BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Gambar Subyek Penelitian SMP Negeri 2 Mojosongo berada di Jalan Nangka, Gumlan, Boyolali (Desa Kemiri, Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali) Jawa Tengah. Berdiri pada tanggal 16 Oktober 1978, sebagai SMP Negeri 2 Mojosongo. Kemudian pada tanggal 7 Maret 1997 berubah menjadi SMP Negeri 2 Mojosongo dan pada tanggal 25 Agustus 2008 berubah menjadi sekolah standar nasional. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 2 Mojosongo pada 4 kelas yaitu Kelas VIII A berjumlah 34 siswa, kelas VIII B berjumlah 34 siswa, kelas VIII C berjumlah 34 siswa, dan kelas VIII D berjumlah 36 siswa jadi keseluruhan terdapat 138 siswa yang akan diteliti. 2. Pelaksanaan Penelitian Sebelum penulis mengadakan penelitian di SMP Negeri 2 Mojosongo, terlebih dahulu mengajukan permohonan surat ijin penelitian dari Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Kemudian surat ijin penelitian tersebut diserahkan kepada Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Mojosongo pada tanggal 29 Maret 2011. Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Mojosongo menyetujui permohonan ijin dan memperbolehkan peneliti melakukan penelitian di SMP Negeri 2 Mojosongo. Penyebaran inventory memerlukan waktu lama karena terdapat siswa yang 43
tidak masuk sekolah, penyebaran inventory dilakukan satu-persatu dalam 4 kelas yaitu kelas VIII A sampai dengan kelas VIII D. Pelaksanaan pengumpulan data dimulai 7 April sampai 28 April 2011 dapat dilihat dari tabel 4.2 berikut ini Tabel 4.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data No Tanggal Hari Waktu Kelas 1 7 April 2011 Jumat 09.36 10.45 Kelas VIII A 2 14 April 2011 Jumat 09.36 10. 45 Kelas VIII B 3 21April 2011 Jumat 09.36 10. 45 Kelas VIII C 4 28 April 2011 Jumat 09.36 10. 45 Kelas VIII D Penulis membagikan inventory didampingi oleh guru BK. Peneliti memberikan penjelasan tentang cara-cara mengerjakan soal-soal inventory sesuai dengan petunjuk. Pada awal pengisian inventory peneliti memberikan penjelasan kepada siswa jika ada pertanyaan yang kurang jelas sehingga siswa dapat paham saat mengerjakan inventory. 3. Analisis Data 3.1 Analisis Deskriptif Hasil analisis diskriptif Kecerdasan Emosi (EI) dan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Matematika dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.2 Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation MATEMATIKA 138 30 92 62.82 13.523 KECERD.EMOSI 138 77 112 98.92 7.671 Valid N (listwise) 138 44
Dari tabel Descriptive Statistics, menunjukkan bahwa mean nilai matematika adalah 62.82 sedangkan mean kecerdasan emosi adalah 98.92. Std. Deviation pada matematika adalah 13.523 sedangkanstd. Deviation kecerdasan emosi adalah 7.671. Nilai minimum pada matematika adalah 30 sedangkan nilai minimum kecerdasan emosi adalah 77. Nilai maximum pada nilai matematika adalah 92 sedangkan nilai maximum pada kecerdasan emosi adalah 112 dengan jumlah sampel N adalah 138. 3.2 Analisis Frequencies Kecerdasan Emosi ( EI ) Statistics Kecerdasan Emosi N Valid 138 Missing 0 Mean 98.92 Median 99.00 Std. Deviation 7.671 Range 35 Minimum 77 Maximum 112 Dari tabel Statistics, menunjukkan bahwa mean kecerdasan emosi adalah 98.92. Std. Deviation kecerdasan emosi adalah 7.671. Nilai minimum kecerdasan emosi adalah 77. Nilai maximum pada kecerdasan emosi adalah 112 dengan jumlah sampel N adalah 138. Item kecerdasan emosi terdapat 31 item dengan kategori yang digunakan yaitu tinggi, sedang dan rendah. Analisis data Kecerdasan Emosi (EI) pada siswa SMP Negeri 2 Mojosongo di laporkan pada tabel 4.3 45
Tabel 4.3 Klasifikasi kecerdasan Emosi (EI) siswa kelas VII Kategori Rentang skor Frekuensi ( f ) Persen (%) Tinggi 112 100 66 47, 82% Sedang 99-92 48 34,78 % Rendah 91 77 24 17,39 % N 138 100% Dari tabel 4.4 Klasifikasi kecerdasan Emosi (EI) dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosi siswa pada kategori tinggi ada 66 anak dengan presentase 47,82%. Kecerdasan emosi siswa pada kategori sedang ada 48 anak dengan presentase 34,78%. Kecerdasan emosi pada kategori rendah ada 24 anak dengan presentase 17,39%. Tingkat rata rata 99 dengan standar devition 7,7. Dengan demikian sebagian besar kecerdasan emosi siswa SMP Negeri 2 Mojosongo berada pada kategori tinggi. 3.3 Analisis Frequencies Prestasi Belajar Matematika Tabel 4.4 Hasil Analisa Prestasi Belajar Matematika. Statistics Matematika N Valid 138 Missing 0 Mean 62.82 Median 60.00 Std. Deviation 13.523 Range 62 Minimum 30 Maximum 92 Dari tabel Statistics, menunjukkan bahwa mean matematika adalah 62.82. Std. Deviation matematika adalah 13.523. Nilai minimum 46
matematika adalah 30. Nilai maximum pada matematika adalah 92 dengan jumlah sampel N adalah 138. Untuk mengetahui tingkat prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika, akan dibuat kategori tinggi, sedang dan rendah yang diambil dari nilai KKM. Prestasi belajar matematika berdasarkan nilai KKM sebesar 60 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.4 Kategori Prestasi Belajar Matematika Kategori Interval Rentang skor Frekuensi ( f) Presentase (%) Tuntas 60 92-66 48 35 Belum tuntas < 60 65-30 90 65 Jumlah N 138 100% Berdasarkan tabel Kategori Prestasi Belajar Matematika dapat disimpulkan prestasi belajar matematika pada kategori tuntas ada 48 siswa, dengan presentase (35%). Siswa mempunyai prestasi belajar matematika diatas KKM 60. Sedang belajar prestasi belajar matematika pada kategori belum tuntas ada 90 siswa dengan presentase (65%). Tingkat rata rata 60 dengan standar devition 14. Dengan demikian dapat disimpulkan siswa SMP Negeri 2 Mojosongo Kabupaten Boyolali mempunyai prestasi belajar matematika dibawah KKM 60. 47
4. Analisis Korelasi Tabel 4.5 Correlations MATEMATIKA KECERD.EMOSI KECERD.EMOSI Pearson 1 -.189* Correlation Sig. (2-tailed)..026 N 138 138 MATEMATIKA Pearson -.189* 1 Correlation Sig. (2-tailed).026. N 138 138 *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Hasil analisa pada tabel 4.7 menggunakan korelasi Product Moment yang di olah dengan SPSS for windos 11.01. Hasil yang diperoleh dari penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang negatif signifikan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar matematika r xy = - 0,189 dan p = 0,026 (p < 0,05). Koefisien negatif, maka kedua variabel mempunyai hubungan terbalik. Artinya jika nilai variabel kecerdasan emosi (x) tinggi maka nilai variabel (y) prestasi belajar mata pelajaran matematika akan menjadi rendah. Begitu sebaliknya jika nilai variabel (x) kecerdasan emosi semakin rendah maka nilai variabel (y) prestasi belajar mata pelajaran matematika semakin tinggi. Dengan demikian Hipotesis Ha yang berbunyi ada hubungan ynag signifikan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar mata pelajaran matemtika diteorinya tetapi dengan arah hubungan negtif. 48
5. Pembahasan Berdasarkan data penelitian diatas dapat diperoleh hasil: Berdasarkan hasil klasifikasi distribusi kecerdasan emosi pada siswa SMP Negeri 2 Mojosongo diperoleh kecerdasan emosi yang dan kecerdasan emosinya tinggi ada 66 anak dengan presentase 47,82%. Sedangkan hasil klasifikasi distribusi prestasi belajar mata pelajaran matematika belum tuntas ada 90 siswa dengan presentase (65%). Klasifikasi kecerdasan Emosi (EI) dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosi siswa pada kategori tinggi ada 66 anak dengan presentase 47,82%. Kecerdasan emosi siswa pada kategori sedang ada 48 anak dengan presentase 34,78%. Kecerdasan emosi pada kategori rendah ada 24 anak dengan presentase 17,39%. Tingkat rata rata 99 dengan standar devition 7,7. Hasil nilai tersebut menunjukkan tingkat kecerdasan emosi siswa sebagian besar tinggi. Tingkat kecerdasan emosi yang tinggi perlu mendapatkan pihak sekolah, karena hal tersebut akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Perhitungan korelasi r xy = - 0,189 dengan nilai p = 0,026 maka hubungan tersebut dinyatakan sebagai korelasi sempurna artinya kecerdasan emosi mempengaruhi prestasi belajar mata pelajaran matematika secara sempurna. Perubahan kecerdasan emosi diikuti oleh perubahan prestasi belajar secara teratur dengan arah atau gerak berlawanan. Kenaikan nilai kecerdasan emosi selalu diikuti turunnya prestasi belajar mata pelajaran matematika dan sebaliknya turunnya nilai kecerdasan emosi selalu diikuti naiknya prestasi 49
belajar. Jika Korelasi positif adalah korelasi atau hubungan jika kenaikan kecerdasan emosi (EI) diikuti pula dengan kenaikan kecerdasan emosi (EI) dan sebaliknya penurunan kecerdasan emosi (EI) diikuti dengan penurunan kecerdasan emosi (EI). Karena korelasi yang diperoleh negatif, maka kedua variabel mempunyai hubungan terbalik. Artinya jika nilai kecerdasan emosi tinggi maka nilai prestasi belajar mata pelajaran matematika akan menjadi rendah. Begitu sebaliknya jika nilai kecerdasan emosi semakin rendah maka nilai prestasi belajar mata pelajaran matematika tinggi. Hubungan negatif yang signifikan antara kecerdasan emosi (EI) dengan kecerdasan emosi (EI) menghasilkan korelasi negatif yang ditunjukkan oleh tanda negatif di depan koefisien korelasi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dikaji bahwa prestasi belajar matemtika siswa tidak dipengaruhi oleh faktor kecerdasan emosi namun oleh faktor yang lain seperti Faktor Intern yaitu Kecerdasan atau intelegensi, Bakat, Minat, motivasi. Faktor Ekstern yaitu Keadaan Keluarga, Keadaan Sekolah, Lingkungan Masyarakat. 50