BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU ACETAMINOPHEN PADA PT. GRATIA HUSADA FARMA SKRIPSI

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN. sistem yang sedang berjalan dalam perusahaan, menganalisis kebutuhan informasi,

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BENANG PADA PT DUPANTEX PEKALONGAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB III OBJEK PENELITIAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. sarung tangan kain dan sarung tangan karet.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan berbagai cara untuk mendapatkan keuntungan yang besar dan

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini menjelaskan tentang gambaran objek penelitian yang berisi profil

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA. Oleh :

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Persaingan antar perusahaan tidak terbatas hanya secara lokal,

BAB 4 DATA. Primatama Konstruksi departemen PPIC (production planning and inventory

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 ANALISIS PERUSAHAAN. merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri pakaian. Perusahaan yang

PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU KEMASAN MINUMAN RINGAN UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA PERSEDIAAN. Mila Faila Sufa 1*, Rizky Novitasari 2

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

III. METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

ANALISIS PENGENDALIAAN PERSEDIAAN KERTAS ART PAPER MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY UNTUK MENDAPATKAN EFISIENSI BIAYA DI UD DALLAS KEDIRI

BAB II LANDASAN TEORI

METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah rumah sakit. Persaingan yang ada membuat rumah sakit harus

Syukriah, Putri Narisa Lia. Jurusan Teknik Industri, Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe, Indonesia

ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN UNTUK MENGOPTIMUMKAN PESANAN DAN PERSEDIAAN BARANG PADA CV. GARUDA LANGIT BERLIAN

VIII PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

9.Peramalan (Forecasting) A. Teori Peramalan B. Metode Peramalan C. Pengukuran Keakuratan Hasil Peramalan Profil PT.

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PENENTUAN STOK SUKU CADANG PADA PT. KARS INTI AMANAH (KALLA KIA) CABANG MAKASSAR

Perbaikan Sistem Persediaan Karpet dan Spon di UD Luas, Surabaya

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG DENGAN DEMAND DAN LEAD TIME YANG BERSIFAT PROBABILISTIK DI UD. SUMBER NIAGA

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita lihat dan rasakan sekarang ini persaingan di dunia bisnis

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di dunia usaha saat ini semakin ketat. Hal ini disebabkan tuntutan

ANALISIS PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BBM PADA SPBU PT. MANASRI USMAN *)

Kata Kunci : Peramalan (Forecasting), Perencanaan Persediaan Metode P dan Q. Sistemik Nomor. 4 Volume. 2, Desember

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan

BAB IV METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan produk plastik pada saat ini cukup pesat dimana semakin

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG KARPET MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER INTERVAL PROBABILISTIC MODEL

BAB IV PENUTUP. bermanfaat bagi perusahaan jika perusahaan menerapkan metode EOQ pada

BAB III METODE PENELITIAN

OPTIMASI PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU DI PT. SIANTAR TOP TBK ABSTRAK

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Ngadiluwih, Kediri. UD. Pilar Jaya adalah perusahaan yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB 1 PENDAHULUAN. giat untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat memenuhi permintaan tersebut. Banyak

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Permintaan Konsumen

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pengendalian yang baik dalam pengelolaan persediaan.

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki,

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang dengan cepat. Persaingan di dalam dunia industri menjadi sangat ketat.

2.4.6 Hubungan Antara Ukuran Kesalahan Peramalan dan Standar Deviasi Pengendalian Persediaan Definisi Persediaan...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di perusahaan global penghasil peralatan listrik

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin berkembangnya perdagangan bebas yang masuk, maka setiap

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGELOHAN

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya

BAB 1 PENDAHULUAN. kegiatan inilah dinamakan proses produksi. Salah satu faktor yang mempengaruhi

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. tambahan manfaat atau penciptaan faedah baru. Perencanaan produksi merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Mengenai Pengendalian Persediaan Bahan Baku

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. PT United Tractors Tbk (PTUT) merupakan salah satu distributor alat-alat berat

Fungsi Jabatan Tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing jabatan adalah sebagai berikut: 1. Jajaran Direksi Perusahaan a.

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kursi Lipat dengan Menggunakan Metode Economic Order (Eoq) pada PT. Chitose Tbk Cimahi

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV PEMBAHASAN. bersumber dari beberapa pemasok yang mempunyai merk berbeda. mengenai latar belakang perusahaan dan mengumpulkan informasi yang

BAB 4. ANALISIS dan HASIL PENELITIAN

ANALISIS KETERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PT. GALIC BINA MADA. Rizki Ramadhoni

OPTIMASI PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PT. BROMINDO MEKAR MITRA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. PT. Sebastian Citra Indonesia merupakan salah satu produsen frozen dough

sistematis dan dibebankan ke Laba Rugi Gambar. 1. Skema Kerangka Pemikiran Pencatatan Aktiva Tetap

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAIN KEMEJA POLOSHIRT MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) DI PT BINA BUSANA INTERNUSA

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Bab 1. Pendahuluan. Persediaan bahan baku dalam perusahaan industri memegang peranan yang

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN. By: Rini Halila Nasution, ST, MT

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 4 September 2003 yang beralamat di JL. Raya R.C Veteran no

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sekarang ini sedang menghadapi persaingan di pasar bebas. Di

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Gratia Husada Farma atau lebih dikenal dengan sebutan HUFA, didirikan pada tanggal 30 Maret 1974, berlokasi di Jl. Gajahmada 101A Semarang 50134, Jawa Tengah, oleh para pemegang sahamnya yang terdiri dari: Lisawati Darma Setiawan (alm), Mariani Kusuma, Drs. Harada Kusuma, Leontine Kosasih, Drs. Hartanto Kusuma (Komisaris), Andreas Sastradinata Kusuma (alm), dan Budi Hartono Kusuma (Komisaris). Sedangkan Frans R. Kusuma dan Hans Nugroho adalah para Direksi PT. Gratia Husada Farma. Adanya skala produksi, jumlah produk dan volume kerja yang meningkat memerlukan fasilitas produksi yang lengkap, maka tahun 1993, PT. Gratia Husada Farma membangun pabrik barunya di atas tanah seluas 30.000 m2, yang berlokasi di Jl. Dharmawangsa No. 28, Desa Ngempon, Bergas, Karangjati, Kabupaten Semarang 50552. Pada 8 April 1994, PT. Gratia Husada Farma memperoleh sertifikat CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik), yang menandakan bahwa bangunan atau gedung, fasilitas 63

produksi dan produksinya telah memenuhi Cgmp (current Good Manufacturing Practices). 4.1.2 Lokasi Perusahaan Berdirinya suatu perusahaan sebaiknya memperhatikan mengenai lokasi perusahaan, sebab lokasi perusahaan ini juga berperan penting dalam kelangsungan hidup perusahaan. Pemilihan lokasi perusahaan dapat ditentukan dengan melihat dari berbagai aspek tertentu. Keputusan tentang lokasi ini penting bagi perusahaan karena akan mempengaruhi kedudukan perusahaan dalam persaingan dan menentukan kelangsungan hidup perusahaan. PT. Gratia Husada Farma berlokasi di Jl. Dharmawangsa No. 28, Desa Ngempon, Bergas, Karangjati. Berdasarkan penelitian pada perusahaan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa lokasi perusahaan telah memenuhi beberapa faktor yang perlu diperhatikan oleh suatu perusahaan dalam memilih lokasi usaha. Faktor-faktor tersebut adalah: 1. Tenaga Kerja Di daerah Karangjati tenaga kerja cukup tersedia, karena warga sekitar banyak yang bekerja di PT. Gratia Husada Farma untuk menjadi karyawan perusahaan. Sehingga perusahaan tidak terlalu sulit dalam mencari karyawan. 64

2. Masyarakat Masyarakat yang berada di Karangjati menerima dengan baik berdirinya PT. Gratia Husada Farma, sehingga dapat saling menguntungkan karena masyarakat tidak terganggu dan perusahaan pun dapat melaksanakan kegiatannya dengan lancar. 3. Transportasi Daerah Karangjati terdapat tranportasi yang memadahi, yaitu dengan adanya truk-truk untuk melakukan pengiriman barang dan juga bus untuk antar jemput karyawan dari Semarang menuju Karangjati. 4. Lingkungan PT. Gratia Husada Farma berada pada lingkungan yang baik, karena mereka terletak di pinggir kota Semarang sehingga limbah produksi yang dihasilkan tidak mengganggu penduduk sekitar dan proses produksi dapat berjalan dengan lancar. 4.1.3 Struktur Organisasi Keberhasilan suatu perusahaan akan tercapai apabila didukung oleh sistem manajemen yang baik dan teratur, hal tersebut sangat penting dan berguna untuk membangun para karyawan melaksanakan tugasnya sesuai dengan jabatan yang mereka pegang masing masing. Struktur organisasi merupakan mekanisme mekanisme formal dengan mana suatu organisasi dikelola. Dalam hal ini organisasi 65

menunjukan suatu kerangka dalam susunan perwujudan pola tetap hubungan diantara fungsi fungsi, bagian bagian dan posisi posisi maupun orang orang dengan memperlihatkan kedudukan, tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang berbeda beda. Struktur organisasi merupakan perwujudan yang menunjukan hubungan diantara fungsi fungsi dalam suatu organisasi serta wewenang dan tanggung jawab setiap anggota organisasi yang menjalankan tugas masing masing (Handoko, 1995 : 850) Adapun struktur organisasi pada PT. Gratia Husada Farma dapat digambarkan sebagai berikut: 66

DIREKTUR GENERAL MANAGER PLANT MANAGER HRD &UMUM ACCOUNTING & FINANCE R&D ADVISOR R&D QA/QC PRODUKSI TEKNIK PPIC PURCHASING AST ACCOUNTING & FINANCE KO. SEKRETARIAT KABAG ACCOUNTING KABAG FINANCE KEPALA GUDANG SV HRD & UMUM SV FORMULASI & METODE ANALISA PRODUK BARU SV FORMULASI & METODE ANALISA PRODUK LAMA SV REGRISTRASI & PACKAGING SV QA/QC SV PRODUKSI BETALAKTAM SV SHIFT II/III SV PRODUKSI NON BETALAKTAM SV SENTRAL TIMBANG STAF / NON STAF Gambar 4.1: Struktur Organisasi PT. Gratia Husada Farma 50

4.1.4 Produksi Selain produk Ethical, PT. Gratia Husada Farma juga memproduksi produk OTC (Over The Counter). Sampai saat ini sekitar 74 produk sudah dihasilkan yang meliputi berbagai bentuk sediaan seperti tablet, kaplet, kapsul, sirup, cream atau salep, tetes telinga dan liquid. Seluruh proses produksi dilakukan dengan pengawasan yang ketat, sesuai dengan SOP (Standard Operating Procedure). Sebagaimana yang diatur dalam CPOB. Untuk meniadakan kemungkinan kontaminasi silang PT. Gratia Husada Farma telah memisahkan secara total wilayah produksi kapsul, tablet, kaplet, salep, sirup dan dry sirup untuk produk betalaktam dan nonbetalaktam. Investasi mesin mesin dengan teknologi terbaru sebagai sarana menciptakan produk dengan kualitas tinggi adalah salah satu alasan penunjang pertumbuhan perusahaan, sehingga pada tahun 1998, PT Indofarma Tbk., Jakarta mempercayakan pembuatan sebagian produknya yang berupa kapsul, tablet, sirup dan dry sirup kepada PT. Gratia Husada Farma. Lima tahun berikutnya, tepatnya pada 2003, PT. Gratia Husada Farma juga melakukan tool manufacturing untuk produk produk dari PT. Phapros Tbk. dan PT. sakafarma Laboratories, Semarang. 51

4.1.5 Jam Kerja Kedisiplinan dalam sebuah perusahaan sangatlah penting untuk diterapkan, oleh karena itu untuk dapat menerapkan kedisiplinan pada setiap karyawan digunakan aturan pada perusahaan, salah satunya adalah aturan jam kerja sebagai berikut: Masuk : jam 08.00 Istirahat : jam 12.00 13.00 Pulang : jam 16.00 Bila seorang karyawan ingin mengambil cuti, baik karena sakit maupun ijin dapat mengajukan ijin cuti kepada pimpinan perusahaan. Pada PT. Gratia Husada Farma memiliki jatah cuti untuk setiap karyawan 12 kali dalam satu tahun. 4.1.6 Pengendalian Mutu Kunci kualitas sebuah produk pada dasarnya terletak pada divisi pengendalian mutu. Divisi pengendalian mutu pada PT. Gratia Husada Farma didukung oleh peralatan yang memadai serta Sumber Daya Manusia yang professional, sehingga produk yang dihasilkan memiliki spesifikasi yang konsisten, safety dan memenuhi persyaratan farmakologi. Pengawasan mutu dilakukan oleh orang orang dengan dedikasi yang tinggi pada keahliannya masing masing di bidang farmasi, kimia dan biologi mulai dari bahan baku, proses produksi, produk jadi serta kemasan. 52

4.1.7 Pemasaran dan Penjualan Dengan dasar dan konsep marketing strategi yang modern, PT. Gratia Husada Farma senantiasa melakukan promosi secara proaktif baik melalui media elektronik, media cetak dan lainnya. Segmentasi, Targetting dan Positioning yang tepat dilakukan oleh Divisi Marketing agar produk yang dihasilkan dapat diterima oleh konsumen dalam negeri maupun yang untuk orientasi ekspor. Produk HUFA sudah ada yang menembus pasaran ekspor ke Singapore, Hongkong, India dan Australia. Sales Force mendapat perhatian yang serius, dengan harapan bisa membantu penetrasi produk ke pasar, sebagai mediasi mendekatkan perusahaan dengan konsumen yang meliputi apotik, toko obat, poliklinik atau puskesmas, rumah sakit, PBF, Grosir, Modern Market, Dokter, Paramedis dan Bidan. 4.1.8 Pengembangan Sumber Daya Manusia Training yang berkesinambungan seperti: Standar Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin (5R); Gugus Kendali Mutu, Leadership and Team Building; Kepemimpinan yang beorientasi pada kerjasama; Production, Planning & Control; Smart Selling; The Strive for Excellence dan lain lain, telah diadakan oeh PT. Gratia Husada Farma untuk selalu meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan karyawan baik di lingkungan produksi yang 53

menyangkut CPOB, maupun manajemen secara keseluruhan yang bermuara pada memberikan pelayanan terbaik untuk konsumen. Teamwork selalu menekankan pada: Tidak menerima Defect, Tidak Membuat Defect. 4.1.9 Riset dan Pengembangan Departemen Riset dan Pengembangan selalu percaya pada setiap inovasi dan pengembangan produk yang berkesinambungan. Didukung oleh jajaran tenaga ahli yang professional, Departemen ini bertekad untuk mentradisikan dalam menghasilkan produk produk yang bermutu tinggi, unggul dalam inovasi serta terjangkau dalam harga. 4.1.10 Distribusi Untuk mendistribusikan produk produknya, PT. Gratia Husada Farma telah bekerja sama dengan distributor distributor nasional yang sudah berpengalaman sebagai distributor farmasi seperti Dos ni roha, Jakarta yang telah memiliki coverage area yang luas di seluruh Indonesia untuk produk produk OTC. Sedangkan untuk produk Ethical dipegang oleh PT. Gratia Jaya Farma dengan dibantu oleh distributor distributor setempat lainnya. Diharapkan cakupan distribusi produk produk HUFA bisa merata ke seluruh Indonesia. 54

4.1.11 Masa Depan Pengembangan Industri PT. Gratia Husada Farma akan tetap berkonsentrasi terhadap produk OTC maupun Ethical, dengan mengeluarkan lebih banyak lagi produkproduk baru yang inovatif, harga yang kompetitif dan dapat diterima oleh pasar. 4.2 Analisis Data 4.2.1 Analisis Metode Perusahaan Data-data selama melakukan observasi pada PT. Gratia Husada Farma yang digunakan dalam analisis metode perusahaan yaitu: 1. Kebutuhan Bahan Baku Kebutuhan bahan baku Acetaminophen PT. Gratia Husada Farma selama periode Januari 2006-Oktober 2007 dapat dilihat pada tabel berikut ini: 55

Tabel 4.1 Pembelian dan Pemakaian Acetaminophen selama periode Januari 2006-Oktober 2007. No Bulan Pembelian Pemakaian 1 Januari 0 800 2 Februari 3.000 1.200 3 Maret 1.000 3.100 4 April 5.000 2.600 5 Mei 2.000 900 6 Juni 0 2.800 7 Juli 2.500 1.700 8 Agustus 2.000 500 9 September 500 3.500 10 Oktober 3.000 2.000 11 November 4.500 4.000 12 Desember 4.000 4.600 13 Januari 2.000 2.600 14 Februari 3.000 2.400 15 Maret 3.000 3.600 16 April 4.000 3.800 17 Mei 4.000 3.300 18 Juni 3.000 3.350 19 Juli 2.000 1.650 20 Agustus 2.000 800 21 September 500 1.800 22 Oktober 1.000 1.300 Sumber: Data pembelian dan pemakaian bahan baku Acetaminophen selama periode Januari 2006-Oktober 2007. Berdasakan tabel di atas dapat dilihat bahwa kebutuhan bahan baku Acetaminophen pada PT. Gratia Husada Farma berfluktuatif. 56

2. Biaya Pesan Acetaminophen PT. Gratia Husada Farma memesan Acetaminophen dari supplier selama periode Januari 2006-Oktober 2007 sebanyak 22 kali dengan rata-rata pembelian 2.364 Kg Acetaminophen dalam memenuhi kebutuhan produksi. Biaya pesan bahan baku pada PT. Gratia Husada Farma selama periode Januari 2006-Oktober 2007 terdiri dari: Biaya Pemeriksaan Barang : Rp. 20.000 Biaya Penimbangan Barang : Rp. 10.000 Biaya Telepon : Rp. 5.000 Biaya Pesan bahan baku sebesar : Rp. 35.000 Jadi biaya pesan yang dikeluarkan perusahaan selama periode Januari 2006- Oktober 2007 untuk setiap kali pesan bahan baku sebesar Rp. 35.000. frekuensi pemesanan bahan baku PT. Gratia Husada Farma selama periode Januari 2006-Oktober 2007 diperoleh dari jumlah pemakaian bahan baku selama periode Januari 2006-Oktober 2007 dibagi rata-rata setiap kali pesan dengan perhitungan sebagai berikut: 52.300 = 22 kali 2.364 57

3. Biaya Simpan Bahan Baku Biaya penyimpanan sudah diterapkan oleh PT. Gratia Husada Farma yaitu sekitar Rp. 2000 per Ton. Biaya tersebut ditetapkan berdasarkan resiko ED dan biaya listrik. 4.2.2 Analisis Metode EOQ Probabilitas Setelah mengamati dan melakukan observasi pada PT. Gratia Husada Farma, maka dapat disusun analisis perhitungan EOQ probabilitas dengan menggunakan data-data yang ada, berupa data pembelian bahan baku, pemakaian bahan baku, biaya pesan, dan biaya simpan selama periode Januari 2006-Oktober 2007. 1. Forecasting Dari metode-metode forecasting yang relevan telah didapat satu metode yang paling cocok yaitu Metode Regresi. Penetapan metode ini diperoleh dengan melihat standard error dari masing-masing metode yang paling kecil. Berikut di bawah ini adalah tabel standard error masing-masing metode forecasting: 58

Tabel 4.2 Standard Error metode-metode forecasting yang relevan Metode Forecasting Standard Error Single Moving Average 3 bulan 1.336.304 Single Moving Average 6 bulan 1.521.622 Double Moving Average 3 Bulan 1.751.109 Single Exponential Smoothing Alpha 0,4 1.467.800 Double Exponential Smoothing Alpha 0,5 109.710 Regresi 1.160 Sumber: Data sekunder yang diolah. Pada tabel di atas kita dapat melihat keakuratan peramalan masingmasing metode forecasting. Metode yang memiliki standard error yang kecil berarti memiliki keakuratan peramalan yang tinggi sedangkan metode yang standard errornya besar berarti tingkat keakuratannya rendah. Dari data di atas dapat kita lihat metode regresi memiliki nilai yang paling kecil yaitu 1.160, dapat diartikan bahwa metode ini yang tingkat keakuratan peramalannya paling tinggi atau paling tepat. Oleh karena itu penulis memilih metode regresi untuk melakukan penelitiannya. Perhitungan masing-masing metode dapat dilihat pada lampiran 1. 59

2. Safety Stock Tabel 4.3 Komponen-komponen Safety Stock Standard Deviasi 1073,7 Service Level 92% Faktor Keamanan 1,41 Safety Stock 1.514 Safety stock dapat diperoleh dari data-data pada tabel di atas. Dari perhitungan pemakaian bahan baku dan data forecasting didapat standard deviasi sebesar 1073,7. kemudian service level sebesar 92% sehingga diperoleh faktor keamanan sebesar 1,41. Tabel faktor keamanan dapat dilihat pada lampiran 2. Dari semua data tersebut diperoleh safety stock sebesar 1.514. Dengan hasil tersebut berarti PT. Gratia Husada Farma harus memiliki Acetaminophen cadangan sebesar 1.514 Kg setiap kali melakukan pembelian Acetaminophen. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3. 3. Reorder Point PT. Gratia Husada Farma memiliki 22 hari kerja dalam satu bulan, dengan libur dua hari pada hari Sabtu dan Minggu per minggunya serta lead time untuk bahan baku Acetaminophen selama 7 hari atau satu minggu. Sehingga probabilitas pemakaian untuk satu periode adalah sebesar 0,3182. sedangkan EDL atau tingkat pemakaian yang diharapkan adalah sebesar 60

13.120. dari hasil tersebut ditambahkan dengan safety stock maka diperoleh reorder point sebesar 5.689. hal ini berarti setiap kali stock perusahaan mencapai jumlah tersebut, perusahaan harus melakukan pembelian ulang atau pemesanan ulang untuk bahan baku Acetaminophen. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3. 4. EOQ Probabilitas Biaya pesan dan biaya simpan yang ditetapkan oleh PT. Gratia Husada Farma adalah RP. 35.000 dan Rp. 2.000 per Ton. Sedangkan pemakaian bahan baku Acetaminophen selama periode Januari 2006- Oktober 2007 adalah 52.300 Kg. Untuk biaya stockout tidak ada dan reorder point adalah 5.689. sehingga dari data-data tersebut dapat dilakukan perhitungan metode EOQ Probabilitas, dan didapat Q Optimal atau pembelian bahan baku yang optimal untuk periode Januari 2006-Oktober 2007 adalah sebesar 42.784 Kg. Untuk perhitungan lebih jelas dapat dilihat pada lampiran 3. 5. Total Inventory Cost Setelah kita mendapatkan data-data Safety Stock, Reorder Point, dan EOQ, maka dapat ditentukan besarnya jumlah total inventory cost atau jumlah biaya keseluruhan yang dikeluarkan oleh perusahaan. Berikut adalah 61

tabel perbandingan total inventory cost antara metode PT. Gratia Husada Farma dengan metode EOQ Probabilitas: Tabel 4.4 Perbandingan Total Inventory Cost antara Metode PT. Gratia Husada Farma dengan Metode EOQ Probabilitas periode Januari 2006-Oktober 2007 secara matematis. Keterangan Kuantitas Pembelian Frekuensi Pembelian Biaya Pemesanan Biaya Penyimpanan Total Biaya Persediaan PT. Gratia 2.364 22 Rp. 774.323 Rp. 2.364 Rp. 776.687 EOQ 42.784 1,2 Rp. 42.785 Rp. 42.784 Rp. 85.569 Probabilitas Selisih Rp. 691.118 Pada tabel di atas terlihat bahwa metode yang diterapkan oleh PT. Gratia Husada Farma memiliki biaya pemesanan yang tinggi yaitu Rp. 774.323 dan biaya penyimpanan sebesar Rp. 2.364 dengan kuantitas pembelian sebanyak 2.364 Kg Acetaminophen untuk setiap kali pembelian bahan baku dan pembelian selama periode tersebut dilakukan sebanyak 22 kali. Sehingga PT. Gratia Husada Farma harus mengeluarkan total biaya persediaan sebesar Rp. 776.687. sedangkan bila menggunakan metode EOQ Probabilitas biaya pemesanan dan biaya pengeluaran adalah Rp. 42.785 dan Rp. 42.784 dengan kuantitas pembelian sebanyak 42.784 Kg Acetaminophen untuk setiap kali pemesanan untuk 1,2 kali pembelian selama periode tersebut. Dan total biaya persediaan yang harus dikeluarkan adalah Rp. 85.569, sehingga terdapat selisih sebesar Rp. 691.118. Dari hasil 62

tersebut dapat disimpulkan bahwa metode EOQ Probabilitas memiliki pengeluaran total yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan metode yang digunakan oleh perusahaan, sehingga perusahaan dapat lebih hemat dalam pembelian bahan baku serta dapat meminimalisasi biaya pengeluaran. Tetapi metode EOQ Probabilitas ini belum dapat diterapkan dalam kehidupan nyata karena kita tidak dapat melakukan pembelian sebanyak 1,2 kali karena angka tersebut dihitung secara matematis, sehingga harus mengubahnya menjadi alternatif lain yang lebih riil bagi kehidupan sesungguhnya, sebagai berikut akan dijelaskan. Tabel 4.5 Perbandingan Total Inventory Cost antara Metode PT. Gratia Husada Farma dengan Metode EOQ Probabilitas periode Januari 2006-Oktober 2007 dengan 1X Pembelian. Keterangan Kuantitas Pembelian Frekuensi Pembelian Biaya Pemesanan Biaya Penyimpanan Total Biaya Persediaan PT. Gratia 2.364 22 Rp. 774.323 Rp. 2.364 Rp. 776.687 EOQ 52.300 1 Rp. 35.000 Rp. 52.300 Rp. 87.300 Probabilitas Selisih Rp. 689.387 Dengan pembulatan ke bawah, frekuensi pembelian yang dilakukan menjadi sebanyak satu kali, tetapi pembelian hanya satu kali selama periode yang cukup lama akan menghasilkan penimbunan bahan baku yang cukup besar pula sehingga untuk merealisasikannya harus memperhatikan kapasitas gudang yang ada apakah dapat menyimpan semua bahan baku 63

tersebut atau tidak, dan jangan sampai mengganggu bahan baku yang lainnya. Dengan pembelian satu kali, perusahaan harus membeli bahan baku Acetaminophen sebesar 52.300 Kg untuk memenuhi kebutuhan pemakaian selama periode tersebut sehingga biaya pemesanan berkurang menjadi Rp. 35.000 sedangkan biaya penyimpanan sebesar Rp. 52.300. dari semua biaya tersebut didapat total biaya persediaan menjadi Rp. 87.300 yang artinya perusahaan akan lebih hemat sebesar Rp. 689.387. Tabel 4.6 Perbandingan Total Inventory Cost antara Metode PT. Gratia Husada Farma dengan Metode EOQ Probabilitas periode Januari 2006-Oktober 2007 dengan 2X Pembelian. Keterangan Kuantitas Pembelian Frekuensi Pembelian Biaya Pemesanan Biaya Penyimpanan Total Biaya Persediaan PT. Gratia 2.364 22 Rp. 774.323 Rp. 2.364 Rp. 776.687 EOQ 26.150 2 Rp. 70.000 Rp. 26.150 Rp. 96.150 Probabilitas Selisih Rp. 680.537 Alternatif yang kedua adalah dengan membulatkan angka ke atas, yaitu menjadi dua kali pembelian selama periode Januari 2006-Oktober 2007. Dengan pembelian sebanyak dua kali penimbunan bahan baku tidak akan sebanyak alternatif yang pertama, karena bahan baku yang dipesan hanya separuh dari seluruh kebutuhan bahan baku tersebut sehingga dapat lebih memungkinkan untuk disimpan dalam gudang. Pada metode ini pembelian menjadi 26.150 Kg Acetaminophen sehingga biaya 64

penyimpanan lebih kecil yaitu menjadi Rp. 26.150 sedangkan biaya pemesanan Rp. 70.000, menghasilkan total biaya persediaan sebanyak Rp. 96.150. Metode ini memberikan selisih yang paling banyak yaitu Rp. 680.537. Dari data dan perhitungan di atas kita dapat melihat bahwa metode EOQ Probabilitas secara matematis memiliki total biaya persediaan yang paling kecil dan memiliki selisih yang paling besar terhadap metode perusahaan dibandingkan yang lainnya, sehingga jumlah pembelian sebanyak 42.784 Kg Acetaminophen merupakan jumlah yang paling optimal. Tetapi dari sisi frekuensi pembelian, merupakan hal yang tidak logis karena pembelian dilakukan sebanyak 1,2 kali sehingga tidak dapat diterapkan dalam kehidupan nyata. Oleh karena itu dilakukan alternatif lain yaitu dengan pembulatan satu kali pembelian dan dua kali pembelian. Dari dua alternative yang telah dianalisis didapatkan pembulatan dengan satu kali pembelian memiliki total inventory cost yang lebih kecil dibandingkan dengan pembulatan dua kali pembelian dan selisihnya pun juga tentunya lebih besar pula. Dari data tersebut akhirnya dipilih metode EOQ Probabilitas dengan satu kali pembelian yang memiliki hasil yang lebih baik. 65

6. Pembahasan Perbandingan jumlah total inventory cost di atas menunjukan bahwa metode EOQ Probabilitas lebih baik dibandingkan dengan metode PT. Gratia Husada Farma, karena dilihat dari segi biaya jauh lebih hemat dan lebih kecil biaya yang dikeluarkan dibandingkan dengan metode perusahaan. Untuk segi pembelian bahan baku Acetaminophen, metode EOQ Probabilitas melakukan pembelian sebanyak 52.300 Kg untuk satu kali pembelian menghasilkan total biaya persediaan yang lebih hemat yaitu Rp. 87.300, dan perusahaan akan lebih hemat Rp. 689.387. Sehingga dari data ini, metode yang dipilih adalah metode EOQ Probabilitas. Untuk merealisasikan metode EOQ ini pada PT. Gratia Husada Farma terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan seperti yang telah dikemukakan di atas, yaitu kapasitas gudang untuk menyimpan banyaknya bahan baku yang dibeli dengan metode EOQ, lamanya daya tahan bahan baku dengan interval pembelian yang cukup panjang bila menggunakan metode EOQ, biaya yang pastinya akan membengkak bila membeli bahan baku dalam jumlah yang banyak, biaya bongkar yang lebih besar, lamanya waktu pembongkaran barang, dan lain-lain. Karena metode EOQ Probabilitas hanya mengasumsikan penghematan pada biaya simpan dan biaya pesan saja dan mengabaikan aspek-aspek lainnya. PT. Gratia Husada Farma memiliki berbagai gudang untuk menyimpan barang sesuai dengan sifat barang tersebut, terdapat gudang 66

bahan baku, gudang bahan kemas, gudang barang jadi, gudang mudah terbakar, dan gudang dingin. Bahan baku Acetaminophen dan seluruh bahan baku lainnya disimpan di gudang bahan baku yang memiliki kapasitas kurang lebih 200 Ton. Walaupun Acetaminophen yang dibeli dalam jumlah yang besar karena dibeli dalam interval waktu yang cukup lama tetapi jumlah tersebut dapat ditampung semua dalam gudang dan tidak akan mengganggu bahan baku lainnya karena biasanya gudang terpakai kurang lebih 2/3 dari keseluruhan kapasitas gudang dan masih tersisa 1/3 ruang kosong yang berarti sekitar kurang lebih 66-67 Ton bahan baku masih dapat dimasukkan ke dalam gudang, sedangkan bahan baku Acetaminophen yang disimpan sebanyakn 52.300 Kg. Untuk daya tahan bahan baku, Acetaminophen memiliki daya tahan selama 5 tahun sedangkan interval pembelian Acetaminophen adalah selama 22 bulan sekali sehingga bahan baku dapat bertahan dan tidak kadaluwarsa, untuk harga bahan baku per Kg nya adalah $4 sehingga bila dirupiahkan kurang lebih seharga Rp. 36.000. bila membeli dalam jumlah yang banyak, maka pengeluarannya pun juga cukup banyak untuk membeli Acetaminophen tersebut, walaupun pada akhirnya bahan baku akan terjual habis juga. Faktor-faktor di atas lah yang juga penting untuk diperhatikan dalam merealisasikan dalam kehidupan nyata pada PT. Gratia Husada Farma. Selain itu perusahaan juga harus selalu menyediakan persediaan pengaman atau Safety Stock untuk mengantisipasi adanya permintaan mendadak dan 67

keadaan-keadaan yang tidak terduga. Kemudian perusahaan juga harus mengadakan pembelian ulang pada titik tertentu atau Reorder Point yang berfungsi agar perusahaan tidak sampai kehabisan stock bahan baku selama masa lead time. Bila semua hal tersebut dijalankan dengan baik oleh perusahaan akan menghasilkan sistem produksi yang lancar dan tertata dengan baik. 68