BAB V DESAIN UNDERPASS

dokumen-dokumen yang mirip
PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN

BAB V PERHITUNGAN KONSTRUKSI

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

BAB VI REVISI BAB VI

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG

STUDIO PERANCANGAN II PERENCANAAN GELAGAR INDUK

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN BANTAR III BANTUL-KULON PROGO (PROV. D. I. YOGYAKARTA) DENGAN BUSUR RANGKA BAJA MENGGUNAKAN BATANG TARIK

LEMBAR PENGESAHAN PERENCANAAN GEDUNG PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH, SEMARANG

PERENCANAAN LANTAI KENDARAAN, SANDARAN DAN TROTOAR

BAB III METODE PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BAJA KERETA API. melakukan penelitian berdasarkan pemikiran:

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN MALO-KALITIDU DENGAN SYSTEM BUSUR BOX BAJA DI KABUPATEN BOJONEGORO M. ZAINUDDIN

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG DEWAN KERAJINAN NASIONAL DAERAH (DEKRANASDA) JL. KOLONEL SUGIONO JEPARA

ANALISA DIMENSI DAN STRUKTUR ATAP MENGGUNAKAN METODE DAKTILITAS TERBATAS

BAB XI PERENCANAAN PONDASI TIANG PANCANG

PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN BANGILTAK DESA KEDUNG RINGIN KECAMATAN BEJI KABUPATEN PASURUAN DENGAN BUSUR RANGKA BAJA

BAB V PERHITUNGAN STRUKTUR

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

PERHITUNGAN KONSTRUKSI

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN

BAB II PERATURAN PERENCANAAN

PERENCANAAN STRUKTUR PROYEK PEMBANGUNAN BANK DANAMON JL PEMUDA-JEPARA

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

PRESENTASI TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI D III TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH SMP SMU MARINA SEMARANG

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN JUANDA DENGAN METODE BUSUR RANGKA BAJA DI KOTA DEPOK

PERENCANAAN STRUKTUR UNIT GEDUNG A UNIVERSITAS IKIP VETERAN SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

PERENCANAAN JEMBATAN MALANGSARI MENGGUNAKAN STRUKTUR JEMBATAN BUSUR RANGKA TIPE THROUGH - ARCH. : Faizal Oky Setyawan

BAB V ANALISIS KAPASITAS DUKUNG FONDASI TIANG BOR

BAB I. Perencanaan Atap

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK MANDIRI JL. NGESREP TIMUR V / 98 SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan

A. BERAT SENDIRI ABUTMENT LUAS (m^2)

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK OCBC NISP JALAN PEMUDA SEMARANG

Perhitungan Struktur Bab IV

Gambar 6.1 Gaya-gaya yang Bekerja pada Tembok Penahan Tanah Pintu Pengambilan

OLEH : ANDREANUS DEVA C.B DOSEN PEMBIMBING : DJOKO UNTUNG, Ir, Dr DJOKO IRAWAN, Ir, MS

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR KONSULTASI MAGANG... iv. PERNYATAAN... v. PERSEMBAHAN... vi. KATA PENGANTAR...

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

Mencari garis netral, yn. yn=1830x200x x900x x x900=372,73 mm

PERANCANGAN JEMBATAN KATUNGAU KALIMANTAN BARAT

BAB 1 PERHITUNGAN PANJANG BATANG

PERENCANAAN APARTEMEN ATLAS SKY GARDEN JALAN PEMUDA NO 33 & 34 SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG RUMAH SAKIT ROYAL SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA-BETON

BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan

BAB 3 LANDASAN TEORI. perencanaan underpass yang dikerjakan dalam tugas akhir ini. Perencanaan

LEMBAR PENGESAHAN Tugas Akhir Sarjana Strata Satu (S-1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya beban diatasnya. Pondasi dibuat menjadi satu kesatuan dasar

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

Tugas Besar Struktur Bangunan Baja 1. PERENCANAAN ATAP. 1.1 Perhitungan Dimensi Gording

Perencanaan Struktur Tangga

BAB III METODOLOGI 3.1. PERSIAPAN

TUGAS AKHIR RC

= tegangan horisontal akibat tanah dibelakang dinding = tegangan horisontal akibat tanah timbunan = tegangan horisontal akibat beban hidup = tegangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TRI TUNGGAL SEMARANG

Perencanaan Modifikasi Rangka Busur Baja pada Jembatan Pemali disertai Damper sebagai Longitudinal Stopper

Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung. Tugas Akhir

Contoh Soal 1: Sambungan Sebidang/Tipe Tumpu Jawab :

BAB IV PERENCANAAN PONDASI. Dalam perencanaan pondasi ini akan dihitung menggunakan dua tipe pondasi

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN STRUKTUR

3.6.4 Perhitungan Sambungan Balok dan Kolom

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7. Oleh : RACHMAWATY ASRI ( )

Torsi sekeliling A dari kedua sayap adalah sama dengan torsi yang ditimbulkan oleh beban Q y yang melalui shear centre, maka:

II. TINJAUAN PUSTAKA. rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain ( jalan

ABSTRAK. Kata Kunci : Gedung Parkir, Struktur Baja, Dek Baja Gelombang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL.. i. LEMBAR PENGESAHAN ii. KATA PENGANAR.. iii ABSTRAKSI... DAFTAR GAMBAR Latar Belakang... 1

Beban yang diterima gording : - Berat atap = 7,5 x 1.04 x 6 = kg - Berat gording = 4,51 x 6 =

HASIL DAN PEMBAHASAN

TUBAGUS KAMALUDIN DOSEN PEMBIMBING : Prof. Tavio, ST., MT., Ph.D. Dr. Ir. Hidayat Soegihardjo, M.S.

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KULIAH 4 LANTAI DENGAN SISTEM DAKTAIL TERBATAS

TUGAS AKHIR RC

PERHITUNGAN VOIDED SLAB JOMBOR FLY OVER YOGYAKARTA Oleh : Ir. M. Noer Ilham, MT. [C]2008 :MNI-EC

PERENCANAAN ULANG GEDUNG PERKULIAHAN POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA (PENS) DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRACETAK

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

PERENCANAAN GEOMETRI JALAN REL KERETA API TRASE KOTA PINANG- MENGGALA STA STA PADA RUAS RANTAU PRAPAT DURI II PROVINSI RIAU

A. IDEALISASI STRUKTUR RANGKA ATAP (TRUSS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI PERBANDINGAN STRUKTUR RANGKA ATAP BAJA UNTK BERBAGAI TYPE TUGAS AKHIR M. FAUZAN AZIMA LUBIS

PERENCANAAN BATANG MENAHAN TEGANGAN TEKAN

LEMBAR PENGESAHAN PERENCANAAN GEDUNG KULIAH UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA YOGYAKARTA

BAB IV ANALISIS PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG

Modifikasi Perencanaan Struktur Jembatan Kasiman Bojonegoro Dengan Busur Rangka Baja

KAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU

Perancangan Struktur Atas P7-P8 Ramp On Proyek Fly Over Terminal Bus Pulo Gebang, Jakarta Timur. BAB II Dasar Teori

ANAAN TR. Jembatan sistem rangka pelengkung dipilih dalam studi ini dengan. pertimbangan bentang Sungai Musi sebesar ±350 meter. Penggunaan struktur

A. IDEALISASI STRUKTUR RANGKA ATAP (TRUSS)

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 6.

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN STUKTUR

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN

DAFTAR NOTASI. xxvii. A cp

Transkripsi:

BAB V DESAIN UNDERPASS Desain konstruksi underpass ini terdiri dari tiga bagian utama yaitu :. Desain bangunan atas. Desain bangunan bawah 3. Desain jalan baru underpass 5. Desain Bangunan Atas Pada desain bangunan atas parameter yang digunakan untuk perencanaan menggunakan jalan rel sesuai dengan fungsinya sebagai jalur perkeretaapian. Pemilihan suatu tipe jembatan dilakukan agar dicapai biaya jembatan seminimum mungkin baik pelaksanaan konstruksi, perbaikan, dan pemeliharaan. Dengan pertimbangan tersebut, maka penulis memilih mempergunakan tipe jembatan baja dengan konstruksi terbuka. m 5,m 5,8m m 4,m m 4,m m,4m Gambar 5. Desain Bangunan Atas Underpass V -

V - 5.. Spesifikasi Bangunan Atas (Jembatan) Spesifikasi jembatan secara umum sebagai berikut: Jenis jembatan : Rangka baja Panjang jembatan : meter Lebar jembatan : 5 meter Jarak rel : 067 mm Jenis rel : R-54 ( berdasarkan Peta Wilayah Daerah Operasi IV P.T. KAI Semarang ). 5.. Perencanaan Dimensi Rangka Induk IWF 400x400x3x Ikatan Angin Atas IWF 00x00x8x 5854 500 5000 5400 Rel R-54 Bantalan Kayu 000x00x30 Gelagar Memanjang IWF 700x300x3x4 Gelagar Melintang IWF 900x300x6x8 Rangka Induk IWF 400x400x3x Gambar 5.. Rencana Potongan Melintang Jembatan 5,85 m m Gambar 5.3. Rencana Rangka Utama Jembatan

V - 3 Batang Atas IWF 400x400x3x Batang Bawah IWF 400x400x3x Batang Miring IWF 400x400x3x 5,4 m 8 m Gambar 5.4. Ikatan Angin Atas IWF 00x00x8x 5,4 m m Gambar 5.5. Ikatan Angin Primer Bawah IWF 00x00x8x,067 m m Gambar 5.6. Ikatan Angin Sekunder Bawah L 00x00x0 Perhitungan ikatan angin sekunder didasarkan pada tekanan kesamping terhadap suatu sumbu lokomotif. Besarnya tekanan diambil 0 % dari beban terberat (menurut RM 988 sebesar 8 ton). Hal ini karena pengaruh tekanan kesamping oleh suatu sumbu lokomotif akibat pengaruh angin.

V - 4 5..3 Perencanaan Ikatan Angin Sekunder Bawah Tekanan ikatan angin sekunder bawah = 0 beban sumbu terberat 8 Ton K K Gambar 5.7. Beban Sumbu Lokomotif K = 0,5 0 8 = 0,9 ton = 900 kg,07 m K,067 K m 4 m Gambar 5.8. Pembebanan Ikatan Angin Sekunder Bawah 400 Sin α = = 0,5 000 D. sin α = K D = K = Sinα 900 = 843,49 kg 0,5

V - 5 Tekanan angin pada dinding kereta api K tekan K hisap 3,00 Gambar 5.9. Tekanan angin pada dinding kereta api K = K tekan + K hisap K = q tekan.λ.h + q hisap.λ.h Dimana: q tekan = Beban angin = 00 kg/m qhisap = Beban angin = 50 kg/m λ = Jarak antar rasuk melintang = 4,0 m H = tinggi dinding kereta = 3,0 m K = 00. 4. 3 + 50. 4. 3 = 800 Kg Kontrol tegangan pertambatan sekunder Digunakan Baja Bj 50 (Fe 50) ;Fy = 900 kg/cm ; Fu = 500 Mpa = 5000 kg/cm² ; f = 933 kg/cm² Lk = 070 mm = 07 cm N = K + D = 800 + 843,49 = 643,49 kg

V - 6 Digunakan profil baja siku tunggal L.00.00.0 h = 00 mm q = 5, kg/m b = 00 mm e =,8cm d = 0 mm I x = Iy = 7 cm 4 r = mm i x = i y = 3,04 cm F = 9, cm W x = Wy = 4,7 cm 3 - Tinjauan terhadap tekan σ = ω. N Φ F br ; Φ = 0,85 (SNI 03-79-00) λ = L k 07 = = 68, 3, 04 i min λb = π E 0,7 fy = π 6, 0 0,7 500 = 76,9 π E Fa =,5λ Ω = σ = π, 0,5 68, 6 = 0,6 fy Fa 0,6 900 = 787,66 = 0,97 0,97 643,49 0,85 9, = 787,66 = 57, kg/cm f (933 kg/cm )..AMAN

V - 7 - Tinjauan terhadap tarik A nett = 9, - π.d. t 4 σ = = 9, - π.,3. 4 = 5,045 cm N Φ A nett ; Φ = 0,90 (SNI 03-79-00) σ = 643,49 0,90 5,045 = 95,3 kg/cm σ ijin (933 kg/cm )..AMAN 5..4 Perencanaan Gelagar Memanjang Digunakan profil IWF 700.300.3.4 R Tw Tf h h = 700 mm I x = 0.000 cm 4 b = 300 mm I y = 0.800 cm 4 t w = 3 mm i x = 9,3 cm t f = 4 mm i y = 6,78 cm F = 35,5 cm W x = 5.760 cm 3 q = 85 kg/m W y = 7 cm 3 b - Pembebanan. Beban mati Berat profil = 85 kg/m Berat sendiri sepur untuk rasuk = 450 / = 5 kg/m + q total Beban terpusat ikatan angin sekunder : P =..q.l =..5,.,07 = 3,57 kg = 40 kg/m M max = 8.q.L + 4.P.L = 8.40.4 + 4.3,57.4 = 85,6 kg.m

V - 8 D max =.q.l +.P =.40.4 +.3,57 = 835,63 kg P = 3,57 kg q = 40 kg/m 4 m Mmax = 85,6 kgm Dmax = 835,63 kg Dmax = 835,63 kg. Beban hidup Beban hidup yang bekerja adalah beban lokomotif yang sesuai dengan SBG-988. untuk menentukan gaya-gaya maksimum maka kemungkinan yang terjadi adalah: Lokomotif 8T 8T 8T 0,5 8T 8T 8T,5,5 0,5,5,5 6,0,5,5 Maka gaya dalam yang terjadi untuk satu gelagar memanjang : P = 9000 kg P = 9000 kg P = 9000 kg RA = 3500 kg RB = 3500 kg 4 m Dmax = 3500 kg Mmax = 3500 kgm Dmax =3500 kg

V - 9 3. Beban kejut Pengaruh momen dan gaya lintang harus diperhitungkan dengan koefisien kejut fk, karena bantalan ditumpu langsung oleh gelagar memanjang.beban kejut = faktor kejut x beban rata-rata kereta api. fk = 0,5 + dengan : fk k 5,38. k. v ( L + 6). U. D = faktor kejut = koef. yang dipengaruhi oleh macam dan konstruksi jembatan, dalam hal ini diambil sebesar,5 v = batas kecepatan max kendaraan rel (km/jam) L = bentang jembatan (m) U = beban hidup rata-rata (ton/m) D = diameter roda kendaraan rel, diambil 904 m 8M U = L M = Mmax beban hidup 8 3500 U = = 6750 kg/m = 6,75 ton/m 4 5,38,5 0 fk = 0,5 + = 0,6 4 + 6 6,75 904 ( ) Beban kejut = U * fk = 6750 x 0,6 = 755 kg/m

V - 0 U =6750 kg/m RA =5844,4 kg 4 m RB = 5844,4 kg Mmax = 5844,4 kgm Dmax = 5844,4 kg Dmax = 5844,4 kg 4. Beban Tumbuk Gaya tumbukan yang diakibatkan lokomotif dihitung hanya untuk roda terdepan pada tiap-tiap lokomotir. Berdasarkan SBG-988 beban satu gandar lokomotif (P) = 8 ton, maka gaya tubukan : 8000 T = P u = = 800 kg 0 0 Hitungan momen : ΣMA = 0 800. 0,654 = Q.,067 Q = 03,8 kg Tu=800kg 654 D 350 30 Q=03,8 067 Q=03,8 Beban Q merupakan kopel gaya, yang diperhitungkan dalam perencanaan adalah beban q kearah bawah.

V - Q= 03,8 kg RA = 55,64 kg 4 m RB = 55,64 kg Dmax = 55,64kg Mmax = 03,8 kgm Dmax = 55,04 kg 5. Gaya Traksi Rangkaian beban lokomotif menurut SBG-988 yang masuk pada gelagar memanjang maksimum 3 gandar dengan masing-masing gandar 8 ton. Lokomotif 8T 8T 8T 0,5 8T 8T 8T,5,5 0,5,5,5 6,0,5,5 Beban gandar Pengaruh traksi = 3 x 8 ton = 54 ton = 5 % x 54 ton = 3,5 ton Gaya traksi per gelagar memanjang =. 3,5 = 6,75 ton = 6750 kg 6. Gaya Rem Beban maksimum yang masuk pada jembatan: Berat lokomotif = 3 x 8 = 54 ton = 54000kg Berat gerbong = 6 ton = 6000 kg Gaya rem (Rm) = 6 berat lokomotif + 0 berat gerbong = 6 54000 + 0 6000 = 9600 kg

V - Gaya rem per gelagar memanjang = x 9600 = 4800 kg. Gaya rem dan gaya traksi tidak akan bekerja bersama-sama. Gaya rem (4800 kg) < Gaya traksi (6750 kg). Untuk selanjutnya yang diperhitungkan hanya gaya traksi. Tr=6750kg 654 D 067 7. Beban akibat tekanan angin Beban angin dapat dihitung dari kiri atau kanan. Besarnya muatan angin tekan = 00 kg/m dan muatan angin hisap = 50 kg/m. gaya yang bekerja pada setinggi gelagar ditambah tinggi gerbong 3 meter diatas spoor.,66 m,00 m,00 m 3,00 m 654 D,067 Q=4,6kg/m Q=4,6kg/m

V - 3 Hitungan momen : ΣMA = 0 600.,00 = Q.,067 Q = 4,6 kg/m Beban terbagi merata Q berupa kopel gaya yang diperhitungkan adalah Q arah ke bawah. q = 4,6 kg/m 4 m Mmax = 49,0 kgm Dmax = 49,0 kg Dmax = 49,0 kg Tabel 5.. Gaya Dalam Akibat Beban Pada Gelagar Memanjang Beban R A (kg) R B (kg) D max (kg) M max (kgm ) Mati (M) 835,63 835,63 835,63 85,6 Hidup (H) 3500 3500 3500 3500 Kejut (Fk) 5844,4 5844,4 5844,4 5844,4 Tumbuk (Tu) 55,64 55,64 55,64 03,8 Traksi (Tr) 0 0 0 444,5 Angin (A) 49, 49, 49, 49, Kontrol Tegangan Yang Terjadi Tabel 5..Kombinasi Beban Pada Gelagar Memanjang Kombinasi Beban Dmax (kg) Mmax (kgm ) Kombinasi I M+H+Fk 079,77 095,4 Kombinasi II M+H+Fk+Tu+A 980,6 3547,88 Kombinasi III M+H+Fk+Tu+Tr+A 980,6 796,38 Mmax = 796,38 kgm = 79638 kgcm Dmax = 980,6 kg

V - 4. Terhadap lentur Syarat σ < σ ijin Mx max = 79638 kgcm M σ = max 79638 = = 485,46 kg/cm Wx 5760 σ < σ ijin (933 kg/cm )...AMAN. Terhadap geser Syarat τ < τ ijin τ ijin = 0,6 x f`= 0,6 x 933 = 59,8 kg/m² τ = τ = Dmax Wx t Ix w 980,6 5760,3 0000 τ = 506,58 kg/cm τ < τ ijin (59,8 kg/cm )..AMAN 3. Terhadap lendutan λ 400 δ max = = = 0,5 cm 800 800 Akibat beban mati 4 5 q. L δ =. 384 E. I x + 48 3 P. L E. I x 4 5 4,0 400 δ =. 384 6,.0 0000 δ = 0,003 cm + 48 3 3,57 400 6,.0 0000 Akibat beban hidup 4 5 q. L δ =. 384 E. I x

V - 5 4 5,3875 400 δ =. 384 6,.0 0000 δ = 0,09 cm Akibat beban kejut 4 5 q. L δ =. 384 E. I x 4 5 9,07 400 δ =. 384 6,.0 0000 δ = 0,0 cm Akibat beban tumbuk 4 5 q. L δ =. 384 E. I x 3 5 03,8 400 δ =. 384 6,.0 0000 δ = 0,00 cm Akibat tekanan angin 4 5 q. L δ =. 384 E. I x 4 5,46 400 δ =. = 0,009 cm 384 6,.0 0000 Lendutan total δ total = 0,003 + 0,09 + 0,0 + 0,00 + 0,009 = 0,4 cm δ total < δ ijin (0,65 cm)...aman

V - 6 5..5 Perencanaan Gelagar Melintang Rusuk melintang pada jembatan kereta api menggunakan profil IWF 900.300.6.8, dengan karakteristik penampang sebagai berikut: R t b h t h = 900 mm Ix = 4000 cm 4 b = 300 mm Iy = 600 cm 4 t = 6 mm i x = 36,4 cm t = 8 mm i y = 6,39 cm F = 309,8 cm Wx = 940 cm 3 q = 43 kg/m Wy = 843 cm 3 Beban beban yang menimbulkan momen dan gaya lintang. Akibat beban tetap (M) Beban akibat berat sendiri Berat profil baja q = 43 kg / m. Beban terpusat dari gelagar memanjang Berat rel dan bantalan = x 835,63 = 67,6 kg Berat ikatan angin sek. = 4 x x,07 x 5, = 6,54 kg

V - 7 P = 6,544 kg P = 67,6 kg P = 67,6 kg q = 43 kg/m RA =30,0 kg RB = 30,0 kg,9665m 067,9665m 5,00m Mmax = 454,65 kgm Dmax = 30,0 kg Dmax = 30,0 kg. Akibat beban bergerak (H) P = x Reaksi perletakan gelagar memanjang P = x 3500 = 7000 kg P = 7000 kg P = 7000 kg RA = 7000 kg RB = 7000 kg,9665 m,067 m,9665 m 5 Mmax = 44955 kgm Dmax =7000 kg Dmax = 7000 kg

V - 8 3. Akibat pengaruh kejut (Fk) P = x Reaksi perletakan gelagar memanjang P = x 5844,4 = 688,8 kg P = 688,8 kg P = 688,8 kg RA = 688,8 kg RB = 688,8 k,9665 m,067 m,9665 m 5 Mmax = 9460,99 kgm Dmax =688,8 kg Dmax = 688,8 kg 4. Akibat gaya tumbuk (Tu) P = x Reaksi perletakan gelagar memanjang P = x 55,64 = 03,8 kg P = 03,8 kg P = 03,8 kg RA = 03,8 kg RB = 03,8 kg,9665 m,067 m,9665 m 5 Mmax = 836,96 kgm Dmax =03,8 kg Dmax = 03,8 kg

V - 9 5. Akibat tekanan angin (A) P = x Reaksi perletakan gelagar memanjang P = x 49, = 4498,4 kg P = 4498,4 kg P = 4498,4 kg RA = 4498,4 kg RB = 4498,4 kg,9665 m,067 m,9665 m 5 Mmax = 7489,84 kgm Dmax =4498,4 kg Dmax =4498,4 kg 6. Akibat gaya traksi (Tr) P = 6500 kg P = 64 kg P = 64 kg RA = 64 kg RB = 64 kg,9665 m,067 m,9665 m 5 Dy =64 kg My = 0,3 kgm Dy =64 kg

V - 0 Tabel 5.3. Gaya Dalam Akibat Beban Pada Gelagar Melintang Beban RA (kg) RB (kg) Dx (kg) Dy (kg) Mx (kgm) My (kgm) Mati (M) 30,0 30,0 30,0 0 454,65 0 Hidup (H) 7000 7000 7000 0 44955 0 Kejut (Fk) 688,8 688,8 688,8 0 9460,99 0 Tumbuk (Tu) 03,8 03,8 03,8 0 836,96 0 Angin (A) 4498,4 4498,4 4498,4 0 7489,84 0 Traksi (Tr) 64 64 0 64 0 0,3 Kontrol Tegangan Yang Terjadi Tabel 5.4. Kombinasi Beban Pada Gelagar Melintang Kombinasi Beban Dx (kg) Dy (kg) Mx (kgm) My (kgm) Kombinasi I M+H+Fk 40998,3 0 68958,64 0 Kombinasi II M+H+Fk+Tu+A 46599,98 0 7885,44 0 Kombinasi III M+H+Fk+Tu+Tr+A 46599,98 64 7885,44 0,3 Mx max = 7885,44 kgm = 788544 kgcm My max = 0,3 kgm = 03 kgcm Dx max = 46599,98 kg Dy max = 64 kg. Terhadap lentur Syarat σ < σ ijin Mx max = 788544 kgcm My max = 03 kgcm σx = σy = Mx max 788544 = = 856,5 kg/cm Wx 940 My max 03 = =,7 kg/cm Wy 843 σ = 3 x 3σ y σ + = 3 856,5 + 3,7 =498,3 kg/cm σ < σ ijin (933 kg/cm )...AMAN

V -. Terhadap geser Syarat τ < τ ijin τ ijin = 0,6 x f`= 0,6 x 933 = 59,8 kg/cm² Dx max = 46599,98 kg Dy max = 64 kg τx = τy = Dxmax Wx = t Ix 46599,98 940 = 647,69 kg/cm,6 4000 Dymax Wy 64 834 = = 5,4 kg/cm t Iy,6 600 τ = τx + τy = 647,69 + 5,4 = 673,09 kg/cm τ < τ ijin (59,8 kg/cm )..AMAN 3. Terhadap lendutan λ 500 δ max = = = 0,65 cm 800 800 Akibat beban mati 4 5 q. L δ x =. 384 E. I x 4 5,43 500 δ x =. 384 6,.0 4000 δ x = 0,00 cm Akibat beban Gelagar memanjang, ikatan angin sekunder dan rel P a 4EI X δ x = ( 3L 4a) + 48 3 P. L E. I x δ x = 67,6 66,5 ( 3 500 4 66,5) 6 4,.0 4000 δ x = 0,0 cm Akibat beban hidup + 48 6,54 500 6,.0 4000 δ x = P a ( 3L 4a) = 7000 66,5 ( 3 500 4 66,5) 4EI X δ x = 0,6 cm 4,.0 4000 6 3

V - Akibat gaya tumbuk P a 3L 4EI X 4a δ x = ( ) 03,8 66,5 δ x = ( 3 500 4 66,5) 4,.0 4000 δ x = 0,006 Akibat tekanan angin P a 4EI X δ x = ( ) 6 3L 4a 4498,4 66,5 δ x = ( 3 500 4 66,5) 4,.0 4000 δ x = 0,03 cm Akibat gaya traksi P a δ y = ( 3L 4a) 4EIy 6 64 66,5 δ y = ( 3 500 4 66,5 ) 4,.0 600 δ y = 0,0 cm Lendutan total δ total = ( δ ) ( δ ) 6 x + y δ total = ( 0,00 + 0,0+ 0,6 + 0,006 + 0,03) + ( 0, 0) δ total = 0, cm δ total < δ ijin (0,65 cm)...aman

V - 3 5..6 Perencanaan Ikatan Angin Data teknis perencanaan ikatan angin : Tekanan angin tekan = 00 kg/m Tekanan angin hisap = 50 kg/m Panjang sisi bawah jembatan = m Panjang sisi atas jembatan = 8 m Tinggi jembatan = 5,85 m + 8 Luas bidang rangka utama (A) = 5, 85 = 58,5 m 8 m 5,85 m m Gambar 5.0. Bidang Rangka Utama 5..6. Pembebanan ikatan angin Rangka Utama IWF 400x400x8x8 Ikatan Angin Atas IWF 00x00x8x ban angin pada yang langsung kena angin Beban angin pada sisi yang langsung terkena angin 3,00 5,850 Rel R-54 Gelagar Melintang IWF 900x300x6x8 Gelagar Memanjang IWF 700x300x3x4,7,067,7 Gambar 5.. Penyebaran Beban Angin 5,4

V - 4 a. Sisi jembatan yang langsung terkena angin (angin tekan) Beban angin pada sisi rangka jembatan (d) : d = 5 % Luas A = 5% x 58,5 x 00 = 46,5 kg Beban angin pada muatan hidup setinggi 3 m dari muka rel (d) : d = 00 % A L 3 m = 00 % 50 3 = 5400 kg Penentuan titik tangkap gaya akibat beban angin (s) : Beban angin pada sisi rangka jembatan (s) S = Tinggi jembatan = 5. 85 m =,95 m Beban angin pada muatan hidup setinggi 3 m (s) Tinggi sumbu gelagar melintang ke muka rel (h) = 0,654 m Tinggi bidang vertikal beban hidup (h6) = 3,00 m S = h + ½.H = 0,654 + ½.3,00 =,54 m

V - 5 Rangka Utama IWF 400x400x8x8 Ikatan Angin Atas IWF 00x00x8x A 5,850 d=46,5 kg d = 5400 kg Rel R-54,5,93 Gelagar Melintang IWF 900x300x6x8 Gelagar Memanjang IWF 700x300x3x4,7,067,7 B 5,4 Gambar 5.. Titik Tangkap Gaya Angin Tekan Σ M B = 0 ( R A 5,85) ( d s) ( d s) = 0 ( 5,85) ( 46,5,95) ( 5400,54) R = 0 A R A = 5909,4 5,85 = 79,56 kg Σ M A = 0 ( 5,85) ( d s) ( d ( 5,85 s) ) R B = 0 ( 5,85) ( 46,5,95) ( 5400 3,7) R = 0 B R B = 457,8 5,85 = 435,86 kg Distribusi beban angin Pada ikatan angin atas P = R A 9 = 79,56 9 = 30,7 kg Pada ikatan angin bawah RB P = 0 = 435,86 0 = 43,59 kg

V - 6 b. Sisi jembatan yang tidak langsung terkena angin (angin hisap) Beban angin pada sisi rangka jembatan (d) : d = 5 % Luas A = 5 % 58,5 50 = 73,5 kg Penentuan titik tangkap gaya akibat beban angin (s) : Beban angin pada sisi rangka jembatan (s) S = Tinggi jembatan = 5, 85 m =,95 m Rangka Utama IWF 400x400x8x8 Ikatan Angin Atas IWF 00x00x8x A d=46,5 kg 5,850,95 Rel R-54 Gelagar Melintang IWF 900x300x6x8 Gelagar Memanjang IWF 700x300x3x4,7,067,7 B 5,4 Gambar 5.3. Titik Tangkap Gaya Angin Hisap R C = R D = Distribusi beban angin Pada ikatan angin atas P = R C 9 Pada ikatan angin bawah RD P = 0 = = ( 73,5,95) 365,6 9 365,6 0 5,85 = 365,6 kg = 40,6 kg = 36,56 kg

V - 7 5..6. Kontrol Tegangan Ikatan Angin a. Ikatan angin atas Untuk pertambatan angin atas digunakan profil IWF 00.00.8. Profil. IWF 00.00.8. Profil Berat Ukuran (mm) WF (kg/m) A (mm) B (mm) t (mm) t (mm) R (mm) 00x00 49,9 00 00 8 3 Luas Momen Inersia Jari-jari Inersia Momen Lawan Tampang (cm ) Ix (cm 4 ) Iy (cm 4 ) Ix (cm) Iy (cm) Wx (cm 3 ) Wy (cm 3 ) 63,53 470 600 8,6 5,0 47 60 P P P 5,4 m P P 8 m P Gambar 5.4. Penyebaran Beban Angin Pada Ikatan Angin Atas 4 P P 4 P 8 9 D E F 3 4 5 6 7 5,4 m A 4 P C 8 m P B 4 P Konstruksi I Gambar 5.5. Ikatan Angin Atas Konstruksi I

V - 8 4 P P 4 P 8 9 D E F 3 4 5 6 7 5,4 m A 4 P C 8 m P B 4 P Konstruksi II Gambar 5.6. Ikatan Angin Atas Konstruksi II Tabel 5.5. Gaya Dalam Ikatan Angin Atas BATANG KONSTRUKSI I (kg) KONSTRUKSI II (kg) 63,48 0 63,48 0 3-75,545-6,4 4-06,65 06,649 5 0,3-5,085 6-06,65 06,649 7-75,545-6,4 8 0-63,48 9 0-63,48 N Tekan max = -6,4 kg ( batang 3 dan 7 pada konstruksi II ) N Tarik max = 06,649 kg ( batang 4 dan 6 pada konstruksi II ) Batang tekan P = - 6,4 kg Lk = 336 cm Kelangsingan pada batang tunggal : λ = λb = π Lk i min E 0,7 fy = 336 5,0 = 66,93

V - 9 = π 6, 0 0,7 500 = 76,9 π E Fa =,5λ Ω = π, 0,5 66,93 = 850,7 kg/cm 6 = 0,6 fy Fa 0,6 900 = 850,7 = 0,94 Kontrol terhadap tegangan yang terjadi : N 6,4 σ = ω = 0,94 =,8 kg/cm ΦA 0,85 63,53 σ f (933 kg/cm )..AMAN Batang tarik P = 06,649 kg buah baut d = 3 mm A nett = 63,53. π.d. t 4 = 63,53. π.,3.0, 8 4 = 56,88 cm P σ = = Φ A nett 06,649 =,5 kg/cm 0,75 56,88 σ σ ijin (933 kg/cm )..AMAN

V - 30 b. Ikatan angin primer bawah Untuk ikatan angin bawah menggunakan profil IWF 00.00.8. P P P P 5,4 m P P P m P 4 P Gambar 5.7. Penyebaran Beban Angin Pada Ikatan Angin Primer Bawah P P E F G 3 H 4 P 4 5 6 7 8 9 0 5,4 m A 3 C D B 4 P P P m 4 P 4 P Konstruksi I Gambar 5.8. Ikatan Angin Primer Bawah Konstruksi I P P E F G 3 H 4 P 4 5 6 7 8 9 0 5,4 m A 3 C D B 4 P P P m 4 P Konstruksi II Gambar 5.9. Ikatan Angin Primer Bawah Konstruksi II

V - 3 Untuk ikatan angin bawah: Tabel 5.6. Gaya Dalam Ikatan Angin Primer Bawah BATANG KONSTRUKSI KONSTRUKSI I II (kg) (kg) 6,964 0 6,964 6,964 3-5,6 x 0 6,964 4-75,545-46,9375 5-3,98 3,98 6 0,3-5,085 7-4,9055 x 0-4,9055 x 0 8-5,085 0,3 9 3,98-3,98 0-46,9375-75,545 0 6,964-6,964 6,964 3-6,964 53,98 N Tekan max = - 5,085 kg ( batang 6 konstruksi II dan batang 8 konstruksi I ) N Tarik max = 53,98 kg ( batang 3 konstruksi II ) Batang tekan P = -5,085 kg Lk = 336 cm Kelangsingan pada batang tunggal : λ = λb = π Lk i min E 0,7 fy = 336 5,0 = 66,93 = π 6, 0 0,7 500 = 76,9

V - 3 π E Fa =,5λ Ω = π, 0,5 66,93 = 850,7 kg/cm 6 = 0,6 fy Fa 0,6 900 = 850,7 = 0,94 Kontrol terhadap tegangan yang terjadi : N 5,085 σ = ω = 0,94 =,63 kg/cm ΦA 0,85 63,53 σ σ ijin (933 kg/cm )..AMAN Batang tarik P = 53,98 kg buah baut Ø 3 mm A nett = 63,53 π.d. t 4 = 63,53 π.,3.0, 8 4 = 60,cm P σ = = Φ A nett 53,98 = 5,6 kg/cm 0,75 60, σ σ ijin (933 kg/cm )..AMAN

V - 33 5..7 Perencanaan Rangka Induk 6,8 m 8 m E 4 F 5 G 6 7 8 9 0 5,85 m A C m 3 D B Gambar 5.0. Rencana Rangka Induk Data teknis perencanaan rangka induk : Batang atas = Profil IWF.400.400.3. Batang bawah = Profil IWF.400.400.3. Batang miring = Profil IWF.400.400.3. 5..7. Gaya Batang akibat beban mati a. Beban rangka induk Batang horisontal = 5 ( 4 7) Batang miring = 5 ( 6,8 7) = 3440 kg = 534,8 kg + Σ Berat rangka induk = 8754,8 kg Penambahan beban sebesar 0 %, sebagai asumsi berat pelat buhul beserta bautnya. Distribusi beban rangka induk: o Buhul A dan B 6,8 + 4 P = 7 = 875,48 kg P = P +(Px0%) = 963,03 kg

V - 34 o Buhul E dan G 6,8 4 P= 7 + 7 = 406,96 kg P = P +(Px0%) = 547,66 kg o Buhul C,D,F 6,8 + 4 = 7 = 750,96 kg P = P +(Px0%) = 96,06 kg b. Beban gelagar memanjang buah profil IWF 700.300.3.4 Distribusi beban pada tiap buhul : o Buhul A dan B = o Buhul C dan D = ( 4 85) ( 4 85) = 370kg = 740 kg c. Beban gelagar melintang buah profil IWF 900.300.6.8 Distribusi beban pada tiap buhul : 5,4 43 o Buhul A,C,D,B = = 656, kg d. Beban Rel, bantalan Berat sepur = 450 kg/m Distribusi beban pada tiap buhul : o Buhul A dan B = 4 450 o Buhul C dan D = 4 450 = 450 kg = 900 kg

V - 35 e. Beban ikatan angin atas Profil IWF 00.00.8. Distribusi beban pada tiap buhul : 4 49,9 6,7 49,9 Buhul E,F,G = + = 34,05 kg f. Beban ikatan angin bawah primer Profil IWF 00.00.8. Distribusi beban pada tiap buhul 6,7 49,9 o Buhul C dan D = = 4,5 kg 6,7 49,9 o Buhul A dan B = = 0,6 kg g. Beban ikatan angin bawah sekunder Profil L 00.00.0,07 5, o Buhul C dan D = = 3,6 kg,07 5, o Buhul A dan B = = 5,63 kg

V - 36 5..7. Beban Hidup Sesuai dengan peraturan skema beban gandar jembatan jalan rel Indonesia dan penjelasannya pada table B momen maksimum jembatan akibat beban kereta api (SBG-988) adalah: Bentang m Momen max = 6 (ton-meter) U = beban hidup rata-rata 8M 8 6 U = = = 9 ton/m L Untuk jembatan rangka baja beban kereta api didistribusikan ke rangka induk kiri dan rangka utama kanan. Sehingga bebannya benjadi: U 9 q = = = 4,5 ton/m = 4500 kg/m Batang S q = 4500 kg/m,3,7 8 4,3 +,7 S = ( 0,5 8,3) + 4 4500 = 4580 kg

V - 37 Batang S q = 4500 kg/m,0 S = (( 0,5,0) 4500) = 7540 kg Batang S3 q = 4500 kg/m 0,34 S3 = (( 0,5 0,34) 4500) = 980 kg Batang S4 q = 4500 kg/m -,367 S4 = (( 0,5 (,367) ) 4500) = -36909 kg

V - 38 Batang S5 q = 4500 kg/m -0,68 S5 = (( 0,5 ( 0,68) ) 4500) = -8360 kg Batang S6 q = 4500 kg/m -, S6 = (( 0,5 (,) ) 4500) = -56700 kg Batang S7 q = 4500 kg/m -,04 S7 = (( 0,5 (,04) ) 4500) = -8080 kg

V - 39 Batang S8 q = 4500 kg/m,056 S8 = (( 0,5,056) 4500) = 85 kg Batang S9 q = 4500 kg/m -,048 S9 = (( 0,5 (,048) ) 4500) = -896 kg Batang S0 q = 4500 kg/m,05

V - 40 S0 = (( 0,5,05) 4500) = 8350 kg Batang S q = 4500 kg/m -, S = (( 0,5 (,) ) 4500) = -56970 kg

V - 4 5..7.3 Kontrol Tegangan Rangka Induk Rangka induk direncanakan menggunakan : Profil IWF 400.400.3. mutu baja Fe50 σ = 933kg/cm Profil Ukuran (mm) Luas (F) Berat (G) (mm) A B t t r (cm) (kg/m) 400 x 400 400 400 3 8,7 7 Momen Inersia Jari-jari Inersia Momen Lawan (cm4) (cm4) (cm4) Ix Iy ix iy Wx Wy 66600 400 7,5 0, 3330 0 a. Batang Tarik. Batang Horisontal P max = 5657,649 kg Cek Tegangan : σ terjadi = = P ΦF 5657,649 0,75 8,7 ;Φ = 0,75 (SNI 03-79-00) = 93,96 kg/cm σ (933 kg/cm ). Batang Diagonal P max = 6007 kg Cek Tegangan : σ terjadi = = P Φ F ; Φ = 0,75 (SNI 03-79-00) 6007 0,75 8,7 = 367, kg/cm σ (933 kg/cm )

V - 4 b. Batang Tekan. Batang Horisontal P = -6475,65 kg Lk = 4 m = 400 cm Kelangsingan pada batang tunggal : λ = Lk i min = 400 0, = 39,6 λb = π E 0,7 fy = π 6, 0 0,7 500 = 76,9 λ 5 Fa = 0,6. fy 0,3.fy. 5 39,6 5 = 0,6. 500 0,3.500. 76,9 5 = 403,89 kg/cm 0,6 fy Ω = Fa 0,6 500 = 403,89 =,7 Cek Tegangan : P σ terjadi = ω ; Φ = 0,85 (SNI 03-79-00) ΦF = λ b 6475,65,7 0,85 8,7 = 550,998 kg/cm σ (933 kg/cm ). Batang Diagonal P = -8395 kg Lk = 6,8 m = 68 cm

V - 43 Kelangsingan pada batang tunggal : λ = λb = π Lk 68 = 0, i min E 0,7 fy = 6,9 = π 6, 0 0,7 500 = 76,9 λ 5 Fa = 0,6. fy 0,3.fy. 5 Ω = λ b 6,9 5 = 0,6. 500 0,3.500. 76,9 5 = 88,06 kg/cm 0,6 fy Fa 0,6 500 = 88,06 =,67 Cek Tegangan : σ terjadi = = P ω ; Φ = 0,85 (SNI 03-79-00) ΦF 8395,67 0,85 8,7 = 750,04 kg/cm σ (933 kg/cm )

V - 44 5..8 Sambungan 5..8. Sambungan Antar Rangka Induk Perhitungan Baut Sambungan Rangka Induk Sambungan antar rangka utama direncanakan menggunakan alat penyambung berupa baut mutu tinggi A35 dengan diameter (5,4 mm). Data teknis perencanaan jumlah baut : Tebal pelat penyambung ( ) δ Diameter baut ( ) φ = 30 mm = 5,4 mm Tegangan leleh baut (fy) = 6350 kg/cm Pengaturan jarak antar baut (berdasarkan PUPJJRI Pasal 0) :,5 d s 7 d, s = jarak antar sumbu baut pada arah horizontal,5 d u 7 d, u = jarak antar sumbu baut pada arah vertikal,5 d s 3 d, s = jarak antara sumbu baut paling luar ke tepi atau ke ujung bagian yang disambung. Jarak antar sumbu baut pada arah horisontal (s),5 d s 7 d 63,5 s 77,8 Jarak antar sumbu baut pada arah vertikal (u),5 d u 7 d 63,5 u 77,8 Jarak antara sumbu baut paling luar ke tepi atau ke ujung bagian yang disambung (s ),5 d s 3 d 38, s 76, Sambungan irisan : δ d = 30 5,4 =,80 > 0,34 (pengaruh geser)

V - 45 Pengaruh geser: Pgsr = π. d.σ = π,54 400 = 4784,787 4 4 Jumlah baut (n) : n =. S N g, dimana S = Besarnya gaya batang (kg) Tabel 5.9. Perhitungan Jumlah Baut Sambungan Rangka Induk Batang Gaya Batang Pgsr Jumlah Dipakai (kg) (kg) Baut S 57336,98 4,788 5,99 8 S 4885 4,788 5,03 8 S3 9805,98 4,788,07 8 S4-6475,65 4,788 3,65 4 S5-9090,65 4,788,44 4 S6-77096 4,788 8,05 S7-4070 4,788 4,9 7 S8 6007 4,788 6,7 8 S9-4053 4,788 4,4 8 S0 4500 4,788 4,44 7 S -8395 4,788 8,7

V - 46 Buhul A S 6 IWF 900.300.6.8 IWF 400.400.3. R.54 PELAT INJAK IWF 400.400.3. S L 00.00.4 Abutment Bearing Elastomer Buhul E L 00.00.0 IWF 00.00.8. S 4 IWF 400.400.3. IWF 400.400.3. IWF 400.400.3. S 6 S 7

V - 47 Buhul C S 7 S 8 IWF 900.300.6.8 IWF 400.400.3. IWF 400.400.3. S S L00.00.4 Buhul F L 00.00.0 IWF 00.00.8. S 4 S 5 IWF 400.400.3. IWF 400.400.3. S 8 S 9

V - 48 5..8. Perhitungan Sambungan Gelagar Memanjang dan Gelagar Melintang Untuk penyambungan antara gelagar memanjang dan gelagar melintang digunakan pelat penyambung berupa profil L 00.00. 4 Syarat penyambungan :,5 d s 7 d, s = jarak antar sumbu baut pada arah horizontal,5 d s 3 d, s = jarak antara sumbu baut paling luar ke tepi atau ke ujung bagian yang disambung P e 45 00 00 00 00 00 45 45 00 00 00 00 00 45 Baut 6xØ6 L 00.00.4 IWF 700.300.3.4 IWF 900.300.6.8 Gambar 5.. Sambungan Gelagar Memanjang dan Melintang Dengan Profil L Sambungan antara gelagar memanjang dengan profil L Sambungan direncanakan menggunakan baut φ 6 mm Jarak antar sumbu baut pada arah vertikal 3 d s 6 d 78 s 56 s diambil 00 mm Jarak antara sumbu baut paling luar ke tepi,5 d s 3 d 39 s 78 s diambil 44 mm

V - 49. Menentukan eksentrisitas gaya (e) : e = ½ Tebal badan gelagar melintang + Jarak antara sumbu baut ke tepi profil L 00.00. 4 e = 8 + 55 = 64 mm. Menentukan gaya yang bekerja (P) : Untuk perhitungan sambungan antara gelagar memanjang dan gelagar melintang, gaya yang diperhitungkan (P) adalah gaya geser maksimal akibat kombinasi beban yang bekerja pada gelagar memanjang. D max gelagar memanjang (P) = 980,6 kg 3. Menentukan jumlah baut : Gelagar memanjang = IWF.700.300.3. 4 Tebal badan gelagar memanjang (δ ) = 3 mm Diameter baut (φ ) Sambungan irisan : δ d = 3 6 Berdasarkan PPBBI, hal 68 : Untuk = 6 mm = 0,5 < 0,68 (pengaruh desak) s > d, maka σ =, 5 σ desak n desak = = P,5 σ δ d 980,6,5 600,3,6 =,833 dipakai 6 buah baut

y V - 50 4. Kontrol terhadap tegangan yang terjadi P e 45 00 00 00 00 00 45 00 00 45 45 00 00 00 Ph Ph Ph y y Baut 6xØ6 L 00.00.4 IWF 700.300.3.4 IWF 900.300.6.8 Gambar 5.. Pembebanan Sambungan Gelagar Memanjang Dan Profil L Momen luar (M luar ) M luar = P e = 980,6 kg x 6,4 = 47075,904 kg cm Momen dalam (M dalam ) M dalam = [( Ph y) + ( Ph y) + ( Ph y) ] Ph y y + y + Ph Ph y y = ( ) Ph = ( y + y + y ) y Substitusi : Momen dalam = Momen luar Ph y ( y + y + y ) = P e Ph = P e y y ( y + y + )

V - 5 Ph = Pv = P R = 980,6 6,4 5 P n baut ( 5 + 5 + 5 ) Pv + = Ph 980,6 6 = 0,084 kg = 3830,0 kg = 3830,0 + 0,084 = 4368,55 kg Tegangan yang terjadi pada baut terluar σ desak = P R δ d <,5 σ 4368,55 = <,5 600,3,6 = 9,47. kg/cm < 400 kg/cm...aman Sambungan antara gelagar melintang dengan profil L P 45 45 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 45 45 55 55 Baut 6xØ6 L 00.00.4 IWF 700.300.3.4 IWF 900.300.6.8 Gambar 5.3. Sambungan Gelagar Melintang Dengan Profil L Sambungan direncanakan menggunakan baut φ 6 mm Sambungan direncanakan menggunakan baut φ 6 mm Jarak antar sumbu baut pada arah vertikal 3 d s 6 d 78 s 56 s diambil 00 mm

V - 5 Jarak antara sumbu baut paling luar ke tepi,5 d s 3 d 39 s 78 s diambil 44 mm. Menentukan gaya yang bekerja (P) : Untuk perhitungan sambungan antara gelagar memanjang dan gelagar melintang, gaya yang diperhitungkan (P) adalah gaya geser maksimal akibat kombinasi beban yang bekerja pada gelagar memanjang. D max gelagar memanjang (P) = 980,6 kg. Menentukan jumlah baut : Gelagar melintang = IWF.900.300.6. 8 Tebal badan gelagar memanjang (δ ) = 6 mm Diameter baut (φ ) = 6 mm Sambungan irisan : δ d = 6 6 = 0,65 < 0,68 (pengaruh desak) Berdasarkan PPBBI, hal 68 : Untuk s > d, maka σ =, 5 σ desak n desak = = P,5 σ δ d 980,6,5 600,6,8 =,37 dipakai 6 buah baut

V - 53 3. Kontrol terhadap tegangan yang terjadi P=980,6 kg 45 45 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 45 45 55 55 Baut 6xØ6 L 00.00.4 IWF 700.300.3.4 IWF 900.300.6.8 Gambar 5.4. Pembebanan Sambungan Gelagar Melintang Dengan Profil L Tegangan yang terjadi pada baut : τ baut = = P nbaut π d 4 980,6 6 π,6 4 < 0,6 σ < 0,6 600 = 360,698 kg/cm < 960 kg/cm...aman 5..8.3 Sambungan Ikatan Amgin Sekunder Bawah Sambungan direncanakan menggunakan baut φ 3 mm, tebal penyambung 0 mm. Jarak antar sumbu baut pada arah vertikal 3 d s 6 d 69 s 38 s diambil 00 mm

V - 54 Jarak antara sumbu baut paling luar ke tepi,5 d s 3 d 35 s 69 s diambil 60 mm Ikiatan angin sekunder bawah dengan gelagar memanjang (irisan ) P = 643,49 kg L 00.00.0 P = 643,49 kg Gambar.5.5. Hubungan Ikatan Angin Sekunder Bawah Dengan Gelagar Memanjang δ 0 = = 0,343 > 3,4 pengaruh geser d 3 n geser = P = π. d.0,8.σ 4 643,49 π.,3.0,8.400 4 = 0,33 dipakai baut Ikatan angin sekunder bawah dengan gelagar melintang (irisan ) IWF 900.300.6.8 L 00.00.0 L 00.00.0 P = 643,49 kg P = 643,49 kg Gambar.5.6. Hubungan Ikatan Angin Sekunder Bawah Dengan Gelagar Melintang

V - 55 δ 0 = = 0,343 > 3,4 pengaruh geser d 3 n geser = P = π. d.0,8.σ 4 643,49 π.,3.0,8.400 4 = 0,33 dipakai baut 5..8.4 Sambungan Gelagar Melitang Dan Rangka Induk IWF 900.300.6.8 IWF 400.400.3. IWF 400.400.3. L00.00.4 Gambar.5.7. Sambungan Gelagar Melitang Dan Rangka Induk Beban pada gelagar melintang - Beban tetap = 30,0 kg - Muatan bergerak = 7000 kg - Muatan kejut = 688,8 kg - Tekanan tumbuk = 03,8 kg - Tekanan angina (A) = 4498,4 kg - Gaya traksi = 6500 kg Pv = 46599,98 kg Ph = 6500 kg Dipakai profil penyambung L 00.00.4 Diameter paku (d) = 6 mm - Jarak antara sumbu baut ( c ) 3d < c < 6d 78 < c < 56 Diambil c = 30 mm

V - 56 - Jarak antara sumbu baut dengan tepi penyambung ( a ),5d < c < 3d 39 < c < 78 Diambil c = 50 mm Gaya yang dipikul baut M = P(e+½.t) = 46599,98 (5,5 + ½. 6) = 69099,73 kgcm M. x Rlv = + x y M. y Rlh = x + Pv = Pv ; n y Ph Ph = n Tabel.5.0. Gaya-gaya yang bekerja pada paku x y PK x y Rlv Rlh Pv Ph (cm) (cm) (kg) (kg) (kg) (kg) 0 3.5 0 99.5 0 796,89 7766,663 083.333 0 8.5 0 34.5 0 46,746 7766,663 083.333 3 0 6.5 0 4.5 0 485,073 7766,663 083.333 4 0 6.5 0 4.5 0 485,073 7766,663 083.333 5 0 8.5 0 34.5 0 46,746 7766,663 083.333 6 0 3.5 0 99.5 0 796,89 7766,663 083.333 0 753.5 Gaya-gaya yang bekerja pada paku (Ki) Ki = Rlv + + + ( Pv) ( Rlh Ph ) Tabel.5.. Gaya Baut Sambungan Gelagar Melintang Dengan Rangka Induk Pk Rlv (kg) Rlh (kg) Pv (kg) Ph (kg) Ki (kg) 0 796,89 7766,663 083.333 35,673 0 46,746 7766,663 083.333 9408,4 3 0 485,073 7766,663 083.333 880,38 4 0 485,073 7766,663 083.333 880,38 5 0 46,746 7766,663 083.333 9408,4 6 0 796,89 7766,663 083.333 35,673

V - 57 Diambil harga Ki = 35,673 kg - Tegangan lentur σ =,6. 400 = 3840 kg/cm K σ = = d. t 35,673,6.,8 - Tegangan geser σ = 0,8. 400 = 90 kg/cm σ = K. πd 4 = = 45,785 < σ (3840 kg/cm ) 35,673.. π.,6 4 = 069,33 < σ (90 kg/cm ) 5..8.5 Sambungan Ikatan Angin Atas 5,4 m 8 m Gambar 5.8. Ikatan Angin Atas D E F 5,4 m A C 8 m Konstruksi I B Gambar 5.9. Ikatan Angin Atas Konstruksi I

V - 58 D E F 3 4 5,4 m A C 8 m Konstruksi II B Gambar 5.30. Ikatan Angin Atas Konstruksi II Sambungan irisan menggunakan Plat δ =0 mm dan baut diameter (d) 3 mm. δ 0 = = 0,435 > 0,34 pengaruh geser d 3 F geser = P 0,8. σ.. π. d 4 Jumlah baut (n) = F geser. π. d 4 Tabel.5.. Jumlah Baut Pada Ikatan Angin Atas Batang P Fges Jumlah Digunakan Text Kg Kg Baut (baut) -06,65 0,03 0,003-06,65 0,03 0,003 3 06,649 0,03 0,003 4 06,649 0,03 0,003

V - 59 5..8.6 Sambungan Ikatan Angin Primer Bawah P P P P 5,4 m P P P m P Gambar 5.3. Ikatan Angin Primer Bawah E F G H 3 5,4 m A C D B m Konstruksi I Gambar 5.3. Ikatan Angin Primer Bawah Konstruksi I E F G H 4 5 6 5,4 m A C D B m Konstruksi II Gambar 5.33. Ikatan Angin Primer Bawah Konstruksi II

V - 60 Sambungan irisan menggunakan Plat δ =0 mm dan baut diameter (d) 3 mm. δ 0 = = 0,435 > 0,34 pengaruh geser d 3 F geser = P 0,8. σ.. π. d 4 Jumlah baut (n) = F geser. π. d 4 Tabel.5.3. Jumlah Baut Pada Ikatan Angin Atas Batang P Fges Jumlah Digunakan Kg Kg Baut (baut) -3,98 0,07 0,006-4,9055.0 6,5.0 0,0000 3 3,98 0,07 0,006 4 3,98 0,07 0,006 5 4,9055.0 6,5.0 0,0000 6-3,98 0,07 0,006 5..9 Perhitungan Bearing Untuk perletakan jembatan direncanakan digunakan bearing merek CPU buatan Indonesia. CPU Elastomeric Bearings memiliki karakteristik sebasgai berikut : a. Spesifikasi : Merupakan bantalan atau perletakan elastomer yang dapat menahan beban berat, baik yang vertikal maupun horizontal. Bantalan atau perletakan elastomer disusun atau dibuat dari lempengan elastomer dan logam yang disusun secara lapis berlapis. Merupakan satu kesatuan yang saling merekat kuat, diproses dengan tekanan tinggi. Bantalan atau perletakan elastomer berfungsi untuk meredam getaran sehingga kepala jembatan (abutment) tidak mengalami kerusakan.

V - 6 Lempengan logam yang paling luar dan ujung-ujungnya elastomer dilapisi dengan laisan elastomer supaya tidak mudah berkarat. Bantalan atau perletakan elastomer juga disebut bantalan Neoprene yang dibuat dari karet sintetis. b. Pemasangan : Bantalan atau perletakan elastomer dipasang antara tumpuan kepala jembatan dengan gelagar jembatan. Untuk melekatkkan bantalan atau elastomer dengan beton dan/atau baja dapat digunakan lem epoxy rubber. c. Ukuran : Selain ukuran-ukuran standar yang sudah ada, juga dapat dipesan ukuran sesuai permintaan. Gaya vertikal ditahan oleh elastomeric bearing dan gaya horizontal ditahan oleh seismic buffer. Reaksi tumpuan yang terjadi pada rangka jembatan rangka baja berdasarkan analisis, yaitu: Gaya vertikal pada joint dan Akibat beban mati = 009,3 kg 8 6 Akibat beban hidup = = 7 ton = 7000 kg 4

V - 6 Akibat Angin: Rangka Utama IWF 400x400x8x8 Ikatan Angin Atas IWF 00x00x8x Beban angin pada sisi yang langsung terkena angin Beban angin pada sisi yang langsung terkena angin 3000 654 Rel R-54 504 375 A B 5400 Gambar 5.34. Tekanan Angin Pada Rangka Induk R R A A M B.5,4 (46,5 + 73,5) 3,75 5400,504 = 0 0706,3 = = 3834,47kg 5,4 Gaya vertikal total = 4096,79 kg Gaya horisontal dihitung berdasarkan gaya traksi: Gaya traksi = Ph = (8 5 o o) = 7 Ton = 7000 kg

V - 63 Tabel.5.4. Ukuran-Ukuran Elastomer Yang Digunakan Berdasarkan Freyssinet Total thickness (in) da max = + 0,85 in Pan dimensions (in) a b 44 8.5 0.077 4 68 9.9 0.056 6 9.34 0.056 8 6.75 0.047 8 4 30 36 6.75 0.057 5 4.48 0.046 88 7.00 0.04 34 9.3 0.034 88 7.00 0.050 336 9.84 0.039 384.67 0.03 43 5.5 0.06 360.6 0.047 40 4.80 0.037 480 8.34 0.08 540 3.89 0.04 43 5.5 0.044 504 9.76 0.034 576 34.0 0.08 648 38.6 0.0 Dengan melihat tabel diatas, didapatkan: Ukuran = 6 x 8 in (40,64 45, 7 cm ) Beban vertikal maksimum = 88 kips = 88 4, 448= 8,04 Ton Rasio geser = 7 kips/in Perpendekan elastis = 0,04 in Jumlah elastomer yang dibutuhkan adalah : n = Vtot Vmaks = 40,97 8,04 = 0,03 ~ buah Cek gelincir Untuk konstruksi rangka menggunakan rumus : Hr maks < 0, Vtot Hr maks = gaya horizontal = gaya vertikal V tot Hr maks Vtot = 7 40,97 = 0,66< 0,...AMAN

V - 64 Check dimensi S = dimana : a b ( a + b) te a = 6 in, b = 8 in S = 4 (syarat S > 4) 6 8 4 = (6 + 8) te te =,058 in lapisan = 0,85 in Tebal total diambil 4 lapis = 3,4 in (8,636 cm) in =,54 cm Syarat a > 4 te b > 4 te 6 > 4 3, 4 8 > 4 3, 4 6 > 3,6...AMAN 8 > 3,6...AMAN Rangka Induk Plat tumpu t=5mm 5 86 700 5 Elastomer t=86,36 mm Plat tumpu t=5mm Gambar.5.35. Elastomeric bearing

V - 65 5..0 Perhitungan Angkur Angkur berfungsi menahan gesekan kesamping Digunakan angkur mutu Fe 50 Gaya Gesek = 0,08 V = 0,08 x 4096,79 kg = 374,4 kg Luas penampang angkur (A) = = Gaya gesek 0,58 σ 374,4 0,58 400 =,35 cm = 35, mm Dipakai angkur diameter mm a = ¼ π d = ¼ 3,4 = 3, mm A 35, Jumlah angkur = = =,08 ~ 4 buah a 3, Dipakai angkur 4D mm Panjang angkur Ft = Pgeser 0,58 σb' = 7000 0,58 99 = 470, cm Ft n = 4 keliling L 470, x = 4 π d L 940,4 = 4 π, L L = 3,8 cm ~ diambil L = 40 cm

Jl. Gatot Subroto V - 66 5.. Desain Bangunan Bawah 5... Analisa Tanah Penyelidikan tanah untuk pekerjaan perencanaan ini dilakukan oleh Laboraturium Mekanika Tanah FT. Sipil Undip Semarang yang dilaksanakan pada bulan Juli 005 s/d bulan Agustus 005, yang diperoleh penulis dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Tegal. Penyelidikan tanah ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran dan atau informasi secara menyeluruh mengenai daya dukung tanah dan nilai kekuatan tanah. elv. -.50 elv. ± 0.00 elv. -.50 Ke Jakarta Pos Jaga Perlintasan KA 8950 8950 0400 0400 0400 +00 A B Lokasi A +075 Underpass 0350 SM SM +050 B SM 3 +05 Kolam Penampungan Air 9000 9000 Pompa Air 0350 No. 45 SM 4 +000 No. 45 A Wa=6m Wa=,8m 0+975 R=5m Wc=0,6m 9050 9050 Dedy Jaya No. 49 elv. -.0 0350 Wb=,7m Wb=6m 0+950 elv. ± 0.00 elv. - 0.30 Wc=5,m Gambar 5.36. Lokasi Boring dan Lokasi Sondir Tes Sondir Dari tes sondir yang dilakukan pada Jl.Kapt.Sudibyo dan Jl.K.S.Tubun diperoleh data sebagai berikut : Tabel 5.5. Tabel Sondir No Kode Titik Kedalaman Tahanan Conus ( qc) Total Friction ( SM ) ( m ) ( kg/cm ) ( kg/cm ) SM 33,8 546,67 SM 33,4 94 536 3 SM 3 33 0 39 4 SM 4 580 784,33 Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Kota Tegal.

V - 67 Keterangan jenis tanah: 5 qc 0 lunak 0 qc 30 medium stiff 30 qc 70 stiff 70 qc 0 very stiff qc > 0 hard Dari hasil tersebut maka dimungkinkan untuk dipakai pondasi jenis bore pile agar tidak merusak bangunan-bangunan penting yang berada di sekitar lokasi proyek. Hal tersebut dimungkinkan karena proses pengeboran pada pondasi bore pile tidak menimbulkan getaran yang kuat seperti pada proses pemancangan pada pondasi tiang pancang. Tes Boring ( Boring Log) Tabel 5.6. Tabel Hasil Boring Log Titik Boring Kedalaman (m) Jenis Lapisan Tanah SPT (lb/ft) 0.00 s/d -.00 Pasir kelempungan Warna coklat, setengah padat, mengandung sedikit kerikil 0 -.00 s/d -8.00 Lempung Warna coklat, sangat kaku, mengandung sedikit kerikil -3 B - -8.00 s/d -3.50 Pasir kelempungan Warna coklat, setengah padat, mengandung sedikit kerikil 5-8 Pasir -3.50 s/d -9.00 Warna coklat, setengah padat sampai padat, mengandung 0-37 sedikit kerikil -9.00 s/d -35.00 Lempung kepasiran Warna coklat, sangat kaku, mengandung sedikit kerikil 4-40

V - 68 Titik Kedalaman Boring (m) Jenis Lapisan Tanah 0.00 s/d -.00 Pasir kelempungan Warna coklat, setengah padat, mengandung sedikit kerikil Lempung kepasiran -.00 s/d -7.00 Warna coklat, kaku sampai sangat kaku, mengandung sedikit kerikil B - -7.00 s/d -8.00 Pasir Warna hitam, setengah padat -8.00 s/d -6.00 Pasir kelempungan Warna coklat, setengah padat, mengandung sedikit kerikil -6.00 s/d -9.50 Pasir Warna coklat, setengah padat, mengandung sedikit kerikil -9.50 s/d -35.00 Lempung kepasiran Warna coklat, sangat kaku, mengandung sedikit kerikil Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Kota Tegal. SPT (lb/ft) 0 9-3-9 3-8 8-7 5-39 Gambar 5.37. Desain Penampang Abutment

V - 69 5... Perhitungan Pembebanan Beban mati akibat bangunan atas Gaya vertikal pada joint A dan B Akibat beban mati (v maks) = 009,3 kg = 0,09 t V total yang bekerja pada abutment V total = 0,09 x = 0,8 t Momen yang terjadi akibat beban mati bangunan terhadap titik A MmA = 0,8 x = 40,36 tm. Beban hidup akibat bangunan atas yang bekerja Gaya vertikal pada joint A dan B Akibat beban hidup = 7000 kg = 7 t V total yang bekerja pada abutment V total = 7 x = 54 t Momen yang terjadi akibat beban mati bangunan terhadap titik A M beban hidup = 54 x = 08 tm. Momen Akibat Berat Sendiri Abutment Tabel 5.7. Perhitungan Momen Akibat Berat Sendiri Abutment Berat sendiri abutment No Perhitungan Volume (m 3 ) x (m) M.x (tm) y (m) M.y (tm),0 x 0,5 x 6 x,4 = 7,,55 8,36 7,3 5,56 0,5 x 0,55 x 6 x,4 = 3,96 3,05,078 7,075 8,07 3 0,95 x 0,8 x 6 x,4 = 0,944,9 3,738 6,35 69, 4 ½ x 0,45 x 0,8 x 6 x,4 =,59,77 7,79 5,7 4,774 5 5,8 x,0 x 6 x,4 = 83,5 67,04 3,9 35,78 6 4 x x 6 x,4 = 57,6 5, 0,5 8,8 7 ½ x 0,4 x,5 x 6 x,4 = 4,3 3,96,3 4,88 8 ½ x 0,4 x,5 x 6 x,4 = 4,3 4,3,3 4,88 74,456 368,875 58,86

V - 70 Titik berat penampang dari A : x A = y A = Mx = V My = V 368,875 74,456 =,4 m 58,86 = 3,03 m 74,456 Gambar 5.38. Pembebanan Akibat Berat Sendiri Abutment Momen Akibat Berat Tanah Tabel 5.8. Perhitungan Momen Akibat Berat Tanah Berat akibat tanah No Perhitungan Volume (m 3 ) x (m) M.x (tm) y (m) M.y (tm) 0,45 x, x 6 x,8 = 5,83,9 6,93 7,575 44,77,95 x 0,7 x 6 x,8 = 4,74 3,65 53,808 6,375 93,980 3 ½ x 0,45 x 0,8 x 6 x,8 =,944 3,03 5,89 5,55 0,789 4 4 x,5 x 6 x,8 = 64,8 3,5 0,6 3,4 0,3 5 / x 0,4x,5 x 6 x,8 = 3,4 3,5,34,3 3,66 6 / x 0,4x,5 x 6 x,8 = 3,4 0,5,6,3 3,66 93,798 300,7 376,588

V - 7 Titik berat penampang dari A : Mx 300,7 xb = = = 3, m V 93,798 yb = My = V 376,588 = 4,04 m 93,798 o o 34 Ka = tg 45 = tg 45 = 0,87 φ o o 34 Kp = tg 45 + = tg 45 + =,75 φ Gambar 5.39. Pembebanan Akibat Berat Tanah Timbunan Tegangan tanah yang terjadi : Muatan lalu lintas dapat diperhitungkan sebagai beban merata senilai dengan tekanan tanah setinggi h = 0,6 m. qt = γ h =,8 0, 6 =,08 t/m σa = qt.ka =,08 x 0,87 = 0,305 t/m σa = γ. h.ka =,8 x 7,8 x 0,87 = 3,969 t/m σp = γ. h.ka =,8 x,4 x 0,87 = 0,7 t/m Tekanan tanah yang terjadi : Pa = σa. h = 0,305 x 7,8 =,379 ton Pa = ½ σa. h = ½ x 3,969 x 7,8 = 5,479 ton Pp = ½ σp. h = ½ x 0,7 x,4 = 0,498 ton

V - 7 Tabel 5.9. Momen Akibat Tekanan Tanah w (ton) Y (m) M (tm) Pa,379 3,9 9,78 Pa 5,479,6 40,45 Pp 0,498 0,467 0,33 8,356 49,756 y = M 49,756 = =,7 m V 8, 356 Gambar 5.40. Tekanan Tanah Yang Terjadi Gaya akibat gempa T = c. w Dimana : T = gaya gempa horizontal C = koefesien gempa (0,4) W = beban Tabel 5.0. Momen Akibat Gaya Gempa w (ton) c T Y (m) M (tm) Bangunan atas 0,8 0,4,85 6,8 9, Abutment 74,456 0,4 4,43 3, 75,7 Berat sendiri tanah 93,798 0,4 3,3 4, 55,50 88,434 40,379 50,07

V - 73 5..3. Gaya horizontal yang bekerja pada abutment a. Gaya akibat traksi dan rem P traksi = 6,75 ton P rem = 4,80 ton Karena gaya traksi dan rem tidak akan bekerja bersama sama maka gaya yang digunakan selanjutnya adalah gaya traksi. P yang bekerja pada abutment = 6,75 = 3,5 ton Gaya rem dan traksi bekerja pada permukaan rel.. Momen akibat traksi terhadap titik A: M tr = 3,5 6, 73 = 90,855 ton b. Gaya gesek akibat tumpuan tumpuan bergerak f ges = P m C dimana: f ges = gaya gesek tumpuan bergerak (rol) P m = beban mati konstruksi atas (T) = 0,8 t C = koefisien tumpuan gesekan karet dengan baja = 0,5 F ges = 0,8 0, 5 = 3,08 t Lengan gaya terhadap titik A : Y ges = ½ t. Elastomer + t. bantalan + t. dudukan elastomer = 40,64 +,5 + 680 = 70,8 cm = 7,08 m Momen terhadap titik G : M ges = F ges Yges = 3,08 7, 08 =,8 tm.

V - 74 c. Beban angin Beban angin pada jembatan rel terdiri dari gaya angin tekan sebesar 00 kg/m dan gaya angin hisap sebesar 50 kg/m. Bidang vertikal beban hidup ditetapkan sebagai suatu permukaan bidang vertikal yang mempunyai tinggi menerus sebesar 3 meter diatas lantai kendaraan. Data teknis perencanaan pertambatan angin : Angin tekan (wi) = 00 kg/m Angin hisap (w ) = 50 kg/m Panjang sisi bawah jembatan = m Panjang sisi atas jembatan = 8 m Tinggi jembatan = 5,85 m + 8 Luas bidang rangka utama (A) = 5, 85 = 58,5 m 6,8 m 8 m E 4 F 5 G 6 7 8 9 0 5,85 m A C m 3 D B Gambar 5.4. Bidang Rangka Utama Beban angin pada sisi rangka jembatan (d) : d tekan = 50 % ( 5% A ) w = 50 % ( 5% 58,5) 00 = 73,5 kg = 0,735 t. d hisap = 50 % ( 5% A ) w = 50 % ( 5% 58,5) 50 = 365,65 kg = 0,36565 t.

V - 75 Beban angin pada muatan hidup setinggi 3 m (d) : d3 = 50 % w L 3 m = 50 % 50 3 = 700 kg =,7 t. Rangka Utama IWF 400x400x8x8 Ikatan Angin Atas IWF 00x00x8x ban angin pada yang langsung kena angin Beban angin pada sisi yang langsung terkena angin 3,00 5,850 Rel R-54 Gelagar Melintang IWF 900x300x6x8 Gelagar Memanjang IWF 700x300x3x4,7,067,7 5,4 Gambar 5.4. Pembebanan Angin Beban angin pada sisi rangka jembatan S = S = Tinggi jemba tan = 5, 85 m =,95 m S3 = h + ½ h = 0,654 + ½.3,00 =,54 m

V - 76 Lengan terhadap A: Y = Y = 5,636 + 3,7 = 8,763 m Y3 = 5,636 +,54 = 7,79 m Momen terhadap titik A : Ma = d Y+ d Y + d3 Y3 = 0,735 8,763 + 0,36565 8,763 +,7 7, 79 = 30,645 tm Tinjauan terhadap guling, geser dan eksentrisitas Dari perhitungan diatas, pembebanan dibagi dalam beban vertikal dan horisontal yang bisa dilihat dalam table berikut. Tabel 5.. Beban dan Momen Akibat Berbagai Pembebanan Beban PV (ton) MV (tm) PH (ton) MH (tm) V 54 08 - - V 0,8 40,36 - - V3 93,798 376,588 - - V4 74,456 58,86 - - H - - 40,379 50,07 H - - 8,356 49,756 34,434 053,8 58,735 99,87 Tinjauan terhadap guling : F.S =,5 MV 053,8 Fq = = MH 99,87 = 5,74 >,5 ( aman ) Tinjauan terhadap geser : F.S =,5 ( PV * tgφ ) + ( c * B * P) 34,434 * tg34 + 0,04 * 4*6 Fqs = PH 58,735 = 4,06 >,5. ( aman ) = ( ) ( )

V - 77 Tinjauan terhadap eksentrisitas : B MV MH e = PV /6*B 4 053,8 99,87 = /6*B 34,434 = -,494 /6*4 = - 0,494 0,667 ( aman ) 5..4. Perencanaan Pondasi Pondasi yang digunakan adalah pondasi bore pile yang termasuk jenis pondasi dalam. Pondasi bore pile yang direncanakan : Diameter : 60 cm Luas penampang : π * r = 87,43 cm Keliling : π * D = 88,495 cm Mutu beton (f c) : 5 Mpa = 50 kg/cm Mutu baja (fy) : 400 Mpa = 4000 kg/cm Perhitungan Daya Dukung Vertikal untuk Tiang Tunggal a). Berdasarkan kekuatan bahan p tiang = σ bahan * A tiang Dimana : p tiang σ bahan A tiang = kekuatan pikul tiang yang diijinkan = tegangan tekan ijin bahan tiang pondasi = luas penampang tiang pondasi Menurut Peraturan Beton Indonesia (PBI), tegangan tekan beton yang diijinkan yaitu : σ bahan = 0,33 * f c f c = kekutan tekan beton karakteristik

V - 78 σ bahan = 0,33 * 50 = 8,5 kg/cm p tiang = 8,5 * 87,43 = 336,975 kg = 33,6 ton b). Berdasarkan kekuatan tanah dari data sondir Perhitungan Pall untuk tiang pondasi dengan proses pengeboran akan direduksi sebesar 30% karena hilangnya keseimbangan tekanan tanah sewaktu dilakukan pengeboran yang mengakibatkan berkurangnya daya dukung tanah. qc * A tf * θ Pall = + * 70% 3 5 Dimana : Pall = daya dukung tanah ijin (ton) qc = nilai conus ( kg/cm ) A = luas tiang pondasi (m ) tf = total friction ( kg/cm ) θ = keliling tiang pondasi (m) * 0,8743 5,4667 *88,495 Pall = + *70% 3 5 Pall = 679, 437ton c). Berdasarkan kekuatan tanah dari hasil Standart Penetration Test ( SPT ) ( 40* Nb * Ab 0,* N * As) * 70% Pult = + Dimana : Pult = daya dukung batas pondasi (ton) Pult = Nb = nilai N-SPT Ab = luas tiang pondasi (m ) N = nilai N-SPT rata-rata As = luas selimut tiang pondasi (m ) (( 40 * 7 * 0,8743) + ( 0, * 5,77 * 0,950) )*70% Pult = 7, 75ton

V - 79 Perhitungan Daya Dukung Vertikal untuk Tiang Kelompok Dari perhitungan Daya Dukung Vertikal untuk Tiang Tunggal berdasarkan kekuatan bahan, kekuatan tanah dari hasil sondir dan SPT, maka ditentukan kedalaman pengeboran hingga -33,80 m. Tabel 5.. Daya Dukung Vertikal Ø tiang pondasi Daya dukung 60 cm Kekuatan bahan 33,6 ton Tes sondir 679,437 ton Tes SPT 7,75 ton a. Menghitung efisiensi kelompok tiang θ ( n ) * m + ( m ) * n E = 90 m * n Dimana : m = jumlah baris n = jumlah tiang dalam satu baris 0,60 θ = Arc tg d/s = arc tg =,8,50 d = diameter tiang pondasi = 60 cm s = jarak antar tiang pondasi Menentukan jumlah tiang pondasi (tipe ) : Perkiraan awal jumlah pondasi yang akan dipasang adalah Pv n = Pall Dimana : n = jumlah tiang pondasi Pv = beban vertikal Pall = daya dukung tanah ( diambil minimum) 34,434 n = =,576 dipasang 4 buah 7,75 Jumlah tiang = x = 4 buah Jarak antar tiang pondasi =,5 d s 3 d = 50 s 80 diambil s = 80 cm

V - 80 Dimensi abutment = 4 x 6 x,4 (( ) * ) + ( ( ) * ),8 E = * = 0,7578 90 * Sehingga daya dukung efektif dalam kelompok tiang : Pefektif = E * Pall Pefektif = 0,7578* 7,75 = 64, 57ton Rencana pemasangan pondasi baris lajur.gambar 5.43. Rencana Pemasangan Pondasi b. Perhitungan beban maksimum untuk kelompok tiang Pmax = Pv My * X max Mx * Y max ± ± n n * x n * y y Dimana : Pmax = beban maksimum yang diterima tiang pondasi ( tunggal ) Pv = jumlah beban vertikal = 34,434 ton n = banyaknya tiang pondasi bore pile = 4 buah Mx = momen arah X = 053,8 tm My = momen arah Y = 99,87 tm X max = jarak terjauh tiang arah x terhadap titik berat kelompok tiang =,00 m Y max = jarak terjauh tiang arah y terhadap titik berat kelompok tiang = 3,00 m x

V - 8 nx = banyaknya pondasi bore pile arah x dalam satu baris = buah ny = banyaknya pondasi bore pile arah y dalam satu baris = buah x = jumlah kuadrat ordinat pondasi bore pile = * X = (* ) = 8 m y = jumlah kuadrat absis pondasi bore pile = 3 * Y = (3*3 ) = 7 m 34,434 99,87 *,00 053,8* 3,00 Pmax = + + = 69,3 ton 4 *8 * 7 Pmax Pefektif 69,3 ton > 64,57 ton... tidak aman!!! Menentukan jumlah tiang pondasi (tipe ) : Karena perkiraan awal jumlah pondasi yang akan dipasang sejumlah 4 buah tidak aman, maka : Pv n = Pall Dimana : n = jumlah tiang pondasi Pv = beban vertikal Pall = daya dukung tanah ( diambil minimum) 34,434 n = =,576 dipasang 6 buah 7,75 Jumlah tiang = x 3 = 6 buah Jarak antar tiang pondasi =,5 d s 3 d = 50 s 80 diambil s = 80 cm Dimensi abutment = 4 x 6 x,4 (( ) *3 ) + ( (3 ) * ),8 E = * = 0,774 90 3* Sehingga daya dukung efektif dalam kelompok tiang : Pefektif = E * Pall Pefektif = 0,774 * 7,75 = 55, 80ton

V - 8 Rencana pemasangan pondasi 3 baris lajur Gambar 5.44. Rencana Pemasangan Pondasi Perhitungan beban maksimum untuk kelompok tiang (tipe ) Pmax = Pv My * X max Mx * Y max ± ± n n * x n * y y x Dimana : Pmax = beban maksimum yang diterima tiang pondasi ( tunggal ) Pv = jumlah beban vertikal = 34,434 ton n = banyaknya tiang pondasi bore pile = 6 buah Mx = momen arah X = 053,8 tm My = momen arah Y = 99,87 tm X max = jarak terjauh tiang arah x terhadap titik berat kelompok tiang =,00 m Y max = jarak terjauh tiang arah y terhadap titik berat kelompok tiang = 3,00 m nx = banyaknya pondasi bore pile arah x dalam satu baris = buah ny = banyaknya pondasi bore pile arah y dalam satu baris = 3 buah x = jumlah kuadrat ordinat pondasi bore pile = * X = (* ) = 8 m y = jumlah kuadrat absis pondasi bore pile = 3 * Y = (3*3 ) = 7 m

V - 83 34,434 99,87 *,00 053,8* 3,00 Pmax = + + = 3,69 ton 6 3*8 * 7 Pmax Pefektif 3,69 ton 55,80 ton... aman!!! c. Penulangan pondasi bore pile Direncanakan : M max = 58,86 tm = 588600 kg.cm Diameter pondasi = 60 cm Diameter tulangan pokok = 5 mm Diameter tulangan sengkang = 0 mm Mutu baja (fy) = 400 Mpa = 4000 kg/cm Mutu beton (f c) = 5 Mpa = 50 kg/cm Selimut beton = 5 cm Gaya tekan aksial (Pu) = 3,69 ton = 369 kg Mn = Mu 588600 = = 6607750 kgcm φ 0, 8 R = 0,85* f ' c = 0,85* 50 =,5kg / cm ( d ef ) = h p (½ * ø tul.utama) = 600 50 * 5 = 537,5 mm = 53,75 cm K Mn 6607750 = = b * d * R 60 * 53,75 *, =,79 ( ) 5 F = - k = - *, 79 = 0,606 β * 450 R 0,85* 450 0,85* 5 F max = * = * = 0, 0 600 + fy fy 600 + 400 400 R As = F * b * d * fy,5 = 0,606*60 *53,75* = 03, 8 cm 4000 Berdasarkan tabel penulangan (tabel cur 4), maka tulangan yang digunakan adalah tulangan 40 Ø 5 ( As terpasang = 96,35 cm ).

V - 84 Jarak antar tulangan = (π * diameter pondasi) / jumlah tulangan = (π * 60 cm) / 40 = 4,7 cm Kontrol penulangan : ρ ρ,4,4 = = fy 400 min = maks ρ yg terjadi 0,0035 β * 450 0,85* f ' c 0,85* 450 0,85* 5 = * = * = 0,0 600 + fy fy 600 + 400 400 ρ > ρ maks ρ maks = As terpasang / (b*d) = 03,8 / (60*53,75) = 0,03 As terpasang = ρ maks *b*d* = 0,0*60*53,75 = 64,50 cm Berdasarkan tabel penulangan (tabel cur 4), maka tulangan yang digunakan adalah tulangan 6 Ø 5 ( As terpasang = 78,54 cm ). Perhitungan tulangan geser Berat tiang = π * d * L * γbeton 4 = π *0,6 * 6,5*, 4 4 = 7,98ton Vn = 0,5*berat. tiang = 0,5*7, 98 Vu = Vn * θ = 8,99ton = 899kg =899*0,6 =5394,6 kg