BAB 2 LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

Pengukuran Waktu kerja Metode (Methods Time Measurement)

PENGUKURAN WAKTU TIDAK LANGSUNG DATA WAKTU GERAKAN

Method Time Measurement (MTM-1) Nurjannah

Pengukuran Kerja Tidak Langsung (Predetermined Motion-Time System)

BAB 2 LANDASAN TEORI

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI ACARA 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI

PENGUKURAN WAKTU KERJA: METODE PENGUKURAN TIDAK LANGSUNG. Amalia, S.T., M.T.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. practicum apk industrial engineering Latar Belakang

MODUL 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA (MICROMOTION STUDY)

ERGONOMI & APK - I KULIAH 3: STUDI & EKONOMI GERAKAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peta kerja atau biasa disebut Peta Proses (process chart) merupakan alat

BAB 2 LANDASAN TEORI

MODUL PRAKTIKUM ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJA

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB II LANDASAN TEORI

(Studi Gerakan Mikro)

DAFTAR ISI. Kata Pengantar dan Ucapan Terima Kasih Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Lampiran

Perhitungan Waktu Baku Menggunakan Motion And Time Study

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL MICROMOTION AND TIME STUDY

BAB II LANDASAN TEORI

ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 1

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALISA USULAN PERBAIKAN GERAKAN OPERATOR PADA LINE INJECTION DI PT. XYZ MENGGUNAKAN METODE MTM-1 (Basic Methods Time Measurement)

BAB II LANDASAN TEORI

Predetermined Motion Time System (PMTS)


6.MICROMOTION AND TIME STUDY

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENGUKURAN WAKTU. Nurjannah

BAB II LANDASAN TEORI

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA

III. TINJAUAN PUSTAKA

By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN WAKTU KERJA: METODE PENGUKURAN LANGSUNG

PENYESUAIAN DAN KELONGGARAN TEKNIK TATA CARA KERJA II

STUDY 07/01/2013 MOTION STUDY DAPAT DILAKUKAN DG: SEJARAH MUNCULNYA MOTION DEFINISI : 2. MEMOMOTION STUDY LANGKAH-LANGKAH MICROMOTION

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN KERJA: METODE PENGUKURAN LANGSUNG

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJA METODE DASAR PENGUKURAN WAKTU (METHOD TIME MEASUREMENT- 1)

BAB III LANDASAN TEORI. pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI

Pengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement)

Analisis Efisiensi Operator Pemanis CTP dengan Westing House System s Rating

Tabel 2.4 Penyesuaian menurut Westinghouse

BAB I PENDAHULUAN. Johanes Susanto / Page 1

BAB II LANDASAN TEORI

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJA METODE DASAR PENGUKURAN WAKTU (METHOD TIME MEASUREMENT- 1)

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA. tutorial 9. micromotion study

STUDI DAN EKONOMI GERAKAN. Amalia, S.T., M.T.

Seminar Nasional IENACO 2015 ISSN

Manajemen Operasi. Modul Final Semester MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Studi Gerak dan Waktu Studi gerak dan waktu terdiri atas dua elemen penting, yaitu studi waktu dan studi gerakan.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Berikut ini adalah diagram alir yang digunakan dalam penyelesaian studi kasus ini: Mulai

MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 1 ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA (MOTION AND WORK MEASUREMENT)

practicum apk industrial engineering 2012

BAB 2 LANDASAN TEORI

WORK SAMPLING STUDI KASUS PEKERJAAN BERTENDER PADA SEBUAH CAFE TUTI SARMA SINAGA ST MEILITA TRYANA SEMBIRING, ST

TUGAS AKHIR PENERAPAN METODE LINE BALANCING UNTUK MERENCANAKAN KESEIMBANGAN LINE PRODUKSI PADA LINE SEWING 10 PADA PERAKITAN SEPATU NIKE

BAB 2 LANDASAN TEORI

Apa itu MTM-2 dan MTM-3? MTM-2 dan MTM-3. Keuntungan pemakaian MTM-2 & MTM-3 dibandingkan MTM-1. Siapa yang layak menggunakan

Rancang Bangun Aplikasi Perhitungan Predetermined Time System (Waktu Standar Tidak Langsung) Dengan Metode Brainstorming

MODUL PRAKTIKUM ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJA TIM PENYUSUN: ASISTEN LABORATORIUM

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PETA PETA KERJA. Nurjannah

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

GAMBARAN KESELURUHAN TEKNIK TATA CARA KERJA

BAB II LANDASAN TEORI

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

#9_WORK SAMPLING ANALISA DAN PENGUKURAN KERJA DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA

IMPLEMENTASI METODE WORK SAMPLING GUNA MENGUKUR PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DI CV.SINAR KROM SEMARANG

BAB II LANDASAN TEORI

By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN KERJA: FAKTOR PENYESUAIAN DAN ALLOWANCE

practicum apk industrial engineering 2012

PERANCANGAN SISTEM KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI UNTUK MENGURANGI BALANCE DELAY GUNA MENINGKATKAN OUTPUT PRODUKSI

PERTEMUAN #13 UJI PETIK PEKERJAAN (WORK SAMPLING) TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

BAB II LANDASAN TEORI

Lakukan Pekerjaanmu secara Efektif & Efisien

PENENTUAN WAKTU BAKU PRODUKSI KERUPUK RAMBAK IKAN LAUT SARI ENAK DI SUKOHARJO

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADA INDUSTRI KECIL PEMBUATAN KOTAK KARTON MELALUI PERBAIKAN DESAIN FASILITAS KERJA

PERENCANAAN JUMLAH OPERATOR PRODUKSI DENGAN METODE STUDI WAKTU (STUDI KASUS PADA INDUSTRI PENGOLAHAN PRODUK LAUT)

DAFTAR ISI. Halaman. viii

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

Analisa Penetapan Upah Tenaga Kerja Berdasarkan Waktu Standar di PT. Semen Tonasa

Seminar Nasional IENACO ISSN: APLIKASI METODE WORK SAMPLING UNTUK MENGHITUNG WAKTU BAKU DAN KAPASITAS PRODUKSI PADA INDUSTRI KERAMIK

BAB II LANDASAN TEORI...

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Waktu kerja Pengukuran waktu kerja adalah metode penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Berikut adalah pengukuran-pengukuran yang terdapat didalam pengukuran waktu kerja. (Studi Gerak dan Waktu, 1995, P169) 2.1.1 Pengukuran Waktu Kerja Secara Langsung Pengukuran waktu kerja secara langsung merupakan pengukuran waktu kerja yang dilakukan secara langsung yaitu ditempat pengamatan pekerjaan yang diamati. (Sritomo, 1995, P170) Pada pengukuran kerja langsung dimana setiap aktivitas yang dilakukan sesuai dengan lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Pengukuran ini dapat dengan mengunakan jam henti (stopwatch time study) atau dengan mengunakan sampling kerja (work sampling). Disini waktu yang dihasilkan tentu saja akan menghasilkan sebuah data yang tentunya dapat dimanfaatkan untuk operasi kerja lainnya. Hal ini tentunya dipertimbangkan sebagai langkah yang tidak efisien, karena bagaimanapun berbagai macam pekerjaan / operasi akan memiliki elemen-

9 elemen kerja yang tidak sama. Berikut dibawah ini akan dibahas secara singkat kedua metode pengukuran waktu kerja secara langsung ini. 2.1.1.1 Pengukuran waktu kerja dengan jam henti (Stop Watch) Metode ini dilakukan untuk pekerjaan yang berlangsung singkat dan berulang-ulang (repetitive) dimana pengukurannya dilakukan dengan alat ukur yang disebut jam henti atau stop watch. (Studi gerak dan waktu, 1995, P171) Pengukuran kerja ini pertama kali diperkenalkan oleh Federick W. Taylor pada abad ke 19. Dari hasil pengukuran yang dilakukan dengan metode ini maka akan diperoleh waktu baku yang diperlukan untuk menyelesaikan satu siklus pekerjaan, dan dapat juga digunakan sebagai satu standar waktu untuk pekerja lain yang menyelesaikan pekerjaan yang sama. (Studi gerak dan waktu, 1995, P171) Aktivitas pengukuran kerja dengan jam henti ini umumnya diaplikasikan pada industri manufaktur yang memiliki karakteristik kerja yang berulang-ulang, terspesifikasi jelas, dan menghasilkan output yang relatif sama. Meskipun demikian aktivitas ini bisa juga diaplikasikan untuk pekerjaan-pekerjaan non-manufakturing seperti yang bisa ditemui dalam aktivitas kantor gudang atau jasa pelayanan lainnya asalkan memiliki kriteria-kriteria seperti :

10 Pekerjaan tersebut harus dilaksanakan secara repetitive dan uniform. Isi / macam pekerjaan itu harus homogen. Hasil kerja (output) harus dapat dihitung secara kuantitatif baik secara keseluruhan ataupun untuk tiap-tiap elemen kerja yang berlangsung. Pekerjaan tersebut cukup banyak dilaksanakan dan teratur sifatnya sehingga akan memadai untuk diukur dan dihitung waktu bakunya. Pengukuran kerja dengan jam henti ini merupakan cara pengukuran yang obyektif karena disini waktu ditetapkan berdasarkan fakta yang terjadi dan tidak hanya sekedar diestimasi secara subyektif. Disini juga akan berlaku asumsi-asumsi dasar sebagai berikut : Metode dan fasilitas untuk menyelesaikan pekerjaan harus sama dan dibakukan terlebih dahulu sebelum kita mengaplikasikan waktu baku ini untuk pekerjaan yang serupa. Operator harus memahami benar prosedur dan metode pelaksanaan kerja sebelum dilakukan pengukuran kerja.

11 Operator-operator yang akan dibebani dengan waktu baku ini diasumsikan memiliki tingkat ketrampilan dan kemampuan yang sama dan sesuai untuk pekerjaan tersebut. Untuk ini persyaratan mutlak pada waktu memilih operator yang akan dianalisa waktu kerjanya benar-benar memiliki tingkat kemampuan yang rata-rata. Kondisi lingkungan fisik pekerjaan juga relative tidak jauh berbeda dengan kondisi fisik pada saat pengukuran kerja dilakukan. Performance kerja mampu dikendalikan pada tingkat yang sesuai dengan seluruh periode kerja yang ada. 2.1.1.2 Pengukuran Waktu Kerja Dengan Metode Sampling Kerja (Work Sampling) Pengukuran ini dilakukan dengan mengadakan sejumlah besar pengamatan terhadap aktivitas kerja dari mesin, operator, maupun proses. Metode ini diperkenalkan pertama kali oleh LHC Tippett dalam aktivitas penelitian industri tekstil. Secara umum metode ini dapat digunakan untuk mengukur ratio delay, menetapkan performance level, dan menentukan waktu baku suatu proses atau operasi. ( Sritomo,1995, P207 )

12 2.1.2 Pengukuran Waktu Kerja Secara Tidak langsung Pengukuran kerja tidak langsung adalah penetapan waktu baku suatu pekerjaan yang dapat dilakukan meskipun pekerjaan itu sendiri belum dilaksanakan. Sehingga di sini kita dapat memperkirakan berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya. Dan aktivitas yang dilakukan hanya dengan melakukan perhitungan waktu kerja dengan membaca tabel-tabel waktu yang tersedia hanya dengan mengetahui urutan-urutan pekerjaan yang ada, cara ini bisa dilakukan dalam aktivitas data waktu baku (standard data) dan data waktu gerakan (predetermined time system).( Studi Gerak dan Waktu, 1995, P232 ). Berikut ini akan dijelaskan beberapa macam metode yang dapat digunakan dalam pengukuran waktu kerja secara tidak langsung. 2.1.2.1 Pengukuran Waktu Kerja Dengan Sistem Faktor Kerja (Work Factor System) Sistem Faktor kerja merupakan salah satu sistem dari Predetermined Time System yang paling awal dan sering digunakan. Sistem pengukuran ini menggunakan data waktu gerakan yang telah ditetapkan. (Studi Gerak dan Waktu, 1995, P245)

13 Berikut ini adalah hal-hal yang penting dalam sistem faktor kerja. A. Variabel Utama dari Sistem Faktor Kerja Ada empat variable utama yang akan mempengaruhi waktu untuk melaksanakan gerakan-gerakan kerja secara manual, yaitu : Anggota tubuh yang digunakan 1. Jari atau telapak tangan 2. Lengan (Arm) 3. Putaran Lengan ( Forearm swiveal ) 4. Badan Bagian Atas ( Trunk ) 5. Telapak Kaki ( Foot ) 6. Kaki ( Leg ) Jarak yang harus ditempuh Yang dimaksud dengan jarak disini adalah jarak lurus antar titik dimulainya gerakan sampai saat gerakan tersebut berhenti. Kontrol manual yang Diperlukan Kontrol manual terhadap suatu gerakan akan mempengaruhi lamanya gerakan tersebut terjadi. Semakin besar kontrol manual diperlukan, maka semakin besar pula waktu yang dibutuhkan.

14 Besarnya kontrol manual ditentukan oleh beberapa faktor dibawah ini. 1.Keadaan Perhentian yang Pasti ( Definite Stop ) Jika letak perhentian suatu gerakan merupakan tempat yang pasti maka perhentian ini disebut Definite Stop. 2.Pengarahan ( Steering ) Jika letak perhentian suatu gerakan merupakan tempat yang pasti, maka perhentian ini memerlukan pengarahan. Pengarahan sering terjadi secara bersamaan dengan perhentian yang pasti. 3.Kehati-hatian ( Precaution ) Gerakan yang pengerjaannya memerlukan kehati-hatian misalnya untuk menghindari atau kontrol lain maka kehatihatian ada terkandung didalamnya. 4.Perubahan Arah Gerak ( Change Direction ) Perubahan arah gerak adalah faktor yang tersangkut apabila didalam suatu gerakan terjadi perubahan arah yang cukup signifikan. Berat atau tahanan

15 B. Tabel Data Waktu Gerakan Untuk Faktor Kerja (The Work Factor Motion Time Table) Data waktu gerakan menurut faktor kerja dapat dilihat dalam tabel. Tabel waktu gerakan faktor kerja mencantumkan waktu-waktu gerakan menurut anggota badan yang menggerakkannya. Disini faktor-faktor kerja yang tidak terkait tidak diperhatikan macamnya melainkan ditinjau dari segi banyaknya. Jadi bukan faktor kerja mana yang akan berpengaruh tapi berapa banyak faktor kerja yang terkandung didalamnya. (Studi Gerak dan Waktu, 1995, P247) Pada Work Factor System, suatu pekerjaan dibagi atas elemenelemen gerakan standar kerja seperti dibawah ini : Transport atau Reach and Move ( TRP ) Grasp (GR) Pre- Position ( PP ) Assemble ( ASY ) Use ( manual, process or machine time ) - ( US ) Disassemble ( DSY ) Mental Process ( MP ) Release ( RL )

16 Kemudian simbol-simbol ini akan dipergunakan untuk menunjukkan anggota tubuh mana yang dipergunakan. Berikut adalah tabel faktor faktor kerja yang distandarkan. Tabel 2.1 Anggota tubuh dan Faktor Kerja dalam Work Factor Anggota tubuh Simbol Faktor kerja Simbol Finger F Weight of resistance W Hand H Directional Control S Arm A Steer S ForeArm FS Care ( Precaution ) P Trunk T Change Direction U Foot FT Define Stop D Leg L Head Turn HT

17 Dan berikut dibawah ini adalah table Work Factor Motion Time : Tabel 2.2 Work Factor Motion time table Distance Work Factor Distance Work Factor Moved Basic 1 2 3 4 Moved Basic 1 2 3 4 (A) Arm - Measured at knucles (L) Leg - Measured at ankle 1" 18 26 34 40 46 1" 21 30 39 46 53 2" 20 29 37 44 50 2" 23 33 42 51 58 3" 22 32 41 50 57 3" 26 37 48 57 65 4" 26 38 48 58 66 4" 30 43 55 66 76 5" 29 43 55 65 75 5" 34 49 63 75 86 6" 32 47 60 72 83 6" 37 54 69 83 95 7" 35 51 65 78 90 7" 40 59 75 90 103 8" 38 54 70 84 96 8" 43 63 80 96 110 9" 40 58 74 89 102 9" 46 66 85 102 117 10" 42 61 78 93 107 10" 48 70 89 107 123 11" 44 63 81 98 112 11" 50 72 94 112 129 12" 46 65 85 102 117 12" 52 75 97 117 134 13" 47 67 88 105 121 13" 54 77 101 121 139 14" 49 69 90 109 125 14" 56 80 103 125 144 15" 51 71 92 113 129 15" 58 82 106 130 149 16" 52 73 94 115 133 16" 60 84 108 133 153 17" 54 75 96 118 137 17" 62 86 111 135 158 18" 55 76 98 120 140 18" 63 88 113 137 161 19" 56 78 100 122 142 19" 65 90 115 140 164 20" 58 80 102 124 144 20" 67 92 117 142 166 22" 61 83 106 128 148 22" 70 96 121 147 171 24" 63 86 109 131 152 24" 73 99 126 121 175 26" 66 90 113 135 156 26" 75 103 130 122 176 28' 68 93 116 139 159 28' 78 107 134 126 183 30" 70 96 119 142 163 30" 81 110 137 130 187 35" 76 103 128 151 171 35" 87 118 147 143 197 40" 81 109 35 159 179 40" 93 126 155 182 206 weight 2 7 13 20 UP weight 8 42 UP - - Male in 1 3,5 6,5 10 UP Male in 4 21 UP - - Lbs Fem. Lbs Fem.

18 Tabel 2.2 Work Factor Motion time table ( Lanjutan ) (T) Trunk- Measured at shoulder (F,H) Finger Hand-Measured at Finger Tip 1" 26 38 49 58 67 1" 16 23 29 35 40 2" 29 42 53 64 73 2" 17 25 32 38 44 3" 32 47 60 72 82 3" 19 28 36 43 49 4" 38 55 70 84 96 4" 23 33 42 50 58 5" 43 62 79 95 109 Weight Male 2/3 2 1/2 4 UP - 6" 47 68 87 105 120 in Lbs. Fem 1/3 2 1/4 4 UP - 7" 51 74 95 114 130 8" 54 79 101 121 139 (FT) Foot-Measured at Toe 9" 58 84 107 128 147 1" 20 29 37 44 51 10" 61 86 113 135 155 2" 22 32 40 48 55 3" 24 35 45 55 63 11" 63 91 118 141 162 4" 29 41 53 64 73 12" 66 94 123 147 169 Weight Male 5 22 UP - - 13" 68 97 127 153 175 in Lbs. Fem 2 1/2 11 UP - - 14" 71 100 130 158 182 15" 73 103 133 163 188 (FS) ForeArm Swivel-Measured at knuckles 45 17 22 28 32 37 16" 75 105 136 167 193 90 23 30 37 43 49 17" 78 108 139 170 199 135 28 36 44 52 58 18" 80 111 142 173 203 180 31 40 49 57 65 19" 82 113 145 176 206 20" 84 116 148 179 209 Weight Male 11 58 UP - - Torque Male 3 13 UP - - in Lbs. Fem 51/2 29 UP - - Lbs.Ind.Fem 1 1/2 6 1/2 UP - -

19 2.1.2.2 Pengukuran Waktu kerja dengan Menggunakan Metode Pengukuran Waktu ( Methods-Time Measurement ) MTM adalah suatu sistem penetapan awal waktu baku (predetermined time standard) yang dikembangkan berdasarkan studi gambar gerakan gerakan kerja dari suatu operasi kerja industri yang direkam dalam film. ( Studi Gerak dan Waktu, 1995, P251 ) Pengukuran waktu dengan metode MTM ini dilakukan dengan cara membagi gerakan-gerakan kerja atas elemen-elemen gerakan menjangkau (reach), mengangkut (move), memutar (turn), memegang (grasp), mengarahkan (position), melepas (release), melepas rakit (dis-assemble), gerakan mata (eye movement), dan gerakan anggota badan lainnya. Elemen elemen gerakan itu sendiri akan ditentukan berdasarkan kelas-kelas yang sesuai dengan kondisi pada saat operator bekerja atau melakukan gerakan. ( Studi Gerak dan Waktu, 1995, P251 ) Gerakan - gerakan dasar pada pengukuran waktu dengan MTM Menjangkau (Reach) Menjangkau adalah elemen gerakan dasar yang digunakan bila maksud utama gerakan adalah untuk memindahkan tangan atau jari ke suatu tempat tujuan tertentu.

20 Waktu yang dibutuhkan untuk gerakan menjangkau ini bervariasi dan tergantung pada faktor-faktor seperti keadaan / kondisi tujuan, panjang gerakan dan macam gerak jangkauan yang dilakukan. Disini ada lima macam kelas menjangkau yang mana waktu untuk melaksanakan masing-masing gerakan menjangkau tersebut akan dipengaruhi oleh keadaan obyek yang akan dijangkau. Ke lima kelas itu adalah : Menjangkau kelas A : Adalah gerakan menjangkau ke arah suatu tempat yang pasti, atau ke suatu obyek di tangan lain. Menjangkau kelas B : Adalah gerakan menjangkau ke arah suatu sasaran yang tempatnya berada pada jarak kira-kira tapi tertentu dan diketahui lokasinya. Menjangkau kelas C : Adalah gerakan menjangkau ke arah suatu obyek yang bercampur aduk dengan banyak obyek lain. Menjangkau kelas D : Adalah gerakan menjangkau ke arah suatu obyek yang kecil sehingga diperlukan suatu alat pemegang khusus.

21 Menjangkau kelas E : Adalah gerakan menjangkau ke arah suatu sasaran yang tempatnya tidak pasti. Mengangkut (Move) Mengangkut adalah elemen gerakan dasar yang dilaksanakan dengan maksud utama untuk membawa suatu objek dari satu lokasi ke lokasi tujuan tertentu. Disini ada tiga kelas mengangkut, yaitu : Mengangkut kelas A : Adalah bila gerakan mengangkut merupakan pemindahan obyek dari satu tangan ketangan yang lain atau berhenti karena suatu sebab. Mengangkut kelas B : Adalah bila gerakan mengangkut merupakan pemindahan obyek ke suatu sasaran yang letaknya tidak pasti atau mendekati. Mengangkut kelas C : Adalah bila gerakan mengangkut merupakan pemindahan obyek ke suatu sasaran yang letaknya sudah tetap atau tertentu.

22 Memutar (Turn) Memutar adalah gerakan yang dilakukan untuk memutar tangan baik dalam keadaan kosong atau membawa beban beban. Gerakan disini berputar pada tangan, pergelangan, dan lengan sepanjang sumbu lengan tangan yang ada. Waktu dibutuhkan untuk memutar akan tergantung pada dua variabel yaitu derajat putaran dan faktor berat yang harus dipikul. Menekan (Apply Pressure) Siklus waktu penuh komponen gerakan berkaitan dengan gerakangerakan lainnya. Memegang (Grasp) Memegang adalah elemen gerakan dasar yang dilakukan dengan tujuan utama untuk menguasai / mengontrol sebuah atau beberapa obyek baik dengan jari-jari maupun tangan untuk memungkinkan melaksanakan gerakan dasar berikutnya. Diantara hal-hal yang mempengaruhinya lamanya gerakan ini adalah mudah / sulitnya obyek dipegang, bercampur tidaknya obyek dengan obyek lain, bentuk obyek dan lain-lain.

23 Mengarahkan (Position) Mengarahkan adalah elemen gerakan dasar yang dilaksanakan untuk menggabungkan, mengarahkan, atau memasangkan satu obyek dengan obyek lainnya. Gerakan yang ada disini cukup sederhana sehingga tidak diklasifikasikan seperti elemen-elemen gerakan dasar yang lain. Waktu untuk gerakan mengarahkan dipengaruhi oleh derajat kesesuaian, bentuk simetris, dan kemudahan untuk ditangani (handling). Melepas (Release) Melepas adalah elemen gerakan dasar untuk membebaskan kontrol atas suatu obyek oleh jari atau tangan. Ada dua klasifikasi gerakan melepas ialah gerakan melepas normal (normal release) yaitu secara sederhana jari-jari tangan bergerak membuka dan yang kedua adalah gerakan melepas sentuhan (contact release) yaitu dimulai dan diselesaikan penuh sesaat elemen gerakan menjangkau (reach) dimulai tanpa ada waktu idle sesaat pun. Biasanya gerakan melepas tidak membutuhkan waktu untuk melaksanakannya terkecuali bila gerakannya terpisah dengan gerakan lainnya.

24 Melepas Rakit (Disassemble atau Disengage) Lepas rakit adalah elemen gerakan dasar yang digunakan untuk memisahkan kontak antara satu obyek dengan obyek lainnya. Hal ini termasuk gerakan memaksa yang dipengaruhi oleh mudah atau tidaknya pada saat gerak lepas rakit dilaksanakan oleh mudah atau tidaknya obyek dipegang. Waktu yang dibutuhkan untuk gerakan lepas rakit akan dipengaruhi oleh tiga variable seperti tingkat hubungan / sambungan dari obyek-obyek yang akan dipisahkan, kemudian didalam proses handling, faktor kehatihatian yang perlu dipertimbangkan. Gerakan Mata (Eye Times) Pada bagian besar aktivitas kerja, waktu yang dibutuhkan untuk menggerakkan dan memfokuskan mata bukanlah merupakan faktor-faktor yang menghambat sehingga konsekuensinya hal ini ini tidak akan mempengaruhi waktu untuk melaksanakan operasi kerja itu sendiri, terkecuali gerakan-gerakan mata yaitu eye focus time dan eye travel time. Eye focus time akan memerlukan waktu untuk melakukan gerakan focus pada suatu obyek pada suatu obyek dan melihatnya untuk waktu yang cukup lama guna menentukan karakteristik-karakteristik dari obyek tersebut

25 Selanjutnya eye travel time ( gerak perpindahan mata ) dipengaruhi oleh jarak diantara obyek-obyek yang harus dilihat dengan jalan menggerakan mata. Gerakan Anggota Badan, kaki, dan telapak kaki (Body, Leg, Foot) Gerakan-gerakan anggota badan lainnya adalah gerakan kaki, telapak kaki, serta bagian-bagian tubuh lainnya seperti lutut, pinggang dan lainnya. Berikut ini adalah tabel-tabel data untuk aplikasi MTM :

26 Tabel 2.3 Data Aplikasi MTM

Tabel 2.3 Data Aplikasi MTM (Lanjutan) 27

Tabel 2.3 Data Aplikasi MTM (Lanjutan) 28

29 2.1.3 Kelonggaran ( Allowance ) Penyesuaian dan kelonggaran diperlukan dalam menentukan waktu kerja karena dalam pekerjaan sering terjadi ketidak wajaran kerja yang ditujukan operator. (Sutaklaksana, 1979, P138) - Penyesuaian dilakukan dengan mengalihkan waktu siklus rata-rata atau waktu elemen rata-rata dengan suatu harga p yang disebut faktor penyesuaian. Tujuan dari penyesuaian adalah menormalkan waktu proses operasi agar waktu penyelesaian proses operasi tidak terlalu singkat atau tidak terlalu panjang. Terdapat 3 bahasan dalam penyesuaian : o P > 1 jika pengukur menganggap bahwa pekerja bekerja terlalu cepat (diatas normal). o P = 1 jika pengukur menganggap pekerja bekerja normal. o P < 1 jika pengukur menganggap bahwa pekerja bekerja terlalu lambat (dibawah normal) Metode yang sering digunakan untuk menentukan faktor kelonggaran adalah metode Westinghouse. Kriteria penilaian akan faktor penyesuaian dalam metode Washinghouse ditentukan oleh 4 faktor yaitu : Keterampilan Usaha Konsistensi Kondisi kerja

30 - Kelonggaran merupakan suatu faktor yang harus diberikan kepada pekerja, karena seorang pekerja tidak mungkin bekerja sepanjang waktu tanpa adanya beberapa interupsi untuk kebutuhan personalnya. Faktor kelonggaran ini merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan agar pekerja dapat optimal dalam performansi bekerja. Kelonggaran yang diberikan mencakup dalam 3 hal yaitu : Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi yang dimaksud dalam suatu sistem kerja adalah hal-hal seperti ke kamar kecil, minum, berbicara dan lain-lain. Kelonggaran ini sangat dibutuhkan oleh pekerja untuk mendukung kondisi tubuhnya, karena itu faktor kelonggaran haruslah diperhatikan oleh perusahaan kepada pekerjanya agar produktivitasnya dapat berlangsung dengan baik. Berdasarkan hasil penelitian, ternyata besarnya kelonggaran bagi pekerja pria berbeda dengan pekerja wanita. Misalnya, untuk pekerjaan ringan pada kondisi kerja normal pria memerlukan 2-2.5% dan wanita 5%.

31 Kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatique Kelonggaran untuk rasa fatique sangatlah penting untuk diperhatikan dalam suatu proses produksi, karena apabila rasa kelelahan ini terus-menerus diforsir oleh pekerja, maka hasil atau kualitas dari produk tidaklah baik. Jadi dalam suatu sistem kerja, suatu laju produksi turut dipengaruhi oleh faktor kelonggaran dari pekerja, karena apabila pekerja sudah mencapai titik kelelahan maka ia akan memperlambat laju pekerjaannya. Kelonggaran untuk hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan Dalam melaksanakan pekerjaan, pekerja tidak akan lepas dari berbagai hambatan. Beberapa contoh yang termasuk dalam hambatan tak terhindarkan adalah menerima atau meminta petunjuk pada pengawas, melakukan penyesuaian-penyesuaian mesin, mengambil alat-alat khusus dari gudang, hambatanhambatan karena kesalahan pemakaian alat ataupun bahan. Berikut ini adalah tabel-tabel yang dipergunakan dalam hal kelonggaran dan penyesuaian.