KERANGKA PEMIKIRAN. transformasi input (resources) ke dalam output atau yang melukiskan antara

dokumen-dokumen yang mirip
III. KERANGKA PEMIKIRAN. fungsi permintaan, persamaan simultan, elastisitas, dan surplus produsen.

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi,

III. KERANGKA TEORITIS

III. KERANGKA PEMIKIRAN. kesejahteraan, serta dampak kuota impor terhadap kesejahteran.

KERANGKA TEORITIS. pemasaran, stok, impor dan ekspor beras Indonesia saling terkait secara simultan

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode two stage least squares (2SLS). Pada bagian ini akan dijelaskan hasil

METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series

III. KERANGKA TEORITIS

TINJAUAN PUSTAKA Teori Penawaran dan Kurva Penawaran. (ceteris paribus) (Lipsey et al, 1995). Adapun bentuk kurva penawaran dapat

I. PENDAHULUAN. (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA

DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

Adreng Purwoto, Handewi P.S. Rachman, dan Sri Hastuti Suhartini. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Jl. A. Yani No.

I. PENDAHULUAN. umumnya, khususnya sebagai sumber penyediaan energi dan protein. Neraca

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. pertumbuhan produksi pertanian tidak sebesar laju permintaan pangan. Tabel 1.1

IV. METODE PENELITIAN. Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor

IV. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

DAMPAK PERUBAHAN HARGA BERAS DUNIA TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT INDONESIA PADA BERBAGAI KONDISI TRANSMISI HARGA DAN KEBIJAKAN DOMESTIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi nasional yang dapat dilihat seperti

III KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA. Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

ekonomi Kelas X INTERVENSI PEMERINTAH DALAM KESEIMBANGAN PASAR K-13 Semester 1 Kelas X IPS SMA/MA Kurikulum 2013 A.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial

KEBIJAKAN HARGA. Kebijakan Yang Mempengaruhi Insentif Bagi Produsen : Kebijakan Harga_2. Julian Adam Ridjal, SP., MP.

BAB II Permintaan, Penawaran & Keseimbangan

III. TINJAUAN PUSTAKA

IV. METODE PENELITIAN. Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor

PENAWARAN DAN PERMINTAAN PRODUK PERTANIAN. Lecture note : Tatiek Koerniawati

Penerapan Model Dinamis dalam Sistem Penawaran dan Permintaan Beras di Indonesia

III. KERANGKA PENELITIAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Model Fungsi Respons Produksi Kopi Robusta. Pendugaan fungsi respons produksi dengan metode 2SLS diperoleh hasil

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Oleh sebab itu produksi telur ayam ras diartikan sebagai proses untuk

IV. METODE PENELITIAN

ANALISA KESEIMBANGAN SISTEM PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA

III. KERANGKA PEMIKIRAN

PEMASARAN HASIL PERTANIAN: Aplikasi Penawaran dan Permintaan

OPERASIONALISASI KEBIJAKAN HARGA DASAR GABAH DAN HARGA ATAP BERAS

III. KERANGKA TEORI. Integrasi usaha sapi pada kawasan persawahan bertujuan untuk. memanfaatkan potensi sumberdaya wilayah dalam rangka mempertahankan

BAB I. PENDAHULUAN A.

Pertemuan 4: Referensi utama: Modern Industrial Organization Carlton and Pertloff 4 th ed Chapter 3, # 69-73

III KERANGKA PEMIKIRAN

3 KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

BAB VI FUNGSI KUADRAT (PARABOLA)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam

Teori & Hukum Permintaan & Penawaran + Kurva

VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pendugaan Model Permintaan Kedelai di Indonesia

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. Penggunaan model oligopolistik dinamik untuk mengestimasi fungsi

Jumlah total komoditas yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga disebut. jumlah yang diminta (quantity demanded) untuk komoditas tersebut.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Teori Dasar Permintaan, Penawaran dan Keseimbangan

ANALISIS DAYASAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS KENTANG

III KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS DAMPAK IMPOR GULA TERHADAP HARGA GULA DOMESTIK DAN INDUSTRI GULA INDONESIA. Oleh: AGUS TRI SURYA NAINGGOLAN A

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS KESEIMBANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, PERMINTAAN, IMPOR, DAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA

MINGGU 4. PRODUKSI PERTANIAN DAN PENAWARAN

III. KERANGKA TEORITIS. adalah perbedaan antara permintaan dan penawaran di suatu negara. Perbedaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

KEBIJAKAN HARGA INPUT-OUTPUT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KENAIKAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI

IV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. A. Kontribusi Pangan Terhadap Laju Inflasi Di Indonesia

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3 KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Kebijakan publik adalah keputusan pemerintah yang berpengaruh terhadap

1 Universitas Indonesia

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN.

II. TINJAUAN PUSTAKA. penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan

PENDUGAAN PARAMETER PADA MODEL SIMULTAN. Oleh: M. Rondhi, Ph.D

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan. permintaan akan suatu barang atau jasa berdasarkan hukum permintaan.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI LUAR JAWA ANDI IRAWAN ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

III. KERANGKA TEORI DAN PEMIKIRAN KONSEPTUAL Kaitan Desentralisasi Fiskal dengan Kemiskinan dan Ketahanan Pangan

DAMPAK KEBIJAKAN EKONOMl DAN LIBERALISASI PERDAGANGAN TER IADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA. Oleh : RASIDIN KARO-KARO SITEPU

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

PENGARUH KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KESEJAHTERAAN PELAKU EKONOMI UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG

III. KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Transkripsi:

III. KERANGKA PEMIKIRAN Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan di atas, menganalisis harga dan integrasi pasar spasial tidak terlepas dari kondisi permintaan, penawaran, dan berbagai kebijakan yang dilakukan. Keempat komponen tersebut yakni permintaan, penawaran, harga, dan berbagai kebijakan saling terkait dan saling mempengaruhi secara simultan dan dinamis dalam suatu sistem. 3.1. Fungsi Produksi dan Penawaran Fungsi produksi dapat didefinisikan sebagai hubungan secara teknis transformasi input (resources) ke dalam output atau yang melukiskan antara hubungan input dengan output (Debertin, 1986). Dengan fungsi produksi dapat diketahui hubungan antara variabel yang dijelaskan (dependent variable) dan variabel yang menjelaskan (independent variable) serta sekaligus mengetahui hubungan antar variabel penjelas. Fungsi produksi padi dapat dirumuskan sebagai berikut :... (3.1) dimana: P A K L Z = Jumlah produksi padi (unit) = Luas areal padi (unit) = Jumlah modal (unit) = Tenaga kerja (unit) = Faktor produksi lainnya (unit)

Untuk memaksimumkan produksi padi dibutuhkan biaya tertentu. Perumusan biaya dalam bentuk anggaran total adalah sebagai berikut : (3.2) dimana: B = Biaya total = Biaya tetap (Rp) = Harga masukan A (Rp/unit) = Harga masukan K (Rp/unit) = Harga masukan I (Rp/unit) = Harga masukan Z (Rp/unit) Sehingga fungsi keuntungan produksi padi dapat dirumuskan sebagai berikut: (3.3) (3.4) dimana: = Keuntungan = Harga padi Fungsi keuntungan diperoleh jika turunan pertama sama dengan nol dan turunan kedua mempunyai nilai hessian determinan lebih besar dari nol. Turunan pertama adalah :.. (3.5)... (3.6)... (3.7).. (3.8)

Dimana A, K, L,dan Z adalah produk marginal masing-masing produksi oleh sebab itu keuntungan maksimal diperoleh jika produk marginal sama dengan rasio harga faktor terhadap harga produk. Dari persamaan di atas diketahui bahwa seluruh variabel harga merupakan variabel eksogen sedangkan selainnya adalah endogen. Fungsi permintaan faktor produksi oleh petani dapat dirumuskan:.......(3.9)......(3.10)..(3.11)... (3.12) Peningkatan atau penurunan harga padi akan meningkatkan atau menurunkan jumlah produksi padi dan jumlah permintaan terhadap faktor produksi. Dengan mensubstitusikan persamaan (3.9), (3.10), (3.11), dan (3.12) ke persamaan (3.1) maka fungsi penawaran dapat dirumuskan:... (3.13) Dolan (1974) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran suatu komoditi, yaitu harga komoditi sendiri, harga komoditi lain (sebagai komoditas kompetitif), biaya perusahaan, tujuan perusahaan, tingkat teknologi, pupuk, subsidi, harapan harga dan keadaan alam. 3.2. Fungsi Permintaan Fungsi permintaan beras diturunkan dari fungsi utilitas konsumen. Fungsi permintaan menunjukkan jumlah beras yang akan dibeli sebagai fungsi dari harga beras, harga komoditi pengganti atau komplemennya dan pendapatan konsumen. Fungsi utilitas dapat dirumuskan:

.. (3.14) dimana : U = Total utilitas dari beras (unit) Qd = Jumlah beras yang dikonsumsi (unit) R = Jumlah komoditi lain yang dikonsumsi (unit) Konsumen yang rasional akan memaksimalkan kepuasannya dari konsumsi suatu komoditi pada tingkat harga yang berlaku dan tingkat pendapatan tertentu. Dengan demikian sebagai kendala untuk memaksimalkan fungsi utilitas adalah:..... (3.15) dimana: = Tingkat pendapatan (Rp) = Harga beras (Rp/unit) = Harga barang lain (Rp/unit) Dari persamaan (3.14) dan (3.15) dapat dirumuskan fungsi kepuasan yang akan dimaksimimalkan, yaitu:.... (3.16) Dimana λ adalah lagrange multiplier, jika syarat pertama dan kedua terpenuhi maka fungsi utilitas dapat dirumuskan:. (3.17).. (3.18). (3.19) Dimana Qd dan R adalah utilitas marginal dari komoditi Q dan R, sehingga :

... (3.20) Persamaan (3.20) menunjukkan bahwa kepuasan maksimal konsumen tercapai jika utilitas marginal dibagi dengan harga harus sama bagi kedua komoditi tersebut dan harus sama dengan utilitas marginal dari pendapatan. Dari persamaan (3.19) dan (3.20) diketahui bahwa H b, H r dan Y merupakan variabel eksogen yang mempengaruhi permintaan beras. Dengan demikian fungsi permintaan beras dapat dirumuskan:... (3.21) Persamaan (3.21) menunjukkan bahwa jumlah permintaan beras merupakan fungsi dari harga beras (H b ), harga komoditi lain (H r ) dan pendapatan (Y). Ditambahkan oleh Dolan (1974) bahwa selain dipengaruhi oleh harga barang tersebut, harga barang lain dan pendapatan, permintaan suatu barang dipengaruhi oleh selera, distribusi pendapatan, jumlah penduduk dan harapan harga. 3.3. Respon Bedakala Produksi Komoditi Pertanian Adanya tenggang waktu (gestation period) antara menanam dengan memanen adalah salah satu karakteristik utama produk pertanian. Hasil yang diperoleh petani didasarkan pada perkiraan-perkiraan di masa datang serta pengalaman masa lalu. Pada kenyataannya untuk komoditi pertanian harga output tidak dapat dipastikan pada saat produk tersebut ditanam. Dengan kata lain, petani harus mengambil keputusan produksi berdasarkan perkiraan atas harga produknya tahun lalu. Hal ini mengacu pada adanya bedakala (lag) diantara dua periode, yaitu saat menanam dan memanen. Respon petani terjadi setelah bedakala sebagai

dampak perubahan pada harga-harga input dan produk serta kebijakan pemerintah. Jika peningkatan harga diperkirakan oleh petani akan berlangsung terus pada periode berikutnya, maka petani akan merubah komposisi sumberdaya pada masa tanam mendatang, sehingga pengaruh kenaikan harga tersebut baru akan terlihat pada periode tanam berikutnya. Bila praduga adanya ekspektasi demikian dapat diterima maka hubungan-hubungan yang spesifik diantara harga harapan dengan harga di masa lalu dapat dibuat. Sehingga model dapat dikembangkan menjadi dinamik yang dirintis oleh Nerlove melalui persamaan parsial. Nerlove (1958) menyimpulkan bahwa petani setiap periode produksi merevisi dugaan mereka terhadap apa yang mereka anggap sebagai proporsi yang normal terhadap perbedaan yang terjadi dengan yang sebelumnya dianggap normal. Atau petani menyesuaikan perkiraan harga di masa mendatang dalam bentuk proporsi dari selisih antara prakiraan dengan kenyataannya. 3.4. Konsep Integrasi Pasar Ravallion Model Integrasi pasar Ravallion merupakan salahsatu model yang tepat untuk menganalisis model dinamis dari integrasi pasar. Model integrasi pasar dinamis memperhitungkan adanya lead/lag dalam analisis pasar spasial untuk mempertimbangkan hubungan harga yang dinamis disebabkan oleh delivery lag dan biaya penyesuaian (Amikuzuno, 2009). Pada pasar pertanian, karena karakteristik komoditas yang bulky dan sebagian besar diproduksi di wilayah pedesaan yang berimplikasi adanya delivery lag yang signifikan menjadikan model dinamik sebagai model yang disarankan untuk menganalisis integrasi pasar. Disamping itu, metode dinamik mampu mengidentifikasi kecepatan

penyesuaian pada suatu pasar tertentu karena adanya guncangan harga pada pasar yang terintegrasi. Model Ravallion (1986) menggambarkan bagaimana rural market pedesaan terkait dengan central market, dan uji tersebut menentukan apakah harga dari suatu komoditas di pedesaan dipengaruhi oleh harga di central market. Untuk kajian ini akan diketahui apakah harga beras di pasar Indonesia dipengaruhi oleh harga di pasar dunia. Fungsi dasar Ravallion adalah sebagai berikut:......3.23)......(3.24) Dimana N=1 menggambarkan central market (pasar dunia); N=2,3 N menggambarkan rural market (pasar domestik), P 1 adalah harga komoditas di central market (pasar dunia) dan Pi adalah harga komoditas pada rural market (pasar domestik) ke i, sementara Xi menggambarkan variabel-variabel non-harga (trend waktu atau dummy musim) mempengaruhi permintaan dan penawaran pada pasar domestik Kemudian model dasar (3.23) dan (3.24) diturunkan menjadi model dinamis (3.25) dan (3.26) dalam bentuk autoregressive sebagai berikut:... (3.25)......(3.26) Dimana,, dan adalah parameter yang diestimasi, dan j (j=1,2.. n) adalah lag. Dalam kebanyakan studi persamaan (3.25) adalah under-identified dan hanya persamaan (3.26) yang dapat meregresikan harga sekarang dari rural market ke i ( dengan nilai lag nya sendiri, dan nilai lag dari (,

dan variabel eksogen lain yang diduga mempengaruhi harga (X 1t ) (Amikuzuno, 2009). Pendekatan Ravallion membedakan integrasi pasar ke dalam tiga bentuk yakni: 1. Segmentasi Pasar, terjadi ketika harga-harga pada pasar lokal (domestik) tidak tergantung terhadap lag harga pada central market, =0 untuk semua j,i=0 2. Short-run market integration (Strong form) antara central dan local market yaitu bahwa perubahan harga pada central market menggambarkan dengan seketika dan secara penuh dalam lokal market tanpa ada lag effect. Dalam kasus ini, dan untuk semua j=1,2.n. weak form dari Short-run market integration konsisten dengan struktur pasar yang tidak sepenuhnya bersaing sempurna, dimana secara rata-rata tidak ada lagged effect dari perubahan harga pada central market terhadap local market.....(3.27) 3. Kriteria jangka panjang menjelaskan bahwa dalam jangka panjang, perubahan harga pada central market seharusnya secara dinamis sama dengan perubahan harga pada pasar lokal. Kriteria ini mengharuskan:........(3.28) 3.5. Surplus Konsumen dan Surplus Produsen Surplus konsumen didefinisikan sebagai perbedaan antara jumlah maksimum yang ingin dibayar oleh konsumen dengan yang benar-benar akan dibayar terhadap jumlah tertentu dari produksi. Surplus produsen adalah

perbedaan antara jumlah uang yang benar-benar diterima produsen dengan jumlah uang minimum yang diinginkan oleh produsen tersebut. Terdapat tiga dasar postulat yang penting dalam penggunaan surplus konsumen dan surplus produsen untuk mengukur kesejahteraan yaitu permintaan merupakan refleksi dari keinginan untuk membayar, penawaran merupakan refleksi dari biaya marginal (marginal cost), dan perubahan pada pendapatan individu bersifat penambahan (additive) (Vesdapunt, 1984). Secara matematis, surplus konsumen dan produsen diukur dengan mengintegralan fungsi penawaran dan fungsi permintaan (Chiang, 1984). dimana :...(3.29).....(3.30) dimana, Qs = Fungsi Penawaran Qd = Fungsi Permintaan CS = Besar surplus konsumen (Rp) PS = Besar surplus produsen (Rp) Pe = Harga keseimbangan (Rp) Pd = Harga pada perpotongan kurva permintaan dengan sumbu harga Pm = Harga pada perpotongan kurva penawaran dengan sumbu harga

3.6. Dampak Kebijakan Perberasan terhadap Kesejahteraan Masyarakat 3.6.1. Tarif Impor Kebijakan tarif impor merupakan kebijakan restriksi perdagangan yang dilakukan pemerintah untuk melindungi petani domestik dari serbuan beras impor yang cenderung lebih murah. Dampak kebijakan proteksi di negara importir neto (net importer) seperti Indonesia dapat diestimasi dengan menggunakan pendekatan model keseimbangan parsial seperti yang terlihat pada Gambar 4. Pada kondisi pasar bebas, harga di pasar domestik secara teoritis akan sama dengan pasar dunia, yaitu Pd 0 = Pw 0. Pada kondisi ini, permintaan beras domestik adalah sebesar Dm dan produksi (penawaran) sebesar Sm, sehingga terjadi ekses permintaan (yang merupakan jumlah beras impor) Dm-Sm. Pada kondisi ini, surplus konsumen adalah daerah A+B+C+D+E+F sedangkan surplus produsen adalah daerah G. Berdasarkan pada Gambar 4, jika Indonesia menerapkan tarif impor sebesar t persen maka harga domestik akan meningkat menjadi Pd 1, permintaan turun menjadi D t sedangkan produksi (penawaran) meningkat menjadi St, sehingga ekses permintaan turun (jumlah impor) menjadi Dt-St. Dengan adanya tarif impor tersebut, surplus konsumen berkurang sebesar wilayah B+F+D+E. Wilayah B ditransfer sebagai surplus produsen dan D merupakan penerimaan pemerintah dari tarif impor sedangkan wilayah F+E merupakan Dead Weight Loss (DWL) yakni pengurangan kesejahteraan secara umum akibat adanya hambatan perdagangan.

P F C S Pd 1 A E Pd 0 =Pw 0 Pw 1 G B D D Sm St Dt Dm Q Gambar 4. Dampak Tarif Impor terhadap Surplus Konsumen dan Surplus Produsen 3.6.2. Harga Pembelian Pemerintah Kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) bertujuan untuk melindungi petani dari penurunan harga beras secara signifikan selama masa panen. Kebijakan HPP ditetapkan pemerintah melalui Instruksi Presiden No. 13 Tahun 2005, dimana sebelumnya merupakan Harga Dasar yang diganti menjadi Harga Dasar Pembelian Pemerintah melalui Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2001. Untuk menjaga agar harga P hpp berada di atas harga panen raya (P p ) pemerintah, pemerintah melalui BULOG akan membeli gabah petani (sekitar 6-8 persen dari total produksi) sebesar Q 2 Q 1. Hal tersebut menyebabkan kurva permintaan beras bergeser ke kanan dari D 0 ke D 1. Kebijakan ini meningkatkan surplus produsen sebesar A+B+C, mengurangi surplus konsumen sebesar A+B dan menimbulkan biaya bagi pemerintah untuk pembelian beras tersebut sebesar P hpp (Q 2 -Q 1 ).

D Harga S B P hpp P p A B C D 1 A D 0 Jumlah Q 1 Q 0 Q 2 Gambar 5. Dampak Harga Pembelian Pemerintah terhadap Surplus Produsen dan Konsumen 3.7. Kerangka Pemikiran Operasional Seperti yang diilustrasikan pada bagan kerangka operasional penelitian pada Gambar 6, tingginya harga beras dunia yang disebabkan oleh kompetisi pangan dan penggunaan biofuel menjadi suatu permasalahan utama bagi hampir seluruh negara konsumen beras. Dampak tingginya harga dunia terhadap kesejahteraan masyarakat menjadi perhatian utama karena tujuan pemerintah adalah maksimisasi welfare. Oleh sebab itu, kebijakan beras domestik baik kebijakan perdagangan maupun kebijakan harga harus mempertimbangkan kondisi global. Bagaimana peningkatan harga dunia ini ditransmisikan ke pasar domestik (Indonesia) harus diperhatikan karena peningkatan harga dunia berdampak atau tidak terhadap masyarakat tergantung dari integrasi pasar dan transmisi harga spasial komoditas beras Indonesia. Oleh sebab itu, penelitian ini akan mencoba untuk menganalisis transmisi harga beras dunia ke pasar domestik serta dampak peningkatan harga dunia dan perubahan kebijakan beras domestik

Transmisi Harga Spasial terhadap kesejahteraan dengan menggunakan metode Two Stage Least Squares (2SLS). Tingginya Harga Beras Dunia Model: Persamaan Simultan Metode: Two Stage Least Squares Kebijakan Pemerintah: Kuota Tarif Impor Tarif impor Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Simulasi dengan menggunakan berbagai scenario kebijakan Komponen: Penawaran Beras Permintaan Beras Harga Beras Kesejahteraan Masyarakat Simulasi dengan mengguna kan berbagai scenario Integrasi pasar Gambar 6. Kerangka Pemikiran Penelitian 3.8. Hipotesis Liberalisasi perdagangan pertanian menyebabkan pasar domestik semakin terintegrasi dengan pasar dunia, sehingga harga antara kedua pasar tersebut mengalami keterkaitan. Hal tersebut memungkinkan perubahan harga beras yang terjadi pada pasar dunia dapat ditransmisikan ke pasar beras Indonesia. Akan tetapi adanya dukungan domestik (domestic support), dalam hal ini harga pembelian pemerintah, tarif impor dan penetapan kuota impor yang tepat dan efektif diduga dapat menjaga kestabilan harga beras domestik dari volatilitas

harga beras di pasar dunia. Akibatnya, perubahan harga beras dunia diduga tidak sepenuhnya ditransmisikan terhadap pasar domestik. Peningkatan harga beras dunia pada pasar yang semakin terintegrasi dapat meningkatkan harga impor beras Indonesia. Sifat komoditas beras yang inelastis menyebabkan perubahan harga tidak mengurangi jumlah impor yang tinggi jika produksi beras domestik tetap. Hal tersebut menyebabkan tingginya harga impor ditransmisikan terhadap tingginya harga beras eceran sehingga surplus konsumen pun berkurang. Tingginya harga eceran beras juga diharapkan ditransmisikan terhadap peningkatan harga gabah di tingkat petani dan dengan begitu diharapkan petani dapat menikmati peningkatan surplus produsen sebagai akibat dari peningkatan harga dunia.