BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi

1 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini peneliti menguraikan ulasan mengenai simpulan penelitian, implikasi penelitian yang terdiri dari implikasi teoritis dan praktis serta keterbatasan dan saran penelitian mendatang. 5.1 Simpulan Secara umum, penelitian ini bertujuan menguji pengaruh sumberdaya tak berwujud terhadap inovasi perusahaan jasa serta peran pemoderasian kemampuan menyerap dalam kaitan sumberdaya relasional dan inovasi perusahaan jasa. Pengujian hipotesis penelitian dilakukan pada konteks perusahaan jasa yang dalam hal ini adalah lembaga bimbingan belajar. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa sumberdaya tak berwujud memiliki pengaruh positif terhadap inovasi di perusahaan jasa. Sumberdaya tak berwujud yang signifikan dalam perusahaan jasa tersebut berupa sumberdaya manusia, sumberdaya organisasional dan sumberdaya relasional. Temuan lainnya yaitu kemampuan menyerap memiliki efek pemoderasian secara positif antara sumberdaya relasional dan inovasi perusahaan jasa. Dengan demikian, hasil temuan mendukung secara keseluruhan hipotesis yang dibangun dalam penelitian ini. Lebih lanjut, hasil temuan penelitian ini juga sejalan dengan teori berbasis sumberdaya yang memandang sumberdaya tak berwujud sebagai faktor penting kesuksesan dan sumber signifikan dalam meraih keunggulan bersaing perusahaan (Barney, 1991; Amit dan Schoemaker, 1993; Hall, 1993; Kaplan dan Norton, 2004).

2 Sumberdaya manusia dalam bentuk kemampuan, pengetahuan dan pengalaman karyawan memberikan pengaruh signifikan pada inovasi perusahaan jasa. Hal ini mengindikasikan bahwa peran kapabilitas karyawan dalam lembaga bimbingan belajar sangat penting bagi penciptaan inovasi. Kapasitas karyawan atau anggota organisasi berguna untuk menghasilkan ide-ide baru bagi perusahaan. Hasil temuan ini makin mempertegas beberapa penelitian terdahulu pada perusahaan jasa (seperti Yen, 2013; Nieves et al., 2014). Pada sisi organisasional, beberapa aspek seperti budaya, iklim pembelajaran dan struktur organisasi diindikasi kuat menjadi pendorong inovasi perusahaan jasa. Konteks penelitian pada lembaga bimbingan belajar cenderung menerapkan struktur organisasi organik sehingga iklim pembelajaran lebih mudah tercipta. Kondisi organisasi yang lebih fleksibel mempermudah aliran pengetahuan dalam organisasi sehingga menstimulasi penciptaan inovasi. Temuan ini tidak berbeda dengan penelitian Hogan dan Coote (2014) bahwa dalam perusahaan jasa, budaya organisasi sangat krusial dalam menggerakkan perilaku inovasi. Penelitian ini juga membuktikan sangat pentingnya perusahaan jasa untuk menjalin hubungan relasional dengan pihak eksternal dalam meningkatkan proses inovasinya. Interaksi dengan konsumen, sekolah dan perguruan tinggi sangat berguna bagi perusahaan jasa dalam rangka berbagi dan mengumpulkan pengetahuan baru dalam proses inovasi. Hasil penelitian ini semakin memperjelas temuan Rusanen et al. (2014) bahwa untuk mengakses pengetahuan yang bersifat tacit dan sulit ditransfer dibutuhkan hubungan relasional yang kuat dan tingginya intensitas interaksi. Temuan penelitian menunjukkan bahwa intensitas interaksi yang

3 tinggi dengan pihak eksternal memiliki pengaruh signifikan pada inovasi perusahaan jasa. Selanjutnya, penelitian ini juga menguji peran pemoderasian dari kemampuan menyerap dalam kaitannya antara sumberdaya relasional dan inovasi perusahaan jasa. Hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa selain hubungan relasional yang intens, adanya kesamaan atau kedekatan aktivitas dengan pihak eksternal juga turut meningkatkan kemampuan menyerap perusahaan jasa. Hal ini terjadi karena perusahaan memiliki basis pengetahuan yang terkait dengan pihak relasinya sehingga menjadikan proses menyerap sumberdaya atau pengetahuan dari luar menjadi lebih mudah. Oleh karena itu, kemampuan menyerap perusahaan makin memperkuat pengaruh hubungan relasional terhadap inovasi perusahaan jasa. Dengan demikian, hasil studi ini makin menguatkan beberapa penemuan sebelumnya tentang posisi peran kemampuan menyerap sebagai pemoderasi antara sumberdaya relasional dan inovasi perusahaan (seperti Tsai, 2001; Escribano et al., 2009; Yu, 2013; Ahlin et al., 2014). Walaupun penelitian ini dilakukan pada konteks lembaga bimbingan belajar yang tergolong perusahaan jasa dengan skala kecil menengah. Temuan ini dapat digeneralisasi pada jenis perusahaan dengan karakteristik yang sama. Besarnya tingkat ketergantungan pada sumberdaya tak berwujud dan tingginya tingkat kontak konsumen selama proses penyediaan jasa menjadi salah satu sifat dari konteks penelitian ini. Oleh karena itu, generalisasi dapat berlaku jika mempertimbangkan kriteria tersebut.

4 5.2 Implikasi Penelitian Temuan penelitian ini memberikan kontribusi penting, baik secara teoritikal maupun secara praktikal terkhusus pada perusahaan jasa. Kontribusi penelitian ini makin membuktikan dan memperkokoh pandangan berbasis sumberdaya (Barney, 1991) dan pandangan berbasis pengetahuan (Grant, 1996) dalam menjelaskan peran penting sumberdaya tak berwujud bagi perusahaan. Sumberdaya manusia, organisasional dan relasional menjadi sumber penggerak inovasi perusahaan. Hal ini membuat sumberdaya manusia, organisasional dan relasional menjadi aset bernilai bagi perusahaan. Berdasarkan hasil temuan ini, sumberdaya relasional memberikan kekuatan pengaruh sangat besar pada inovasi perusahaan. Hal ini makin menunjukkan bahwa dalam konteks perusahaan jasa, peran interaksi sangat krusial dalam penyediaan jasa. Intensitas interaksi mampu mengatasi hambatan dalam mengakses pengetahuan yang bersifat tacit dan sulit ditransfer. Selain itu, temuan penelitian menempatkan peran vital kemampuan menyerap dalam menjelaskan pengaruh sumberdaya relasional pada inovasi perusahaan jasa. Hasil penelitian ini mempertegas posisi pemoderasian kemampuan menyerap ketika berinteraksi dengan sumberdaya relasional terhadap inovasi perusahaan. Hal ini berimplikasi bahwa interaksi dengan pihak eksternal harus diiringi dengan kemampuan menyerap pula. Dalam arti lain, pengaruh sumberdaya relasional dan kemampuan menyerap seharusnya berjalan secara simultan. Implikasi lain dari penelitian ini membuktikan bahwa perusahaan skala kecil menengah seperti lembaga bimbingan belajar dapat melakukan inovasi dengan

5 memberdayakan sumberdaya tak berwujud yang ada. Hasil penelitian ini memberikan pandangan bahwa inovasi tidak selalu identik dengan perusahaan yang berskala besar dan berteknologi tinggi. Mengeksploitasi sumberdaya tak berwujud yang hadir dalam perusahaan merupakan salah satu cara efektif dalam meningkatkan inovasi. Kontribusi praktikal bagi perusahaan berdasarkan hasil penelitian ini yaitu diharapkan perusahaan jasa untuk lebih mengelola sumberdaya tak berwujud yang dimilikinya. Hal ini karena kecenderungan perusahaan mengabaikan kehadiran sumberdaya tak berwujud dalam organisasinya dan lebih condong hanya menganggap sumberdaya fisik sebagai aset perusahaan. Hasil temuan penelitian ini membuktikan peran signifikan sumberdaya tak berwujud sebagai sumberdaya yang bernilai dalam kapabilitas organisasi untuk mendorong terciptanya inovasi pada perusahaan. 5.3 Keterbatasan dan Saran Penelitian Mendatang Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan sehingga sangat penting untuk ditindaklanjuti pada penelitian mendatang, yaitu: 1. Penelitian ini dilakukan pada konteks lembaga bimbingan belajar yang tergolong perusahaan kecil menengah. Sebagaimana diketahui bahwa lembaga bimbingan belajar lebih bersifat pada penyediaan pengetahuan dan tingginya tingkat kontak dengan konsumen (Lovelock, 1983). Beberapa jasa sangat bergantung pada penyedia jasa pengetahuan dibanding yang lainnya (Namasivayam dan Denizci, 2006). Dengan demikian, ketika mengadaptasi model penelitian ini perlu mempertimbangkan karakteristik perusahaan jasa yang berbeda (seperti restoran

6 atau sektor jasa seni hiburan). Selain itu, penelitian mendatang perlu mencoba menggunakan jenis perusahaan jasa skala besar. 2. Pengukuran variabel sumberdaya tak berwujud pada penelitian ini tidak menghitung masing-masing dimensi variabel tetapi berdasarkan konstruk tiap variabel. Penelitian selanjutnya mungkin lebih spesifik mengidentifikasi dan menguji pengaruh masing-masing dimensi (seperti tingkat pendidikan karyawan; budaya, struktur organisasi; kepercayaan, jumlah dan keberagaman jejaring) tiap variabel. Hal tersebut akan lebih memperdalam analisis mengenai mekanisme yang terjadi dalam sumberdaya tak berwujud. 3. Pada penelitian ini peran pemoderasi kemampuan menyerap dalam kaitan antara sumberdaya relasional dan inovasi perusahaan diperlakukan dalam mekanisme derajat (degree). Bagaimanapun itu, hasil temuan tidak menjelaskan sumbangsih ketika terjadi perbedaan ukuran perusahaan dan level interaksi hubungan relasional pada mekanisme proses kemampuan menyerap. Perbedaan skala perusahaan dan level interaksi suatu perusahaan diindikasi akan memiliki dampak berbeda pada kemampuan menyerap. Oleh karena itu, penelitian mendatang perlu membandingkan perbedaan tersebut dalam menjelaskan peran pemoderasian kemampuan menyerap dengan menambah jumlah sampel penelitian.