HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang

PELAKSANAAN PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) merupakan jagung yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGUJIAN PERTUMBUHAN TIGA GENOTIPE PEPAYA HIBRIDA (Carica papaya L.)

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi

I. PENDAHULUAN. secara signifikan. Melalui proses seleksi tanaman yang diikuti dengan penyilangan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Kuadrat Nilai Tengah Gabungan untuk Variabel Vegetatif dan Generatif

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

BAHAN DAN METODE. Galur Cabai Besar. Pembentukan Populasi F1, F1R, F2, BCP1 dan BCP2 (Hibridisasi / Persilangan Biparental) Analisis Data

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Data persentase hidup (%) bibit A. marina dengan intensitas naungan pada pengamatan 1 sampai 13 Minggu Setelah Tanam (MST)

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kacang Hijau Varietas Vima 1

melakukan inokulasi langsung pada buah pepaya selanjutnya mengamati karakter yang berhubungan dengan ketahanan, diantaranya masa inkubasi, diameter

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

PEUBAH PERTUMBUHAN KUALITATIF. Bentuk Ujung Daun Pertama, Bentuk Batang, dan Warna Batang

Lampiran 1. Deskripsi Varietas TM 999 F1. mulai panen 90 hari

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Pemuliaan Jagung Hibrida

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Hasil analisis ragam dan analisis regressi metode deteriorasi alami dan metode pengusangan cepat metanol

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

HASIL DA PEMBAHASA. Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai

I. PENDAHULUAN. Pemuliaan tanaman adalah suatu metode yang secara sistematik merakit

Kebutuhan pupuk kandang perpolibag = Kebutuhan Pupuk Kandang/polibag = 2000 kg /ha. 10 kg kg /ha. 2 kg =

I. PENDAHULUAN. Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai ton. Namun,

HASIL DAN PEMBAHASAN

( 2 ) untuk derajat kecocokan nisbah segregasi pada setiap generasi silang balik dan

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2007), benih padi hibrida secara

Siti Noorrohmah, Sobir, Sriani Sujiprihati 1)

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara morfologi tanaman jagung manis merupakan tanaman berumah satu

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L]. Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Percobaan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki

HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PEMULIAAN TANAMAN MENYERBUK SENDIRI

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

I. PENDAHULUAN. Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil

gabah bernas. Ketinggian tempat berkorelasi negatif dengan karakter jumlah gabah bernas. Karakter panjang daun bendera sangat dipengaruhi oleh

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian

Blok I Blok II Blok III. c 3 P 0 V 1 P 1 V 5 P 0 V 1 P 1

PARAMETER GENETIK (Ragam, Heritabilitas, dan korelasi) Arya Widura R., SP., MSi PS. Agroekoteknologi Universitas Trilogi

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi

HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dari tabel sidik ragam parameter tinggi tanaman menunjukkan beda. nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 % (lampiran 8) Hasil rerata tinggi tanaman

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai sumber utama protein nabati. Kontribusi kedelai sangat

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Percobaan

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Permintaan akan tanaman hias di Indonesia semakin berkembang sejalan

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Pepaya

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman

V. KACANG HIJAU. 36 Laporan Tahun 2015 Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Parameter. (cm) (hari) 1 6 0, , , Jumlah = 27 0, Rata-rata = 9 0,

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Studi Fenologi Pembungaan

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data Iklim Lahan Penelitian, Kelembaban Udara (%)

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

Transkripsi:

17 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kualitatif Karakter kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah warna petiol dan penampilan daun. Kedua karakter ini merupakan karakter yang secara kualitatif berbeda sehingga mudah dikelompokkan dan memiliki ciri khas tersendiri atau penampilannya cenderung tetap walaupun berada dalam lingkungan yang berbeda. Karakter-karakter ini dikendalikan oleh gen-gen yang mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap penampilan (gen mayor), sehingga pengaruh lingkungan terhadap karakter tersebut kecil. Penentuan warna petiol tiap genotipe diambil dari daun kesepuluh yang dihitung dari ujung batang agar lebih mudah dan seragam karena dalam satu tanaman warna petiolnya tidak sama tergantung kemasakan daun, semakin masak atau tua daun maka warna petiol akan semakin merah keunguan. Deskripsi karakter warna petiol enam genotipe pepaya yang diuji disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Deskripsi Karakter Warna Petiol pada Fase Vegetatif Kode Warna Petiol IPB 1 CCCC00 IPB 3 CCCC66 IPB 9 CCFF33 IPB 9 x IPB 1 CCCC66 IPB 9 x IPB 3 CCFF00 IPB 3 x IPB 9 CCCC66 Tabel 1 menunjukkan bahwa tiga genotipe tetua yang diuji memiliki karakter warna petiol yang beragam. IPB 9 x IPB 1 memiliki warna yang sama dengan genotipe IPB 3 x IPB 9. Warna petiol dari genotipe IPB 9 x IPB 1 lebih mendekati warna petiol salah satu tetuanya yaitu genotipe IPB 1 dibandingkan dengan tetuanya yang lain yaitu genotipe IPB 9. Hal ini menunjukkan bahwa pada hasil persilangan antara genotipe IPB 9 dengan IPB 1, ekspresi warna petiol dari genotipe IPB 1 lebih dominan dibandingkan dengan ekspresi warna petiol genotipe IPB 9 pada genotipe IPB 9 x IPB 1 walaupun efek dominansi tidak bersifat penuh. IPB 9 x IPB 1 memiliki warna petiol yang lebih cerah dari warna petiol salah satu tetuanya yaitu genotipe IPB 1 tetapi

18 apabila dibandingkan dengan kedua tetuanya, genotipe IPB 9 x IPB 1 memiliki warna petiol yang berada diantara warna petiol genotipe IPB 9 dan IPB 1. Perbandingan warna petiol antara genotipe IPB 9 x IPB 1 dengan kedua tetuanya disajikan pada Gambar 1. IPB 9 IPB 9 x IPB 1 IPB 1 Gambar 1. Perbandingan Warna Petiol IPB 9 x IPB 1 dengan Kedua Tetuanya Warna petiol dari genotipe IPB 9 x IPB 3 lebih mendekati warna petiol salah satu tetuanya yaitu genotipe IPB 9 dibandingkan dengan tetuanya yang lain yaitu genotipe IPB 3. Hal ini menunjukkan bahwa pada hasil persilangan antara genotipe IPB 9 dengan IPB 3, ekspresi warna petiol dari genotipe IPB 9 lebih dominan dibandingkan dengan ekspresi warna petiol genotipe IPB 3 pada genotipe IPB 9 x IPB 3 walaupun efek dominansi tidak bersifat penuh. Perbandingan warna petiol antara genotipe IPB 9 x IPB 3 dengan kedua tetuanya disajikan pada Gambar 2. IPB 9 IPB 9 x IPB 3 IPB 3 Gambar 2. Perbandingan Warna Petiol IPB 9 x IPB 3 dengan Kedua Tetuanya IPB 9 x IPB 3 memiliki warna petiol yang lebih gelap dibandingkan dengan salah satu tetuanya yaitu genotipe IPB 9.

19 IPB 9 x IPB 3 memiliki warna petiol yang berada diantara warna petiol kedua tetuanya yaitu genotipe IPB 9 dan IPB 3. IPB 3 x IPB 9 memiliki warna yang sama dengan salah satu tetuanya yaitu genotipe IPB 3. Hal ini menunjukkan bahwa pada hasil persilangan antara genotipe IPB 3 dengan IPB 9, ekspresi warna petiol dari genotipe IPB 3 lebih dominan dibandingkan dengan ekspresi warna petiol genotipe IPB 9 pada genotipe IPB 3 x IPB 9 dan efek dominansinya bersifat penuh. Perbandingan warna petiol antara genotipe IPB 3 x IPB 9 dengan kedua tetuanya disajikan pada Gambar 3. IPB 3 IPB 3 x IPB 9 IPB 9 Gambar 3. Perbandingan Warna Petiol IPB 3 x IPB 9 dengan Kedua Tetuanya tetua IPB 9 mempunyai ciri khas tersendiri pada penampilan fenotipe daunnya yaitu memiliki daun bendera yang muncul pada titik pertemuan antara jari tengah tulang daun. Keragaan genotipe pepaya yang memiliki daun bendera disajikan pada Gambar 4. IPB 9 x IPB 1 IPB 9 IPB 9 x IPB 3 Gambar 4. Keragaan Daun Pepaya yang Memiliki Daun Bendera IPB 9 x IPB 1 dan genotipe IPB 9 x IPB 3 memiliki daun bendera yang mencirikan kesamaan dengan penampilan fenotipe salah satu tetuanya yaitu

20 IPB 9, sedangkan pada genotipe IPB 3 x IPB 9 tidak ditemukan adanya daun bendera. Hal ini menunjukkan bahwa ekspresi genotipe tetua IPB 9 lebih dominan pada genotipe IPB 9 x IPB 1 dan genotipe IPB 9 x IPB 3 dibandingkan dengan genotipe IPB 3 x IPB 9. Deskripsi Kuantitatif Rekapitulasi sidik ragam pada enam genotipe pepaya untuk peubah-peubah yang diamati disajikan pada Tabel 2. Hasil sidik ragam untuk semua karakter disajikan pada Lampiran 5-12. Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam untuk Semua Karakter Kuantitatif pada Minggu Saat Berbunga Pertama No. Peubah F-Hitung Peluang KK (%) 1 Tinggi tanaman 17.32 ** <.0001 19.23 2 Jumlah daun 1.78 tn 0.1653 12.58 3 Diameter batang 5.66 ** 0.0023 15.31 4 Panjang petiol 4.59 ** 0.0065 9.33 5 Panjang daun 4.16 * 0.0101 10.88 6 Lebar daun 5.01 ** 0.0043 9.25 7 Tinggi kedudukan bunga pertama 19.60 ** <.0001 17.34 8 Waktu berbunga pertama 8.70 ** 0.0002 5.64 Keterangan : ** berpengaruh sangat nyata, * berpengaruh nyata, tn tidak berpengaruh nyata Peubah Vegetatif Perkecambahan Pengamatan morfologi tanaman pepaya khususnya pada fase vegetatif dilakukan mulai dari saat benih pepaya mulai berkecambah hingga saat bunga pertama muncul. Ketiga genotipe tetua masing-masing merupakan benih tahun 2010, sedangkan ketiga genotipe hibrida masing-masing merupakan benih tahun 2007 (genotipe IPB 9 x IPB 1), tahun 2008 (genotipe IPB 9 x IPB 3), dan tahun 2006 (genotipe IPB 3 x IPB 9), yang merupakan benih koleksi Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB. Ketiga genotipe tetua memiliki persentase daya berkecambah masing-masing sebesar 37.5% (genotipe IPB 1), 69.88% (genotipe IPB 3), dan 41.81% (genotipe IPB 9) dari total benih yang ditanam yaitu sebanyak 192 benih. Ketiga genotipe hibrida masing-masing memiliki persentase

21 daya berkecambah sebesar 8.68% (genotipe IPB 9 x IPB 1), 14.76% (genotipe IPB 9 x IPB 3), dan 1.88% (genotipe IPB 3 x IPB 9) dari total benih yang ditanam yaitu sebanyak 192 benih. Persentase daya berkecambah benih pepaya hibrida tergolong rendah karena periode penyimpanan benih yang sudah lama yang mengakibatkan vigor daya simpan benih rendah. Hasil penelitian Sari et al. (2007) menunjukkan benih pepaya genotipe IPB 1 mengarah pada sifat ortodoks tetapi secara umum daya simpan benih pepaya tergolong relatif singkat dibandingkan dengan benih ortodoks lainnya. Hasil penelitian Wulandari (2008) juga menunjukkan benih pepaya genotipe IPB 9 menunjukkan sifat benih ortodoks. Perkecambahan tidak ikut diuji karena kondisi benih yang sudah lama dan umur benih yang tidak seragam. Penambahan jumlah bibit dengan umur dan genotipe yang sama dilakukan untuk mengantisipasi agar jumlah tanaman yang diamati tercukupi. Tinggi Tanaman Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tinggi tanaman semua genotipe tidak berbeda kecuali genotipe IPB 1 dengan IPB 3 x IPB 9 pada pengamatan terakhir di polybag yakni ketika bibit berumur 7 MST. Hasil analisis ragam enam genotipe pepaya untuk karakter tinggi tanaman disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Rata-rata Tinggi Tanaman Pepaya yang Diuji Tinggi Tanaman (cm) 7 MST 14 MST IPB 1 16.12 a 69.36 a IPB 3 13.95 ab 60.28 a IPB 9 13.99 ab 39.10 b IPB 9 x IPB 1 13.56 ab 47.59 b IPB 9 x IPB 3 13.98 ab 47.37 b IPB 3 x IPB 9 11.46 b 49.00 bc Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada perlakuan tunggal tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT taraf 5%. IPB 1 memiliki tinggi tanaman yang tidak berbeda dengan genotipe IPB 3 tetapi berbeda dengan genotipe IPB 9, IPB 9 x IPB 3, IPB 9 x IPB 1, dan IPB 3 x IPB 9 saat tanaman berumur 14 MST. Hasil pengamatan pada karakter tinggi tanaman saat berumur 14 MST menunjukkan bahwa genotipe IPB 1 memiliki penampilan lebih tinggi. yang memiliki

22 penampilan relatif lebih pendek adalah genotipe IPB 9. IPB 9 x IPB 3 memiliki penampilan lebih rendah dibandingkan dengan dua genotipe hibrida lain yaitu 47.37 cm tetapi nilainya tidak berbeda dengan genotipe IPB 9 x IPB 1 yang memiliki tinggi tanaman 47.59 cm. Hasil sidik ragam untuk karakter tinggi tanaman pada akhir pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 5. Hasil evaluasi pertumbuhan bibit pepaya pada karakter tinggi tinggi tanaman disajikan pada Gambar 5. 80 70 Rata-rata Tinggi Tanaman (cm) 60 50 40 30 20 10 IPB 1 IPB 3 IPB 9 IPB 9 x IPB 1 IPB 9 x IPB 3 IPB 3 x IPB 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Minggu Setelah Tanam Gambar 5. Peningkatan Tinggi Tanaman Enam Pepaya Grafik tersebut memperlihatkan bahwa mulai dari 8 MST, genotipe IPB 1 dan IPB 3 cenderung mengalami peningkatan tinggi bibit yang lebih tinggi dibandingkan dengan genotipe lain. Jumlah Daun Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa semua genotipe tidak berbeda pada jumlah daun pada pengamatan terakhir di polybag yakni ketika tanaman berumur 7 MST. IPB 1, IPB 3, dan IPB 9 x IPB 1 memiliki rata-rata jumlah daun yang tidak berbeda pada pengamatan terakhir di lapangan yakni ketika tanaman berumur 14 MST. IPB 3 juga memiliki rata-rata jumlah daun yang tidak berbeda dengan genotipe IPB 9 dan IPB 3 x IPB 9. Hasil analisis ragam enam genotipe pepaya untuk karakter jumlah daun disajikan pada Tabel 4. Hasil sidik ragam untuk karakter jumlah daun dapat dilihat pada Lampiran 6.

Tabel 4. Rata-rata Jumlah Daun Pepaya yang Diuji Jumlah Daun 7 MST 14 MST IPB1 11.72 22.92 ab IPB3 10.57 20.80 bc IPB9 9.73 19.53 c IPB 9 x IPB 1 10.47 24.62 a IPB 9 x IPB 3 10.14 21.77 abc IPB 3 x IPB 9 11.00 19.53 c Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada perlakuan tunggal tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT taraf 5%. Hasil evaluasi pertumbuhan bibit pepaya pada karakter jumlah daun disajikan pada Gambar 6. Grafik tersebut memperlihatkan terjadi penurunan rata-rata jumlah daun sekitar 5 hingga 8 MST. Penurunan ini terjadi karena iklim yang tidak menentu serta adanya serangan hama dan penyakit sehingga daun mengalami kerontokan. 30 23 25 Rata-rata Jumlah Daun 20 15 10 5 IPB 1 IPB 3 IPB 9 IPB 9 x IPB 1 IPB 9 x IPB 3 IPB 3 x IPB 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Minggu Setelah Tanam Gambar 6. Peningkatan Jumlah Daun Enam Pepaya Hama dan penyakit yang menyerang tanaman pepaya antara lain kutu putih, tungau merah, busuk akar, dan busuk batang. Tanaman yang terserang kutu putih daunnya menguning dan mengkerut, bagian tanaman yang terserang menjadi abnormal, serta daun gugur prematur. Tanaman yang terserang hama tungau daunnya menguning dan mengeriting. Beberapa tanaman dari tiap genotipe pepaya yang terserang penyakit busuk akar dan busuk batang menjadi layu dan

24 akhirnya mati. -genotipe pepaya yang diuji sebagian besar terserang hama kutu putih. Pengendalian hama kutu putih ini dilakukan secara manual dengan membersihkan koloni kutu putih pada permukaan tanaman. Hama tungau merah menyerang beberapa tanaman pepaya diantaranya genotipe IPB 3, IPB 9, IPB 9 x IPB 1, dan IPB 9 x IPB 3. Tanaman pepaya yang terserang hama dan penyakit disajikan pada Gambar 7. (a) (b) (c) (d) Gambar 7. Serangan Hama dan Penyakit. (a) IPB 1 yang terserang kutu putih, (b) IPB 9 x IPB 1 yang terserang tungau merah, (c) IPB 9 x IPB 3 yang terserang busuk akar, (d) IPB 3 x IPB 9 yang terserang busuk batang Tinggi Tanaman dan Diameter Batang saat Berbunga Pertama Tinggi tanaman dan diameter batang saat berbunga pertama berkisar antara 39-93 cm dan 2-3 cm. Pengamatan diameter batang dilakukan hanya sekali yaitu pada saat bunga pertama sudah terlihat atau muncul yakni pada waktu tanaman berumur sekitar 14 MST. Hasil analisis ragam enam genotipe pepaya untuk karakter tinggi tanaman dan diameter batang saat berbunga pertama disajikan pada Tabel 5. Hasil sidik ragam untuk karakter diameter batang dapat dilihat pada Lampiran 7.

Tabel 5. Tinggi Tanaman dan Diameter Batang Pepaya saat Berbunga Pertama Tinggi Tanaman Diameter Batang..cm IPB 1 92.63 a 3.00 a IPB 3 60.28 b 2.94 ab IPB 9 39.10 c 1.91 b IPB 9 x IPB 1 47.59 bc 2.94 a IPB 9 x IPB 3 47.37 bc 2.49 ab IPB 3 x IPB 9 49.00 bc 2.67 a Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada perlakuan tunggal tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT taraf 5%. IPB 1 memiliki rata-rata tinggi tanaman dan diameter batang yang lebih tinggi yaitu 92.63 cm dan 3 cm pada waktu berbunga pertama. IPB 9 memiliki rata-rata tinggi tanaman dan diameter batang saat berbunga pertama yang lebih rendah yaitu 39.10 cm dan 1.91 cm. Magandhi (2005) melaporkan bahwa genotipe IPB 1 memiliki diameter batang yang besar dan karakter tinggi tanaman saat berbunga yang tinggi. IPB 9 x IPB 3 memiliki penampilan yang relatif lebih rendah pada saat berbunga pertama dibandingkan dengan dua genotipe hibrida lain yaitu 47.37 cm tetapi nilainya tidak berbeda dengan genotipe IPB 9 x IPB 1 yang memiliki tinggi tanaman 47.59 cm. IPB 9 x IPB 1 memiliki diameter batang saat berbunga pertama yang lebih besar diantara genotipe hibrida lain yaitu sebesar 2.94 cm. 25 Panjang Petiol, Panjang Daun, dan Lebar Daun saat Berbunga Pertama IPB 3 x IPB 9 memiliki ukuran petiol lebih tinggi yaitu 33.31 cm. IPB 1, IPB 3, dan IPB 9 x IPB 1 tidak berbeda pada karakter panjang petiol. yang memiliki ukuran petiol lebih pendek adalah genotipe IPB 9 yaitu 25.62 cm, sedangkan pada genotipe hibrida yang memiliki ukuran petiol lebih pendek adalah genotipe IPB 9 x IPB 3 yaitu 27.72 cm. Hasil sidik ragam untuk karakter panjang petiol dapat dilihat pada Lampiran 8. Panjang daun dari genotipe yang diuji berkisar antara 28-35 cm dan lebar daun berkisar antara 30-37 cm. yang memiliki ukuran daun yang lebih kecil yaitu genotipe IPB 9 dengan rata-rata panjang dan lebar daun masing-masing 26.71 cm dan 30.22 cm, sedangkan pada genotipe hibrida yang memiliki ukuran

daun lebih kecil yaitu genotipe IPB 9 x IPB 3 dengan rata-rata panjang dan lebar daun masing-masing 29.40 cm dan 32.99 cm. Hasil analisis ragam enam genotipe pepaya untuk karakter panjang petiol, panjang daun, dan lebar daun disajikan pada Tabel 6. Hasil sidik ragam untuk karakter panjang daun dan lebar daun dapat dilihat pada Lampiran 9 dan Lampiran 10. Tabel 6. Panjang Petiol, Panjang Daun, dan Lebar Daun Pepaya saat Berbunga Pertama Panjang Petiol Panjang Daun Lebar Daun...cm... IPB 1 31.78 ab 33.01 ab 35.77 ab IPB 3 30.10 ab 28.24 bc 30.43 c IPB 9 25.62 c 26.71 c 30.22 c IPB 9 x IPB 1 31.38 ab 35.14 a 38.96 a IPB 9 x IPB 3 27.72 bc 29.40 bc 32.99 bc IPB 3 x IPB 9 33.31 a 30.77 abc 36.73 ab Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada perlakuan tunggal tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT taraf 5%. Muliyani (2010) melaporkan bahwa tanaman pepaya yang memiliki ukuran daun dan petiol yang pendek akan menguntungkan dalam budidaya, karena jarak tanam yang digunakan akan lebih rapat sehingga populasi tanaman menjadi lebih banyak dan produktivitas tanaman bertambah. Ukuran petiol yang panjang dapat menyebabkan daun menumpuk, sehingga penerimaan cahaya menjadi tidak merata dan proses fotosintesis menjadi tidak efisien. 26 Peubah Generatif Waktu Berbunga Pertama dan Tinggi Kedudukan Bunga Pertama Hasil pengamatan menunjukkan bahwa genotipe IPB 1 cenderung lebih lambat berbunga dibandingkan dengan genotipe-genotipe lain yang diuji. IPB 3, IPB 9, dan IPB 9 x IPB 3 mulai berbunga pada 15.33 MST. IPB 9 x IPB 1 dan IPB 3 x IPB 9 masing-masing mulai berbunga pada 14.75 MST dan 14.50 MST, sedangkan genotipe IPB 1 baru mulai berbunga pada 18 MST. Hasil analisis ragam enam genotipe pepaya untuk waktu berbunga pertama dan karakter tinggi kedudukan bunga pertama disajikan pada Tabel 7. Hasil sidik ragam untuk karakter waktu berbunga pertama dapat dilihat pada Lampiran 11.

Tabel 7. Waktu Berbunga Pertama dan Tinggi Kedudukan Bunga Pertama Waktu Berbunga Pertama Tinggi Kedudukan Bunga Pertama (MST) (cm) IPB1 18.00 a 86.35 a IPB3 15.33 b 61.46 b IPB9 15.33 b 38.20 c IPB 9 x IPB 1 14.75 b 44.52 c IPB 9 x IPB 3 15.33 b 44.71 c IPB 3 x IPB 9 14.50 b 49.00 bc Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada perlakuan tunggal tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT taraf 5%. IPB 1 memiliki karakter tinggi kedudukan bunga pertama yang lebih tinggi dibanding genotipe IPB 3, IPB 9, dan IPB 9 x IPB 3 yaitu 86.35 cm. IPB 9 x IPB 1 memiliki tinggi kedudukan bunga pertama yang lebih rendah dibandingkan dengan dua genotipe hibrida lain yang diuji dengan ketinggian 44.52 cm. Berdasarkan hasil penelitian Magandhi (2005), secara umum genotipe IPB 1 juga memiliki umur berbunga yang dalam. Hasil sidik ragam untuk karakter tinggi kedudukan bunga pertama dapat dilihat pada Lampiran 12. 27 Ekspresi Seks Hasil pengamatan menunjukkan genotipe IPB 9 x IPB 1 menghasilkan 73.08% tanaman hermafrodit dan 26.92% tanaman betina dari total 26 tanaman yang ada. IPB 9 x IPB 3 menghasilkan 75% tanaman hermafrodit dan 25% tanaman betina dari total 24 tanaman yang ada. IPB 3 x IPB 9 menghasilkan 71.43% tanaman hermafrodit dan 28.57% tanaman betina dari total 7 tanaman yang ada. yang lebih banyak menghasilkan tanaman hermafrodit adalah IPB 1 dengan persentase 80.43% dan tanaman betina 19.56% dari total 46 tanaman yang ada. IPB 3 menghasilkan 75.55% tanaman hermafrodit dan 24.44% tanaman betina dari total 45 tanaman yang ada. IPB 9 menghasilkan tanaman hermafrodit yang lebih sedikit dibandingkan genotipe lain dengan persentase tanaman 67.92% dan tanaman betina 32.07% dari total 53 tanaman yang ada. Rata-rata persentase jenis bunga pada semua genotipe yang diuji disajikan pada Gambar 8.

28 Persentase Tanaman (%) 90 80 70 60 50 40 30 20 10 80.43 19.56 75.55 24.44 67.92 32.07 73.08 75.00 26.92 25.00 71.43 28.57 Hermafrodit Betina 0 IPB 1 IPB 3 IPB 9 IPB 9 x IPB 1 IPB 9 x IPB 3 IPB 3 x IPB 9 Gambar 8. Rata-rata Persentase Ekspresi Seks Pepaya Hasil pengamatan yang dilakukan Sujiprihati et al. (2007) menunjukkan bahwa pada suatu populasi tanaman pepaya selalu terdapat tanaman betina diantara tanaman pepaya hermafrodit, dan kadang-kadang terdapat tanaman jantan. Semua bagian buah atau biji dalam satu buah mempunyai peluang yang sama dalam menghasilkan tanaman hermafrodit dan betina. Tanaman yang dihasilkan dari selfing bunga hermafrodit adalah tanaman hermafrodit dan betina. Perbandingan tanaman hermafrodit dengan betina mendekati perbandingan 2:1 atau 3:1. Pada penelitian ini jumlah tanaman hermafrodit dan tanaman betina tidak dapat dibandingkan karena benih yang digunakan tidak berasal dari satu buah. Korelasi antar Karakter Tanaman Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa semakin tinggi tanaman pepaya maka karakter-karakter yang berkorelasi positif dengan karakter tersebut seperti karakter diameter batang, panjang petiol, panjang daun, lebar daun, dan tinggi kedudukan bunga pertama akan meningkat serta waktu berbunga pertama akan lebih lama. Peningkatan jumlah daun berbanding lurus dengan peningkatan panjang petiol, panjang daun, dan lebar daun sehingga seiiring dengan peningkatan jumlah daun maka ukuran petiol dan daun akan semakin meningkat. Hasil penelitian Irianti (2010) menunjukkan antara parameter tinggi tanaman dengan parameter diameter batang pada tanaman pepaya berkorelasi positif.

Parameter jumlah daun juga menunjukkan korelasi yang positif positif dengan perkembangan diameter batang dari umur tanaman 3-52 MST. Jumlah daun sangat berpengaruh pada perkembangan organ lain tanaman pada fase bibit (vegetatif). Hasil uji korelasi menunjukkan peningkatan diameter batang berbanding lurus dengan peningkatan karakter panjang petiol, panjang daun, lebar daun, dan tinggi kedudukan bunga pertama. Peningkatan ukuran petiol berbanding lurus dengan karakter panjang daun, lebar daun, dan tinggi kedudukan bunga pertama sehingga semakin besar ukuran diameter batang maka ukuran petiol akan semakin panjang, ukuran daun serta tinggi kedudukan bunga pertama juga akan semakin meningkat. Hasil penelitian Rosa (2004) menunjukkan ukuran petiol tanaman pepaya berkorelasi positif dengan ukuran daun. Hasil penelitian Tyas (2008) juga menunjukkan terdapat korelasi positif antara karakter panjang petiol, panjang daun, dan lebar daun. Karakter panjang daun berkorelasi positif dengan karakter lebar daun dan tinggi kedudukan bunga pertama. Karakter tinggi kedudukan bunga pertama berbanding lurus dengan waktu berbunga pertama sehingga semakin besar ukuran daun maka tinggi kedudukan bunga pertama akan meningkat dan waktu berbunga pun akan lebih lama. Hasil uji korelasi antar peubah tanaman disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Rekapitulasi Nilai Koefisien Korelasi antar Peubah Pengamatan TT JD DB PP PD LD TKBP WBP TT - JD 0.07 tn - DB 0.61 ** 0.48 ** - PP 0.60 ** 0.52 ** 0.62 ** - PD 0.54 ** 0.38 * 0.60 ** 0.72 ** - LD 0.37 * 0.48 ** 0.54 ** 0.73 ** 0.86 ** - TKBP 0.98 ** -0.05 tn 0.53 ** 0.58 ** 0.50 ** 0.32 tn - WBP 0.60 ** -0.08 tn 0.23 tn 0.17 tn 0.27 tn 0.08 tn 0.57 ** - Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada perlakuan tunggal tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT taraf 5%. TT = Tinggi Tanaman JD = Jumlah Daun PP = Panjang Petiol PD = Panjang Daun DB = Diameter Batang LD = Lebar Daun TKBP = Tinggi Kedudukan Bunga Pertama WBP = Waktu Berbunga Pertama 29

30 Nilai Heterosis Tinggi Tanaman Saat Berbunga Pertama Nilai heterosis yang dicari pada karakter tinggi tanaman saat berbunga pertama adalah nilai heterosis yang negatif karena karakter tinggi tanaman pepaya yang diinginkan adalah yang berpenampilan rendah. Nilai heterosis untuk ketiga genotipe pepaya hibrida yang diuji bernilai negatif. Nilai heterosis yang negatif menunjukkan bahwa genotipe pepaya hibrida memiliki keragaan yang lebih pendek dari tetuanya, tetapi ketiganya masih memiliki nilai tengah yang lebih tinggi dari salah satu tetua terbaiknya yang ditunjukkan dengan nilai heterobeltiosis yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa tinggi tanaman ketiga genotipe pepaya hibrida masih berada diantara rata-rata kedua genotipe tetuanya yang diduga akibat peran gen dominan positif tidak sempurna. Pendugaan nilai heterosis dan heterobeltiosis untuk karakter tinggi tanaman saat berbunga pertama ditampilkan pada Tabel 9. Tabel 9. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis untuk Karakter Tinggi Tanaman Pepaya saat Berbunga Pertama P1 P2 F1 Heterosis Heterobeltiosis (cm) (cm) (cm) (%) (%) IPB 9 x IPB 1 39.10 92.63 47.60-27.74 21.73 IPB 9 x IPB 3 39.10 60.28 47.37-4.68 21.14 IPB 3 x IPB 9 60.28 39.10 49.00-1.39 25.32 Nilai heterosis terendah hasil persilangan untuk karakter tinggi tanaman saat berbunga pertama dimiliki oleh genotipe IPB 9 x IPB 1 yaitu -27.74%, artinya karakter tinggi tanaman saat berbunga pertama pada genotipe ini mengalami penurunan sebesar 27.74% dari rata-rata tinggi tanaman kedua genotipe tetuanya sehingga akan memiliki kedudukan buah yang juga lebih rendah dari rata-rata kedudukan buah kedua genotipe tetuanya. Nilai heterosis tertinggi hasil persilangan untuk karakter tinggi tanaman saat berbunga pertama dimiliki oleh genotipe IPB 3 x IPB 9 yaitu -1.39%, artinya nilai tengah genotipe tersebut mengalami penurunan sebesar 1.39% dari rata-rata kedua genotipe tetuanya yaitu genotipe IPB 3 dan genotipe IPB 9 masing-masing 60.28 cm dan 39.10 cm.

31 Berdasarkan hasil penelitian Magandhi (2005) tidak semua genotipe hibrida memiliki nilai heterosis positif memiliki nilai tengah yang lebih tinggi dari kedua genotipe tetuanya dan nilai heterosis negatif tidak selalu memiliki nilai tengah yang lebih kecil dari kedua genotipe tetua ataupun genotipe tetua terendahnya. Menurut Sukartini et al. (2009) aksi dan interaksi gen yang berbeda akan membuat pola segregasi yang berbeda. Aksi gen dominan negatif tidak sempurna pada F 1 mengakibatkan ukuran F 1 lebih kecil dari rata-rata kedua tetua dan aksi gen dominan positif tidak sempurna menyebabkan ukuran F 1 berada diantara rata-rata kedua tetuanya, sedangkan aksi gen overdominance mengakibatkan ukuran F 1 berada di atas rata-rata kedua genotipe tetua atau genotipe tetua terbaiknya. Jumlah Daun Saat Berbunga Pertama Nilai tengah genotipe tetua dan genotipe hasil persilangan untuk karakter jumlah daun saat berbunga pertama berkisar antara 19.50-21.00 cm dan 20.80-25.00 cm. Nilai heterosis dan heterobeltiosis hasil persilangannya berkisar antara 3.14% hingga 23.64% dan 0.00% hingga 26.07%. Pendugaan nilai heterosis dan heterobeltiosis untuk karakter jumlah daun saat berbunga pertama ditampilkan pada Tabel 10. Tabel 10. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis untuk Karakter Jumlah Daun Pepaya saat Berbunga Pertama P1 P2 F1 Heterosis Heterobeltiosis (cm) (cm) (cm) (%) (%) IPB 9 x IPB 1 19.53 24.63 24.63 23.64 26.07 IPB 9 x IPB 3 19.53 20.80 21.77 7.94 4.65 IPB 3 x IPB 9 20.80 19.53 20.80 3.14 0.00 Nilai heterosis dan heterobeltiosis tertinggi hasil persilangan untuk karakter ini dimiliki oleh genotipe IPB 9 x IPB 1 yaitu 23.64% dan 26.07%. Hal ini menunjukkan bahwa genotipe ini lebih subur atau pertumbuhan vegetatifnya lebih baik yang dapat dilihat dari jumlah daun yang lebih banyak dibandingkan dengan kedua genotipe tetuanya akibat aksi gen overdominance. Menurut Irianti (2010) pada fase bibit (vegetatif) jumlah daun sangat berpengaruh pada perkembangan organ lain pada tanaman.

Diameter Batang Saat Berbunga Pertama Nilai tengah genotipe tetua dan genotipe hasil persilangan untuk karakter diameter batang tanaman saat berbunga pertama berkisar antara 1.90-3.00 cm dan 2.40-3.00 cm. Nilai heterosis dan heterobeltiosis hasil persilangan berkisar antara 13.16% hingga 21.18% dan -1.89% hingga 7.09%. IPB 3 x IPB 9 memiliki nilai heterosis tertinggi tetapi nilainya tidak berbeda dengan genotipe IPB 9 x IPB 1. Kedua genotipe ini masing-masing mengalami peningkatan ukuran diameter batang sebesar 21.18% dan 19.84% dari rata-rata diameter batang kedua genotipe tetuanya. Pendugaan nilai heterosis dan heterobeltiosis untuk karakter diameter batang saat berbunga pertama disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis untuk Karakter Diameter Batang Pepaya saat Berbunga Pertama P1 P2 F1 Heterosis Heterobeltiosis (cm) (cm) (cm) (%) (%) IPB 9 x IPB 1 1.91 3.00 2.95 19.84-1.89 IPB 9 x IPB 3 1.91 2.49 2.49 13.16 0.00 IPB 3 x IPB 9 2.49 1.91 2.67 21.18 7.09 IPB 3 x IPB 9 memiliki nilai heterobeltiosis tertinggi yaitu 7.09% yang menunjukkan genotipe ini mengalami peningkatan ukuran diameter batang sebesar 7.09% dari ukuran genotipe tetua tertingginya. IPB 3 x IPB 9 memiliki nilai heterosis dan heterobeltiosis yang positif akibat aksi gen overdominance. IPB 9 x IPB 1 mengalami penurunan ukuran diameter batang dari ukuran genotipe tetua tertingginya tetapi masih tergolong sangat rendah yaitu sebesar 1.89% dan apabila dibandingkan dengan dua genotipe pepaya hibrida lain, genotipe ini memiliki rata-rata ukuran diameter batang yang lebih besar. IPB 3 x IPB 9 dan IPB 9 x IPB 1 sama-sama mengalami peningkatan ukuran terhadap kedua genotipe tetuanya sehingga dapat dijadikan alternatif dalam memperoleh hibrida yang memiliki karakter batang yang lebih besar dan kokoh. 32 Tinggi Kedudukan Bunga Pertama Nilai tengah genotipe tetua dan genotipe hasil persilangan untuk karakter tinggi kedudukan bunga pertama berkisar antara 38.20-86.35 cm dan

44.50-49.00 cm. Nilai heterosis dan heterobeltiosis hasil persilangan berkisar antara -28.51% hingga -1.66% dan 16.55% hingga 28.27%. Nilai heterosis untuk ketiga genotipe pepaya hibrida yang diuji bernilai negatif, berarti ketiga genotipe tersebut memiliki tinggi kedudukan bunga pertama yang lebih rendah dari ratarata kedua genotipe tetuanya, tetapi masih lebih tinggi apabila dibandingkan dengan masing-masing genotipe tetua terbaiknya karena memiliki nilai heterobeltiosis yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa tinggi kedudukan bunga pertama ketiga genotipe pepaya hibrida masih berada diantara rata-rata kedua genotipe tetuanya yang diduga akibat peran gen dominan positif tidak sempurna. Pendugaan nilai heterosis dan heterobeltiosis untuk karakter tinggi kedudukan bunga pertama disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis untuk Karakter Tinggi Kedudukan Bunga Pertama P1 P2 F1 Heterosis Heterobeltiosis (cm) (cm) (cm) (%) (%) IPB 9 x IPB 1 38.20 86.35 44.52-28.51 16.55 IPB 9 x IPB 3 38.20 61.46 44.72-10.26 17.06 IPB 3 x IPB 9 61.46 38.20 49.00-1.66 28.27 yang memiliki nilai heterosis dan heterobeltiosis yang paling rendah adalah genotipe IPB 9 x IPB 1. ini mengalami penurunan tinggi kedudukan bunga pertama sebesar 28.51% dari rata-rata kedua genotipe tetuanya. ini dapat dijadikan sebagai alternatif calon hibrida karena memiliki rata-rata tinggi kedudukan bunga pertama yang lebih rendah sehingga akan memiliki kedudukan buah yang juga lebih rendah walaupun masih mengalami peningkatan tinggi kedudukan bunga pertama dari genotipe tetua terendahnya yaitu sebesar 16.55%. Peningkatan tinggi kedudukan bunga pertama dari genotipe tetua terendahnya masih tergolong rendah sehingga dapat dikatakan tidak terlalu berpengaruh. Hasil pendugaan nilai heterosis dan heterobeltiosis pada karakter tinggi tanaman saat berbunga pertama, jumlah daun saat berbunga pertama, diameter saat bunga pertama, dan tinggi kedudukan bunga pertama menunjukkan bahwa efek heterosis yang didapatkan rendah. Latar belakang genetik genotipe tetua IPB 1, IPB 3, dan IPB 9 diduga relatif tidak berbeda. Menurut Ruswandi et al. 33

34 (2005) hibrida yang berasal dari persilangan antar galur yang memiliki latar belakang genetik yang jauh akan menghasilkan efek heterosis yang tinggi. Tipe tanaman pepaya unggul yang diinginkan antara lain memiliki karakter pohon yang rendah, masa pembungaannya cepat (genjah), produktivitasnya tinggi, dan tahan terhadap hama penyakit (Sujiprihati dan Suketi, 2009). Pemuliaan pepaya umumnya mencari varietas yang berumur genjah dan berperawakan pendek. Hibrida-hibrida yang dihasilkan dicari yang memiliki nilai heterosis yang negatif untuk peubah tinggi kedudukan bunga pertama, umur munculnya bunga fertil pertama, tinggi letak buah pada panen pertama, dan umur panen buah pertama (Sulistyo, 2006). Keragaan tiga genotipe tetua dan tiga genotipe hibrida dapat dilihat pada Lampiran 13 dan Lampiran 14.