BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA. NV. Hadjhi Kalla yang berlokasi di Ujung Pandang dan didirikan oleh Yusuf

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISA KEEFEKTIFAN MESIN OVERHEAD CRANE DENGAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) DI PT BUKAKA TEKNIK UTAMA DIVISI BOARDING BRIDGE

ANALISIS EFEKTIFITAS MESIN OVERHEAD CRANE DENGAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) DI PT. BTU, DIVISI BOARDING BRIDGE

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi maka diperlukan dukungan dari banyak aspek, aspek tersebut

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Stephens (2004:3), yang. yang diharapkan dari kegiatan perawatan, yaitu :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

Analisa Total Productive Maintenance pada Mesin Machining Center pada PT. Hitachi Power System Indonesia (HPSI) Dengan Menggunakan Metode

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN. Equipment Loss (Jam)

BAB III METODOLOGI.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Way

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang dimilikinya secara efektif dan efisien. Proses peningkatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V ANALISIS. Total Waktu (menit)

PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

2.2.2 Keuntungan TPM Total Effectiveness (Keefektifan Total) Overall Equipment Effectiveness

Analisis OEE (Overall Equipment Effectiveness) pada Mesin Discmill di PT Tom Cococha Indonesia

Sistem Manajemen Maintenance

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ANALISIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE PENINGKATAN EFISIENSI PRODUK MESIN B-3 MELALUI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENEES (OEE)

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 METODE PENELITIAN

ANALISA TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DENGAN MENGGUNAKAN METODE TOTAL PRODUCTION RATIO PADA ALUMUNIUM DIE CASTING DI PT SEMPANA JAYA AGUNG

Analisis Overall Equipment Effectiveness pada Mesin Wavetex 9105 di PT. PLN Puslitbang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah penelitian yang dilakukan. 3.1 Flow Chart

dalam pembahasan sehingga hasil dari pembahasan sesuai dengan tujuan yang

BAB V ANALISIS HASIL

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian, adalah sebagai berikut :

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

Jl. Kaliurang Km 14.4 Sleman, DIY ,2) ABSTRAK

BAB II LANDASAN TEORI

Analisis Overall Equipment Effectiveness dalam Meminimalisasi Six Big Losses pada Area Kiln di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk.

BAB III METODE PENELITIAN. ada sekarang secara sistematis dan faktual berdasarkan data-data. penelitian ini meliputi proses

Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V ANALISA HASIL Analisis Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE)

BAB I PENDAHULUAN. Gula pasir merupakan kebutuhan pokok strategis yang memegang peran

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI MESIN RING FRAME DENGAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DI PT INDORAMA SYNTHETICS Tbk

Prosiding SNATIF Ke-1 Tahun ISBN:

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Teknologi merupakan komponen penting bagi berkembangnya

BAB III METODE PENELITIAN

Evaluasi Efektivitas Mesin Creeper Hammer Mill dengan Pendekatan Total Productive Maintenance (Studi Kasus: Perusahaan Karet Remah di Lampung Selatan)

BAB III METODE PENELITIAN

3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan tahapan atau langkah-langkah yang dilakukan

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2017

EFEKTIVITAS SISTEM PEMELIHARAAN GARBARATA DI BANDARA SOEKARNO-HATTA DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KEANDALAN DAN MUTU LAYANAN.

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

Universitas Widyatama

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. NASKAH SOAL TUGAS AKHIR... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... v. ABSTRACT... vii. KATA PENGANTAR... viii. DAFTAR ISI...

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS EFEKTIVITAS PERALATAN PRODUKSI PADA PT. BAHARI DWIKENCANA LESTARI KABUPATEN ACEH TAMIANG

BAB II LANDASAN TEORI

1. Tingkat efectivitas dan efisiensi mesin yang diukur adalah dengan Metode Overall

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH Analisis Perhitungan Overall Equipmenteffectiveness (OEE).

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan. Perbaikan yang diharapkan dapat meningkatkan keutungan bagi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Nia Budi Puspitasari, Avior Bagas E *) Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang

PRESENTASI SIDANG SKRIPSI. September

Analisis Perhitungan Nilai Overall Equipment Effectivness Pada Mesin Gang Rip Saw. (Studi Kasus CV Cipta Usaha Mandiri)

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

ANALISIS TINGGINYA BREAKDOWN TIME

DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul... i Halaman Pengajuan... ii Halaman Pengesahan... iii Kata Pengantar... iv Daftar Isi... vi Daftar Tabel...

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 BAB I PENDAHULUAN. ini disebabkan karena tim perbaikan tidak mendapatkan dengan jelas

PERHITUNGAN DAN ANALISIS NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) PADA MESIN MESPACK DI PT. UNILEVER INDONESIA DEA DERIANA

BAB I PENDAHULUAN. masalah dalam mesin/peralatan produksi, misalnya mesin berhenti secara tiba-tiba,

STUDI KASUS PENINGKATAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) MELALUI IMPLEMENTASI TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM)

BAB I PENDAHULUAN. Pada industri manufaktur mesin/peralatan yang telah tersedia dan siap

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah performance mesin yang digunakan (Wahjudi et al., 2009). Salah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

I. BAB I PENDAHULUAN

Analisis Efektivitas Mesin Stripping Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness dan Failure Mode and Effect Analysis

BAB II KAJIAN LITERATUR...

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan sebagai bahan bakar tungku alternatif baik skala kecil maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa sekarang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGUKURAN PRODUKTIVITAS MESIN CNC DI PT. RAJA PRESISI SUKSES MAKMUR DENGAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

STUDI PENERAPAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) UNTUK PENINGKATAN EFESIENSI PRODUKSI DI PT. SINAR SOSRO

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan kepada. perusahaan tersebut seperti man, machine, material, methode serta

I.1 Latar Belakang. Gambar I.1 Struktur Organisasi Departemen FSBP FSBP FLOUR SILO AND BULK FLOUR PACKING & BY PRODUCT PACKING

Kesimpulan dan Saran BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi:

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1.Profil Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Bukaka Teknik Utama adalah salah satu anak perusahaan dari NV. Hadjhi Kalla yang berlokasi di Ujung Pandang dan didirikan oleh Yusuf Kalla. Ide pertama didirikannya PT.Bukaka Teknik Utama adalah setelah diumumkannya surat keputusan Menteri Perindustrian No.168/M/SK/9/1978, yang merupakan penegasan untuk memberlakukan kembali surat keputusan Menteri Perindustrian.No.301/M/SK/1976, tentang keputusan atau ketentuan yang mengharuskan perusahaan-perusahaan perakitan kendaraan bermotor untuk memakai komponen-komponen dalam negeri. Pada tanggal 25 Oktober 1978 didirikan PT. Bukaka Teknik Utama di atas lahan seluas 3000 m 2 dengan luas bangunan sekitar 1000 m 2. Pada awalnya adalah sebuah bengkel kecil dengan peralatan sederhana. Peralatan yang ada waktu itu adalah 4 buah mesin las, sebuah mesin bubut, sebuah genset 65 kva, dan beberapa peralatan lainnya. Pekerjaannya pada waktu itu adalah memperbaiki mobil dan lokasi awalnya adalah di daerah Babakan, Cileungsi. Perkembangan PT. Bukaka Teknik Utama di daerah ini tergolong pesat, karena itu diambil suatu langkah pemindahan lokasi pabrik untuk lebih mengembangkan usaha. Menurut rencana awal lokasi perusahaan ini akan dipindahkan ke daerah Cakung, Bekasi, dengan luas tanah 30.000 m 2, namun karena lokasi tersebut dinilai kurang strategis dipindahkan ke tempat yang lebih strategis, yaitu daerah Cileungsi Kabupaten Bogor. Akhirnya pada bulan 23

24 Maret 1982 PT.Bukaka Teknik Utama dipindah ke lokasi baru di desa Limusnunggal, kecamatan Cileungsi, kabupaten Bogor dengan luas tanah 6,7 hektar. Saat ini PT. Bukaka Teknik Utama merupakan salah satu perusahaan multi business dari Indonesia yang sedang berkembang, perusahaan ini secara umum bergerak pada bidang kontruksi, infrastruktur engineering dan manufaktur. Perusahaan ini memiliki pusat area industri sendiri di daerah Bogor, tepatnya yang beralamat di Jl. Raya Bekasi Cibinong KM 19,5 Cileungsi, Bogor 16280. Selain itu perusahaan ini memiliki beberapa divisi, yang dimana tiap divisi memiliki unit usaha masing-masing yang berbeda dengan divisi lainnya, salah satu divisinya adalah PT. Bukaka BRB yang memiliki unit usaha membuat kontruksi Boarding Bridge. 4.1.2 Tinjauan Umum PT. Bukaka BRB PT. Bukaka BRB adalah perusahaan yang memproduksi Garbarata. Garbarata sendiri resmi menjadi nama dari Aircraft Passenger Boarding Bridge pada tanggal 24 desember 1990, saat Presiden Soeharto meresmikan 4 buah pabrik LMDE yang dipusatkan di PT. Bukaka Teknik Utama. Sebelumnya garbarata juga dikenal dengan nama lorong teleskopik, gang way, ram way, dan boarding bridge. Nama garbarata itu sendiri itu diambil dari bahasa sanksekerta yang berarti belalai gajah. Garbarata merupakan lorong yang menghubungkan pintu pesawat dengan terminal, sehingga garbarata berfungsi sebagai lorong tempat berjalan bagi penumpang dari terminal menuju pesawat demikian juga sebaliknya. Beberapa keuntungan yang didapatkan dengan adanya penggunaan garbarata ini diantaranya adalah Melindungi para penumpang dan awak pesawat dari pencemaran udara yang

25 dihasilkan oleh mesin pesawat, melindungi para penumpang dan awak pesawat dari cuaca sekeliling, misalnya panas, dingin, angin, hujan, mempermudah pengaturan keamanan, termasuk dalam sistem pemeriksaan. Dengan demikian penggunaan garbarata dipandang lebih baik daripada penggunaan landing stairs yang sebelumnya lebih banyak digunakan. Selain daripada itu,kemudahan pengoperasian alat ini dengan menggunakan sistem elektronik yang ditunjang dengan penggunaan computer untuk pengontrolan pengoperasian. PT. Bukaka Teknik Utama merupakan satu-satunya perusahaan di Asia Tenggara yang memproduksi alat ini. Selain untuk kebutuhan dalam negeri yakni di bandara Soekarno Hatta, Ngurah Rai, Hang Nadim. Produk Garbarata buatan PT. Bukaka Teknik Utama ini telah mampu bersaing dengan perusahaan besar lainnya dari Amerika Serikat, Jepang, Jerman, dan Belanda. Produk garbarata pertama PT. Bukaka Teknik Utama telah berhasil diekspor ke Jepang untuk dipakai di bandara Hachijo, kemudian dibandara Kansai, Jepang. Disusul dengan ekspor ke beberapa Negara lain seperti Cina, Thailand, Singapura, dan lain-lain. Hingga saat ini, Bukaka telah menghasilkan sekitar 800 unit jembatan penumpang dan sebanyak 483 unit telah diekspor ke berbagai negara, termasuk Jepang, Thailand, Hong Kong, Cina, India, Malaysia, Chile, Bangladesh, Myanmar, Brunei dan Singapura. 4.1.3 Pengenalan Produk Garbarata Semua produk buatan PT. Bukaka BRB dirancang dengan sistem control elektro mekanik untuk penggeraknya dan dilengkapi dengan teknologi saat ini yang opsional untuk memenuhi kenyamanan dan keamanan

26 penumpang dan pesawat. Berdasarkan pada konsep modern, memiliki kemudahan operasi dan pemeliharaan. Garbaratan buatan PT. Bukaka BRB tersedia dalam dua jenis yaitu, dengan dua dan tiga terowongan (tunnel), dengan pilihan model dinding baja atau dinding kaca. Keduanya dibangun dalam berbagai panjang sesuai permintaan customer. Selain itu paket perlengkapan standar dipilih untuk memenuhi persyaratan operasional bandara agar cocok untuk kebutuhan penumpang pesawat. Model yang disebutkan diatas dapat dilihat pada gambar sebagai berikut. Gambar 4.1. Two tunnel glass dan Three tunnel glass (Sumber : PT. Bukaka BRB)

27 Gambar 4.2. Two tunnel steel dan Three tunnel steel (Sumber : PT. Bukaka BRB) 4.1.4 Komponen Produk Garbarata Jembatan penumpang pesawat terbang terdiri dari sebuah Rotunda, bagian terowongan, kolom angkat vertikal, drive-wheel boogey, kabin dengan ruang kontrol operator, tangga pendaratan dan pintu. Komponen tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai berikut. No Gambar Keterangan 1 Rotunda and building interface

28 2 Cabin (contact head) 3 Lift column motorized 4 Wheel Boogey Tabel 4.1. Komponen-komponen unit Garbarata (Sumber : PT. Bukaka BRB) 4.2.Overhead Crane Overhead crane atau disebut juga bridge crane adalah suatu mesin pengangkut dan pengangkat barang yang dapat bergerak secara horizontal maupun vertikal yang posisinya diletakan pada bagian atas dari suatu konstruksi bangunan pabrik. Konstruksi mesin overhead crane ini biasanya ditopang oleh rangka bagian atas dari bangunan pabrik untuk dipasangi dua buah beam untuk pemasangan rail sebagai jalur bergeraknya mesin tersebut

29 secara horizontal untuk jalur maju-mundur, lalu diantara rail terdapat rangka yang posisinya tegak lurus yang disebut jembatan untuk bergerak ke kiri dan kanan. Berikut disajikan gambar overhead crane. Gambar 4.3. Overhead crane (Sumber : PT. Bukaka BRB) Fungsi overhead crane di PT. Bukaka BRB adalah untuk mengangkat rangka-rangka dari unit garbarata. 4.3.Area Proses Mesin Overhead Crane Fungsi overhead crane di PT. Bukaka BRB adalah untuk mengangkat rangka-rangka dari unit garbarata. Khusus untuk mesin overhead crane 003/OHC/BRB digunakan untuk proses produksi, yaitu untuk memindahkan rangka garbarata dari line assy 1 (Rotunda assy) ke line assy 2 (lift column assy) seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini. Gambar 4.4. Flow proses kerja overhead crane 003/OHC/BRB (Sumber : PT. Bukaka BRB)

30 4.4.Perawatan Pada Mesin Overhead Crane 1) Preventive maintenance Perawatan periodic (periodic preventive maintenance) Kegiatan perawatan periodic ini dilakukan untuk memperpanjang umur mesin, dilakukan tindakan pembongkaran (overhaul) guna membersihkan bagian dalam dari mesin. Kerusakan ini biasanya sering terjadi pada proses produksi. 2) Corrective maintenance Kegiatan perawatan corrective dilakukan apabila mesin mengalami kegagalan atau kerusakan pada saat digunakan dalam proses produksi, dan harus segera dilakukan proses perbaikan (repair). Dimana kerusakan sering terjadi di dalam proses produksi. 4.5.Perhitungan Keefektifan Mesin Overhead Crane 4.5.1. Perhitungan Availability Rate Pada Mesin Overhead Crane 003/OHC/BRB Untuk mengaplikasikan perhitungan keefektifan mesin yang telah dijelaskan sebelumnya yaitu mengenai Overall Equipment Efectiveness (OEE), maka diperlukan hasil perhitungan dari availability rate. Untuk mendapatkan availability rate, maka dibutuhkan hasil dari perhitungan waktu kerja, waktu set-up, waktu adjustment, waktu breakdown, waktu loading, dan waktu operasi. Pertama untuk melakukan perhitungan mengenai nilai dari availability rate mesin overhead crane 003/OHC/BRB, maka langkah-langkah penyelesaiannya adalah seperti di bawah ini.

31 1) Perhitungan waktu kerja Di PT. Bukaka BRB jumlah hari kerja dalam satu bulan adalah 20 hari, dimana satu hari memiliki waktu kerja dari pukul 07.00 18.00 WIB, yaitu memiliki sekitar 10 jam kerja/hari (sudah dipotong waktu istirahat), yang waktu kerjanya yaitu adalah hari Senin s/d Jumat. Maka untuk perhitungan waktu kerja (working time) yang tersedia mesin Overhead crane 003/OHC/BRB pada periode bulan April s/d September 2012 adalah sebagai berikut. April s/d September 2012 Hari kerja/bulan Waktu kerja/hari = 20 hari/bulan = 10 jam/hari Maka, Working time = 20 hari/bulan x 10 jam/hari x 3600 detik = 200 jam/bulan x 3600 detik = 720.000 detik/bulan 2) Perhitungan waktu set-up Waktu set-up merupakan waktu unutk kegiatan persiapan sebelum mesin dapat digunakan untuk bekerja. Untuk perhitungan waktu set-up mesin Overhead crane 003/OHC/BRB pada periode bulan April s/d September 2012 adalah sebagai berikut. April s/d September 2012 Waktu set-up terdiri dari Waktu menyalakan power supply Menurunkan hook crane = 20 menit/shift = 16 menit/shift

32 Total waktu = 36 menit/shift Maka, 36 menit/shift x 60 detik/menit x 20 hari/bulan Total waktu set-up/bulan = 43.200 detik/bulan 3) Perhitungan waktu adjustment Untuk menghitung waktu adjustment maka diasumsikan setiap satu bulan sekali mesin overhead crane diturunkan lalu diperiksa dan diperbaiki apabila di perlukan. Untuk perhitungan waktu adjustment mesin Overhead crane 003/OHC/BRB pada periode bulan April s/d September 2012 adalah sebagai berikut. Untuk kegiatan ini diperlukan waktu selama 60 menit setiap bulan, maka perhitungan ini berlku untuk bulan April September 2012. Waktu adjustment = 60 menit/bulan x 60 detik/menit = 3600 detik/bulan 4) Perhitungan waktu kerusakan (breakdown) Berikut ini merupakan data rekapitulasi total waktu kerusakan (breakdown) mesin Overhead crane 003/OHC/BRB tiap bulan, pada periode bulan April s/d September 2012, data yang dikumpulkan merupakan data yang dikumpulkan selama satu bulan Bulan Total waktu Breakdown (Detik/bulan) April 72.200 Mei 84.000 Juni 70.400 Juli 80.800

33 Agustus 76.400 September 88.400 Total 472.200 Tabel 4.2. Waktu breakdown untuk periode bulan April s/d September 2012 (Sumber : PT. Bukaka BRB) 5) Waktu loading Untuk melalkukan perhitungan waktu loading mesin Overhead crane 003/OHC/BRB periode bulan April s/d September 2012, adalah dengan persamaan sebagai berikut. Loading time = availability time planned downtime Lalu karena untuk waktu planned downtime setiap bulan tidak direncanakan, maka waktu planned downtime dianggap tidak ada. Oleh karena itu waktu loading diasumsikan sama dengan waktu kerja yang tersedia, yaitu sebesar 720.00 detik/bulan. 6) Perhitungan waktu operasi (operation time) Untuk perhitungan ketersediaan waktu operasi (operation time) dari mesin Overhead crane 003/OHC/BRB pada periode bulan April s/d September 2012 adalah sebagai berikut. a) April 2012 Waktu operasi = waktu loading (set-up+adjustment+breakdown) = 720.000 (43.200 + 3600 + 72.200) = 601.000 detik/bulan b) Mei 2012 Waktu operasi = waktu loading (set-up+adjustment+breakdown) = 720.000 (43.200 + 3600 + 84.000)

34 = 589.200 detik/bulan c) Juni 2012 Waktu operasi = waktu loading (set-up+adjustment+breakdown) = 720.000 (43.200 + 3600 + 70.400) = 602.800 detik/bulan d) Juli 2012 Waktu operasi = waktu loading (set-up+adjustment+breakdown) = 720.000 (43.200 + 3600 + 80.800) = 592.400 detik/bulan e) Agustus 2012 Waktu operasi = waktu loading (set-up+adjustment+breakdown) = 720.000 (43.200 + 3600 + 76.400) = 596.800 detik/bulan f) September 2012 Waktu operasi = waktu loading (set-up+adjustment+breakdown) = 720.000 (43.200 + 3600 + 88.400) = 584.800 detik/bulan Bulan Waktu operasi (Detik/bulan) April 601.000 Mei 589.200 Juni 602.800 Juli 592.400 Agustus 596.800 September 584.800 Tabel 4.3. Waktu operasi untuk periode bulan April s/d September 2012 (Sumber : PT. Bukaka BRB yang telah diolah)

35 7) Perhitungan Avalibility rate Setelah didapat seluruh data yang diperlukan untuk melakukan perhitungan rasio ketersediaan (Availibility rate) dari mesin Overhead crane 003/OHC/BRB pada, maka hasilnya adalah sebagai berikut. Availability rate = (operation time / loading time) x 100% a) April 2012 Avalibility rate = (601.000 / 720.000) x 100 % = 83,47 % b) Mei 2012 Avalibility rate = (589.200 / 720.000) x 100 % = 81,83% c) Juni 2012 Avalibility rate = (602.800 / 720.000) x 100 % = 83,72% d) Juli 2012 Avalibility rate = (592.400 / 720.000) x 100 % = 82,27% e) Agustus 2012 Avalibility rate = (596.800 / 720.000) x 100 % = 82,88% f) September 2012 Avalibility rate = (584.800 / 720.000) x 100 % = 81,22%

36 Bulan Availibility rate (%) April 83,47 Mei 81,83 Juni 83,72 Juli 82,27 Agustus 82,88 September 81,22 Tabel 4.4. Hasil perhitungan Availibility rate (Sumber : PT. Bukaka BRB yang telah diolah) 4.5.2. Perhitungan performance efficiency mesin overhead crane 003/OHC/BRB Untuk perhitungan performance efficiency, dibutuhkan data dari total produksi (processed amount), ideal cycle time, dan operation time. Langkahlangkahnya adalah sebagai berikut. Pertama-tama menentukan ideal cycle time, dimana data waktu tersebut didapat dari mencari rata-rata waktu aktual mesin bekerja. Waktu aktual proses yang diambil disini merupakan waktu ketika overhead crane memindahkan assy unit garbarata dari line assy 1 ke line assy 2. Berikut merupakan data waktu aktual yang diambil untuk mendapatkan waktu ideal. Hari ke- Actual cycle time 1 Actual cycle time 2 Rata-rata (detik) (detik) (detik) 1 129 135 132 2 105 91 98 3 86 110 98 4 115 96 105,5 5 98 131 114,5 Ideal cycle time 109,6 Tabel 4.5. Data perhitungan ideal cycle time (Sumber : PT. Bukaka BRB yang telah diolah)

37 Dari data diatas telah di hasil ideal cycle time yaitu sebesar 109,6 detik, atau di bulatkan keatas menjadi 110 detik. Lalu untuk data total hasil proses (process amount) atau jumlah produk yang dihasilkan, untuk mesin overhead crane diasumsikan menjadi jumlah assy unit garbarata yang dipindahkan dari line assy 1 ke line assy 2 seperti yang telah dijelaskan pada awal bab ini. Berikut merupakan data process amount periode bulan April s/d September 2012. Bulan April Mei Juni Juli Agustus September Process amount 4739 unit/bulan 4961 unit/bulan 4864 unit/bulan 4912 unit/bulan 4169 unit/bulan 4720 unit/bulan 4728 unit/bulan Tabel 4.6. Data process amount (Sumber : PT. Bukaka BRB) Setelah didapat seluruh data ideal cycle time dan process amount yang diperlukan untuk melakukan perhitungan performance efficiency dari mesin Overhead crane 003/OHC/BRB pada periode bulan April s/d September 2012, maka perhitungan untuk mendapatkan hasilnya adalah sebagai berikut. Performance efficiency = processed amount x ideal cycle time x 100% operation time a) April 2012 Performance efficiency = (4728 unit/bulan x 110 detik) x 100% 601.000 detik/bulan = 86,53%

38 b) Mei 2012 Performance efficiency = (4728 unit/bulan x 110 detik) x 100% 589.200 detik/bulan = 88,26% c) Juni 2012 Performance efficiency = (4728 unit/bulan x 110 detik) x 100% 602.800 detik/bulan = 86,27% d) Juli 2012 Performance efficiency = (4728 unit/bulan x 110 detik) x 100% 592.400 detik/bulan = 87,79% e) Agustus 2012 Performance efficiency = (4728 unit/bulan x 110 detik) x 100% 596.800 detik/bulan = 87,14% f) September 2012 Performance efficiency = (4728 unit/bulan x 110 detik) x 100% 584.800 detik/bulan = 88,93%

39 Bulan Performance efficiency (%) April 86,53 Mei 88,26 Juni 86,27 Juli 87,79 Agustus 87,14 September 88,93 Tabel 4.7. Hasil perhitungan performance efficiency (Sumber : PT. Bukaka BRB yang telah diolah) 4.5.3. Perhitungan Rate Of Quality Pada Mesin Overhead Crane 003/OHC/BRB Untuk perhitungan rate of quality mesin Overhead crane 003/OHC/BRB diperlukan data dari produk defect atau jumlah produk cacat yang terjadi pada proses perpindahan rangka unit garbarata dari line assy 1 ke line assy 2. Berikut merupakan data produk defect yang terjadi pada periode bulan April s/d September 2012. Bulan April Mei Juni Juli Agustus September Produk defect 24 unit/bulan 21 unit/bulan 24 unit/bulan 18 unit/bulan 20 unit/bulan 26 unit/bulan Tabel 4.8. Data produk defect (Sumber : PT. Bukaka BRB) Setelah didapat seluruh data yang diperlukan untuk melakukan perhitungan rate of quality dari mesin Overhead crane 003/OHC/BRB pada periode bulan April s/d September 2012, maka hasil perhitungannya adalah sebagai berikut.

40 Rate of quality = (processed amount defect amount) x 100% processed amount a) April 2012 Rate of quality = (4728 unit/bulan 24 unit/bulan) x 100% 4728 unit/bulan = (21105 unit/bulan / 4728 unit/bulan) x 100% = 99,5% b) Mei 2012 Rate of quality = (4728 unit/bulan 21 unit/bulan) x 100% 4728 unit/bulan = (21108 unit/bulan / 4728 unit/bulan) x 100% = 99,48% c) Juni 2012 Rate of quality = (4728 unit/bulan 24 unit/bulan) x 100% 4728 unit/bulan = (21105 unit/bulan / 4728 unit/bulan) x 100% = 98,5% d) Juli 2012 Rate of quality = (4728 unit/bulan 18 unit/bulan) x 100% 4728 unit/bulan = (2351 unit/bulan / 4728 unit/bulan) x 100% = 99,61% e) Agustus 2012 Rate of quality = (4728 unit/bulan 20 unit/bulan) x 100% 4728 unit/bulan

41 = (21109 unit/bulan / 4728 unit/bulan) x 100% = 99,57% f) September 2012 Rate of quality = (4728 unit/bulan 26 unit/bulan) x 100% 4728 unit/bulan = (21103 unit/bulan / 4728 unit/bulan) x 100% = 99,45% Bulan Amount process (Unit/bulan) Produk defect (Unit/bulan) Rate of quality (%) April 4728 24 98,50 Mei 4728 21 99,48 Juni 4728 24 98,50 Juli 4728 18 99,61 Agustus 4728 20 99,57 September 4728 26 99,45 Tabel 4.9. Perhitungan rate of quality (Sumber : PT. Bukaka BRB yang telah diolah) 4.6.Perhitungan Overall Equipment Efectiveness (OEE) Setelah nilai-nilai dari perhitungan availability rate, performance efficiency, dan rate of quality diperoleh, maka nilai Overall Equipment Effectiveness (OEE) sekarang dapat dicari dengan perhitungan sebagai berikut. OEE % = Availibility rate x Performance effefectiveness x Rate of Quality Sehingga dari hasil perhitungan dengan rumus diatas didapat hasil Overall Equipment Effectiveness (OEE) sebagai berikut.

42 Bulan AR PE ROQ OEE (%) (%) (%) (%) April 83,47 86,53 98,50 71,14 Mei 81,83 88,26 99,48 71,84 Juni 83,72 86,27 98,50 71,14 Juli 82,27 87,79 99,61 71,94 Agustus 82,88 87,14 99,57 71,91 September 81,22 88,93 99,45 71,83 Tabel 4.10. Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (Sumber : PT. Bukaka BRB yang telah diolah) 4.7.Analisa Standar Nilai Overall Equipment Efectiveness (OEE) Setelah nilai-nilai dari perhitungan Overall Equipment Efectiveness (OEE) didapat, maka sebagai pembanding kondisi ideal untuk nilai standar OEE tersebut harus diterapkan standar pada tiap perusahaan. Standar tersebut adalah batasan nilai OEE yang harus dipenui oleh perusahaan agar tingkat keefektifan mesin bisa maksimal, batasan nilai tersebut adalah sebagai berikut. Availibility rate > 90% Performance efficiency > 95% Rate of Quality > 99% Jadi nilai ideal untuk Overall Equipment Efectiveness (OEE) harus mencapai perhitungan berikut ini. Ideal OEE = 0,9 x 0,95 x 0,99 x 100 = 85+% Selanjutnya analisa perhitungan Overall Equipment Efectiveness (OEE) akan di sajikan dengan grafik dengan perbandingan nilai ideal OEE.

43 Gambar 4.5. Grafik nilai OEE periode April s/d September 2012 (Sumber : PT. Bukaka BRB yang telah diolah) Dari gambar grafik diatas dapat dianalisa beberapa hal-hal sebagai berikut. Rata-rata nilai OEE dari hasil perhitungan overhead crane ini masih kurang dari nilai ideal yang distandarkan, yaitu dengan nilai rata-rata sebesar 71,63% yang masih kurang 13,34% dari nilai ideal sebesar 85%. Nilai OEE tertinggi adalah pada bulan Agustus 2012, yaitu sebesar 72,28%, sedangkan nilai OEE terendah terjadi pada bulan Juni 2012, dengan nilai sebesar 71,07%. Dari hasil analisa diatas diketahui bahwa tingkat keefektifan dari mesin overhead crane 003/OHC/BRB masih belum mencapai standar yang diharapkan oleh perusahaan, hal tersebut dikarenakan faktor availability rate dari mesin tersebut memiliki hasil perhitungan nilai persentase yang kecil, salah satu penyebab nilai persentase yang kecil tersebut adalah karena faktor waktu kerusakan (breakdown) dari mesin overhead crane 003/OHC/BRB yang besar.

44 4.8.Analisa Waktu Breakdown Mesin Setelah pada analisa sebelumnya mengenai keefektifan mesin (OEE), maka diketahui bahwa faktor penyebab kurangnya nilai OEE adalah waktu breakdown mesin yang cukup tinggi, untuk itu selanjutnya akan dilakuakn perhitungan untuk menganalisa breakdown mesin. Pertama melakukan perhitungan untuk Mean Time Between Failure (MTBF) dan MTTR (Mean Time To Failure), data-data yang diperlukan untuk perhitungan nilai keduanya adalah data waktu operasi (operation time), data waktu breakdown dan data frekuensi kerusakan (breakdown) mesin selama 1 bulan. Bulan Waktu operasi Total Breakdown Frekuensi Detik/bulan Detik/bulan kerusakan April 601.000 72.200 7 Mei 589.200 84.000 8 Juni 602.800 70.400 8 Juli 592.400 80.800 13 Agustus 596.800 76.400 10 September 584.800 88.400 9 Total 3.567.000 472.200 55 Tabel 4.11. Rekapitulasi waktu dan frekuensi breakdown (Sumber : PT. Bukaka BRB) MTBF = Total Operation time / Total frekuensi breakdown = 3.567.000 / 55 = 64.854,55 = 64.855 detik antar breakdown = 18,1 jam antar breakdown

45 MTTR = Total breakdown time / Total frekuensi breakdown = 472.200 / 55 = 8.585,45 detik waktu perbaikan = 2,4 jam waktu perbaikan Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa mesin overhead crane 003/OHC/BRB memiliki selang waktu kerusakan sebesar 18,1 jam atau sekitar 1,81 hari kerja setiap kerusakan. Analisa MTBF ini digunakan untuk memperkirakan kapan waktu kecenderungan overhead crane akan mengalami kerusakan, sehingga dapat dilakukan tindakan perawatan pencegahan (preventive maintenance) seperti penggantian komponen, pembersihan, servis ringan, dan sebagainya yang dapat mengurangi waktu serta frekuensi terjadinya kerusakan. Lalu dari perhitungan MTTR dapat diketahui bahwa mesin overhead crane 003/OHC/BRB memiliki waktu perbaikan sebesar 2,4 jam setiap kerusakan, yang artinya adalah rata-rata kerusakan yang terjadi pada mesin tersebut dapat diselesaikan dalam waktu 2,4 jam yang dilakukan oleh maintenance staff. Sehingga dari data perbandingan antara MTBF dan MTTR dapat ditarik kesimpulan bahwa selang waktu rata-rata terjadinya kerusakan hanya berjarak 18,1 jam dengan rata-rata waktu penyelesaian perbaikan adalah 2,4 jam. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sistem perawatan mesin masih belum optimal, hal tersebut didasari karena waktu terjadinya kerusakan yang relatif berdekatan/pendek dan waktu perbaikan yang relatif lama.

46 4.9.Analisa Jenis Kerusakan Pada Mesin Overhead Crane 003/OHC/BRB Analisa jenis kerusakan dilakukan pada komponen-komponen mesin yang bermasalah dan menyebabkan waktu breakdown tinggi, tujuannya adalah untuk mengetahui komponen mana saja yang sering bermasalah agar dapat diambil suatu tindakan perawatan yang tepat, sehingga waktu terjadinya breakdown dapat diminimalkan. Berikut ini ditampilkan data kerusakan yang telah terjadi pada mesin overhead crane 003/OHC/BRB. Jenis kerusakan Frekuensi kerusakan Persentase (%) Kumulatif (%) Kampas melorot 24 43,6 43,6 Roller lepas 5 9,1 52,7 Contactor konslet 2 3,6 56,3 Remote tidak berfungsi 7 12,7 69 Pinion gear lepas 3 5,5 74,5 Roll current putus 14 25,5 100 Total 55 100 Tabel 4.12. Rekapitulasi frekuensi breakdown (Sumber : PT. Bukaka BRB) Selanjutnya merupakan diagram pareto dari persentase kerusakan yang terjadi pada mesin overhead crane 003/OHC/BRB periode April s/d September 2012.

47 Gambar 4.6. Grafik diagram pareto kerusakan mesin periode April s/d September 2012 (Sumber : PT. Bukaka BRB yang telah diolah) Dari diagram Pareto diatas dapat diketahui bahwa terdapat tiga jenis kerusakan yang paling sering terjadi serta dominan, kerusakan tersebut adalah kampas melorot yang memiliki persentase sebesar 43,6%, lalu roll current putus dengan persentase sebesar 25,5%, dan remote tidak berfungsi dengan persentase sebesar 12,7%. Masalah tersebut akan menjadi prioritas untuk ditangani agar frekuensi kerusakannya dapat berkurang. Masalah kerusakan lainnya cenderung memiliki nilai persentase yang kecil, namun tetap harus dicari solusi untuk pencegahannya. 4.10.Perbaikan Sistem Kegiatan Perawatan Seperti yang telah dijalaskan sebelumnya bahwa aktivitas perawatan yang dilakukan di PT. Bukaka BRB ada 2 macam kegiatan perawatan yang dilakukan yaitu preventive maintenance dan corrective maintenance. Untuk hal itu kegiatan preventive maintenance departemen maintenance PT. Bukaka BRB perlu memiliki suatu sistem collect, dan record data maintenance yang baik, agar pengolahan data menjadi lebih mudah dan terpantau dengan baik.

48 Contohnya seperti pelabelan setiap mesin dengan tags preventive maintenance yang bertujuan untuk mengetahui siklus perawatan preventive yang telah dilakukan dan kapan akan dilakukan lagi, tampilan tags yang telah dibuat adalah seperti pada gambar di bawah ini. Gambar 4.7. Tag untuk Preventive maintenance Selain itu untuk melakukan collect, record, dan pengolahan data corrective maintenance, departemen maintenance PT. Bukaka BRB juga perlu membuat suatu form perbaikan. Tampilan untuk form tersebut seperti pada gambar di bawah ini.

49 Gambar 4.8. Form isian kegiatan corrective maintenance Dari perbaikan tersebut maka departemen maintenance PT. Bukaka BRB dapat mendokumentasikan setiap kegiatan perawatan dengan lebih baik, sehingga sistem dokumentasi kegiatan perawatan menjadi mudah dan teratur, serta data dari hasil dokumentasi dapat digunakan untuk keperluan yang mencakup data maintenance. 4.11.Usulan Penerapan Metode Autonomous Maintenance Sebagai Dasar TPM Meskipun telah memiliki sistem preventive maintenance dan corrective maintenance namun pada pelaksanaannya hanya saat terjadinya kerusakan mesin yaitu hanya dilakukan corrective maintenance. PT. Bukaka BRB belum memiliki suatu sistem perawatan mandiri (autonomous maintenance) yang bertujuan untuk mencegah agar kondisi mesin tidak

50 memburuk. Faktor autonomous maintenance dirasa perlu mengingat masih kurangnya koordinasi operator dengan staff maintenance dalam melakukan perawatan. Operator juga masih menganggap bahwa kegiatan pemeliharaan ringan hanya tanggung jawab departemen maintenance, sehingga operator hanya memanggil staff maintenance apabila terjadi kerusakan saja. Oleh karena itu perlu dibuat suatu rencana kegiatan pemeliharaan ringan autonomous maintenance yang dilakukan operator guna mengurangi frekuensi kerusakan mesin. Rencana kegiatan ini dibuat berdasarkan area jenis kerusakan terjadi, namun hanya bersifat pemeliharaan saja. Pada penerapan metode autonomous maintenance ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar pelaksanaannya dapat berjalan dengan benar, hal-hal tersebut adalah sebagai berikut. a) Peningkatan skill sumber daya manusia Sumber daya manusia sangat penting dalam berjalannya TPM secara baik dan berkelanjutan, perlunya training berkelanjutan sangat membantu sekali agar operator maupun staff maintenance lebih terlatih untuk melakukan perawatan yang baik dan benar, terutama untuk operator agar mereka tidak hanya mengetahui cara pengoperasian mesin tersebut, namun juga cara-cara pemeliharaannya. Contoh pemeliharaan tersebut adalah pembersihan, pengencangan baut-baut atau ada bagian mesin yang kendor (mudah dijangkau), serta pelumasan. b) Meningkatkan motivasi Selama ini operator hanya beranggapan bahwa bekerja hanya untuk mencapai target produksi, oleh karena itu peran foreman atau pun

51 supervisor sangat penting dalam memberikan arahan-arahan, dorongan serta tujuan positif yang dicapai dari penerapan autonomous maintenance pada mesin yang mereka gunakan. c) Pembuatan operator activity sheet Activity sheet bertujuan untuk mengarahkan operator agar tahu bagian mana dari mesin yang harus dilakukan perawatan secara rutin seharihari, dari sebelum memulai proses produksi dan setelah proses produksi. Penentuan bagian-bagian perawatan ringan ini berdasarkan hasil analisa komponen kritis dari pihak departemen maintenance PT. Bukaka BRB.