Analisis Deiksis dalam Komik Angkara Tan Nendra Karya Resi Wiji S. dalam Majalah Panjebar Semangat

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG KARYA SUPARTO BRATA

BAB 1 PENDAHULUAN. sama lain. Bahasa merupakan media yang digunakan oleh manusia untuk

DEIKSIS DALAM TEKS ANEKDOT PADA MEDIA MASSA KORAN SOLOPOS EDISI SEPTEMBER SAMPAI NOVEMBER TAHUN 2014

Kajian Deiksis dalam Cerita Bersambung Getih Sri Panggung Karya Kukuh S.Wibowo Panjebar Semangat Edisi 23 Maret 29 Juni 2013

ANALISIS DEIKSIS DALAM TAJUK RENCANA HARIAN KOMPAS DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN MENULIS DI KELAS X

Analisis Deiksis Cerita Bersambung Evelyn karya Dyah Katrina dalam Majalah Djaka Lodang Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani deiktikos yang memiliki arti

DEIKSIS DALAM RUBRIK AH TENANE PADA SURAT KABAR HARIAN UMUM SOLOPOS

DEIKSIS ARTIKEL HARIAN SUARA MERDEKA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN MENULIS NARASI NONFIKSI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL KIRTI NJUNJUNG DRAJAT KARYA R. Tg. JASAWIDAGDA

ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL LINTANG PANJER RINA KARYA DANIEL TITO DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA. Diyah Agustiyan Universitas Muhammadiyah Purworejo

BAB III METODE PENELITIAN

ANAFORA GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL GARUDA PUTIH KARYA SUPARTO BRATA

ANALISIS DEIKSIS PADA KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X OTOMOTIF SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

BAB II KAJIAN TEORI. yang relevan dengan hal yang sedang berlangsung. Bertolak pada kenyataan

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM NOVEL JARING KALAMANGGA KARYA SUPARTO BRATA

ANALISIS WACANA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL DALAM NOVEL PRAWAN NGISOR KRETEG KARYA SOETARNO

PEMAKAIAN DEIKSIS PERSONA, LOKASIONAL, DAN TEMPORAL DALAM NOVEL AYAT-AYAT CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY SKRIPSI

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya. Analisis jenis kalimat, bentuk penanda dan fungsi tindak tutur

ANALISIS DEIKSIS DALAM TAJUK RENCANA KORAN REPUBLIKA

DEIKSIS PERSONA DALAM NOVEL TUNGGAK-TUNGGAK JATI KARYA ESMIET SEBUAH KAJIAN PRAGMATIK SKRIPSI

ANALISIS DEIKSIS DALAM CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGANYAR

KAJIAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM NOVEL KADURAKAN ING KIDUL DRINGU KARYA SUPARTO BRATA

BAB I PENDAHULUAN. Semantik merupakan ilmu tentang makna, dalam bahasa Inggris disebut meaning.

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PADA CERBUNG KUCING SILUMAN MAJALAH JAYA BAYA EDISI 15 JULI 16 SEPTEMBER 1990 KARYA SOEMARNO WHD

PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA DALAM WACANA DIALOG ACARA BUKAN EMPAT MATA EPISODE 30 OKTOBER 2013

BAB I PENDAHULUAN. sarana mengungkapkan ide, gagasan, pikiran realitas, dan sebagainya. dalam berkomunikasi. Penggunaan bahasa tulis dalam komunikasi

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER

BAB I PENDAHULUAN. novel, buku, surat, dan dokumen tertulis, yang dilihat dari struktur lahirnya (dari

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan untuk mengetahui keaslian penelitian yang dilakukan. Tinjauan

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF DALAM LAPORAN PERJALANAN SISWA KELAS V11 F SMP 1 MUHAMMADIYAH KARTASURA

REFERENSI DALAM WACANA BERBAHASA JAWA DI SURAT KABAR

ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN. NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013

BAB II PEMBAHASAN. Dalam pembahasan ini akan dipaparkan mengenai penanda kohesi (baik

Kajian Kohesi dan Koherensi dalam Novel Lintang Karya Ardini Pangastuti, Bn

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi

BAB I PENDAHULUAN. mengandung banyak pengetahuan didalamnya. Tidak jarang ditemui kesulitan

BAB 1 PENDAHULUAN. menyampaikan ide, gagasan dan pesan yang hendak disampaikan oleh penutur

PRINSIP KESOPANAN DAN PARAMETER PRAGMATIK CERITA BERSAMBUNG ARA-ARA CENGKAR TANPA PINGGIR DALAM MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2010

BENTUK DAN POSISI TINDAK PERSUASIF DALAM WACANA SPANDUK DI LINGKUNGAN PEMERINTAHAN KOTA SURAKARTA: KAJIAN PRAGMATIK NASKAH PUBLIKASI

I. PENDAHULUAN. dalam mencari informasi dan berkomunikasi. Klausa ataupun kalimat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat berupa karya sastra fiksi dan non-fiksi. Karya sastra fiksi berupa hasil

Analisis Onomatope Dalam Roman Dhahuru Ing Loji Kepencil Karya Suparto Brata

REFERENSI DALAM WACANA HUMOR BERBAHASA JAWA CURANMOR (CURAHAN PERASAAN DAN HUMOR) DI SIARAN YES RADIO CILACAP

Kata kunci: kesalahan ejaan, karangan siswa kelas V.

ARTIKEL E-JOURNAL SYARIFAH FADILAH NIM

KOHESI GRAMATIKAL REFERENSI PADA RUBRIK HARIAN KRONIK SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS OKTOBER-NOVEMBER 2012 NASKAH PUBLIKASI

Analisis Sapaan Dalam Novel Gumuk Sandhi Karya Poerwadhie Atmodihardjo

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berinteraksi antarindividu maupun kelompok.

ANALISIS TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL DALAM NOVEL TRAJU MAS KARYA IMAM SARDJONO

KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF PADA KISAH NABI MUHAMMAD SAW DALAM BUKU KISAH-KISAH TELADAN 25 NABI DAN RASUL KARYA MB.

ASPEK LEKSIKAL DAN GRAMATIKAL PADA LIRIK LAGU JIKA KARYA MELLY GOESLOW. Rini Agustina

Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan berkomunikasi. Dalam kegiatan berkomunikasi, manusia. perasaan, mengungkapakan kejadian yang dialami, bahkan mengungkapkan

PENGACUAN PRONOMINA PERSONA

BENTUK PENGACUAN EKSOFORA PADA BAGIAN LATAR BELAKANG SKRIPSI JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA DI PERGURUAN TINGGI UMS, UNS DAN UNIVET

ANALISIS STRUKTURAL DAN MORALITAS TOKOH DALAM DONGENG PUTRI ARUM DALU KARANGAN DHANU PRIYO PRABOWO

PEMAKAIAN DEIKSIS SOSIAL DALAM TAJUK RENCANA HARIAN KOMPAS EDISI JANUARI FEBRUARI 2010 SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. anggota kelompok tertentu dalam bekerja sama, berkomunikasi, dan

PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DALAM KUMPULAN CERPEN KOMPAS 2014 TART DI BULAN HUJAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS VII SMP

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM SLOGAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA. Naskah Publikasi

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA RUBRIK FOKUS SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS EDISI OKTOBER 2011

Analisis Tindak Tutur Komisif Bahasa Jawa dalam Cerbung Tresna Kagiles Ila-Ila karya Mbah Brintik pada Majalah Jayabaya Tahun 2011

BAB V PENUTUP. A. Simpulan

IDENTIFIKASI KARAKTER TOKOH UTAMA DALAM NOVEL DI UJUNG JALAN SUNYI KARYA MIRA WIJAYA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA KELAS XI

PRATIWI AMALLIYAH A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

CAMPUR KODE BAHASA INDONESIA KE DALAM BAHASA JAWA PADA SIARAN RADIO JAMPI SAYAH DI RADIO SKB POP FM GOMBONG

BAB I PENDAHULUAN. tutur/ pendengar/ pembaca). Saat kita berinteraksi/berkomunikasi dengan orang

BAB I PENDAHULUAN. Prosa dalam pengertian kesusastraan disebut fiksi (fiction), teks naratif

PENGGUNAAN DEIKSIS SEMANTIK DALAM CERPEN SILUET JINGGA KARYA ANGGI P

Analisis Semantik Geguritan dalam Majalah Panjebar Semangat Periode Januari-Juli 2013 Edisi 1-30

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. apabila referennya berpindah-pindah tergantung pada siapa yang menjadi si

Oleh : Wahyu Sriastuti program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa

zs. /or.wisman lladi, M.Hum. ANA,LISIS PENAI{DA KOHESI GRAMATIKAL ARTIKEL POLITIK PADA MEDIA OFII.,INE KOMPASIANA.COM ARTIKEL Asrul Khairillrsibuan

ANALISIS DEIKSIS NOVEL BILA CINTA MENCARI CAHAYA KARYA HARRI ASH SHIDDIQIE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

THE REFERENCE IN SHORT STORIES COLLECTIONS OF KARPET MERAH WAKIL PRESIDEN ABDUL KADIR IBRAHIM

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Kohesi gramatikal..., Bayu Rusman Prayitno, FIB UI, 2009

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-KAHFI (SURAT 18)

THE USE OF DEIXIS IN THE GAGASAN RUBRIC IN HALUAN RIAU NEWSPAPER

ANALISIS PENGGUNAAN DEIKSIS PERSONA PADA NOVEL LAKSMANA JANGOI KARYA MUHARRONI

BAB I PENDAHULUAN. orang yang tidak hadir dalam tempat terjadinya pembicaraan. Dalam hal kegiatan

OLEH: SURAHMAT NPM:

ABSTRAK. Kata kunci: unsur intrinsik, nilai religius, bahan pembelajaran sastra.

PENGGUNAAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA PENYAMPAIAN CERITA PRIBADI ANAK KELAS V DI SD KUNTI ANDONG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam lingkungan. manusia untuk saling menyampaikan pesan dan maksud yang akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas

BAB V PENUTUP. serta berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, tuturan ekspresif dalam

BAB I PENDAHULUAN. narasi. Di dalam wacana naratif mengandung suatu gagasan atau informasi dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Harimurti Kridalaksana, 2008: 24). Kelangsungan hidup suatu bahasa sangat

Analisis Kesalahan Menulis Karangan Narasi Ragam Krama pada Siswa Kelas XI SMA Islam Sudirman Kaliangkrik Kabupaten Magelang

Oleh: Nurul Habibah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Transkripsi:

Analisis Deiksis dalam Komik Angkara Tan Nendra Karya Resi Wiji S. dalam Majalah Panjebar Semangat Oleh: Anis Cahyani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa namakuaniscahyani@yahoo.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) jenis dan bentuk deiksis dalam komik Angkara Tan Nendra karya Resi Wiji S. dan (2) pengacuan deiksis dalam komik Angkara Tan Nendra karya Resi Wiji S. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Subjek penelitian ini adalah komik Angkara Tan Nendra karya Resi Wiji S. Selanjutnya, objek penelitian ini adalah satuan gramatikal berupa kata, frasa, klausa maupun kalimat yang mengandung jenis, bentuk, dan pengacuan deiksis dalam komik Angkara Tan Nendra karya Resi Wiji S. Data dikumpulkan menggunakan teknik dasar dengan metode simak dan teknik lanjutan berupa teknik catat. Kemudian, data dianalisis menggunakan metode content analysis atau analisis isi. Adapun pemaparan hasil analisis menggunakan metode informal. Metode informal tersebut digunakan untuk memaparkan jenis, bentuk, dan pengacuan deiksis dalam komik Angkara Tan Nendra karya Resi Wiji S. Hasil penelitian ini adalah ditemukannya (1) tiga jenis deiksis dengan berbagai bentuk deiksisnya dalam komik Angkara Tan Nendra karya Resi Wiji S. dan (2) dua jenis pengacuan dalam komik Angkara Tan Nendra karya Resi Wiji S., yaitu a) pengacuan endofora, yang mencakup pengacuan anafora dan pengacuan katafora; dan b) pengacuan eksofora. Tiga jenis deiksis dalam komik Angkara Tan Nendra karya Resi Wiji S. tersebut meliputi (a) deiksis persona, (b) deiksis ruang, dan (c) deiksis waktu. Bentuk deiksis persona dalam komik Angkara Tan Nendra karya Resi Wiji S. meliputi (i) bentuk bebas aku, kula, kawula, awake dhewe, kita, sliramu, kowe, paduka, panjenengan sakarone, kowe sakarone, dheweke, panjenengane ; (ii) bentuk terikat dak-, tak-, -ku, kok-, -mu, -e, -ipun ; dan (iii) bentuk ketakziman kakang, dhimas, adhi, kisanak, ngger, kulup. Selanjutnya, bentuk deiksis ruang dalam komik Angkara Tan Nendra karya Resi Wiji S. meliputi bentuk kene, kono, kana, iki, iku. Selain itu, bentuk deiksis waktu dalam komik Angkara Tan Nendra karya Resi Wiji S. meliputi bentuk saiki, seprene, nalika, mengko, banjur, nuli, sesuk, candhake. Kata Kunci: Deiksis, komik Pendahuluan Bahasa memiliki hubungan yang sangat erat dengan sastra. Seseorang dapat berimajinasi dan mengekspresikan perasaannya melalui bahasa yang dituangkan ke dalam tulisan atau rangkaian kata-kata menjadi sebuah karya sastra. Komik merupakan salah satu bentuk karya sastra yang berusaha mentransfer pesan-pesan, pelukisan alur, tokoh, setting, serta unsur-unsur intrinsik lainnya dengan memanfaatkan media bahasa tak langsung atau bahasa tulis dan didukung dengan visualisasi gambar dua dimensi. Perbedaan pemilihan bahasa antar tokoh pada komik dipengaruhi oleh tokoh, tempat, dan waktu yang digunakan dalam Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 16

proses komunikasinya. Oleh karena itu, pengarang seringkali menggunakan bentuk-bentuk deiksis atau kata ganti dalam pelukisan tokoh, tempat, dan waktu pada komik untuk mengurangi kesan yang monoton. Penggunaan bentuk-bentuk deiksis atau kata ganti tersebut justru dapat memberikan variasi dalam penyebutann tokoh, tempat, beserta waktu yang terdapat dalam sebuah komik. Penelitian terhadap kajian deiksis dirasa penting sekali agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap penafsiran makna dalam tuturan yang mengandung deiksis. Deiksis itu sendiri merupakan cara merujuk sesuatu yang terikat konteks penutur (Kushartanti, 2005:11). Salah satu karya sastra yang menggunakan berbagai bentuk deiksis adalah komik Angkara Tan Nendra karya Resi Wiji S. Banyaknya tokoh, tempat, dan waktu dalam komik Angkara Tan Nendra menyebabkan keanekaragaman dalam pemilihan bahasa dalam tindak tutur antar tokohnya. Dengan demikian, deiksis dan referen yang terdapat di dalamnya juga semakin beragam. Misalnya, deiksis persona untuk menggantikan nama tokoh dengan bentuk aku, kowe, kakang, awake dhewe ; deiksis ruang untuk menggantikan nama tempat dengan bentuk iki, iku, kene, kono ; dan deiksis waktu untuk menggantikan waktu dengan bentuk banjur, nalika, saiki. Bentuk kata yang telah disebutkan di atas adalah kata-kata yang bersifat deiksis. Analisis deiksis pada komik Angkara Tan Nendra menarik untuk dilakukan karena ceritanya mempunyai kekhasan tersendiri dalam penyebutan nama tokoh pada khususnya. Kata ganti yang digunakan komik Angkara Tan Nendra jarang dijumpai dalam wacana sastra lain seperti cerkak, cerbung, maupun novel berbahasa Jawa lainnya, karena komik ini sarat akan unsur-unsur bahasa lokal istana sentris, yaitu bentuk-bentuk bahasa yang hanya produktif digunakan dalam lingkup kerajaan atau istana. Misalnya, penggunaan pronomina persona bentuk bebas yang disebutkan dengan bentuk empu, kakang, dhimas, paduka, kisanak, dan kulup. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 17

Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Subjek penelitian ini adalah komik Angkara Tan Nendra karya Resi Wiji S. Objek penelitian ini adalah satuan gramatikal berupa kata, frasa, klausa maupun kalimat yang mengandung jenis, bentuk, dan pengacuan deiksis dalam komik Angkara Tan Nendra karya Resi Wiji S. Data dikumpulkan menggunakan teknik dasar dengan metode simak dan teknik lanjutan berupa teknik catat. Data dianalisis menggunakan metode content analysis atau analisis isi. Pemaparan hasil analisis menggunakan metode informal. Metode informal tersebut digunakan untuk memaparkan jenis, bentuk, dan pengacuan deiksis dalam komik Angkara Tan Nendra karya Resi Wiji S. Hasil Penelitian 1. Jenis deiksis yang ditemukan dalam komik Angkara Tan Nendra karya Resi Wiji S. ada tiga dengan berbagai bentuk deiksisnya. Ketiga jenis deiksis tersebut adalah sebagai berikut. a) Deiksis persona 1) Deiksis persona pertama tunggal bentuk bebas dengan bentuk aku, kula, kawula Jenis deiksis persona pertama tunggal bentuk bebas dengan bentuk aku, kula, kawula digunakan untuk menunjuk dirinya sendiri sebagai orang pertama (penutur) secara tunggal (satu orang). Bentuk aku, kula, kawula termasuk dalam bentuk bebas karena bentukbentuk kata tersebut dapat berdiri sendiri sebagai kata dan tidak membutuhkan bentuk lain yang digabung dengannya, serta dapat dipisah dengan bentuk-bentuk lain di depan maupun di belakangnya. 2) Deiksis persona pertama jamak bentuk bebas dengan bentuk awake dhewe, kita Jenis deiksis persona pertama jamak bentuk bebas dengan bentuk awake dhewe, kita digunakan untuk menunjuk dirinya sendiri Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 18

sebagai orang pertama (penutur) bersama lawan tutur sebagai orang kedua dan ketiga (selain penutur dan lawan tutur). Bentuk awake dhewe, kita termasuk dalam bentuk bebas karena bentuk-bentuk kata tersebut dapat berdiri sendiri sebagai kata dan tidak membutuhkan bentuk lain yang digabung dengannya, serta dapat dipisah dengan bentuk-bentuk lain di depan maupun di belakangnya. 3) Deiksis persona pertama bentuk terikat lekat kiri dengan bentuk dak-, tak- Jenis deiksis persona pertama bentuk terikat lekat kiri dengan bentuk dak-, tak- digunakan untuk menunjuk suatu pekerjaan yang dilakukan oleh dirinya sendiri (penutur). Bentuk dak-, tak- termasuk dalam bentuk terikat lekat kiri karena bentuk-bentuk kata tersebut tidak dapat berdiri sendiri sebagai kata dan harus melekat pada bentuk kata lainnya di sebelah kiri atau di depannya. 4) Deiksis persona pertama bentuk terikat lekat kanan dengan bentuk -ku Jenis deiksis pertama bentuk terikat lekat kanan dengan bentuk -ku digunakan untuk menunjuk kepemilikan orang pertama (penutur). Bentuk -ku termasuk dalam bentuk terikat lekat kanan karena tidak dapat berdiri sendiri sebagai kata dan harus melekat pada bentuk lainnya di sebelah kanan atau di belakangnya. 5) Deiksis persona kedua tunggal bentuk bebas dengan bentuk sliramu, kowe, paduka Jenis deiksis persona kedua tunggal bentuk bebas dengan bentuk sliramu, kowe, paduka digunakan untuk menunjuk lawan tutur sebagai orang kedua secara tunggal (satu orang). Bentuk sliramu, kowe, paduka termasuk dalam bentuk bebas karena bentuk-bentuk kata tersebut dapat berdiri sendiri sebagai kata dan tidak membutuhkan bentuk lain yang digabung dengannya, serta dapat dipisah dengan bentuk-bentuk lain di depan maupun di belakangnya. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 19

6) Deiksis persona kedua jamak bentuk bebas dengan bentuk panjenengan sakarone, kowe sakarone Jenis deiksis persona kedua jamak bentuk bebas dengan bentuk panjenengan sakarone, kowe sakarone digunakan untuk menunjuk dua lawan tuturnya sebagai orang kedua. Bentuk panjenengan sakarone, kowe sakarone termasuk dalam bentuk bebas karena bentuk-bentuk kata tersebut dapat berdiri sendiri sebagai kata dan tidak membutuhkan bentuk lain yang digabung dengannya, serta dapat dipisah dengan bentuk-bentuk lain di depan maupun di belakangnya. 7) Deiksis persona kedua ketakziman dengan bentuk kakang, dhimas, adhi, kisanak, ngger, kulup Jenis deiksis persona kedua ketakziman dengan bentuk kakang, dhimas, adhi, kisanak, ngger, kulup digunakan untuk menunjuk lawan tutur sebagai orang kedua secara tunggal (satu orang). Bentuk kakang, dhimas, adhi, kisanak, ngger, kulup termasuk dalam bentuk ketakziman karena merupakan bentuk kata sapaan yang dapat berdiri sendiri sebagai kata dan tidak membutuhkan bentuk lain yang digabung dengannya, serta dapat dipisah dengan bentuk-bentuk lain di depan maupun di belakangnya. 8) Deiksis persona kedua bentuk terikat lekat kiri dengan bentuk kok- Jenis deiksis persona kedua bentuk terikat lekat kiri dengan bentuk kok- digunakan untuk menunjuk suatu pekerjaan yang dilakukan oleh lawan tuturnya. Bentuk kok- termasuk dalam bentuk terikat lekat kiri karena bentuk-bentuk kata tersebut tidak dapat berdiri sendiri sebagai kata dan harus melekat pada bentuk kata lainnya di sebelah kiri atau di depannya. 9) Deiksis persona kedua bentuk terikat lekat kanan dengan bentuk -mu Jenis deiksis kedua bentuk terikat lekat kanan dengan bentuk -mu digunakan untuk menunjuk kepemilikan lawan tuturnya. Bentuk - Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 20

mu termasuk dalam bentuk terikat lekat kanan karena tidak dapat berdiri sendiri sebagai kata dan harus melekat pada bentuk lainnya di sebelah kanan atau di belakangnya. 10) Deiksis persona ketiga tunggal bentuk bebas dengan bentuk dheweke, panjenengane Jenis deiksis sona ketiga tunggal bentuk bebas dengan bentuk dheweke, panjenengane digunakan untuk menunjuk selain penutur dan lawan tutur sebagai orang ketiga secara tunggal (satu orang). Bentuk dheweke, panjenengane termasuk dalam bentuk bebas karena bentuk-bentuk kata tersebut dapat berdiri sendiri sebagai kata dan tidak membutuhkan bentuk lain yang digabung dengannya, serta dapat dipisah dengan bentuk-bentuk lain di depan maupun di belakangnya. 11) Deiksis persona ketiga terikat lekat kanan dengan bentuk -e, -ipun Jenis deiksis persona ketiga terikat lekat kanan dengan bentuk -e, -ipun digunakan untuk menunjuk kepemilikan lawan tuturnya. Bentuk -e, -ipun termasuk dalam bentuk terikat lekat kanan karena tidak dapat berdiri sendiri sebagai kata dan harus melekat pada bentuk lainnya di sebelah kanan atau di belakangnya. b) Deiksis ruang 1) Deiksis ruang untuk menunjukkan tempat yang dekat dengan penutur dengan bentuk kene, iki Jenis deiksis ruang dengan bentuk kene, iki digunakan untuk menunjukkan tempat yang dekat dengan penutur. 2) Deiksis ruang untuk menunjukkan tempat yang agak dekat atau agak jauh dengan penutur dengan bentuk kono, iku Jenis deiksis ruang dengan bentuk kono, iku digunakan untuk menunjukkan tempat yang agak dekat atau agak jauh dengan penutur. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 21

3) Deiksis ruang untuk menunjukkan tempat yang jauh dengan penutur dengan bentuk kana Jenis deiksis ruang dengan bentuk kana digunakan untuk menunjukkan tempat yang jauh dengan penutur. c) Deiksis waktu 1) Deiksis waktu yang menunjukkan waktu kini dengan bentuk saiki, seprene Jenis deiksis waktu yang menunjukkan waktu kini dengan bentuk saiki, seprene digunakan untuk menunjuk waktu sekarang atau waktu berlangsungnya tuturan. 2) Deiksis waktu yang menunjukkan waktu lampau dengan bentuk nalika Jenis deiksis waktu yang menunjukkan waktu lampau dengan bentuk nalika digunakan untuk menunjuk waktu lampau atau waktu sebelum berlangsungnya tuturan. 3) Deiksis waktu yang menunjukkan waktu yang akan datang dengan bentuk mengko, banjur, nuli, sesuk, candhake Jenis deiksis waktu yang menunjukkan waktu yang akan datang dengan bentuk mengko, banjur, nuli, sesuk, candhake digunakan untuk menunjuk waktu yang akan datang atau waktu setelah berlangsungnya tuturan. 2. Jenis pengacuan yang ditemukan dalam komik Angkara Tan Nendra karya Resi Wiji S. ada dua, yaitu sebagai berikut. a) Pengacuan endofora Pengacuan endofora adalah apabila acuannya (satuan lingual yang diacu) berada atau terdapat di dalam teks wacana itu (Sumarlam, 2010: 41). Unsur-unsur yang diacu dalam pengacuan endofora pada komik Angkara Tan Nendra karya Resi Wiji S. terdiri dari tiga bentuk, yaitu a) bentuk persona, b) bentuk demonstratif tempat, dan c) bentuk demonstratif waktu. Unsur yang berbentuk persona mengacu kepada Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 22

Mahesa Lawe, Padmarini, Gembor, Menjangan Gunung Wilis, Empu Ranggaseta, manungsa atopeng kayu manusia bertopeng kayu, begal/begundhal penjahat. Selanjutnya, unsur yang berbentuk demonstratif tempat mengacu kepada alas hutan, cangkeming guwa mulut gua, njero guwa di dalam gua, guwa guwa, ngisor wit preh bawah pohon beringin, Alas Wadhas Gempal, pinggir alas pinggir hutan, dan kali sungai. Adapun unsur yang berbentuk demonstratif waktu mengacu kepada waktu esuk pagi. Sementara itu, pengacuan endofora yang ditemukan dalam komik Angkara Tan Nendra karya Resi Wiji S. mencakup dua jenis pengacuan, yaitu pengacuan anafora dan pengacuan katafora. 1) Pengacuan anafora Pengacuan anafora adalah salah satu kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain yang mendahuluinya, atau mengacu antesenden di sebelah kiri, atau mengacu pada unsur yang telah disebutkan terdahulu (Sumarlam, 2010:41). Pengacuan anafora yang ditemukan dalam komik Angkara Tan Nendra karya Resi Wiji S., misalnya yaitu pada tuturan Oh Lawe, geneya kowe?, kata kowe kamu mengacu pada Lawe yang mendahuluinya. 2) Pengacuan katafora Pengacuan katafora adalah salah satu kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain yang mengikutinya, atau mengacu antesenden di sebelah kanan, atau mengacu pada unsur yang baru disebutkan kemudian (Sumarlam, 2010:41). Pengacuan katafora yang ditemukan dalam komik Angkara Tan Nendra karya Resi Wiji S., misalnya yaitu pada tuturan Yen kowe wis oleh pituduh, banjur menyang ngendi anggon kita ngluru dununge durjana kang wis gawe kapitunane wong akeh mau, Lawe, kata kowe kamu mengacu pada Lawe yang mengikutinya. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 23

b) Pengacuan eksofora Pengacuan eksofora adalah apabila acuannya (satuan lingual yang diacu) berada atau terdapat di luar teks wacana itu (Sumarlam, 2010: 41). Unsur-unsur yang diacu dalam pengacuan eksofora pada komik Angkara Tan Nendra karya Resi Wiji S. meliputi bentuk bentuk persona dan bentuk demonstratif waktu. Unsur yang berbentuk persona mengacu kepada para pembaca komik Angkara Tan Nendra, sedangkan unsur yang berbentu demonstratif waktu mengacu kepada waktu yang menunjukkan waktu kini atau sekarang, waktu lampau, dan waktu yang akan datang. Simpulan Berdasarkan analisis deiksis dalam komik Angkara Tan Nendra karya Resi Wiji S. yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Jenis deiksis yang terdapat dalam komik Angkara Tan Nendra karya Resi Wiji S. ada 3 (tiga), yaitu (a) deiksis persona, (b) deiksis ruang, dan (c) deiksis waktu. Bentuk deiksis persona dalam komik Angkara Tan Nendra karya Resi Wiji S. meliputi (i) bentuk bebas (tunggal) aku, kula, kawula, sliramu, kowe, paduka, dheweke, panjenengane, (jamak) awake dhewe, kita, panjenengan sakarone, kowe sakarone ; (ii) bentuk terikat dak-, tak-, -ku, kok-, -mu, -e, -ipun ; dan (iii) bentuk ketakziman kakang, dhimas, adhi, kisanak, ngger, kulup. Selanjutnya, bentuk deiksis ruang dalam komik Angkara Tan Nendra karya Resi Wiji S. meliputi bentuk kene, kono, kana, iki, iku. Selain itu, bentuk deiksis waktu dalam komik Angkara Tan Nendra karya Resi Wiji S. meliputi bentuk saiki, seprene, nalika, mengko, banjur, nuli, sesuk, candhake. 2. Jenis pengacuan yang terdapat dalam komik Angkara Tan Nendra karya Resi Wiji S. ada 2 (dua), yaitu (a) pengacuan endofora, yang mencakup pengacuan anafora dan pengacuan katafora; dan (b) pengacuan eksofora. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 24

Daftar Pustaka Kushartanti, Untung Yuwono & Multamia RMT Lauder. (Eds.). 2005. Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Lubis, A. Hamid Hasan. 2010. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Angkasa. Purwo, Bambang Kaswanti. 1990. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: Kanisius. Sumarlam. 2010. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta: Katta. Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa. Verhaar, J.M.W. 2001. Asas-asas Linguistik Umum. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Wijana, I Dewa Putu dan Rohmadi, Muhammad. 2009. Analisis Wacana Pragmatik: Kajian Teori dan Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 25