AFP SMART Strategi Advokasi Berbasis Bukti Pendekatan advokasi yang dilakukan oleh Advance Family Planning (AFP) fokus pada upaya memperoleh quick wins (keputusan-keputusan berkaitan dengan kebijakan atau penganggaran yang harus dibuat dalam waktu dekat untuk meraih tujuan jangka panjang). Quick wins umumnya berkaitan dengan peningkatan anggaran; perubahan peraturan, kebijakan, atau hukum; dan penerapan peraturan, kebijakan, atau hukum yang sudah ada. Ada sembilan langkah dalam AFP SMART yang terbagi kedalam tiga fase atau tahapan sebagai berikut: Langkah 1. Buat sasaran yang SMART Langkah 4. Tinjau konteks Langkah 7. Susun rencana kerja TAHAP 1: BANGUN KONSENSUS Tahap I: Bangun konsensus Langkah 2. Putuskan akan melibatkan siapa Tahap II: Fokuskan upaya Langkah 5. Kenali pengambil keputusan Tahap III: Capai perubahan Langkah 8. Tentukan ukuran keberhasilan Langkah 3. Identifikasi pengambil keputusan Langkah 6. Tentukan permintaan Langkah 9. Implementasi dan evaluasi Saat merencanakan strategi advokasi, perjelas isu yang akan dibahas. Apa visi kita? Mengapa advokasi perlu dilakukan? Membangun consensus bukanlah upaya mudah, tapi penting untuk mencapai tujuan advokasi. Langkah 1: Buat Sasaran yang SMART Untuk mewujudkan impian besar kita, harus ada pandangan jangka panjang (visi) dan fokus terhadap pencapaian tujuan-tujuan jangka pendek (tujaun/sasaran). Ketika merancang sebuah strategi advokasi, tentukan lebih dulu apa yang ingin dicapai dalam jangka panjang. Tanyakan, Apa yang sesungguhnya ingin saya capai dan apa yang dapat saya lakukan saat ini? Setelah itu, buatlah tujuan/sasaran jangka pendek dengan menganut prinsip SMART, yakni: Specific (jelas) 1
Apa yang ingin diraih? Tujuan advokasi yang jelas dan spesifik akan memudahkan pencapaian hasil dan dampak yang diinginkan. Measurable (terukur) Kita harus menentukan tujuan yang terukur. Misalnya: meningkatkan alokasi dana KB sebanyak 5% pada tahun depan. Attainable (dapat dicapai) Tujuan harus dapat dicapai. Oleh karena itu, saat menentukan tujuan, kita perlu mempertimbangkan apakah tujuan dapat dicapai dengan sumber daya (sumber daya manusia, teknis, dan anggaran) yang tersedia? Apakah dapat dicapai dalam jangka waktu yang kita tentukan? Apakah tujuan ini didukung oleh pemerintah atau stakeholder yang lain? Relevant (relevan) Tujuan jangka pendek haruslah relevan atau ada kaitannya dengan tujuan jangka panjang, sehingga pencapaian tujuan jangka pendek dapat memberikan sumbangsih bagi pencapaian tujuan jangka panjang. Harus ada hubungan erat antara kegiatan yang direncanakan, sumber daya yang tersedia, kemitraan yang sudah terjalin, dan hasil yang diinginkan. Time-bound (terikat waktu) Tujuan akan lebih mudah dicapai apabila ditentukan tanggal penyelesaiannya. Penentuan tanggal membantu dalam perencanaan pengerahan sumber daya (misalnya: manusia, waktu, dana) dan pelaksanaan kegiatan (seperti: penyusunan policy brief, pertemuan analisis anggaran). Contoh penyusunan sasaran adalah meningkatkan anggaran kesehatan dalam APBD untuk Program KB sebanyak 5% tahun depan. Contoh lain adalah memasukkan distribusi alkon suntikan yang didasarkan pada permintaan masyarakat kedalam pedoman Kementerian Kesehatan. Identifikasi tujuan jangka panjang yang mencerminkan prioritas kelompok. Setelah visi tersebut disepakati oleh seluruh anggota kelompok, lakukan curah pendapat (brainstorming) untuk mengidentifikasi tujuan-tujuan jangka pendek (sasaran) dengan prinsip SMART. Setelah itu, pilihlah salah satu sasaran yang memiliki prioritas paling tinggi. Sasaran dengan prioritas tinggi adalah yang paling mudah dicapai dan memiliki potensi paling besar untuk meningkatkan akses terhadap informasi, pelayanan, dan 2
persediaan alat kontrasepsi dan/atau tujuan yang harus direalisasikan sebelum tujuan lain dapat dicapai. Setiap tujuan harus dibuatkan strategi advokasi tersendiri dan pertimbangan mengenai kapasitas kelompok untuk mencapai lebih dari satu tujuan pada saat yang bersamaan. Pastikan bahwa tujuan ditetapkan berdasarkan criteria SMART. Jangan memilih tujuan yang terlalu ambisius apabila kapasitas kelompok tidak memungkinkan untuk mencapainya. Visi (Tujuan Jangka Panjang): Sasaran SMART (Tujuan Jangka Pendek): Langkah 2: Putuskan akan Melibatkan Siapa Peluang meraih keberhasilan meningkat ketika kita melibatkan orang yang tepat dalam menyusun strategi. Idealnya, penyusunan strategi advokasi yang terfokus disusun dalam suatu kelompok kecil. Namun, kelompok yang lebih besar dapat memberikan perspektif (sudut pandang) yang lebih luas dan memberi lebih banyak masukan. Dalam kasus yang jarang terjadi, satu orang dapat menyusun suatu strategi secara menyeluruh, namun consensus (kesepakatan) harus diraih diantara pihak-pihak yang akan menerapkan rencana tersebut. Secara umum, pengembangan strategi harus melibatkan orang-orang yang memiliki: Pengaruh Yakni orang-orang yang dihormati yang secara strategis dan selektif memberikan saran dan informasi kepada pembuat keputusan dan mendorong pembuat keputusan untuk berkomitmen mengambil kebijakan. Mereka adalah orang-orang yang memiliki pengaruh, hubungan, dan akses ke pengambil kebijakan yang berperan penting dalam mengubah kebijakan dalam isu yang diusung. Keahlian Profesional (orang-orang yang memiliki keahlian dalam Program KB, pembuatan kebijakan, dan manajemen persediaan alkon) yang memberi masukan dalam pengembangan strategi dan memandu penerapan strategi itu. Mereka adalah informan kunci yang dapat mengenali kesempatan melakukan advokasi dan menyediakan bukti dan contoh kebijakan yang relevan berdasar pengalaman dan keahlian mereka. Mereka juga membantu mengawasi dampak perubahan kebijakan dan mempromosikan Program KB. 3
Pengalaman di lapangan Mereka memiliki pengalaman dan sumber daya yang dibutuhkan untuk memotivasi dan menggerakkan orang lain, menerapkan strategi advokasi untuk mencapai tujuan jangka panjang, dan menerapkan perubahan kebijakan untuk melaksanakan program dan pelayanan di lapangan. Keterampilan fasilitasi Seorang fasilitator dapat mendorong suatu diskusi yang positif, membuktikan asumsi, menengahi perdebatan, dan memastikan tugas dilaksanakan sesuai waktu yang dialokasikan. Ia dapat memastikan proses pengembangan strategi yang sangat efisien. Pastikan bahwa orang yang tepat dilibatkan dalam proses perencanaan strategi advokasi. Jangan tergesa-gesa dalam proses kolaborasi. Berikut adalah daftar hal yang harus dipersiapkan: Peserta Siapa saja yang akan dilibatkan dan mengapa? Fasilitasi Siapa yang akan mengembangkan dan mengatur rencana? Tanggal dan waktu Seberapa cepat suatu kelompok mendedikasikan waktunya untuk menyusun suatu strategi? Undangan Siapa yang akan mengundang mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan perencanaan? Tempat pertemuan Dimana sebaiknya pertemuan dilaksanakan agar penyusunan strategi lebih produktif? Biaya Perlukah kita membiayai fasilitasi? Perlukah kita membayar ruang pertemuan, atau konsumsi? Jika ya, siapa yang akan membayar? Membangun kesepakatan Jika kelompok ini akan bekerja sama untuk pertama kalinya, perlukah disediakan bahan-bahan yang berkaitan dengan isu? Apakah ada peluang untuk mengidentifikasi kebijakan sebelum pertemuan, misalnya dengan melakukan asesmen sebelum pertemuan? Langkah 3: Identifikasi Pengambil Keputusan Setelah menentukan sasaran SMART, kini kita fokus pada pengambil keputusaan yang memiliki kekuasaan untuk mewujudkan tujuan kita. Untuk mengidentifikasi pengambil keputusan, ajukan beberapa pertanyaan berikut: Bagaimana mekanisme pengambilan keputusan dalam isu yang kita bawa? Siapa yang paling menentukan dalam pencapaian tujuan kita? 4
Haruskah kita langsung mendekati si pengambil keputusan atau bisakah melalui pihak/orang lain yang memiliki kedekatan dengan pengambil keputusan? Apakah kita membutuhkan lebih dari satu pengambil keputusan untuk mewujudkan tujuan kita? Identifikasi pengambil keputusan yang tepat. Terkadang pegawai tingkat menengah, dan bukan atasannya, yang berada dalam posisi yang tepat untuk mengambil langkah pertama guna membantu mencapai tujuan kita. Jangan berasumsi bahwa hanya ada satu pengambil keputusan. Identifikasi Pengambil keputusan: TAHAP 2: FOKUSKAN UPAYA Langkah 4: Tinjau Konteks Memahami konteks dimana kita bekerja akan membantu memahami faktorfaktor eksternal yang akan mempengaruhi keberhasilan kita. Tinjau konteks disini mirip dengan analisis SWOT (Strengths/kekuatan, Weaknesses/kelemahan, Opportunities/peluang, dan Threats/tantangan). Suatu tinjauan eksternal (disebut juga landscape assessment) mengukur peluang dan tantangan dari luar yang dihadapi suatu organisasi. Ukurlah apakah kendala yang dihadapi akan dapat diatasi ataukah tujuan kita harus diubah? Jangan lupa mengukur faktor-faktor regional, nasional, dan bahkan internasional yang mungkin membantu atau menghalangi kemajuan kita dalam mencapai tujuan. Berpikirlah secara luas dan menyeluruh agar kita benar-benar memahami kondisi lingkungan dimana kita bekerja. Peluang Eksternal Tantangan Eksternal Langkah 5: Kenali Pengambil Keputusan Langkah ini berhubungan dengan langkah 3. Cari tahu lebih dalam tentang si pengambil keputusan: Apa profesi dan latar belakangnya? 5
Pernahkah mereka membuat pernyataan yang mendukung atau menentang Program KB atau isu yang terkait dengan kependudukan, KB, atau kesehatan reproduksi? Pendapat siapa yang mereka dengarkan? Apakah mereka bersedia dan mampu bertindak dalam isu yang mereka anggap penting? Apakah mereka bersedia bertindak dalam Program KB? Tentukan bagaimana cara terbaik untuk mendekati pengambil keputusan. Bagaimana kita akan membujuk pengambil keputusan apakah kita akan mengawali upaya advokasi kita dengan berbagi informasi mengenai pengetahuan dasar terkait isu yang kita bawa, misalnya Program KB? Apabila kita berasumsi bahwa orang tersebut memiliki pengetahuan yang cukup baik mengenai Program KB, bagaimana cara kita membangun kepercayaan dirinya dan kesediaannya untuk bertindak dalam Program KB? Jikalau pengambil keputusan telah aktif dalam Program KB, kita dapat memberikan pengakuan dan berterima kasih atas kinerjanya dan dukungannya di masa lalu terhadap Program KB untuk mendorongnya agar terus mendukung Program KB. Di bawah ini adalah tiga cara untuk mendukung pengambil keputusan agar bertindak: Sediakan informasi Pengambil keputusan mungkin tidak memahami apa itu Program KB atau mungkin sudah tahu tapi tidak peduli terhadap Program KB atau tidak mengakui bahwa program itu penting. Kita perlu menyediakan informasi dasar sebagai bahan pertimbangannya apakah akan mendukung Program KB atau tidak. Sediakan informasi mengenai permasalahan yang dihadapi dan harus segera diatasi, apa konsekuensi dari permasalahan itu. Dorong untuk bertindak Hal apa yang paling mungkin mendorong pengambil keputusan untuk bertindak? Tindakan sederhana apa yang dapat dilakukan pengambil keputusan untuk mengakibatkan perubahan? Apakah permintaan kita dapat mendukung pengambil keputusan dalam mencapai tujuannya? Apakah risikonya besar? Mengapa dukungan pengambil keputusan terhadap kelompok kita akan menguntungkannya? Apa yang akan diperoleh pengambil keputusan dengan mendukung kita, baik secara profesional maupun secara personal, berkaitan dengan reputasinya? Tunjukkan bahwa manfaat dari program kita melebihi risikonya. 6
Akui kepemimpinannya Akui peranan pengambil keputusan, beri ucapan terima kasih atas dukungannya di depan umum. Hal ini akan mendorong pengambil keputusan untuk mendukung program kita di masa depan. Pikirkan hal-hal apa yang dianggap penting oleh pengambil keputusan dan pertimbangkan lingkungan dimana mereka bekerja: Apakah mereka peduli dengan kesehatan dan hak perempuan? Apakah mereka menganggap penting efektivitas biaya untuk program kesehatan? Apakah usia mereka menyebabkan mereka lebih atau kurang terbuka terhadap perubahan? Apakah mereka lebih tertarik pada bukti atau pengalaman personal? Apakah upaya advokasi ini dilakukan saat pilkada dan mendukung kampanye mereka? Apakah Presiden mendukung Program KB? Apakah kebijakan yang mereka ambil dalam Program KB ini dapat membantu karir dan reputasi mereka di tingkat regional atau global? Cari tahu sebanyak-banyaknya mengenai pengambil keputusan. Semakin kita mengenalnya, semakin baik upaya pendekatan yang akan kita lakukan. Jangan berasumsi bahwa kita mengenal pengambil keputusan. Bicaralah dengan orangorang yang mengenal pengambil keputusan sehingga kita memperoleh informasi yang faktual. Tentukan kebutuhan si pengambil keputusan akan informasi, dorongan, atau pengakuan. Cari tahu pokok perhatian si pengambil keputusan, ketahui nilai atau hal apa yang ia anggap paling penting. Apa yang kita lakukan di langkah 5 ini akan mempengaruhi keputusan yang kita buat di langkah 6 ketika kita merancang pesan dan permintaan yang kita advokasi. (ypi) 7
Nama Pengambil Keputusan: (dari Langkah 3) Pengetahuan: Pokok Perhatian: Nilai: Kesediaan untuk Bertindak: Sumber: Gillespie, D, & Fredrick, B, 2013, Advance Family Planning Advocacy Portfolio, November, www.advancefamilyplanning.org 8