CONTEXT INPUT PROCESS PRODUCT (CIPP): MODEL EVALUASI LAYANAN INFORMASI

dokumen-dokumen yang mirip
EVALUASI PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DI SMAN 46 JAKARTA SELATAN

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KOTA PALANGKA RAYA. Oleh : Taufik Yusuf * dan M.

FAKTOR PENGHAMBAT PELAKSANAAN EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING OLEH GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMA NEGERI KOTA PADANG.

KINERJA KONSELOR SEKOLAH DALAM PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PADA KONSELOR SEKOLAH SE- KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN AKADEMIK 2012/2013

INSTRUMEN EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara

HUBUNGAN BIMBINGAN KARIR DENGAN MINAT MELANJUTKAN STUDI SISWA KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 2 KANDAT KABUPATEN KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. kerja dengan pemenuhan kompetensi diberbagai pengembangan. Pada masa

Peningkatan Kemampuan Mengemukakan Pendapat Melalui Layanan Bimbingan Kelompok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Evaluasi pembelajaran yang dilakukan selama ini kadang-kadang hanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap peserta didik yang menempuh pendidikan di jenjang SMA sudah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

CIPP (Context, Input, Process, Product) Oleh : Hasim Asngari NIM :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MASALAH-MASALAH YANG DIHADAPI PESERTA DIDIK DALAM PERENCANAAN KARIR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PELAYANAN BIMBINGAN KARIR

1. Penetapan dan penyediaan informasi yang bermanfaat untuk menilai keputusan alternatif;

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia

Kata Kunci : Layanan Informasi Karir, Pemilihan Karir

Oleh : ARIE KHURNIAWAN NPM SKRIPSI

KONFERENSI KASUS SEBAGAI TEKNIK PEMECAHAN MASALAH KONSELI. Kata kunci : konferensi; kasus; asas kerahasiaan; helper

PEROLEHAN SISWA SETELAH MENGIKUTI LAYANAN KONSELING PERORANGAN

UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU SOPAN SANTUN MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA

PERAN PENGAWAS BK UNTUK MENINGKATKAN PROFESIONALITAS GURU BIMBINGAN DAN KONSELING

PERSEPSI SISWA TENTANG LAYANAN INFORMASI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA YANG DIBERIKAN GURU BK SMAN 1 KUBUNG

Persepsi Siswa tentang Pelaksanaan Bimbingan Karir

BAB V PENUTUP. hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa kelas VIII B

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Yogyakarta menurut pendapat siswa berada pada kategori cukup baik, dengan

BAB II KAJIAN TEORITIS

Pendapat Siswa Tentang Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok

PENGARUH LAYANAN PENEMPATAN DAN PENYALURAN TERHADAP ORIENTASI KARIR PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 GONDANGREJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

UPAYA MENINGKATKAN KEMATANGAN KARIR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA SMK NEGERI 1 KEDAWUNG SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2015/2016

PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUTERA JURNAL

PENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah

HAMBATAN PENYELENGGARAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK OLEH GURU BK DI SMA NEGERI KOTA PADANG. Oleh: Nurlela* Azrul Said** Rahma Wira Nita**

PROSIDING Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling dan Konsorsium Keilmuan BK di PTKI Batusangkar, November 2015

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK. Meity Fitri Yani 1 Syarifuddin Dahlan 2 Yusmansyah 3

wujud nyata penyelanggaraan layanan bimbingan dan konseling. Kegiatan bimbingan, yaitu bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar,

PENGARUH MEDIA KARTU DALAM LAYANAN KONSELING KELOMPOK UNTUK PENGENTASAN MASALAH SISWA

EVALUASI MODEL CIPP TERHADAP PROGRAM MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP) KIMIA KOTA PADANG TAHUN PELAJARAN 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. suatu sekolah dikatakan berhasil jika ia mendapatkan nilai yang bagus dan

TEKNIK BERMAIN PERAN UNTUK MENGURANGI PERILAKU OFF- TASK DALAM LAYANAN INFORMASI. Slamet Riyadi SMA Negeri 1 Subah Batang, Jawa Tengah

I. PENDAHULUAN. Peran serta masyarakat dalam pendidikan pada dasarnya bukan merupakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ihsan Mursalin, 2013

STUDI DESKRIPTIF TENTANG MODEL EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMA NEGERI DI KABUPATEN BANTUL

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

A. Pengertian Evaluasi Program

BAB I PENDAHULUAN. organisasi adalah unit sosial (pengelompokan manusia) yang sengaja dibentuk

STRATEGI BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU PEMBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dan tanggung jawab yang diemban seorang guru bimbingan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 ANALISIS PROGRAM DIKLAT PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PERENCANAAN PARTISIPATIF) DI BALAI DIKLAT KEHUTANAN KADIPATEN

adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sekolah Menengah Kejuruan

Oleh : Ninik Indahwati. Kata Kunci : Program Pengajaran, Pengembangan Program Pengajaran.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kembar identik pun masih dapat dibedakan melalui sifat-sifat non-fisik yang

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK HOME WORK ASSIGMENT

BAB II KAJIAN TEORETIS. 2.1 Pengertian Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling

EVALUASI menurut Suharsimi Arikunto menyebutkan bahwa: Evaluasi merupakan kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang

ANALISIS PELAKSANAAN EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP NEGERI 1 KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO OLEH : MUHAMMAD GUFRAN LAHIYA

BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal sekarang sudah merupakan bagian yang integral dan tidak

PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MEWUJUDKAN KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK DI KELAS VII SMP NEGERI 27PADANG JURNAL PENELITIAN

PENGEMBANGAN MODEL LAYANAN INFORMASI STUDI LANJUT UNTUK MENINGKATKAN WAWASAN DUNIA PERGURUAN TINGGI

Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Profesional

ANALISIS KINERJA GURU PEMBIMBING DALAM PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang bermutu, efektif atau ideal adalah yang mengintegrasikan

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

USAHA YANG DILAKUKAN SISWA DALAM MENENTUKAN ARAH PILIHAN KARIR DAN HAMBATAN-HAMBATAN YANG DITEMUI (Studi Deskriptif terhadap Siswa SMA N 3 Payakumbuh)

FUNGSI BIMBINGAN DAN KONSELING. DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA DI MTs NEGERI SURAKARTA 1 TAHUN 2007/2008

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN SIKAP TERHADAP BIMBINGAN KONSELING DENGAN TINGKAHLAKU BERKONSULTASI PADA SISWA SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN. tersebut dikenal sebagai metode penelitian. Metode penelitian digunakan dan

MENINGKATKAN PERCAYA DIRI MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN DENGAN METODE SIMULASI. Wirahanteng SMP 2 Kajen Kabupaten Pekalongan

JURNAL PENELITIAN. Oleh : SOTRIADI NPM:

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PENINGKATAN KETERAMPILAN BOLAVOLI DI SMPN 16 MALANG DENGAN PENDEKATAN DESCREPANCY EVALUATION MODEL

PERSEPSI PESERTA DIDIK TENTANG FUNGSI TES INTELEGENSI DI SMA 11 NEGERI PADANG. Oleh: DAFIT SATRIA* Fitria Kasih ** Nofrita ** ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK MODELING TERHADAP RASA PERCAYA DIRI SISWA KELAS X SMAN 1 MOJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BELAJAR SISWA MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN

MANAJEMEN PENANGANAN MASALAH SISWA (STUDI DI MTS MUHAMMADIYAH 3 AL-FURQAN BANJARMASIN) Husnul Madihah*

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SULUH Jurnal Bimbingan Konseling, April 2017, Volume 3 Nomor 1 (42-46)

ANALISIS DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus Di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali)

HUBUNGAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 KRAS KABUPATEN KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015

I. PENDAHULUAN. Evaluasi merupakan langkah penting dalam manajemen program bimbingan.

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 1 : Hal , Juni 2015

PELAKSANAAN PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SD MUHAMMADIYAH SE SURABAYA

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENGELOLAAN EMOSI DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 KAUMANTULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015

INSTRUMEN PEMAHAMAN KARIER DALAM BENTUK PERMAINAN MONOPOLI UNTUK SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

BAB I PENDAHULUAN. Peranan layanan konseling di sekolah-sekolah sangatlah penting bahkan

peningkatan SDM berkualitas menjadi sangat penting, Terutama dengan dua hal (teori dan praktek) harus berjalan seiring dan saling melengkapi.

BAB I PENDAHULUAN. terdidik yang mampu menjawab tantangan-tantangan yang. masa mengisyaratkan bahwa secara keseluruhan mutu SDM Indonesia saat ini

MANFAAT LAYANAN KONSELING KELOMPOK DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PRIBADI SISWA

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pengaruh Penggunaan Strategi Restrukturing Kognitif dalam Konseling Kelompok terhadap Percaya Diri dalam Memilih Karier Siswa

BAB III METODE PENELITIAN

Instrumen EVALUASI PROGRAM Bimbingan dan Konseling

Transkripsi:

Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 342-347 Tersedia Online di http://pasca.um.ac.id/conferences/index.php/snbk ISSN 2579-9908 CONTEXT INPUT PROCESS PRODUCT (CIPP): MODEL EVALUASI LAYANAN INFORMASI Siti Muyana Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta E-mail: siti.muyana@bk.uad.ac.id ABSTRAK Pengembangan model layanan evaluasi berbasis context input process product (CIPP) merupakan salah satu bentuk solusi dari permasalahan guru BK dalam melaksanakan evaluasi terkait dengan layanan informasi yang telah dilakukan. Pengembangan model CIPP ini muncul karena kurang pahamnya guru BK dalam melakukan evaluasi sehingga menyebabkan kesulitan untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan layanan informasi di sekolah, lemahnya akuntabilitas dan kesulitan untuk melakukan perbaikan serta pengembangan. Melalui model context input process product (CIPP) ini, evaluasi layanan informasi dapat dilakukan secara komprehensif. Kata Kunci: model evaluasi, layanan informasi, context input process product (CIPP) PENDAHULUAN Mahmudi (2011) mengemukakan evaluasi pendidikan merupakan salah satu bentuk mekanisme sistem pendidikan yang bertujuan untuk meninjau ulang proses pendidikan yang telah dilaksanakan dalam beberapa kurun waktu tertentu. Tinjauan ulang tersebut dimaksudkan untuk memahami, menggali, serta mengkoreksi proses pendidikan tersebut sehingga akan diketahui celah-celah kekurangan yang harus diperbaiki dan ditutupi. Secara kelembagaan, layanan Bimbingan dan Konseling (BK) adalah bagian dari keseluruhan program pendidikan di sekolah, yang ditujukan untuk membantu atau memfasilitasi peserta didik (siswa) agar mencapai tugas-tugas perkembangannya secara optimal. Oleh sebab itu, keberhasilan ini menjadi tantangan bagi pihak sekolah, khususnya guru pembimbing/guru BK/Konselor. Evaluasi layanan informasi BK di sekolah menggunakan panduan pengembangan diri yang menjelaskan bahwa evaluasi BK meliputi evaluasi proses dan evaluasi hasil (Depdiknas, 2005). Pengembangan model layanan evaluasi berbasis context input process product (CIPP) merupakan salah satu bentuk solusi dari permasalahan guru BK dalam melaksanakan evaluasi terkait dengan pelayanan yang telah dilakukan. Pengembangan model CIPP ini muncul karena kurang pahamnya guru BK dalam melakukan evaluasi sehingga menyebabkan kesulitan untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan program layanan informasi di sekolah, lemahnya akuntabilitas 342

Muyana, Context Input Process... 343 dan kesulitan untuk melakukan perbaikan serta pengembangan. Melalui model context input process product (CIPP) ini, evaluasi layanan dapat dilakukan secara komprehensif. PEMBAHASAN Layanan Informasi Prayitno (2004:260) menyatakan bahwa layanan informasi adalah salah satu layanan dari sembilan layanan yang ada dalam bimbingan dan konseling. Layanan informasi dimaksudkan sebagai pemberian informasi tentang hal-hal yang dibutuhkan oleh peserta layanan dalam pemenuhan kebutuhannya tentang data dan keterangan yang aktual dalam kehidupan sehari-hari dan perencanaan masa depannya. Winkel (2007:316) menambahkan layanan informasi berusaha memenuhi kekurangan informasi yang diperlukan. Selanjutnya Sukardi (2007:61) mendefinisikan layanan informasi sebagai layanan bimbingan yang memungkinkan peserta didik dan pihak-pihak lain yang dapat memberikan pengaruh besar kepada peserta didik (terutama orang tua) dalam menerima dan memahami informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan mengambil. Dari beberapa pernyataan ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa layanan informasi adalah layanan yang memberikan informasi yang membantu peserta didik sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil suatu. Dalam menyelenggarakan setiap layanan tentunya ada tujuan pada masing-masing layanan. Begitu juga dengan layanan informasi. Tujuan umum layanan informasi menurut Prayitno (2012:50) adalah Dikuasainya informasi layanan informasi tertentu oleh peserta layanan. Informasi yang diperoleh peserta didik kemudian digunakan untuk keperluan hidupnya sehari-hari sehingga peserta didik dapat menjalani kehidupan efektif sehari-hari. Layanan informasi juga memiliki tujuan khusus yang terkait dengan fungsi-fungsi konseling. Menurut Prayitno (2004:2) Fungsi pemahaman paling dominan dan paling di emban oleh layanan informasi. Adapun yang dimaksuddengan fungsi pemahaman adalah fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta didik. Melalui layanan informasi peserta didik juga dapat mencegah timbulnya masalah, memecahkan masalah, memungkinkan peserta yang bersangkutan membuka diri dalam mengatualisasikan hak-haknya serta mengembangkan dan memelihara potensi yang ada. Hal ini sesuai dengan pendapat Prayitno (2012:51) bahwa Layanan informasi bertujuan untuk membekali

344 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 342-347 individu dengan berbagai pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai hal yang berguna untuk mengenal diri, merencanakan dan mengembangkan pola kehidupan sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat. Layanan informasi memiliki alasan tertentu untuk diselenggarakan. Menurut Winkel (2007:317) ada 3 alasan perlunya layanan informasi dilaksanakan, yaitu: (1) Siswa membutuhkan informasi yang relevan sebagai masukan dalam mengambil ketentuan mengenai pendidikan lanjutan; (2) Pengetahuan yang tepat dan benar membantu siswa untuk berpikir lebih rasional tentang perencanaan masa depan; (3) Informasi yang sesuai dengan daya tangkapnya menyadarkan siswa akan hal-hal yang tetap dan stabil, serta hal-hal yang akan berubah dengan betambahnya umur dan pengalaman. Dari pemaparan para ahli tersebut dapat dipahami bahwa tujuan utama pemberian informasi adalah untuk membekali siswa dengan berbagai pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai hal yang berguna untuk memahami dan mengembangkan potensi diri diri. Layanan informasi memiliki beberapa fungsi yang dapat direalisasikan, menurut Prayitno (2004:196) antara lain fungsi pencegahan, pamahaman, pengentasan, pemeliharaan, serta pengembangan. Selain beberapa fungsi tersebut Prayitno (2012:52) menyatakan beberapa komponen yang terlibat dalam pelaksanaan layanan informasi yaitu: 1. Konselor Konselor sebagai ahli dalam pelayanan konseling adalah penyelenggara layanan informasi. Konselor menguasai sepenuhnya informasi yang menjadi isi layanan dan kebutuhan akan informasi 2. Peserta Peserta layanan informasi dapat berasal dari berbagai kalangan, siswa sekolah, mahasiswa, anggota organisasi, bahkan narapidana.pada dasarnya seseorang bebas untuk mengikuti layanan informasi sepanjang isi layanan terbuka dan tidak menyangkut pribadi-pribadi tertentu.kreteria seseorang menjadi peserta layanan informasi adalah menyangkut pentingnya isi layanan bagi peserta yang bersangkutan. 3. Materi Layanan Jenis, luas dan kedalaman informasi yang menjadi isi layanan info sangat bervariasi, tergantung pada kebutuhan para peserta layanan. Dalam hal ini, identifikasi keperluan akan penguasaan informasi tertentu yang dilakukan oleh peserta, konselor, maupun pihak ketiga menjadi sangat penting. Menurut Sukardi (2008:61), materi yang diberikan dalam layanan informasi tentang perkembangan potensi, kemampuan dan kondisi pribadi, seperti kecerdasan, bakat, dan minat, sedangkan tentang potensi,

Muyana, Context Input Process... 345 kemampuan arah dan kondisi karir seperti hubungan antara minat, pekerjaan dan pendidikan. Sedangkan menurut Prayitno (2012:54) salah satu materi yang diberikan pada siswa SMA adalah mengenal bakat, minat serta bentuk-bentuk pembinaan, pengembangan dan penyalurannya. Syarat materi layanan informasi dalam bidang pengembangan kehidupan sosial yang akan diberikan kepada siswa menurut Prayitno (2004:218) adalah spesifik, jelas, rinci, mudah dipahami, sesuai dengan kebutuhan, aktual, dan bermanfaat. Model Evaluasi CIPP dalam Layanan Informasi Evaluasi dalam progaram layanan bimbingan dan konseling, khususnya layanan informasi tentu berbeda dengan evaluasi hasil dalam pembelajaran bidang studi. Pada layanan informasi, aspek hasil bukanlah aspek tunggal yang hendak dicapai tapi melibatkan sebuah proses. Oleh karena itu Context Input Process Product (CIPP) dipilih sebagai salah satu metode dalam evaluasi program layanan informasi. Context Input Process Product (CIPP) menurut Arikunto dan Jabar (2007:29) adalah model evaluasi yang memandang program yang dievaluasi sebagai sebuah sistem. Sasaran model evaluasi Context Input Process Product (CIPP) memiliki empat komponen dasar dari proses sebuah program kegiatan. Komponen tersebut antara lain evaluasi terhadap konteks (context evaluation), evaluasi terhadap masukan (input evaluation), evaluasi terhadap proses (process evaluation), evaluasi terhadap hasil (product evaluation). Menurut Badrujaman (2011) sasaran utama dari evaluasi terhadap konteks (context evaluation) adalah untuk menelaah status objek secara keseluruhan sehingga dapat memberikan deskripsi mengenai karakteristik lingkungan. Pada pelaksanaan layanan informasi, evaluasi terhadap context bertujuan untuk mengetahui apakah tujuan yang lama dan prioritas telah sesuai dengan kebutuhan layanan. Dalam membantu menentukan program yang membawa dampak pada perubahan, evaluasi terhadap masukan (input evaluation) dilakukan dengan menelaah dan menilai pendekatan yang relevan yang dapat digunakan. Melalui evaluasi terhadap masukan dapat diketahui dukungan sistem di sekolah terhadap strategi yang dipilih. Evaluasi terhadap masukan bertujuan untuk mengidentifikasi dan menelaah kapabilitas sistem, alternatif strategi program, desain prosedur dimana strategi akan diimplementasikan. Pada pelaksanaan layanan informasi, evluasi terhadap masukan dapat berupa jumlah sumberdaya manusia, dukungan sarana, dan prasarana.

346 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 342-347 Evaluasi proses merupakan evaluasi yang berorientasi pada seberapa jauh kegiatan program terlaksana sesuai dengan rencana. Evaluasi proses melibatkan aspek apa kegiatannya, siapa penanggungjawab program, dan kapan kegiatan selesai. Implementasi dari evaluasi proses ini dapat melalui pre-test post-test, observasi, selfreport perbaikan tingkahlaku, self-study, studi kasus, pengukuran sosiometri, data kehadiran dan kedisiplinan, serta hambatan-hambatan yang ditemui. Evaluasi produk adalah evaluasi yang bertujuan untuk mengukur, menginterpretasikan, dan menilai capaian program. Selain itu, untuk menilai luaran atau outcome dan menghubungkan hal tersebut secara objektif dengan konteks, input, dan proses. Keempat komponen evaluasi Context Input Process Product (CIPP) merupakan komponen yang saling berinteraksi secara dinamis dan tidak berdiri sendiri-sendiri. Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada gambar berikut ini. TUJUAN Evaluasi konteks Perencanaan Evaluasi input Strukturisasi Gambar 1. Dinamika Aksi Model CIPP PENUTUP Model evaluasi CIPP menekankan evaluasi sebagai proses yang menyeluruh dalam sistem manajerial layanan informasi. Evaluasi yang baik seharusnya memiliki tujuan untuk memperbaiki bukan untuk membuktikan, meningkatkan akuntabilitas, serta pemahaman lebih terhadap suatu fenomena. Melalui evaluasi model CIPP, dapat memberikan gambaran menyeluruh terhadap program layanan informasi. Sebab, dalam menelaah program layanan informasi diperlukan sebuah cara yang sistematis. Dalam model evaluasi layanan informasi berbasis CIPP terdapat empat komponen evaluasi, antara lain: context, input, process, dan product. AKTUAL Recycling Evaluasi Produk Implementasi Evaluasi Proses

Muyana, Context Input Process... 347 DAFTAR RUJUKAN Badrujaman, A. (2011). Teori dan Aplikasi Evaluasi Program Bimbingan Konseling. Jakarta: Indeks. Mahmudi. (2011). CIPP: Suatu Model Evaluasi Program Pendidikan. Jurnal At-Ta dib, 6 (1). Prayitno. (2004). Seri Kegiatan Pendukung Konseling. Padang: Universitas Negeri Padang. Prayitno. (2012). Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung Konseling. Padang: Program PPK Jurusan BK UNP. Suharsimi, A., dan Jabar S.A. (2007). Evaluasi Program Pendidikan (Pedoman Teoritis Praktis bagi Praktisi Pendidikan). Jakarta: Bumi Aksara. Sukardi. (2007). Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Prakteknya. Jakarta: Bumi Aksara. Sukardi, D.K. (2008). Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Winkel, W.S., Hastuti, S. (2007). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.