BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI F Tabel transformasi arcsin data kelangsungan hidup larva ikan nilem. Perlakuan Ulangan Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP) =

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Tingkat Kelangsungan Hidup

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan

Jl. Prof. Dr. Soemantri Brodjonegoro No. 1 Bandar Lampung Surel: ABSTRACT

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Laju Pertumbuhan Spesifik Benih Ikan Mas (SGR)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Grafik pertumbuhan benih C. macropomum yang dihasilkan selama 40 hari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan Larva Rajungan. Jenis Stadia dan Lama Waktu Perkembangan Larva

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Laju pertumbuhan rata rata panjang dan berat mutlak lele sangkuriang

Lampiran 1. Fase Perkembangan Embrio Telur Ikan Nilem

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Perubahan Protein Kasar. Hasil penelitian pengaruh penambahan asam propionat dan formiat dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7. Bakteri Bacillus Sumber : Dokumentasi Pribadi

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas

BAB IV HASIL. Pertumbuhan. Perlakuan A (0%) B (5%) C (10%) D (15%) E (20%) gurame. Pertambahan

PENGGUNAAN AERASI AIR MANCUR (FOINTAIN) DI KOLAM UNTUK PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT(Oreochromis niloticus)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

BAB I PENDAHULUAN. Suplemen berfungsi sebagai pelengkap bila kebutuhan gizi yang

PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh Variasi Dosis Tepung Ikan Gabus Terhadap Pertumbuhan

Pengaruh Pemberian Viterna Plus dengan Dosis Berbeda pada Pakan terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Lele Sangkuriang di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Protein Kasar. Tabel 4. Rataan Kandungan Protein Kasar pada tiap Perlakuan

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4. Borok Pada Ikan Mas yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai dengan bulan Nopember

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

V HASIL DAN PEMBAHASAN. pengamatan tersebut diberikan nilai skor berdasarkan kelompok hari moulting. Nilai

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Lama Perendaman Daging Ayam Kampung Dalam Larutan Ekstrak Nanas Terhadap ph

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan Patin Siam

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

APLIKASI PAKAN BUATAN UNTUK PEMIJAHAN INDUK IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus)

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

Sri Yuningsih Noor 1 dan Rano Pakaya Mahasiswa Program Studi Perikanan dan Kelautan. Abstract

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau

BAB III BAHAN DAN METODE

Lampiran 1. Perhitungan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Koi Pada Penelitian Pendahuluan.

I. PENDAHULUAN. Kegiatan budidaya perikanan saat ini mengalami kendala dalam. perkembangannya, terutama dalam usaha pembenihan ikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a b c

PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

Keragaan benih ikan mas (Cyprinus carpio) strain rajadanu dengan kepadatan berbeda

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penurunan ini disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh L. plantarum

PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) YANG DIBERI PAKAN BUATAN BERBASIS KIAMBANG

I. PENDAHULUAN. adalah ikan gurami (Osphronemus gouramy) (Khaeruman dan Amri, 2003).

HASIL DAN PEMBAHASAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) GALUNGGUNG SUPER

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil analisis P-larut batuan fosfat yang telah diasidulasi dapat dilihat pada Tabel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

«K m^ BB EDD BE DF H6

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2

IV. HASIL DA PEMBAHASA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH SUMBER ASAM LEMAK PAKAN BERBEDA TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN IKAN BOTIA Botia macracanthus Bleeker

PENGGUNAAN TEPUNG DAGING DAN TULANG SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER PROTEIN HEWANI PADA PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. berjalannya waktu. Hal ini merupakan pertanda baik khususnya untuk

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

[ GROUPER FAPERIK] [Pick the date]

BAB IV HASIL PENELITIAN. penambahan berat badan Mencit (Mus musculus). Jarak penimbangan pada

3. METODE Waktu dan Tempat Penelitian Tahapan Penelitian Prosedur Penelitian a. Tahap I 1. Kultur bakteri Serratia marcescens

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2014 di

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Padat Tebar (ekor/liter)

Semua perlakuan tidak menyebabkan keadaan ekstrim menghasilkan NH 3 diluar

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. bio.unsoed.ac.id

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup Hasil pengamatan kelangsungan hidup larva ikan Nilem selama 15 hari dengan pemberian Artemia yang diperkaya dengan susu bubuk afkir 0,3 g/l, 0,5 g/l, 0,9 g/l dan 1,2 g/l menunjukkan bahwa pemberian susu bubuk afkir pada Artemia memberikan pengaruh terhadap rata-rata kelangsungan hidup larva ikan Nilem (gambar 3). 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 78.8 79.1 77.1 84.2 60.7 A (Kontrol) B (0,3 g/l) C (0,6 g/l) D (0,9 g/l) E (1,2 g/l) Rata-Rata (%) Gambar 3. Kelangsungan Hidup Larva Nilem selama penelitian Rata-rata kelangsungan hidup larva Nilem pada pengkayaan Artemia dengan konsentrasi susu bubuk afkir sebanyak 1,2 g/l (perlakuan E) menghasilkan rata-rata kelangsungan hidup tertinggi yaitu 84,2%, diikuti oleh konsentrasi 0,6 g/l (perlakuan C) sebesar 79,1%, konsentrasi 0,3 g/l (perlakuan B) sebesar 78,8% dan konsentrasi 0,9 g/l (perlakuan D) sebesar 77,1%. Sedangkan rata-rata kelangsungan hidup terendah dihasilkan perlakuan yang tidak diberi pengkayaan (perlakuan A) yaitu 60,7%. 25

26 Tabel 4. Kelangsungan Hidup Larva Nilem Perlakuan A (Kontrol) B (0,3 g/l) C (0,6 g/l) D (0,9 g/l) E (1,2 g/l) Kelangsungan Hidup 60,7 a 78,8 b 79,1 b 77,1 b 84,2 b Keterangan : Nilai rata-rata yang ditandai dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%. Hasil analisis sidik ragam dengan uji F menunjukkan bahwa pemberian Artemia yang diperkaya susu bubuk afkir terdapat perbedaan antar perlakuan, akan tetapi setelah uji lanjut menggunakan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5% menunjukkan bahwa perlakuan tanpa diperkaya susu bubuk afkir (perlakuan A) berbeda nyata dengan semua perlakuan yang diberi pengkayaan terhadap Artemia, sedangkan untuk perlakuan yang diperkaya susu bubuk afkir pada Artemia dengan konsentrasi 0,3 g/l, 0,6 g/l, 0,9 g/l dan 1,2 g/l tidak berbeda nyata satu sama lain (Tabel 4 dan lampiran 1). Rata-rata kelangsungan hidup larva nilem diatas 60% (Tabel 4 dan lampiran 1), terlihat bahwa penggunaan Artemia sebagai pakan alami dapat meningkatkan kelangsungan hidup dari larva Nilem. Menurut (BSN,1999) SNI 01-6133-1999, sintasan larva ikan mas strain Majalaya dalam 15 hari pemeliharaan sebelum pendederan 1 yaitu sebesar 60%. Upaya peningkatan kelangsungan hidup larva Nilem dengan memanfaatkan kandungan nutrisi pada susu bubuk afkir yang digunakan dalam pengkayaan Artemia memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kelangsungan hidup larva Nilem, terlihat antara perlakuan tanpa diperkaya susu bubuk afkir (perlakuan A) rata-rata kelangsungan hidup sebesar 60,7%, sedangkan pada perlakuan yang diperkaya susu bubuk afkir mencapai 84,2%. Kamal ( 2008), menyatakan bahwa kelangsungan hidup larva Nilem yang diberi kombinasi pakan alami Artemia dan pakan buatan hi-provite ialah sebesar 83%,

27 hasil tersebut memperlihatkan bahwa susu bubuk afkir dapat meningkatkan kandungan nutrisi Artemia sehingga kelangsungan hidup larva Nilem tinggi. Tingginya tingkat kelangsungan hidup larva Nilem diduga berasal dari asam lemak essensial (asam linoleat dan linolenat) yang berasal dari susu bubuk afkir (lampiran 10 dan lampiran 11), Suprayudi et al. (2002) dalam Karim (2007) menyatakan bahwa kandungan asam lemak essensial pada Artemia sangat rendah diantaranya EPA berkisar 0,27%-0,39% dan DHA tidak dapat diketahui, diduga dengan pengkayaan susu bubuk afkir telah meningkatkan kandungan asam lemak essensial pada Artemia dan memenuhi kebutuhan dari larva Nilem, sehingga tingkat kelangsungan hidup meningkat secara signifikan. Seperti yang dikemukakan oleh Supriatna (1998) kebutuhan asam lemak essensial pada ikan air tawar dapat dipenuhi dari asam linoleat dan asam linolenat pada pakan dan menurut Watanabe (1982) dalam Nopitawati (2001) peningkatan asam lemak omega 3 (asam linolenat, EPA, DHA) pada pakan dapat meningkatkan ketahanan tubuh terhadap stress yang dapat menyebabkan kematian, meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan. Sedangkan pada Artemia tanpa pengkayaan susu bubuk afkir (perlakuan A) data kelangsungan hidup larva Nilem hanya mencapai 60,7% diduga karena tidak terpenuhinya kebutuhan asam lemak essensial (omega 3 dan omega 6) yang terkandung pada Artemia (lampiran 10 dan lampiran 11), hal ini sesuai dengan pernyataan Kompyang dan Ilyas (1988), jika kandungan asam lemak essensial yang dikandung dalam pakan rendah maka akan menyebabkan pertumbuhan terhambat dan meningkatkan angka kematian larva. Kelangsungan Hidup (%) 100 80 60 40 20 0 y = 15.1x + 66.91 R² = 0.444 r = 0,667 0 0.3 0.6 0.9 1.2 Konsentrasi Pengkayaan Artemia dengan susu bubuk afkir Gambar 4. Kelangsungan hidup larva Nilem selama penelitian

28 Hasil analisis regresi untuk melihat hubungan antara pemberian susu afkir pada Artemia (x) dengan kelangsungan hidup larva Nilem (y) menunjukan hubungan positif yang bersifat linier dengan mengikuti persamaan berikut Y = 15,1 x + 66,913 dengan R 2 = 0,446 (gambar 4 dan lampiran 2). Kelangsungan hidup larva Nilem dipengaruhi oleh Artemia yang diperkaya susu bubuk afkir sebesar 44,6%. Hasil pemeliharaan larva Nilem dengan pemberian Artemia yang diberi susu bubuk afkir 0,3 g/l sampai 1,2 g/l menunjukan semakin tinggi pemberian susu bubuk afkir kurva kelangsungan hidupnya semakin tinggi. 4.2 Laju Pertumbuhan Panjang Harian Hasil pengamatan pertumbuhan panjang larva Nilem selama penelitian memberikan rata-rata laju pertumbuhan panjang yang berbeda dari setiap perlakuan. Rata-rata laju pertumbuhan panjang tertinggi diperoleh pada konsentrasi pengkayaan Artemia 0,9 g/l (perlakuan D) sebesar 8,74%, sedangkan laju pertumbuhan panjang terendah diperoleh perlakuan tanpa pengkayaan susu bubuk afkir sebesar 5,83% (gambar 5). 10.00 9.00 8.00 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 8.74 8.48 7.00 7.63 5.83 A (kontrol) B (0,3 g/l) C (0,6 g/l) D (0,9 g/l) E (1,2 g/l) Rata-rata (%) Gambar 5. Laju pertumbuhan panjang harian larva Nilem selama penelitian

29 Tabel 5. Laju pertumbuhan panjang harian larva Nilem selama penelitian Perlakuan Konsentrasi A (kontrol) 5,83 a B (0,3 g/l) 7,00 b C (0,6 g/l) 7,63 bc D (0,9 g/l) 8,74 d E (1,2 g/l) 8,48 cd Keterangan : Nilai rata-rata yang ditandai huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda pada taraf 5%. Hasil analisis sidik ragam dengan uji F menunjukan bahwa pemberian Artemia yang diperkaya susu bubuk afkir terhadap laju pertumbuhan panjang harian larva Nilem terdapat perbedaan antar perlakuan, dan setelah uji lanjut menggunakan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5% menunjukan bahwa pada konsentrasi pengkayaan 0,9 g/l (perlakuan D) merupakan perlakuan pengkayaan yang paling signifikan (tabel 5 dan lampiran 3). Perlakuan tanpa pengkayaan susu bubuk afkir memiliki laju pertumbuhan yang lebih rendah dengan semua perlakuan yang diberi pengkayaan, hal tersebut membuktikan bahwa pengkayaan Artemia dengan menggunakan susu bubuk afkir mempengaruhi laju pertumbuhan panjang harian larva Nilem. Artemia tanpa pengkayaan (perlakuan A) memiliki rata-rata laju pertumbuhan panjang larva Nilem yang paling rendah yaitu 5,83%, diduga karena minimnya nutrisi tambahan dalam Artemia seperti vitamin dan mineral. Kebutuhan ikan akan vitamin dan mineral walaupun dalam jumlah yang sedikit namun harus tetap terpenuhi karena jika tidak mendapatkan asupan vitamin dan mineral dari luar tubuh akan mengganggu pertumbuhan dan kerja metabolisme dalam tubuh ikan, sehingga nafsu makan ikan akan menurun yang mengakibatkan pertumbuhan terhambat (Steffens 1989 dalam Rudiyanti 2009). Menurut Brin (1964) dalam Kordi (2010) kekurangan vitamin tidak langsung menyebabkan kematian pada ikan, tetapi bersifat kronis. Reaksi-reaksi enzim spesifik biasanya memerlukan koenzim vitamin yang spesifik pula, dan

30 kekurangan vitamin secara umum akan menyebabkan penurunan aktifitas enzim. Bila kekurangan vitamin tersebut begitu serius maka aktifitas enzim akan menurun sampai pada titik dimana fungsi sel terganggu dan ikan kehilangan nafsu makan, pertumbuhan yang terhambat, kemudian pada akhirnya terjadi kerusakan sel dan kematian (Kordi, 2010). Pada konsentrasi pengkayaan 0,3 g/l (perlakuan B) dan konsentrasi pengkayaan 0,6 g/l (perlakuan C) menurut uji jarak berganda Duncan tidak berbeda nyata, namun terlihat bahwa semakin tinggi konsentrasi bahan pengkaya maka akan semakin tinggi pertumbuhan yang dihasilkan, namun tidak melebihi batas maksimal yang dibutuhkan ikan (tabel 5 dan lampiran 11). Pada konsentrasi pengkayaan 0,9 g/l (perlakuan D) menghasilkan rata-rata pertumbuhan yang terbaik yaitu 8,74%, hal ini karena pada konsentrasi 0,9 g/l merupakan konsentrasi yang optimum guna memenuhi kebutuhan nutrisi pada larva Nilem dalam memacu laju pertumbuhan panjang hariannya, kandungan vitamin dan mineral yang lengkap pada susu bubuk afkir serta tingginya protein yang terkandung dalam Artemia membuat pakan alami ini menjadi kaya nutrisi, sehingga berbanding lurus dengan pertambahan laju pertumbuhan panjang hariannya yang signifikan. Pada konsentrasi pengkayaan 1,2 g/l (perlakuan E) terjadi penurunan laju pertumbuhan panjang larva Nilem sebesar 0,26%, hal ini diduga karena asupan nutrisi berlebih yang berasal dari Artemia yang diperkaya susu bubuk afkir (lampiran 10 dan lampiran 11), karena jika kadar mineral berlebih pada pakan akan mengakibatkan dampak negatif pada ikan yaitu terhambatnya pertumbuhan dan hilangya nafsu makan pada larva ikan (Kordi, 2010). Kadar vitamin A,D,E,K yang berlebih pada pakan ikan tidak dapat larut dalam air sehingga akan mengakibatkan hipervitaminosis yang menyebabkan nafsu makan berkurang dan pertumbuhan terhambat pada ikan (Lasantha, 2010).

31 Laju Pertumbuhan (%) 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0-1.55E-1 0 0.3 0.6 0.9 1.2 1.5 y = -1.891x 2 + 4.622x + 5.786 R² = 0.854 Ulangan Series1 Persamaan Poly. (Series1) garis regresi kuadratik Konsentrasi Pengkayaan Artemia dengan susu bubuk afkir Gambar 6. Laju pertumbuhan panjang harian larva Nilem Hasil analisis regresi kuadratik untuk melihat hubungan antara pemberian susu bubuk afkir pada Artemia (x) dengan laju pertumbuhan panjang harian (y) menunjukan hubungan positif yang bersifat linier dengan mengikuti persamaan berikut Y = -1,8915x 2 + 4,6221x + 5,7862 dengan R 2 = 0,8548 (gambar 4 dan lampiran 2). Laju pertumbuhan larva Nilem dipengaruhi oleh Artemia yang diperkaya susu bubuk afkir sebesar 85,4%. 4.3 Hubungan Analisis Regresi Kelangsungan Hidup dengan Laju Pertumbuhan 2 1.5 1 0.5 0-0.5-1 -1.5-2 0 0.5 1 1.5 y = 1.518x - 0.911 SR GR Linear Garis linier (SR) Poly. Garis regresi (GR) kuadratik y = -1.627x 2 + 3.978x - 1.507 R² = 0.854 Gambar 7. Hubungan regresi kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan larva Nilem

32 Hasil analisis regresi gabungan antara kelangsungan hidup dengan laju pertumbuhan larva Nilem menunjukan hubungan positif yang bersifat linier dengan mengikuti persamaan berikut Y = 15,1 x + 66,913 dengan R 2 = 0,446 untuk kelangsungan hidup, sedangkan laju pertumbuhan menghasilkan persamaan Y = -1,8915x 2 + 4,6221x + 5,7862 dengan R 2 = 0,8548 (gambar 7 dan lampiran 5). Dari kedua persamaan tersebut menghasilkan titik optimum untuk konsentrasi susu bubuk afkir pada pengkayaan Artemia ialah 1,02 g/l. Konsentrasi tersebut diduga dapat menghasilkan kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan yang meningkat secara bersamaan 4.4 Kualitas Air Kehidupan ikan akan sangat bergantung dari keadaan lingkungannya, menurut (Effendie, 1997), kualitas air yang baik dapat menunjang pertumbuhan, perkembangan dan kelangsungan hidup ikan, sehingga dalam pemeliharaan ikan perlu dijaga kualitas airnya agar ikan bisa hidup dan tumbuh kembang dengan baik. Tabel 6. Kualitas air selama penelitian Perlakuan Parameter yang diamati ( Larva Nilem ) Suhu ( o C) ph DO (ppm) Amoniak (ppm) A (Kontrol) 26-28 6-8 4,01 6,10 0,0015 0,014 B (0.3 g/l) 26-28 6-8 4,01 6.00 0,0015 0,014 C (0.6 g/l) 27-28 6-7 3,95 5,03 0,0015 0,0075 D (0.9 g/l) 26-28 7-8 4,02 5,15 0,0075 0,014 E (1.2 g/l) 27-28 7-8 4,01 6 0,0075 0,014 Standar 18-28 (1) 6-7 (1) 5-6 (2) < 0,03 (3) Keterangan : (1) Susanto (2001), (2) Willoughby (1999), (3) PBIAT Muntilan (2007) Hasil pengukuran kualitas air selama penelitian (tabel 6) memperlihatkan bahwa kisaran suhu selama penelitian masih berada pada batas normal, hal ini serupa dengan pernyataan menurut Susanto (2008) suhu optimal untuk ikan Nilem

33 antara 18 o -28 o C. Suhu terjaga karena selama penelitian media yang digunakan menggunakan heater. Derajat keasaman (ph) selama penelitian menunjukan kisaran 6-8, sedangkan menurut Susanto (2001), ph optimum untuk larva Nilem ialah 6-7. Data penelitian sedikit diatas batas optimum untuk larva Nilem, namun hal itu tidak terlalu bepengaruh terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva Nilem. Konsentrasi oksigen terlarut (DO) pada media penelitian 3,95-6 ppm, sedangkan optimumnya 5-6 ppm (W iiloughby, 1999). Namun dalam mengatasi minimnya nilai DO pada media, selama penelitian menggunakan aerasi yang cukup guna kebutuhan larva Nilem. Kemudian kandungan amoniak selama penelitian masih dalam batas normal yaitu 0,0015-0,0145 ppm, sehingga tidak mempengaruhi kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan dari larva Nilem selama penelitian, karena menurut PBIAT Muntilan (2007) konsentrasi amoniak yang dapat ditolerir oleh larva Nilem kurang dari 0,03 ppm.