6 EFISIENSI PENDARATAN DAN PENDITRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

dokumen-dokumen yang mirip
3 METODOLOGI. 3.1 Lama waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Maret 2010 di PPI Muara Angke, Jakarta.

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.3 Metode Penelitian

5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

6 KEMAMPUAN PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

EFISIENSI WAKTU PENDARATAN IKAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN JARING INSANG DI PPI DUMAI. Fitri Novianti 1) Jonny Zain 2) dan Syaifuddin 2)

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

6. TINGKATAN MUTU HASIL TANGKAPAN DOMINAN DIPASARKAN DAN POTENSI KERUGIAN PENGGUNA PPP LAMPULO

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Pendaratan dan Pelelangan Hasil Tangkapan 1) Pendaratan Hasil Tangkapan

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5. SANITASI DAN HIGIENITAS DERMAGA DAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI PPP LAMPULO

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG

3 METODOLOGI PENELITIAN

7 TINGKAT PEMANFAATAN KAPASITAS FASILITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

6 AKTIVITAS PENDARATAN DAN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DI PANGKALAN-PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN CIAMIS

6 EFISIENSI DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

5 PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 KONDISI AKTUAL PENANGANAN DAN MUTU HASIL TANGKAPAN DI PPN PALABUHANRATU

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian

PETA LOKASI PENELITIAN 105

BAB 3. DASAR-DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN. Keberhasilan penanganan ikan di atas kapal untuk menjaga mutunya sangat ditentukan oleh :

5 PENGELOLAAN SANITASI TEMPAT PELELANGAN IKAN PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

3 METODE PENELITIAN. Gambar 1 Peta lokasi daerah penelitian.

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. H.Yusdin Abdullah dan sebagai pimpinan perusahaan adalah Bapak Azmar

DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus Affinis) DI TPI UJUNGBATU JEPARA

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendaratan Hasil Tangkapan di PP/PPI

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1.1. Indeks Harga yang Diterima Nelayan (It)

Tabel 25 Matriks perhitungan persepsi pengguna TPI terhadap kegiatan pelelangan di PPI Muara Angke tahun 2010

BAB III METODE PENELITIAN

3.2.1 Spesifikasi alat tangkap Bagian-bagian dari alat tangkap yaitu: 1) Tali ris atas, tali pelampung, tali selambar

PENDEKATAN VALUE FOR MONEY UNTUK PENILAIAN KINERJA TEMPAT PELELANGAN IKAN MUARA ANGKE

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEMAMPUAN PELELANGAN HASIL TANGKAPAN OLEH PENGELOLA TEMPAT PELELANGAN IKAN DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE, JAKARTA BUDIMAN TUA SIMARMATA

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

3.3 Pengumpulan Data Primer

6 PEMETAAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di Pulau Untung Jawa Kabupaten

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ICASEPS WORKING PAPER No. 72

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN

EFISIENSI PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE, JAKARTA MERTHA SUNEA

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penanganan Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Mutu hasil tangkapan

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Data dan grafik produksi ikan yang didaratkan di PPI Muara Angke tahun

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden Usaha Pengolahan Ikan Asin

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Karakteristik Nelayan Tangkap Kelurahan Untung Jawa. Pulau Untung Jawa yang berbasis sumberdaya perikanan menyebabkan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN ANTARA PPS NIZAM ZACHMAN DENGAN PPI MUARA ANGKE CHITRA NOVIA ANANDHITA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Potensi hasil laut di Kabupaten Malang di pesisir laut jawa sangatlah

BAB 4 GAMBARAN UMUM, PERKEMBANGAN HASIL PERIKANAN DAN PENERIMAAN RETRIBUSI PELELANGAN IKAN DI LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III DESKRIPSI AREA

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

5 FASILITAS PELAYANAN DI PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Lampiran 1. Sebaran frekuensi panjang ikan kuniran (Upeneus sulphureus) betina yang dianalisis dengan menggunakan metode NORMSEP (Normal Separation)

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

6 TINGKAT KUALITAS PELAYANAN DI PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA

KARAKTERISTIK PENDISTRIBUSIAN IKAN SEGAR DAN OLAHAN DARI PANGKALAN PENDARATAN IKAN CITUIS TANGERANG

6 KEMAMPUAN PELELANGAN PENGELOLA TPI PPN PALABUHANRATU

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN SEPTEMBER 2012

7 KAPASITAS FASILITAS

melakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan di

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN

6 AKTIVITAS PERIKANAN TANGKAP BERBASIS DI PPI JAYANTI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dengan luas areal 0,8 Ha. Lokasi ini berada tidak jauh dari pemukiman penduduk

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Pengertian pelabuhan perikanan

3. METODE PENELITIAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN JANUARI 2012

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi Pengertian distribusi

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan 2.2 Komoditas Hasil Tangkapan Unggulan

5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Komposisi Hasil Tangkapan Ikan Pelagis Kecil

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

Inventarisasi Komoditas Unggulan Perikanan tangkap Ikan Laut di Kecamatan Utan Kabupaten Sumbawa Menggunakan Metode Skoring dan Location Quotient (LQ)

PETA LOKASI PENELITIAN 105

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODE PENELITIAN. Gambar 4 Peta lokasi penelitian.

Transkripsi:

67 6 EFISIENSI PENDARATAN DAN PENDITRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 6.1 Efisiensi Teknis Pendaratan Hasil Tangkapan Proses penting yang perlu diperhatikan setelah ikan ditangkap adalah proses pendaratan hasil tangkapan di pelabuhan perikanan. Dalam proses pendaratan hasil tangkapan tersebut diperlukan efisiensi teknis guna menghambat kemunduran mutu ikan. Efisiensi teknis juga bertujuan guna mempercepat sesampainya ikan ke tangan konsumen. Pelaku yang terlibat dalam proses pendaratan hasil tangkapan adalah nelayan dan buruh angkut sangat menentukan terjadinya efisiensi pendaratan hasil tangkapan. Buruh angkut di PPI Muara Angke bertugas : 1) membongkar hasil tangkapan dari palka ke dek kapal, 2) menurunkan hasil tangkapan dari dek kapal ke dermaga pendaratan, 3) melakukan penimbangan di dermaga pendaratan, 4) mengangkut hasil tangkapan ke TPI. Dalam membongkar hasil tangkapan dari palka ke dek kapal biasanya diperlukan 2-3 orang buruh angkut. Jumlah buruh angkut tersebut sudah ditentukan sebelumnya oleh pegawai KUD Mina Jaya. Buruh angkut pertama bertugas masuk ke dalam palka untuk membongkar dan mengangkut hasil tangkapan yang berada di dalam palka tersebut ke dek kapal, sedangkan buruh kedua dan ketiga bertugas untuk memasukan hasil tangkapan yang telah dibongkar oleh buruh pertama dan dimasukkan ke dalam keranjang. Hasil tangkapan yang telah dimasukkan ke dalam keranjang kemudian diturunkan ke dermaga pendaratan. Dalam menurunkan hasil tangkapan dari atas dek kapal ke dermaga pendaratan dilakukan tanpa menggunakan alat bantu. Penurunan hasil tangkapan dari dek kapal ke dermaga pendaratan diperlukan 4-6 orang buruh angkut. Dua orang buruh angkut berada di atas dek kapal dan dua orang buruh lainnya berada di dermaga pendaratan untuk mengangkut hasil tangkapan dan meletakkannya di dermaga pendaratan. Di dermaga pendaratan kemudian dilakukan penimbangan hasil tangkapan. Pada proses penimbangan diperlukan 2 orang buruh angkut untuk mengangkut keranjang hasil tangkapan ke alat penimbang, setelah hasil tangkapan

68 ditimbang kemudian hasil tangkapan diangkut ke lori untuk di angkut ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Pengangkutan hasil tangkapan ke TPI ini dilakukan oleh satu orang buruh dengan menggunakan alat pengangkut lori. Dalam proses pendaratan, buruh angkut di PPI Muara Angke bekerja secara berkelompok. Buruh angkut tersebut diberi perlakuan masing-masing untuk mengangkut 2 basket ikan dengan menggunakan lori (alat pengangkut) sebanyak 5 kelompok dengan kondisi tubuh relatif homogen (tinggi, bentuk/postur dan kesehatan). Berat basket semakin meningkat dengan lama waktu tertentu dan pada jarak tertentu yang sama dari palka ke TPI/tempat penimbangan, tetapi tanpa membuat basket terjatuh dan atau ikan menjadi rusak (Tabel 16). Perlakuan tersebut bertujuan untuk mendapatkan data lama waktu angkut hasil perlakuan berat oleh 5 kelompok responden buruh di PPI Muara Angke. Setelah diperoleh data rata-rata berat dan lama waktu yang diperlukan buruh angkut di PPI Muara Angke dalam mendaratkan hasil tangkapan dari palka ke dek kapal, kemudian data tersebut diplotkan ke dalam kurva. Pemplotan titik pada kurva didapatkan dengan cara memasukkan nilai x (rata-rata berat) ke dalam persamaan untuk melihat kecenderungan bentuk dari titik kurva. 1) Lama waktu optimum (terpendek kapal) pengangkutan hasil tangkapan oleh buruh angkut dari palka ke TPI (1) Hasil pra penelitian Tabel 16 Rata-rata data lama waktu angkut hasil perlakuan berat oleh 5 kelompok responden buruh di PPI Muara Angke Perlakuan berat (kg) Rata-rata data percobaan lama waktu pengangkutan (detik) Dek kapal Penimbangan Dermaga dermaga HT pendaratan pendaratan (Buruh 3&4) TPI (Buruh 2&3) (Buruh 5) Palka dek kapal (Buruh 1&2) Jumlah Buruh (1-5) 120 7,7 23,1 6,9 49,3 86,9 0,31 1,51 0,64 1,40 1,63 100 6,3 21,0 6,7 48,1 82,1 0,31 1,25 0,42 1,33 1,94 80 6,9 22,0 6,3 47,8 83,0 0,70 1,25 0,31 1,97 2,20 60 5,5 19,7 5,1 46,3 76,5 0,64 1,55 0,23 1,70 1,72 40 4,9 19,1 5,1 42,7 71,7 0,58 1,55 0,23 1,29 2,01 Keterangan : selang kelas = 20 kg ; = simpangan baku

69 a. Palka-dek kapal Gambar 16 Grafik hubungan lama waktu tempuh pengangkutan terhadap berat hasil tangkapan yang diangkut dari palka ke dek kapal oleh buruh angkut di PPI Muara Angke, 2010. Berdasarkan analisis regresi yang dilakukan dari (Tabel 16), dengan menggunakan rata-rata lama waktu tempuh dari palka ke dek kapal sebagai variabel x dan rata-rata berat sebagai variabel y, diperoleh persamaan kuadrat y = -12,48x 2 + 184,9x 572,6. Turunan pertama dari persamaan kuadrat tersebut adalah y = -24,96x + 184,9. Dengan demikian, dengan membuat persamaan kuadrat diatas sama dengan nol, maka lama waktu optimum pengangkutan oleh buruh angkut di PPI Muara Angke adalah 7,41 detik. Nilai lama waktu sebesar 7,41 detik merupakan lama waktu optimum yang bisa diangkut oleh buruh angkut dari palka ke dek kapal. Nilai R 2 sebesar 0,820 merupakan nilai determinasi yang menunjukan bahwa model dugaan yang disajikan dapat mewakili model observasi sebesar 82,00 %. Nilai korelasi yang didapat adalah R= 0,91 yang menunjukkan bahwa hubungan antara lama waktu pengangkutan dan berat hasil tangkapan yang diangkut oleh buruh angkut adalah erat artinya berat yang diangkut oleh buruh angkut dapat menjelaskan lama waktu tempuh yang dicapai dan ada hubungan antara keduanya.

70 b. Dek kapal-dermaga pendaratan Gambar 17 Grafik hubungan lama waktu tempuh pengangkutan terhadap berat hasil tangkapan yang diangkut dari dek kapal ke dermaga pendaratan oleh buruh angkut di PPI Muara Angke Tahun 2010. Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa persamaan yang didapat dari analisis regresi adalah y = -4,611x 2 + 214,7x 238,4. Dengan menurunkan persamaan tersebut maka didapat persamaan turunan pertama adalah y = -9,22x + 241,7. Dengan membuat persamaan turunan pertama menjadi nol maka didapat nilai optimum lama waktu tempuh pengangkutan oleh buruh angkut yaitu sebesar 23,28 detik. Nilai lama waktu 23,28 detik merupakan nilai lama waktu optimum buruh angkut dalam mengangkut hasil tangkapan dari palka ke dek kapal. Persamaan diatas juga memiliki nilai determinasi sebesar R 2 = 0,805 yang yang menunjukan bahwa model dugaan yang disajikan dapat mewakili model observasi sebesar 80,50 %. Nilai korelasi dapat diperoleh dengan cara mengakarkan nilai determinasi tersebut. Dengan demikian dapat diperoleh nilai korelasi dari persamaan tersebut sebesar R = 0,90 yang menunjukkan bahwa hubungan antara lama waktu pengangkutan dan berat hasil tangkapan yang diangkut oleh buruh angkut adalah erat, artinya berat yang diangkut oleh buruh angkut dapat menjelaskan lama waktu tempuh yang dicapai dan ada hubungan antara keduanya.

71 c. Penimbangan Gambar 18 Grafik hubungan lama waktu tempuh pengangkutan terhadap berat hasil tangkapan yang diangkut pada saat penimbangan oleh buruh angkut di PPI Muara Angke Tahun 2010. Dari grafik diatas diperoleh persamaan kuadrat y = -22,62x 2 + 305,1x - 920,4. Turunan pertama dari persamaan kuadrat tersebut adalah y = -45,24x + 305,1, dengan membuat persamaan kuadrat diatas sama dengan nol, maka lama waktu optimum yang masih dapat diangkut oleh buruh angkut di PPI Muara Angke adalah 6,74 detik. Nilai lama waktu sebesar 6,74 detik merupakan lama waktu optimum pada saat penimbangan hasil tangkapan. Nilai determinasi yang diperoleh sebesar R 2 = 0,842 nilai ini dapat menunjukan bahwa model dugaan yang disajikan dapat mewakili model observasi sebesar 84,20 %. Nilai korelasi yang didapat adalah R= 0,92 yang dapat menunjukkan bahwa hubungan antara lama waktu pengangkutan hasil tangkapan dan berat hasil tangkapan yang diangkut oleh buruh angkut adalah erat.

72 d. Dermaga pendaratan-tpi Gambar 19 Grafik hubungan lama waktu tempuh pengangkutan terhadap berat hasil tangkapan yang diangkut dari dermaga pendaratan ke TPI oleh buruh angkut di PPI Muara Angke Tahun 2010. Dari grafik dapat dilihat bahwa persamaan yang didapat dari analisis regresi adalah y = -1,538x 2 + 154,0x 374,9. Dengan menurunkan persamaan tersebut maka didapat persamaan turunan pertama adalah y = -3,08x + 154,0. Dengan membuat persamaan turunan pertama menjadi nol maka didapat nilai optimum lama waktu tempuh yang dapat diangkut oleh buruh angkut yaitu sebesar 50,07 detik. Nilai lama waktu 50,07 detik merupakan nilai lama waktu optimum buruh angkut dalam mengangkut hasil tangkapan dari palka ke dek kapal. Persamaan diatas juga memiliki nilai determinasi sebesar R 2 = 0,769 yang yang menunjukan bahwa model dugaan yang disajikan dapat mewakili model observasi sebesar 76,90 %. Nilai korelasi dapat diperoleh dengan cara mengakarkan nilai determinasi tersebut. Dengan demikian dapat diperoleh nilai korelasi dari persamaan tersebut sebesar R = 0,88 yang menunjukkan bahwa hubungan antara lama waktu pengangkutan dan berat hasil tangkapan yang diangkut oleh buruh angkut adalah erat, artinya berat yang diangkut oleh buruh angkut dapat menjelaskan lama waktu tempuh yang dicapai dan ada hubungannya.

73 e. Jumlah lama waktu pendaratan dari palka ke TPI Gambar 20 Grafik hubungan lama waktu tempuh pengangkutan terhadap berat hasil tangkapan yang diangkut dari palka ke TPI oleh buruh angkut di PPI Muara Angke Tahun 2010. Secara keseluruhan proses pendaratan dari mulai palka sampai ke TPI didapat lama waktu optimum sebesar 87,45 detik. Nilai ini diperoleh dengan cara membuat persamaan turunan pertama dari persamaan y = -0,329x 2 + 57,54x 240,5 menjadi nol. Adapun persamaan turunan pertama tersebut adalah y = - 0,66x + 57,54. Nilai lama waktu sebesar 87,45 detik merupakan lama waktu optimum yang bisa diangkut oleh buruh angkut dari palka ke TPI. Nilai R 2 sebesar 0,847 merupakan nilai determinasi yang menunjukan bahwa model dugaan yang disajikan dapat mewakili model observasi sebesar 84,70 %. Nilai korelasi yang didapat adalah R= 0,92 yang menunjukkan bahwa hubungan antara lama waktu pengangkutan dan berat hasil tangkapan yang diangkut oleh buruh angkut adalah erat artinya berat yang diangkut oleh buruh angkut dapat menjelaskan lama waktu tempuh yang dicapai dan ada hubungan antara keduanya.

74 (2) Hasil penelitian Berdasarkan hasil penelitian, pada pengukuran lama waktu rata-rata pengangkutan keranjang hasil tangkapan dari palka ke TPI menggunakan 20 responden buruh angkut di PPI Muara Angke : Tabel 17 Hasil pengukuran rata-rata berat dan lama waktu tempuh pengangkutan hasil tangkapan dari palka ke TPI oleh buruh angkut di PPI Muara Angke, 2010 Kelompok Buruh ke- Berat (kg) Palka dek kapal Rata-rata lama waktu pengangkutan (detik) Dek kapal Penimbangan Dermaga HT pendaratan dermaga TPI pendaratan Jumlah waku pendaratan Rata-rata 85,0 9,3 67,9 12,8 43,3 133,2 Simp baku 11,30 1,55 19,31 2,38 3,39 20,37 a. Palka ke dek kapal Dari tabel diatas menunjukan bahwa lama waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk mengangkut hasil tangkapan dari palka ke dek kapal adalah 9,25 detik (Tabel 17). Berdasarkan hasil pra penelitian lama waktu optimum (terpendek kapal) pengangkutan yang masih mampu ditempuh oleh buruh angkut dari palka ke dek kapal di PPI Muara Angke adalah 7,41 detik. Apabila dibandingkan, lama waktu tempuh yang dicapai buruh angkut untuk mengangkut 1 keranjang dari palka ke dek kapal berisi ikan hasil tangkapan selama ini belum efisien. Buruh angkut sebenarnya masih mampu untuk mengangkut keranjang hasil tangkapan dari palka ke dek kapal dengan lama waktu tempuh yang lebih cepat daripada lama waktu tempuh yang biasa dicapai. b. Dek kapal ke dermaga pendaratan Dari (Tabel 17) diatas dapat dilihat bahwa lama waktu rata-rata yang dibutuhkan oleh buruh angkut untuk mengangkut hasil tangkapan dari dek kapal ke dermaga pendaratan adalah 67,9 detik, sedangkan berdasarkan hasil pra penelitian lama waktu optimum yang diperoleh adalah 23,28 detik. Terdapat selisih lama waktu yang cukup besar antara lama waktu rata-rata dengan lama waktu optimum yang diperoleh yaitu sebesar 44,62 detik. Apabila dibandingkan, lama waktu tempuh yang dicapai buruh angkut untuk mengangkut 1 keranjang berisi ikan hasil tangkapan selama ini belum efisien.

75 Buruh angkut sebenarnya masih mampu untuk mengangkut keranjang hasil tangkapan dari dek kapal ke dermaga pendaratan dengan lama waktu tempuh yang lebih cepat daripada lama waktu tempuh yang biasa dicapai. c. Penimbangan di dermaga pendaratan Lama waktu rata-rata yang dibutuhkan pada saat penimbangan adalah 12,75 detik (Tabel 17). Berdasarkan hasil pra penelitian lama waktu optimum (terpendek kapal) pengangkutan yang masih mampu ditempuh oleh buruh angkut di PPI Muara Angke adalah 6,74. Apabila dibandingkan, lama waktu tempuh yang dicapai buruh angkut untuk mengangkut 1 keranjang berisi ikan hasil tangkapan selama ini belum efisien. Buruh angkut sebenarnya masih mampu untuk mengangkut keranjang hasil tangkapan pada saat penimbangan dengan lama waktu tempuh yang lebih cepat daripada lama waktu tempuh yang biasa dicapai. d. Dermaga pendaratan ke TPI Pengangkutan hasil tangkapan dari dermaga pendaratan memerlukan lama waktu rata-rata adalah 43,3 detik (Tabel 17). Berdasarkan hasil pra penelitian lama waktu optimum (terpendek kapal) pengangkutan yang masih mampu ditempuh oleh buruh angkut di PPI Muara Angke adalah 50,07 detik. Apabila dibandingkan, lama waktu tempuh yang dicapai buruh angkut untuk mengangkut 1 keranjang berisi ikan hasil tangkapan selama ini sudah efisien. Buruh angkut telah mampu untuk mengangkut keranjang hasil tangkapan dari dermaga pendaratan ke TPI dengan lama waktu tempuh yang lebih cepat daripada lama waktu tempuh yang biasa dicapai. Hal ini dikarenakan, pengangkutan hasil tangkapan dari dermaga pendaratan ke TPI telah menggunakan alat bantu pengangkutan yaitu lori. e. Jumlah total lama waktu pendaratan dari palka ke TPI Dari (Tabel 17) diatas menunjukan bahwa lama waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk mengangkut hasil tangkapan dari palka ke dek kapal adalah 133,2 detik. Berdasarkan hasil pra penelitian lama waktu optimum (terpendek kapal) pengangkutan yang masih mampu ditempuh oleh buruh angkut di PPI Muara Angke adalah 87,45 detik. Apabila dibandingkan, lama waktu tempuh yang dicapai buruh angkut untuk mengangkut 1 keranjang berisi ikan hasil tangkapan selama ini belum efisien. Buruh angkut sebenarnya masih mampu

76 untuk mengangkut keranjang hasil tangkapan dengan lama waktu tempuh yang lebih cepat daripada lama waktu tempuh yang biasa dicapai. 2) Berat optimum hasi tangkapan yang dapat diangkut oleh buruh angkut dari palka ke TPI (1) Hasil pra penelitian Perhitungan berat optimum terpendek kapal menggunakan cara yang sama dengan perhitungan berat optimum, yaitu dengan dilakukan analisis regresi linear. Data rata-rata berat digunakan sebagai variabel x dan data lama waktu sebagai variabel y sehingga diperoleh persamaan kuadrat y = -0,002x 2 + 0,437x + 58,33. Turunan pertama dari persamaan kuadrat tersebut adalah y = -0,004x + 0,437. Dengan demikian, dengan membuat turunan pertama persamaan diatas sama dengan nol, maka berat optimum yang masih mampu diangkut oleh buruh angkut di PPI Muara Angke adalah 109,25 kg. Grafik dan persamaan mengenai hal tersebut disajikan dalam Gambar 19. Gambar 21 Grafik hubungan berat hasil tangkapan yang diangkut terhadap lama waktu tempuh oleh buruh angkut di PPI Muara Angke, 2010 Dari grafik dan persamaan diatas, dapat diperoleh kesimpulan bahwa nilai berat sebesar 109,25 kg merupakan berat optimum yang masih mampu diangkut oleh buruh angkut. Nilai R 2 sebesar 0,94 merupakan nilai determinasi yang menunjukkan bahwa model dugaan yang disajikan dapat mewakili model observasi sebesar 94,00 %. Nilai korelasi yang didapat adalah 0,97 yang menunjukkan bahwa hubungan antara berat hasil tangkapan yang diangkut dengan lama waktu tempuh pengangkutan adalah sangat erat artinya lama waktu tempuh yang dicapai bergantung kepada berat yang diangkut dan ada hubungan antara keduanya.

77 (2) Hasil penelitian Teknis pembongkaran hasil tangkapan sampai pengangkutan hasil tangkapan dalam keranjang dari dek kapal sampai ke TPI akan mempengaruhi lama pemindahan. Jarak tempuh mempengaruhi lama pemindahan ikan dari kapal ke TPI. Jarak tempuh kapal sampai ke TPI di PPI Muara Angke cukup dek kapalat sekitar kurang lebih 20 m dengan karakteristik jalan yang cukup baik. Berdasarkan hasil penelitian, berat rata-rata satu keranjang berisi hasil tangkapan, yang diangkut dari kapal sampai ke TPI oleh buruh angkut, adalah 85 kg (jumlah responden buruh angkut = 20 orang). Pengangkutan ini memerlukan lama waktu angkut rata-rata, yaitu 2 menit 13,5 detik (133,2 detik) atau rata-rata pengangkutan hasil tangkapan adalah sebesar 1,57 detik/kg (Tabel 17). Berdasarkan hasil pra penelitian, berat optimum yang mampu diangkut oleh buruh angkut di PPI Muara Angke adalah sebesar 109,25 kg ; sedangkan berat rata-rata hasil tangkapan yang diangkut oleh buruh angkut di PPI sebesar 85 kg per keranjang. Apabila dibandingkan berat hasil tangkapan yang diangkut oleh buruh angkut pada penelitian terhadap hasil pra penelitian tersebut maka belum efisien. Terdapat selisih berat rata-rata hasil tangkapan sebesar 24,25 kg per dua keranjang. Berat hasil tangkapan dalam keranjang yang diangkut tersebut tidak dimaksimalkan, karena buruh tidak memasukkan hasil tangkapan tersebut kedalam keranjang dengan kapasitas penuh keranjang yaitu sebesar 50-60 kg. Seharusnya, buruh angkut dapat mengangkut hasil tangkapan lebih dari berat optimum hasil tangkapan yang masih dapat diangkut oleh buruh angkut di PPI Muara Angke yaitu 109,25 kg. 6.2 Mutu Hasil Tangkapan Hasil tangkapan yang banyak didaratkan di PPI Muara Angke berupa ikan bloso, cakalang, cucut, cumi-cumi, kembung, pari, lemuru, tembang, tenggiri dan tongkol. Hasil tangkapan dengan jenis demikian mudah mengalami kemunduran mutu. Tetapi karena di kapal penangkapan terdapat palka pendingin atau frezzer untuk pembekuan hasil tangkapan maka kualitas ikan sampai di darat masih tetap terjaga

78 Berdasarkan pengukuran organoleptik yang dilakukan masing-masing terhadap hasil tangkapan yang didaratkan oleh 4 kapal penangkap cumi (boukeami), maka didapatkan rata-rata nilai organoleptik hasil tangkapan yang didaratkan untuk kapal boukeami tersebut sebesar 6,4 ; perhitungan organoleptik secara lengkap terdapat pada (Lampiran 3). Pengukuran organoleptik hasil tangkapan ini dilakukan di tempat pendistribusian hasil tangkapan di PPI Muara Angke yaitu pasar grosir Muara Angke. Pada lampiran 3, kondisi mutu ikan hasil tangkapan di atas dapat dikatakan hampir seragam ; ikan hasil tangkapan berada dalam nilai organoleptik 6-7 atau ikan dalam keadaan agak baik. Menurut hasil pengamatan dan wawancara, kualitas ikan dalam keadaan agak baik dikarenakan adanya penanganan ikan di atas kapal yaitu ikan di bekukan di dalam frezzer sehingga sesampainya di tempat pendaratan mutu ikan masih dalam keadaan baik. Hal ini juga bergantung pada penanganan hasil tangkapan di tempat pendistribusian ikan yaitu pasar grosir Muara Angke. Tabel 18 Pengujian organoleptik ikan yang didaratkan oleh kapal boukeami di PPI Muara Angke, 2010 Kapal Spesifikasi Organoleptik Rata-rata nilai boukeami ke- Ikan Mata 6,6 1 Insang 6,7 Konsistensi 6,5 Mata 6,5 2 Insang 6,5 Konsistensi 6,6 Mata 6,6 3 Insang 6,4 Konsistensi 6,4 Mata 6,1 4 Insang 6,4 Konsistensi 6 Rata-rata organoleptik 6,4 Kisaran 6,1-6,7 Penanganan hasil tangkapan di pasar grosir Muara Angke cukup baik, para pedagang pengumpul terlebih dahulu memisahkan hasil tangkapan berdasarkan jenis dan ukurannya. Setelah itu, penanganan hasil tangkapan dilakukan

79 berdasarkan jenisnya. Penanganan yang dilakukan dapat berupa pemberian es maupun hanya direndam dengan air saja. Selain penanganan hasil tangkapan, lama waktu pendaratan dan pendistribusian hasil tangkapan juga harus diperhatikan. Lama waktu pagi dan malam hari merupakan lama waktu yang baik dalam melakukan pendaratan dan pendistribusian hasil tangkapan. Keadaan suhu pada siang hari yang panas dan ikan disinari langsung oleh terik matahari dapat menurunkan mutu ikan. 6.3 Efisiensi Pendistribusian Hasil Tangkapan Efisiensi ekonomis pendistribusian hasil tangkapan digunakan untuk menghitung perbandingan antara nilai total penjualan hasil tangkapan oleh pedagang pengumpul (palele) di pasar grosir Muara Angke dan total biaya pendistribusian yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul untuk mendistribusikan hasil tangkapan dari TPI ke pasar grosir Muara Angke. Nilai total penjualan hasil tangkapan adalah nominal uang yang didapat setelah pedagang melakukan suatu usaha jual beli hasil tangkapan terhadap pembeli. Nilai total penjualan hasil tangkapan yang diperoleh pedagang pengumpul di PPI Muara Angke merupakan hasil perkalian antara jumlah penjualan hasil tangkapan dalam satu bulan dengan harga penjualan hasil tangkapan. Data jumlah penjualan hasil tangkapan, harga penjualan hasil tangkapan dan nilai total penjualan hasil tangkapan ditunjukkan pada Tabel 19. Tabel 19 Data jumlah, harga dan nilai total penjualan hasil tangkapan oleh 6 responden pedagang pengumpul di pasar grosir Muara Angke pada bulan Maret, 2010 Responden ke- Jumlah penjualan (kg) Harga penjualan (Rp) Nilai total penjualan (Rp) 1 8.277,0 15.500,00 128.293.500,00 2 15.438,0 15.100,00 233.113.800,00 3 26.102,0 15.100,00 394.140.200,00 4 5.425,0 15.700,00 85.172.500,00 5 24.118,0 13.900,00 335.240.200,00 6 26.474,0 14.900,00 394.462.600,00 Nilai total penjualan hasil tangkapan dari masing-masing responden pedagang pengumpul di pasar grosir Muara Angke terkait secara langsung dengan jumlah penjualan hasil tangkapan yang dijual oleh pedagang pengumpul ke

80 konsumen. Pada responden keenam nilai total penjualan hasil tangkapan lebih tinggi yaitu Rp 394.462.600,00 karena jumlah penjualan hasil tangkapan yang dijual juga lebih besar dibandingkan dengan responden lainnya yaitu 26.474 kg (Lampiran 19) ; sedangkan pada responden keempat nilai total penjualan hasil tangkapannya lebih rendah apabila dibandingkan dengan responden lainnya yaitu Rp 85.172.500,00 karena jumlah penjualan hasil tangkapan yang dijual paling sedikit yaitu 5.425 kg (Lampiran 17). Biaya pendistribusian adalah biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul untuk mendistribusikan hasil tangkapan ke daerah tujuan distribusi. Biaya pendistribusian di PPI Muara Angke merupakan biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul untuk mendistribusikan hasil tangkapan dari TPI ke pasar grosir Muara Angke. Biaya pendistribusian ini termasuk dengan biaya pembelian hasil tangkapan di PPI Muara Angke. Biaya yang dikeluarkan dalam pendistribusian hasil tangkapan dapat dilkelompokkan menjadi dua, yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah biaya yang nilainya dianggap tetap dan harus dikeluarkan dalam suatu waktu ; sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan dan nilainya dapat berubah. Data biaya tetap, biaya tidak tetap, dan total biaya pendistribusian oleh 6 responden pedagang pengumpul yang berada di PPI Muara Angke ditunjukan pada Tabel 20. Tabel 20 Data biaya tetap, biaya tidak tetap dan total biaya pendistribusian hasil tangkapan oleh 6 responden pedagang pengumpul di pasar grosir Muara Angke pada bulan Maret, 2010 Responden ke- Total biaya tetap (Rp) Total biaya tidak tetap (Rp) Total biaya pendistribusian (Rp) 1 250.000,00 125.747.005,00 125.997.005,00 2 250.000,00 228.479.114,00 228.729.114,00 3 250.000,00 384.035.006,00 384.285.006,00 4 250.000,00 84.147.175,00 84.397.175,00 5 250.000,00 328.394.656,00 328.644.656,00 6 250.000,00 387.513.578,00 387.763.578,00 Biaya tetap yang dikeluarkan oleh pedagang pasar grosir Muara Angke dalam satu bulan adalah Rp 250.000,00 untuk sewa lapak. Biaya tersebut tetap dikeluarkan oleh pedagang pengumpul, walaupun kegiatan jual beli hasil tangkapan di pasar grosir Muara Angke tidak berjalan.

81 Biaya tidak tetap dikeluarkan oleh pedagang di pasar grosir Muara Angke untuk keperluan pendistribusian hasil tangkapan dari TPI ke pasar grosir Muara Angke, dengan rincian sebagai berikut : biaya sewa gerobak, biaya sewa fiber, biaya sewa bak, biaya pembelian plastik pembungkus, biaya upah pekerja, biaya sewa keranjang, biaya pembelian es, biaya keamanan dan biaya retribusi sebesar 3% dari total penjualan hasil tangkapan. Biaya tidak tetap yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul berkaitan dengan jumlah penjualan hasil tangkapan yang akan di jual di pasar grosir Muara Angke. Semakin besar jumlah penjualan hasil tangkapan yang akan dijual di pasar grosir Muara Angke, maka akan semakin besar biaya tidak tetap yang akan dikeluarkan oleh pedagang pengumpul. Misalnya, pada responden keenam jumlah penjualan hasil tangkapan yaitu sebesar 26.474 kg per bulan. Jumlah penjualan hasil tangkapan ini merupakan jumlah penjualan hasil tangkapan yang terbesar dibandingkan dengan responden lainya, maka akan semakin besar pula biaya tidak tetap yang dikeluarkan oleh responden keenam untuk keperluan hasil tangkapan yaitu sebesar Rp 387.513.578,00. Biaya tidak tetap tersebut digunakan antara lain untuk pembelian hasil tangkapan ; biaya sewa bak, biaya sewa keranjang, biaya sewa fiber, dan biaya lainnya. Total biaya pendistribusian terkait langsung dengan biaya tidak tetap yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul. Pada responden keenam total biaya pendistribusian yang dikeluarkan lebih besar dibandingkan dengan pedagang pengumpul lainnya yaitu sebesar Rp 387.763.578,00 ; karena biaya tidak tetap yang dikeluarkan responden keenam juga besar yaitu sebesar Rp 387.513.578,00. Pada responden keempat total biaya pendistribusian yang dikeluarkan paling kecil dibandingkan dengan responden lainnya yaitu sebesar Rp 84.397.175,00 ; karena biaya tidak tetap yang dikeluarkan oleh responden keempat juga paling sedikit yaitu sebesar Rp 84.147.175,00. Efisiensi pendistribusian dilakukan untuk membandingkan output dengan input dari masing-masing 6 responden pedagang pengumpul di pasar grosir Muara Angke. Output dari pedagang pengumpul di pasar grosir Muara Angke adalah nilai total penjualan hasil tangkapan yang dijual oleh pedagang pengumpul ke pembeli dalam satu bulan yaitu lama waktu penelitian, sedangkan input adalah

82 total biaya pendistribusian yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul untuk mendistribusikan hasil tangkapan dari TPI ke pasar grosir Muara Angke dalam satu bulan, antara lain : biaya tetap untuk sewa lapak dan biaya tidak tetap (biaya sewa gerobak, biaya sewa fiber, biaya sewa bak, biaya upah pedagang dan pekerja, biaya es untuk mengawetkan hasil tangkapan dan biaya lainnya). Data mengenai nilai total penjualan, total biaya pendistribusian dan nilai efisiensi pendistribusian ditunjukkan pada Tabel 21. Tabel 21 Data nilai total penjualan, total biaya pendistribusian, keuntungan dan nilai efisiensi pendistribusian oleh 6 responden pedagang pengumpul di pasar grosir Muara Angke pada bulan Maret, 2010 Responden ke- Nilai total penjualan (Rp) Total biaya pendistribusian (Rp) Keuntungan (Rp) Efisiensi pendistribusian (TBP /NTP) (%) 1 128.293.500,00 125.997.005,00 2.296.495,00 1,02 2 233.113.800,00 228.729.114,00 4.384.686,00 1,02 3 394.140.200,00 384.285.006,00 9.855.194,00 1,03 4 85.172.500,00 84.397.175,00 775.325,00 1,01 5 335.240.200,00 328.644.656,00 6.595.544,00 1,02 6 394.462.600,00 387.763.578,00 6.699.022,00 1,02 Rata-rata 261.737.133,33 256.636.089,00 5.101.044,33 1,02 Keterangan : NTP : Nilai Total Penjualan TBP : Total Biaya Pendistribusian Keuntungan terbesar yaitu Rp 9.855.194,00 diperoleh oleh responden ketiga, sedangkan keuntungan terkecil yaitu sebesar Rp 775.325,00 diperoleh oleh responden keempat. Besarnya keuntungan yang diperoleh oleh pedagang pengumpul terkait dengan besarnya nilai total penjualan yang diterima dan total biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul. Semakin besar nilai total penjualan yang didapat oleh pedagang pengumpul maka akan semakin besar pula keuntungan yang didapat. Sebaliknya, semakin kecil biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul maka keuntungan yang didapat akan semakin besar. Total biaya merupakan penjumlahan dari total biaya tetap, total biaya pembelian hasil tangkapan, dan total biaya pendistribusian hasil tangkapan. Dari tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata nilai efisiensi pendistribusian hasil tangkapan dari keenam responden pedagang pengumpul di PPI Muara Angke sebesar 1,02. Nilai tersebut dapat diartikan bahwa setiap satu rupiah yang dikeluarkan mampu menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,02.

83 Nilai efisiensi pendistribusian yang terbesar adalah sebesar 1,03 yang terdapat pada responden ketiga. Nilai efisiensi pendistribusian tersebut diperoleh dari pembagian antara nilai total penjualan hasil tangkapan oleh pedagang pengumpul dengan total biaya pendistribusian. Semakin besar nilai efisiensi pendistribusian hasil tangkapan ; artinya total biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul untuk mendistribusikan hasil tangkapan akan semakin kecil. Hal ini menunjukkan bahwa responden ketiga merupakan responden yang paling efisien dalam mendistribusikan hasil tangkapan dari TPI ke pasar grosir Muara Angke. Pada responden keempat nilai efisiensi pendistribusian yang didapat sebesar 1,01. Nilai efisiensi pendistribusian tersebut diperoleh dari pembagian antara nilai total penjualan hasil tangkapan oleh pedagang pengumpul dengan total biaya pendistribusian. Nilai efisiensi pendistribusian tersebut merupakan nilai efisiensi pendistribusian terkecil yang didapat dari keenam responden di pasar grosir Muara Angke. Semakin kecil nilai efisiensi pendistribusian hasil tangkapan ; artinya total biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul untuk mendistribusikan hasil tangkapan akan semakin besar. Hal ini menunjukkan bahwa responden keempat merupakan responden yang paling tidak efisien dalam mendistribusikan hasil tangkapannya dari TPI ke pasar grosir Muara Angke.