BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Urban Heat Island dan Kawasan Terbangun. Pembangunan pada sebuah kawasan membawa perubahan terhadap lingkungan sekitarnya. Fenomena Urban Heat Island (UHI) dapat digambarkan dengan meningkatnya suhu pada kawasan terbangun. yaitu : Gambar 1.1 Ilustrasi UHI Sumber : www.ghcc.msfc.nasa.gov Fenomena UHI terbagi menjadi 3 area (Compendium, UHI Basic), a. Boundary Heat Layer Island (BHLI) Peningkatan temperatur yang berada pada level atmosfer, dengan batas ketinggian diatas ketinggian atap sehingga kemungkinan
besar landscape dan lingkungan tidak secara langsung berpengaruh namun terakumulasi. b. Canopy Heat Layer Island (CLHI) Peningkatan temperatur udara pada lapisan area manusia hidup dan berkegiatan, sehingga penelitian terhadap mitigasi UHI umumnya berada pada tataran lapisan ini dengan pembahasan kenyamanan termal dan iklim mikro. c. Surface Heat Island (SHI) Peningkatan suhu permukaan akibat paparan cahaya matahari. Lebih condong sebagai dampak klimatologis karena berkaitan dengan peningkatan panas siang hari dan penurunan suhu pada malam hari. 1.1.2. Iklim Mikro dan Ruang Terbuka Iklim mikro merupakan pengaruh iklim yang bersifat lokal dan merujuk pada kondisi kenyamanan pada sebuah kawasan. Gambar 1.2 Ilustrasi Meningkatnya Suhu Kawasan Terbangun Sumber : Compendium, UHI Basic I 2
Blok terbangun (solid) pada lingkungan, yang memiliki komposisii arah, ketinggian bangunan dan finishing berupa atap maupun dinding bangunan, tentunya berpengaruh terhadap ruang luar yang dibentuk. Pembayangan bangunan, radiasi kulit bangunan serta pembelokan arah angin merupakan akibat langsung dari penataan. Selain itu pada ruang diluar bangunan (void) dengan perkerasan untuk memberi akses manusia pada lingkungan, vegetasi serta area hijau, secara tidak langsung memberi pengaruh dalam pembentukan iklim mikro berupa radiasi, kelembaban, dan juga pembayangan kawasan. a. Iklim mikro merupakan iklim setempat yang memberikan pengaruh langsung terhadap kenikmatan dan kenyamanan (rasa) pemakai di sebuah ruang. Iklim mikro terbentuk oleh 1) suhu temperatur lingkungan (T), 2) nilai tengah temperatur radiasi(mrt), 3) kelembaban relatif (RH) dan 4) kecepatan angin (m/s). b. Ruang Terbuka dapat digambarkan sebagai ruang yang berada di luar bangunan (tidak dinaungi atap). Pada sebuah kawasan terbangun, ruang terbuka merupakan area yang dapat diakses baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Ruang terbuka dapat berbentuk jalan, trotoar, ruang terbuka hijau seperti taman kota, hutan dan sebagainya. I 3
Kondisi dan pembentuk ruang terbuka berupa elemen hardscape berupa blok bangunan dan perkerasan penutup lahan, serta softscape berupa peutup lahan alami dan vegetasi, secara tidak langsung memberi timbal balik bagi pembentukan iklim mikro kawasan. 1.1.3. Ruang terbuka pada Klaster Kesehatan Universitas Gadjah Mada Klaster Kesehatan sejak tahun 2004 mengalami perubahan dengan penambahan bangunan dan penataan kawasan. Terdapat bangunan baru yang memiliki ketinggian hingga 6 lantai (termasuk lantai atap) sebagai fasilitas kegiatan belajar mengajar kampus. Gambar 1.3 Bangunan Enam Lantai Sumber : Survey 2016 Penataan dilakukan seiring dengan bertambahnya jumlah mahasiswa setiap tahun yang pada akhirnya menuntut akan kebutuhan akan sarana prasarana. FKU UGM merupakan jurusan favorit urutan ke 3 dari seluruh Fakultas Kedokteran di Indonesia sehingga dengan banyaknya peminat dan bertambahnya program studi, penyediaan sarana akademis perlu disediakan. I 4
Gambar 1.4 Rencana Pengembangan Klaster Kesehatan Sumber : Bahan Kuliah MDKB 28 Gambar 1.5 Eksisting Klaster Kesehatan tahun 2015 Sumber : Google Earth I 5
Penataan pada Klaster Kesehatan belum sepenuhnya terlaksana dikarenakan pembangunan dilakukan bertahap. Blok kompak dengan vertikalisasi belum terjadi secara menyeluruh. Masih terdapat blok bangunan dengan perencanaan lama. Hal ini dapat ditemui pada Fakultas Farmasi dan bangunan pendukung kampus seperti UPT Lingkungan Hidup, Studi Bahasa dan Studi Antropologi. Luas area Klaster Kesehatan kurang lebih 137.000 m2 dengan ukuran kurang lebih 400m x 340m. Blok Bangunan yang terdapat saat ini hanya menutupi 40.500 m2 atau seluas 30 % dari luas lahan. Sisanya merupakan ruang terbuka yang dimanfaatkan sebagai RTH dan sarana pendukung kegiatan (perkerasan). Dominasi vegetasi dan perkerasan terlihat pada kawasan dengan perkerasan mencapai 70% dari ruang terbuka yang ada. Selain itu terdapat bangunan tinggi yg berfungsi sebagai sarana kegiatan belajar mengajar. Fakultas Farmasi, UPT Lingkungan Hidup, Pusat Studi Antropolgi, dan Pusat Bahasa perombakan blok bangunan dan lansekap masih minim. Jika kita di amati lebih cermat maka akan terlihat perbedaan pengolahan elemen hardscape dan softscape melalui material, tata vegetasi, komposisi blok bangunan pada lingkup terbangun. I 6
1.2. Pernyataan Permasalahan Gambar 1.6 Pengukuran Mitigasi Penyebab UHI Sumber : How Researchers Measure UHI James Voogt Elemen sebuah lingkungan terbangun yang mempengaruhi tingkatan iklim mikro pada kawasan antara lain : Material pada bentukan ruang terbuka Green Space Greenery Geometri Bangunan Blok terbangun (solid) pada lingkungan dan ruang diluar bangunan (void) secara tidak langsung memberi pengaruh dalam pembentukan iklim mikro berupa radiasi, kelembaban, dan juga pembayangan kawasan. Komponen iklim mikro kawasan merupakan elemen yang terpengaruh oleh bentukan sebuah lingkungan kawasan. Produk iklim I 7
mikro berupa kenyamanan termal merupakan sesuatu yang tidak terukur namun dapat ditetapan batas kenyamanan termal antara 20,5 27,1 C dalam kelembaban 40 70%, mengacu pada SNI T14 1993 03 yaitu : Sejuk nyaman (20,5 22,8 C) Kenyamanan optimal (22,8 25,8 C) Hangat nyaman (25,8 27,1 C) Elemen iklim mikro berupa suhu, kelembaban, MRT dan kecepatan angin pada dasarnya dapat diukur dan dirasakan sehingga akan digunakan sebagai acuan penelitian perubahan iklim mikro yang diakibatkan oleh lingkungan terbangun. 1.3. Permasalahan Penelitian Elemen hardscape dan softscape ruang terbuka pada Klaster Kesehatan akan dianalisa untuk melihat pengaruh yang diberikan terhadap iklim mikro kawasan. Vegetasi (softscape) sebagai elemen utama ruang hijau (green space) merupakan elemen solutif dalam menurunkan suhu pada lingkungan (dengan efek pembayangan lingkungan), pada area penelitian ini jumlah dan kerapatan vegetasi cukup dominan sehingga akan dianalisa untuk melihat pengaruh terhadap iklim mikro kawasan. I 8
Selain itu elemen hardscape berupa perkerasan yang semakin dominan sebagai dampak atas kebutuhan ruang akan coba dianalisa untuk mengetahui peranannya dalam memberi pengaruh terhadap iklim mikro kawasan yang pada akhirnya akan membentuk kenyamanan pada ruang terbuka. Gambar 1.7 Ruang Terbuka Pada Lokasi Sumber : Survey Penulis 1.4. Pertanyaan Penelitian a. Bagaimana kondisi elemen hardscape softscape ruang terbuka pada Kawasan Klaster Kesehatan Universitas Gadjah Mada? b. Bagaimana pengaruh elemen hardscape softscape ruang terbuka dalam pembentukan iklim mikro pada kawasan? I 9
1.5. Tujuan Penelitian a. Dapat menyimpulkan pengaruh faktor hardscape softscape pada ruang terbuka dalam membentuk iklim mikro kawasan. b. Diperolehnya kesimpulan melalui simulasi dan memberikan alternatif rekomendasi terkait hardscape softscape ruang terbuka pada kawasan. 1.6. Manfaat Penelitian Penlitian ini diharapkan memberi masukan terkait dengan pengaruhi hardscape softscape dan alternatif rekomendasi ruang terbuka di lingkungan terbangun. Analisa dan kesimpulan yang diperoleh, diharapkan dapat menunjukkan pengaruh faktor hardscape softscape terhadap bentukan iklim mikro sehingga menjadi masukan tersendiri dalam perencanaan kawasan. I 10
1.7. Keaslian Penelitian No Nama/Tahun Judul Metode Fokus Lokus 1. Savtitri Estiningtyas 2013 Pengaruh Gometri Urban Street Canyon Terhadap Kenyamanan Termal Ruang Jalan Eksperimental Simulasi dengan ENVI Met 3.1 Pengaruh Geometri Urban Street Canyon Kawasan Ruang Jalan Kaliurang Yogyakarta 2. Adityo 2014 Kajian Pengaruh Tata Vegetasi Terhadap Penciptaan Iklim Mikro Kawasan Eksperimental Simulasi dengan ENVI Met 3.1 Peran tata vegetasi dalam menciptakan iklim mikro kawasan Kawasan Kotabaru Yogyakarta 3. Lenny 2015 Kajian Kenyamanan Termal Permukiman Njeron Benteng menuju Kampung Berkelanjutan Eksperimental Simulasi dengan ENVI Met 3.1 Tata Permukiman Perkampungan Kota dalam memperoleh kenyamanan termal Kawasan Permukiman Njeron Benteng Yogyakarta 4. Nugroho Ifadianto 2016 Pengaruh Komponen Hard Scape / Soft Scape Ruang Terbuka dalam Pembentukan Iklim Mikro Eksperimental Simulatif dengan ENVI Met 3.1 Pengaruh Elemen Hardscape / Soft scape ruang terbuka dalam pembentukan iklim mikro Kawasan Klaster Kesehatan Universitas Gadjah Mada Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Sumber : Konstruksi Penulis
1.8. Diagram Alur Pikir I 12