BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kenyamanan termal manusia terhadap ruang (Frick, 2007:
|
|
- Fanny Tanudjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Peningkatan suhu akibat pemanasan global menjadi faktor dominan yang mempengaruhi tingkat kenyamanan termal manusia terhadap ruang (Frick, 2007: 28). Isu pemanasan global yang tidak dapat dipungkiri kedatangannya, mengharuskan untuk ditemukannya solusi bagaimana fenomena tersebut dapat diminimalisir pengaruhnya terhadap kenyamanan termal pada sebuah karya arsitektur. Keprihatinan akan fenomena pemanasan global mendorong timbulnya pemikiran baru dalam perancangan arsitektur yang kemudian dikenal sebagai arsitektur hijau (Priatman, 1993). Arsitektur Hijau sebagai bagian dari penerapan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan, di mana selama proses pembangunan, pemanfaatan bangunan, hingga pasca pemanfaatan, direncanakan dengan cermat sehingga menimbulkan dampak negatif yang seminimal mungkin terhadap lingkungan (Kusumawanto, 41: 2014). Woolley (2005) mengatakan, ada beberapa prinsip dalam pengembangan arsitektur hijau, di antaranya: mereduksi penggunaan energi, meminimalisir polusi eksternal dan kerusakan lingkungan, mereduksi embodied energy dan penipisan sumber daya energi, serta meminimalisir polusi internal dan kerusakan kesehatan manusia. Dengan kata lain, arsitektur hijau sangat identik dengan efisiensi atau penghematan penggunaan energi, meminimalisir dampak terhadap lingkungan, serta menjaga kenyamanan dan kesehatan manusia.
2 2 Dalam penghematan energi, selubung bangunan mempunyai peran penting karena berfungsi sebagai pengendali kondisi eksternal yang terkait dengan beban sistem pengkondisian udara dan sistim pencahayaan yang mengkonsumsi sebagian besar dari total energi listrik, bisa mencapai 90% (Nasution, 2006). kalkulasi perambatan panas (OTTV: Overall Thermal Transver Value) dan pemanfaatan cahaya alami pada gedung-gedung kaca, memberikan gambaran tingkat efisiensi energi masih rendah (Daryanto, 1989). Meningkatnya konsumsi energi akibat pesatnya pembangunan gedung bertingkat tinggi suatu saat akan menjadi ancaman krisis energi yang perlu diwaspadai. Beban internal ditimbulkan oleh lampu, penghuni dan peralatan lain yang menimbulkan panas, sedangkan beban eksternal, yaitu beban yang masuk dalam bangunan akibat radiasi matahari dan konduksi melalui selubung bangunan (ASHRAE, 2004). Dari sinilah terlihat korelasi antara penggunaan energi pada bangunan terhadap kenyamanan termal yang dihasilkan untuk manusia. Sementara itu, kenyamanan termal (Thermal Comfort) menurut ASHRAE Standar didefinisikan sebagai kondisi pikiran yang mengungkapkan kepuasan tertentu terhadap lingkungan termal. Untuk pengendalian perambatan panas, selubung bangunan mempunyai peran yang sangat penting. Pengolahan fasade dan penggunaan material pada selubung bangunan di daerah tropis lembab, seharusnya dapat memberikan perlindungan yang baik terhadap radiasi matahari, pengaruh negatif iklim, sehingga hemat energi dan mudah dalam pemeliharaannya. Pemilihan selubung bangunan yang terencana dengan baik dan dapat mengendalikan radiasi matahari dapat menurunkan konsumsi energi listrik
3 3 (Daryanto, 2011). Dalam merancang selubung bangunan diperlukan kepiawaian dalam mengolah faktor-faktor fisis (performance aspect) dan faktor-faktor estetis (appearance aspect) untuk menghasilkan karya arsitektur yang tanggap terhadap iklim dan hemat energi (Priatman, 1993). Banyak faktor yang mempengaruhi kondisi suhu pada suatu ruangan dalam bangunan. Seperti yang dikatakan oleh Mangunwijaya (1998), bahwa suhu di dalam ruangan salah satunya ditentukan oleh kondisi iklim dan radiasi matahari. Sementara itu, Givoni (1998) mengatakan bahwa perolehan panas eksternal karena kondisi iklim lingkungan dan radiasi matahari pada bangunan, banyak dipengaruhi oleh desain dan konstruksi bangunan, terutama pada selubung bangunan. Atap merupakan salah satu selubung bangunan (building envelope) yang secara langsung berhubungan dengan lingkungan fisik di luar sekitar bangunan, yang berperan sebagai sarana pelindung dari panas radiasi matahari, hujan, dan pergerakan angin kencang (Mangunwijaya, 1998). Oleh sebab itu, besar kemungkinan kenyamanan termal yang ditentukan oleh kondisi iklim dan radiasi matahari dapat diperoleh dari penggunaan struktur dan konstruksi atap yang tepat. Dalam mendesain sebuah arsitektur yang memberi kenyamanan secara termal, perlu meniru hasil karya arsitektur setempat yang telah berhasil mewujudkannya. Sebagai wujud arsitektur vernakular, rumah tradisional diyakini sebagai wujud arsitektur yang telah mengalami percobaan-percobaan (trial and error) dalam menghadapi perilaku alam (Amos Rapoport, 1969). Arsitektur tradisional Jawa sebagai salah satu arsitektur tradisional di Indonesia, sangat memperhatikan aspek lingkungan yang tertuang dalam konsep makro dan mikro
4 4 kosmosnya, sehingga selaras dan nyaman untuk dihuni (Purwanto dkk, 2006). tradisional Jawa memiliki bentuk atap yang paling banyak dibandingkan bentuk atap bangunan tradisional lain di Indonesia (Koentjaraningrat, 1984). Oleh karenanya, keragaman bentuk atap tradisional Jawa tersebut dapat menjadi pilihan atas kondisi termal yang baik atas ruangan yang dinaunginya. Konstruksi atap terdiri atas struktur penopang dan material penutupnya (Iswanto, 2007). Seperti yang dikatakan Frickz (2007: 29), bahwa kesejukan dalam ruang terkandung pada struktur dan konstruksinya. Oleh karenanya modifikasi konstruksi atap yang tepat, mulai dari bentuk dasarnya, sudut kemiringannya, serta luas permukaan atap, dimungkinkan dapat memberi pengaruh yang signifikan terhadap nilai termal di dalam bangunan. Seperti yang diungkapkan Purwanto dkk (2006) bahwa atap dengan konstruksi yang dapat menghasilkan pergerakan udara di dalamnya dapat memberikan suhu yang lebih rendah dibandingkan dengan atap yang tidak memberikan pergerakan udara. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Purwanto dkk (2006), atap rumah tradisional joglo menghasilkan suhu udara di dalam ruangan lebih rendah dibanding jenis atap Jawa Tengah yang lainnya, sehingga dapat dikatakan atap Joglo dapat mengoptimalkan kenyamanan termal untuk ruangan yang dinaunginya. Di sisi lain, atap joglo memiliki jenis yang beragam berdasarkan bentuk dan konstruksinya. Menurut Lestari (2015), atap joglo memiliki 12 jenis dengan bentuk yang berbeda, meskipun pada dasarnya memiliki bentuk dasar yang sama yaitu bujur sangkar. Dengan bentuk yang berbeda dari tiap jenis atap joglo, tentunya mempengaruhi konstruksinya yang meliputi sudut kemiringan atap, serta luas
5 5 penampang atap. Maka dari itu, penelitian terkait kenyamanan termal yang dihasilkan atas berbagai jenis variasi konstruksi atap joglo menjadi menarik untuk dikembangkan secara mendalam RUMUSAN MASALAH tradisional Jawa memiliki bentuk atap yang paling banyak dibandingkan bentuk atap bangunan tradisional lain di Indonesia (Koentjaraningrat, 1984). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Purwanto dkk (2006), atap Rumah Joglo merupakan jenis atap Rumah Tradisional Jawa yang menghasilkan nilai termal yang paling baik untuk ruangan yang dinaunginya, dikarenakan atap Joglo menghasilkan sirkulasi aliran udara yang baik. Namun, dalam perkembangan bangunan modern, atap joglo kurang diminati dan jarang digunakan untuk rumah tinggal. Oleh karenanya, mempelajari pola pergerakan udara pada atap Joglo perlu dilakukan, untuk mengetahui faktor apa yang menyebabkan udara dapat bergerak secara maksimal di dalam ruangan. Udara sebagai salah satu variabel kenyamanan termal diduga terpengaruh oleh kondisi fisik atap, seperti adanya celah serta komponen penunjang atap lainnya, sehingga dilakukanlah simulasi untuk menemukan bentuk atap yang efektif dalam mengkondisikan pergerakan udara secara optimal PERTANYAAN PENELITIAN Berdasarkan latar belakang penelitian dan rumusan masalah diatas, dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :
6 6 a. Bagaimana pola pergerakan udara pada rumah dengan atap Joglo Omah UGM Kota Gede? b. Bagaimanakah Kondisi Iklim Mikro di Lingkungan rumah Joglo Omah UGM Kota Gede? c. Adakah pengaruh yang dihasilkan dari modifikasi atap Joglo Omah UGM Kota Gede terhadap pola pergerakan udara, dan manakah yang menghasilkan pergerakan udara yang paling optimal? 1.4. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini ialah mempelajari pengaruh bentuk atap terhadap perilaku pergerakan udara pada Rumah Joglo Omah UGM, serta mengukur seberapa jauh kinerja atap Joglo pada rumah tersebut dalam mengkondisikan aliran udara dalam ruang. Dengan mensimulasikan aliran udara pada rumah dengan atap joglo Omah UGM, diharapkan dapat menemukan bentuk ideal dari atap untuk aliran udara yang optimal, sehingga karakter dari bentuk atap yang ideal tersebut dapat diaplikasikan pada atap bangunan modern MANFAAT PENELITIAN dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat di antaranya: 1. Memperkaya pengetahuan terkait tema kenyamanan termal bangunan, khususnya pada perilaku pergerakan udara, sehingga dapat menjadi solusi atas permasalahan lingkungan yang terjadi saat ini.
7 7 2. Memberikan rekomendasi modifikasi atap Joglo pada rumah Joglo Omah UGM yang dapat mengakomodir pergerakan udara yang paling baik, sehingga lebih optimal dalam memberikan nilai kenyamanan termal dalam bangunan BATASAN PENELITIAN Penelitian ini mengkaji keterkaitan antara bentuk atap joglo Omah UGM terhadap pengkondisian sirkulasi aliran udara dalam ruang, yang berpengaruh pada kenyamanan termal bangunan. Kenyamanan termal di sini diartikan dengan kondisi manusia di mana tidak merasakan terlalu dingin atau terlalu panas, atas faktor yang mempengaruhinya yaitu: temperatur udara, kelembaban, radiasi matahari, serta pergerakan udara (Lippsmeir, 1997). Sedangkan untuk objek bangunan yang akan diteliti ialah objek riil dengan lokasi di daerah Yogyakarta, sebagai daerah yang kental dengan budaya Jawa, dan masih banyak terdapat bangunan dengan atap joglo. Kondisi bangunan berupa satu gugusan bangunan Jawa yang terdiri dari satu bangunan utama (omah dalem) dan pendopo. Analisis pergerakan udara, dilakukan melalui simulasi dengan menggunakan software berbasis CFD (Computational Fluid Dynamics), dengan beberapa input data di antaranya: temperatur global, kelembaban global, serta kecepatan angin global, yang didapatkan dari data iklim setempat. Waktu dilakukannya simulasi dalam mengukur perolehan kenyamanan termal ialah pada satu hari di mana kondisi cuaca cerah.
8 KEASLIAN PENELITIAN Beberapa penelitian sejenis terkait performa selubung bangunan terhadap nilai termal yang dihasilkan, telah dilakukan dan disajikan dalam jurnal ilmiah maupun tesis. Berikut data dari beberapa penelitian tersebut, sebagai acuan keaslian penelitian: Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu yang Sejenis Nama / No Tahun 1 L.M.F. Purwanto, dkk (2006) 2 FX Teddy Badai Samodra (2008) 3 Azwan Aziz (2009) Judul Fokus Lokus Metode Pengaruh Bentuk Atap Tradisional di Jawa Tengah untuk Peningkatan Kenyamanan Termal Bentuk Atap Jawa Tengah dan Pengaruhnya terhadap Kenyamanan Termal Atap Jawa yang Ada di Jawa Tengah Simulatif dengan Pengukuran Lapangan Dari beberapa jenis penutup atap tradisional Jawa Tengah, atap Joglo merupakan bentuk atap yang memberikan kenyamanan termal yang paling baik. Thermal Performance for Javanese Village Houses Radiasi Matahari pada Geometri Atap 5 Model Atap Rumah Tradisional Jawa yang berlokasi di Lereng Gunung Kelud simulatif Radiasi matahari dipengaruhi oleh luas permukaan geometri atap, sehingga model atap srotongan ialah model atap yang paling rendah memperoleh radiasi matahari sedangkan model atap gotong mayit memperoleh radiasi matahari terbesar. Pengaruh Material Atap terhadap Nilai RTTV RTTV (Roof Thermal Transfer Value) dan Kenyamanan Termal Rumah Tinggal di Depok Simulatif dengan Pengukuran Objek sebenarnya Lanjut ke halaman 9
9 9 4 Hicma Edwin Rosadi, dkk (2011) 5 Ubay, dkk (2012) 6 Biyanvilage Sampath Sri Sameera Dareeju, dkk (2013) 7 Estuti Rochimah (2014) 8 Rr. Swari Dewanti Hamastuti (2015) Atap yang memiliki nilai paling baik dalam menghasilkan kenyamanan termal ialah dengan menggunakan material genteng keramik baik yang menggunakan insulasi maupun yang tanpa insulasi Pengaruh Sudut Kemiringan Atap dan Orientasinya terhadap Kualitas Termal Kemiringan atap dan orientasi bangunan terhadap temperatur dalam ruang Hipotetik dengan kondisi iklim Jawa Timur simulatif Semakin besar sudut kemiringan atap semakin kecil temperatur dalam ruangan, sedangkan arah hadap utara-selatan menghasilkan temperatur lebih rendah dibandingkan timur-barat. Pengaruh Penggunaan Material pada Masjid terhadap Termal di Dalam Material Selubung terhadap Temperatur dalam Ruangan Hipotetik dengan kondisi Iklim daerah Malang Kuantitatif Simulatif Penggunaan bata sebagai material selubung bangunan menghasilkan kenyamanan termal yang paling baik dibandingkan dengan material lain, dengan prosentasi bukaan seluas 5-15%. Indoor Thermal Performance of Green Roof in Tropical Climate Green Roof sebagai Isolator Panas Hipotetik dengan Kondisi Iklim Tropis di Sri Langka Kuantitatif Green Roof atau atap hijau memiliki performa yang baik sebagai isolator panas di dalam bangunan, sehingga mengurangi penggunaan energi untuk pendinginan ruangan. Kajian Sudut Kemiringan dan Orientasi Atap terhadap Nilai RTTV Sudut Kemiringan Atap dan Orientasi terhadap RTTV Objek Hipotetik Ekspermental Simulatif dengan objek hipotetik Sudut kemiringan atap tidak berpengaruh secara signifikan dalam memperoleh nilai RTTV. Orientasi atap bangunan sebaiknya kea rah utaraselatan, timur laut-barat daya, atau tenggara-barat laut. Nilai RTTV juga dipengaruhi oleh nilai RTTV parsial dari tiap sisi bidang selubung atap. Konstruksi Penutup Atap dengan Bambu sebagai Isolator Termal Material Sirap Bambu sebagai Isolator Termal Permodelan di wilayah Yogyakarta Lanjut ke halaman 10
10 10 9 Tuhari (2014) Penutup atap dengan bahan bambu memiliki nilai isolasi panas lebih baik dibandingkan bahan penutup atap konvensional lainnya. Sirap bambu Apus melalui proses pengawetan dengan perendaman di dalam air, yang dikonstruksikan dua lapis dan terbuka ke atas, dengan menggunakan sudut kemiringan 30 0 merupakan konstruksi sirap bambu yang paling efisien sebagai isolator termal. Pengembangan Model Sistem Ventilasi Ruang Gambar dengan CFD, Studi Kasus Ruang Gambar Basemen SMKN 2 Wonosari Sistem Ventilasi Ruang Gambar SMK N 2 Wonosari Ekspermental Simulatif Sistem ventilasi yang baik ialah dengan sistem cross ventilation dengan luas inlet = outlet minimal 15% dari luas lantai. Sumber: Purwanto (2006), Samodra (2008), Aziz (2009), Rosadi (2011) Ubay (2012), Dareeju (2013), Rochimah (2014), dan Hamastuti (2015), Beberapa penelitian tersebut secara keseluruhan mengukur performa bagian selubung bangunan terhadap nilai termal. Sebagian penelitian mengukur nilai termal atas dasar RTTV yang telah ditentukan, dan sebagian lagi membandingkan temperatur ruang, kelembaban, dan pergerakan udara yang dihasilkan sebagai indikator kenyamanan termal. Pengukuran, analisis, dan simulasi dilakukan pada atap joglo di Omah UGM Kota Gede yang mana dalam penelitian yang dilakukan oleh Purwanto dkk (2006) merupakan jenis atap yang menghasilkan termal ruang paling baik dibanding jenis atap Jawa yang lain. Dengan memodifikasi fisik atap joglo tersebut, kemudian disimulasikan dan diukur nilai aliran udara yang dikondisikan, sehingga didapatkan kebenaran terkait kenyamanan yang dihasilkan dari penggunaan atap joglo tersebut, serta faktor apa yang menyebabkan hal tersebut terjadi.
BAB I PENDAHULUAN Krisis Energi Kebutuhan energi di segala aspek kehidupan manusia saat ini semakin
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Krisis Energi Kebutuhan energi di segala aspek kehidupan manusia saat ini semakin meningkat dengan pesat, sedangkan persediaan sumber energi semakin berkurang.
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai LS sehingga memiliki
1 BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai 11 15 LS sehingga memiliki iklim tropis lembab basah dengan ciri khas: curah hujan yang tinggi namun penguapan rendah, suhu
Lebih terperinciPENDEKATAN PEMBENTUKAN IKLIM-MIKRO DAN PEMANFAATAN ENERGI ALTERNATIF SEBAGAI USAHA TERCAPAINYA MODEL PENDIDIKAN LINGKUNGAN BINAAN YANG HEMAT ENERGI
ABSTRAK PENDEKATAN PEMBENTUKAN IKLIM-MIKRO DAN PEMANFAATAN ENERGI ALTERNATIF SEBAGAI USAHA TERCAPAINYA MODEL PENDIDIKAN LINGKUNGAN BINAAN YANG HEMAT ENERGI Oleh : Erna Krisnanto Jurusan Pendidikan Teknik
Lebih terperinci1.1 Latar Belakang Penelitian. menjadi bagian yang tak terpisahkan dari arsitektur. Ketergantungan bangunan
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, energi menjadi bagian yang tak terpisahkan dari arsitektur. Ketergantungan bangunan terhadap
Lebih terperinciPengembangan RS Harum
BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1. ARSITEKTUR HIJAU (GREEN ARCHITECTURE) Arsitektur hijau merupakan langkah untuk mempertahankan eksistensinya di muka bumi dengan cara meminimalkan perusakan alam dan lingkungan
Lebih terperinciDAMPAK PENGGUNAAN DOUBLE SKIN FACADE TERHADAP PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK UNTUK PENERANGAN DI RUANG KULIAH FPTK BARU UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA:
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Proses pendidikan merupakan suatu proses yang berlangsung dalam suatu lingkungan yaitu lingkungan pendidikan. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya,
Lebih terperinciPendekatan Pembentukan Iklim-Mikro dan Pemanfaatan Energi Alternatif Sebagai Usaha Tercapainya Model Desain Rumah Susun Hemat Energi
ABSTRAK Pendekatan Pembentukan Iklim-Mikro dan Pemanfaatan Energi Alternatif Sebagai Usaha Tercapainya Model Desain Rumah Susun Hemat Energi Oleh : Erna Krisnanto Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur Universitas
Lebih terperinciTransfer Termal pada Selubung Bangunan SMPN 1 Plandaan Jombang
Transfer Termal pada Selubung Bangunan SMPN 1 Plandaan Jombang Bagus Widianto 1, Beta Suryokusumo Sudarmo 2, Nurachmad Sujudwijono A.S. 3 123 Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Arsitektur merupakan bidang studi yang selalu berkaitan dengan kegiatan manusia, serta kebutuhannya terhadap sebuah ruang. Secara garis besar, ruang untuk kegiatan
Lebih terperinciCut Nuraini/Institut Teknologi Medan/
Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/16-09-2014 APA ITU ARSITEKTUR TROPIS? TROPIS tropikos artinya : Garis Balik Garis lintang utara 23 0 27 adalah garis balik cancer dan matahari pada tanggal 27 Juni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS MEDAN AREA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Iklim tropis lembab yang dialami oleh Indonesia memberikan masalah yang spesifik dalam menciptakan kenyamanan ruang pada bangunan. Masalah yang timbul adalah tingginya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Bagian ini memaparkan pendahuluan dari penelitian yang dilakukan. Pendahuluan ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan sistematis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Cahaya merupakan kebutuhan dasar manusia dalam menghayati ruang dan melakukan berbagai kegiatan dalam ruang pada bangunan serta sebagai prasyarat bagi penglihatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hotel menjadi salah satu solusi tempat sementara seseorang/kelompok untuk menginap selama mereka pelakukan keperluannya di daerah/kota tersebut. Tidak heran di jaman
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Sebagai strategi passive cooling dengan prinsip ventilasi, strategi night
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Sebagai strategi passive cooling dengan prinsip ventilasi, strategi night ventilative cooling masih kurang dikenal di Indonesia. Dalam riset-riset terdahulu,
Lebih terperinciRESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema
BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema Tema yang diusung dalam pengerjaan proyek Resort Dengan Fasilitas Meditasi ini adalah Arsitektur Tropis yang ramah lingkungan. Beberapa alasan
Lebih terperinciBAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Pembahasan perilaku termal dan pembangkitan energi mengkonfirmasi beberapa hasil riset terdahulu. Kebaruan dari riset ini adalah dihasilkannya optimalisasi kinerja
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU
BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU 3.1. Tinjauan Tema a. Latar Belakang Tema Seiring dengan berkembangnya kampus Universitas Mercu Buana dengan berbagai macam wacana yang telah direncanakan melihat
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY
81 BAB V KESIMPULAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Keterkaitan Konsep dengan Tema dan Topik Konsep dasar pada perancangan ini yaitu penggunaan isu tentang Sustainable architecture atau Environmental
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Gedung pusat kebugaran ini direncanakan untuk menjadi suatu sarana yang mewadahi kegiatan olahraga, kebugaran, dan relaksasi. Dimana kebutuhan masyarakat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. letaknya ini, matahari dapat bersinar di wilayah Indonesia selama 12 jam per
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Iklim tropis yang ada di Indonesia diakibatkan karena letak Indonesia berada tepat di garis ekuator, yang berarti dekat dengan matahari. Dipengaruhi letaknya ini, matahari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kaum Petani dengan kultur agraris khas pedesaan Indonesia bermukim di perumahan dengan bentuk bangunan yang mempunyai tata ruang dan tata letak sederhana. Hampir seluruh
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Makro Indonesia merupakan Negara yang kaya keberagaman tradisi dan budaya. Salah satu daerah di Indonesia yang masih kental dengan budaya, kerajinan dan kesenian adalah
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN. diiringi dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat. Beriringan pula dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, konsumsi energi listrik pada masyarakat sangat meningkat yang diiringi dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat. Beriringan pula dengan bertambahnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi lingkungan kerja menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kenyamanan pekerja (Choi dkk, 2012). Pada saat pekerja merasa nyaman dalam bekerja maka
Lebih terperinciaktivitas manusia. 4 Karbon dioksida dari pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan lahan yang menjadi penyebab utama Bumi menjadi hangat, baik pa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu pemanasan global semakin marak di dunia. Berbagai aspek sering dikaitkan dengan isu pemanasan global, mulai dari hal sederhana seperti penggunaan kertas dan tisu,
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Fasad selubung ganda merupakan fasad yang terbentuk dengan adanya penambahan kaca eksternal dari fasad kaca internal yang terintegrasi pada dinding tirai. Fasad
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KHUSUS
BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Latar Belakang Tema Tema Green Architecture dipilih karena mengurangi penggunaan energi dan polusi, serta menciptakan hunian dengan saluran, penyekatan, ventilasi, dan material
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. halaman belakang untuk memenuhi berbagai kenyamanan bagi para. penghuninya, terutama kenyamanan thermal. Keberadaan space halaman
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya rumah tinggal mempunyai halaman depan dan halaman belakang untuk memenuhi berbagai kenyamanan bagi para penghuninya, terutama kenyamanan thermal. Keberadaan
Lebih terperinciBAB III PERMASALAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN. menurunkan nilai koefisien kecepatan udara (blocking effect) dalam ruang
BAB III PERMASALAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN A. Permasalahan Kindangen (2005: 172) menulis penghalang di depan bangunan menurunkan nilai koefisien kecepatan udara (blocking effect) dalam ruang dibanding
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Dimana permasalahan utama yang dihadapi oleh negara-negara berkembang termasuk indonesia adalah Pertumbuhan penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan dalam maupun luar yang aman dan nyaman, sehingga. penghuninya terhindar dari keadaan luar yang berubah-ubah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bangunan didirikan untuk mendapatkan perlindungan dari lingkungan dalam maupun luar yang aman dan nyaman, sehingga penghuninya terhindar dari keadaan luar yang berubah-ubah.
Lebih terperinciSOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN
SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN Ronim Azizah, Qomarun Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan.
BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan. 1.1 Latar Belakang Wilayah Indonesia terletak di daerah tropis
Lebih terperinciBAB IV: KONSEP Pendekatan Konsep Bangunan Hemat Energi
BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar yang akan di gunakan dalam perancangan ini adalah Arsitektur hemat energi yang menerapkan Pemanfaatan maupun efisiensi Energi dalam rancangan bangunan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta mengingat jumlah penduduk Jakarta yang terus bertambah, sehingga saat ini di Jakarta banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya mencapai kenyamanan termal bangunan, semua material komponen bangunan (lantai, dinding, atap dan komponen pelengkapnya), bentuk massa bangunan, dan orientasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Latar Belakang Proyek. Manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan salah satu program
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek Manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan salah satu program yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pelatihan sumber
Lebih terperinciBAB V KAJIAN TEORI Kajian Teori Penekanan Desain. Arsitektur Tropis. Arsitektur tropis dipilih sebagai tema desain pada pondok retret di
BAB V KAJIAN TEORI 5.1. Kajian Teori Penekanan Desain Arsitektur Tropis Arsitektur tropis dipilih sebagai tema desain pada pondok retret di Kabupaten Magelang ini karena, kondisi alam di Kab. Magelang
Lebih terperinciPENERAPAN KONSEP SADAR ENERGI DALAM PERANCANGAN ARSITEKTUR YANG BERKELANJUTAN
PENERAPAN KONSEP SADAR ENERGI DALAM PERANCANGAN ARSITEKTUR YANG BERKELANJUTAN Sukawi 1 1 Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Semarang Jl. Prof Sudarto SH Tembalang Semarang 50131
Lebih terperinciPENGHAWAAN DALAM BANGUNAN. Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin
PENGHAWAAN DALAM BANGUNAN Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin PENGHAWAAN Penghawaan adalah aliran udara di dalam rumah, yaitu proses pertukaran udara kotor dan udara bersih Diagram
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini diuraikan mengenai analisis dan interpretasi hasil perhitungan dan pengolahan data yang telah dilakukan pada bab IV. Analisis dan interpretasi hasil akan
Lebih terperinciberfungsi sebagai tempat pertukaran udara dan masuknya cahaya matahari. 2) Cross Ventilation, yang diterapkan pada kedua studi kasus, merupakan sistem
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Solusi-solusi desain yang diterapkan oleh biro Kas+Architecture dalam perancangan rumah tinggal Bukit Gading Mediterania dan rumah tinggal Langsat, sejalan dengan kajian teori
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di kota Jakarta mendorong perkembangan dari berbagai sektor, yaitu: hunian, perkantoran dan pusat perbelanjaan/ bisnis. Tanah Abang terletak di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek Perkembangan kota Jakarta sebagai ibukota negara berlangsung dengan cepat. Dengan banyaknya pembangunan disana-sini semakin mengukuhkan Jakarta
Lebih terperinciBAB IV: KONSEP PERANCANGAN
BAB IV: KONSEP PERANCANGAN 4.1. Konsep Dasar Perancangan 4.1.1 Green Arsitektur Green Architecture ialah sebuah konsep arsitektur yang berusaha meminimalkan pengaruh buruk terhadap lingkungan alam maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena global warming (pemanasan global) dan isu-isu kerusakan lingkungan yang beraneka ragam semakin marak dikaji dan dipelajari. Salah satu efek dari global warming
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenyamanan thermal adalah salah satu hal sangat dibutuhkan tubuh agar manusia dapat beraktifitas dengan baik selain faktor kenyamanan lainnya yaitu kenyamanan visual,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Gedung atau bangunan mempunyai pengaruh yang begitu besar terhadap kehidupan manusia di dunia. Bangunan tersebut dapat memfasilitasi suatu komunitas, kesehatan, mendukung
Lebih terperinciPerancangan gedung rawat inap rumah sakit dengan pendekatan Green Architecture khususnya pada penghematan energi listrik. Penggunaan energi listrik me
BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelanggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Sebagai langkah awal penelitian, penulis berupaya menelusuri berbagai studi literatur yang terkait dengan hal yang akan diteliti, yaitu mengenai atap.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Ventilasi suatu bangunan merupakan salah satu elemen penting dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ventilasi suatu bangunan merupakan salah satu elemen penting dalam kenyamanan penggunaan bangunan tersebut oleh penghuni. Peletakan ventilasi yang baik dapat mempengaruhi
Lebih terperinciPENGALIRAN UDARA UNTUK KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS DENGAN METODE SIMULASI COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS
209 PENGALIRAN UDARA UNTUK KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS DENGAN METODE SIMULASI COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS Sahabuddin 1, Baharuddin Hamzah 2, Ihsan 2 1 Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciSAINS ARSITEKTUR II Iklim (Tropis Basah) & Problematika Arsitektur
SAINS ARSITEKTUR II Iklim (Tropis Basah) & Problematika Arsitektur Disusun oleh : Yudi Leo Kristianto (0951010014) Dosen : JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN
Lebih terperinciSAINS ARSITEKTUR II ARTIKEL ILMIAH TENTANG BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS.
SAINS ARSITEKTUR II ARTIKEL ILMIAH TENTANG BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS Di susun oleh : Di Susun Oleh : BAGAS BILAWA C. (0951110039) Dosen : HERU SUBIYANTORO
Lebih terperincitetap akan memberikan kontribusi besar terhadap penurunan konsumsi energi secara nasional. Bangunan merupakan penyaring faktor alamiah penyebab
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Umum Perkembangan teknologi, khususnya di Indonesia, cukup mengalami kemajuan yang signifikan dari waktu ke waktu. Meskipun begitu, Indonesia
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada umumnya apartemen menggunakan sistem pengondisian udara untuk memberikan kenyamanan termal bagi penghuni dalam ruangan. Namun, keterbatasan luas ruangan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Foto I.1.1. Wisma Atlet Fajar - Senayan. Sumber : Dokumentasi pribadi
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Wisma atlet merupakan salah satu tempat hunian bagi atlet yang berfungsi untuk tempat tinggal sementara. Selain itu keberadaan wisma atlet sangat diperlukan untuk
Lebih terperinciANALISA KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KANTOR PEMERINTAH DI SURABAYA
ANALISA KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KANTOR PEMERINTAH DI SURABAYA Wa Ode Alfian* 1, IGN Antaryama** 2, Ima Defiana*** 3 1 Mahasiswa Pascasarjana Program Keahlian Arsitektur Lingkungan, Institut Teknologi
Lebih terperinciKAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG
KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG Ertin Lestari Adhi Widyarthara Gaguk Sukowiyono Program Studi Arsitektur Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAKSI Malang sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Prestasi atlet Indonesia merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi Indonesia maupun daerahnya masing-masing. Pemerintah harus turut berpartisipasi dalam meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia sekarang ini semakin meningkat
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia sekarang ini semakin meningkat dengan pesat sehingga jumlah kebutuhan akan hunian pun semakin tidak terkendali. Faktor keterbatasan
Lebih terperinciPemilihan Material Fasad pada Malang Convention and Exhibition Centre Sesuai Standar GBCI dengan Perhitungan OTTV
Pemilihan Material Fasad pada Malang Convention and Exhibition Centre Sesuai Standar GBCI dengan Perhitungan OTTV Nugraha Putra Hutama 1, Heru Sufianto 2, Ary Dedy Putranto 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pengembangan energi ini di beberapa negara sudah dilakukan sejak lama.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring perkembangan zaman, ketergantungan manusia terhadap energi sangat tinggi. Sementara itu, ketersediaan sumber energi tak terbaharui (bahan bakar fosil) semakin menipis
Lebih terperinciOPTIMASI PENGGUNAAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KERJA DENGAN MENGATUR PERBANDINGAN LUAS JENDELA TERHADAP DINDING
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1 OPTIMASI PENGGUNAAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KERJA DENGAN MENGATUR PERBANDINGAN LUAS JENDELA TERHADAP DINDING Muhammad Rofiqi Athoillah, Totok Ruki
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Urban Heat Island dan Kawasan Terbangun. terhadap lingkungan sekitarnya. Fenomena Urban Heat Island (UHI)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Urban Heat Island dan Kawasan Terbangun. Pembangunan pada sebuah kawasan membawa perubahan terhadap lingkungan sekitarnya. Fenomena Urban Heat Island (UHI)
Lebih terperinciInvestigasi Ventilasi Gaya-Angin Rumah Tradisional Indonesia dengan Simulasi CFD
TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Investigasi Ventilasi Gaya-Angin Rumah Tradisional Indonesia dengan Simulasi CFD Suhendri, M. Donny Koerniawan KK Teknologi Bangunan, Program Studi Arsitektur, Sekolah Arsitektur
Lebih terperinciKAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI
KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang
Lebih terperinciSTUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING
STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING I Wayan Swi Putra 1, I Nyoman Satya Kumara 2, I Gede Dyana Arjana 3 1.3 Jurusan Teknik Elektro,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada Al-quran dan hadist-hadist diantaranya dalam surat An-Nuur ayat ke-36
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keutamaan untuk beribadah dan memakmurkan mesjid banyak dijabarkan pada Al-quran dan hadist-hadist diantaranya dalam surat An-Nuur ayat ke-36 Bertasbih kepada Allah
Lebih terperinciEvaluasi Climate Responsive Building Design pada Gedung Perkuliahan di FT UNNES dengan Menggunakan Tabel Mahoney
TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Evaluasi Climate Responsive Building Design pada Gedung Perkuliahan di FT UNNES dengan Menggunakan Tabel Mahoney Moch Fathoni Setiawan (1), Eko Budi Santoso (1), Husni Dermawan (1)
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and Airconditioning Engineers, 1989), kenyamanan termal merupakan perasaan dimana seseorang merasa nyaman dengan keadaan
Lebih terperinciSAINS ARSITEKTUR II GRAHA WONOKOYO SEBAGAI BANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI IKLIM TROPIS. Di susun oleh : ROMI RIZALI ( )
SAINS ARSITEKTUR II GRAHA WONOKOYO SEBAGAI BANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI IKLIM TROPIS Di susun oleh : ROMI RIZALI (0951010018) Dosen Pembimbing : HERU SUBIYANTORO ST. MT. UPN VETERAN JAWA TIMUR FAKULTAS
Lebih terperinciPENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL
PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL Frans Soehartono 1, Anik Juniwati 2, Agus Dwi Hariyanto 3 Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto
Lebih terperinciPerbandingan Perhitungan OTTV dan RETV Gedung Residensial Apartement.
Perbandingan Perhitungan OTTV dan RETV Gedung Residensial Apartement. Dian Fitria, Thesa Junus D. Green Building Engineers, Divisi Sustainability, PT Asdi Swasatya Abstrak Besar panas yang masuk ke dalam
Lebih terperinciPERANCANGAN APARTEMEN MENGGUNAKAN DOUBLE SKIN FACADE
PERANCANGAN APARTEMEN MENGGUNAKAN DOUBLE SKIN FACADE Mefita 1), Purwanita Setijanti 2), dan Hari Purnomo 3) 1) Bidang Keahlian Perancangan Arsitektur, Pascasarjana Arsitektur, Institut Teknologi Sepuluh
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Apartemen yang akan dirancang adalah apartemen dengan berbagai klasifikasi, yakni: High-Rise Apartment. Apartemen dengan sistem beli atau ownership. Double-loaded
Lebih terperinciASPEK SAINS ARSITEKTUR PADA PRINSIP FENG SHUI
Muhammad Faisal Jurusan Teknil Planologi Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Malang Jl. Bendungan Sigura-Gura Nomor 2 Malang 65145, Indonesia
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i DAFTAR ISI vii DAFTAR GAMBAR xiii DAFTAR TABEL xvii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Pentingnya Pengadaan Kantor Sewa di Yogyakarta 1 A. Pertumbuhan Ekonomi dan
Lebih terperinciArsitektur Nusantara yang Tanggap Iklim: Paradigma dalam Penentuan Potensi Keberlanjutannya
Arsitektur Nusantara yang Tanggap Iklim: Paradigma dalam Penentuan Potensi Keberlanjutannya Jurnal Sumber: Nur Endah Nuffida Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITS, Jurusan Arsitektur nuffida@arch.its.ac.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manfaat, daya kerja) dari sesuatu, kecil dengan bentuk (rupa) persis seperti yang ditiru,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Arti Kata dalam Judul Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Offline 1.3 menyebutkan, bahwa: a. Pengembangan: adalah proses, cara perbuatan meningkatkan (mutu, manfaat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kondisi Wisma Atlet di Senayan saat ini dapat dikatakan cukup memrihatinkan. Wisma yang awalnya bernama Wisma Fajar ini didirikan tahun 1974 oleh perusahaan Singapura
Lebih terperinciIdentifikasi Pengaruh Material Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal (Studi kasus bangunan dengan material bambu dan bata merah di Mojokerto)
Identifikasi Pengaruh Material Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal (Studi kasus bangunan dengan material bambu dan bata merah di Mojokerto) Damalia Enesty Purnama 1, Agung Murti Nugroho 2, Ir. Bambang
Lebih terperinciMahasiswa : Dian Pramita Eka Laksmiyanti / Dosen Pembimbing : Ir. IGN Antaryama, Ph.D Dr. Ir. V. Totok Noerwasito, MT
Mahasiswa : Dian Pramita Eka Laksmiyanti / 3210204003 Dosen Pembimbing : Ir. IGN Antaryama, Ph.D Dr. Ir. V. Totok Noerwasito, MT Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya (2013) LATAR BELAKANG 1 Permasalahan
Lebih terperinciBAB 6 HASIL PERANCANGAN
BAB 6 HASIL PERANCANGAN Perancangan Hotel Resort Kota Batu yang mengintegrasikan konsep arsitektur tropis yang mempunyai karakter beradaptasi terhadap keadaan kondisi iklim dan cuaca di daerah Kota Batu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsep bangunan hijau merupakan sebuah isu penting dalam desain arsitektur. Menurut Konsil Bangunan Hijau Indonesia, bangunan hijau adalah bangunan yang dalam tahap
Lebih terperinciANALISIS PERBANDINGAN KENYAMANAN TERMAL GEDUNG KULIAH B1, FEM IPB DENGAN MENGGUNAKAN ATAP BETON DAN GREEN ROOF (TANAMAN HIAS) YUNIANTI
ANALISIS PERBANDINGAN KENYAMANAN TERMAL GEDUNG KULIAH B, FEM IPB DENGAN MENGGUNAKAN ATAP BETON DAN GREEN ROOF (TANAMAN HIAS) YUNIANTI DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
Lebih terperinciBAB V KAJIAN TEORI. Menurut Frick (1997), Ekologi dapat didefinisikan sebagai Ilmu yang. mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan
BAB V 5.1 Kajian Teori Tema Desain KAJIAN TEORI 5.1.1 Uraian Interpretasi dan Elaborasi Teori a. Penerapan Arsitektur Ekologis Menurut Frick (1997), Ekologi dapat didefinisikan sebagai Ilmu yang mempelajari
Lebih terperinciBAB IV: KONSEP Konsep Dasar. Tema
BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Dasar Tema Tema adalah suatu pendekatan atau sudut pandang untuk menyelesaikan permasalahan, yang kita harus mengetahui betul judul dari latar belakang yang kita kemukakan harus
Lebih terperinciBAB III INTERPRETASI DAN ELABORASI TEMA. Tema yang digunakan pada perencanaan Hotel Forest ini adalah Green
BAB III INTERPRETASI DAN ELABORASI TEMA 3.1 Tinjauan Pustaka Tema Tema yang digunakan pada perencanaan Hotel Forest ini adalah Green Architecture atau yang lebih dikenal dengan Arsitektur Hijau. Pada bagian
Lebih terperinciPerbandingan Perhitungan OTTV dan ETTV Gedung Komersial - Kantor
Perbandingan Perhitungan OTTV dan ETTV Gedung Komersial - Kantor Tubagus A. Dimas, Dian Fitria, Thesa Junus D. Green Building Engineers, Divisi Sustainability, PT Asdi Swasatya Abstrak Besar panas yang
Lebih terperinciPengaruh Konfigurasi Atap pada Rumah Tinggal Minimalis Terhadap Kenyamanan Termal Ruang
Pengaruh Konfigurasi Atap pada Rumah Tinggal Minimalis Terhadap Kenyamanan Termal Ruang Yogi Misbach A 1, Agung Murti Nugroho 2, M Satya Adhitama 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ruangan. Untuk mencapai kinerja optimal dari kegiatan dalam ruangan tersebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kegiatan manusia modern delapan puluh persennya dilakukan di dalam ruangan. Untuk mencapai kinerja optimal dari kegiatan dalam ruangan tersebut biasanya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULAN I.1. LATAR BELAKANG. Latar Belakang Proyek. Jakarta adalah Ibukota dari Indonesia merupakan kota yang padat akan
BAB 1 PENDAHULAN I.1. LATAR BELAKANG Latar Belakang Proyek Jakarta adalah Ibukota dari Indonesia merupakan kota yang padat akan penduduk. Seiring dengan perkembangan waktu, semakin banyak orang yang datang
Lebih terperinciKAJIAN VENTILASI ATAP RUMAH BERBASIS RUMAH JOGLO MANGKURAT. Mohammad Pranoto S. Staf Pengajar Jurusan Teknik Arsitektur - UPN Veteran Jatim
Mohammad Pranoto S. Staf Pengajar Jurusan Teknik Arsitektur - UPN Veteran Jatim ABSTRACT Thermal comfort is specific issue in damped tropical climate region. It emerged from in this region highly moist
Lebih terperinciSAINS ARSITEKTUR. Perambatan Panas dan Pemanasan Ruang Studi Kasus Rumah Joglo M.DWI.RIZALUDIN.A
SAINS ARSITEKTUR Perambatan Panas dan Pemanasan Ruang Studi Kasus Rumah Joglo M.DWI.RIZALUDIN.A 1251010003 FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN JURUSAN ARSITEKTUR UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
Lebih terperinciBAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur,
BAB V KONSEP 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah sebagai tempat menerima pendidikan dan mengasah keterampilan yaitu mengambil
Lebih terperinciSAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. Di susun oleh : FERIA ETIKA.A.
SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS Di susun oleh : FERIA ETIKA.A. (0951010024) Dosen Pembimbing : HERU SUBIYANTORO ST. MT. UPN VETERAN JAWA TIMUR
Lebih terperinciLAMPIRAN. = transmitansi termal fenestrasi (W/m 2.K) = beda temperatur perencanaan antara bagian luar dan bagian dalam (diambil
LAMPIRAN Pendekatan yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar bangunan kasino hotel telah menerapkan hemat energi yaitu melalui pendekatan OTTV sesuai dengan Standar Nasional Indonesia 03-6389-2000
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN
Sekolah Negeri Terpadu (SD-SMP) 46 BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN 5.1 Konsep Bentuk dan Massa Bangunan Perletakan massa pada tapak. Bangunan proyek sekolah ini memiliki dua Entrance, yaitu dari depan
Lebih terperinci