BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V PENUTUP A. Kesimpulan"

Transkripsi

1 BAB V PENUTUP Pada bab terakhir ini peneliti akan memaparkan mengenai kesimpulan dan saran yang terkait dengan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. Peneliti akan menjelaskan mengenai kesimpulan atas hasil penelitian dan analisis manajemen kampanye sosial tentang perilaku antikorupsi pada gerakan SPAK periode April 2014 April 2016, baik dari sisi praktis maupun strategis. Selanjutnya, peneliti akan menjelaskan tentang beberapa saran yang dapat diberikan untuk mengembangkan gerakan SPAK dan untuk penelitian lebih lanjut yang dapat dikembangkan berdasarkan hasil penelitian ini. A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan oleh peneliti, maka manajemen kampanye sosial tentang perilaku antikorupsi pada gerakan SPAK dalam periode April 2014 April 2016 ini dapat dilihat dari dua sisi, yaitu secara praktis dan secara strategis. Secara praktis, manajemen kampanye sosial ini meliputi perencanaan, implementasi, dan evaluasi kampanye. Proses perencanaan kampanye dimulai oleh KPK dan AIPJ dengan melakukan analisis permasalahan berdasarkan hasil baseline study pencegahan korupsi berbasis keluarga yang telah dilaksanakan oleh KPK pada tahun 2012 dan Baseline study ini memang tidak secara khusus dilakukan oleh KPK untuk program ini atau untuk mempelajari tentang relasi antara perempuan dan korupsi. Namun, peran perempuan dalam keluarga menjadi salah satu perhatian penting dalam hasil riset ini. Hasil analisis permasalahan ini digunakan sebagai dasar untuk menentukan bentuk program, publik sasaran, pesan yang akan disampaikan, strategi dan taktik yang akan digunakan, serta sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung keberhasilan program ini. Tujuan kampanye ini adalah untuk membangun keyakinan diri perempuan bahwa mereka pun bisa dan memiliki peran dalam mencegah dan melaporkan korupsi, serta dalam mengubah norma-norma sosial 227

2 yang dapat melanggengkan terjadinya korupsi di Indonesia. Kampanye ini tidak hanya sekadar bertujuan untuk memberikan informasi mengenai korupsi kepada perempuan tetapi mengarah kepada perubahan sikap dan perilaku yang anti terhadap korupsi melalui para perempuan ini sebagai agen perubahannya. Sesuai dengan kesepakatan yang dibuat antara Pemerintah Republik Indonesia dengan Pemerintah Australia, program SPAK akan dilaksanakan sampai dengan akhir tahun 2016 dengan target penambahan agen SPAK di 34 provinsi di Indonesia dan menjangkau 1 juta orang, termasuk perempuan, untuk mendapatkan pendidikan antikorupsi melalui gerakan SPAK. Sampai dengan akhir periode penelitian, pihak AIPJ masih mencari solusi yang tepat untuk menjamin kelangsungan gerakan SPAK dengan atau tanpa bantuan dari pihak AIPJ. SPAK dikembangkan sebagai sebuah kampanye berbentuk gerakan sosial. Pada umumnya, suatu gerakan sosial terbentuk dari individu-individu yang telah memiliki solidaritas dan tujuan bersama sejak awal sedangkan SPAK adalah gerakan sosial yang sengaja dibentuk oleh dua lembaga, yaitu KPK dan AIPJ. Gerakan SPAK dibentuk sebagai salah satu wujud intervensi yang dilakukan oleh KPK dan AIPJ untuk menyatukan para perempuan agar mereka memiliki kepedulian terhadap permasalahan korupsi dan mau terlibat secara aktif dalam upaya pencegahan korupsi di Indonesia. Identitas kolektif sebagai agen SPAK sengaja dibentuk oleh KPK dan AIPJ untuk menumbuhkan rasa solidaritas antarperempuan yang telah tergabung di dalam SPAK. KPK dan AIPJ berperan sebagai pembentuk platform gerakan yang kemudian dikembangkan oleh para agen melalui pelaksanaan berbagai kegiatan di daerah masing-masing. Edukasi agen SPAK menjadi strategi utama yang dilakukan dalam kampanye ini. Tujuannya untuk membangun suatu kesadaran dalam diri para perempuan serta untuk memberikan suatu perspektif baru bagi mereka bahwa korupsi tidak hanya menjadi urusan aparat penegak hukum saja tetapi dapat menjadi suatu permasalahan yang bersifat personal karena sangat dekat dengan kehidupan mereka sehari-hari. Edukasi ini juga penting untuk memastikan bahwa para perempuan tersebut telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai mengenai seluk-beluk korupsi sebelum melakukan kampanye tentang perilaku 228

3 antikorupsi kepada orang-orang di sekitarnya. Implementasinya dengan melaksanakan ToT dan post-tot sebagai satu-satunya metode untuk mencetak agen-agen SPAK di berbagai daerah di Indonesia. Strategi lainnya adalah menggunakan permainan antikorupsi sebagai sarana komunikasi utama untuk menarik perhatian para perempuan agar mereka mau membicarakan tentang isu korupsi dengan orang-orang di sekitarnya dengan cara yang sederhana dan lebih menyenangkan.. Terdapat empat permainan antikorupsi yang didesain oleh AIPJ dibantu oleh KPK, yaitu Arisan, Lima Jodoh (Majo), Putar-Putar Lawan Korupsi (Put-Put LK), dan Sembilan Nilai (SEMAI). Strategi lain yang juga dilakukan oleh KPK dan AIPJ adalah dengan membentuk jaringan agen SPAK dan menjadikan SPAK sebagai sebuah gerakan yang bersifat sukarela. Dalam perkembangannya, banyak agen SPAK yang tidak lagi aktif. Selain karena tidak adanya waktu akibat kesibukan masing-masing, hal ini juga terjadi karena sebagian agen yang bekerja secara profesional tidak dapat menghindari sistem yang ada dalam lingkungan pekerjaan mereka. Sistem tersebut memaksa mereka untuk tetap melakukan tindakan korupsi dalam berbagai bentuk. Sebagai agen SPAK, sebelum berusaha untuk mengubah perilaku orang lain, mereka terlebih dahulu harus mengubah perilakunya sendiri. Ketika agen tidak mampu melakukannya karena situasi yang sering mereka hadapi, maka hal tersebut menjadi hambatan tersendiri bagi mereka untuk tetap aktif sebagai agen SPAK. Alasan lain ketidakaktifan agen ini karena keikutsertaan sebagai agen SPAK dianggap tidak memberikan keuntungan bagi sebagian agen, terutama secara finansial. Mereka malah dituntut untuk dapat mengorbankan waktu, tenaga, bahkan biaya sendiri untuk kelangsungan gerakan ini karena sifatnya yang sukarela. Banyaknya agen yang tidak lagi aktif ini memunculkan agen-agen KW, yaitu sukarelawan yang membantu kegiatan agen SPAK di daerah. Mereka disebut sebagai agen KW untuk membedakan dengan agen-agen yang telah mengikuti kegiatan ToT yang kemudian mereka sebut dengan istilah agen ori. Mereka secara aktif membantu setiap kegiatan agen di daerah tetapi sampai dengan saat ini mereka belum memiliki kesempatan untuk mengikuti ToT. Kehadiran beberapa orang laki- 229

4 laki diantara agen-agen KW tersebut telah membuat gerakan ini menjadi tidak konsisten dengan namanya dan tujuan awal pembentukan gerakan ini. Media sosial Facebook memiliki peran penting dalam perkembangan gerakan ini. Facebook dimanfaatkan sebagai media untuk menyebarkan informasi tentang kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh para agen di daerah. Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian serta dukungan dari masyarakat terhadap kelangsungan gerakan ini melalui unggahan dokumentasi kegiatan SPAK pada akun Facebook pribadi masing-masing, maupun fanpage SPAK. Selain itu, Facebook juga digunakan oleh AIPJ sebagai media untuk monitoring kegiatan para agen. Sebagai sebuah gerakan yang bersifat sukarela dan tidak memiliki keterikatan penggunaan dana, baik dengan KPK maupun AIPJ, agen-agen SPAK di daerah tidak memiliki kewajiban untuk memberikan laporan secara berkala kepada kedua lembaga tersebut. Oleh karena itu, para agen diminta untuk mengunggah dokumentasi kegiatan yang telah mereka lakukan. Namun, metode ini belum dapat menjamin semua kegiatan agen di daerah dapat termonitor dengan baik. Adanya kendala teknis seperti belum adanya jaringan internet yang stabil di beberapa daerah memberikan kesulitan tersendiri bagi beberapa agen untuk mengunggah dokumentasi kegiatan mereka. Akibatnya, kegiatan mereka tidak termonitor dengan baik oleh AIPJ. Selain itu, beberapa komunitas agen yang memilih untuk menggunakan media sosial lain, seperti Twitter atau Instagram, dan jarang mengunggah dokumentasi kegiatan mereka di Facebook, oleh AIPJ dinilai kurang aktif sebagai bagian dari agen SPAK. Walaupun tim AIPJ juga telah mulai menggunakan media sosial lain selain Facebook, namun belum dikelola secara optimal seperti halnya fanpage Saya Perempuan Anti Korupsi INDONESIA. Evaluasi terhadap perkembangan gerakan SPAK baru dilaksanakan satu kali oleh AIPJ dalam kurun waktu satu tahun setelah diluncurkannya gerakan ini. Evaluasi ini termasuk ke dalam kategori delayed campaign evaluation, atau evaluasi yang dilakukan selang beberapa waktu setelah berlangsungnya kampanye, pada tingkatan perubahan perilaku (behavioral level) yang terjadi terhadap para agen selama kurun waktu satu tahun tersebut. Hasil evaluasi ini menunjukkan adanya beberapa perubahan perilaku yang terjadi terhadap para agen setelah 230

5 bergabung dengan SPAK, meliputi: (1) adanya aktivitas penyebaran nilai-nilai antikorupsi yang dilakukan oleh para agen dengan menggunakan alat bantu SPAK; (2) munculnya diskusi-diskusi mengenai korupsi yang dilakukan oleh agen SPAK dengan orang-orang di sekitarnya; (3) adanya usaha untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar menjadi perilaku yang antikorupsi: (4) munculnya keberanian untuk menolak terlibat dalam suatu tindakan korupsi; dan (5) melaporkan adanya kasus korupsi yang mereka ketahui kepada pihak yang berwenang. Namun, hasil evaluasi ini belum dapat memberikan gambaran mengenai perubahan perilaku yang dialami oleh para agen secara keseluruhan karena tidak diikuti oleh seluruh agen yang telah tercatat pada saat evaluasi dilakukan. AIPJ juga belum melakukan evaluasi kembali setelah dua tahun perjalanan SPAK sehingga hasil evaluasi tersebut tidak dapat menggambarkan kondisi perubahan perilaku yang telah terjadi saat ini. AIPJ tidak pernah melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan oleh para agen di lapangan. Sedangkan secara strategis, manajemen kampanye pada penelitian ini dikaitkan dengan peran perempuan dalam sistem sosial di Indonesia serta kondisi lingkungan di Indonesia yang mendasari dan mempengaruhi pembentukan gerakan ini. Temuan dan analisis manajemen kampanye sosial secara strategis ini muncul berdasarkan temuan-temuan induktif dan analisis yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap manajemen kampanye sosial secara praktis. Secara strategis, manajemen kampanye sosial tentang perilaku antikorupsi pada gerakan SPAK ini dipengaruhi oleh adanya semangat untuk mengoptimalkan peran perempuan dalam sistem sosial di Indonesia ketika memasuki era reformasi. Kondisi ini dimanfaatkan oleh KPK dan AIPJ untuk memberdayakan perempuan agar mau terlibat dalam upaya pencegahan korupsi di Indonesia. Berawal dari pemikiran perempuan pada dasarnya memiliki tingkat rasionalitas yang sama dengan laki-laki sehingga seharusnya perempuan memiliki hak dan kesempatan yang sama pula untuk terlibat dalam berbagai kegiatan di ranah publik, termasuk dalam hal pencegahan korupsi. Namun, hal tersebut harus terus didorong dan diintervensi agar mereka mau mengembangkan potensi yang mereka miliki. Jika para perempuan ini diberikan kesempatan yang sama, maka mereka akan membawa 231

6 pengaruh yang besar untuk dapat mencegah orang-orang di sekitarnya agar tidak melakukan tindakan korupsi. Pemberian kesempatan yang sama tersebut diwujudkan dengan memberikan edukasi kepada perempuan terkait dengan seluk-beluk korupsi. KPK dan AIPJ melaksanakan kegiatan ToT dan post-tot yang memungkinkan perempuan dari berbagai latar belakang untuk dapat memperoleh informasi dan pengetahuan yang memadai mengenai korupsi. Jika dengan adanya edukasi ini perempuan tetap saja tidak mampu menunjukkan eksistensinya dalam ranah pencegahan korupsi atau bahkan terlibat dalam suatu tindakan korupsi, maka hal tersebut merupakan kesalahan dari perempuan itu sendiri. Sebagai sebuah gerakan sosial, SPAK bersifat fungsional. Artinya, dalam mengkampanyekan tentang perilaku antikorupsi, SPAK menghindari adanya konflik yang dapat mengganggu harmoni yang telah tercipta dalam masyarakat, termasuk mengganggu relasi antara perempuan dan laki-laki. Keterlibatan perempuan dalam SPAK dapat dilihat dari tiga sisi. Pertama, adanya spirit yang dimiliki oleh para perempuan untuk menjadi agen-agen antikorupsi. Spirit ini berhubungan dengan motivasi, baik yang sengaja dibangun oleh KPK dan AIPJ maupun yang telah muncul dan dimiliki oleh para agen sebelum bergabung dengan SPAK, yang dapat mendorong para perempuan untuk mau terlibat dalam gerakan ini. Kedua, perempuan ingin dilihat sebagai pelaku utama dalam gerakan ini. Mereka ingin dilihat sebagai sebuah gerakan independen yang tidak berada di bawah bayang-bayang KPK maupun AIPJ. Namun, para perempuan tersebut belum sepenuhnya berperan sebagai pelaku utama dalam gerakan ini karena keberadaan mereka masih sangat disokong oleh pihak KPK dan AIPJ. Selain itu, masih kentalnya campur tangan laki-laki dalam pengembangan gerakan ini menunjukkan bahwa perempuan belum dapat sepenuhnya menjadi pelaku utama dalam gerakan ini. Ketiga, garansi yang diberikan oleh para perempuan sebagai bagian dari SPAK. Garansi ini diberikan oleh para perempuan yang ada di institusi KPK dan AIPJ yang terlibat langsung dalam SPAK serta garansi yang diberikan oleh para agen untuk terus menggulirkan gerakan ini. Dari sisi KPK dan AIPJ, perempuan- 232

7 perempuan yang terlibat dalam pembentukan gerakan ini memberikan jaminan sebagai penggerak utama gerakan SPAK sampai dengan saat ini. Dari sisi para agen, garansi yang mereka berikan dapat dilihat dari segi waktu, tenaga, dan biaya untuk melaksanakan berbagai kegiatan yang bertujuan untuk mengkampanyekan tentang perilaku antikorupsi. Garansi ini juga ditunjukkan dengan adanya ketahanan diri para agen untuk terus bergerak sebagai agen SPAK walaupun menghadapi berbagai macam reaksi negatif yang datang dari orang-orang di sekitarnya. Selain dilihat dari peran perempuan dalam sistem sosial di Indonesia, secara strategis kondisi lingkungan yang ada di Indonesia juga mempengaruhi manajemen kampanye yang dilakukan dalam gerakan ini. Dilihat dari kondisi lingkungannya, Indonesia termasuk negara yang memiliki lingkungan yang cukup kondusif bagi perempuan untuk dapat terlibat dalam upaya pemberantasan korupsi. Walaupun perlindungan hukum di Indonesia belum memadai, namun dengan semakin terbukanya akses terhadap informasi, adanya kebebasan untuk menyampaikan pendapat di muka umum, tersedianya mekanisme bagi masyarakat untuk melaporkan terjadinya indikasi tindak pidana korupsi, adanya undang-undang yang khusus mengatur tentang tindak pidana korupsi, dan tersedianya dana yang khusus dialokasikan untuk upaya pemberantasan korupsi, memungkinkan negara untuk mendorong serta melakukan intervensi agar perempuan di Indonesia mau ikut terlibat secara aktif dalam upaya ini. Intervensi ini dilakukan oleh KPK bekerja sama dengan AIPJ dalam program SPAK. Dalam lingkungan yang kondusif, kampanye dapat menjadi strategi yang tepat untuk dilakukan untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam upaya pencegahan korupsi di Indonesia. Kampanye tersebut dilakukan dengan menggabungkannya dengan upaya edukasi, mobilisasi, dan pelibatan media. Sedangkan, advokasi tidak dilakukan karena dikhawatirkan akan membawa dampak negatif, berupa konflik atau gesekan-gesekan kepentingan lainnya selama proses advokasi. KPK dan AIPJ menginginkan agara SPAK tetap menjadi sebuah gerakan yang menyenangkan bagi para perempuan dengan meminimalisasi konflik yang kemungkinan akan muncul. 233

8 B. Saran Banyaknya agen SPAK yang tidak lagi aktif memberikan kesulitan tersendiri bagi agen lain yang masih aktif karena beberapa kegiatan yang mereka laksanakan memiliki cakupan yang cukup luas sehingga memerlukan sumber daya manusia yang lebih banyak. Untuk membantu para agen menghadapi permasalahan tersebut, KPK dan AIPJ dapat merekrut agen-agen SPAK baru yang diambil dari para agen KW yang telah banyak membantu agen SPAK dalam melaksanakan kegiatannya. KPK dan AIPJ dapat melaksanakan ToT yang khusus diperuntukkan bagi agen-agen KW tersebut agar mereka dapat sepenuhnya menjadi agen SPAK tanpa adanya pembedaan status karena belum mengikuti kegiatan ToT. Namun, sebelum dilaksanakan ToT ini, KPK dan AIPJ perlu memastikan komitmen agenagen KW tersebut untuk tetap konsisten menjalankan perannya setelah nantinya benar-benar menjadi agen SPAK. Kegiatan ToT selama ini hanya dilaksanakan selama tiga hari sehingga masih terdapat banyak keterbatasan bagi para agen untuk mendapatkan lebih banyak pengetahuan mengenai seluk-beluk korupsi sebagai bekal mereka untuk mengkampanyekan tentang perilaku antikorupsi kepada masyarakat. Untuk mengatasi hal tersebut, maka perlu dilaksanakan ToT lanjutan bagi para agen agar mereka dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan lain yang belum mereka dapatkan melalui kegiatan ToT yang telah mereka ikuti. Materinya disesuaikan dengan kebutuhan para agen di lapangan dengan menghadirkan narasumber perempuan yang ahli di bidangnya untuk meningkatkan motivasi dan semangat agen-agen tersebut. Untuk monitoring kegiatan, AIPJ dapat mengoptimalkan pengelolaan media sosial lain selain Facebook, khususnya Twitter dan Instagram. Kedua media sosial tersebut mulai digunakan oleh beberapa komunitas agen SPAK di daerah untuk mempublikasikan kegiatan-kegiatan mereka secara online. Monitoring kegiatan dapat dilakukan secara lebih menyeluruh dan tidak lagi hanya bergantung kepada media sosial Facebook saja. Evaluasi juga menjadi hal penting yang harus dilakukan secara berkesinambungan. AIPJ perlu melaksanakan evaluasi kembali mengenai perubahan perilaku yang terjadi dalam diri para agen sampai dengan 234

9 periode saat ini. Untuk memaksimalkan keterlibatan para agen dalam evaluasi yang akan dilakukan, AIPJ dapat bekerja sama dengan koordinator komunitas agen di masing-masing daerah untuk mendorong anggotanya agar mau berpartisipasi penuh dalam proses evaluasi ini. Kondisi lingkungan di Indonesia yang cukup kondusif bagi perempuan untuk terlibat dalam upaya pencegahan korupsi di Indonesia dapat dimanfaatkan oleh KPK dan AIPJ untuk semakin mengembangkan gerakan ini dan meningkatkan partisipasi para agen. Salah satunya adalah dengan cara mengajak perempuanperempuan aktivis, atau mereka yang menjadi public figure atau yang menduduki jabatan-jabatan penting di sektor pemerintahan maupun swasta untuk terlibat dalam gerakan SPAK. Keterlibatan ini tidak hanya sebatas pada kegiatan-kegiatan tertentu saja, tetapi secara khusus mengundang mereka untuk mengikuti ToT dan menjadikan mereka sebagai bagian dari agen SPAK. Hal ini dilakukan untuk semakin memperluas gerakan SPAK karena dengan adanya status mereka sebagai aktivis atau public figure atau pejabat tertentu akan lebih mudah untuk menarik perhatian dan mempengaruhi masyarakat untuk mau mengikuti nilai-nilai dan perilaku yang mereka jalankan. Selain itu, diharapkan pula dapat meningkatkan motivasi dan semangat para agen yang telah bergabung terlebih dahulu dengan SPAK. Sebagai sebuah penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan untuk penelitian lainnya. Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini. Salah satunya adalah jika pada penelitian ini peneliti fokus terhadap manajemen kampanye sosial yang dilakukan oleh KPK dan AIPJ selaku inisiator gerakan pada periode April 2014 April 2016, maka penelitian selanjutnya dapat difokuskan kepada manajemen kampanye yang dilakukan oleh komunitas agen SPAK di daerah dengan mengambil contoh komunitas agen di satu daerah saja atau dapat pula dilakukan dengan membandingkan beberapa komunitas agen sekaligus. Hal ini karena komunitas agen di setiap daerah memiliki fokus dan karateristiknya masing-masing sehingga dengan membandingkan beberapa komunitas agen dapat memperkaya hasil penelitian yang akan diperoleh. 235

Pembangunan Integritas Bisnis

Pembangunan Integritas Bisnis AKSI KOLABORATIF Pembangunan Integritas Bisnis Panduan Bagi Pelaku Bisnis, Regulator, dan Penegak Hukum DEKLARASI DEKLARASI Kami; para pelaku bisnis, instansi pemerintah, aparat penegak hukum dan perwakilan

Lebih terperinci

Peran Humas di Era Digitalisasi Informasi. Yuyuk Andriati Iskak Kepala Bagian PIKP, Biro Humas KPK

Peran Humas di Era Digitalisasi Informasi. Yuyuk Andriati Iskak Kepala Bagian PIKP, Biro Humas KPK Peran Humas di Era Digitalisasi Informasi Yuyuk Andriati Iskak Kepala Bagian PIKP, Biro Humas KPK Dunia berubah, seorang Humas Latar Belakang juga harus beradaptasi Teknologi serba digital, Humas tidak

Lebih terperinci

Komite Advokasi Nasional & Daerah

Komite Advokasi Nasional & Daerah BUKU SAKU PANDUAN KEGIATAN Komite Advokasi Nasional & Daerah Pencegahan Korupsi di Sektor Swasta Direktorat Pendidikan & Pelayanan Masyarakat Kedeputian Pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang diberi amanat melakukan. melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari kekuasaan manapun.

BAB I PENDAHULUAN. Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang diberi amanat melakukan. melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari kekuasaan manapun. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), sebagai lembaga negara yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,

Lebih terperinci

POLICY PAPER. : Strategi Pemberantasan Korupsi di Indonesia Inisiator : Pusat Kajian Administrasi Internasional LAN, 2007

POLICY PAPER. : Strategi Pemberantasan Korupsi di Indonesia Inisiator : Pusat Kajian Administrasi Internasional LAN, 2007 POLICY PAPER Fokus : Strategi Pemberantasan Korupsi di Indonesia Inisiator : Pusat Kajian Administrasi Internasional LAN, 2007 Pemberantasan korupsi merupakan salah satu agenda penting dari pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

PERATURAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI PERATURAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PIMPINAN KOMISI PEMBERANTASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuannya. Adanya tahapan-tahapan tersebut, pada

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuannya. Adanya tahapan-tahapan tersebut, pada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam penyusunan sebuah program dibutuhkan suatu tahapan langkahlangkah untuk mencapai tujuannya. Adanya tahapan-tahapan tersebut, pada umumnya dilandaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. publiknya. Hal ini juga berlaku untuk universitas. Disinilah organisasi

BAB I PENDAHULUAN. publiknya. Hal ini juga berlaku untuk universitas. Disinilah organisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap organisasi lahir dan tumbuh di tengah-tengah masyarakat. Agar eksistensinya dapat terjaga, organisasi harus mendapat dukungan dari publiknya, dimana dukungan

Lebih terperinci

GERAKAN SAYA PEREMPUAN ANTI KORUPSI

GERAKAN SAYA PEREMPUAN ANTI KORUPSI GERAKAN SAYA PEREMPUAN ANTI KORUPSI KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KOTA DENPASAR TAHUN 2016 http://acch.kpk.go.id/spak 2 SPAK (Saya Perempuan Anti Korupsi) merupakan gerakan pencegahan korupsi melalui perempuan

Lebih terperinci

negeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih.

negeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persoalan politik di Indonesia saat ini adalah kurangnya kesadaran politik dalam masyarakat khususnya generasi pemuda untuk terlibat dalam partisipasi politik. Tuntutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setelah disahkannya Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. Setelah disahkannya Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Setelah disahkannya Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 yang memuat pasal tentang kewajiban tanggung jawab sosial perusahaan, membuat isu Corporate Social

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Jika membicarakan masalah korupsi, kolusi, nepotisme, gratifikasi dan segala persoalan terkait, baik dari penindakan hukum sampai upaya pencegahannya di negara Indonesia, maka

Lebih terperinci

Informasi Mengenai LSM itu Hak Publik

Informasi Mengenai LSM itu Hak Publik Wawancara Johanes Danang Widoyoko: Informasi Mengenai LSM itu Hak Publik S ebagai organisasi masyarakat sipil yang mengiritisi berbagai persoalan seperti korupsi, LSM kerap mendapat pertanyaan kritis yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Public Relations pemerintah berbeda dengan Public Relations perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Public Relations pemerintah berbeda dengan Public Relations perusahaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi yang dijalankan suatu institusi atau perusahaan diharapkan memberikan reaksi, atau tanggapan publik dan hal ini berkaitan dengan kegiatan seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Korupsi menjadi sebuah kata yang paling sering kita dengar saat ini. Lewat berita di televisi, surat kabar, bahkan melalui pembicaraan orang di sekitar kita.

Lebih terperinci

A. PENGANTAR Sekolah merupakan salah satu instansi tempat perwujudan cita-cita bangsa dalam rangka mencerdaskan anak bangsa sesuai amanat UUD 1945.

A. PENGANTAR Sekolah merupakan salah satu instansi tempat perwujudan cita-cita bangsa dalam rangka mencerdaskan anak bangsa sesuai amanat UUD 1945. 1 A. PENGANTAR Sekolah merupakan salah satu instansi tempat perwujudan cita-cita bangsa dalam rangka mencerdaskan anak bangsa sesuai amanat UUD 1945. Oleh karena itu dengan cara apapun dan jalan bagaimanapun

Lebih terperinci

Executive Summary. PKAI Strategi Penanganan Korupsi di Negara-negara Asia Pasifik

Executive Summary. PKAI Strategi Penanganan Korupsi di Negara-negara Asia Pasifik Executive Summary P emberantasan korupsi di Indonesia pada dasarnya sudah dilakukan sejak empat dekade silam. Sejumlah perangkat hukum sebagai instrumen legal yang menjadi dasar proses pemberantasan korupsi

Lebih terperinci

Visi Menjadi LSP terbaik di Indonesia yang melahirkan profesional handal dan berdaya saing global dalam upaya pemberantasan korupsi

Visi Menjadi LSP terbaik di Indonesia yang melahirkan profesional handal dan berdaya saing global dalam upaya pemberantasan korupsi Profil LSP KPK Dalam upaya mendukung percepatan pemberantasan korupsi di Indonesia agar lebih efektf, profesional, dan berdampak, KPK membentuk Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) yang bersifat indenpenden.

Lebih terperinci

akibatnya fenomena seperti ini menjadi hal yang berdampak sistemik. Tawuran pelajar yang

akibatnya fenomena seperti ini menjadi hal yang berdampak sistemik. Tawuran pelajar yang BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Hingga kini belum ada upaya kongkrit untuk mengatasi tawuran pelajar di Kota Yogya, akibatnya fenomena seperti ini menjadi hal yang berdampak sistemik. Tawuran pelajar yang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa meningkatnya

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan upaya pemberdayaan ekonomi perempuan melalui pengembangan modal sosial di Suara Ibu Peduli dan mendeskripsikan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa meningkatnya

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa air minum

Lebih terperinci

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK A. PENDAHULUAN Salah satu agenda pembangunan nasional yang tertuang dalam Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok. Secara

BAB I PENDAHULUAN. yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok. Secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Korupsi dari bahasa latin : corruption dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok. Secara harfiah, korupsi adalah

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa meningkatnya

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.389, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEHATAN. Penyediaan Air Minum. Sanitasi. Percepatan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM

Lebih terperinci

INTISARI. Kata kunci : Organisasi, Kelembagaan, Kapasitas Kelembagaan, Perlindungan Perempuan dan Anak.

INTISARI. Kata kunci : Organisasi, Kelembagaan, Kapasitas Kelembagaan, Perlindungan Perempuan dan Anak. INTISARI Sebagai respon terhadap tingginya angka kekerasan terhadap perempuan dan anak di Indonesia Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta mendirikan Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak (P2TPA) Rekso

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. benar-benar telah menjadi budaya pada berbagai level masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. benar-benar telah menjadi budaya pada berbagai level masyarakat sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena korupsi yang terjadi di Indonesia selalu menjadi persoalan yang hangat untuk dibicarakan. Salah satu hal yang selalu menjadi topik utama sehubungan

Lebih terperinci

MENDEKATKAN AKSES PEREMPUAN MISKIN KORBAN KEKERASAN TERHADAP LAYANAN. Komnas Perempuan & Forum Pengada Layanan

MENDEKATKAN AKSES PEREMPUAN MISKIN KORBAN KEKERASAN TERHADAP LAYANAN. Komnas Perempuan & Forum Pengada Layanan MENDEKATKAN AKSES PEREMPUAN MISKIN KORBAN KEKERASAN TERHADAP LAYANAN Komnas Perempuan & Forum Pengada Layanan 1 Gambaran Kekerasan terhadap Perempuan di Indonesia Meningkat setiap tahunnya (321.752 kasus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak jalanan adalah anak yang sebagian besar waktunya untuk mencari nafkah di jalanan atau tempat tempat umum lainnya (Dinamika Sosial 2012:64). Masalah anak

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS FREEDOM OF INFORMATION NETWORK INDONESIA (FOINI)

RENCANA STRATEGIS FREEDOM OF INFORMATION NETWORK INDONESIA (FOINI) RENCANA STRATEGIS FREEDOM OF INFORMATION NETWORK INDONESIA (FOINI) TENTANG FOINI Freedom of Information Network Indonesia (FOINI) merupakan jaringan organisasi masyarakat sipil dan individu yang intensif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Korupsi telah menjadi masalah serius bagi bangsa Indonesia, karena

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Korupsi telah menjadi masalah serius bagi bangsa Indonesia, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Korupsi akhir - akhir ini semakin ramai diperbincangkan, baik di media cetak, elektronik maupun dalam seminar - seminar, lokakarya, diskusi, dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maladministrasi banyak terjadi di berbagai instansi pemerintah di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Maladministrasi banyak terjadi di berbagai instansi pemerintah di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maladministrasi banyak terjadi di berbagai instansi pemerintah di Indonesia. Hal ini membuat masyarakat sebagai pengakses maupun pengguna layanan publik semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. elemen yang saling membutuhkan. Dalam menjalankan kewajibannya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. elemen yang saling membutuhkan. Dalam menjalankan kewajibannya sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa telah begitu erat dengan masyarakat. Keduanya merupakan elemen yang saling membutuhkan. Dalam menjalankan kewajibannya sebagai pembawa berita, media

Lebih terperinci

AMANAT KETUA MAHKAMAH AGUNG RI PADA HARI JADI MAHKAMAH AGUNG KE Agustus 2014

AMANAT KETUA MAHKAMAH AGUNG RI PADA HARI JADI MAHKAMAH AGUNG KE Agustus 2014 KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA AMANAT KETUA MAHKAMAH AGUNG RI PADA HARI JADI MAHKAMAH AGUNG KE 69 19 Agustus 2014 Dengan Thema : DENGAN SEMANGAT PEMBARUAN KITA CIPTAKAN PERADILAN BERBASIS PELAYANAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Persepsi keluarga terhadap anak dengan ID Keluarga dapat memiliki persepsi yang benar maupun salah terhadap anak dengan ID, khususnya terkait dengan disabilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan telah menjadi kebutuhan secara global. Salah satu upaya yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. dan telah menjadi kebutuhan secara global. Salah satu upaya yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia saat ini terus menerus berupaya memerangi tindak pidana korupsi dan telah menjadi kebutuhan secara global. Salah satu upaya yang dilakukan adalah konvensi internasional

Lebih terperinci

Kode Perilaku VESUVIUS: black 85% PLC: black 60% VESUVIUS: white PLC: black 20% VESUVIUS: white PLC: black 20%

Kode Perilaku VESUVIUS: black 85% PLC: black 60% VESUVIUS: white PLC: black 20% VESUVIUS: white PLC: black 20% Kode Perilaku 2 Vesuvius / Kode Perilaku 3 Pesan dari Direktur Utama Kode Perilaku ini menegaskan komitmen kita terhadap etika dan kepatuhan Rekan-rekan yang Terhormat Kode Perilaku Vesuvius menguraikan

Lebih terperinci

PKSANHAN II PUSAT KAJIAN SISTEM DAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

PKSANHAN II PUSAT KAJIAN SISTEM DAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA POLICY BRIEF PKSANHAN II PUSAT KAJIAN SISTEM DAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA Penguatan Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) Pasca UU Administrasi Pemerintahan LATAR BELAKANG Disahkannya UU No.

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 116 BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 6.1. Kesimpulan Untuk mengatasi permasalahan kemiskinan yang kompleks dibutuhkan intervensi dari semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Selain peran

Lebih terperinci

Kita tengah berkejaran, korupsi dan kolusi dalam berbagai bentuk, sifat, dan karakternya terus bermetamorfosa

Kita tengah berkejaran, korupsi dan kolusi dalam berbagai bentuk, sifat, dan karakternya terus bermetamorfosa Kita tengah berkejaran, korupsi dan kolusi dalam berbagai bentuk, sifat, dan karakternya terus bermetamorfosa dan mereproduksi diri. Ada sebagian kalangan yang sudah sampai pada kesimpulan, korupsi kian

Lebih terperinci

TEORI MODAL SOSIAL (2)

TEORI MODAL SOSIAL (2) Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. teguhfp.wordpress.com Empat Perspektif: 1. Aliran Informasi 2. Aliran Pengaruh 3. Aliran Kepercayaan Sosial 4. Penguatan Kembali Aliran Informasi - Individu yang tidak

Lebih terperinci

SPAK NTB Saya Perempuan Anti Korupsi SulSel Ketika Perempuan Bergerak Melakukan Perubahan

SPAK NTB Saya Perempuan Anti Korupsi SulSel Ketika Perempuan Bergerak Melakukan Perubahan www.acch.kpk.go.id SPAK NTB Saya Perempuan Anti Korupsi SulSel Ketika Perempuan Bergerak Melakukan Perubahan TAHUKAN ANDA, SPAK sudah bergulir ke berbagai daerah? 3. DKI JAKARTA 1. NTB 2. SULSEL TAHUKAH

Lebih terperinci

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Kekerasan dalam rumah tangga telah menjadi wacana tersendiri dalam keseharian. Perempuan dan juga anak sebagai korban utama dalam kekerasan dalam rumah tangga, mutlak memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengamanatkan bahwa desa sebagai subyek pembangunan. Desa tidak lagi hanya

BAB I PENDAHULUAN. mengamanatkan bahwa desa sebagai subyek pembangunan. Desa tidak lagi hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ditetapkannya Undang-Undang nomor 6 Tahun 2014 tentang desa mengamanatkan bahwa desa sebagai subyek pembangunan. Desa tidak lagi hanya berperan sebagai unit

Lebih terperinci

PERAN STRATEGIS KEHUMASAN PEMERINTAH (GPR) dalam rangka PUBLIKASI OUTPUT KEMENTERIAN/LEMBAGA

PERAN STRATEGIS KEHUMASAN PEMERINTAH (GPR) dalam rangka PUBLIKASI OUTPUT KEMENTERIAN/LEMBAGA PERAN STRATEGIS KEHUMASAN PEMERINTAH (GPR) dalam rangka PUBLIKASI OUTPUT KEMENTERIAN/LEMBAGA Gun Gun Siswadi SAM BIDANG KOMUNIKASI dan MEDIA MASSA www.kominfo.go.id @kemkominfo KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP Bab ini terdiri atas kesimpulan dan saran penelitian. Kesimpulan diharapkan dapat memberi gambaran menyeluruh mengenai temuan dan analisis atas masalah utama penelitian, yakni strategi komunikasi

Lebih terperinci

BAB 9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 9.I Kesimpulan Hasil penelitian ini menjawab beberapa hal, sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian tesis ini,

BAB 9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 9.I Kesimpulan Hasil penelitian ini menjawab beberapa hal, sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian tesis ini, BAB 9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 9.I Kesimpulan Hasil penelitian ini menjawab beberapa hal, sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian tesis ini, yaitu: 1. Tahapan dan Bentuk Gerakan Lingkungan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai badan hukum. Jika perseroan terbatas menjalankan fungsi privat dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai badan hukum. Jika perseroan terbatas menjalankan fungsi privat dalam kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Perseroan terbatas merupakan suatu badan hukum yang berbeda dengan negara sebagai badan hukum. Jika perseroan terbatas menjalankan fungsi privat dalam kegiatan

Lebih terperinci

3. Metode Penelitian Teknik Pengumpulan Data Teknik Analisis Data BAB II MENGELOLA KINERJA TIM DALAM KAMPANYE A.

3. Metode Penelitian Teknik Pengumpulan Data Teknik Analisis Data BAB II MENGELOLA KINERJA TIM DALAM KAMPANYE A. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii SURAT PERNYATAAN... iv MOTTO... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... x DAFTAR BAGAN... xiii

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan di radio komunitas. Karakteristik radio komunitas yang didirikan oleh komunitas, untuk komunitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Media massa dapat menjadi suatu alat yang memberikan informasi,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Media massa dapat menjadi suatu alat yang memberikan informasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Media massa menjadi salah satu komponen penting dalam kehidupan masyarakat. Media massa dapat menjadi suatu alat yang memberikan informasi, edukasi, hiburan, dan juga

Lebih terperinci

Petugas Back Office PIK, (7) Petugas Front Office PIK, (8) Petugas Via Media PIK, dan (9) Petugas Database Informasi PIK diisi oleh Subbagian Layanan

Petugas Back Office PIK, (7) Petugas Front Office PIK, (8) Petugas Via Media PIK, dan (9) Petugas Database Informasi PIK diisi oleh Subbagian Layanan BAB V PENUTUP Penelitian ini bermula dari hadirnya UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik yang menuntut segenap badan publik di Indonesia untuk membuka lebar-lebar pintu akses atas informasi

Lebih terperinci

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1 Disampaikan pada Seminar Menghadirkan Kepentingan Perempuan: Peta Jalan Representasi Politik Perempuan Pasca 2014 Hotel Haris, 10 Maret 2016 Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa)

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai strategi komunikasi bencana yang dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan pengelolaan komunikasi bencana

Lebih terperinci

AFP SMART Strategi Advokasi Berbasis Bukti

AFP SMART Strategi Advokasi Berbasis Bukti AFP SMART Strategi Advokasi Berbasis Bukti Pendekatan advokasi yang dilakukan oleh Advance Family Planning (AFP) fokus pada upaya memperoleh quick wins (keputusan-keputusan berkaitan dengan kebijakan atau

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.738, 2012 KEMENTERIAN NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BAPPENAS. Kinerja Kelembagaan. Anggaran. Pengawasan. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

Siaran Pers Untuk disiarkan segera. Jangan Tunda Lagi Untuk Mengurangi Kantong Plastik

Siaran Pers Untuk disiarkan segera. Jangan Tunda Lagi Untuk Mengurangi Kantong Plastik Siaran Pers Untuk disiarkan segera Jangan Tunda Lagi Untuk Mengurangi Kantong Plastik Jakarta (27/7). Permasalahan sampah kantong plastik membutuhkan penanganan yang serius. Tahun 2016, setiap harinya,

Lebih terperinci

BAB II ANALISA MASALAH

BAB II ANALISA MASALAH BAB II ANALISA MASALAH 2.1 Tinjauan Teori Hasil dari perumusan dan pembatasan masalah dari Kampanye Deteksi Dini Kanker Payudara Untuk Remaja Putri di Kota Bandung telah selesai ditentukan, maka selanjutnya

Lebih terperinci

Universitas Multimedia Nusantara

Universitas Multimedia Nusantara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi di era globalisasi yang bergerak cepat telah meningkatkan kinerja dan memungkinkan berbagai kegiatan dapat dilaksanakan dengan

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS Pada Penandatanganan MoU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan. Komunikasi pun akhirnya tidak dapat ditawar lagi dan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan. Komunikasi pun akhirnya tidak dapat ditawar lagi dan menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada perkembangan terakhir di mana dunia informasi menjadi sangat penting dalam aspek kehidupan. Komunikasi pun akhirnya tidak dapat ditawar lagi dan menjadi bagian

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. K esimpulan

BAB V PENUTUP A. K esimpulan BAB V PENUTUP Bagian ini berisi kesimpulan dan saran terhadap penelitian. Kesimpulan berisi gambaran menyeluruh tentang hasil temuan dan analisis yang merupakan jawaban dari rumusan masalah yaitu pemanfaatan

Lebih terperinci

BELASAN KEMENTERIAN TERINDIKASI RUGIKAN KEUANGAN NEGARA

BELASAN KEMENTERIAN TERINDIKASI RUGIKAN KEUANGAN NEGARA BELASAN KEMENTERIAN TERINDIKASI RUGIKAN KEUANGAN NEGARA seknasfitra.org Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) i menilai banyaknya menteri yang maju sebagai calon anggota legislatif (caleg)

Lebih terperinci

RENCANA AKSI GLOBAL MENANG DENGAN PEREMPUAN: MEMPERKUAT PARTAI PARTAI POLITIK

RENCANA AKSI GLOBAL MENANG DENGAN PEREMPUAN: MEMPERKUAT PARTAI PARTAI POLITIK RENCANA AKSI GLOBAL MENANG DENGAN PEREMPUAN: MEMPERKUAT PARTAI PARTAI POLITIK Sebagai para pemimpin partai politik, kami memiliki komitmen atas perkembangan demokratik yang bersemangat dan atas partai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembangunan dapat menimbulkan kemajuan dalam kehidupan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembangunan dapat menimbulkan kemajuan dalam kehidupan masyarakat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Proses pembangunan dapat menimbulkan kemajuan dalam kehidupan masyarakat, selain itu dapat juga mengakibatkan perubahan kondisi sosial masyarakat yang memiliki

Lebih terperinci

STUDI KELOMPOK MARJINAL

STUDI KELOMPOK MARJINAL Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat http://pnpm support.org/marginalized study 2010 (JUNI 2010) SERI RINGKASAN STUDI 2 Studi Kelompok Marginal Struktur Sosial Ekonomi dan Pengambilan Keputusan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Badan Pengawasan, Dr. H.M. SYARIFUDDIN, SH., MH.

KATA PENGANTAR. Kepala Badan Pengawasan, Dr. H.M. SYARIFUDDIN, SH., MH. KATA PENGANTAR Penyusunan Renstra (Rencana Strategis) Badan Pengawasan Mahkamah Agung RI Tahun 200 204, dimaksudkan guna mencapai tujuan dan sasaran strategis dalam rangka pencapaian visi dan pelaksanaan

Lebih terperinci

Lampiran: Pengumuman Nomor: 145/PP.08-PU/1503/KPU-Kab/III/2018 Tentang Pendaftaran Kursus SIngkat Kepemiluan (Election Shortcourse)

Lampiran: Pengumuman Nomor: 145/PP.08-PU/1503/KPU-Kab/III/2018 Tentang Pendaftaran Kursus SIngkat Kepemiluan (Election Shortcourse) Lampiran: Pengumuman Nomor: 145/PP.08-PU/1503/KPU-Kab/III/2018 Tentang Pendaftaran Kursus SIngkat Kepemiluan (Election Shortcourse) PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN KURSUS SINGKAT KEPEMILUAN (ELECTION SHORTCOURSES)

Lebih terperinci

BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI. penghitungan kerugian keuangan negara yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa

BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI. penghitungan kerugian keuangan negara yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1. Simpulan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan penjelasan mengenai penghitungan kerugian keuangan negara yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan kesimpulan yang menjabarkan pernyataan singkat hasil temuan penelitian yang menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Kesimpulan penelitian akan dimulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedang dihadapi oleh Indonesia saat ini, karena korupsi merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. sedang dihadapi oleh Indonesia saat ini, karena korupsi merupakan sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tindak korupsi merupakan salah satu masalah yang paling krusial yang sedang dihadapi oleh Indonesia saat ini, karena korupsi merupakan sebuah kegiatan yang menyimpang

Lebih terperinci

V. PENUTUP. pembahasan tentang upaya unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) dan

V. PENUTUP. pembahasan tentang upaya unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) dan V. PENUTUP Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada hasil penelitian dan pembahasan, maka pada bagian penutup ini dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai hasil dari pembahasan tentang upaya unit Perlindungan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH. A. Terjadinya Konflik Jalan Lingkungan Di Kelurahan Sukapada

BAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH. A. Terjadinya Konflik Jalan Lingkungan Di Kelurahan Sukapada BAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH A. Terjadinya Konflik Jalan Lingkungan Di Kelurahan Sukapada Proses peralihan kepemilikan lahan kosong terjadi sejak akhir 2004 dan selesai pada tahun 2005, dan sejak

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN

Lebih terperinci

Menuju Pemilu Demokratis yang Partisipatif, Adil, dan Setara. Pusat Kajian Politik (Puskapol) FISIP Universitas Indonesia Jakarta, 16 Desember 2015

Menuju Pemilu Demokratis yang Partisipatif, Adil, dan Setara. Pusat Kajian Politik (Puskapol) FISIP Universitas Indonesia Jakarta, 16 Desember 2015 Menuju Pemilu Demokratis yang Partisipatif, Adil, dan Setara Pusat Kajian Politik (Puskapol) FISIP Universitas Indonesia Jakarta, 16 Desember 2015 1 Konteks Regulasi terkait politik elektoral 2014 UU Pilkada

Lebih terperinci

ETIK UMB STUDI KASUS : PERAN MAHASISWA & MASYARAKAT DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI

ETIK UMB STUDI KASUS : PERAN MAHASISWA & MASYARAKAT DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI Modul ke: ETIK UMB STUDI KASUS : PERAN MAHASISWA & MASYARAKAT DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI Fakultas Desain dan Seni Kreatif Program Studi Desain Produk www.mercubuana.ac.id Rizky Dwi Pradana, SHI., M.Si

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERUBAHAN. Johnson K Rajagukguk, SH, MH (Kepala Badan Keahlian DPR RI)

MANAJEMEN PERUBAHAN. Johnson K Rajagukguk, SH, MH (Kepala Badan Keahlian DPR RI) MANAJEMEN PERUBAHAN Johnson K Rajagukguk, SH, MH (Kepala Badan Keahlian DPR RI) GAMBARAN UMUM AGENDA Salah satu tonggak penting pelaksanaan Reformasi Birokrasi adalah ditetapkannya budaya unggul Religius,

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA Bab empat ini merupakan inti dari Strategi Sanitasi Kota Bontang tahun 2011-2015 yang akan memaparkan antara lain tujuan, sasaran, tahapan pencapaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia menganut asas desentralisasi yang memberikan kebebasan dan keleluasaan kepada Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan pemerintah melalui Otonomi Daerah.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN KONFLIK KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN KONFLIK KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN KONFLIK KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA BAGIAN HUKUM SETDA KOTA SALATIGA TAHUN 2017

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA BAGIAN HUKUM SETDA KOTA SALATIGA TAHUN 2017 PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA BAGIAN HUKUM SETDA KOTA SALATIGA TAHUN 2017 1 A. PERENCANAAN KINERJA Pembangunan Bidang Hukum merupakan bagian yang tidak terpisahkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENINGKATAN RASA SALING PERCAYA DAN HARMONISASI ANTARKELOMPOK MASYARAKAT

BAB 1 PENINGKATAN RASA SALING PERCAYA DAN HARMONISASI ANTARKELOMPOK MASYARAKAT BAB 1 PENINGKATAN RASA SALING PERCAYA DAN HARMONISASI ANTARKELOMPOK MASYARAKAT A. KONDISI UMUM Konflik berdimensi kekerasan di beberapa daerah yang antara lain dilatarbelakangi oleh adanya faktor kompleksitas

Lebih terperinci

PENUTUP. Komisi Pemberantasan Korupsi Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia dapat. Korupsi (KPK) sebagai lembaga negara independen dalam sistem

PENUTUP. Komisi Pemberantasan Korupsi Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia dapat. Korupsi (KPK) sebagai lembaga negara independen dalam sistem BAB V PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Analisis Kedudukan Komisi Pemberantasan Korupsi Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: A. Kesimpulan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA Menuju Masyarakat Informasi Indonesia

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA Menuju Masyarakat Informasi Indonesia KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA Menuju Masyarakat Informasi Indonesia PARADIGMA BARU PELAYANAN INFORMASI DALAM ERA KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK *) Oleh : Amin Sar Manihuruk, Drs,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media sosial adalah sarana komunikasi yang sangat populer di Indonesia. Pada bulan Januari 2016 Indonesia mempunyai sebanyak 88,1 juta pengguna internet aktif dengan

Lebih terperinci

Perempuan; Ita Yuliati Alita Group

Perempuan; Ita Yuliati Alita Group Perempuan; Menjadi penggerak ekonomi dunia? Ita Yuliati Alita Group Meutia Hatta : Perempuan bukanlah merupakan beban atau hambatan dalam pembangunan, melainkan salah satu potensi, aset di dalam pembangunan.

Lebih terperinci

Pendidikan Alternatif bagi Pekerja Rumah Tangga (Sekolah Wawasan)

Pendidikan Alternatif bagi Pekerja Rumah Tangga (Sekolah Wawasan) Pendidikan Alternatif bagi Pekerja Rumah Tangga (Sekolah Wawasan) Latar Belakang/Konteks (1/2) Kurangnya pengakuan PRT sebagai pekerja pengecualian dari undang undang ketenagakerjaan kondisi kerja tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi masalah tersebut melalui berbagai cara, salah satunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi masalah tersebut melalui berbagai cara, salah satunya dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindakan kecurangan di pemerintah Indonesia sudah mencapai tingkat yang memprihatinkan. Berbagai usaha yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi masalah

Lebih terperinci

Pertama-tama, perkenanlah saya menyampaikan permohonan maaf dari Menteri Luar Negeri yang berhalangan hadir pada pertemuan ini.

Pertama-tama, perkenanlah saya menyampaikan permohonan maaf dari Menteri Luar Negeri yang berhalangan hadir pada pertemuan ini. PAPARAN WAKIL MENTERI LUAR NEGERI NILAI STRATEGIS DAN IMPLIKASI UNCAC BAGI INDONESIA DI TINGKAT NASIONAL DAN INTERNASIONAL PADA PERINGATAN HARI ANTI KORUPSI SEDUNIA JAKARTA, 11 DESEMBER 2017 Yang terhormat

Lebih terperinci

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM A. Latar Belakang Dalam Strategi intervensi PNPM Mandiri Perkotaan untuk mendorong terjadinya proses transformasi sosial di masyarakat, dari kondisi masyarakat yang tidak berdaya menjadi berdaya, mandiri

Lebih terperinci

KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS

KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS Kode Etik Global Performance Optics adalah rangkuman harapan kami terkait dengan perilaku di tempat kerja. Kode Etik Global ini mencakup beragam jenis praktik bisnis;

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KABUPATEN MADIUN

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KABUPATEN MADIUN BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KABUPATEN MADIUN Strategi sanitasi Kabupaten Madiun tahun 2010-2014 memaparkan tentang tujuan, sasaran, dan tahapan pencapaian serta strategi utama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia saat ini sangatlah pesat. Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia saat ini sangatlah pesat. Hal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia saat ini sangatlah pesat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya bermunculan sekolah-sekolah swasta baik yang berskala

Lebih terperinci

Indonesia Corruption Watch dan UNODC REVISI SKB/MOU OPTIMALISASI PEMBERANTASAN KORUPSI

Indonesia Corruption Watch dan UNODC REVISI SKB/MOU OPTIMALISASI PEMBERANTASAN KORUPSI Indonesia Corruption Watch dan UNODC REVISI SKB/MOU OPTIMALISASI PEMBERANTASAN KORUPSI LATAR BELAKANG Korupsi terlalu besar dihadapi sendiri (satu institusi tertentu saja) KPK tidak pernah didesain untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkait kasus-kasus korupsi yang dilakukan pejabat dan wakil rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. terkait kasus-kasus korupsi yang dilakukan pejabat dan wakil rakyat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Korupsi merupakan hal yang tidak asing lagi terdengar di telinga rakyat Indonesia. Sepuluh tahun belakangan ini korupsi menjadi isu yang selalu panas dan tidak

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 10 TAHUN 2005 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 10 TAHUN 2005 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 10 TAHUN 2005 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan pembangunan nasional erat hubungannya dengan tingkat kesehatan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan pembangunan nasional erat hubungannya dengan tingkat kesehatan masyarakat, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional erat hubungannya dengan tingkat kesehatan masyarakat, karena masyarakat yang sehat merupakan modal dasar dalam pembangunan. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan

BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan BAB V PENUTUP Bab V terdiri atas dua bagian yakni kesimpulan dan saran. Penulis menyimpulkan perkembangan teknologi komunikasi dalam penelitian ini adalah media sosial memberikan kesempatan bagi PR untuk

Lebih terperinci