PERSEPSI TINGKAT KENYAMANAN TERMAL RUANG LUAR PADA RUANG PUBLIK (STUDI KASUS : TAMAN KOTA I GUSTI NGURAH MADE AGUNG)
|
|
- Yandi Chandra
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 UNDAGI Jurnal Arsitektur Warmadewa, Volume 5, Nomor 1, Tahun 2017, Hal ISSN PERSEPSI TINGKAT KENYAMANAN TERMAL RUANG LUAR PADA RUANG PUBLIK (STUDI KASUS : TAMAN KOTA I GUSTI NGURAH MADE AGUNG) Oleh: Ni Wayan Meidayanti Mustika 1), I Wayan Wirya Sastrawan 2), 1) Dosen Jurusan Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Warmadewa, Jl. Terompong No. 24 Denpasar Bali, Indonesia meida_mustika@yahoo.com 2) Dosen Jurusan Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Warmadewa, Jl. Terompong No. 24 Denpasar Bali, Indonesia wayanwiryasastrawan@gmail.com A B S T R A K Demi kebutuhannya, manusia berusaha mengkondisikan lingkungan agar memberikan kenyamanan termal bagi tubuhnya. Ruang luar merupakan salah satu lingkungan tempat manusia beraktivitas selalu dipengaruhi kondisi iklim, sehingga kenyamanan yang dirasakan manusia sangat tergantung kondisi termal lingkungan tersebut. Kenyamanan termal yang dibutuhkan setiap personal manusia selain dipengaruhi oleh factor termal juga dipengaruhi oleh jenis kegiatan dan pakaian dari personal manusia. Sehingga penting dilakukan penelitian mengenai tingkat kenyamanan termal dan sensasi yang dirasakan pengunjung taman kota untuk kemudian menjadi bahan pertimbangan bagi arsitek untuk mengembangkan desain taman kota yang lebih optimal. Fokus penelitian ini adalah kondisi tingkat kenyamanan termal di Taman Kota I Gusti Ngurah Made Agung, Denpasar. Tujuan dari penelitian ini adalah dengan mengetahui yang dirasakan pengunjung. Maka untuk mencapai tujuan tersebut dalam penelitian ini menggunakan metode komparasi dan simulasi, dengan mengkombinasikan hasil simulasi Comfort Calculator dan sensasi kenyamanan termal yang dirasakan pengunjung di masing-masing titik zoning fungsi di taman kota. Dari analisa hasil pengukuran dan simulasi akan diperoleh gambaran baik yang dirasakan oleh pengunjung maupun dari simulasi data pengukuran. Beberapa factor yang mungkin akan mempengaruhi tingkat kenyamanan termal ruang luar dapat ditelusuri dari factor factor yang dipertimbangkan dalam analisa seperti jenis kegiatan, jenis pakaian dan daya adaptasi pengguna terhadap kondisi lapangan. Keywords: Kenyamanan Termal, Taman Kota, Ruang luar PENDAHULUAN Kenyamanan termal merupakan suatu kebutuhan mutlak bagi tubuh manusia, dan dengan kemampuannya pula manusia menciptakan suatu lingkungan binaan untuk memenuhi kenyamanannya baik di ruang luar maupun di dalam sebuah bangunan. Kemampuan manusia dalam mengolah lingkungan untuk mencapai tingkat kenyamanan termal yang dibutuhkan 45 P a g e
2 tubuh manusia dapat dilihat dari perancangan sebuah taman kota. Taman kota sebagai areal publik yang baik tentunya diharapkan dapat memenuhi beragam kebutuhan dan tuntutan kenyamanan dari setiap pengguna yang beragam. Dalam proses perancangan taman kota yang memenuhi segala aspek kenyamanan termal bagai penggunanya, tentu mempertimbangkan beragam elemen ruang luar berupa elemen Hard Scape dan Soft Scape. Dengan penentuan elemen Hard Scape dan Soft Scape serta penempatannya yang tepat maka diharapkan terwujudnya taman kota yang nyaman. Beberapa komponen yang mempengaruhi kenyamanan termal Menurut Fanger (1982) yaitu: (1) Temperatur udara, (2) Temperatur radian rata-rata, (3) Kecepatan udara relative, (4) Kelembaban udara relatif, (5) Tingkat aktifitas, (6) Thermal resistance dari pakaian. Namun tingkat kenyamanan termal yang seragam tidak akan sama diterima setiap tubuh manusia karena masing-masing personal akan dipengaruhi oleh jenis kegiatan dan pakaian yang digunakan. Sehingga tidak mutlak taman kota dengan suatu konsep rancangan yang optimal akan memberikan tingkat kenyamana termal yang sama bagi setiap pengunjung. Kenyataannya sering ditemukan sebuah taman kota tidak dapat berfungsi secara optimal dalam meberikan kenyamanan bagi penggunanya. Kondisi tersebut mudah terlihat dengan pengamatan di lapangan dengan tidak meratanya pemanfaatan disetiap areal taman kota, seperti di beberapa titik taman kota yang tidak dikunjungi pengunjung. Hal serupa juga ditemukan di Taman Kota I Gusti Ngurah Made Agung, dengan beragam fungsi dan fasilitas didalamnya seperti taman bermain anak, stage, kolam taman, jogging track, dll. Namun pada kenyataannya dengan beragam fasilitas tersebut tidak sepenuhnya berfungsi secara optimal yang terlihat dari tidak meratanya aktivitas disetiap fungsi yang ada. Melihat pentingnya keberadaan taman kota, maka diperlukan usaha untuk pemetaan yang jelas bagaimana kondisi kenyamaman termal di taman kota dan komponen apa yang mempengaruhinya. Sehingga nantinya temuan ini dapat diajadikan sebagai bahan evaluasi bagi perancang dalam perencanaan sebuah taman kota yang lain. Usaha evaluasi ini dalam bentuk penelitian pada Taman Kota I Gusti Ngurah Made Agung sudah pernah di lakukan oleh Rohman Hadi, dkk. 2012, dengan metoda pendekatan kuisioner dan pengukuran langsung untuk menghitung indeks kenyamanan termal berdasar pengukuran dan perhitungan kondisi termal saja. Serta penelitian tersebut lebih berfokus pada pengaruh elemen vegetasi terhadap kenyamanan pengunjung. Sehingga untuk lebih mengoptimalkan keberadaan dan peran taman kota maka dilakukan penelitian berikutnya untuk menyempurnakan penelitian sebelumnya dengan menggunakan metoda komparasi antara identifikasi tingkat kenyamana menggunakan bantuan software Comfort Calculator dan sensasi yang dirasakan pengunjung melalui kuisioner. Dimana parameter kenyamanan termal pada software ini adalah (1) Temperatur udara, (2) Temperatur radian rata-rata, (3) Kecepatan udara relative, (4) Kelembaban udara relatif, (5) Tingkat aktifitas, (6) Thermal resistance dari pakaian. Hal ini berbeda dengan penelitian sebelumnya hanya menggunakan variable temperature udara dan kelembaban sebagai parameter kenyamanan termal. Berdasarkan gambaran latar belakang 46 P a g e
3 tersebut maka penelitian ini cukup penting dan layak dilaksanakan sebagai pengembangan informasi dan keilmuan. METODE PENELITIAN Gambar 63. Alur Metode Penelitian (Sumber : Hasil Analisis, 2016) Adapun Metode Penelitian yang digunakan dibedakan menjadi metode pengumpulan data dan metode analisa datanya. Metode pengumpulan data pada penelitian ini dengan du acara yaitu dengan Pengamatan perilaku dan aktifitas serta pengukuran suhu luar ruangan. Adapun pengumpulan data tersebut sebagai berikut : A. Pengamatan Perilaku Serta Aktifitas Penyebaran kuisioner juga dilakukan pada 6 zona dengan tujuan mengukur persepsi sensasi kenyamanan dari apa yang dirasakan oleh pengunjung di masing masing zona. Di tiap zona, akan disebar kuisioner sejumlah 3 eksemplar pada tiap tiap periode pengukuran. Jumlah tersebut diharapkan mampu memberikan gambaran sensasi nyaman pengunjung yang mewakili kondisi sesungguhnya. Hari pengambilan data dipilih hari Sabtu tepatnya Sabtu, 15 Oktober Hari ini dipilih agar jumlah pengunjung cukup representatif untuk dianalisa karena kecenderungan di hari kerja lapangan ini sepi sedangkan di hari minggu sebaliknya sangat ramai sehingga rentang persepsi terlalu beragam. Di saat bersamaan dengan pengukuran kondisi termal juga dilakukan pengamatan dan wawancara dengan mengacu pada kuisioner terhadap pengunjung di masing masing zona yang diukur. Dari pengamatan ini yang dilihat adalah jenis pakaian dan pilihan aktifitas yang dilakukan. B. Pengukuran Kenyamanan Termal Dalam pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi lapangan untuk memperoleh data pengukuran lapangan seperti kondisi termal dan kondisi fisik obyek penelitian. Observasi lapangan akan dilakukan selama tiga hari untuk pengamatan kondisi eksisting elemen rung luar, pengukuran kondisi termal sebanyak tiga periode waktu setiap hari. Tiga periode pengukuran yang dimaksud yaitu; pagi ( ), siang ( ), dan sore (pk ). Posisi dua titik pengukuran ini diatur sedemikian rupa agar memberi gambaran kondisi termal yang relative berbeda satu dengan yang lain dalam satu zona. Hal ini mengingat karakteristik pembentuk ruang luar di masing masing zona berbeda. Ada yang penuh dengan vegetasi yang rindang dan besar terutama di disisi pinggir lapangan dan ada yang berada pada posisi kurang pohon penaung (area yang makin dekat dengan bagian tengah lapangan). Maka total titik pengukuran ada 12 titik pengukuran. 47 P a g e
4 III V I VI II IV Keterangan : I. Zona I adalah zona kegiatan bermain anak anak dan sisi barat kolam Monumen Pejuang Puputan II. Zona II adalah zona kegiatan duduk duduk dengan kursi taman dan perkerasan batu hitam dan sisi timur dari monumen pejuang puputan III. Zona III adalah zona ruang terbuka dengan penataan vegetasi saja IV. Zona IV adalah zona ruang terbuka yang berhadapan dengan Pura Jagatnatha dan Museum bali dengan penataan vegetasi V. Zona V adalah zona ruang terbuka di sisi barat panggung pertunjukan dengan vegetasi yang padat VI. Zona VI adalah zona kegiatan berkumpul disekitar peninggian dengan perkerasan Gambar 64. Pembagian Zona Pengamatan di Lapangan I Gusti Ngurah Made Agung (Sumber : www. Googlemaps.com dan dirangkum dari berbagai sumarea PatuPetanda Nama Lapangan) 1. ANALISIS uang DATA Proses analisis data dilakukan dalam dua tahapan yaitu analisis terhadap kuisioner dan pengamatan untuk tujuan melihat. Sedangkan analisis yang kedua adalah analisa terhadap data pengukuran menggunakan comfort calculator di masing masing zona terukur dan sesuai waktu pengukuran yang ditentukan. Untuk lebih jelas A. Pengamatan Perilaku Serta Aktifitas Analisa terhadap hasil pengamatan dan kuisioner bertujuan untuk mengetahui persepsi kenyamanan termal oleh pengguna di lapangan. Dari data hasil kuisioner diperoleh rentang persepsi nyaman pengguna pada waktu pengukuran yang ditentukan. Secara bersamaan, diamati juga hubungan antara jenis pakaian yang digunakan, aktifitas yang dilakukan dan persepsinya. B. Pengamatan Perilaku Serta Aktifitas Analisis terhadap data pengukuran empiris di lapangan menggunakan Comfort Calkulator untuk memetakan sensasi kenyamanan termal berdasarkan teori indeks kenyamanan termal PMV. Dari hasil Analisis ini maka akan diketahui range kenyamanan termal pada obyek penelitian. Kemudian dengan hasil ini akan dapat diketahui kenyamanan termal pada masing-masing zoning taman kota dan pada setiap waktu pengukuran. 48 P a g e
5 Gambar 65. Contoh Hasil Perhitungan Comfort Calculator (Sumber : wiki/comfort/pmv.swf) Comfort Calculator adalah software yang digunakan untuk mengukur PMV (Predicted Mean Vote) dan PPD (Predicted Percentage Dissatisfied). Dalam penggunaan software ini terdapat enam variabel yang diperlukan untuk menampilakan kenyamanan termal yang dirasakan berdasarkan skala PMV, yaitu: (1) Temperatur udara (0C), (2) Temperatur radian rata-rata (0C), (3) Kelembaban udara (%), (4) Kecepatan udara (m/s), (5) Aktivitas manusia (MET), dan (6) Pakaian (Clo). C. Perbandingan Persepsi pengguna dengan Kondisi Kenyamanan termal berdasarkan simulasi Pada tahapan ini, analisa diarahkan pada membandingkan antara berdasarkan pengamatan dan kuisioner dengan hasil kenyamanan termal berdasarkan hasil dari simulasi comfort calculator. Tujuan membandingkan ini adalah untuk mengevaluasi tingkat kenyamanan termal yang sesungguhnya terjadi di lapangan I Gusti Ngurah Made Agung dengan persepsi masyarakat penggunanya. LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian yang menjadi lokasi penelitian ini adalah Taman Kota yang terletak di Pusat Kota Denpasar yaitu Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung. Semula nama taman kota ini adalah Lapangan Puputan Badung namun mengacu pada Surat Keputusan Walikota Denpasar nomor /585/HK/2009 tanggal 10 September 2009 tentang penetapan I Gusti Ngurah Made Agung sebagai nama Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung ( hp/detail-datang- kunjungi/21/monumen-puputan- Badung-I-Gusti-Ngurah-Made-Agung). Sejarah dari Lapangan puputan ini adalah lokasi dimana terjadi Perang Puputan antara Kerajaan Badung yang dipimpin oleh Raja I Gusti Made Agung dengan Kolonial Belanda. Peristiwa Puputan (habis habisan atau sampai titik penghabisan) terjadi pada 20 September Gambar 66. Lapangan Puputan I Gusti Ngurah Made Agung (Sumber : diunduh tanggal 11 Juli 2016) Taman puputan I Gusti Ngurah Made Agung terletak di Jln.Surapati. Adapun Luas Lapangan ini kurang lebih meter persegi. Adapun batas batas di sisi sisi area lapangan ini sebagai berikut : 49 P a g e
6 a) Sisi Utara : berbatasan dengan Jln. Surapati dan Gedung Jaya Sabha Gubernur Bali b) Sisi Timur : berbatasan dengan Jln. Mayor Wisnu dan Pura Jagatnatha dan Museum Bali c) Sisi Selatan : berbatasan dengan Jln. Beliton dan Kantor Garuda Indonesia d) Sisi Barat : berbatasan dengan Jln. Udayana dan Kantor Walikota Denpasar dan Kantor Pangdam IX/Udayana Di dalam area Lapangan Puputan Badung terdapat beberapa zona yang menarik masyarakat untuk beraktifitas di sana. Zona Utara dari Lapangan ini sangat identik dengan Patung Pejuang Puputan yang dilengkapi dengan kolam air mancur disekitarnya dengan penataan ruang luar yang sangat indah. Fasilitas yang ada di Lapangan Puputan Badung antara lain, area bermain anak (play ground area), area bermain catur, panggung terbuka (open stage), lapangan rumput, jogging track, toilet, dan bangku taman. 1. Petanda Nama 2. Zona Patung 3. Area Duduk dan Main Arena bermain Area sisi timur lapangan 7. Ruang terbuka Sisi 6. Area open stage 5. Area Patung Monyet Gambar 67. Fungsi di dalam Lapangan Puputan I Gusti Ngurah Made Agung (Sumber : www. Googlemaps.com dan dirangkum dari berbagai sumber) 50 P a g e
7 PEMBAHASAN DAN ANALISA A. Tahap Pengamatan Perilaku Secara mendetail, jenis aktifitas yang dilakukan di lapangan I Gusti Made Agung ini di masing masing zona pengamatan (Zona I-VI) sudah dipaparkan diatas namun jenis kegiatan yang dominan dilakukan di lapangan ini adalah duduk dan berjalan santai. Untuk jenis pakaian yang banyak digunakan adalah kaos kain dengan lengan pendek dan celana kain baik pendek maupun panjang. B. Tahap Kuisioner Pertanyaan pada kuisioner ini, tiga pertanyaan pertama (suhu, kelembaban dan kecepatan angin) merupakan faktor pengarah untuk sampel pengunjung memahami bahwa kenyamanan termal dipengaruhi oleh tiga faktor tersebut. Sedangkan persepsi kenyamanan termal akan diperhitungkan dari pilihan mereka pada komponen pertanyaan keempat yaitu skala kenyamanan termal. Adapun kecenderungan berdasarkan hasil kuisioner sebagai berikut : Tabel 3. Tabel Simpulan Persepsi Kenyamanan Termal 51 P a g e
8 Kondisi data kuisioner ini, tiga faktor pertama (suhu, kelembaban dan kecepatan angin) merupakan factor pengarah untuk sampel pengunjung memahami bahwa kenyamanan termal dipengaruhi oleh tiga faktor tersebut. Sedangkan persepsi kenyamanan termal akan diperhitungkan dari pilihan mereka pada komponen faktor keempat yaitu skala kenyamanan termal. Adapun kecenderungan persepsi mereka sebagai berikut : - Pada zona I, kecenderungan oleh pengguna adalah nyaman di tiga waktu pengukuran. Hanya pada siang hari pengguna secara umum mengarah persepsinya pada kondisi agak hangat. - Pada zona II, kecenderungan oleh pengguna adalah nyaman di tiga waktu pengukuran. Hanya pada pagi hari pengguna secara umum mengarah persepsinya pada kondisi agak sejuk. - Pada zona III, kecenderungan oleh pengguna adalah Agak Hangat di tiga waktu pengukuran. Hanya pada pagi hari pengguna secara umum mengarah persepsinya pada kondisi Nyaman. - Pada Zona IV, kecenderungan oleh pengguna adalah Agak Hangat di tiga waktu pengukuran. Hanya pada pagi hari pengguna secara umum mengarah persepsinya pada kondisi Nyaman. - Pada Zona V, kencederungan oleh pengguna adalah nyaman di tiga waktu pengukuran. Hanya pada pagi hari pengguna secara umum mengarah persepsinya pada kondisi agak sejuk. - Pada Zona VI, kencederungan oleh pengguna adalah nyaman di tiga waktu pengukuran. Hanya pada pagi hari pengguna secara umum mengarah persepsinya pada kondisi agak sejuk. C. Simulasi Comfort Calculator Perkiraan rata rata kenyamanan termal atau Predicted Mean Vote (PMV) pada Simulasi diatas sudah dipaparkan lebih jelas dan untuk memudahkan perbanding disusun dalam bentuk yang lebih sederhana dan menunjukkan kondisi kenyamanan termal masing masing zona sebagai berikut : 52 P a g e
9 Tabel 4. Kenyamanan Termal Sesuai Standar Simulasi Zona I 0,6 (nyaman) 1,8 (hangat) 1,4 (agak hangat) II 0,3 (nyaman) 1,5 (agak hangat) 1 (agak hangat) III 1,5 (agak hangat) 2,2 (hangat) 2,1 hangat) IV 1,2 (agak hangat) 2 (hangat) 1,7 (hangat) V 1,1 (agak hangat) 2 (hangat) 1,7 (hangat) VI 0,7 (nyaman) 1,8 (hangat) 1,4 (agak hangat) D. Simulasi Comfort Calculator Pada tahapan ini akan dilakukan analisa untuk membandingkan kecenderungan persepsi pengguna berdasarkan kuisioner dengan kondisi kenyamanan termal berdasarkan pengukuran serta simulasi. Sebagaimana dipaparkan sebelumnya, tahapan tahapan penelitian sudah dijelaskan dan disimpulkan kecenderungan yang didapat dari tiap tahapan. Dari simpulan masing masing tahap diatas kemudian disandingkan hasil antara persepsi pengguna yang diperoleh dari hasil kuisioner dengan hasil simulasi dapat disimpulkan kecenderungan kondisi kenyamanan termal di lapangan I Gusti Ngurah Made Agung adalah sebagai berikut : Tabel 5. Perbandingan Kenyamanan Termal berdasarkan persepsi dengan Simulasi 53 P a g e
10 Tabel perbandingan diatas menunjukkan persepsi pengguna secara umum, pada pagi hari, persepsi pengguna ada di rentang agak sejuk atau nyaman sedangkan simulasi ada di kondisi nyaman dan agak hangat. Kecenderungan siang hari, persepsi pengguna didominasi nyaman dan simulasi agak hangat dan hangat. Sedangkan kondisi sore hari, persepsi ada di level nyaman dan agak hangat padahal dari simulasi agak hangat dan hangat. Dari penyandingan hasil diatas, dapat dilihat secara umum kecenderungan kenyamanan termal yang terjadi di lapangan I Gusti Ngurah Made adalah persepsi pengguna ada di satu tingkat lebih rendah daripada hasil yang muncul dari simulasi. Kecenderungan diatas dapat dilihat beberapa faktor yang mempengaruhi Kondisi kenyamanan termal di Lapangan ini serta sejauh mana pengaruhnya. Adapu faktor faktornya sebagai berikut : 1. Faktor Klimatis (suhu, kelembaban dan kecepatan angin) Secara umum, ditinjau dari faktor iklim seperti suhu, pada pagi hari, kondisi di semua zona pengukuran cenderung pada kondisi agak hangat kecuali di zona I dan VI yang kondisi suhunya netral/nyaman dan Zona II terukur agak sejuk. Secara persepsi, hal yang serupa juga ditemukan dan menunjukkan konsistensi antara hasil pengukuran dengan hasil simulasi. Sedangkan untuk siang hari dan sore hari, suhu didominasi oleh kondisi yang agak hangat. Posisi zona I, II dan VI secara eksisting memang ada di kondisi dengan vegetasi yang cukup tertata dan menaungi aktifitas yang ada di zona tersebut. Vegetasi eksisting pun memiliki ketinggian yang relative tinggi sehingga fungsi naungannya maksimal dan meningkatkan kelembaban. Ini sangat mendukung persepsi nyaman dan agak sejuk yang ada di area tersebut. Apalagi di sore hari, fungsi naungan di sisi barat memberi rasa nyaman yang dibutuhkan oleh pengguna. 2. Faktor Klimatis (suhu, kelembaban dan kecepatan angin) Factor personal terkait metabolism tubuh dan dipengaruhi oleh kegiatan dan resistensi pakaian. Dalam penelitian ini, dari hasil pengamatan jenis kegiatan yang dominan adalah duduk duduk dan berjalan santai. Untuk area duduk lebih terkonsentrasi di area zona I dan II serta VI dan ini kemungkinan karena area ini dianggap lebih nyaman dan ternaungi oleh vegetasi lapangan (khususnya pada siang hari). Untuk pagi hari, kecenderungan aktifitas ada di sisi utara lapangan (yang memang kondisi suhunya lebih rendah) sedangkan sore hari kegiatan cenderung menyebar dengan pengguna lebih banyak di zona I,II, III dan V. Zona III dan V yang ada di bagian barat, saat sore hari lebih ternaungi oleh bangunan di sisi barat dan vegetasi sehingga kondisinya juga lebih nyaman. Untuk jenis pakaian, secara umum, memilih pakaian yang memang untuk aktifitas diluar ruangan jadi tidak signifikan berpengaruh terhadap pengguna lapangan. 3. Adaptasi Kenyamanan Termal Oleh Pengguna Ruang Terbuka Dari persepsi pengguna, secara umum merasa kenyamanan termal di lapangan ini adalah di level netral/nyaman. Namun sesungguhnya area lapangan ini didominasi oleh kondisi yang sedikit diatas kondisi nyaman (agak hangat 54 P a g e
11 atau hangat). Hal ini menunjukkan kecenderungan adaptasi pengguna terhadap kondisi yang mungkin tidak sesuai dengan persepsinya. Menurut todd, 1987, seseorang yang terbiasa dengan iklim tropis akan merasa nyaman pada suatu zona yang beberapa derajat lebih hangat daripada suhu efektif maksimum yang secara nyaman dialami oleh seseorang dari Inggris. Teori ini dapat menjelaskan kondisi yang kita lihat pada hasil perbandingan diatas dimana persepsi kenyamanan termal pengguna ada di satu level lebih rendah dari kondisi yang didapat dari hasil simulasi. Orang yang tinggal di Denpasar, yang termasuk wilayah tropis sudah terpapar dengan kondisi termal yang ada diatas batas kondisi termal di eropa sejak lahir dan memiliki tingkat adaptasi tertentu terhadap kondisi termal tersebut. Sedangkan parameter ukur yang digunakan di Simulasi Comfort calculator adalah parameter di kondisi eropa dengan kondisi empat musim dan di daerah sub tropis yang suhu relatifnya lebih rendah. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian Kenyamanan Termal Taman Kota I Gusti Ngurah Made Agung ini bertujuan untuk melihat kondisi kenyamanan dengan metode pengukuran dan simulasi serta membandingkan hasil dari tahapan tahapan tersebut. Adapun Kesimpulan yang didapat dari Penelitian ini sebagai berikut : 1. Kenyamanan Termal Kondisi kenyamanan termal di Taman Kota I Gusti Ngurah Made Agung secara umum ada di rentang agak sejuk sampai hangat. Level kenyamanan termal yang mendominasi adalah agak hangat. Ada perbedaan kenyamanan termal berdasarkan persepsi termal dengan hasil simulasi dimana hasil simulasi menunjukkan level kenyamanan satu tingkat diatas hasil simulasi. Kondisi pada pagi hari bisa disimpulkan relatif nyaman karena hasil yang diperoleh ada di rentang agak sejuk sampai agak hangat. Sedangkan siang dan sore hari juga relatif nyaman walaupun tingkat kenyamanan naik ke level agak hangat dan hangat. Keberadaan vegetasi di beberapa zona khususnya zona I dan II (sisi utara) dan zona III dan V (di sisi barat) juga cukup membantu menjadi naungan bagi pengguna yang beraktifitas di lapangan ini. Sedangkan di zona IV dan VI memang relative lebih terbuka dan terpapar langsung oleh sinar matahari, sehingga kondisi kenyamanan termal yang terukur ada di rentang agak hangat dan hangat namun pengguna secara langsung akan memilih untuk tidak beraktifitas di area ini dan memilih area - area lain yang lebih nyaman. 2. Faktor Pengaruh Kondisi kenyamanan termal dan persepsi pengguna lapang ini terbentuk sedemikian rupa karena adanya beberapa pengaruh faktor faktor seperti faktor Iklim (Suhu, kelembaban dan kecepatan angin), Faktor Personal (jenis kegiatan dan jenis pakaian) serta faktor yang paling penting adalah Adaptasi pengguna terhadap kondisi kenyamanan termal tertentu. Kondisi lapangan yang sesungguhnya sudah agak hangat maupun hangat, secara persepsi tetap diterima sebagai kondisi nyaman dan masih dianggap kondisi 55 P a g e
12 termal yang baik untuk berkegiatan luar ruangan di lapangan terbuka publik. Sebagaimana disebutkan diatas, faktor latar belakang lingkungan tropis para pengguna lapangan sudah membuat tubuh beradaptasi pada suhu dan kenyamanan termal yang lebih tinggi namun tetap merasa nyaman. B. Saran Penelitian kuantitatif di Bidang Penelitian Teknik Arsitektur belum banyak dilaksanakan di Universitas Warmadewa mengingat penelitian ini seringkali menggunakan software yang relatif tidak murah dan keterbatasan jumlah alat ukur. Jika hanya menggunakan software yang tersedia secara gratis agak sulit mengembangkan topik penelitian dan keluasan analisanya. Kedepannya perlu direncanakan melengkapi laboratorium arsitektur dengan Software yang sesuai dengan perkembangan teknologi terkini. Sedangkan untuk topik penelitian kenyamanan termal ruang luar khususnya di lapangan publik masih terbuka peluang untuk dilanjutkan ke obyek obyek lapangan taman kota lainnya atau diarahkan pada elemen ruang luar yang mempengaruhi. Dalam jangka panjang diharapkan bisa memunculkan permodelan ruang luar yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat Denpasar. REFERENSI Fanger, P.O Thermal Comfort: Analysis and Applications in Environmental Engineering. New York : Danish Technical Press. Hadi, Rohman dkk Evaluasi Indeks Kenyamanan Taman Kota (Lapangan Puputan Badung Igusti Ngurah Made Agung) Denpasar, Bali. Denpasar : E-jurnal Agroekoteknologi Tropika, Vol. 1, no.1. Heinz Frick Arsitektur dan Lingkungan. Yogyakarta : Kanisius. Sugini Model Kenyamanan Termal Termo Adaptif Psikologis Pada Ruang Dalam Bangunan Di Yogyakarta. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada. Todd, K.W Tapak Ruang dan Struktur. Bandung : Intermatra Bandung.. 56 P a g e
BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi
BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi (07.00) secara keseluruhan dalam kondisi nyaman.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sensasi dan kenyamanan termal telah menjadi fokus masyarakat dalam beberapa periode terakhir. Lingkungan yang nyaman telah menjadi salah satu syarat untuk menunjang
Lebih terperinciEvaluasi Indeks Kenyamanan Taman Kota (Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung) Denpasar, Bali
Evaluasi Indeks Kenyamanan Taman Kota (Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung) Denpasar, Bali ROHMAN HADI *) KOMANG ARTHAWA LILA I GUSTI ALIT GUNADI Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kenyamanan Termal 2.1.1 Definisi Kenyamanan Termal Kenyamanan termal merupakan suatu kondisi dari pikiran manusia yang menunjukkan kepuasan dengan lingkungan termal (Nugroho,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999) dalam Tarwaka (2004)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999) dalam Tarwaka (2004) menyatakan bahwa ergonomi adalah kemampuan untuk menerapkan informasi menurut karakter, kapasitas
Lebih terperinciSeminar Nasional IENACO ISSN:
INVESTIGASI SETING AIR CONDITIONING (AC) PADA USAHA PENINGKATAN KENYAMANAN THERMAL DAN HEMAT ENERGI DI KELAS Sugiono* 1, Ishardita P.Tama 2,Wisnu W 3, Lydia D.R. Suweda 4 Jurusan Teknik Industri, Universitas
Lebih terperinciKARAKTER KENYAMANAN THERMAL PADA BANGUNAN IBADAH DI KAWASAN KOTA LAMA, SEMARANG
KARAKTER KENYAMANAN THERMAL PADA BANGUNAN IBADAH DI KAWASAN KOTA LAMA, SEMARANG Adela Carera * dan Eddy Prianto Laboratorium Teknologi Bangunan, Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bagian ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan.
BAB I PENDAHULUAN Bagian ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Perusahaan pada umumnya memiliki tujuan
Lebih terperinciPengaruh Fungsi Vegetasi terhadap Kenyamanan Termal Lanskap Jalan di Kawasan Kolonial Jalan Besar Idjen, Malang
TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Pengaruh Fungsi Vegetasi terhadap Kenyamanan Termal Lanskap Jalan di Kawasan Kolonial Jalan Besar Idjen, Malang Rizki Alfian (1), Irawan Setyabudi (2), Rofinus Seri Uran (3) (1)
Lebih terperinciSTUDI TINGKAT KENYAMANAN TERMAL RUANG TAMU KOMPLEK PERUMAHAN SERDANG RESIDENCE MEDAN SKRIPSI OLEH HENDRA
STUDI TINGKAT KENYAMANAN TERMAL RUANG TAMU KOMPLEK PERUMAHAN SERDANG RESIDENCE MEDAN SKRIPSI OLEH HENDRA 100406077 DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 STUDI TINGKAT
Lebih terperinciANALISIS KENYAMANAN TERMAL PADA BANGUNAN HIJAU GEDUNG KEMENTRIAN PEKERJAAN UMUM
ANALISIS KENYAMANAN TERMAL PADA BANGUNAN HIJAU GEDUNG KEMENTRIAN PEKERJAAN UMUM Lisa Novianti dan Tri Harso Kayono Program Studi Arsitektur, Universitas Mercu Buana, Jakarta-Indonesia e-mail: sha.lisa2@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Bagian ini memaparkan pendahuluan dari penelitian yang dilakukan. Pendahuluan ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan sistematis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Urban Heat Island dan Kawasan Terbangun. terhadap lingkungan sekitarnya. Fenomena Urban Heat Island (UHI)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Urban Heat Island dan Kawasan Terbangun. Pembangunan pada sebuah kawasan membawa perubahan terhadap lingkungan sekitarnya. Fenomena Urban Heat Island (UHI)
Lebih terperinciPENGARUH LUASAN BUKAAN TERHADAP KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS SISWA PADA BANGUNAN SD NEGERI SUDIRMAN 1 KOTA MAKASSAR
PENGARUH LUASAN BUKAAN TERHADAP KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS SISWA PADA BANGUNAN SD NEGERI SUDIRMAN 1 KOTA MAKASSAR Muhammad Tayeb 1, Ramli Rahim 2, Baharuddin 3 1 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Jakarta Timur, Kota Jakarta, Propinsi DKI Jakarta dengan sampel tujuh Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) dan lokasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kaum Petani dengan kultur agraris khas pedesaan Indonesia bermukim di perumahan dengan bentuk bangunan yang mempunyai tata ruang dan tata letak sederhana. Hampir seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di kota Jakarta mendorong perkembangan dari berbagai sektor, yaitu: hunian, perkantoran dan pusat perbelanjaan/ bisnis. Tanah Abang terletak di
Lebih terperinciNILAI PREDICTED MEAN VOTE (PMV) PADA BANGUNAN DENGAN SISTEM PERKONDISIAN UDARA CAMPURAN (Studi Kasus: Gereja Katedral Semarang)
NILAI PREDICTED MEAN VOTE (PMV) PADA BANGUNAN DENGAN SISTEM PERKONDISIAN UDARA CAMPURAN (Studi Kasus: Gereja Katedral Semarang) Augi Sekatia *) *) Mahasiswa Program Doktor Teknik Arsitektur dan Perkotaan,
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini diuraikan mengenai analisis dan interpretasi hasil perhitungan dan pengolahan data yang telah dilakukan pada bab IV. Analisis dan interpretasi hasil akan
Lebih terperinciPENGHAWAAN DALAM BANGUNAN. Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin
PENGHAWAAN DALAM BANGUNAN Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin PENGHAWAAN Penghawaan adalah aliran udara di dalam rumah, yaitu proses pertukaran udara kotor dan udara bersih Diagram
Lebih terperinciLAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN Lampiran 1: DAFTAR ISTILAH Kenyamanan termal atau thermal comfort adalah kondisi pikiran yang mengekspresikan kepuasan terhadap lingkungan termal. Temperatur udara atau air temperature (T a )
Lebih terperinciHermawan Dosen Teknik Arsitektur Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer UNSIQ Wonosobo
Persepsi Kenyamanan Termal Penghuni Rumah Tinggal di Daerah Pegunungan dan Pantai (Studi Kasus Rumah Tinggal di Pegunungan Muria, Pantai Jepara dan Pantai Pati) Hermawan Dosen Teknik Arsitektur Fakultas
Lebih terperinciBAB IV ANALISA TAPAK
BAB IV ANALISA TAPAK 4.1 Deskripsi Proyek 1. Nama proyek : Garuda Bandung Arena 2. Lokasi proyek : Jln Cikutra - Bandung 3. Luas lahan : 2,5 Ha 4. Peraturan daerah : KDB (50%), KLB (2) 5. Batas wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Arsitektur merupakan bidang studi yang selalu berkaitan dengan kegiatan manusia, serta kebutuhannya terhadap sebuah ruang. Secara garis besar, ruang untuk kegiatan
Lebih terperinciKENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH TEPI SUNGAI Studi Kasus Rumah Tepi Sungai Kahayan Di Kota Palangka Raya
Oleh : Juprianto Bua Toding ( Alumni Universitas Palangka Raya / Mahasiswa Prodi Magister Arsitektur Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi ) Jefrey I. Kindangen ( Staf Pengajar Jurusan Arsitektur Fakultas
Lebih terperinciPengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Kondisi Pencahayaan Alami dan Kenyamanan Termal
TEMU ILMIAH IPLBI 2013 Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Kondisi Pencahayaan Alami dan Kenyamanan Termal Studi Kasus: Campus Center Barat ITB Rizki Fitria Madina (1), Annisa Nurrizka (2), Dea Ratna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manfaat, daya kerja) dari sesuatu, kecil dengan bentuk (rupa) persis seperti yang ditiru,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Arti Kata dalam Judul Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Offline 1.3 menyebutkan, bahwa: a. Pengembangan: adalah proses, cara perbuatan meningkatkan (mutu, manfaat,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang
PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang diperuntukan sebagai lahan untuk tempat tinggal yaitu seluas 45964,88 Ha, dengan keterbatasan lahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. telah membatasi ruang-ruang bebas yang bisa diakses penduduk kota untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring pertumbuhan kota, kepentingan akan keberadaan ruang terbuka hijau aktif perkotaan semakin dirasakan. Peningkatan densitas kota telah menyadarkan kita akan makna
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN UMUM
177 BAB V KESIMPULAN UMUM Kesimpulan 1 Perilaku termal dalam bangunan percobaan menunjukan suhu pukul 07.00 WIB sebesar 24.1 o C,, pukul 13.00 WIB suhu mencapai 28.4 o C, pada pukul 18.00 WIB suhu mencapai
Lebih terperinciStudi Home Range Penggunaan Taman Kota Studi Kasus Lapangan Puputan Margarana Niti Mandala, Denpasar, Bali
Studi Home Range Penggunaan Taman Kota Studi Kasus Lapangan Puputan Margarana Niti Mandala, Denpasar, Bali NI PUTU ARI CANDRA MANI GEDE MENAKA ADNYANA NANIEK KOHDRATA *) PS Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian,
Lebih terperincilib.archiplan.ugm.ac.id
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keterbatasan lahan yang terjadi di perkotaan diiringi dengan tingginya kebutuhan penduduk akan hunian menjadikan kawasan kota berkembang menjadi kawasan yang padat
Lebih terperinciPMV (PREDICTED MEAN VOTE) SEBAGAI THERMAL INDEX
PMV (PREDICTED MEAN VOTE) SEBAGAI THERMAL INDEX THERMAL COMFORT Professor Fanger dari Technical University of Denmark beranggapan bahwa thermal comfort didefinisikan sebagai istilah keadaan fisik tubuh
Lebih terperinciDEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PENGUKURAN KONDISI TERMAL TEMPAT KERJA YANG MENDUKUNG KENYAMANAN OPERATOR UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DI LANTAI PRODUKSI PT. SINAR SOSRO TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berlangsung di dalam kelas merupakan usaha sadar dan terencana untuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar-mengajar merupakan bagian dari proses pendidikan yang berlangsung di dalam kelas merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
Lebih terperinciANALISIS KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DIATAS PANTAI TROPIS LEMBAB Studi Kasus Rumah Atas Pantai Desa Kima Bajo, Kabupaten Minahasa Utara
ANALISIS KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DIATAS PANTAI TROPIS LEMBAB Studi Kasus Rumah Atas Pantai Desa Kima Bajo, Kabupaten Minahasa Utara Arlan Kaharu Jefrey I. Kindangen Judy O. Waani INTISARI Pemukiman
Lebih terperinciIdentifikasi Potensi UHI terhadap RTH dan Kenyamanan Thermal pada Taman Walikota di Kota Kendari
TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Identifikasi Potensi UHI terhadap RTH dan Kenyamanan Thermal pada Taman Walikota di Kota Kendari Santi (1), Siti Belinda (2), Hapsa Rianty (3) linda.amri@gmail.com (1) Kelompok Ilmu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kota Jakarta Barat dikenal sebagai kota jasa dan pusat bisnis yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Jakarta Barat dikenal sebagai kota jasa dan pusat bisnis yang berkembang sangat pesat dengan ciri utama pembangunan fisik namun di lain sisi, pemerintah Jakarta
Lebih terperinciBAB IV ANALISA STUDI KASUS
BAB IV ANALISA STUDI KASUS IV.1 GOR Bulungan IV.1.1 Analisa Aliran Udara GOR Bulungan terletak pada daerah perkotaan sehingga memiliki variasi dalam batas-batas lingkungannya. Angin yang menerpa GOR Bulungan
Lebih terperinciSeminar Nasional IENACO ISSN:
INVESTIGASI HEAT STRESS PADA PEKERJA WIRING HARNESS BERDASARKAN PREDICTED MEAN VOTE (PMV) INDEX MENGGUNAKAN CFD SIMULATION Sugiono 1*), Dwi H. Sulistyarini 2), Suluh E. Swara 3), Khairan A. Mahadika 4)
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan di paparkan mengenai kesimpulan dari hasil analisis dan pembahasan mengenai kualitas dalam ruang pada kantor PT. RTC dari aspek termal dan pencahayan
Lebih terperinciKAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI
KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang
Lebih terperinciZONA NYAMAN BERAKTIFITAS IBADAH DI KAWASAN KOTA LAMA SEMARANG
ZONA NYAMAN BERAKTIFITAS IBADAH DI KAWASAN KOTA LAMA SEMARANG Adela Carera a, Eddy Prianto b, Bambang Supriyadi c a,b,c Magister Teknik Arsitektur, Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Lebih terperinciB A B 1 P E N D A H U L U A N
B A B 1 P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Fungsi utama dari arsitektur adalah mampu menciptakan lingkungan hidup yang lebih baik. Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan unsurunsur iklim yang
Lebih terperinciSOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN
SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN Ronim Azizah, Qomarun Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah wisata. Pariwisata itu sendiri adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Objek Banyak negara yang bergantung pada industri pariwisata sebagai sumber pajak dan meningkatkan sistem ekonomi pada daerah tersebut. Oleh karena
Lebih terperinciPREDIKSI KENYAMANAN TERMAL DENGAN PMV DI SMK 1 WONOSOBO
PREDIKSI KENYAMANAN TERMAL DENGAN PMV DI SMK 1 WONOSOBO Hermawan a, Eddy Prianto b, Erni Setyowati c a Mahasiswa Program Doktor Arsitektur UNDIP Semarang b,c Doktor Arsitektur UNDIP Semarang E-mail: a
Lebih terperinciIdentifikasi Pengaruh Material Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal (Studi kasus bangunan dengan material bambu dan bata merah di Mojokerto)
Identifikasi Pengaruh Material Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal (Studi kasus bangunan dengan material bambu dan bata merah di Mojokerto) Damalia Enesty Purnama 1, Agung Murti Nugroho 2, Ir. Bambang
Lebih terperinciEVALUASI KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS MAHASISWA (STUDI KASUS RUANG KELAS 303 JURUSAN TEKNIK MESIN UNS)
EVALUASI KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS MAHASISWA (STUDI KASUS RUANG KELAS 303 JURUSAN TEKNIK MESIN UNS) Bambang Suhardi 1), Pringgo Widyo Laksono 2), dan Bekti Budisantosa 3) 1,3 Laboratorium Perancangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN TAMAN BACAAN DI PATI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Kabupaten Pati terletak di daerah pantai Utara Pulau Jawa dan di bagian Timur dari Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan segi letaknya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. letaknya ini, matahari dapat bersinar di wilayah Indonesia selama 12 jam per
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Iklim tropis yang ada di Indonesia diakibatkan karena letak Indonesia berada tepat di garis ekuator, yang berarti dekat dengan matahari. Dipengaruhi letaknya ini, matahari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan.
BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan. 1.1 Latar Belakang Wilayah Indonesia terletak di daerah tropis
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN
BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN Kerangka kajian yang digunakan dalam proses perancangan Hotel Resort Batu ini secara umum, diuraikan dalam beberapa tahap antara lain: 3.1 Pencarian Ide/Gagasan Tahapan kajian
Lebih terperinciGambar 2 Peta lokasi studi
15 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi Studi dilakukan di Kebun Anggrek yang terletak dalam areal Taman Kyai Langgeng (TKL) di Jalan Cempaka No 6, Kelurahan Kemirirejo, Kecamatan Magelang Tengah,
Lebih terperinciArsitektur Nusantara yang Tanggap Iklim: Paradigma dalam Penentuan Potensi Keberlanjutannya
Arsitektur Nusantara yang Tanggap Iklim: Paradigma dalam Penentuan Potensi Keberlanjutannya Jurnal Sumber: Nur Endah Nuffida Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITS, Jurusan Arsitektur nuffida@arch.its.ac.id
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN 5.1 Kondisi Sistem Setting dan Livabilitas Ruang Terbuka Publik di Lapangan Puputan
BAB V KESIMPULAN Dari hasil analisis, peneliti menjawab pertanyaan penelitian yaitu bagaimana kondisi sistem setting dan livabilitas di ruang terbuka publik di Lapangan Puputan dan bagaimana bentuk persepsi
Lebih terperinciBelakang Latar. yaitu. Kota. yang. dan dekat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Yogyakartaa memiliki empat kelompok kawasan permukiman yaitu lingkungan permukiman di kawasan cagar budaya, permukiman di kawasan kolonial, permukiman di kawasan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap dan Lanskap Kota Lanskap merupakan suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter lahan/tapak dan dengan segala sesuatu yang ada di atasnya baik bersifat alami maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyedia fasilitas pelayanan bagi masyarakat. Lingkungan perkotaan merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota merupakan perwujudan aktivitas manusia yang berfungsi sebagai pusat kegiatan sosial, ekonomi, pemerintahan, politik, dan pendidikan, serta penyedia fasilitas
Lebih terperinciBAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS
BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS Langkah kami setelah mencari tahu dan segala informasi tentang Pulau Nias adalah survey langsung ke lokasi site untuk Tugas Akhir ini. Alangkah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kawasan Tanah Abang, merupakan wilayah yang padat di Kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat. Di samping padat akan pemukiman penduduknya, Tanah Abang adalah kawasan bisnis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang proyek
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang proyek Di ibukota Jakarta, penduduknya lebih banyak adalah para pendatang dari luar daerah Jakarta untuk mencari pekerjaan. Mereka berasal dari
Lebih terperinciBAB IV ANALISA PERENCANAAN
BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.
Lebih terperinciMENDEFINISIKAN KEMBALI ARSITEKTUR TROPIS DI INDONESIA
MENDEFINISIKAN KEMBALI ARSITEKTUR TROPIS DI INDONESIA Tri Harso Karyono Desain Arsitektur, vol. 1, April, 2000, pp.7-8. Satu di antara sederet alasan mengapa manusia membuat bangunan adalah karena kondisi
Lebih terperinciPreferensi Pejalan Kaki terkait Kondisi Lingkungan untuk Menciptakan Kenyamanan Termal di Jalan Rajawali Surabaya
TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Preferensi Pejalan Kaki terkait Kondisi Lingkungan untuk Menciptakan Kenyamanan Termal di Jalan Rajawali Surabaya Dini Faza Illiyin (1), Rea Risky Alprianti (2) dinifaza93@gmail.com
Lebih terperinciOPTIMASI KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI UNTUK EFISIENSI ENERGI PADA RUMAH SUSUN DENGAN KONFIGURASI TOWER DI DENPASAR
OPTIMASI KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI UNTUK EFISIENSI ENERGI PADA RUMAH SUSUN DENGAN KONFIGURASI TOWER DI DENPASAR Studi Kasus : Rumah Susun Dinas Kepolisian Daerah Bali LATAR BELAKANG Krisis energi Isu Global
Lebih terperinciAnalisis Tingkat Kenyamanan Ruang Terbuka Hijau (Rth) Taman Kota Tengah, Taman Rekreasi Damai dan Taman Smart Nursery di Kota Gorontalo
Nursery di Kota Gorontalo 285 Analisis Tingkat Kenyamanan Ruang Terbuka Hijau (Rth) Taman Kota Tengah, Taman Rekreasi Damai dan Taman Smart Nursery di Kota Gorontalo 1 Ekawaty Prasetya, 2 Hermawansyah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Urban Heat Island Sebagai Dampak Dari Pembangunan Perkotaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Urban Heat Island Sebagai Dampak Dari Pembangunan Perkotaan Pembangunan perkotaan membawa perubahan pada lingkungan fisikdan atmosfer kota. Pada lingukungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah perkotaan adalah efek dari kondisi iklim artifisial, yang terjadi pada
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor tekanan lingkungan pada manusia yang tinggal di daerah perkotaan adalah efek dari kondisi iklim artifisial, yang terjadi pada lingkungan eksternal
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Denpasar, Juni 2016 Penulis. Perdana Putra NIM
ABSTRAK Sepeda motor merupakan alat transportasi yang banyak digunakan di Indonesia. Saat ini sepeda motor telah berkembang dalam berbagai jenis dan merek. Kegunaannya pun bukan hanya untuk transportasi
Lebih terperinciGEDUNG PENJUALAN SARANA PENDIDIKAN DI DENPASAR
LANDASAN KONSEPTUAL PERANCANGAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dalam Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur GEDUNG PENJUALAN SARANA PENDIDIKAN DI DENPASAR
Lebih terperinciBAB V ANALISIS SINTESIS
BAB V ANALISIS SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik 5.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak terletak di bagian Timur kompleks sekolah dan berdekatan dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Eksistensi green desain pada dunia arsitektur dan interior merupakan hal yang sangat disadari bagi para pekerja dunia arsitektur dan interior desain. Pada saat ini,
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Gedung pusat kebugaran ini direncanakan untuk menjadi suatu sarana yang mewadahi kegiatan olahraga, kebugaran, dan relaksasi. Dimana kebutuhan masyarakat
Lebih terperinciPerumahan Golf Residence 2 Graha Candi Golf Semarang (dengan Penekanan Desain Arsitektur Tropis)
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Perumahan Golf Residence 2 Graha Candi Golf Semarang (dengan Penekanan Desain Arsitektur Tropis) Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR
LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR Prasato Satwiko. Arsitektur Sadar Energi tahun 2005 Dengan memfokuskan permasalahan, strategi penataan energi bangunan dapat dikembangkan dengan lebih terarah.strategi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Taman kota merupakan salah satu elemen penyusun ruang kota yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Taman kota merupakan salah satu elemen penyusun ruang kota yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sebagai ruang terbuka, taman kota dipahami sebagai ruang yang berisi
Lebih terperinciMUSEUM TSUNAMI ACEH PENGERTIAN
MUSEUM TSUNAMI ACEH PENGERTIAN Pengertian umumnya adalah sebuah konsep desain yang beradaptasi dengan lingkungan yang tropis Tetapi bukan berarti melupakan sisi estetika. Hanya disini hal yang paling utama
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan meliputi pembahasan mengenai pemanfaatan penghawaan dan pencahayaan alami pada City Hotel yang bertujuan untuk
Lebih terperinciKAJIAN KENYAMANAN TERMAL RUANG KULIAH PADA GEDUNG SEKOLAH C LANTAI 2 POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
KAJIAN KENYAMANAN TERMAL RUANG KULIAH PADA GEDUNG SEKOLAH C LANTAI 2 POLITEKNIK NEGERI SEMARANG Demi Tria Istiningrum 1, Rr Leidy Arumintia W.S. 1, Muhamad Mukhlisin 1,*, Mochammad Tri Rochadi 1 1) Jurusan
Lebih terperinciGambar 1.1 Suhu dan kelembaban rata-rata di 30 provinsi (BPS, 2014)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim selama tiga dekade terakhir telah meningkatkan suhu permukaan bumi. Suhu telah meningkat sekitar 0,8 dan menyebabkan lapisan es laut Artik berkurang
Lebih terperinciBAB III PERMASALAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN. menurunkan nilai koefisien kecepatan udara (blocking effect) dalam ruang
BAB III PERMASALAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN A. Permasalahan Kindangen (2005: 172) menulis penghalang di depan bangunan menurunkan nilai koefisien kecepatan udara (blocking effect) dalam ruang dibanding
Lebih terperinciRESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema
BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema Tema yang diusung dalam pengerjaan proyek Resort Dengan Fasilitas Meditasi ini adalah Arsitektur Tropis yang ramah lingkungan. Beberapa alasan
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN
BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Ide Perancangan Dalam penentuan ide perancangan Kawasan wisata pantai Camplong menggunakan ayat Al-Qur an Surat Al-Baqarah Ayat 11: "Janganlah kamu membuat kerusakan di muka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengujian kenyamanan termal ruang luar di Koridor Jalan Tugu-Kraton menjadi salah satu alat ukur tingkat kenyamanan di Kota Yogyakarta. terdiri dari kenyamanan ruang,
Lebih terperinciSTUDI KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS TK TUNAS MUDA X IKKT JAKARTA BARAT
STUDI KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS TK TUNAS MUDA X IKKT JAKARTA BARAT Tuti Purwaningsih dan M Syarif Hidayat Program Studi Arsitektur, Universitas Mercu Buana, Jakarta-Indonesia e-mail: tutipurwa@gmail.com
Lebih terperinciLAPORAN PENELITIAN SETING PRILAKU PENGUNJUNG DI TAMAN NOSTALGIA KUPANG. Oleh I Kadek Mardika
LAPORAN PENELITIAN SETING PRILAKU PENGUNJUNG DI TAMAN NOSTALGIA KUPANG Oleh I Kadek Mardika UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA KUPANG 2015 i KATA PENGANTAR Dunia arsitektur selama ini lebih banyak diketahui
Lebih terperinciBAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA
14 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian inii dilakukan di Sentul City yang terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Gambar
Lebih terperinciBAB 5 KONSEP PERANCANGAN. Terakota di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut
BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan Griya seni dan Budaya Terakota ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Re-Inventing Tradition
Lebih terperinciBAB VI KONSEP RANCANGAN
BAB VI KONSEP RANCANGAN Lingkup perancangan: Batasan yang diambil pada kasus ini berupa perancangan arsitektur komplek Pusat Rehabilitasi Penyandang Cacat Tubuh meliputi fasilitas terapi, rawat inap, fasilitas
Lebih terperinciIV KONDISI UMUM TAPAK
IV KONDISI UMUM TAPAK 4.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Secara geografis kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea terletak pada 16 32 BT 16 35 46 BT dan 6 36 LS 6 55 46 LS. Secara administratif terletak di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Ruang merupakan wadah atau setting yang dapat mempengaruhi pelaku atau pengguna. Ruang sebagai salah satu komponen arsitektur menjadi sangat penting dalam hubungan
Lebih terperinciTINGKAT KENYAMANAN TERMAL BAGI PENGGUNA TAMAN DI JAKARTA (STUDI KASUS : TAMAN SITU LEMBANG DAN TAMAN SUROPATI, JAKARTA)
TINGKAT KENYAMANAN TERMAL BAGI PENGGUNA TAMAN DI JAKARTA (STUDI KASUS : TAMAN SITU LEMBANG DAN TAMAN SUROPATI, JAKARTA) Resthi Juliadriningsih Djadjuli Ahmad dan M. Syarif Hidayat Program Studi Arsitektur,
Lebih terperinciPengaruh Bukaan terhadap Kenyamanan Termal Siswa pada Bangunan SMP N 206 Jakarta Barat
Pengaruh Bukaan terhadap Kenyamanan Termal Siswa pada Bangunan SMP N 206 Jakarta Barat Yandhi Hidayatullah dan M. Syarif Hidayat Program Studi Arsitektur, Universitas Mercu Buana, Jakarta-Indonesia e-mail:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kenyaman termal menjadi aspek penting yang harus diperhatikan dalam pengembangan sebuah kawasan (urban development). Kegiatan manusia secara langsung dipengaruhi oleh
Lebih terperinciEVALUASI KENYAMANAN TERMAL RUANG SEKOLAH SMA NEGERI DI KOTA PADANG
EVALUASI KENYAMANAN TERMAL RUANG SEKOLAH SMA NEGERI DI KOTA PADANG Lusi Susanti, Nike Aulia Laboratorium Sistem Kerja dan Ergonomi, Jurusan Teknik Industri, Universitas Andalas, Padang Email: lusi@ft.unand.ac.id
Lebih terperinciPathologi Bangunan dan Gas Radon Salah satu faktor paling populer penyebab terganggunya kesehatan manusia yang berdiam
PATHOLOGI BANGUNAN DAN KENYAMANAN TERMAL Tri Harso Karyono Majalah Konstruksi, April 1997 Dalam ilmu bahasa, pathologi berarti ilmu tentang penyakit, dengan pengertian ini, ilmu tersebut dianggap tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta mengingat jumlah penduduk Jakarta yang terus bertambah, sehingga saat ini di Jakarta banyak
Lebih terperinciEvaluasi Purna Huni pada Ruang Terbuka Publik di
TEMU ILMIAH IPLBI 2014 Evaluasi Purna Huni pada Ruang Terbuka Publik di Perumahan Bukit Sejahtera Palembang Tutur Lussetyowati Laboratorium Kota dan Permukiman, Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas
Lebih terperinci