BAB I PENDAHULUAN. Jepang yang masuk ke Indonesia tidak hanya animasi, komik, dan musik namun juga

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Apabila berbicara tentang Jepang, kita pasti langsung terbayang akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Cerita fantasi banyak disukai oleh penggemar novel. Cerita fantasi sering

BAB I PENDAHULUAN. bernama Hamuro Rin. Pria kelahiran Kitakyushu, Jepang ini memulai debutnya

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia. Perbedaan bahasa kini sudah tidak menjadi pengahalang lagi

BAB I PENDAHULUAN. melakukan suatu kegiatan dalam sebuah lingkungan berkelompok maupun individu.

BAB I PENDAHULUAN. penting guna menyimpan uang serta barang-barang berharga yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. ringan biasa disebut raito noberu dan disingkat menjadi ranob. Salah satu penulis

BAB I PENDAHULUAN. setidaknya jika itu mengacu pada data yang dirilis oleh UNESCO ditahun 2011.

BAB 1 PENDAHULUAN. pergaulan dan mempengaruhi kehidupan untuk berkomunikasi dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan negara yang mempunyai empat musim, yaitu haru

BAB I PENDAHULUAN. Komik dalam bahasa Jepang disebut manga. Menurut Scott McCloud dalam

BAB I PENDAHULUAN. Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga

BAB I PENDAHULUAN. Hyde mulai dari masa anak-anak hingga dewasa, yang awalnya ingin menjadi. seorang komikus kemudian beralih menjadi seorang pemusik.

BAB I PENDAHULUAN. Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita

BAB I PENDAHULUAN. akhir-akhir ini meningkat jumlahnya, salah satu buku atau literatur asing yang

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan memerlukan energi dari alam. Makhluk hidup memiliki karakteristik

1.1. Latar Felakang BAB I PENDAHT]LUAII. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hobi merupakan kegemaran;

BAB I PENDAHULUAN. kanji di Jepang. Manga pertama diketahui dibuat oleh Suzuki Kankei tahun 1771

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tata surya merupakan kumpulan benda langit yang terdiri atas semua

BAB I PENDAHULUAN. Jepang maupun luar negeri, mulai dari anak-anak hingga orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. seperti fabel yang menceritakan tentang binatang, hikayat yang merupakan cerita

BAB 1 PENDAHULUAN. Novel adalah cerita rekaan yang panjang, yang menonjolkan tokoh-tokoh

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selain musik, drama, anime dan lain-lain, untuk mempelajari dan

BAB I PENDAHULUAN. tanah liat, clay juga ada yang terbuat dari bermacam-macam bahan tetapi adonannya

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan kalimat pada suatu karya tulis biasanya diterjemahkan secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejak dulu cerita anak banyak digunakan oleh orang tua untuk

Bab 5. Ringkasan. negeri sakura, Jepang. Dewasa ini, manga tidak hanya dikenal di Jepang. Saat ini manga

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Dewasa ini, bahasa semakin berkembang pesat. Oleh karena itu, manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia membaca adalah melihat serta

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Yanagita Kunio (via Danandjaja, 1997: 35-36) salah satu cara

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini game telah menjadi hal yang biasa di keseharian kita. Awalnya,

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkannya sering kali berhasil memukau banyak orang, baik dari negara

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak. kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KETUNTASAN KELULUSAN MINIMAL (KKM)

2015 EFEKTIVITAS DRAMA CD DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK

BAB I PENDAHULUAN. Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif; biasanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Bab III Metodologi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pokok musik yaitu irama, melodi, harmoni, dan bentuk atau struktur lagu

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam

Bab 1. Pendahuluan. di negara Jepang. Menurut Sapardi Joko Damono dalam Prasetyo (2012), sastra adalah

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Larson (1984: 3), dalam bukunya Meaning-Based Translation: A

BAB I PENDAHULUAN. bentuk-bentuk karya sastra yang lainnya seperti puisi, cerpen, drama, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

IDEOLOGI DALAM PENERJEMAHAN (Farida Amalia Universitas Pendidikan Indonesia)

BAB V PENUTUP. aspek tersebut akan dipaparkan sebagai berikut. ini terdiri atas tiga, yakni (1) struktur dan keterpaduan Antarunsur dalam Wacana

BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN

Bab 1. Pendahuluan. digunakan dalam berkomunikasi pada saat bersosialisasi dengan orang lain sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. dengan pembelajaran bahasa asing. Terjemahan semantik atau semantic

PENGGUNAAN METODE SETIA (FAITHFUL) DALAM MENERJEMAHKAN KARYA SASTRA BERUPA CERITA PENDEK

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab 1. Pendahuluan. wujud budaya manusia. Salah satu jenis pemakaian bahasa adalah bahasa tulisan.

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA WACANA KUMPULAN CERPEN DARI SITUS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1. Pendahuluan. daripada karya fiksi (Wellek & Warren, 1995:3-4). Sastra memiliki fungsi sebagai

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

HUT PAROKI KE-25th ST. YAKOBUS. Sub Bidang LITURGI & ROHANI ANEKA LOMBA

BAB I PENDAHULUAN. Hobi adalah kegemaran; kesenangan istimewa pada waktu senggang,

BAB I PENDAHULUAN. membawa perubahan masyarakat dengan ruang pergaulan yang sempit atau lokal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS V SEMESTER 2

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. variasi di dalamnya, yaitu memperhatikan konteks saja (tanpa strategi atau alat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diabaikan karena Ijime dapat terjadi pada setiap orang, bahkan di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia yang masih belum mempunyai kemampuan untuk. kehidupan sehari-hari baik secara lisan maupun tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia lekat dengan cerita rakyat. Salah satu cerita rakyat yang

BAB I PENDAHULUAN. perasaannya, kemudian hanya sekadar mendengarkannya saja atau meminta ke. stasiun radio untuk memutarkan lagu tersebut.

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN. namun juga terkenal dengan masyarakat yang masih memegang teguh budayanya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan data-data yang dikumpulkan baik berupa penelitian, jurnal

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,

KISI-KISI SOAL ULANGAN KENAIKAN KELAS Tahun 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah

SILABUS BAHASA INDONESIA KELAS VI SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa merupakan suatu sarana yang dipakai oleh manusia dalam berkomunikasi,

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kata Pengantar. Jakarta, Maret An. Direktur Jenderal Direktur Pendidikan Agama Islam pada Sekolah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya populer dari Jepang saat ini menjadi tren di beberapa kalangan masyarakat Indonesia. Seiring dengan perkembangan akses informasi, produk budaya Jepang yang masuk ke Indonesia tidak hanya animasi, komik, dan musik namun juga merambah ke novel. Novel Jepang yang dikenal oleh masyarakat Indonesia pun tidak terbatas pada judul-judul mayor seperti karya Haruki Murakami, tetapi juga juduljudul dari novel pop yang terkenal di kalangan anak muda Jepang. Banyak novel Jepang yang telah diterbitkan secara resmi oleh penerbit Indonesia. Dalam forum diskusi di internet, novel NO. 6 sering diusulkan kepada penerbit agar diterbitkan. NO. 6 adalah judul seri novel sains fiksi karya Atsuko Asano yang mengisahkan tentang Shion dan Nezumi dengan kota ideal bernama NO. 6 sebagai latar utama cerita. Atsuko Asano merupakan penulis yang sudah merilis banyak buku dengan tema beragam, mulai dari novel anak-anak, novel percintaan, novel tentang kehidupan remaja, hingga novel tentang bisbol. Dari sekian banyak buku yang telah ditulis oleh Atsuko Asano, genre sains fiksi termasuk tidak biasa, namun NO. 6 meraih popularitas yang baik sampai diadaptasi ke dalam bentuk animasi dan komik. Versi novel dengan versi animasinya memiliki akhir cerita yang berbeda. Banyak fans yang memuji akhir cerita versi novel lebih baik daripada versi animasinya. 1

2 Untuk mengetahui bagaimana cerita dari NO. 6 berakhir, penulis akan menerjemahkan sebagian bab terakhir beserta epilog dari novel terakhir seri NO. 6. NO. 6 membidik remaja sebagai sasaran pembacanya sehingga penulis juga akan menerjemahkan dengan sasaran pembaca yang sama. Penulis berharap hasil terjemahan dari novel NO. 6 tidak hanya sebatas menceritakan ulang kisahnya, namun juga membawa feel atau kekhasan dari novel versi teks aslinya sehingga apa yang ditulis oleh Atsuko Asano benar-benar sampai kepada pembaca. 1.2 Pokok Bahasan Terjemahan bab terakhir dari novel NO. 6 karya Atsuko Asano dari bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia. 1.3 Tujuan Penulisan Menerjemahkan bab terakhir dari novel NO. 6 dari bahasa sumber (bahasa Jepang) ke dalam bahasa sasaran (bahasa Indonesia) yang hasilnya tidak kaku tanpa mengurangi nilai estetika dari bahasa sumbernya.

3 1.4 Tinjauan Pustaka Sejauh yang diketahui oleh penulis, belum ada yang menerjemahkan novel NO. 6 volume terakhir dari bahasa Jepang ke bahasa Indonesia tetapi sudah ada yang menerjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Hasil terjemahan dalam bahasa Inggris tersebut diunggah ke sebuah blog beralamat di 9th-ave.blogspot.com. Terjemahan tersebut bersifat sukarela, dilakukan oleh fans atau bukan profesional, dan bukan merupakan terjemahan untuk kepentingan pendidikan atau yang mengambil keuntungan. Naskah novel yang akan penulis terjemahkan adalah teks asli yang berbahasa Jepang dan tidak berdasar dari teks bahasa Inggris yang ada dalam blog tersebut. 1.5 Metode Terjemahan Newmark menyebutkan bahwa metode terjemahan dapat dititikberatkan pada dua penekanan, yaitu bahasa sumber (bahasa yang diterjemahkan) dan bahasa sasaran (bahasa hasil terjemahan) (Hartono, 2003). Penekanan pada bahasa sumber menghasilkan empat metode penerjemahan: 1. Metode Terjemahan Kata Demi Kata Dalam metode terjemahan ini, urutan kata-kata bahasa sumber dipertahankan dan kosa katanya diterjemahkan apa adanya dengan makna yang paling umum (biasanya diambil dari makna kamus) dan terlepas dari konteksnya. Kegunaan utama terjemahan kata demi kata adalah untuk memahami sistem

4 dan struktur bahasa sumber atau menganalisis teks yang sulit sebagai suatu proses awal terjemahan. 2. Metode Terjemahan Literal Dengan metode ini struktur bahasa sumber diubah ke dalam struktur bahasa sasaran tetapi kata-kata leksikal masih tetap diterjemahkan apa adanya, terlepas dari konteksnya. Sebagaimana proses penerjemahan awal, terjemahan literal ini dapat membantu melihat masalah yang perlu diatasi ketika dalam proses penyusunan terjemahan ke dalam bahasa sasaran. 3. Metode Terjemahan Setia Metode terjemahan setia berusaha mereproduksi makna kontekstual yang tepat dari bahasa sumber dalam batas-batas struktur tata bahasa sasaran. Metode ini menerjemahkan kata-kata budaya dan mempertahankan tingkat keabnormalan tata bahasa dan leksikan (yang menyimpang dari kaidahkaidah bahasa sumber) dalam terjemahan. Terjemahan ini benar-benar setia pada tujuan dan realisasi teks bahasa sumber. 4. Metode Terjemahan Semantik Terjemahan semantik berbeda dengan terjemahan setia semata-mata dalam hal nilai keindahannya (bunyi yang indah dan alami) dalam bahasa sumbernya. Selanjutnya, metode terjemahan ini menerjemahkan kata-kata budaya yang kurang penting dengan istilah-istilah yang secara budaya netral

5 tetapi tidak menggunakan ekuivalensi budayanya. Perbedaan antara terjemahan setia dengan terjemahan semantik ialah bahwa terjemahan setia bersifat tidak komprois dan dogmatis, sedangkan terjemahan semantik lebih fleksibel. Selanjutnya penekanan pada bahasa sasaran melahirkan empat jenis metode terjemahan, yaitu: 1. Metode Terjemahan Saduran Terjemahan saduran merupakan bentuk terjemahan yang paling bebas. Metode terjemahan ini utamanya digunakan untuk menerjemahkan drama dan puisi. Dalam metode ini tema cerita, karakter, dan alur cerita pada umumnya dipertahankan, sedangkan budaya bahasa sumber diubah (ditransfer) ke dalam budaya bahas sasaran dan teks ditulis ulang. 2. Metode Terjemahan Bebas Terjemahan bebas mereproduksi isi pesan tanpa mengindahkan cara penyampaian isi pesan, atau mereproduksi isi teks tanpa mempedulikan bentuk bahasa sumbernya. Biasanya terjemahan ini berupa parafrase (penceritaan kembali) yang lebih banyak daripada bahas sumbernya. Hal ini dimaksudkan agar pesan dalam teks sumber lebih jelas diterima oleh pengguna bahasa sasaran. Metode terjemahan ini biasa disebut dengan terjemahan intralingual.

6 3. Metode Terjemahan Idiomatik Terjemahan idiomatik mereproduksi pesan bahasa sumber tetapi cenderung menyelewengkan (mendistorsi) nuansa-nuansa maknanya dengan cara memilih penggunaan jargon-jargon dan idiom-idiom bahasa sasaran karena tidak ada dalam bahasa sumbernya. 4. Metode Terjemahan Komunikatif Terjemahan komunikatif berusaha mempertahankan makna kontekstual yang tepat dari bahasa sumber sedemikian rupa sehingga baik isi maupun bahasanya langsung dapat diterima dan dipahami oleh pembaca hasil terjemahan. Dari delapan metode terjemahan tersebut, penulis akan menggunakan metode terjemahan semantik dan metode terjemahan idiomatik. Alasan penulis memilih dua metode terjemahan tersebut adalah agar bisa menghasilkan terjemahan yang tidak kaku tanpa mengurangi nilai estetika dari bahasa sumbernya. Dengan mengombinasikan metode terjemahan semantik yang berpatokan dari bahasa sumber dan metode terjemahan idiomatik yang menekankan pada bahasa sasaran, penulis berharap mampu mewujudkan tujuan tersebut.

7 1.6 Sistematika Penulisan Penulisan dari tugas akhir terjemahan ini dibagi menjadi tiga bab yaitu Bab I Pendahuluan, Bab II Hasil Terjemahan Cerita Novel NO. 6 #9, dan Bab III Penutup. Bab I Pendahuluan terdisi dari latar belakang masalah, pokok bahasan, tujuan penulisan, tinjauan pustaka, metode terjemahan, dan sistematika penulisan. Bab II berisikan pengenalan tokoh, tempat dan istilah, hasil terjemahan per kalimat dan hasil terjemahan secara keseluruhan. Bab terakhir atau Bab III Penutup berisikan kesimpulan dan saran.