BAB I PENDAHULUAN I. A. Latar Belakang Infeksi virus hepatitis B (VHB) masih merupakan masalah kesehatan pokok dengan tingkat morbiditas dan mortalitas yang masih tinggi di dunia meskipun vaksin dan pengobatan dengan antivirus telah tersedia. Saat ini, kurang lebih 2 miliar individu di dunia pernah terinfeksi oleh VHB, dan 350 juta individu di antaranya menjadi karier kronis. Negara-negara di Asia dan Afrika menduduki posisi tertinggi dalam hal prevalensi infeksi VHB. Indonesia digolongkan ke dalam negara endemik tingkat sedang sampai tinggi dalam hal infeksi VHB dengan tingkat karier sebesar 5-20% dari populasi umum (WHO, 2008). Pola perjalanan klinis dari infeksi VHB sangat bervariasi, mulai dari sembuh secara akut pada hepatitis akut, hepatitis kronis, sirosis hati, dan karsinoma hepatoseluler (KHS). Pola yang berbeda ini dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, antara lain perjalanan alamiah infeksi VHB, kerentanan host, durasi infeksi, faktor lingkungan, dan faktor virus (Cho et al., 2011) 1
2 VHB adalah virus dengan incomplete double-stranded DNA genome yang terdiri dari 4 regio utama yaitu regio PreS/S (nukleotida atau nt. 2954-155), regio enhancer II (EnhII; nt. 1636-1744), regio basal core promoter (BCP, nt. 1751-1769), dan regio precore. Penelitian-penelitian terdahulu telah melaporkan adanya mutasi pada regio-regio tersebut berkaitan dengan risiko progresi penyakit hati tahap lanjut. Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya juga melaporkan bahwa mutasi di regio precore G1896A memiliki hubungan dengan risiko progresi penyakit hati tahap lanjut, namun beberapa penelitian yang melaporkan hal yang sebaliknya. Hal tersebut mungkin salah satunya disebabkan oleh variasi genotipe dari VHB (Liao et al., 2012) Di daerah Asia Tenggara, genotipe B adalah genotipe VHB yang paling sering ditemui. Di Indonesia, genotipe VHB yang paling sering ditemui adalah genotipe B dengan subgenotipe B3 (Guirgis et al., 2010). Beberapa studi yang dilakukan di Jepang dan Cina mengatakan bahwa pasien dengan sirosis hati lebih sering ditemukan VHB genotipe C dibanding dengan genotipe B (Kao et al., 2000; Sakugawa et al., 2002; Sumi et al., 2003). Studi-studi berikutnya
3 juga mengatakan bahwa tingkat serokonversi HBeAg secara spontan lebih sering ditemukan pada pasien dengan infeksi VHB genotipe B dibanding dengan genotipe C (Chu et al., 2002; Sumi et al., 2003). Studi-studi ini memberikan bukti yang kuat bahwa VHB genotipe B berhubungan dengan progresi penyakit hati yang lebih lambat bila dibanding dengan genotipe C (Buti et al., 2005). Selama ini analisis dari mutasi genomik dengan hubungan terhadap progresi penyakit hati masih belum pernah dilakukan pada populasi di Indonesia. Maka dari itu, penelitian ini akan menganalisis mutasi pada regio precore spesifik di G1896A pada pasien dengan infeksi VHB kronis dan penyakit hati tahap lanjut di Indonesia untuk melihat korelasinya dengan progresi penyakit hati. I. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: Apakah terdapat perbedaan prevalensi mutasi G1896A pada regio precore antara pasien dengan penyakit hati tahap lanjut dan infeksi VHB kronis?
4 I. C. Tujuan Penelitian Mengetahui perbedaan prevalensi mutasi G1896A pada regio precore antara pasien dengan penyakit hati tahap lanjut dan pasien infeksi VHB kronis. I. D. Keaslian Penelitian Penelitian ini asli karena sebelumnya belum pernah dilakukan penelitian dengan subjek, tempat, metode, dan waktu yang sama. Penelitian payung yang meneliti mutasi VHB secara umum dan hubungannya dengan progresi penyakit hati tahap lanjut sudah dilakukan. Pengambilan data dilakukan bersama-sama, namun studi yang dilakukan bersamaan dengan penelitian ini menyoroti kasus mutasi VHB dengan variabel yang berbeda. Studi yang dilakukan sebelumnya telah melaporkan bahwa mutasi di regio X, basal core promoter (BCP), precore/core mungkin berhubungan dengan aspek progresi penyakit, respon terhadap terapi, viral load, dan ekspresi HBsAg. Namun hal tersebut belum pernah diteliti pada populasi Indonesia yang termasuk negara dengan endemisitas VHB sedang sampai tinggi. Maka dari itu, studi ini akan dilakukan dengan melihat progresi penyakit
5 infeksi VHB terhadap mutasi spesifik genom VHB yang terjadi pada populasi di Indonesia, khususnya di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Penelitian serupa pernah dilakukan di Thailand pada tahun 2010 yang mengevaluasi adanya variasi sekuen pada regio enhancer II, basal core promoter, precore dan X dari VHB pada pasien dengan KHS (Tangkijvanich et al., 2010). Pada tahun 2007, terdapat juga penelitian di China yang melihat implikasi klinis dari perbedaan genotipe maupun subgenotipe dari VHB dan juga mutasi yang terjadi di regio precore, core promoter (Yuan et al., 2007) I. E. Manfaat Penelitian 1. Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui besar pengaruh mutasi G1896A pada regio precore VHB terhadap progresi penyakit hati tahap lanjut. 2. Dalam kaitannya dalam ilmu pengetahuan, diharapkan penelitian ini dapat menjelaskan bagaimana mekanisme mutasi G1896A pada regio precore dapat berpengaruh terhadap progresi penyakit hati tahap lanjut. 3. Penelitian ini juga bertujuan untuk membantu klinisi dalam manajemen pasien sebagai marker prediktif
6 perjalanan penyakit infeksi VHB menuju penyakit tahap lanjut.