REKOMENDASI KEBIJAKAN PANEL KELAUTAN DAN PERIKANAN NASIONAL (PANELKANAS)

dokumen-dokumen yang mirip
V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

REKOMENDASI KEBIJAKAN PANEL KELAUTAN DAN PERIKANAN NASIONAL (PANELKANAS)

V. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT. Produksi Rumput Laut Dunia

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

Gambar di bawah ini memperlihatkan bentuk rumput laut segar yang baru dipanen (a. Gracillaria, b. Kappaphycus, c. Sargassum) Rumput laut segar

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN:

VIII. DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KEUNTUNGAN DAN DAYA SAING RUMPUT LAUT

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

Penetapan Harga ( Ceiling Price dan Floor Price )

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

OLEH: MIRA CLENIA Peneliti pada Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

VIII. ARAHAN PENGELOLAAN KEGIATAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. komoditas yang diunggulkan di sektor kelautan dan perikanan.. Tujuan

DRAFT REKOMENDASI KEBIJAKAN

EFISIENSI PENGGUNAAN LARUTAN ALKALI NaOH DALAM PENGOLAHAN RUMPUT LAUT EUCHEUMA MENJADI SEMIKARAGINAN

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Rumput laut atau seaweeds adalah tanaman air dikenal dengan istilah alga atau

E.12. Penetapan harga pokok produksi (HPP) produk rimpang temulawak...

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Ringkas PT. Agung Sumatera Samudera Abadi

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat Perikanan Budidaya Melalui PUMP Perikanan Budidaya Sebagai Implementasi PNPM Mandiri Kelautan Dan Perikanan

Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011

I PENDAHULUAN. Luas Lautan Indonesia Total Indonesia s Waters a. Luas Laut Teritorial b. Luas Zona Ekonomi Eksklusif c.

OPTIMALISASI PRODUKSI SEMI-REFINED CARRAGEENAN DARI RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII DENGAN VARIASI TEKNIK PENGERINGAN DAN KADAR AIR BAHAN BAKU

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

BOKS 2 HASIL KAJIAN POTENSI RUMPUT LAUT DI KABUPATEN ROTE NDAO

NASKAH REKOMENDASI KEBIJAKAN 4 OPTIMALISASI KINERJA PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA GARAM RAKYAT RAKYAT (PUGAR)

Penguatan Minapolitan dan Merebut Perikanan Selatan Jawa

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS NILAI TAMBAH PRODUK RUMPUT LAUT (Kasus: Perusahaan Winner Perkasa Indonesia Unggul, Depok) SUGANDI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

I. PENDAHULUAN. membangun, dimana 80% penduduknya bermatapencaharian pokok di sektor

Penentuan Harga Pokok Produksi Kunyit dan Produk Olahan di Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar

Strategi Pengembangan Industri Pengolahan Komoditas Rumput Laut E. Cotonii... (Hikmah) Hikmah

ANALISIS TATANIAGA IKAN PATIN DI TINGKAT PEDAGANG BESAR PENERIMA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat.

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim

PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PENERAPAN SISTEM AGRIBISNIS PADA USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT (Eucheuma sp )

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

BAB I PENDAHULUAN. beralihnya ke bidang usaha perikanan karena semakin tingginya permintaan akan produk

DAMPAK KENAIKAN HARGA IKAN SEGAR TERHADAP KESEJAHTERAAN NELAYAN Kajian Singkat

Tinjauan Pasar Bawang Merah

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

VI. KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN RUMPUT LAUT

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

V. POSISI DAYA SAING UDANG INDONESIA, TAHUN

ANALISIS KERAGAAN PASAR PEMBENIHAN DAN PENDEDERAN IKAN GURAMI (Oshpronemus Gouramy) DI KELURAHAN DUREN MEKAR DAN DUREN SERIBU DEPOK JAWA BARAT

I. PENDAHULUAN. bisnis ikan air tawar di dunia (Kordi, 2010). Ikan nila memiliki keunggulan yaitu

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA

I. PENDAHULUAN. Globalisasi perdagangan internasional memberi peluang dan tantangan bagi

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2015 SEBESAR 102,82

PENDAHULUAN. laut yang sangat besar untuk dikembangkan, luas potensi budidaya laut

BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO. memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen.

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara agraris sebagian penduduknya adalah petani. Hal

Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian Tesis

(Eucheuma cottonii) TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA PESISIR (Studi Kasus di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TATANIAGA RUMPUT LAUT DI DESA KUTUH DAN KELURAHAN BENOA, KECAMATAN KUTA SELATAN, KABUPATEN BADUNG, PROVINSI BALI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI JANUARI 2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

Manajemen Pemasaran Produk Perikanan (Benih Ikan dan Ikan Konsumsi) TIM PPM Universitas Negeri Yogyakarta

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

I. PENDAHULUAN. peran yang sangat strategis dalam mendukung perekonomian nasional. Di sisi lain

HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI PENELITIAN

BERITA RESMI STATISTIK

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

I. PENDAHULUAN. Rumput laut merupakan sumber utama penghasil agar-agar, alginat dan karaginan

Transkripsi:

REKOMENDASI KEBIJAKAN PANEL KELAUTAN DAN PERIKANAN NASIONAL (PANELKANAS) BALAI BESAR BADAN LITBANG KELAUTAN DAN PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2014

PENETAPAN HARGA DASAR RUMPUT LAUT NASIONAL RINGKASAN Penetapan harga dasar rumput laut sebagai salah satu jalan perlindungan yang harus dilakukan oleh pemerintah ketika terjadi lonjakan produksi. Penetapan harga dasar diperlukan karena harga jual rumput laut kering jenis E.spinosum dan E.cottoni mengalami fluktuasi dan pendapatan dari usaha rumput laut secara keseluruhan masih dibawah UMK (Upah Minimum Kabupaten). Pendekatan yang dilakukan untuk melakukan penetapan harga dasar rumput laut adalah full costing. Harga pokok produksi dengan pendekatan full costing terdiri dari bahan langsung (bibit spionsum dan cottoni) tenaga kerja langsung (tenaga kerja ikat bibit) dan overhead pabrik tetap (biaya perawatan berupa patok dan tali) dan tidak tetap.(plastik pengikat dan plastik pembungkus). Harga dasar untuk rumput laut kering jenis E.spinosum adalah sebesar Rp 3.446/kg dan untuk rumput laut kering jenis E.cottoni adalah sebesar Rp. 8.286 untuk studi kasus pembudidaya rumput laut Nusa Penida PENDAHULUAN Selama hampir 1 dasawarsa volume produksi rumput laut Indonesia dari tahun 1999 2007 meningkat lebih dari 1000%. Hal ini menunjukkan bahwa rumput laut menjadi salah satu komoditas ekspor unggulan produk perikanan Indonesia. Rumput laut memiliki kegunaan yang sangat penting untuk bahan baku industri kosmetika, industri farmasi dan bahan makanan. Komoditas rumput laut menjadi salah satu komoditas industrialisasi yang ditetapkan oleh KKP bersama dengan komoditas Tuna Tongkol Cakalang (TTC), udang, bandeng dan patin. Industrialisasi rumput laut tidak hanya sebatas untuk meningkatkan devisa negara, tetapi juga menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan taraf hidup pembudidaya rumput laut. Menurut [1], eksportir Indonesia terdiri dari 2 jenis eksportir yaitu (1). Eksportir yang tidak melakukan kegiatan pengolahan adalah mereka yang mengekspor rumput laut dalam bentuk kering; (2). Eksportir yang melakukan kegiatan pengolahan adalah perusahaan pengolah yang dapat menghasilkan produk berupa SRC (Semi Refine Carrageenan) dan ATC (Alkali Treatment Cottonii). Berdasarkan hasil penelitian [2], analisis potensi pasar rumput laut di Indonesia berupa analisis peluang pasar dan analisis potential demand menunjukkan rumput laut Indonesia memiliki potensi yang sangat besar. Hal tersebut ditunjukkan dari jumlah kebutuhan rumput laut dalam dan luar negeri. Industri rumput laut Indonesia harus memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri sebesar 14.000 ton dan pasar luar negeri sebesar 25.000 ton. Menurut 22 PENETAPAN HARGA DASAR RUMPUT LAUT NASIONAL BALAI BESAR

Januari Maret Mei Juli September November Januari Maret Mei Juli September November [REKOMENDASI KEBIJAKAN] 2014 Anggadiredja et al., (2006) dalam [3], memperkirakan pasar dunia produk olahan rumput laut meningkat sekitar 10% setiap tahun untuk karaginan semirefine (SRC), agar, dan alginate untuk industri. Adapun alginat digunakan untuk makanan meningkat sebesar 7,5% dan karaginan refine sebesar 5%. Harga menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah nilai suatu barang yang ditentukan atau dirupakan dengan uang. Harga output atau harga hasil produksi (panen) terbentuk dari akibat bertemunya permintaan dengan penawaran atau kata lainnya harga output adalah harga ditentukan ketika ada transaksi jual beli. Dinamika harga output adalah nilai yang diterima oleh para pembudidaya sebagai sumber pendapatan rumah tangga. Harga output dapat digunakan sebagai bagian alat ukur daya beli dalam indikator kesejahteraan yang dikenal dengan indeks nilai tukar. Nilai tukar merupakan indeks perbandingan dari nilai yang diterima dengan nilai yang dibayarkan. Nilai diterima merupakan hasil perkalian volume produksi dengan harga output produksi tersebut. RELEVANSI DENGAN ISU YANG DIBAHAS 13,000 12,000 11,000 10,000 9,000 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 - Spinosum Cottoni 2012 2013 Gambar 1. Dinamika Harga Output Cottoni dan Spinosum yang Diterima Pembudidaya Rumput Laut Nusa Penida 2012-2014 23 PENETAPAN HARGA DASAR RUMPUT LAUT NASIONAL BALAI BESAR

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April [REKOMENDASI KEBIJAKAN] 2014 Harga output rumput laut dalam bentuk kering menunjukkan ketidakstabilan, berdasarkan hasil wawancara dengan pembudidaya adalah adanya permainan harga yang dilakukan oleh tengkulak. Hal ini membawa dampak terhadap kelangsungan usaha rumput laut. Di pihak lain para tengkulak mengatakan bahwa harga terbentuk akibat dari kualitas mutu dari rumput laut kering tersebut. Banyak hasil panen rumput laut kering yang dipanen baru berumur 30 hari yang seharusnya 45 hari hal ini sangat mempengaruhi tingkat kandungan karagenan dalam rumput laut jenis cottoni dan spinosum. Selain itu kadar air yang terkandung dalam rumput laut kering tersebut lebih dari 38%, oleh karena itu menjadi alasan tengkulak untuk melakukan sortir atau grading terlebih dahulu sebelum dikirim ke pabrik di Surabaya dan biaya untuk melakukan sortir atau grading tersebut dibebankan ke pembudidaya dengan menurunkan harga output rumput laut kering. 1,300,000 1,250,000 1,200,000 1,150,000 1,100,000 1,050,000 1,000,000 950,000 900,000 850,000 800,000 750,000 700,000 650,000 600,000 550,000 500,000 Pendapatan 2012 2013 Gambar 2. Pendapatan Rata-Rata Perbulan Pembudidaya Rumput Laut Nusa Penida 2012-2013 Upah minimum Kabupaten Klungkung tahun 2013 sebesar Rp. 1.190.000, secara keseluruhan hasil dari budidaya rumput laut di Nusa Penida berada dibawah UMK namun pada bulan maret 2012 berada diatas UMK dengan peningkatan sebesar 8%. Kegiatan budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh lingkungan seperti kualitas perairan, kondisi perairan seperti gelombang besar serta kondisi cuaca seperti intensitas matahari yang tinggi dan curah hujan. 24 PENETAPAN HARGA DASAR RUMPUT LAUT NASIONAL BALAI BESAR

OPSI KEBIJAKAN Penetapan harga minimum atau harga dasar merupakan batas seberapa rendah harga dapat dikenakan pada suatu produk melalui kesepakatan bersama atau ketentuan pemerintah. Supaya harga dasar bisa efektif, maka harga dasar harus lebih besar dari harga equilibrium. kebijakan harga dasar dapat biasa digunakan pada saat ditemukan kapasitas produksi di pasar terlalu sedikit sehingga kuantitas barang beredar di pasar lebih rendah dari permintaan pasar, hal ini dikarenakan terlalu rendahnya harga jual yang ada di pasar, sehingga selisih harga produksi dengan harga jual pasar terlalu kecil, hal ini menyebabkan produsen takut untuk memperbanyak kapasitas produksi mereka dikarenakan harga jual yang rendah dan supplier cenderung menyimpan barang mereka menunggu harga pasar pulih kembali. oleh karena itu dalam situasi seperti ini pemerintah biasanya menetapkan harga dasar. Harga dasar yang ditetapkan akan berada di atas harga equilibrium pasar, seperti dijelaskan di atas. namun pada saat kebijakan ini dijalankan, ada beberapa efek sampingnya, terutama pada sisi konsumen, konsumen akan diberatkan pada naiknya atau tingginya harga suatu produk yang dikenakan harga dasar tersebut, mereka harus membayar lebih mahal. sementara itu, dari sisi produsen atau pun supplier, mereka akan mendapatkan jaminan atas harga yang lebih tinggi dari sebelumnya, sehingga ada keamanan untuk meningkatkan kapasitas produksi. Ketidakstabilan harga rumput laut kering dipicu oleh karena sangat minim perlindungan yang dilakukan pemerintah terhadap usaha rumput laut meliputi standarisasi metode budidaya, sistem distribusi antar pulau dan ketentuan harga pokok produksi. Hal ini menyebabkan daya saing produksi dari rumput laut tersebut rendah. Penetapan harga pokok produksi rumput laut sangat dibutuhkan untuk setiap sentra produksi sebagai basis penentuan harga jual. Penetapan harga pokok rumput laut kering menggunakan pendekatan full costing. Pendekatan ini memperlakukan semua biaya produksi sebagai harga pokok tanpa memperhatikan biaya tidak tetap dan biaya tetap [4]. Harga pokok produksi dengan pendekatan full costing terdiri dari bahan langsung (bibit spionsum dan cottoni) tenaga kerja langsung (tenaga kerja ikat bibit) dan overhead pabrik tetap (biaya perawatan berupa patok dan tali) dan tidak tetap.(plastik pengikat dan plastik pembungkus) 25 PENETAPAN HARGA DASAR RUMPUT LAUT NASIONAL BALAI BESAR

Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Pendekatan Full Costing untuk Rumput Laut Kering Jenis E.spinosum dan E.cottoni (studi kasus Nusa Penida usia panen 30 hari kadar air 39%) Jenis Biaya E.spinosum E.cottoni Biaya Bahan Baku Rp. 3.612.000 Rp. 3.690.000 Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. 219.000 Rp. 219.000 Biaya Overhead Tetap Rp. 600.000 Rp. 600.000 Biaya Overhead Tidak Tetap Rp. 60.587 Rp. 51.000 Jumlah Biaya Produksi Rp. 4.491.587* Rp. 4.560.000* Hasil Produksi (kg kering) 255 105 Harga Pokok Produksi (kg kering) Rp.3.449 ** Rp. 8.286** Asumsi Setelah Kenaikan Harga BBM November 14 (kg kering) Rp. 4.484*** Rp. 10.771*** Keterangan * : Memasukan biaya bibit yang berasal dari hasil panen ** : Hasil pembagian biaya produksi tanpa biaya bahan baku (bibit) dibagi produksi kering *** : Kenaikan 30% dari harga pokok produksi sebelum kenaikan BBM Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diatas perlu ada mekanisme penetapan harga dasar dengan skenario kebijakan. Skenario kebijakan yang dimaksud tertuang dalam tabel berikut Skenario Kebijakan, Penjelasan, Program Prioritas dan Langkah Eksekusi dalam Penetapan Harga Dasar Rumput Laut Nasional Skenario Penjelasan Program Prioritas Langkah Eksekusi Kebijakan Penetapan Sistem pengendalian Pelaksanan BBPSEKP melakukan Harga Dasar Rumput Laut harga berdasarkan biaya pokok produksi dan mengacu standar baku mutu yang sesuai dalam industri karagenan penelitian penetapan harga dasar rumput laut nasional Penyiapan instrumen penetapan harga meliputi dasar hukum berupa keputusan menteri perdagangan penelitian berupa analisis penentuan harga dasar rumput laut nasional mengacu baku mutu yang sesuai dengan industri karagenan dan hasil penelitian disosialisasikan kepada P2HP dan DJPB KKP menginisiasi keputusan bersama dalam rangka penetapan harga dasar rumput laut bersama Kemendag dan 26 PENETAPAN HARGA DASAR RUMPUT LAUT NASIONAL BALAI BESAR

Pembangunan infrastruktur pendukung Sebagai sistem instrumen pasar untuk menampung rumput laut kering ketika terjadi lonjakan produksi Penyiapan perangkat pengukuran baku mutu rumput laut kering di tingkat pembudidaya Monitoring teknis budidaya rumput laut yang sesuai untuk menghasilkan karagenan tinggi Pembangunan gudang-gudang oleh pemerintah pusat (KKP dan Kemendag) dan pemerintah daerah yang dikelola oleh professional atau koperasi menyiapkan juklak implementasi penetapan harga dasar rumput laut P2HP berkoordinasi dengan DJPB untuk melakukan penyiapan perangkat pengukuran baku mutu DJPB berkoordinasi dengan penyuluh untuk monitoring teknis budidaya rumput laut dan melakukan penyuluhan untuk perbaikan teknis budidaya rumput laut yang sesuai. KKP, Kemendag bersama pemda untuk menyiapkan juklak pengelolaan gudang sebagai tempat penampungan rumput laut kering ketika terjadi lonjakan produksi KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN Kesimpulan yang diambil adalah penetapan harga pokok produksi sebagai dasar harga jual rumput laut kering melihat dari biaya-biaya yang dikeluarkan oleh para pembudidaya. Harga dasar yang dapat ditawarkan untuk jenis rumput laut E.spinosum adalah Rp. 3.449/kg dan jenis E.cottoni Rp. 8.286/kg. hal ini diharapkan pada saat penawaran tinggi ada kepastian keamanan produksi sehingga tidak menyebabkan harga jual pembudidaya tidak jatuh. Penentuan harga dasar yang dilakukan pemerintah adalah bentuk perlindungan pemerintah terhadap usaha budidaya rumput laut, apabila jika terjadi lonjakan produksi pemerintah dapat memberi perlindungan dengan membeli hasil panen rumput laut kering tersebut dengan menggunakan harga dasar yang telah ditentukan oleh pemerintah. Penentuan harga dasar tidak hanya didasari pada biaya 27 PENETAPAN HARGA DASAR RUMPUT LAUT NASIONAL BALAI BESAR

pokok produksi namun memikirkan komponen biaya transportasi, sehingga harga dasar rumput laut pada wilayah timur dengan wilayah barat berbeda. Rekomendasi kebijakan yang dapat ditawarkan adalah (1). penetapan harga dasar rumput laut yang mengacu pada standar mutu yang sesuai dengan mutu industri karagenan dalam bentuk penelitian secara nasional yang kemudian hasil dari penelitian tersebut disosialisasikan sebagai dasar peraturan keputusan bersama menteri KKP dan Kemendag dengan menyiapkan instrumen, penyiapan perangkat pengukuran mutu dan monitoring teknis budidaya rumput laut yang sesuai serta sebelumnya melakukan penelitian secara analisis penentuan harga nasional pada banyak titik sentra produksi rumput laut di Indonesia, (2). pembangunan infrastruktur pendukung sebagai bentuk sistem instrumen pasar ketika terjadi lonjakan produksi, pemerintah dapat menampung rumput laut kering dengan harga dasar tersebut. DAFTAR PUSTAKA (1). Zamroni, A. A.H.Purnomo dan Mira. 2006.Keragaan Sosial Ekonomi Usaha Budidaya dan Pemasaran Rumput Laut di Bulukumba dan Palopo (Studi Kasus Budidaya Rumput Laut Eucheuma cottonii dan Gracillaria sp). Jurnal Kebijakan dan Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Volume 1 No. 1 Juni 2006. Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan Perikanan BRKP KKP. Hal 83 100 (2). Yusuf, R. Mira dan A. Zamroni. 2006. Analisis Potensi Pasar Rumput Laut di Indonesia. Jurnal Kebijakan dan Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Volume 1 No. 1 Juni 2006. Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan Perikanan BRKP KKP. Hal 101 111 (3). Rajagukguk, M.M. 2009. Analisis Daya Rumput Laut Indonesia di Pasar Internasional. [Skripsi, Tidak Diterbitkan]. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Bogor: Institut Pertanian Bogor (4). Wahyuningsih, W. 2009. Evaluasi Penentuan Harga Pokok Produksi Pada Pembuatan Tahu Fajar Di Jumantono. (Skripsi Non Reguler). Universitas Sebelas Maret Surakarta. Hal 1-80 PENULIS REKOMENDASI Cornelia M Witomo dan Andrian Ramadhan Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan Perikanan Email : tone_poenya@yahoo.com 28 PENETAPAN HARGA DASAR RUMPUT LAUT NASIONAL BALAI BESAR