Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian Tesis

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian Tesis"

Transkripsi

1 Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian Tesis xii

2 Lampiran : Surat Ijin Penelitian Tesis xiii

3 Lampiran 2: Surat Rekomendasi Penelitian xiv

4 Lampiran : Surat Rekomendasi Penelitian xv

5 Lampiran 3: Panduan Pertanyaan PANDUAN PERTANYAAN Daftar pertanyaan untuk aktoraktor rantai nilai: A. Nelayan pembudidaya rumput laut 1. Kegiatan apa saja yang dilakukan oleh nelayan rumput laut? 2. Berapa banyak jumlah nelayan rumput laut yang berada di desa atau dusun? 3. Bentuk input apa saja yang disediakan oleh nelayan rumput laut; Sarana budidaya (modal, jenis bibit, tali pelampung, pemberat, rakit/bambu, sarana penjemuran, dll) Sarana penunjang berupa sarana transportasi (body fyber, mesin ketinting, dll). 4. Dari mana sumber input tersebut diperoleh oleh nelayan rumput laut? 5. Bagaimana cara nelayan rumput laut mendapatkan input tersebut? 6. Bagaimana aktivitas proses yang dilakukan oleh nelayan rumput laut; (jenis budidaya, pengawasan, jumlah panen, penjemuran, dll)? 7. Bagaimana bentuk output yang dilakukan oleh nelayan rumput laut? 8. Kepada siapa saja nelayan rumput laut menjual hasil output tersebut? 9. Berapa jumlah pembeli rumput laut di daerah anda? 10. Bagaimana cara penjualan yang dilakukan oleh nelayan rumput laut? 11. Berapa harga jual rumput laut dari nelayan, apa ada perbedaan antar pembeli? 12. Apakah ada perbedaan harga jual dari satu wilayah budidaya rumput laut dengan wilayan budidaya yang lainnya, siapa yang menentukan harga jual? xvi

6 13. Bagaimana cara nelayan menjaga kualitas dari rumput laut? 14. Apakah ada dukungan dari pihak luar (Bank, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Perindag, Swasta, LSM, dll)? Sarana dan infrastruktur pendukung usaha budidaya rumput laut untuk mendukung; energi, air bersih, gudang, lantai jemur, pelabuhan, transportasi darat dan laut, kelembagaan untuk menjaga sinergitas dan mencegah berbagai pungutan liar 15. Bagaimana bentuk dukungan yang diberikan oleh pihakpihak dimaksud? 16. Masalah apa yang dihadapi oleh nelayan rumput laut dalam budidaya? 17. Sejak kapan mulai melakkan usaha budidaya rumput laut? 18. Apakah usaha ini merupakan usaha kelompok atau individu? 19. Bagaimana cara melakukan penjemuran rumput laut setelah dipanen 20. Berapa lama proses penjemuran berlangsung? 21. Apakah bapak mengetahui/ memahami standar kualitas rumput laut yang baik untuk di pasarkan? 22. Berapa lama jangka waktu untuk satu kali periode produksi pada usaha budidara rumput laut? 23. Untuk satu kali periode produksi, berapa jumlah rumput laut yang di panen? 24. Setelah dilakukan penjemuran, apakah ada proses pengolahan rumput laut? 25. Apakah bapak mengetahui tujuan pemasaran rumput laut ini? 26. Apakah bapak yang menentukan harga jual rumput laut? 27. Setelah dipanen, berapa banyak jumlah karung yang digunakan untuk pengemasan rumput laut? 28. Berapa banyak buruh/tenaga kerja yang digunakan untuk kegiatan budidaya? xvii

7 29. Berapa biaya buruh/tenga kerja yang digunakan tersebut? 30. Apakah ada pajak usaha yang dibebankan pada usaha ini? B. Pedagang pengumpul dan pedagang besar 1. Kegiatan apa saja yang dilakukan oleh pedagang pengumpul dan pedagang besar? 2. Berapa banyak jumlah pedagang pengumpul dan pedagan besar rumput laut yang berada di desa atau dusun/ kecamatan/ kabupaten, Apakah terdapat potensi pengembangan lebih lanjut? 3. Bagaimana cara pedagang pengepul mengumpulkan rumput laut yang dijual, seberapa banyak frekuensi kunjuangannya? 4. Berapa jumlah nelayan pembudidaya rumput laut di daerah anda? 5. Berapa jumlah penjual rumput laut di daerah anda yang menjual hasilnya kepada anda? 6. Bagaimana sistem pembayarannya? 7. Bagaimana pedagang pengepul memperoleh rumput laut? 8. Daerah mana saja pedagang pengepul melakukan kegiatannya usahanya? 9. Apakah ada central/ gudang penampungan rumput laut? 10. Berapa volume rumput laut yang ditampung pedagang pengumpul/ pedagang besar per hari, per bulan? 11. Bagaimana cara pedagang pengumpul/ pedagan besar mengetahui kualitas rumput laut? 12. Bagaimana gambaran kualitas rumput laut dari nelayan pembudidaya? 13. Jenis rumput laut apa saja yang di beli oleh pedangan pengumpul dan pedagang besar? 14. Berapa harga beli rumput laut dari nelayan pembudidaya rumput laut? xviii

8 15. Apakah ada perbedaan harga beli dari satu wilayah budidaya rumput laut dengan wilayan budidaya yang lainya? 16. Kepada siapa saja pedagang pengumpul dan pedagang besar menjual rumput laut? 17. Berapa harga jual rumput laut oleh pedagang pengumpul kepada pedagang besar? 18. Apakah pedagang pengumpul punya kerjasama khusus dengan pembeli? Jika ada bentuknya apa? 19. Masalah apa saja yang dihadapi pedagang pengepul? 20. Apakah pedagan pengumpul dan pedagang besar yang menentukan harga beli rumput laut dari nelayan rumput laut? 21. Apakah pedagang pengumpul dan pedagang besar mengetahui standar kualitas rumput laut untuk dipasarkan? 22. Apakah pedagang pengumpul dan pedagang besar menginformasikan standar kualitas rumput laut kepada nelayan rumput laut? 23. Berapa biaya yang dibutuhkan untuk transportasi pengangkutan rumput laut dari nelayan rumput laut ke tempat usaha bapak? 24. Berapa biaya dan jumlah karung yang dibutuhkan untuk mengangkut rumput laut dari nelayan rumput laut? 25. Apakah ada biaya penyimpanan yang dikeluarkan oleh bapak setelah membeli rumput laut? 26. Apakah ada biaya sortasi yang dikeluarkan oleh bapak untuk mengetahui kualitas rumput laut yang siap dipasarkan? 27. Berapa biaya transportasi yang dikeluarkan jika memasarkan rumput laut kepada eksportir rumput laut? 28. Apakah ada pajak usaha yang dibebankan pada usaha bapak? xix

9 C. Eksportir rumput laut 1. Kegiatan apa saja yang dilakukan oleh perusahaan ekportir rumput laut? 2. Berapa banyak jumlah pemasok rumput laut untuk perusahaan? 3. Bagaimana perusahaan memperoleh pasokan rumput laut? 4. Berapa banyak volume rumput laut yang dibutuhkan untuk mengekspor rumput laut? 5. Apakah jumlah pemasok rumput laut sudah mencukupi target produksi perhari, perbulan? 6. Seperti apa kualitas bahan baku yang digunakan perusahaan? 7. Jenis rumput laut apa saja yang di produksi oleh perusahaan? 8. Apakah terdapat agenagen ditribusi perusahaan di daerah penghasil rumput laut? 9. Berapa jumlah agen dan pada daerah mana saja mereka berada? 10. Apakah ada kebijakan tentang harga beli rumput laut untuk masingmasing supplier? 11. Berapa harga beli untuk rumput laut kering? 12. Berapa harga jual untuk pengolahan rumput laut mejadi bahan setengah jadi? 13. Kepada siapa rumput laut ersebut dijual? 14. Apakah terdapat sarana infrastruktur pendukung dari perusahaan untuk pengembangan budidaya rumput laut bagi masyarakat nelayan pembudidaya rumput laut? 15. Masalah apa saja yang dihadapi oleh perusahaan? 16. Apakah ada dukungan dari instansi terkait untuk pengembangan kegiatan usaha? 17. Apakah ada potensi mengoleh lebih lanjut bahan baku rumput laut? (ya/tidak) mengapa? 18. Apakah perusahan melalukan sortasi ulang terhadap rumput laut yang dibeli? 19. Apakah perusahan mengetahui standar kualitas rumput laut? xx

10 20. Berapa biaya yang dibutuhkan untuk transportasi pengangkutan rumput laut dari produsen ke perusahan? 21. Biayabiaya apa saja yang dilakukan untuk melakukan pemasaran rumput laut? Pertanyaan untuk instansi pendukung: 1. Masalah apa saja yang dihadapi oleh masingmasing pelaku usaha? 2. Dukungan apa saja yang diberikan kepada masingmasing aktor? 3. Apakah ada kendala dalam pemberian dukungan? 4. Apakah ada potensi pengembangan lebih lanjut dari rantai nilai? xxi

11 Lampiran 4: Data Responden No. Responden Nama Desa/Dusun Lokasi Aktor Nelayan Rumput Laut 1. Ari Siauta Rumahkay Kab. SBB 2. Pice Lewaney Nuruwe Kab. SBB 3. La Agu Kotania Kab. SBB 4. La Muha Wael Kab. SBB 5. Suhardi Taman Jaya Kab. SBB 6. Masrudin Pulau Osi Kab. SBB Aktor Pedagang Pengumpul 7. Alfaris Pirsouw Piru Kab. SBB 8. La Ibu Wael Kab. SBB Aktor Pedagang Besar 10. PT. Tanamal Maju Lestari Ambon Kota Ambon 11. PT. Tauran Marine Trust Ambon Kota Ambon Aktor Eksportir 12. CV. Bahana Cipta Mandiri Surabaya Jawa Timur 13. PT. Asia Sejahtera Surabaya Jawa Timur xxii

12 Lampiran 5: Harga, Biaya Pemasaran dan Produksi Tiaptiap Aktor No. Responden Lokasi Harga (Rp/Kg) Biaya Pemasaran (Rp) Produksi (Kg) Aktor Nelayan Rumput Laut 1. Ari Siauta Rumahkay Pice Lewaney Nuruwe La Agu Kotani La Muha Pulau Osi Suhardi Wael Masrudin Taman Jaya Aktor Pedagang Pengumpul 7. La Ibu Wael& taman jaya Alfaris Pirsouw Seluruh Lokasi Budidaya di SBB Aktor Pedagang Besar 9. PT. Tanamal Maju Lestari Aktor Eksportir 10. CV. Bahana Cipta Mandiri Seluruh Lokasi Budidaya di SBB Maluku/SBB PT. Asia Sejahtera Maluku/ SBB xxiii

13 Lampiran 6: Aktivitas Pemasaran Tiaptiap Aktor No Fungsi Pemasaran Nelayan Pedagang Pedagang Pertukaran a. Penjualan b. Pembelian Fisik a. Pengangkutan b. Bongkar muat c. Penimbangan d. Pengepakan e. Penyimpanan Upgrading a. Sortasi b. Grading c. Penanggung resiko d. Retribusi e. Modal f. Informasi pasar g. Informasi harga / 0 PegumpulPengumpul I II Pedagang Besar Keterangan: Pembudidaya; Rumahkay, Nuruwe, Kotania, Wael, Taman Jaya dan Pulau Osi. Pedagang Besar; PT. Tanamal Maju Lestari. Eksportir; CV. Bahana Cipta Mandiri & PT. Asia Sejahtra. 0 = sulit, = melakukan fungsi pemasaran, dan = tidak melakukan fungsi tersebut Eksportir xxiv

14 Lampiran 7: Foto Penelitian Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Seram Bagian Barat Kantor Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Seramb Bagian Barat Bapak La Muha nelayan rumput laut di Dusun Wael Bapak La Ibu pedagang pengumpul di Dusun Wael Bapak La Agu nelayan rumput laut di Dusun Kotania Bapak Ari Siauta nelayan rumput laut di Desa Rumahkay xxv

15 Bapak Masrudin nelayan rumput laut di Dusun Pulau Osi Bapak Pice Lewaney nelayan rumput laut di Desa Nuruwe Kantor pedagang besar PT. Tanamal Maju Lestari Kantor pedagang besar PT. Tauran Marine Trust Gudang Esksprotir CV. Bahana Cipta Mandiri Gudang Esksprotir PT. Asia Sejahtera Lampiran 8: Peta Lokasi Penelitian xxvi

16 xxvii Peta 1. Peta Rencana Pengembangan Wilayah di Kabupaten Seram Bagian Barat

17 xxviii Peta 2. Peta Klaster Komoditas Unggulan Perikanan di Kabupaten Seram Bagian Barat

18 xxix Peta 3. Peta Potensi Lahan Budidaya Rumput Laut di Kabupaten Seram Bagian Barat

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Wilayah Penelitian 4.1.1. Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Seram Bagian Barat (Kab. SBB) sebagian besar terletak di wilayah pulau seram. Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP Kesimpulan BAB 5 PENUTUP 5.1. Kesimpulan Industri rumput laut memiliki peran penting dalam penciptaan lapangan kerja yang terkait dengan pendapatan masyarakat, diantaranya melalui keterlibatan nelayan dalam budi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selain peran geopolitik, laut juga memiliki peran geoekonomi (Mulyadi, 2007). Rumput laut merupakan salah satu jenis komoditas unggulan budi daya perairan dengan nilai

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1 KONDISI DAERAH JAWA TIMUR

Bab I Pendahuluan 1 KONDISI DAERAH JAWA TIMUR Daftar Isi Bab I Pendahuluan 1 I.1 Latar belakang 1 I.2 Maksud dan Tujuan 4 I.3 Landasan Hukum 5 I.4 Hubungan RPJMD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya 8 I.5 Sistematika Penulisan 10 BAGIAN 1 KONDISI DAERAH

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Kementerian Hukum dan HAM. Kewarganegaraan. Bentuk Formulir. Pengurusan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Kementerian Hukum dan HAM. Kewarganegaraan. Bentuk Formulir. Pengurusan. No.555, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Kementerian Hukum dan HAM. Kewarganegaraan. Bentuk Formulir. Pengurusan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-120.AH.1O.01

Lebih terperinci

BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO. memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen.

BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO. memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen. BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO Pemasaran adalah suatu runtutan kegiatan atau jasa yang dilakukan untuk memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen. Kelompok

Lebih terperinci

Daftar Isi Standarisasi Harga dan Standarisasi Sarana dan Prasarana Kerja Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur

Daftar Isi Standarisasi Harga dan Standarisasi Sarana dan Prasarana Kerja Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur Daftar Isi 2014 1 Kata Pengantar 2014 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya, maka Buku Standarisasi Harga dan Standarisasi Sarana

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

3 METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian 18 3 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Maluku Tenggara dikhususkan pada desa percontohan budidaya rumput laut yakni Desa Sathean Kecamatan Kei

Lebih terperinci

konsumen, dan tiap kegiatan menambah nilai pada produk akhir.

konsumen, dan tiap kegiatan menambah nilai pada produk akhir. 2. TELAAH TEORITIS 2.1. Definisi Rantai Nilai Menurut Campbell (2008), rantai nilai mencakup seluruh kegiatan dan layanan untuk membawa suatu produk atau jasa dari tahap perencanaan hingga penjualan di

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 99/M-IND/PER/8/2010 TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Lembaran Daerah Kota Depok Tahun 2002 Nomor 09 Seri B Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 06 Tahun 2002 Tentang Wajib Daftar Perusahaan

Lembaran Daerah Kota Depok Tahun 2002 Nomor 09 Seri B Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 06 Tahun 2002 Tentang Wajib Daftar Perusahaan Lembaran Daerah Kota Depok Tahun 2002 Nomor 09 Seri B Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 06 Tahun 2002 Tentang Wajib Daftar Perusahaan ABSTRAK : Berdasarkan Pasal 82 ayat (2) Undang -undang Nomor 22 Tahun

Lebih terperinci

Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011

Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011 LAMPIRAN Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011 Lampiran 2. Rincian Luas Lahan dan Komponen Nilai Input Petani

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Laptop sudah menjadi kebutuhan yang tidak terpisahkan dari masyarakat di jaman sekarang ini. Apapun pekerjaan yang dijalani, namun kebutuhan terhadap laptop semakin berkembang. Hewlett-Packard

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka percepatan pembangunan industri perikanan nasional

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG RANCANGAN PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BELITUNG TAHUN 2008

BUPATI BELITUNG RANCANGAN PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BELITUNG TAHUN 2008 BUPATI BELITUNG RANCANGAN PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BELITUNG TAHUN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang:

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk 28 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasiona Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN xvi xviii xix I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah.. 9 1.3. Tujuan Penelitian... 10 1.4 Manfaat Penelitian. 10 1.5. Ruang

Lebih terperinci

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN:

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN: TATANIAGA RUMPUT LAUT DI KELURAHAN TAKKALALA, KECAMATAN WARA SELATAN KOTA PALOPO PROVINSI SULAWESI SELATAN MUHAMMAD ARHAN RAJAB Email : arhanuncp@gmail.com Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR TA ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI

LAPORAN AKHIR TA ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI LAPORAN AKHIR TA. 2013 ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAII EKONOMI TINGG GI Oleh: Henny Mayrowani Nur Khoiriyahh Agustin Dewa Ketut Sadra Swastika Miftahul Azis Erna Maria Lokollo

Lebih terperinci

VII ANALISIS PEMASARAN KEMBANG KOL 7.1 Analisis Pemasaran Kembang Kol Penelaahan tentang pemasaran kembang kol pada penelitian ini diawali dari petani sebagai produsen, tengkulak atau pedagang pengumpul,

Lebih terperinci

Pengelolaan Data Lahan Sawah, Alat dan Mesin Pertanian, dan Jaringan Irigasi

Pengelolaan Data Lahan Sawah, Alat dan Mesin Pertanian, dan Jaringan Irigasi Pengelolaan Data Lahan Sawah, Alat dan Mesin Pertanian, dan Jaringan Irigasi Disampaikan pada Pertemuan Tahunan Forum Komunikasi Statistik dan Sistem Informasi Pertanian Aston Solo Hotel, 6-8 April 2016

Lebih terperinci

Kuesioner kajian untuk analisis kelayakan usaha budi daya rumput laut di Karimunjawa. Peneliti : Heryati Setyaningsih

Kuesioner kajian untuk analisis kelayakan usaha budi daya rumput laut di Karimunjawa. Peneliti : Heryati Setyaningsih Lampiran 1. Kuesioner kajian untuk analisis kelayakan usaha budi daya rumput laut di Karimunjawa Dimohon agar kuesioner ini dapat diisi secara obyektif dan benar, karena data ini akan digunakan untuk kajian

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA 1 1 PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR : 08 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN LINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

ANALISIS KEUNTUNGAN DAN PEMASARAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN. Eka Miftakhul Jannah, Abdul Wahab, Amrizal Nazar ABSTRAK

ANALISIS KEUNTUNGAN DAN PEMASARAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN. Eka Miftakhul Jannah, Abdul Wahab, Amrizal Nazar ABSTRAK ANALISIS KEUNTUNGAN DAN PEMASARAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN Eka Miftakhul Jannah, Abdul Wahab, Amrizal Nazar ABSTRAK Lampung Selatan merupakan salah satu sentra produksi jagung

Lebih terperinci

8. NILAI TAMBAH RANTAI PASOK

8. NILAI TAMBAH RANTAI PASOK 69 adalah biaya yang ditanggung masing-masing saluran perantara yang menghubungkan petani (produsen) dengan konsumen bisnis seperti PPT dan PAP. Sebaran biaya dan keuntungan akan mempengarhui tingkat rasio

Lebih terperinci

C. Subjek Penelitian D. Penentuan Jumlah Sampel dan Teknik Pengumpulan Sampel E. Data dan Teknik Pengumpulan Data F.

C. Subjek Penelitian D. Penentuan Jumlah Sampel dan Teknik Pengumpulan Sampel E. Data dan Teknik Pengumpulan Data F. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERNYATAAN... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

KUISIONER. 1. Apakah Anda membudidayakan koro pedang selama 1 tahun terakhir? ( ) Ya ( ) Tidak

KUISIONER. 1. Apakah Anda membudidayakan koro pedang selama 1 tahun terakhir? ( ) Ya ( ) Tidak Lampiran 1. Kuisioner Petani Kepada Yth. Ibu/Bapak/Saudara Responden Di tempat Dengan hormat, Saya mahasiswa dari UNIKA Soegijapranata Semarang, saat ini sedang melakukan penelitian yang merupakan salah

Lebih terperinci

VIII. ARAHAN PENGELOLAAN KEGIATAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT

VIII. ARAHAN PENGELOLAAN KEGIATAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT VIII. ARAHAN PENGELOLAAN KEGIATAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT Kegiatan budidaya rumput laut telah berkembang dengan pesat di Kabupaten Bantaeng. Indikasinya dapat dilihat dari hamparan budidaya rumput laut yang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 22 TAHUN 2000 T E N T A N G PEMBENTUKAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 22 TAHUN 2000 T E N T A N G PEMBENTUKAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 22 TAHUN 2000 T E N T A N G PEMBENTUKAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Peraturan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata-kata kunci : perceived value, brand association, brand loyalty, dan keputusan pembelian. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata-kata kunci : perceived value, brand association, brand loyalty, dan keputusan pembelian. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Seiring dengan perkembangan zaman saat ini, industri otomotif merupakan pasar industri yang dibutuhkan oleh masyarakat. Berdasarkan sebuah survey yang menunjukkan bahwa industri otomotif merek

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA

LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA LAMPIRAN I PERATURAN STRUKTUR ORGANISASI DAERAH STAF AHLI 1. STAF AHLI HUKUM, POLITIK DAN PEMERINTAHAN 2. STAF AHLI EKONOMI, DAN PEMBANGUNAN 3. STAF AHLI KEMASYARAKATAN DAN SUMBER DAYA MANUSIA SEKRETARIS

Lebih terperinci

nilai ekonomis cukup tinggi dalam dunia perdagangan (Ruaw, 2011). Kelapa merupakan komoditi strategis karena perannya yang besar sebagai sumber

nilai ekonomis cukup tinggi dalam dunia perdagangan (Ruaw, 2011). Kelapa merupakan komoditi strategis karena perannya yang besar sebagai sumber 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daya saing bisnis di pasar global tidak hanya ditentukan oleh kemampuan pelaku dalam memanajemeni usahanya tetapi juga oleh kinerja dari berbagai aktor yang terlibat

Lebih terperinci

ANALISIS RANTAI NILAI KOMODITAS RUMPUT LAUT

ANALISIS RANTAI NILAI KOMODITAS RUMPUT LAUT ANALISIS RANTAI NILAI KOMODITAS RUMPUT LAUT (Studi Pada Kabupaten Seram Bagian Barat) Tesis Diajukan kepada Program Pascasarjana Magister Manajemen untuk Memperoleh Gelar Magister Manajemen Oleh: Samuel

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT 55 VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT Bab ini membahas sistem pemasaran rumput laut dengan menggunakan pendekatan structure, conduct, dan performance (SCP). Struktur pasar

Lebih terperinci

sebagai bahan baku pembuatan minyak kelapa mentah (Cruide Coconut Oil) dan

sebagai bahan baku pembuatan minyak kelapa mentah (Cruide Coconut Oil) dan 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kopra merupakan produk turunan kelapa yang dikeringkan dan digunakan sebagai bahan baku pembuatan minyak kelapa mentah (Cruide Coconut Oil) dan turunannya. Terdapat dua

Lebih terperinci

REKOMENDASI KEBIJAKAN PANEL KELAUTAN DAN PERIKANAN NASIONAL (PANELKANAS)

REKOMENDASI KEBIJAKAN PANEL KELAUTAN DAN PERIKANAN NASIONAL (PANELKANAS) REKOMENDASI KEBIJAKAN PANEL KELAUTAN DAN PERIKANAN NASIONAL (PANELKANAS) BALAI BESAR BADAN LITBANG KELAUTAN DAN PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2014 PENETAPAN HARGA DASAR RUMPUT LAUT NASIONAL

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tiga desa di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur yaitu Desa Ciherang, Cipendawa, dan Sukatani. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

E. Analisis Data...29 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...31 A. Gambaran Subyek Penelitian Distribusi jenis kelamin pasien tuberkulosis

E. Analisis Data...29 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...31 A. Gambaran Subyek Penelitian Distribusi jenis kelamin pasien tuberkulosis DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...viii DAFTAR ISI...x DAFTAR GAMBAR...xiii DAFTAR TABEL...xiv DAFTAR LAMPIRAN...xvi INTISARI...xvii ABSTRACT...xviii BAB I. PENDAHULUAN...1 A. Latar Belakang Masalah...1 B. Perumusan

Lebih terperinci

Pembelajaran/ Media. Metode Ceramah, Tanya jawab,diskusi. - Tes Lisan. Media, Komputer, LCD. - Essai. Metode Ceramah, Tanya jawab,diskusi

Pembelajaran/ Media. Metode Ceramah, Tanya jawab,diskusi. - Tes Lisan. Media, Komputer, LCD. - Essai. Metode Ceramah, Tanya jawab,diskusi B. SATUAN ACARA PERKULIAHAN Tujuan Pembelajaran Umum Pertemuan I teori SIG Tujuan Pembelajaran Khusus pembelajaran SIG Pokok Bahasan/sub Pokok Bahasan a. Silabus dan Tata tertib perkuliahan Sistem Informasi

Lebih terperinci

4. ANALISIS SITUASIONAL

4. ANALISIS SITUASIONAL 29 4. ANALISIS SITUASIONAL Kinerja Sistem Komoditas Udang Komoditas udang Indonesia pernah mencatat masa keemasan sekitar tahun 1980 an, ditandai dengan komoditas udang windu menjadi primadona ekspor yang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA 1 1 PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN LINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LINGGA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.7/Menhut-II/2010P. /Menhut-II/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.7/Menhut-II/2010P. /Menhut-II/2009 TENTANG Draft 10 November 2008 Draft 19 April 2009 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.7/Menhut-II/2010P. /Menhut-II/2009 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN (DEKONSENTRASI) BIDANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR : 7 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR : 7 TAHUN 2001 TENTANG PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR : 7 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATAKERJA DINAS DINAS DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani Pemasaran melinjo di Desa Kepek Kecamatan Saptosari menerapkan sistem kiloan yaitu melinjo dibeli oleh pedagang dari petani dengan satuan rupiah per kilogram.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR : 7 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR : 7 TAHUN 2001 TENTANG PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR : 7 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATAKERJA DINAS DINAS DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan tradisional yang mempunyai peran penting dalam perekonomian Indonesia. Peran tersebut antara lain adalah sebagai sumber

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN.. ii ABSTRAK.......... iii RIWAYAT HIDUP... v KATA PENGANTAR.. vi DAFTAR ISI.. vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN. xii I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... x xii xiv xvi xvii I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 5 1.3. Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Saluran Pemasaran, dan Fungsi Pemasaran Saluran pemasaran jagung menurut Soekartawi (2002) merupakan aliran barang dari produsen kepada konsumen. Saluran pemasaran jagung

Lebih terperinci

DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN SUMBA TIMUR TAHUN ANGGARAN 2013 Sekretariat : Jl. Soeharto No. 52 Telp/Fax. (0387) 61514, Waingapu

DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN SUMBA TIMUR TAHUN ANGGARAN 2013 Sekretariat : Jl. Soeharto No. 52 Telp/Fax. (0387) 61514, Waingapu DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN SUMBA TIMUR TAHUN ANGGARAN 2013 Sekretariat : Jl. Soeharto No. 52 Telp/Fax. (0387) 61514, 2564564 Waingapu INFORMASI PUBLIK Nomor : 523.1/1/DKP/PROG/I/2013 Dinas

Lebih terperinci

Lanjutan Pemasaran Hasil Pertanian

Lanjutan Pemasaran Hasil Pertanian Lanjutan Pemasaran Hasil Pertanian BIAYA, KEUNTUNGAN DAN EFISIENSI PEMASARAN 1) Rincian Kemungkinan Biaya Pemasaran 1. Biaya Persiapan & Biaya Pengepakan Meliputi biaya pembersihan, sortasi dan grading

Lebih terperinci

Boks 2 MANGENTE POLA PERDAGANGAN BAWANG MERAH DI MALUKU

Boks 2 MANGENTE POLA PERDAGANGAN BAWANG MERAH DI MALUKU Boks 2 MANGENTE POLA PERDAGANGAN BAWANG MERAH DI MALUKU Boks 1 Komoditas Penyumbang Inflasi Ambon Triwulan I-2013 menjabarkan bahwa bawang putih, bawang merah, cakalang asap, dan pisang merupakan komoditas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN.. HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA TULIS... CURRICULUM VITAE... HALAMAN MOTTO...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN.. HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA TULIS... CURRICULUM VITAE... HALAMAN MOTTO... xviii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...... HALAMAN PERSETUJUAN.. HALAMAN PENGESAHAN.... PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA TULIS... CURRICULUM VITAE.... HALAMAN MOTTO.... HALAMAN PERSEMBAHAN..... KATA PENGANTAR....

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Toko Sinar Mustika, Bandung berdiri sejak tahun 1990, merupakan toko yang bergerak di bidang jual beli kain. Masalah yang dihadapi oleh toko ini adalah mengenai troli yang tidak ergonomis dan tidak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari tiga belas faktor yang diteliti ada dua belas (panah biru) faktor saling

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari tiga belas faktor yang diteliti ada dua belas (panah biru) faktor saling BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. KESIMPULAN Dari tiga belas faktor yang diteliti ada dua belas (panah biru) faktor saling terkait mendukung perlunya integrasi ke hulu agar perusahaan mendapatkan pasokan

Lebih terperinci

. Lampiran 1. Perkembangan volume ekspor buah Volume Ekspor (Ton) 1 Nanas %

. Lampiran 1. Perkembangan volume ekspor buah Volume Ekspor (Ton) 1 Nanas % 48 . Lampiran 1. Perkembangan volume ekspor buah 2007-2011 NO KOMODITAS Volume Ekspor (Ton) 2007 2008 2009 2010 2011 Rata rata Pertumbuhan 2007 2011 1 Nanas 110.112 269.664 179.310 159.009 189.223 30%

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN JEPARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a bahwa dalam rangka mengoptimalkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN QUESIONER JUDUL : PENGARUH BUDIDAYA RUMPUT LAUT TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN EKONOMI MASYARAKAT DITINJAU DARI PERSPEKTIF EKONOMI

LAMPIRAN QUESIONER JUDUL : PENGARUH BUDIDAYA RUMPUT LAUT TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN EKONOMI MASYARAKAT DITINJAU DARI PERSPEKTIF EKONOMI LAMPIRAN QUESIONER JUDUL : PENGARUH BUDIDAYA RUMPUT LAUT TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN EKONOMI MASYARAKAT DITINJAU DARI PERSPEKTIF EKONOMI SYARIAH (studi pada masyarakat di Kec. Mawasangka Timur Kab.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Sebagaimana kita tahu pajak merupakan sumber pembiayaan negara yang paling besar. Penerimaan dari sektor pajak sangat mendukung terlaksananya pembangunan di berbagai sektor sebagai wujud pelayanan

Lebih terperinci

ANALISIS LOCATION QUOTIENT (LQ) DALAM PENENTUAN KOMODITAS BUDIDAYA DI KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT

ANALISIS LOCATION QUOTIENT (LQ) DALAM PENENTUAN KOMODITAS BUDIDAYA DI KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT ANALISIS LOCATION QUOTIENT (LQ) DALAM PENENTUAN KOMODITAS BUDIDAYA DI KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT Ivonne R.G.Kaya* 1, Johannes Hutabarat 2 dan Azis Nur Bambang 2 1 Mahasiswa Doktor Manajemen Sumberdaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan maupun mengatasi ketimpangan ekonomi dan pengembangan industri. Pada kondisi rawan pangan,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Usahatani Jahe Emprit Dengan Satuan Rp/Ha/Musim Tanam. Petani Klaster

Lampiran 1. Data Usahatani Jahe Emprit Dengan Satuan Rp/Ha/Musim Tanam. Petani Klaster 43 Lampiran 1. Data Usahatani Jahe Emprit Dengan Satuan Rp/Ha/Musim Tanam Petani Klaster 44 Lampiran 1 Usahatani Jahe Dengan Satuan Rp/Ha/Musim Tanam Petani Non Klater 45 Lampiran 2. Output Karakteristik

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. Dalam Bab III akan disajikan data-data yang diperoleh dari teknik-teknik

BAB III PENYAJIAN DATA. Dalam Bab III akan disajikan data-data yang diperoleh dari teknik-teknik BAB III PENYAJIAN DATA Dalam Bab III akan disajikan data-data yang diperoleh dari teknik-teknik penggumpulan data yang diperoleh melalui: 1. Angket Menyebarkan daftar pertanyaan yang telah disusun secara

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK...vii. KATA PENGANTAR...viii. DAFTAR ISI... x. DAFTAR GAMBAR... xv. DAFTAR TABEL...xxii BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI. ABSTRAK...vii. KATA PENGANTAR...viii. DAFTAR ISI... x. DAFTAR GAMBAR... xv. DAFTAR TABEL...xxii BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK...vii KATA PENGANTAR...viii DAFTAR ISI... x DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR TABEL...xxii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 3 1.1 Pembatasan Masalah...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian cukup strategis dalam pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB). Selama sepuluh tahun terakhir, peranan sektor ini terhadap PDB menujukkan pertumbuhan

Lebih terperinci

KONSEP EKO EFISIENSI DALAM PEMANFAATAN KELUARAN BUKAN PRODUK DI KLASTER INDUSTRI MEBEL KAYU BULAKAN SUKOHARJO TUGAS AKHIR

KONSEP EKO EFISIENSI DALAM PEMANFAATAN KELUARAN BUKAN PRODUK DI KLASTER INDUSTRI MEBEL KAYU BULAKAN SUKOHARJO TUGAS AKHIR KONSEP EKO EFISIENSI DALAM PEMANFAATAN KELUARAN BUKAN PRODUK DI KLASTER INDUSTRI MEBEL KAYU BULAKAN SUKOHARJO TUGAS AKHIR Oleh: HEPILIA KORNILASARI L2D 004 319 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. ditanam di lahan kering daerah pengunungan. Umur tanaman melinjo di desa ini

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. ditanam di lahan kering daerah pengunungan. Umur tanaman melinjo di desa ini V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Usahatani Tanaman Melinjo Tanaman melinjo yang berada di Desa Plumbon Kecamatan Karagsambung ditanam di lahan kering daerah pengunungan. Umur tanaman melinjo di desa ini

Lebih terperinci

BAGAN SUSUNAN ORGANISASI UPTD BALAI LABORATORIUM KESEHATAN

BAGAN SUSUNAN ORGANISASI UPTD BALAI LABORATORIUM KESEHATAN - 1 - LAMPIRAN I PERATURAN KEPULAUAN UPTD BALAI LABORATORIUM KESEHATAN KLINIK DAN KESEHATAN MASYARAKAT PENGENDALIAN MUTU - 2 - LAMPIRAN II PERATURAN KEPULAUAN UPTD RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROVINSI DIREKTUR

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 49 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama 6 (enam) bulan, sejak bulan Mei hingga Oktober 2011. Penelitian dilaksanakan di tujuh (7) pasar (Lampiran 2a dan 2b),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang tepat dari para pelaku ekonomi. konsumen adalah sebagai pemasok faktor faktor produksi kepada perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang tepat dari para pelaku ekonomi. konsumen adalah sebagai pemasok faktor faktor produksi kepada perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian terus tumbuh dan berkembang seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia. Jika perekonomian dalam suatu negara berjalan stabil maka kesejahteraan

Lebih terperinci

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Tahu Sumedang adalah salah satu makanan khas Kota Sumedang. Pabrik Tahu di Sumedang semakin berkembang karena potensi pasar yang tinggi. Salah satu pabrik tahu di Kota Sumedang yaitu pabrik tahu

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Riko ArRasyid, 2014 potensi pengembangan budidaya karet (hevea brasiliensis) di kabupaten bandung barat

DAFTAR ISI Riko ArRasyid, 2014 potensi pengembangan budidaya karet (hevea brasiliensis) di kabupaten bandung barat DAFTAR ISI PERNYATAAN... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xvi DAFTAR PETA... xx DAFTAR LAMPIRAN... xxi BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang

Lebih terperinci

Lampiran i Jawaban Responden atas Kepuasan Pemakai

Lampiran i Jawaban Responden atas Kepuasan Pemakai Lampiran i Jawaban Responden atas Kepuasan Pemakai No Responde n Jawaba n 71 (Y) P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 Total 1 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 77 2 6 6 6 6 6 6 7 6 6 6 6 67 3 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 77

Lebih terperinci

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN Aktivitas pendistribusian hasil tangkapan dilakukan untuk memberikan nilai pada hasil tangkapan. Nilai hasil tangkapan yang didistribusikan sangat bergantung kualitas

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.9/Menhut-II/2011P. /Menhut-II/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.9/Menhut-II/2011P. /Menhut-II/2009 TENTANG Draft 10 vember 2008 Draft 19 April 2009 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.9/Menhut-II/2011P. /Menhut-II/2009 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN (DEKONSENTRASI) BIDANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara agraris yang beriklim tropis dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat cerah. Hortikultura

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover)

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kepulauan, Indonesia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dan 81.000 km panjang garis pantai, memiliki potensi beragam sumberdaya pesisir dan laut yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi negara kepulauan terbesar yang ada di wilayah Asia Tenggara.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi negara kepulauan terbesar yang ada di wilayah Asia Tenggara. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan sektor kelautan Indonesia yang cukup signifikan dan Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas yang dikelilingi oleh perairan dan Indonesia

Lebih terperinci

Diagram dan Tabel I. xiv

Diagram dan Tabel I. xiv Diagram dan Tabel I Tabel diatas merupakan tabel perbandingan penggunaan media keluhan masyarakat yang dimonitor oleh Pemerintah Kota Surabaya. Media tersebut antara lain melalui: website www.surabaya.go.id,

Lebih terperinci

Gambar 18. Denah Lokasi PT Momenta Agrikultura, Desa Kayuambon, Kecamatan Lembang

Gambar 18. Denah Lokasi PT Momenta Agrikultura, Desa Kayuambon, Kecamatan Lembang 107 Lampiran 1. Denah Wilayah Desa Kayuambon Gambar 17. Denah Wilayah Desa Kayuambon Gambar 18. Denah Lokasi PT Momenta Agrikultura, Desa Kayuambon, Kecamatan Lembang 108 Lampiran 1. Denah Wilayah Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari laut pesisir, laut lepas, teluk dan selat. Dari luas laut sebesar itu di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. dari laut pesisir, laut lepas, teluk dan selat. Dari luas laut sebesar itu di dalamnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dua per tiga luas wilayah Negara Indonesia adalah perairan laut yang terdiri dari laut pesisir, laut lepas, teluk dan selat. Dari luas laut sebesar itu di dalamnya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS

PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGGAMUS NOMOR : 07 Tahun 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KEPELABUHANAN DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGGAMUS, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Produksi Per musim tanam (kg)

Produksi Per musim tanam (kg) Lampiran 1. Umur Petani (Tahun), Lama Bertani (Tahun), Luas Lahan (Ha), Produksi Per Musim Tanam (Kg), Jumlah Bibit (Batang), dan Bibit Per Batang No Sampel Umur (tahun) Lama Bertani (tahun) Luas Lahan

Lebih terperinci

S A L I N A N LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN UTARA NOMOR 21 TAHUN 2016

S A L I N A N LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN UTARA NOMOR 21 TAHUN 2016 DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN (TIPE A) LAMPIRAN I NOMOR 21 TAHUN 2016 LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH TENTANG NOMOR : PERENCANAAN, DAN BMD PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN PEMBINAAN SMA PEMBINAAN SMK PEMBINAAN

Lebih terperinci

Boks 1 PROFIL PETANI PADI DI MALUKU

Boks 1 PROFIL PETANI PADI DI MALUKU Boks 1 PROFIL PETANI PADI DI MALUKU Daerah sentra beras di Maluku terletak di Buru, Maluku Tengah, dan Seram Bagian Barat. Beras yang dihasilkan merupakan beras dari padi sawah. Selain itu, terdapat juga

Lebih terperinci

Boks 1 POTENSI KELAPA DALAM DI SULAWESI TENGGARA

Boks 1 POTENSI KELAPA DALAM DI SULAWESI TENGGARA Boks 1 POTENSI KELAPA DALAM DI SULAWESI TENGGARA Tanaman kelapa merupakan salah satu tanaman yang telah dibudidayakan oleh masyarakat di Sulawesi Tenggara baik menggunakan lahan pemukiman dengan jumlah

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendekatan Penelitian Sistem Usaha Pertanian dan Agribisnis

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendekatan Penelitian Sistem Usaha Pertanian dan Agribisnis II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendekatan Penelitian Sistem Usaha Pertanian dan Agribisnis Pada awalnya penelitian tentang sistem pertanian hanya terbatas pada tahap budidaya atau pola tanam, tetapi pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan lele (Clarias sp) adalah salah satu satu komoditas perikanan yang memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan komoditas unggulan. Dikatakan

Lebih terperinci

VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA

VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA 6.1. Lembaga Tataniaga Nenas yang berasal dari Desa Paya Besar dipasarkan ke pasar lokal (Kota Palembang) dan ke pasar luar kota (Pasar Induk Kramat Jati). Tataniaga nenas

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL NEGARA REPUBLIK INDONESIA PT PERKEBUNAN NUSANTARA III

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL NEGARA REPUBLIK INDONESIA PT PERKEBUNAN NUSANTARA III PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL NEGARA KE DALAM MODAL SAHAM PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PERKEBUNAN NUSANTARA III DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN,

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. telah dilakukan terhadap anggota BKMT. Data yang akan disajikan adalah data

BAB III PENYAJIAN DATA. telah dilakukan terhadap anggota BKMT. Data yang akan disajikan adalah data BAB III PENYAJIAN DATA Pada bab ini penulis akan menyajikan data berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap anggota BKMT. Data yang akan disajikan adalah data tentang tingkat kesadaran anggota

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo triwulan I-2013 tumbuh 7,63% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,57% (y.o.y.) Pencapaian tersebut masih

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA MOR : P.25/Menhut-II/2013 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN (DEKONSENTRASI) BIDANG KEHUTANAN TAHUN 2013 KEPADA 33 GUBERNUR PEMERINTAH PROVINSI

Lebih terperinci

Manajemen Pemasaran Produk Perikanan (Benih Ikan dan Ikan Konsumsi) TIM PPM Universitas Negeri Yogyakarta

Manajemen Pemasaran Produk Perikanan (Benih Ikan dan Ikan Konsumsi) TIM PPM Universitas Negeri Yogyakarta Manajemen Pemasaran Produk Perikanan (Benih Ikan dan Ikan Konsumsi) oleh TIM PPM Universitas Negeri Yogyakarta Peluang Pemasaran Lele dan Patin Pasar Dalam Negeri Permintaan lele untuk dua pasar di DKI

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B.

Lebih terperinci