ANALISIS Z-SCORE UNTUK MEMPREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI Anggraini Aprilia B anggrainiaprilia@gmail.com Aniek Wahyuati Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT The implementation of Z-score value theory as the basic of this research is used to estimate whether the company is in health condition or bankrupt. The Z-score value has five components that are as follow: the working capital ratio to the total assets (X 1), the retained profit ratio to the total assets (X 2), the profit ratio before interests and taxes to the total assets (X 3), the stocks and capital market value ratio to the book of debt value (X 4), the sales ratio to the total assets (X 5). This research is meant to answer Can the Z-score method be used to estimate the bankruptcy to the banking companies which are listed in the Indonesia Stocks Exchange? Keywords: Bankruptcy, Z-Score Analysis ABSTRAK Dasar penelitian ini menggunakan penerapan teori nilai Z-Score yang digunakan untuk memprediksi apakah perusahaan dalam kondisi sehat atau bangkrut. Nilai Z-Score dengan lima komponen, yaitu: Rasio Modal Kerja terhadap Total aktiva (X 1), Rasio Laba Ditahan terhadap Total Aktiva (X 2), Rasio Laba Sebelum Bunga dan Pajak terhadap Total Aktiva (X 3), Rasio Nilai Pasar Modal Saham terhadap Nilai Buku Hutang (X 4), Rasio Penjualan terhadap Total Aktiva (X 5). Penelitian ini bertujuan untuk menjawab Apakah dengan menggunakan metode Z-Score dapat dipakai untuk memprediksi kebangkrutan pada perusahaan perbankan yang tedaftar di BEI? Kata kunci: Kebangkrutan, Analisis Z-Score PENDAHULUAN Perekonomian tumbuh dan berkembang dari berbagai macam lembaga keuangan. Salah satu di antara lembaga-lembaga keuangan yang paling besar peranannya dalam perekonomian adalah lembaga keuangan bank, yang lazimnya disebut bank. Bank merupakan lembaga keuangan yang berfungsi sebagai tempat orang baik dari internal perusahaan maupun eksternal perusahaan untuk menabung dan meminjam uang. Perbankan memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Perbankan merupakan perusahaan yang dalam kegiatannya berhubungan langsung dengan masyarakat. Kegiatan perbankan begitu dipengaruhi oleh kepercayaan nasabah atau masyarakat luas. Apabila perusahaan perbankan tidak mampu mengantisipasi perkembanagan serta tidak mempersiapkan diri untuk menhadapi resiko maka akan mengalami kesulitan keuangan dan akhirnya jatuh bangkrut. Perusahaan perbankan dituntut agar tanggap baik peluang atau permasalahan yang timbul dimasa ini atau masa depan, sehingga kinerja perusahaan harus lebih efektif dan efisien.
2 Aspek penting kinerja perusahaan yaitu laporan keuangan. Kondisi dan kinerja keuangan perusahaan akan nampak dari hasil analisis laporan keuangan. Analisis terhadap laporan keuangan perusahaan untuk mengetahui tingkat kesehatan suatu perusahaan. Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim (1996 : 262) analisis kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh peringatan awal kebangkrutan. Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan tersebut, semakin baik bagi pihak manajemen bisa melakukan perbaikan. Tanda-tanda kebangkrutan tersebut dapat dilihat dengan menggunakan laporan keuangan. Model prediksi kebangkrutan sudah dikembangkan ke beberapa negara. Altman (1983,1984) melakukan survei model-model yang dikembangkan di Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Swiss, Brazil, Australia, Inggris, Irlandia, Kanada, Belanda, dan Perancis. Altman menemukan lima rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mendeteksi kebangkrutan perusahaan. Kelima rasio tersebut terdiri dari : modal kerja terhadap total aktiva, laba ditahan terhadap total aktiva, laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aktiva, nilai pasar modal saham terhadap nilai buku hutang, dan penjualan terhadap total aktiva. Analisis tersebut adalah analisis Z-Score yang dapat memprediksi kinerja perusahaan, apakah perusahaan dalam kondisi bangkrut, kondisi rawan bangkrut, atau kondisi sehat. TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Laporan Keuangan Menurut Hanafi dan Halim (1996 : 49) laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu sumber informasi yang penting bagi perusahaan untuk mengetahui tingkat keuntungan dan tingkat risiko perusahaan. Menurut Djarwanto (2004 : 1) laporan keuangan merupakan informasi tentang kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan yang dapat di pakai sebagai alat untuk berkomunikasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data keuangan perusahaan. Dari definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan sumber informasi yang menyajikan kondisi keuangan perusahaan dan digunakan sebagai alat komunikasi dengan pihak yang berkepentingan dengan data keuangan perusahaan. Kebangkrutan Menurut Hanafi dan Halim (1995:261) pengertian kebangkrutan adalah munculnya biaya-biaya yang berkaitan dengan kebangkrutan dan biaya-biaya ini cukup besar. Untuk menghindari terjadinya kerugian akibat kebangkrutan pada perusahaan, harus diakukan analisis untuk memprediksi kemungkinan terjadinya kebangkrutan sehingga dapat dilakukan tindakan preventif sebelum kerugian yang lebih besar terjadi. Pengertian Z-Score Dengan menggunakan pendekatan multivariate dalam prediksi kebangkrutan. Altman (1983,1984) melakukan survey model-model yang dikembangkan di Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Swiss, Brazil, Australia, Inggris, Irlandia, kanada, Belanda, dan Perancis. Dalam studinya, Altman menemukan lima rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mendeteksi kebangkrutan perusahaan. Kelima rasio tersebut terdiri dari : modal kerja terhadap total aktiva, laba ditahan terhadap total aktiva, laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aktiva, nilai pasar modal saham terhadap nilai buku hutang, dan penjualan
3 terhadap total aktiva. Berikut ini adalah persamaan diskriminan untuk menentukan nilai Z (Mamduh M.Hanafi dan Abdul Halim, 1996:275) : Z = 1,2X 1 + 1,4X 2 + 3,3X 3 + 0,6X 4 + 1,0X 5 Dimana : Z = Indeks keseluruhan X 1 = (Aktiva lancar-hutang lancar) / Total aktiva X 2 = Laba yang ditahan / Total aktiva X 3 = Laba sebelum bunga dan pajak / Total aktiva X 4 = Nilai pasar saham biasa dan preferen / Nilai buku total hutang X 5 = Penjualan / Total Aktiva Masalah lain yang perlu dipertimbangkan adalah banyak perusahaan yang tidak go public dan dengan demikian tidak mempunyai nilai pasar. Untuk beberapa negara seperti Indonesia, perusahaan semacam itu merupakan bagian terbesar yang ada. Altman kemudian mengembangkan model alternatif dengan menggantikan variabel X 4 (Nilai pasar saham biasa dan preferen/nilai buku total hutang). Dengan cara demikian model tersebut bisa dipakai baik untuk perusahaan yang go public maupun yang tidak go public. Persamaan yang diperoleh dengan cara semacam itu adalah sebagai berikut Z = 0,717X 1 + 0,847X 2 + 3,107X 3 + 0,42X 4 + 0,998X 5 Dimana : Z = Indeks keseluruhan X 1 = (Aktiva lancar-hutang lancar) / Total aktiva X 2 = Laba yang ditahan / Total aktiva X 3 = Laba sebelum bunga dan pajak / Total aktiva X 4 = Nilai pasar saham biasa dan preferen / Nilai buku total hutang X 5 = Penjualan / Total Aktiva Angka-angka presentase di depan variabel independen (X 1, X 2, X 3, X 4, X 5) adalah angka hasil proses penelitian yang dilakukan oleh Altman. METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia selama periode 2007-2011. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut: (1) Perusahaan perbankan yang sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang volume perdagangan terkecil selama periode 2007-2011, (2) Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan tahunan untuk periode 31 desember 2007-2011 yang dinyatakan dalam rupiah. Variabel dan Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel adalah penentuan construct sehingga menjadi variabel yang terukur, variabel yang telah diidentifikasi harus didefinisi agar dapat dianalisis dan diukur besarannya. Variabel yang digunakan adalah :
Variabel Penelitian Metode Altman Z-Score adalah suatu alat yang digunakan untuk memprediksi suatu kondisi perusahaan apakah dalam kondisi sehat, rawan atau dalam keadaan bangkrut. Kondisi perusahaan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga, yaitu : a. Z-Score > 2,99 maka keuangan perusahaan dalam klasifikasi tidak bangkrut / sehat b. Z-Score antara 1,81 2,99 maka keuangan perusahaan dalam klasifikasi rawan c. Z-Score < 1,81 maka keuangan perusahaan dalam klasifikasi bangkrut 1. Penelitian Z-Score dengan rasio-rasio sebagai berikut : a. Rasio Modal Kerja terhadap Total Aktiva (X 1) Rasio ini merupakan rasio likuiditas yang berfungsi untuk mengukur kinerja perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dan mengecek efisiensi modal kerja yang digunakan perusahaan. Semakin kecil rasio ini maka menunjukkan kondisi keuangan perusahaan yang tidak sehat. Rumus rasio ini adalah : 4 b. Rasio Laba Ditahan terhadap Total Aktiva (X 2) Rasio ini merupakan rasio profitabilitas yang berfungsi untuk mengukur kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba selama masa operasi perusahaan. Semakin kecil rasio ini maka menunjukkan kondisi keuangan perusahaan yang tidak sehat. Rumus rasio ini adalah : c. Rasio Laba Sebelum Bunga dan Pajak terhadap Total Aktiva (X 3) Rasio ini merupakan rasio coverage yang menghubungkan biaya keuangan perusahaan dengan kemampuan untuk membayar biaya tersebut. Apabila rasio EBIT lebih kecil dari total aktiva maka menunjukkan kondisi keuangan perusahaan yang tidak sehat. Rumus rasio ini adalah : Rasio Laba Sebelum Bunga dan Pajak terhadap Total Aktiva = d. Rasio Nilai Pasar Modal Saham terhadap Nilai Buku Hutang (X 4) Rasio ini merupakan rasio hutang yang berfungsi untuk menilai kemampuan permodalan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya dari modal sendiri. Semakin kecil rasio ini maka menunjukkan kondisi keuangan perusahaan yang tidak sehat. Rumus rasio ini adalah : Rasio Nilai Pasar Modal Saham terhadap Nilai Buku Hutang =
5 e. Rasio Penjualan terhadap Total aktiva (X 5) Rasio ini merupakan rasio aktivitas yang berfungsi untuk mengukur kinerja perusahaan dalam meningkatkan volume penjualan. Semakin kecil rasio ini maka menunjukkan kondisi keuangan perusahaan yang tidak sehat. Rumus rasio ini adalah : Rasio Penjualan terhadap Total Aktiva = HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Perhitungan Rasio Altman Z-Score Tabel 6 Ringkasan Perhitungan rasio Modal Kerja Terhadap Total aktiva (X 1) No Emiten 2007 2008 2009 2010 2011 Rata- Rata 1 BABP 54,9% 70,4% 61,2% 60,3% 58,2% 61,0% 2 MEGA 79,7% 79,7% 84,9% 78,6% 83,8% 81,3% 3 MAYA 32,5% 25,4% 32,4% 34,6% 38,6% 32,7% 4 BBNP 6,7% 7,6% 7,4% 7,6% 7,0% 7,2% Total Rata-Rata 45,6% Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan sampel Dari tabel di atas dapat diinterprestasikan sebagai berikut : 1) PT Bank ICB Bumi Putera Tbk. Pada tahun 2007 besarnya X 1 adalah54,9%, pada tahun 2008 mengalami kenaikan menjadi 70,4%, pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 61,2%, pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 60,3%, pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 58,2%. Rata-rata untuk X 1 sebesar 61,0%, lebih besar dari rata-rata industri sebesar 45,6%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dari total aktiva dan posisi modal kerja bersih adalah lebih besar bila dibandingkan dengan rata-rata industrinya sehingga kondisi keuangan jika ditinjau dari rasio modal kerja terhadap total aktiva ini adalah baik. 2) PT Bank Mega Tbk. Pada tahun 2007 besarnya X 1 adalah 79,7%, pada tahun 2008 mengalami penetapan menjadi 79,7%, pada tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi 84,9%, pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 78,6%, pada tahun 2011 mengalami kenaikan menjadi 83,3%. Rata-rata untuk X 1 sebesar 81,3%, lebih besar dari rata-rata industri sebesar 45,6%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dari total aktiva dan posisi modal kerja bersih adalah lebih besar bila dibandingkan dengan rata-rata industrinya sehingga kondisi keuangan jika ditinjau dari rasio modal kerja terhadap total aktiva ini adalah baik. 3) PT Bank Mayapada Internasional Tbk. Pada tahun 2007 besarnya X 1 adalah 32,5%, pada tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 25,4%, pada tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi 32,4%, pada tahun 2010 mengalami kenaikan menjadi 34,6%, pada tahun 2011 mengalami kenaikan menjadi 38,6%. Rata-rata untuk X 1 sebesar 32,7%, lebih kecil dari rata-rata industri sebesar 45,6%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka
6 pendeknya dari total aktiva dan posisi modal kerja bersih adalah lebih kecil bila dibandingkan dengan rata-rata industrinya sehingga kondisi keuangan jika ditinjau dari rasio modal kerja terhadap total aktiva ini adalah buruk. 4) PT Bank Nusantara parahyangan Tbk. Pada tahun 2007 besarnya X 1 adalah 6,7%, pada tahun 2008 mengalami kenaikan menjadi 7,6%, pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 7,4%, pada tahun 2010 mengalami kenaikan menjadi 7,6%, pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 7,0%. Rata-rata untuk X 1 sebesar 7,2%, lebih kecil dari rata-rata industri sebesar 45,6%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dari total aktiva dan posisi modal kerja bersih adalah lebih kecil bila dibandingkan dengan rata-rata industrinya sehingga kondisi keuangan jika ditinjau dari rasio modal kerja terhadap total aktiva ini adalah buruk. Tabel 11 Ringkasan Perhitungan Rasio Laba ditahan Terhadap Total aktiva (X 2) No Emiten 2007 2008 2009 2010 2011 Rata- Rata 1 BABP 56,7% 57,1% 46,7% 50,1% 57,0% 53,5% 2 MEGA 26,3% 22,3% 23,1% 22,3% 23,5% 23,5% 3 MAYA 26,3% 74,5% 60,6% 55,9% 39,0% 51,3% 4 BBNP 25,1% 31,8% 30,9% 34,4% 38,1% 32,0% Total Rata-Rata 40,1% Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan sampel Dari tabel di atas dapat diinterprestasikan sebagai berikut : 1) PT Bank ICB Bumi Putera Tbk. Pada tahun 2007 besarnya X 2 adalah 56,7%, pada tahun 2008 mengalami peningkatan menjadi 57,1%, pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 46,7%, pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 50,1%, pada tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi 57,0%. Rata-rata untuk X 2 sebesar 53,5%, lebih besar dari rata-rata industri sebesar 40,1%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang ditahan sebagai sumber pendanaan modal kerja terhadap total aktiva lebih besar dari ratarata industrinya. Dengan demikian kondisi keuangan perusahaan jika ditinjau dari rasio laba ditahan terhadap total aktiva adalah baik. 2) PT Bank Mega Tbk. Pada tahun 2007 besarnya X 2 adalah 23,6%, pada tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 22,3%%, pada tahun 2009 mengalami peningkatan menjadi 23,1%, pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 22,3%, pada tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi 23,5%. Rata-rata untuk X 2 sebesar 23,5%, lebih kecil dari rata-rata industri sebesar 40,1%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang ditahan sebagai sumber pendanaan modal kerja terhadap total aktiva lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata industrinya. Dengan demikian kondisi keuangan perusahaan jika ditinjau dari rasio laba ditahan terhadap total aktiva adalah buruk 3) PT Bank Mayapada Internasional Tbk. Pada tahun 2007 besarnya X 2 adalah 26,3%, pada tahun 2008 mengalami peningkatan menjadi 74,5%, pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 60,6%, pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 55,9%, pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 39,0%. Rata-rata untuk X 2 sebesar 51,3%, lebih besar dari rata-rata industri sebesar 40,1%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang
7 ditahan sebagai sumber pendanaan modal kerja terhadap total aktiva lebih besar dibandingkan dengan rata-rata industrinya. Dengan demikian kondisi keuangan perusahaan jika ditinjau dari rasio laba ditahan terhadap total aktiva adalah baik. 4) PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk. Pada tahun 2007 besarnya X 2 adalah 25,1%, pada tahun 2008 mengalami peningkatan menjadi 31,8%, pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 30,9%, pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 34,4%, pada tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi 38,1%. Rata-rata untuk X 2 sebesar32,0%, lebih kecil dari rata-rata industri sebesar 40,1%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang ditahan sebagai sumber pendanaan modal kerja terhadap total aktiva lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata industrinya. Dengan demikian kondisi keuangan perusahaan jika ditinjau dari rasio laba ditahan terhadap total aktiva adalah buruk. Tabel 16 Ringkasan Perhitungan Rasio Laba Sebelum Bunga dan pajak Terhadap Total aktiva (X 3) No Emiten 2007 2008 2009 2010 2011 Rata- Rata 1 BABP 38,6% 29,0% 23,7% 24,7% 29,1% 17,4% 2 MEGA 41,6% 41,3% 37,9% 40,8% 34,2% 39,2% 3 MAYA 57,2% 22,9% 41,4% 40,6% 32,7% 39,0% 4 BBNP 9,2% 11,9% 11,3% 8,9% 7,5% 9,8% Total Rata-Rata 26,3% Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan sampel Dari tabel di atas dapat diinterprestasikan sebagai berikut : 1) PT Bank ICB Bumi Putera Tbk. Pada tahun 2007 besarnya X 3 adalah 38,6%, pada tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 29,0%, pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 23,7%, pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 24,7%, pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi (29,1%). Rata-rata untuk X 3 sebesar 17,4%, lebih kecil dari rata-rata industri sebesar 26,3%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak dibandingkan dengan aktiva perusahaan adalah lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata industrinya. Dengan demikian kondisi keuangan perusahaan jika ditinjau dari rasio ini adalah buruk. 2) PT Bank Mega Tbk. Pada tahun 2007 besarnya X 3 adalah 41,6%, pada tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 41,3%, pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 37,9%, pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 40,8%, pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 34,2%. Rata-rata untuk X 3 sebesar 39,2%, lebih besar rata-rata industri sebesar 26,3%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak dibandingkan dengan aktiva perusahaan adalah lebih besar rata-rata industrinya. Dengan demikian kondisi keuangan perusahaan jika ditinjau dari rasio ini adalah baik. 3) PT Bank Mayapada Internasional Tbk. Pada tahun 2007 besarnya X 3 adalah 57,2%, pada tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 22,9%, pada tahun 2009 mengalami peningkatan menjadi 41,4%, pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 40,6%, pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 32,7%. Rata-rata untuk X 3 sebesar 39,0%, lebih besar dari rata-rata industri sebesar 26,3%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak dibandingkan dengan aktiva perusahaan adalah lebih besar dibandingkan
8 dengan rata-rata industrinya. Dengan demikian kondisi keuangan perusahaan jika ditinjau dari rasio ini adalah baik. 4) PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk. Pada tahun 2007 besarnya X 3 adalah 9,2%, pada tahun 2008 mengalami peningkatan menjadi 11,9%, pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 11,3%, pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 8,9%, pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 7,5%. Rata-rata untuk X 3 sebesar 9,8%, lebih kecil dari rata-rata industri sebesar 26,3%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak dibandingkan dengan aktiva perusahaan adalah lebih kecil dibandingkan dengan ratarata industrinya. Dengan demikian kondisi keuangan perusahaan jika ditinjau dari rasio ini adalah buruk. Tabel 21 Ringkasan Perhitungan Rasio Nilai Pasar Modal Saham terhadap Nilai Buku Hutang (X 4) No Emiten 2007 2008 2009 2010 2011 Rata- Rata 1 BABP 25,8% 25,9% 23,2% 19,4% 23,2% 23,5% 2 MEGA 31,0% 30,7% 54,0% 41,5% 34,8% 38,4% 3 MAYA 40,0% 31,0% 66,5% 75,0% 75,0% 57,5% 4 BBNP 4,6% 4,7% 4,5% 4,4% 3,5% 4,3% Total Rata-Rata 30,9% Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan sampel Dari tabel di atas dapat diinterprestasikan sebagai berikut : 1) PT Bank ICB Bumi Putera Tbk. Pada tahun 2007 besarnya X 4 adalah 25,8%, pada tahun 2008 mengalami peningkatan menjadi 25,9%, pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 23,2%, pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 19,4%, pada tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi 23,2%. Rata-rata untuk X 4 sebesar 23,5%, lebih kecil dari rata-rata industri sebesar 30,9%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan modal saham untuk memenuhi kewajiban atau hutang perusahaan adalah lebih kecil dari total rata-rata. Dengan demikian kondisi keuangan perusahaan apabila ditinjau dari rasio ini adalah buruk. 2) PT Bank Mega Tbk. Pada tahun 2007 besarnya X 4 adalah 31,0%, pada tahun 2008 mengalami peningkatan menjadi 30,7%, pada tahun 2009 mengalami peningkatan menjadi 54,0%, pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 41,5%, pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 34,8%. Rata-rata untuk X 4 sebesar 38,4%, lebih besar rata-rata industri sebesar 30,9%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan modal saham untuk memenuhi kewajiban atau hutang perusahaan adalah lebih besar total rata-rata. Dengan demikian kondisi keuangan perusahaan apabila ditinjau dari rasio ini adalah baik. 3) PT Bank Mayapada Internasional Tbk. Pada tahun 2007 besarnya X 4 adalah 40,0%, pada tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 31,0%, pada tahun 2009 mengalami peningkatan menjadi 66,5%, pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 75,0%, pada tahun 2011 mengalami penetapan menjadi 75,0%. Rata-rata untuk X 4 sebesar 57,5%, lebih besar dari rata-rata industri sebesar 30,9%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan modal saham untuk memenuhi kewajiban atau hutang perusahaan adalah lebih besar dari total rata-rata. Dengan demikian kondisi keuangan perusahaan apabila ditinjau dari rasio ini adalah baik. 4) PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.
9 Pada tahun 2007 besarnya X 4 adalah 4,6%, pada tahun 2008 mengalami peningkatan menjadi 4,7%, pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 4,5%, pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 4,4%, pada tahun 2011 mengalami penuruan menjadi 3,5%. Rata-rata untuk X 4 sebesar 4,3%, lebih kecil dari rata-rata industri sebesar 30,9%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan modal saham untuk memenuhi kewajiban atau hutang perusahaan adalah lebih kecil dari total rata-rata. Dengan demikian kondisi keuangan perusahaan apabila ditinjau dari rasio ini adalah buruk. Tabel 26 Ringkasan Perhitungan Rasio Penjualan Terhadap Total aktiva (X 5) No Emiten 2007 2008 2009 2010 2011 Rata- Rata 1 BABP 73,0% 72,7% 82,2% 85,3% 87,2% 80,1% 2 MEGA 73,6% 75,8% 69,6% 81,8% 69,0% 73,9% 3 MAYA 49,6% 59,9% 44,4% 44,4% 42,9% 48,2% 4 BBNP 56,0% 57,2% 80,5% 61,1% 50,1% 61,0% Total Rata-Rata 65,8% Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan sampel Dari tabel di atas dapat diinterprestasikan sebagai berikut : 1) PT Bank ICB Bumi Putera Tbk. Pada tahun 2007 besarnya X 5 adalah 73,0%, pada tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 72,7%, pada tahun 2009 mengalami peningkatan menjadi 82,2%, pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 85,3%, pada tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi 87,2%. Rata-rata untuk X 5 sebesar 80,1%, lebih besar dari rata-rata industri sebesar 65,8%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kemampuan perusahaan menaikkan aktiva melalui volume penjualan. Dengan demikian kondisi keuangan perusahaan apabila ditinjau dari rasio ini adalah baik. 2) PT Bank Mega Tbk. Pada tahun 2007 besarnya X 5 adalah 73,6%, pada tahun 2008 mengalami peningkatan menjadi 75,8%, pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 69,9%, pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 81,8%, pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 69,0%. Rata-rata untuk X 5 sebesar 73,9%, lebih besar rata-rata industri sebesar 65,8%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kemampuan perusahaan menaikkan aktiva melalui volume penjualan. Dengan demikian kondisi keuangan perusahaan apabila ditinjau dari rasio ini adalah baik. 3) PT Bank Mayapada Internasional Tbk. Pada tahun 2007 besarnya X 5 adalah 49,6%, pada tahun 2008 mengalami peningkatan menjadi 59,9%, pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 44,4%, pada tahun 2010 mengalami penetapan menjadi 44,4%, pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 42,9%. Rata-rata untuk X 5 sebesar 48,2%, lebih kecil rata-rata industri sebesar 65,8%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin rendah kemampuan perusahaan menaikkan aktiva melalui volume penjualan. Dengan demikian kondisi keuangan perusahaan apabila ditinjau dari rasio ini adalah buruk. 4) PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk. Pada tahun 2007 besarnya X 5 adalah 56,0%, pada tahun 2008 mengalami peningkatan menjadi 57,2%, pada tahun 2009 mengalami peningkatan menjadi 80,5%, pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 61,1%, pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 50,1%. Rata-rata untuk X 5 sebesar 61,0%, lebih kecil dari rata-rata industri sebesar 65,8%. Hal
10 ini menunjukkan bahwa semakin rendah kemampuan perusahaan menaikkan aktiva melalui volume penjualan. Dengan demikian kondisi keuangan perusahaan apabila ditinjau dari rasio ini adalah buruk. Perhitungan Nilai Altman Z-Score Hasil perhitungan untuk nilai Z-Score PT Bank ICB Bumi Putera Tbk pada periode 2007 sampai 2011 dapat terlihat pada tabel 27 sebagai berikut : Tabel 27 Perhitungan Nilai Z-Score PT Bank ICB Bumi Putera Tbk. Periode X1 X2 X3 X4 X5 Za Klasifikasi 2007 54,9% 56,7% 38,6% 25,8% 73,0% 2,91 Sehat 2008 70,4% 57,1% 29,0% 25,9% 72,7% 2,72 Potensi Rawan 2009 61,2% 46,7% 23,7% 23,2% 82,2% 2,49 Potensi Rawan 2010 60,3% 50,1% 24,7% 19,4% 85,3% 2,56 Potensi Rawan 2011 58,2% 57,0% -29,1% 23,2% 87,2% 0,97 Potensi Bangkrut Sumber : Diolah Penulis Dari Lampiran 1 Dari hasil perhitungan untuk nilai Z-Score PT Bank ICB Bumi Putera Tbk. pada periode 2007 sampai 2011, dapat digambarkan grafik yang terlihat pada gambar berikut : 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 SEHAT NILAI Za BANGKRUT 0.50 0.00 2007 2008 2009 2010 2011 Sumber : Tabel 27 Gambar 2 Nilai Z-Score PT Bank ICB Bumi Putera Tbk. Hasil perhitungan untuk nilai Z-Score PT Bank Mega Tbk pada periode 2007 sampai 2011 dapat terlihat pada tabel 28 sebagai berikut :
11 Tabel 28 Perhitungan Nilai Z-Score PT Bank Mega Tbk. Periode X1 X2 X3 X4 X5 Za Klasifikasi 2007 79,7% 26,3% 41,6% 31,0% 73,6% 2,95 Sehat 2008 79,7% 22,3% 41,3% 30,7% 75,8% 2,93 Sehat 2009 84,9% 23,1% 37,9% 54,0% 69,6% 2,90 Sehat 2010 78,6% 22,3% 40,8% 41,5% 81,8% 3,01 Sehat 2011 83,8% 23,5% 34,2% 34,8% 69,0% 2,69 Potensi Rawan Sumber : Diolah Penulis Dari Lampiran 2 Dari hasil perhitungan untuk nilai Z-Score PT Bank Mega Tbk. pada periode 2007 sampai 2011, dapat digambarkan grafik yang terlihat pada gambar berikut : 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 SEHAT NILAI Za BANGKRUT 0.00 2007 2008 2009 2010 2011 Sumber : Tabel 28 Gambar 3 Nilai Z-Score PT Bank Mega Tbk. Hasil perhitungan untuk nilai Z-Score PT Bank Mayapada Internasional Tbk pada periode 2007 sampai 2011 dapat terlihat pada tabel 29 sebagai berikut : Tabel 29 Perhitungan Nilai Z-Score PT Bank Mayapada Internasional Tbk. Periode X1 X2 X3 X4 X5 Za Klasifikasi 2007 32,5% 26,3% 57,2% 40,0% 49,6% 2,89 Potensi Rawan 2008 25,4% 74,5% 22,9% 31,0% 59,9% 2,25 Potensi Rawan 2009 32,4% 60,6% 41,4% 66,5% 44,4% 2,75 Potensi Rawan 2010 34,6% 55,9% 40,6% 75,0% 44,4% 2,74 Potensi Rawan 2011 38,6% 39,0% 32,7% 75,0% 42,9% 2,36 Potensi Rawan Sumber : Diolah Penulis Dari Lampiran 3 Dari hasil perhitungan untuk nilai Z-Score PT Bank Mayapada Internasional Tbk. pada periode 2007 sampai 2011, dapat digambarkan grafik yang terlihat pada gambar berikut :
12 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00 2007 2008 2009 2010 2011 SEHAT NILAI Za BANGKRUT Sumber : Tabel 29 Gambar 4 Nilai Z-Score PT Bank Mayapada Internasional Tbk. Hasil perhitungan untuk nilai Z-Score PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk pada periode 2007 sampai 2011 dapat terlihat pada tabel 30 sebagai berikut : Tabel 30 Perhitungan Nilai Z-Score PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk. Periode X1 X2 X3 X4 X5 Za Klasifikasi 2007 6,7% 25,1% 9,2% 4,6% 56,0% 1,12 Potensi Bangkrut 2008 7,6% 31,8% 11,9% 4,7% 57,2% 1,28 Potensi Rawan 2009 7,4% 30,9% 11,3% 4,5% 80,5% 1,49 Potensi Rawan 2010 7,6% 34,4% 8,9% 4,4% 61,1% 1,25 Potensi Rawan 2011 7,0% 38,1% 7,5% 3,5% 50,1% 1,12 Potensi Bangkut Sumber : Diolah Penulis Dari Lampiran 4 Dari hasil perhitungan untuk nilai Z-Score PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk. pada periode 2007 sampai 2011, dapat digambarkan grafik yang terlihat pada gambar berikut : 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 SEHAT NILAI Za BANGKRUT 0.00 2007 2008 2009 2010 2011 Sumber : Tabel 30 Gambar 5 Nilai Z-Score PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.
Kesimpulan Perhitungan Z-Score Dari hasil perhitungan nilai Z-Score pada perusahaan perbankan periode 2007 sampai 2011 dapat terlihat kesimpulan perhitungan nilai Z-Score pada tabel 31 sebagai berikut : Tabel 31 Kesimpulan Perhitungan Nilai Z-Score No Emiten Nilai Z- Score 2007 2008 2009 2010 2011 Rata- Rata Kesimpulan 1 BABP 2,91 2,72 2,49 2,56 0,97 2,33 Potensi Rawan 2 MEGA 2,95 2,93 2,9 3,01 2,69 2,90 Sehat 3 MAYA 2,89 2,25 2,75 2,74 2,36 2,60 Potensi Rawan 4 BBNP 1,12 1,28 1,49 1,25 1,12 1,25 Potensi Bangkrut Total Rata-Rata 2,27 Sumber : Diolah Penulis Dari tabel di atas dapat diinterpretasikan sebagai berikut : a. PT Bank ICB Bumi Putera Tbk. Nilai Z-Score PT Bank ICB Bumi Putera Tbk pada tahun 2007 sampai tahun 2011 terus mengalami penurunan hal ini berarti modak kerja dari perusahaan ini mengalami penurunan lebih besar dari total aktivanya. Akan tetapi secara umum PT Bank ICB Bumi Putera Tbk dapat dikatakan sehat, hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata sebesar 2,33, masih dikatakan rawan, hal ini berarti modal kerja yang digunakan oleh perusahaan ini cukup bagus sehingga total aktivanya pun menjadi cukup bagus. Sedangkan apabila dibandingkan dengan empat perusahaan pembanding nilai Z-Score perusahaan ini juga masih diatas rata-ratanya atau lebih dari 2,27, hal ini berarti dilihat dari perhitungan dengan metode Z-Score perusahaan ini masih dikatakan rawan. b. PT Bank Mega Tbk. Nilai Z-Score PT Bank Mega Tbk pada tahun 2007 samapi tahun 2009 terus mengalami penurunan hal ini berarti modak kerja dari perusahaan ini mengalami penurunan dari total aktivanya, sedangkan pada tahun 2010 mengalami kenaikan hal ini berarti modal kerja perusahaan naik dan pada tahun 2011 mengalami penurunan hal ini berarti modal kerja perusahaan turun. Akan tetapi secara umum PT Bank Mega Tbk dapat dikatakan sehat, hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata sebesar 2,90, masih dikatakan sehat, hal ini berarti modal kerja yang digunakan oleh perusahaan ini sangat efektif sehingga total aktivanya pun menjadi efektif. Sedangkan apabila dibandingkan dengan empat perusahaan pembanding nilai Z-Score perusahaan ini juga masih diatas rata-ratanya atau lebih dari 2,27, hal ini berarti dilihat dari perhitungan dengan metode Z-Score perusahaan ini masih dikatakan sehat. c. PT Bank Mayapada Internasional Tbk. Nilai Z-Score PT Bank Mayapada Internasional Tbk pada tahun 2007 sampai tahun 2008 mengalami penurunan hal ini berarti modak kerja dari perusahaan ini mengalami penurunan dari total aktivanya, dan pada tahun 2009 mengalami kenaikan hal ini berarti modal kerja perusahaan naik, sedangakan pada tahun 2010 sampai tahun 2011 mengalami penurunan hal ini berarti modal kerja perusahaan turun. Akan tetapi secara umum PT Bank Mayapada Internasional Tbk dapat dikatakan rawan, hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata sebesar 2,60, masih dikatakan rawan, hal ini 13
berarti modal kerja yang digunakan oleh perusahaan ini cukup bagus sehingga total aktivanya pun menjadi cukup bagus. Sedangkan apabila dibandingkan dengan empat perusahaan pembanding nilai Z-Score perusahaan ini juga juga masih diatas rata-ratanya atau lebih dari 2,27, hal ini berarti dilihat dari perhitungan dengan metode Z-Score perusahaan ini masih dikatakan rawan. d. PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk. Nilai Z-Score PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk pada tahun 2007 sampai tahun 2009 mengalami kenaikan hal ini berarti moda kerja dari perusahaan ini mengalami kenaikan dari total aktivanya, sedangkan pada tahun 2010 sampai tahun 2011 mengalami penurunan hal ini berarti modal kerja perusahaan turun. Akan tetapi secara umum PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk dapat dikatakan bankrut, hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata sebesar 1,25, masih dikatakan bangkrut, hal ini berarti modal kerja yang digunakan oleh perusahaan ini tidak efektif sehingga total aktivanya pun menjadi tidak efektif. Sedangkan apabila dibandingkan dengan empat perusahaan pembanding nilai Z-Score perusahaan ini juga masih dibawah rat-ratanya atau kurang dari 2,27, hal ini berarti dilihat dari perhitungan dengan metode Z-Score perusahaan ini masih dikatakan bangkrut. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Penelitian ini menggunakan 4 perusahaan perbankan, yaitu : PT Bank ICB Bumi Putera Tbk, PT Bank Mega Tbk, PT Bank Mayapada Internasional Tbk, PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk. 2. Tujuan dari dilasanakannya penilitian ini adalah untuk mengetahui prediksi kebangkrutan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI dengan metode Z- Score. 3. 25% atau 1 dari 4 sampel perusahaan perbankan masuk dalam ketegori bangkrut, yaitu : PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi kewajiban-kewajiban yang harus ditanggung perusahaan, tidak maksimalnya penjualan, kurangnya pemanfaatan aktiva perusahaan untuk dapat menghasilkan laba dari setiap penjualannya. 4. 50% atau 2 dari 4 sampel perusahaan perbankan masuk dalam kategori rawan, yaitu : PT Bank ICB Bumi Putera Tbk dan PT Bank Mayapada Internasional Tbk. Perusahaan ini mampu bertahan karena mampu meningkatkan kinerja keuangan mereka, sebagaimana dapat terlihat dari adanya peningkatan saldo laba, EBIT maupun volume penjualan. 5. Dan 25% atau 1 dari 4 sampel perusahaan perbankan masuk dalam kategori sehat, yaitu : PT Bank Mega Tbk. Perusahaan ini mampu mengembangkan atau meningkatkan kinerja keuangan, sebagaimana dapat terlihat dari adanya peningkatan saldo, nilai pasar modal saham, EBIT maupun volume penjualannya. Saran 1. Bagi perusahaan yang diklasifikasikan dalam kondisi bangkrut, sebaiknya segera melakukan perbaikan pada manajemen, perbaikan keuangan perusahaan dan perbaikan dengan pihak ekstern. 2. Bagi perusahaan yang diklasifikasikan dalam kondisi rawan bangkrut, sebaiknya harus lebih waspada dalam melakukan pengambilan kebijakan perusahaan dan berusaha meningkatkan kinerja perusahaan serta memanfaatkan aset yang dimiliki dengan baik untuk meraih keuntungan yang besar. 14
3. Bagi perusahaan yang diklasifikasikan dalam kondisi sehat, sebaiknya meningkatkan pengambilan kebijakan perusahaan dan meningkatkan kembali kinerja perusahaan serta berusaha memanfatkan aset yang dimiliki dengan baik untuk meraih keuntungan yang maksimal. 15 DAFTAR PUSTAKA Bungin, B. 2006. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Edisi 1. Kencana. Jakarta. Cooper, R. D. and C. E. William. 1996. Metode Penelitian Bisnis. Edisi Lima Jilid Satu. Erlangga. Jakarta. Djarwanto. 2004. Pokok-Pokok Analisa Laporan Keuangan. Edisi 2. BPFE. Yogyakarta. Firdaus, R. Analisis Z-Score Untuk Memprediksi Potensi Kebangkrutan Pada Industi Perbankan Yang Terdaftar Di BEI. 2011. Skripsi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA). Surabaya. Kamal, I. M. Analisis Prediksi Kebangkrutan Pada Perusahaan Perbankan Go Public Di Bursa Efek Indonesia. 2012. Skripsi Universitas Hasanudin. Makassar. Mamduh, M. H. dan A. Halim. 1996. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Pertama. UPP-AMP YKPN. Yogyakarta. Munawir, S. 1994. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Liberty. Yogyakarta. Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Pertama. Alfabeta. Bandung.