II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Ikan Tuna

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS DAYA SAING IKAN TUNA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. di udara, darat, maupun laut. Keanekaragaman hayati juga merujuk pada

Tuna loin segar Bagian 2: Persyaratan bahan baku

MENGIDENTIFIKASI JENIS-JENIS IKAN TUNA DI LAPANGAN. Jenis-jenis ikan tuna. dan. Jenis-jenis yang serupa tuna ( tuna-like species )

ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN TARIF DAN NON TARIF UNI EROPA TERHADAP EKSPOR TUNA INDONESIA HIKMAH RASTIKARANY

Ikan Sebelah. Manyung 1 680,00 0,00 232,00 0,00 292,00 385,00 0,00 218,00 0,00 253,00 37,00 0,00 209,00 23,00 314,00 31,00 0,00 32,00 0,00 31,00

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

OUTLINE PENDAHULUAN METODOLOGI PERKEMBANGAN PRODUKSI IKAN TUNA PANGSA PASAR KOMODITAS TUNA DINAMIKA DAYA SAING SIMPULAN

2 TINJAUAN PUSTAKA. Sumber: Gambar 1 Ikan tuna sirip kuning ( Thunnus albacares)

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107/KEPMEN-KP/2015 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN PERIKANAN TUNA, CAKALANG DAN TONGKOL

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI DAN PERMASALAHAN INDUSTRI PERIKANAN TANGKAP

lkan tuna merupakan komoditi yang mempunyai prospek cerah di dalam perdagangan internasional. Permintaan terhadap komoditi tuna setiap tahunnya

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komoditas Udang di Pasaran Internasional

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu sumber protein yang mudah diperoleh dan harganya

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan 2.2 Komoditas Hasil Tangkapan Unggulan

Lampiran 2 Lay out Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sadeng

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN. REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 304/MPP/Kep/4/2002 TENTANG PENETAPAN HARGA PATOKAN IKAN

Uji Organoleptik Ikan Mujair

V. POSISI DAYA SAING UDANG INDONESIA, TAHUN

Bahasa Indonesia version of: A Handbook for the Identification of Yellowfin and Bigeye Tunas in Fresh Condition

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat adalah salah satu negara tujuan utama ekspor produk

Identifikasi Ikan. Pengantar umum tentang ikan dan hal utama yang digunakan dalam identifikasi di lapangan

PENGGUNAAN ES SEBAGAI PENGAWET HASIL PERIKANAN

DAYA PERAIRAN. Fisheries Department UMM

IV. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN , , , , ,4 10,13

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 YellowfinTuna. Menurut Saanin (1984) ikan Yellowfin Tuna dapat diklasifikasikan sebagai. berikut: : Percomorphi

Struktur Pasar Dan Peringkat Indonesia Pada Perdagangan Tuna Segar Dan Beku Di Pasar Dunia, Jepang, USA, Dan Korea Selatan

PENGARUH SUHU PERMUKAAN LAUT TERHADAP HASIL TAGKAPAN IKAN CAKALANG DI PERAIRAN KOTA BENGKULU

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. merupakan keunggulan komparatif bangsa Indonesia yang semestinya menjadi

Katalog BPS:

Identifikasi Ikan Berparuh (Billfish) di Samudera Hindia Perikanan Pelagis. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan

LAPORAN PENELITIAN INDIVIDU

PREDIKSI HASIL TANGKAP IKAN PELAGIS BESAR DI INDONESIA MENGGUNAKAN RANTAI MARKOV. Firdaniza 1), Nurul Gusriani 2)

SPESIES TERKAIT EKOLOGI DALAM AKTIVITAS PENANGKAPAN HIU OLEH NELAYAN ARTISANAL TANJUNG LUAR

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

IV. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Tenggiri (Scomberomorus commerson) Sheedy (2006), klasifikasi ilmiah ikan Tenggiri yaitu :

ANALISA HARGA IKAN DI BEBERAPA PASAR TRADISIONAL WILAYAH BALI BULAN MARET Oleh : I Wayan Sudana SPi *

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kondisi Perairan Samudera Hindia Bagian Timur

Alat Tangkap Longline

IV. KONDISI UMUM PRODUKSI IKAN LAUT TANGKAPAN DI WILAYAH UTARA JAWA BARAT

Jurnal Ilmiah Platax Vol. I-2, Januari 2013 ISSN:

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 548/MPP/Kep/7/2002 TANGGAL 24 JULI 2002 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Di lain pihak, Dahuri (2004) menyatakan bahwa potensi perikanan tangkap di laut

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas 2.2 Musim

SUATU PANDUAN UNTUK MENGIDENTIFIKASI IKAN-IKAN PARUH PANJANG DI LAPANGAN

Komposisi tangkapan tuna hand line di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung, Sulawesi Utara

6. TINGKATAN MUTU HASIL TANGKAPAN DOMINAN DIPASARKAN DAN POTENSI KERUGIAN PENGGUNA PPP LAMPULO

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. penting diantara rempah-rempah lainnya; sehingga seringkali disebut sebagai

DRAFT KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PRODUKTIVITAS KAPAL PENANGKAP IKAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN PENUH IKAN PARI MANTA

1 PENDAHULUAN. Kenaikan Rata-rata *) Produksi

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan

II. TINJAUAN PUSTAKA

6 PEMETAAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perkebunan : Ekofisiologi Kelapa Sawit. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta, IPB (tidak dipublikasikan).

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada

STRUCTURE OF THE MARKET AND INDONESIA S STATUS AS FRESH AND FROZEN TUNA S EXPORTER IN WORD MARKETS, WHICH ARE JAPAN, USA, AND REP OF KOREA

2. TINJAUAN PUSTAKA. sebaran dan kelimpahan sumberdaya perikanan di Selat Sunda ( Hendiarti et

ABSTRAK. Kata kunci: Jumlah tangkapan; struktur ukuran; jenis umpan; ikan demersal dan rawai dasar

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1 Lembar penilaian uji organoleptik ikan segar

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IKAN ASAP 1. PENDAHULUAN

VII. STRUKTUR PASAR KARET ALAM DI PASAR INTERNASIONAL. besarnya penguasaan pasar oleh masing-masing negara eksportir. Penguasaan

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan daya tahan ikan mentah serta memaksimalkan manfaat hasil tangkapan

BAB I PENDAHULUAN. bagi kesehatan dan lingkungan. Kelemahan-kelemahan yang ditimbulkan oleh

PENGANTAR ILMU PERIKANAN. Riza Rahman Hakim, S.Pi

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Ikan Pelagis 1) Ikan cakalang ( Katsuwonus pelamis

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun

PERTEMUAN KE-6 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN HUBUNGAN SUHU DAN SALINITAS PERAIRAN TERHADAP DPI ASEP HAMZAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

IX. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. 1) Simpulan

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 45/MEN/2011

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pertanian, BPS, Gapkindo, ITS (International Trade Statistics), statistik FAO,

PENGALENGAN IKAN TUNA KOMERSIAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. energi untuk kepentingan berbagai kegiatan dalam kehidupan. Bahan makanan terdiri

3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

V GAMBARAN UMUM EKSPOR UDANG INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. misalnya sebagai lauk pauk, hal ini karena rasanya yang enak dan memiliki nilai. pangan juga tidak jauh berbeda (Hadiwiyoto, 1993).

Identifikasi Spesies Tuna dan Sejenisnya Di Samudera Hindia

Pasal 4. Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Ikan Tuna Tuna adalah ikan laut yang terdiri atas beberapa spesies dari famili Scombridae, terutama genus Thunnus. Ikan tuna mempunyai beberapa jenis dan spesies dengan ciri-ciri fisik yang berbeda-beda dan dapat dipengaruhi oleh lokasi atau perairan tempat hidupnya ikan. Ikan tuna termasuk kelompok ikan pelagis yang aktif dan memiliki pergerakan yang luas. Berdasarkan habitatnya ikan pelagis dibedakan menjadi ikan pelagis kecil dan besar. Menurut Komnas Kajiskanlaut diacu dalam Bondar (2007) yang termasuk kelompok ikan pelagis besar diantaranya : Tuna dan Cakalang (Madidihang, Tuna Mata Besar, Albakora Tuna Sirip Biru, Cakalang), Marlin (Ikan Pedang, Setuhuk Biru, Setuhuk Hitam, Setuhuk Loreng, Ikan Layaran), Tongkol dan Tenggiri, dan Cucut Mako. Jenis ikan pelagis kecil antara lain : Karangaid (Layang, Selar, Sunglir), Klupeid (Teri, Japuh, Tembang, Lemuru, Siro), dan Skombroid (Kembung). Badan tuna memanjang bulat seperti cerutu serta memiliki satu lunas kuat pada batang sirip ekor diapit oleh dua lunas kecil pada ujungnya. Penampang lintang tubuh tuna berbentuk bulat panjang atau agak membulat. Warna punggungnya biru tua, kadang-kadang hampir hitam dan bagian perut berwarna keputih-putihan yang terkadang berubah bila ikan telah mati. Ikan tuna termasuk ikan buas, karnivora, predator, dan dapat mencapai panjang 50-150 cm. Selain itu, tuna juga mempunyai kebiasaan bergerombol (schooling) kecil sewaktu mencari makan dan kecepatan renangnya dapat mencapai 50 km/jam. Tuna menyebar luas di seluruh perarian tropis dan sub-tropis. Di Samudera Hindia dan Samudera Atlantik, Tuna menyebar di antara 40 0 LU 40 0 LS, pada tingkat kedalaman 0-400 meter, suhu perairan 17-31 0 C, dan tingkat salinitas berkisar antara 32-35 ppt atau perairan orsenik. Menurut Burhannudin (1984) bahwa suku Scombridae mencakup banyak jenis di dunia dan tercatat sebanyak 46 jenis dan di perairan Indonesia terdapat 20 jenis, tetapi untuk jenis tuna hanya terdapat 9 jenis. Di Indonesia tuna hampir menyebar di seluruh perairan Indonesia, seperti di sepanjang pantai Utara dan Timur Aceh, Pantai Barat Sumatera, Selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Laut

Banda Flores, Halamahera, Maluku, Sulawesi, Irian Jaya dan Selat Maluku. Jenis tuna yang ada di Indonesia dijelaskan seperti berikut (Tabel 5): Tabel 6. Jenis Tuna yang Terdapat di Perairan Indonesia dan Diperdagangkan Nama Indonesia Jenis Ikan Nama Internasional Lisong Auxis rochei Bullet Tuna Tongkol Pisang / Krai Auxis thazard Frigated Tuna Tongkol Komo Eutynnus affinis Eastern Little Tuna Cakalang Katsuwonus pelamis Skipjack Tuna Tongkol Abu-Abu Thunnus tonggol Longtail Tuna Madidihang Thunnus albacores Yellowfin Tuna Albakora Thunnus alalunga Albacore Tuna Mata Besar Thunnus obetus Bigeye Tuna Tuna Sirip Biru Selatan Thunnus maccoyii Southern Bluefin Tuna Sumber : DKP (2008) a Ikan tuna yang hidup di perairan laut Indonesia dikelompokkan menjadi dua jenis, yakni ikan tuna besar dan ikan tuna kecil. Ikan tuna besar meliputi madidihang (yellowfin tuna), albakora (albacore), tuna mata besar (bigeye tuna), dan tuna sirip biru selatan (Southern bluefin tuna). Ikan madidihang dan mata besar terdapat di seluruh wilayah perairan laut Indonesia. Sedangkan, albakora hidup di perairan sebelah Barat Sumatera, Selatan Bali sampai dengan Nusa Tenggara Timur. Ikan tuna sirip biru selatan hanya hidup di perairan sebelah Selatan Jawa sampai ke perairan Samudra Hindia bagian Selatan yang bersuhu rendah (dingin). Sementara itu, ikan tuna kecil terdiri dari cakalang (skipjack tuna), tongkol (Euthynus affinis), tongkol kecil (Auxis thazard), dan ikan abu-abu (Thunnus tonggol). Ikan cakalang dapat dijumpai di seluruh perairan laut Indonesia, kecuali di Paparan Sunda bagian Selatan, Selat Malaka, Selat Karimata, dan Laut Jawa 2 (Gambar jenis ikan tuna terdapat pada Lampiran 2). 2.2. Bentuk Produk Perdagangan Tuna Ikan tuna menyebar luas di dunia dengan berbagai macam jenis yang mempunyai nilai ekonomis bila dibandingkan dengan produk lainnya. Potensi perairan Indonesia yang memiliki berbagai macam jenis ikan, mempunyai kesempatan besar dalam usaha pengembangan produk ikan tuna. Secara umum, jenis utama dari produk ikan tuna yang digemari oleh pasar internasional dan 2 Dahuri R. 2008. Restrukturisasi Manajamen Perikanan Tuna. http://majalahsamudra.at.ua/news/2008-12-10-1. Diakses tanggal 13 Februari 2009.

diperdagangkan dalam bentuk segar (fresh/chilled), beku (frozen), dan olahan baik dalam bentuk olahan (preserved) maupun dalam wadah vakum (airlight container). Setiap perdagangan dunia untuk sebuah komoditi yang diperjualbelikan di pasar dunia memiliki kode HS sebagai identitas dari komoditi tersebut. Kode HS enam digit untuk ikan tuna segar (fresh), ikan tuna beku (frozen), dan ikan tuna dalam kemasan secara berurutan adalah HS 0302.30, HS 0303.40, dan HS 1604.14 (DKP 2008 b ). Klasifikasi produk ikan tuna untuk diekspor terdapat pada Lampiran 3. Ikan tuna dalam perdagangannya dikelompokkan menurut standar atau kualitas daging yang terbagi menjadi empat tingkat mutu yaitug grade A, B, C, dan D. Pengujian tingkatan mutu ikan dilakukan dengan cara menusukkan coring tube yaitu suatu alat berbentuk batang, tajam, dan terbuat dar besi. Coring tube dimasukkan pada kedua sisi ikan (bagian belakang sirip atau ekor kanan dan kiri, sehingga didapatkan potongan daging ikan tuna. Ciri-ciri untuk masing-masing grade adalah sebagai berikut (Fadly 2009): 1) Grade A Ciri-ciri ikan tuna grade A adalah sebagai berikut: a) Warna daging untuk yellowfin tuna adalah merah seperti darah segar dan untuk bigeye tuna dagingnya berwarna merah tua seperti bunga mawar, serta tidak ada pelangi (yak e) b) Mata bersih, terang, dan menonjol c) Kulit normal, warna bersih, dan cerah d) Tekstur daging untuk yellowfin tuna keras, kenyal, dan elastis dan untuk bigeye tuna dagingnya lembut, kenyal dan elastik e)kondisi ikan (penampakannya) bagus dan utuh 2) Grade B Cirri-ciri ikan tuna grade B adalah sebagai berikut: a)warna daging merah, terdapat pelangi (yak e), otot daging agak elastic, jaringan daging tidak pecah b) Mata bersih, terang dan menonjol c)kulit normal, bersih, dan sedikit berlendir

d) Tidak ada kerusakan fisik 3) Grade C Ciri-ciri ikan tuna grade C adalah sebagai berikut: a)warna daging kurang merah dan ada pelangi (ya ke) b) Kulit normal dan berlendir c)otot daging kurang elastic d) Kondisi ikan tidak utuh atau cacat, umumnya pada bagian punggung atau dada 4) Grade D Cirri-ciri ikan tuna grade D adalah sebagai berikut: a)warna daging agak kurang merah dan cenderung berwarna coklat dan pudar b) Otot daging kurang elastic, lemak sedikit dan ada pelangi (yak e) c)teksturnya lunak dan jaringan daging pecah d) Terjadi kerusakan fisik pada tubuh ikan, seperti daging ikan yang sudah sobek, mata ikan yang hilang, dan kulit terkelupas 2.2. Penelitian Terdahulu Penelitian tentang komoditas ikan tuna khususnya tentang keunggulan daya saing dalam lingkungan internasional menurut penulis belum pernah dilakukan di lingkungan Institut Pertanian Bogor (IPB), namun tidak menuntup kemungkinan bahwa penelitian tentang hal ini sudah ada tapi tidak dipublikasikan baik di IPB maupun unversitas lainnya. Namun, penelitian-penelitian tentang keunggulan daya saing baik kompetitif maupun komparatif suatu industri atau komoditas lain telah banyak dilakukan dan penelitian tentang komoditas ikan tuna pun telah banyak dilakukan. Penelitian tersebut antara lain pernah dilakukan oleh Swaranindita (2005) tentang daya saing komoditas udang di pasar internasional, Bondar (2007) tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor tuna segar Indonesia, dan Rastikarany (2008) tentang analisis pengaruh kebijakan tarif dan non tarif Uni Eropa terhadap ekspor tuna Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Bondar (2007) mengenai Analisis faktorfaktor yang mempengaruhi permintaan ekspor tuna segar Indonesia dengan menggunakan metode kuantitatif yaitu analisis regresi data panel untuk

menganalisis faktor yang mempengaruhi ekspor tuna dan metode deskripitif yang digunakan untuk melihat perkembangan ekspor tuna segar Indonesia. Tujuan dari penelitian ini mengetahui perkembangan ekspor tuna segar Indonesia dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor tuna segar Indonesia ke negara-negara tujuan ekspor serta pengaruhnya terhadap ekspor tuna segar Indonesia. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini dengan metode Fixed Effect menunjukkan bahwa variabel-variabel yang berpengaruh nyata terhadap ekspor tuna segar Indonesia pada taraf nyata 5 persen adalah nilai tukar rupiah terhadap negara pengimpor, pendapatan perkapita negara tujuan ekspor, dan volume ekspor tuna olahan. Sedangkan variabel harga ekspor, harga domestik, dan jumlah penduduk negara tujuan ekspor merupakan variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap volume ekspor tuna segar Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Rastikarany (2008) mengenai Analisis pengaruh kebijakan tarif dan non tarif terhadap ekspor tuna Indonesia dengan menggunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan metode content analysis (analisis isi) dan analisis kuantitatif dengan metode analisis regresi dan melihat peramalan kedepannya. Model yang dipakai dalam analisis regresi adalah model bentuk linier, model bentuk semilog, dan bentuk doublelog. Tujuan dari penelitian ini mengidentifikasi kebijakan tarif dan non tarif yang dikeluarkan Uni Eropa untuk impor tuna yang berasal dari Indonesia, mengetahui pengaruh penerapan kebijakan tarif Uni Eropa terhadap ekspor tuna Indonesia, mengetahui pengaruh penerapan kebijakan non tarif Uni Eropa terhadap ekspor tuna Indonesia, dan meramalkan volume ekspor tuna Indonesia di Uni Eropa pada masa yang akan datang. Hasil analisis yang diperoleh dari penelitian ini adalah kebijakan perdagangan tarif Uni Eropa untuk impor tuna asal Indonesia antara lain EC (European Comission) No.2886/89 yang berlaku dari tahun 1989-2005, EC No.980/2005 yang berlaku mulai tahun 2006-2008, dan EC No.975/2003 mengatur pengurangan besar tarif khusus tuna kaleng asal Indonesia, Thailand dan Filipina. Kebijakan non tarif Uni Eropa untuk impor tuna asal Indonesia

terangkum dalam EC No.178/2002, EC 466/2001, EC 178/2005, EC 852/2004, EC 853/2004, EC 854/2004, EC 882/2004, dan EC 2073/2005. Model pengaruh hambatan tarif dan non tarif yang terbaik adalah model semilog (Q = 2.862,71 Ln T t 605,990 D t + 2936,19 Ln Q t-2 ) dan diwakili oleh variabel tarif dan volume ekspor dua tahun sebelumnya. Kebijakan tarif berpengaruh nyata terhadap model sebesar 91% dengan nilai elastisitas tarif sebesar -0,64 dan bersifat inelastis. Evaluasi statistik terhadap kebijakan hambatan non tarif tidak berpengaruh nyata terhadap pengurangan volume ekspor tuna Indonesia. Hal ini sesuai karena faktanya untuk meningkatkan ekspor dengan mutu yang ada namun tetap harus dilakukan usaha penyetaraan mutu. Metode trend dipilih untuk meramalkan karena memiliki nilai MSE terkecil. Hasil peramalan dengan metode trend diperoleh model Y= 6269,7 + 463,18 t dengan nilai peramalan yang didapat sebesar 13.447,3 dan 15.246,18 pada tahun 2011. Kesamaan kedua penelitian diatas dengan penelitian ini terletak pada kesamaan komoditas yang dibahas yaitu ikan tuna. Sedangkan perbedaannya terletak pada perbedaan masalah yang dibahas, metode penelitian yang digunakan, dan untuk penelitian Rastikarany dilakukan peramalan yang tidak dilakukan pada penelitian saat ini. Hasil penelitia oleh Bondar memiliki manfaat untuk melihat keadaan perdagangan ikan tuna dan faktor apa saja yang mempengaruhi perdagangan ikan tuna Indonesia. Hasil penelitian Rastikarany bermanfaat untuk mengetahui pengaruh kebijakan tarif dan non tarif yang ditetapkan Uni Eropa sebagai negara yang menjadi standar untuk negara lain dalam hal ketentuanketentuan mutu dan keamanan pangan. Penelitian yang dilakukan Swaranindita (2005) mengenai Analisis daya saing komoditas udang nasional di pasar internasional dengan menggunakan metode deskriptif dan metode Herfindahl Index dan Concentration Ratio untuk menganalisis struktur pasar, Revealed Competitive Advantage untuk mengukur keunggulan komparatif komoditas, Teori Berlian Porter untuk mengukur keunggulan kompetitif komoditas udang, dan melakukan peramalan untuk ekspor udang. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji kondisi eksternal dan internal perdagangan udang nasional di pasar internasional, menganalisis struktur pasar

udang yang dihadapi Indonesia dalam perdagangan udang internasional, dan menganalisis posisi daya saing komoditas udang nasional di pasar internasional. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah struktur pasar udang yang ada yaitu monopolistis dan oligopoli dengan posisi Indonesia sebagai market follower, faktor internal yang mempengaruhi daya saing komoditas udang yaitu sulit mendapatkan akses pembiayaan usaha, keterbatasan sarana angkutan ekspor, penerapan teknologi dan industri terpadu yang belum merata, dan masih terdapat kendala pada usaha pembenihan dan pengolahan pasca panen. Hasil analisis RCA menunjukkan bahwa komoditas udang Indonesia memiliki daya saing kuat. Penelitian Swaranindita memiliki persamaan dengan penelitian ini yaitu alat analisis yang digunakan sama dan membahas komoditas perikanan. Perbedaan dengan penelitian ini adalah tidak ada analisis SWOT yang digunakan untuk merumuskan strategi ekspor kedepannya, dan komoditas perikanan yang digunakan pun berbeda, serta pada penelitian ini tidak dilakukan peramalan penjualan ikan tuna. Hasil penelitian ini bermanfaat karena adanya kesamaan masalah yang diangkat dan atribut yang dibahas.