buah Perjanjian Kerjasama (MoU). Pendanaan penyelenggaraan keuangan daerah bersumber dari Pendapatan Daerah yang pada tahun 2011 mencapai Rp.3,10 trilyun. Pendapatan daerah tersebut bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) kurang lebih Rp. 1,97 trilyun atau 62,99 persen dari total pendapatan, dimana hingga akhir tahun 2011 dapat terealisir sebesar 99,39 persen. Pendapatan Asli Daerah tersebut bersumber dari Pajak Daerah 88,23 persen, Retribusi Daerah 5,69 persen, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan 3,18 persen dan 2,88 persen bersumber dari Lain-lain Pendapatan yang sah. Jumlah Pegawai negeri Sipil yang bekerja di lingkungan pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan sampai dengan bulan Desember 2011 sebanyak orang. Berdasarkan golongan jumlah PNS tersebut terbagi menjadi golongan I sebanyak 306 orang atau 3,09% golongan II sebanyak orang atau 25,33%, golongan III sebanyak orang atau 58,30% dan Golongan IV sebanyak orang atau 13,28%. Dengan perbandingan kedudukan struktural sebagai berikut Eselon I-B sebanyak 1 orang, Eselon II-A sebanyak 45 orang, II-B sebanyak LKPJ Gubernur Sulawesi Selatan Tahun

18 17 orang, Eselon III-A sebanyak 313 orang, Eselon III-B sebanyak 21 orang, Eselon IV-A sebanyak 840 orang dan Eselon IV-B sebanyak 8 orang dan staf sebanyak orang. Pejabat fungsional sebanyak orang serta fungsional umum (staf) sebanyak orang. Sementara itu latar belakang pendidikan pegawai negeri sipil lingkup Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan adalah SD sebanyak 202 orang atau 2,04%, SLTP sebanyak 246 orang atau 2,48%, SLTA sebanyak orang atau 28,78% dan D1 sebanyak 124 orang atau1,25%, D2 sebanyak 75 orang atau 0,76%, D3 sebanyak orang atau 11,92%, D4 sebanyak 77 orang atau 0,8%, S1 sebanyak orang atau 38,78%, Akta IV sebanyak 13 orang atau 0,13%, SP1 sebanyak 100 orang atau 1%, S2 sebanyak orang atau 11,85% dan S3 sebanyak 21 orang atau 0,2%. LKPJ Gubernur Sulawesi Selatan Tahun

A. GAMBARAN UMUM PROVINSI SULAWESI SELATAN

A. GAMBARAN UMUM PROVINSI SULAWESI SELATAN 1 BAB. I PENDAHULUAN A. GAMBARAN UMUM PROVINSI SULAWESI SELATAN Secara geografis, Provinsi Sulawesi Selatan dengan ibu kota Makassar memiliki posisi yang sangat strategis, karena terletak di tengah-tengah

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENGATURAN RUANG LINGKUP TUGAS INSPEKTUR PEMBANTU WILAYAH I, II, III, DAN IV PADA INSPEKTORAT PROVINSI SULAWESI

Lebih terperinci

Pengantar Diskusi Kinerja APBD Sulsel. Oleh. Syamsuddin Alimsyah Koor. KOPEL Indonesia

Pengantar Diskusi Kinerja APBD Sulsel. Oleh. Syamsuddin Alimsyah Koor. KOPEL Indonesia 04/03/2012 Pengantar Diskusi Kinerja APBD Sulsel Oleh Syamsuddin Alimsyah Koor. KOPEL Indonesia Latar Belakang Provinsi Sulsel sebagai pintu gerbang Indonesia Timur?? Dari segi kesehatan keuangan suatu

Lebih terperinci

BOX UMKM : PERKEMBANGAN PEMBIAYAAN KOMODITAS 'GERBANG EMAS' OLEH PERBANKAN SULAWESI SELATAN

BOX UMKM : PERKEMBANGAN PEMBIAYAAN KOMODITAS 'GERBANG EMAS' OLEH PERBANKAN SULAWESI SELATAN BOX UMKM : PERKEMBANGAN PEMBIAYAAN KOMODITAS 'GERBANG EMAS' OLEH PERBANKAN SULAWESI SELATAN PENDAHULUAN Dalam mendorong ekonomi kerakyatan, Pemerintah Daerah Sulawesi Selatan mengembangkan Gerakan Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana Pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana Pemerintah Daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013 TANJUNGPANDAN, MARET 2014 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan Puji Syukur Kehadirat

Lebih terperinci

Tinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah

Tinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN Tinjauan Ekonomi & Keuangan Daerah Provinsi SULAWESI Selatan Peta Sulawesi Selatan 2 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah

Lebih terperinci

1. Perkembangan Umum dan Arah Perencanaan

1. Perkembangan Umum dan Arah Perencanaan Ringkasan Eksekutif Analisis Keuangan Publik Provinsi Sulawesi Selatan 2012 Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik dan Pengelolaan Keuangan Daerah di Gerbang Indonesia Timur 1. Perkembangan Umum dan Arah

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI SELATAN

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI SELATAN BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI SELATAN Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 71 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Ketimpangan dan Tingkat Perkembangan Wilayah Adanya ketimpangan (disparitas) pembangunan antarwilayah di Indonesia salah satunya ditandai dengan adanya wilayah-wilayah

Lebih terperinci

PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA (INDONESIAN NUTRITION ASSOCIATION) PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA (INDONESIAN NUTRITION ASSOCIATION) PROVINSI SULAWESI SELATAN rektur RS. Kab/Kota Se-Sulsel (daftar terlampir) dalam kegiatan Akreditasi Pelayanan RS dan khususnya yang Pelayanan Kesehatan, : Gedung Fajar, Graha Pena Makassar Narasumber : 1. DR. Minarto, MPS ( DPP

Lebih terperinci

STRATEGI DAN KESIAPAN SEKTOR INDUSTRI DAN PERDAGANGAN SULAWESI SELATAN MENGHADAPI AEC 2015

STRATEGI DAN KESIAPAN SEKTOR INDUSTRI DAN PERDAGANGAN SULAWESI SELATAN MENGHADAPI AEC 2015 STRATEGI DAN KESIAPAN SEKTOR INDUSTRI DAN PERDAGANGAN SULAWESI SELATAN MENGHADAPI AEC 2015 Disampaikan Oleh DR. H. Syahrul Yasin Limpo, SH, MSi, MH (GUBERNUR SULAWESI SELATAN) Biro Bina Perekonomian Setda

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 41 IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1.Profil Umum Provinsi Sulawesi Selatan 4.1.1 Keadaan Fisik Provinsi Sulawesi Selatan yang beribukota di Makassar terletak antara 0 0 12 8 0 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SULAWESI SELATAN AGUSTUS 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SULAWESI SELATAN AGUSTUS 2014 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 65/1/73/Th. VIII, 5 November 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN SULAWESI SELATAN AGUSTUS 2014 Jumlah angkatan kerja di Provinsi Sulawesi Selatan pada Agustus 2014 mencapai 3.715.801

Lebih terperinci

A. Gambaran Umum Daerah

A. Gambaran Umum Daerah Pemerintah Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Daerah K ota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat, terletak di antara 107º Bujur Timur dan 6,55 º

Lebih terperinci

Pemerintah Kabupaten Luwu Utara, Prov. Sulawesi Selatan BAB I PENDAHULUAN. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2013 I - 1

Pemerintah Kabupaten Luwu Utara, Prov. Sulawesi Selatan BAB I PENDAHULUAN. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2013 I - 1 BAB I PENDAHULUAN Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2013 I - 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang erselenggaranya Tata Pemerintahan yang baik good governance merupakan prasyarat

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 34/06/73/Th. I, 15Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Sulawesi Selatan Tahun 2015 Pembangunan manusia di Sulawesi Selatan pada tahun 2015 terus mengalami

Lebih terperinci

Tabel I-1 Luas Daerah serta Pembagian Daerah Administrasi Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Selatan

Tabel I-1 Luas Daerah serta Pembagian Daerah Administrasi Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Selatan BAB I PENDAHULUAN A Gambaran Umum Provinsi Sulawesi Selatan Secara Geografis, Provinsi Sulawesi Selatan dengan Kota Makassar sebagai Ibu Kota terletak di tengah-tengah Kepulauan Indonesia sehingga memiliki

Lebih terperinci

Untuk menjamin penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis, transparan, akuntabel, efisien dan efektif, penilaian dan pelaporan kinerja

Untuk menjamin penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis, transparan, akuntabel, efisien dan efektif, penilaian dan pelaporan kinerja Untuk menjamin penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis, transparan, akuntabel, efisien dan efektif, penilaian dan pelaporan kinerja pemerintah daerah menjadi bagian kunci dalam proses penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG 2.1. Batas Administratif Kabupaten Soppeng merupakan salah satu bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan yang secara administratif dibagi menjadi 8 kecamatan, 21 kelurahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Kalimantan Utara Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Kalimantan Utara Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD Dengan dilantiknya Dr. H. Irianto Lambrie dan H. Udin Hianggio, B.Sc sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Utara periode jabatan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 22/04/73/Th.II, 17 April 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM Sulawesi Selatan Tahun 2016 Pembangunan manusia di Sulawesi Selatan pada tahun 2016 terus

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Disparitas antar Kabupate/kota di Provinsi Sulawesi Selatan :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Disparitas antar Kabupate/kota di Provinsi Sulawesi Selatan : 57 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian dan pembahasan terhadap Disparitas antar Kabupate/kota di Provinsi Sulawesi Selatan : 1. Pada periode pengamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang LAMPIRAN I : PERATURAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN NOMOR : 20 TAHUN 2014 TANGGAL : 21 MEI 2014 TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG EKSPOR PRODUK PERKEBUNAN UNGGULAN DI SULAWESI SELATAN

POTENSI DAN PELUANG EKSPOR PRODUK PERKEBUNAN UNGGULAN DI SULAWESI SELATAN POTENSI DAN PELUANG EKSPOR PRODUK PERKEBUNAN UNGGULAN DI SULAWESI SELATAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN DINAS PERKEBUNAN Jalan Perkebunan No. 7 Makassar Tujuan Penyelenggaraan Perkebunan 1. Meningkatkan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Analisis Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Analisis Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah BAB V SIMPULAN DAN SARAN 1.1 Simpulan 5.1.1 Simpulan Analisis Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah Berdasarkan analisis rasio ketergantungan daerah, semua pemerintah daerah di Pulau Sulawesi, memiliki

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR: TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Makassar, Maret 2014 Kepala Dinas. DR.Ir.BURHANUDDIN MUSTAFA, MS. Pangkat : Pembina Utama Madya NIP :

KATA PENGANTAR. Makassar, Maret 2014 Kepala Dinas. DR.Ir.BURHANUDDIN MUSTAFA, MS. Pangkat : Pembina Utama Madya NIP : 1 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah berkenan melimpahkan rahmat dan karunia Nya sehingga Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2013 Dinas Perkebunan

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. JENEPONTO

BAPPEDA KAB. JENEPONTO BAPPEDA KAB. JENEPONTO Indeks Pembangunan Manusia (IPM) = 65,27 Point Usia Harapan Hidup = 65,15 Tahun Angka Melek Huruf = 77,31% Rata-rata Lama sekolah = 6,23 Tahun Daya Beli Masyarakat = Rp. 653.321

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. kegiatan perekonomian. Secara geografis terletak pada sampai dengan

BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. kegiatan perekonomian. Secara geografis terletak pada sampai dengan 50 BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibukota dari Provinsi Lampung dan merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial, politik, pendidikan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2014

LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2014 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. LATAR BELAKANG Sesuai dengan amanat Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor: XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Kedudukan Propinsi DKI Jakarta adalah sangat strategis dan juga menguntungkan, karena DKI Jakarta disamping sebagai ibukota negara, juga sebagai pusat

Lebih terperinci

WALIKOTA JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2015 T E N T A N G RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA JAMBI TAHUN 2016

WALIKOTA JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2015 T E N T A N G RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA JAMBI TAHUN 2016 WALIKOTA JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2015 T E N T A N G RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA JAMBI TAHUN 2016 Menimbang : a. Mengingat : 1. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PROVINSI SULAWESI BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PROVINSI SULAWESI BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 26 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PROVINSI SULAWESI BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan aspirasi masyarakat yang berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, semakin membuka kesempatan yang cukup luas bagi daerah untuk mewujudkan otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk penyelenggaraan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 9 TAHUN 2008 SERI D ----------------------------------------------------------------------------------------------PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR

Lebih terperinci

Terselenggaranya Good Governance merupakan. persyaratan bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi

Terselenggaranya Good Governance merupakan. persyaratan bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi PENDAHULUAN Terselenggaranya Good Governance merupakan persyaratan bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita-cita bangsa. Untuk mewujudkan hal tersebut

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2009 LEMBARAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2008 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PROVINSI SULAWESI BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PROVINSI SULAWESI BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PROVINSI SULAWESI BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN 2015 DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Nota Kesepakatan...

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN 61 BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Letak Geografis Kabupaten Tasikmalaya meliputi area seluas 2,563.35 km persegi. Kabupaten Tasikmalaya ini berbatasan dengan Kabupaten Garut dari sebelah timur,

Lebih terperinci

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG WALIKOTA MAKASSAR,

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG WALIKOTA MAKASSAR, WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA MAKASSAR TAHUN 2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAKASSAR,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

Belanja ( x Rp ) 28,459,972, ,459,972, ,351,299,600 A PELAYANAN ADMINISTRASI PERKANTORAN

Belanja ( x Rp ) 28,459,972, ,459,972, ,351,299,600 A PELAYANAN ADMINISTRASI PERKANTORAN PROVINSI : SULAWESI SELATAN SKPD : DINAS PERKEBUNAN PERIODE : DESEMBER 2013 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN T.A. 2013 LAPORAN REALISASI (FISIK DAN KEUANGAN ) ANGGARAN KINERJA

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPD Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi BLHD Provinsi Sulawesi Selatan.

BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPD Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi BLHD Provinsi Sulawesi Selatan. BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPD 2.1. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi BLHD Provinsi Sulawesi Selatan. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2015 dapat

Lebih terperinci

BAB I REVIEW RENSTRA SETDA KALTIM

BAB I REVIEW RENSTRA SETDA KALTIM BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Pemerintah dalam menyelenggarakan pelayanan publik dipengaruhi oleh banyak faktor yang terkait antara satu dengan yang lainnya. Untuk memahami kinerja Birokrasi

Lebih terperinci

Hal. i. v x LKPJ Gubernur Sulawesi Selatan Tahun 2011 iv

Hal. i. v x LKPJ Gubernur Sulawesi Selatan Tahun 2011 iv D A F T A R I S I KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... BAB. I PENDAHULUAN... A. Dasar Hukum... B. Gambaran Umum Daerah... 1. Kondisi Geografis Daerah... 2. Gambaran Umum Demografis... 3. Kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laut merupakan bagian tidak terpisahkan dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Karena laut merupakan perekat persatuan dari ribuan kepulauan nusantara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena kendala tersebut sehingga pendapatan nelayan dan petani tambak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. karena kendala tersebut sehingga pendapatan nelayan dan petani tambak menjadi BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Persoalan kemiskinan masih menjadi masalah yang butuh perhatian semua pihak. Kemiskinan yang diartikan sebagai ketidakberdayaan untuk memenuhi kebutuhan dasar kehidupan

Lebih terperinci

PROVINSI : SULAWESI SELATAN : DINAS PERKEBUNAN PERIODE : 31 DESEMBER Belanja (Rp) Realisasi (Rp) Kode / No. Rekening.

PROVINSI : SULAWESI SELATAN : DINAS PERKEBUNAN PERIODE : 31 DESEMBER Belanja (Rp) Realisasi (Rp) Kode / No. Rekening. ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN T.A. 015 LAPORAN REALISASI (FISIK DAN KEUANGAN ) ANGGARAN KINERJA BERDASARKAN KOMPONEN BIAYA BELANJA TIDAK LANGSUNG DAN BELANJA LANGSUNG

Lebih terperinci

Pendahuluan. Bab. A. Latar Belakang

Pendahuluan. Bab. A. Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1 Bab 1 Pendahuluan A. Latar Belakang Pemerintah Kabupaten Sanggau sebagai salah satu penyelenggara pemerintahan di daerah, berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. DR.Ir. SUDIRMAN HABIBIE, M.Sc

KATA PENGANTAR. DR.Ir. SUDIRMAN HABIBIE, M.Sc KATA PENGANTAR Pembangunan di Provinsi Gorontalo terus mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Terbukti dengan berbagai capaian yang dihasilkan dalam upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur 57 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter diatas permukaan laut dan terletak antara

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1964 TENTANG PEMBENTUKAN DAERAH TINGKAT I SULAWESI TENGAH DAN DAERAH TINGKAT I SULAWESI TENGGARA DENGAN MENGUBAH UNDANG- UNDANG NO 47 PRP TAHUN

Lebih terperinci

Lampiran 1. Nilai Indeks Williamson PDRB per. (fi/ fi)/(yi- ỳ)^2. Kabupaten/K ota PDRB (000) (fi/ fi) (yi-ỳ) (yi-ỳ)^2.

Lampiran 1. Nilai Indeks Williamson PDRB per. (fi/ fi)/(yi- ỳ)^2. Kabupaten/K ota PDRB (000) (fi/ fi) (yi-ỳ) (yi-ỳ)^2. Lampiran 1. Nilai Indeks Williamson 2004 Kabupaten/K ota PDRB (000) 2004 PDRB per Jumlah kapita Penduduk (fi/ fi) (yi-ỳ) (yi-ỳ)^2 (fi/ fi)/(yi- ỳ)^2 Selayar 317.241 111.458 2,8463 0,0151-0,9043 0,8178

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1 BAB I PENDAHULUAN Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi dan tuntutan masyarakat dalam rangka mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan negara.

Lebih terperinci

PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN

PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN Disampaikan pada Rapat Koordinasi Teknis Tahun 2017 Makassar, 28 Februari 2017 PENGUATAN PERAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Sulawesi Selatan Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Sulawesi Selatan Tahun 2013 sebanyak rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Sulawesi Selatan Tahun 2013 sebanyak 980.604 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Sulawesi Selatan Tahun 2013 sebanyak 118 Perusahaan Jumlah

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis statistik Perekonomian Daerah, sebagai gambaran umum untuk situasi perekonomian Kota

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: PP 8-2003 file PDF: [1] LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 89, 2007 OTONOMI. PEMERINTAHAN. PEMERINTAHAN DAERAH. Perangkat Daerah. Organisasi.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR TAHUN 2010-2015 DENGAN

Lebih terperinci

PENETAPAN PERUBAHAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENETAPAN PERUBAHAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PEMERINTAH PROPINSI SULAWESI SELATAN DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN Jl. Bajiminasa No. 12 Telp. 873680 854726 Fax. (0411) 858779 Kotak Pos 1062 M A K A S S AR 9 0 1 2 6 KEPUTUSAN KEPALA DINAS KELAUTAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU No.23 Tahun 2014 yaitu desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan. Desentralisasi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PROVINSI SULAWESI BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PROVINSI SULAWESI BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PROVINSI SULAWESI BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

Kesenjangan Sektor Riil dan Keuangan di Sulsel

Kesenjangan Sektor Riil dan Keuangan di Sulsel Pokok Pikiran: Marsuki Kesenjangan Sektor Riil dan Keuangan di Sulsel Disampaikan pada Seminar Nasional (LP2M Unhas, Yayasan Bakti dan SMERU Reseach Institute) Gedung IPTEKS UNHAS, 9 Mei 2018 Pertumbuhan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N A. LATAR BELAKANG DAERAH Pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan daerah Tahun 2016, merupakan pelaksanaan tahun ketiga dari masa jabatan pasangan Drs. H. M. BAMBANG SUKARNO

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk penyelenggaraan

Lebih terperinci

Pemerintah Kabupaten Bima Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN

Pemerintah Kabupaten Bima Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan laporan kinerja instansi pemerintah Kabupaten Bima tahun 2015 merupakan ikhtisar pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dalam perjanjian kinerja dan dokumen

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kerangka ekonomi makro daerah akan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang telah dicapai pada tahun 2010 dan perkiraan tahun

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI BANTEN

PEMERINTAH PROVINSI BANTEN PEMERINTAH PROVINSI BANTEN INFORMASI LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH (ILPPD) PROVINSI BANTEN TAHUN 2013 I. Pendahuluan Berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi

Lebih terperinci

BAB IV. SUMATERA UTARA : KEADAAN UMUM DAN PEREKONOMIAN. Daerah provinsi Sumatera Utara terletak diantara 1-4 o Lintang Utara (LU)

BAB IV. SUMATERA UTARA : KEADAAN UMUM DAN PEREKONOMIAN. Daerah provinsi Sumatera Utara terletak diantara 1-4 o Lintang Utara (LU) 104 BAB IV. SUMATERA UTARA : KEADAAN UMUM DAN PEREKONOMIAN 4.1. Keadaan Umum Daerah provinsi Sumatera Utara terletak diantara 1-4 o Lintang Utara (LU) dan 98-100 o Bujur Timur (BT), merupakan bagian dari

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA A. PERENCANAAN Rencana strategis sebagaimana yang tertuang dalam Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah merupakan suatu proses yang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintahan Daerah telah diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang akan mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang akan mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian dari pembangunan nasional yang akan mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat ekonomi berkelanjutan. Seluruh negara

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan pertanian bukan hanya ditentukan oleh kondisi sumberdaya pertanian, tetapi juga ditentukan oleh peran penyuluh pertanian yang sangat strategis

Lebih terperinci

dan Program Strategis Kabupaten Luwu Timur Propinsi Sulawesi Selatan

dan Program Strategis Kabupaten Luwu Timur Propinsi Sulawesi Selatan 2015 Ringkasan dan Program Strategis Kabupaten Luwu Timur Propinsi Sulawesi Selatan Calon Bupati dan Wakil Tahun 2016-2021 Visi-Misi Bupati Luwu Timur Periode IR. H. MUH. THORIG HUSLER IRWAN BACHRI SYAM,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2011 disusun berdasarkan ketentuan sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2003 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2003 TENTANG PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2003 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN TAHUNAN DAERAH (REPETADA) TAHUN ANGGARAN 2004 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR Menimbang

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dalam Rencana

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP KESIMPULAN

BAB VII PENUTUP KESIMPULAN BAB VII PENUTUP KESIMPULAN Pencapaian kinerja pembangunan Kabupaten Bogor pada tahun anggaran 2012 telah menunjukkan hasil yang menggembirakan. Hal ini terlihat dari sejumlah capaian kinerja dari indikator

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Cianjur tahun 2013 tidak terlepas dari arah kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I. Bogor. Kota. Laporan. Pemerintah. daerah mengerahkann. Karena. tata kelola. banyak kelebihbaikan. pemerintahan. masyarakat. yang.

BAB I. Bogor. Kota. Laporan. Pemerintah. daerah mengerahkann. Karena. tata kelola. banyak kelebihbaikan. pemerintahan. masyarakat. yang. BAB I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme telah secara tegas mengamanatkan tata kelola

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2011-2015 Diperbanyak oleh: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang DINAS PETERNAKAN PROV.KALTIM 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah Administratif Provinsi Kalimantan Timur terdiri atas 14 Kabupaten/Kota, namun sejak tgl 25 April 2013 telah dikukuhkan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggaranya pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa menjadi harapan setiap negara. Sejalan dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan tuntutan masyarakat dalam rangka mencapai tujuan

Lebih terperinci