Penutup Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan Penelitian dan Rekomendasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

Bab Enam. Pembahasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. UKM, pengangguran akibat angkatan kerja yang tidak terserap dalam dunia kerja

BAB I PENDAHULUAN. Menciptakan Daya Saing UMKM, Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis, Vol. 10 No. 2 Oktober 2013, hal..

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen pengetahuan (knowledge management) merupakan proses

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. intelektual pada perusahaan jasa dan manufaktur di Indonesia. Modal intelektual merupakan

Temuan Empirik Dan Statistik Industri Kreatif di Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang begitu pesat hal ini ditandai dengan munculnya industri baru

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. fenomena baru dalam struktur perekonomian dunia antara lain ditandai dengan

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. bisnisnya supaya dapat survive menghadapi persaingan yang ada. Perubahan cara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V PENUTUP. terhadap transfer of tacit knowledge dalam pembentukan non-financial business

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. tersebut pada saat ini dikatakan sebagai era ekonomi kreatif yang

TINJAUAN JURNAL HUBUNGAN KNOWLEDGE SHARING BEHAVIOR DAN INDIVIDUAL INNOVATION CAPABILITY

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 4 PENGEMBANGAN MODEL

BAB I PENDAHULUAN. global, dimana perkembangan pada sektor perekonomian telah membawa

BAB II LANDASAN TEORI. Pengetahuan disimpan di dalam otak individu atau di-encode (diubah dalam

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PENCIPTAAN PENGETAHUAN MELALUI APLIKASI MODEL SECI

I. PENDAHULUAN. antar perusahaan semakin meningkat, sehingga setiap perusahaan dituntut

BAB I PENDAHULUAN. keuangan) ke ekonomi berbasis pengetahuan telah terjadi selama dua abad

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dengan teknologi yang berkembang saat ini, banyak

BAB I PENDAHULUAN. masa sekarang ini, kekayaan dan pertumbuhan ekonomi terutama

BAB I PENDAHULUAN. pertama adalah gelombang ekonomi pertanian. Kedua, gelombang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. kepada persaingan yang semakin kompetitif, dan perubahan cara pandang pelaku

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas pelayanan, berfokus mengembangkan jaringan perusahaan

PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM TRIPLE HELIX SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF. Dewi Eka Murniati Jurusan PTBB FT UNY ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi maka perusahaan dituntut untuk merubah cara kerja

Taryana Suryana. M.Kom

KNOWLEDGE MANAGEMENT PENGERTIAN DAN MANFAATNYA PADA ORGANISASI. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya berakibat pada krisis keuangan namun juga berakibat pada krisis

BAB I PENDAHULUAN. sekarang, perusahaan tidak bisa hanya dengan mengandalkan kekayaan fisiknya saja.

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan pun harus mengubah pola manajemen dari pola manajemen. Pengetahuan telah diakui sebagai komponen bisnis yang penting dan

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF DAERAH PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan harus memperhatikan faktor-faktor internal dan eksternal yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laurence (Tiwana: 2002) knowledge didefinisikan sebagai berikut :

PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Hadirnya World Trade Organization (WTO) pada tingkat global dan

Human Resources Management (HRM)

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Model Knowledge Management. Pertemuan 3

BAB I PENDAHULUAN. modal, dan tenaga kerja terampil di kawasan Asia Tenggara. Sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya lokal dan proses produksi sederhana yang produknya dijual secara lokal telah

BAB III METODE PENELITIAN. Ditinjau dari jenis datanya tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis dalam era globalisasi saat ini diindikasikan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Mulia Group didirikan pada tahun 1965 oleh keluarga Joko S. Tjandra. Pada

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fenomena menarik dalam perkembangan teknologi adalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Hamel dan Prahalad dalam bukunya Competing for the Future,

BAB I PENDAHULUAN. Media informasi yang berkaitan dengan masyarakat pada zaman yang modern saat

BAB I PENDAHULUAN. untuk memecahkan segala persoalan pada pekerjaannya. dapat memajukan suatu perusahaan (Pradita, 2010). Sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Bartholomew (2008:14) mengungkapkan bahwa intangible assets seperti pengetahuan

BAB 1 PENDAHULUAN. tenaga kerja menjadi bisnis yang berdasarkan pengetahuan. menerapkan sistem manajemen pengetahuan (knowledge management) maka

BAB I PENDAHULUAN. Radio Republik Indonesia (RRI) adalah satu-satunya stasiun radio yang dimiliki oleh

STRATEGI & PENGUKURAN MANAJEMEN PENGETAHUAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Berbagi pengetahuan merupakan hal penting bagi organisasi yang

PENTINGNYA PEMETAAN DAN HARMONISASI REGULASI EKONOMI KREATIF

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat penting bagi kunci sukses sebuah organisasi. Pengetahuan

JCM dalam Konteks Kultural Masyarakat Timor Leste

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut teori ini, tanggung jawab yang paling mendasar dari direksi adalah

BAB I PENDAHULUAN. terkoordinasi untuk mencapai tujuan bersama (Jones, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekolah adalah salah satu institusi yang berperan dalam menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melakukan perluasan usaha. Akan tetapi, semua itu tidak sepenuhnya dapat

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebebasan arus jasa dan kebebasan arus tenaga kerja terdidik.

MODEL KONSEPTUAL KELEMBAGAAN

Pengembangan Ekonomi Kreatif dan Pemberdayaan Pemuda Indonesia Ahmad Buchori Kepala Departemen Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai level kinerja yang optimal untuk dapat bersaing dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. mengharuskan perusahaan-perusahaan mengubah cara mereka menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. yang akan datang (Posner, 2015; Hannan dan Freeman, 1984). Hal ini membuat

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat telah mengalami empat fase ekonomi-sosial sepanjang sejarah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab III Analisis Faktor Knowledge Management

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi saat ini telah sampai pada pembentukan pasar tunggal dan pusat produksi tunggal

Salah satu faktor yang mempengaruhi variasi kinerja intellectual capital yang dilihat dari tata kelola perusahaan salah satunya adalah umur

BAB I PENDAHULUAN. 2001: 231). Ini sesuai dengan resource based theory (Wernerfelt, 1984: 174)

BAB I PENDAHULUAN. respon yang tanggap secara cepat, tepat, efektif, dan efisien, oleh karena itu setiap

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB VII RINGKASAN, KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI. Bab tujuh memuat ringkasan penelitian, kesimpulan penelitian, keterbatasan

BAB I PENDAHULUAN. tugas-tugas di dalam kelas saja, melainkan proses terjadinya interaksi antara guru,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. industri industri baru yang muncul. Industri industri ini tidak hanya bisnis yang

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun internasional mengawali terbukanya era baru di bidang ekonomi yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Industri kreatif saat ini sangat berkembang pesat dan dapat memberikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap organisasi dunia saat ini dihadapkan dengan adanya suatu dinamika

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dengan sangat cepat. Di masa krisis yang melanda seperti saat ini, banyak

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. dan rekomendasi. Pembahasan dari masing-masing dijelaskan secara runtut sebagai

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem ekonomi baru dimana pengolahan informasi, pencarian ilmu

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi kreatif atau industri kreatif. Perkembangan industri kreatif menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Knowledge-based economyditandai dengan kemajuan di bidang teknologi

BAB I PENDAHULUAN. strategis yang lebih sustainable untuk memperoleh dan mempertahankan keunggulan

Transkripsi:

Bab Tujuh Penutup Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan Penelitian dan Rekomendasi Bab ini menyajikan kesimpulan dan saran dari hasil-hasil temuan teoritis dan empiris serta implikasi teoritis dan manajerial, serta kebijakan publik dari hasil penelitian pada industri kreatif di Jawa Timur, dan dipaparkan juga keterbatasan penelitian. Kesimpulan a. Knowledge management mampu memberikan kontribusi yang berarti terhadap intellectual capital dengan arah hubungan yang selaras. Hal ini mengandung makna bahwa semakin kuat kemampuan knowledge management yang dimiliki akan di ikuti kenaikan intellectual capital industri kreatif. Hal tersebut sebagaimana disampaikan Nonaka dan Takeuchi (1995),: intellectual capital yang berwujud keterampilan adalah hasil terbentuknya knowledge management yang kokoh. Pelaksanaan KM dalam industri kreatif, nampak proses KM berjalan di dalam aktivitas industri kreatif sehari-hari dengan model secara konvensional dan sederhana. Proses KM dalam industri kreatif sebagaimana UKM belum dapat berjalan dengan maksimal, walaupun 205

mampu memberikan efek perubahan terhadap intellectual capital. Dalam pengertian bahwa kegotong royongan dalam keseharian karyawan dalam bekerja, curahan-curahan pengalaman dan pengetahuan yang pernah dimiliki secara tidak formal dapat didiskusikan, yang dapat mendorong komunikasi antar individu, hal tersebut sebagai cerminan adanya knowledge transfer. Tiga jenis pengetahuan seperti yang telah dijelaskan di atas yaitu human knowledge, structural knowledge, dan relational knowledge menjadi dasar yang sangat diperlukan dalam proses peningkatan kemampuan dalam berinovasi dan berkreasi (Lu dan Sexton, 2006). b. Intellectual capital mampu memberikan kontribusi yang berarti terhadap kinerja industri kreatif. Hal ini mengandung makna bahwa intellectual capital benar-benar mempunyai kontribusi yang sangat berarti terhadap kinerja industri kreatif. Artinya semakin kuat kemampuan intellectual capital yang dimiliki semakin tinggi pula kinerja industri kreatif. Fenomena ini menggambarkan bahwa intellectual capital pada industri kreatif tersebut yang berupa modal insani, modal struktural, dan modal relasi lebih mudah diterapkan sehingga mampu memberikan efek yang berarti terhadap kinerja industri kreatif. Hal tersebut sebagaimana temuan dari Nick Bontis et al., (2000) menyatakan bahwa intelellectual capital yang terdiri dari 3 elemen yaitu human capital, structural capital, relational capital, dimana seluruh element Intelellectual Capital mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja bisnis. c. Moderasi knowledge broker dalam hubungannya dengan knowledge management dan intellectual capital mampu memberikan kontribusi yang berarti. Hal ini mengandung makna bahwa knowledge broker benar-benar mempunyai kontribusi yang sangat berarti dalam memediasi hubungan antara knowledge management dengan intellectual capital industri kreatif. Artinya Semakin kuat peran 206

knowledge broker yang dimiliki semakin tinggi pula pengaruh knowledge management dengan intellectual capital. Fenomena tersebut mengindikasikan dalam realitanya modal intelektual yang dimiliki industri kreatif dapat ditingkatkan melalui peran pihak lain sebagai broker pengetahuan. Kesimpulan tersebut diperkuat oleh (Oldham dan McLean, 1997) dalam framework knowledge broker dalam hal menghubungkan antara pengguna dan pencipta pengetahuan; memfasilitasi menafsirkan pengetahuan untuk pengguna pengetahuan, memfasilitasi dalam menyebarkan pengetahuan bagi pengguna pengetahuan. Namun agar pengetahuan yang dimiliki dapat memberikan nilai tambah bagi lembaga/ perusahaan, maka pengetahuan harus SECI (disosialisasikan, dieksternalisasikan, dikombinasikan, dan diinternalisasi (Nonakadan Takeuchi, 1995). d. Dengan memasukkan lama usaha dan tingkat pendidikan sebagai variabel kontrol, menghasilkan temuan bahwa perubahan knowledge management terhadap kinerja industri kreatif benar-benar bukan disebabkan variabel lain diluar variabel penelitian, namun disebabkan oleh lama usaha yang dini (<5th) dan tingkat pendidikan pengelola (SMA). Artinya semakin lama pengalaman usaha dan semakin tinggi tingkat pendidikan pengelola, akan semakin kuat pengaruh knowledge management terhadap kinerja industri kreatif. Hal tersebut sesuai dengan yang disampaikan Hibbard & Carrillo, (1998): selain tingkat pendidikan, faktor pengalaman usaha juga menjadi kendala dalam mengembangkan sektor usaha kecil yang menimbulkan kesulitan tersendiri ketika harus mengimplementasikan pengetahuan yang baru (Hibbard & Carrillo, 1998). Sejalan yang disampaikan William dan Gibson (1991) dalam Wahab (2009), pendekatan komunikasi merupakan cara yang baik untuk melakukan interaksi dua arah secara berkelanjutan dan simultan untuk mengungkapkan ide gagasan. Mengigat tingkat 207

pendidikan mereka yang relatif rendah, maka model komunikasi akan dilakukan melalui kelompok. Implikasi Penelitian Temuan penelitian memberikan kontribusi terhadap beberapa hal sebagai berikut: Implikasi Teoritis a. Temuan dalam studi ini memperlihatkan gambaran bahwa knowledge management (KM) belum mampu memberikan kontribusi terhadap peningkatan kinerja industri kreatif. Fenomena ini dapat mengungkapkan bahwa proses knowledge management tidaklah semudah secara teoritikal. Artinya ada beberapa karakteristik organisasi yang nampaknya dapat mempermudah kelancaran dan hambatan proses knowledge management tersebut. Hal tersebut sebagaimana yang disampaikan Nonaka dan Takeuchi (1995), alasan fundamental mengapa perusahaan di Jepang menjadi sukses karena keterampilan dan pengalaman mereka terdapat pengelolaan/ penciptaan pengetahuan (management/ creation of knowledge) pada organisasi.studi ini menduga bahwa kharakteristik industri kreatif di Jawa Timur sangat berbeda jauh dengan perusahaan di Jepang. Penerapan knowledge management nampaknya tidak dapat dilepaskan dari kemajuan teknologi, hal tersebut sebagaimana yang disampaikan Cong dan Pandya (2003), bahwa komponen KM terdiri dari: People, Process, Technology. b. Basis teori berikutnya adalah resource based views, yang berpandangan bahwa organisasi adalah sekumpulan sumberdaya dan kemampuan yang merupakan asset strategis bagi organisasi. Dimana, asset strategis yang dimiliki perusahaan adalah modal intelektual (intellectual capital). 208

Temuan dalam studi ini menunjukkan bahwa intellectual capital mampu memberikan kontribusi terhadap kinerja industri kreatif. Bontis adalah salah satu pengkaji keterhubungan antara intellectual capital dengan kinerja bisnis. Bontis et al., (2000) menyatakan bahwa intelellectual capital yang terdiri dari 3 elemen yaitu human capital, structural capital, relational capital, dimana seluruh element intelellectual capital mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja bisnis. Implikasi teoritis tersebut cukup menarik karena hal tersebut menggambarkan bahwa intellectual capital ternyata benar-benar dapat berdampak terhadap kinerja industri kreatif. Di mana konteks industri kreatif merupakan salah satu gap dalam studi ini. c. Walau sifatnya sebagai mediator, namun peran knowledge broker dapat memperkuat hubungan antara knowledge management dan intellectual capital. Temuan ini dapat memperluas kajian knowledge broker (KB) yang merupakan gap dalam studi ini. Kehadiran KB tersebut menjadi lebih menarik sebagai upaya yang secara kebetulan proses knowledge management belum terlaksana secara maksimal. Sehingga pemoderasian KB sangat tepat keberuntukannya dalam memperkuat hubungan antara knowledge management dan intellectual capital. Pernyataan tersebut sesuai sebagaimana yang disampaikan oleh Ziam et al., (2009) secara dinamis peran knowledge broker semakin dirasakan manfaatnya bagi transfer pengetahuan. Implikasi Manajerial : a. Penataan proses knowledge management Pimpinan/ pengelola industri kreatif perlu mengkaji hal-hal yang terkait dengan KM: mencari pengetahuan, membuat pengetahuan mudah diakses, membuat berbagi pengetahuan, merangsang berbagi 209

pengetahuan, menyimpan pengetahuan, memungkinkan orang lain bekerja sama. Pelaku industri kreatif termasuk karyawan dalam meningkatkan pengetahuannya perlu mencari pengetahuan, pengetahuan yang terkait dengan bidang industri kreatif. Keengganan untuk mencari pengetahuan inilah yang menyebabkan KM tidak maksimal. Hal tersebut nampak dalam hal membuat pengetahuan mudah diakses, membuat berbagi pengetahuan, merangsang berbagi pengetahuan belum dilaksanakan secara maksimal. Pihak pimpinan/ pengelola industri kreatif perlu mengkaji lebih lanjut untuk meminimalkan hal-hal tersebut di atas di antaranya melalui peningkatan budaya berbagi pengetahuan melalui: Membangun budaya yang mendukung berbagi pengetahuan; - Membangun kesadaran diantara karyawan dari nilai menciptakan, berbagi, dan menggunakan pengetahuan; -Mengembangkan dan memelihara jaringan manusia yang saat ini berbagi pengetahuan dan menciptakan baru pengetahuan. Dengan menguatkan budaya berbagi pengetahuan diharapkan akan meningkatkan keinginan mencari pengetahuan, membuat pengetahuan mudah diakses, membuat berbagi pengetahuan, merangsang berbagi pengetahuan. Diharapkan melalui budaya sharing pengetahuan tacit dan explicit, akan diperoleh berbagai macam pengetahuan yang dapat memperkaya wawasan dalam industri kreatif. b. Penguatan modal insani, modal struktural, dan modal relasi Kenyataan temuan penelitian tersebut mempertebal keterhubungan antara intellectual capital dengan kinerja industri kreatif. Dengan dimensi intellectual capital yang cukup bagus yang tercermin dari indikator indikatornya maka akan menjadikan Intellectual capital yang cukup kuat. Dengan intellectual capital yang kuat akan berdampak terhadap meningkatnya kinerja industri kreatif. Pengelola industri kreatif harus mampu memelihara keberadaan 210

Intellectual capital yang kuat, tercermin dalam dimensi human capital yang merupakan pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan seseorang yang dapat digunakan untuk menghasilkan layanan professional industri kreatif. Demikian juga pengelola industri kreatif hendaknya dapat menjaga terciptanya modal structural yang cukup kuat dapat digambarkan bahwa usahanya memiliki relasi/ mitra dalam pembiayaan/ pendanaan yang kuat, hal tersebut terlihat dari adanya pihak lain (bank) dalam membantu pendanaan dalam oprasional industri kreatif. Usahanya memiliki infrastruktur informasi teknologi yang lengkap, hal ini dapat dipahami karena industri kreatif tidak dapat dilepaskan dari penggunaan IT yang kokoh. Relational capital yang cukup kuat harus dapat dimiliki oleh pengelola industri kreatif agar usahanya memiliki merek yang menarik bagi konsumen, usahanya memiliki nama perusahaan yang menarik bagi konsumen, serta usahanya memiliki pelanggan yang loyal. c. Memperkuat budaya berbagi pengetahuan Kondisi demikian perlu menjadikan pertimbangan manajemen/ pemilik/ pengelola industri kreatif dalam mengevaluasi kebiasaan karyawan dan manajemen terkait dengan pengembangan wawasan pengetahuan hingga pengembangan budaya berbagi pengetahuan. Kebiasaan karyawan yang enggan berbagi pengetahuan ke sesama karyawan merupakan salah satu kendala dalam industri kreatif. Keengganan tersebut mungkin dapat disebabkan tidak mudahnya karyawan menceritakan/ menyampaikan pengalaman (tacit knowledge) ke karyawan lain. Hal tersebut akan menyebabkan rendahnya keinginan karyawan mencari pengetahuan, membuat berbagi pengetahuan, serta menangkap berbagi pengetahuan. Tugas yang tidak kecil harus dilakukan manajemen/ pengelola industri kreatif 211

untuk merekonstruksi pengelolaan pengetahuan (KM) dari model konvensional berubah ke dalam pengelolaan pengetahuan yang sistematis dan terprogram. Terprogram bagaimana dalam memperoleh pengetahuan (mengikutkan karyawan pelatihan secara periodik), terprogram dalam menyebarkan pengetahuan (secara periodik sesama karyawan diajak diskusi, atau sosialisasi dari pimpinan perihal pengetahuan baru), terprogram dalam menyimpan pengetahuan (jika pengetahuan explicit diperlukan dokumentasi yang tertib dan rapi), hingga terprogram dalam menggunakan pengetahuan untuk memajukan kinerja industri kreatif. d. Menempatkan pihak pemoderasi sebagai agent of change Pihak manajemen indutri kreatif perlu mendapat perhatian perihal keberadaan KB yang ternyata dapat memperkuat keterhubungannya antara KM dan intellectual capital. Pihak manajemen harus dapat mengidentifikasi peran-peran KB apa yang dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan intellectual capital, baik KB berperan sebagai interface, integrator, distributor, maupun sebagai Intermediaries. Manajemen industri kreatif yang jeli sudah barang tentu akan dapat mengambil kebijakan terkait perlunya KB dalam meningkatkan kinerja industri kreatif. Pertumbuhan industri kreatif sangat dipengaruhi perubahan selera konsumen, gaya hidup masyarakat, kemajuan teknologi dan komunikasi. Sehingga pihak manajemen industri kreatif dituntut agar bergerak dengan cepat untuk menata jejaring dengan pihak-pihak lain tersebut, sebagai pihak yang bertindak sebagai mediator, fasilitator. Di mana peran mereka baik dalam keterkaitannya pada sub sektor periklanan, sub sektor film, video & potographie, sub sektor musik, maupun sub sektor TV & Radio. 212

Implikasi Kebijakan Publik a. Industri kreatif adalah sebuah Industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. Keberadaan industri kreatif ini sangat memerlukan dan keterlibatan pihak Pemerintah terkait dengan perlindungan industri musik. Pemerintah perlu memberi jaminan pemenuhan hak seniman musik dan pelaku industri musik, termasuk perlindungan terhadap pembajakan melalui kebijakan pro industri musik. Dalam hal ini diperlukan sinergitas antara Badan Ekonomi Kreatif dan Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta Lagu, dan Pemusik RI (PAPPRI), serta kementerian perindustrian. Perlindungan dimaksud diantaranya dari pembajakan. Hal ini diperlukan sebagai bagian peran pemerintah untuk memfasilitasi perolehan HKI dari keluaran sebuah produk industri kreatif, baik dari sub sektor musik, permainan interaktif, maupun merek produk. b. Sub sektor industri TV & Radio adalah salah satu dari 14 sektor industri kreatif. Hadirnya kebijakan pemerintah terkait dengan migrasi dari model penyiaran analog ke model penyiaran digital membawa dampak peluang dan ancaman. Periode transisi tersebut diharapkan pemerintah dapat mengeliminir ancaman bagi industri TV & Radio yang belum siap maupun ancaman bagi penderita penyandang kebutaan dan gangguan penglihatan yang memiliki hak yang sama mengakses siaran. c. Industri kreatif merupakan serangkaian kumpulan sub sektor yang terdiri 14 sub sektor. Keberadaannya tidak mudah untuk dipisahkan satu per satu, dengan beberapa penekanan tangible based, intangible based, media, seni budaya, desain, dan IPTEK. Sehingga memerlukan peran serta pihak lain tidak hanya cukup dari Pemerintah sebagai pembuat 213

regulasi saja, akan tetapi juga peran dari Akademisi, maupun pihak pebisnis atau sering disebut Triple Helix. Keberpihakan pihak akademisi tidak hanya sebatas penelitian saja akan tetapi peran sertanya untuk memberikan edukasi pengetahuan sebagaimana pengetahuan tentang digital, IT, animasi, desain, gambar serta pengetahuan lainnya. Pihak pebisnis perannya dibutuhkan sebagaimana halnya dalam hal bermitra dengan pelaku industri kreatif dalam hal komersialisasi hasil karya. Keterbatasan Penelitian dan Rekomendasinya Menurut Chad Perry (1998, 2002), menyatakan bahwa keterbatasan penelitian perlu disampaikan dalam setiap hasil studi, karena banyak hal yang tidak dapat ditangkap dalam model penelitian. a. Temuan dalam studi ini yang lebih menarik adalah peranan Knowledge broker dalam memoderasi keterhubungan antara knowledge management dan intellectual capital. Namun kesimpulan dalam studi ini tidak dapat di generalisir untuk seluruh sektor (14 sektor) dalam industri kreatif. Karakteristik setiap sektor tidak dapat dipisahkan dalam mengelola industri kreatif (sub sekor musik membutuhkan sub sektor periklanan). Direkomendasikan penelitian mendatang untuk mempertimbangkan sub sektor yang lebih komprehensif dalam keterkaitan keberadaan knowledge broker. b. Responden dalam sampel ini yang menarik adalah karakteristiknya yang sebagian besar didominasi oleh: SDM wanita, berpendidikan SMA, masa usaha yang masih baru, SDM < 10 karyawan. Karakter demikian menjadikan keterbatasan dalam memahami kuesioner yang disebarkan. Direkomendasikan penelitian mendatang untuk mempertimbangkan mengekplore responden sebagai sampel dengan kriteria yang lebih luas dari semua karakteristik. 214

c. Secara statistik kemampuan menjelaskan dari variabel-variabel yang mempengaruhi (anteseden) terhadap variabel kinerja industri kreatif dikatakan sempurna apabila memiliki kemampuan menjelaskan 100%, yang dilihat dari nilai R 2 =1. Berdasarkan hasil pengujian statistik diketahui Nilai R 2 secara keseluruhan = 0.7947. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa model Cukup Baik dan mampu menjelaskan fenomena/ masalah Kinerja Industri Kreatif sebesar 79,47 %. Sedangkan sisanya (20.53%) dijelaskan oleh variabel lain (selain Knowlegde Management, Intelectual Capital, Knowledge Broker, dan variabel Moderasi) yang belum masuk ke dalam model dan error. Artinya Kinerja Industri Kreatif dipengaruhi oleh Knowlegde Management, Intellectual Capital, Knowledge Broker, dan variabel Moderasi sebesar 79,47% sedang sebesar 20.53% dipengaruhi oleh selain variabel Knowlegde Management, Intellectual Capital, Knowledge Broker, dan variabel Moderasi. Dengan demikian direkomendasikan penelitian akan datang untuk mempertimbangkan variabel lain yang perlu dimasukkan ke dalam model ini seperti Social capital maupun peran 4 pihak (Quadruple Helix = Intellectual, Government, Business, Civil society). d. Setting studi ini untuk menguji pengaruh variabel knowledge management, intellectual capital, knowledge broker, kemudian dipilihlah konteks industri kreatif dengan 6 sub sektor yang mendasarkan pada intangible based. Industri kreatif yang karakteristiknya penuh dengan kreatifitas dan inovasi, masing-masing sub sektor baik intangible based maupun yang tangible based mempunyai saling ketergantungan yang kuat. Direkomendasikan penelitian mendatang untuk mengkaji tangible based sebagai penyempurna kajian intangible based dalam kajian studi ini. 215

216