BAB IV PERANCANGAN. IV.2 Perancangan Model Komunitas Belajar Learner-Centered

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PERANCANGAN. IV.2 Perancangan Model Komunitas Belajar Learner-Centered"

Transkripsi

1 BAB IV PERANCANGAN Pada bab ini dilakukan perancangan model komunitas belajar dengan prinsip psikologis learner-centered sesuai dengan analisis yang telah dilakukan sebelumnya, berikut penjelasannya. IV.1 Deskripsi Model Komunitas Belajar Learner-Centered Model komunitas belajar learner-centerd ini dibangun untuk menunjukkan penerapan prinsip psikologis learner-centered pada komunitas belajar. Oleh karena itu, dirancang model komunitas belajar learner-centered berdasarkan analisis pemodelan pada subbab III.3. Model komunitas belajar learner-centered memberikan panduan bagi perancangan komunitas belajar learner-centered dengan menunjukkan penerapan prinsip psikologis learner-centered pada empat pandangan yang digunakan model referensi komunitas belajar online. Pemodelan task digunakan untuk memperoleh interaktivitas sistem pada komunitas belajar learnercentered. IV.2 Perancangan Model Komunitas Belajar Learner-Centered Perancangan model komunitas belajar learner-centered menggunakan empat pandangan untuk menghasilkan perancangan organisasi, interaksi, saluran, dan teknologi. Setiap perancangan ini memperlihatkan model komunitas belajar learner-centered dari setiap pandangan. IV.2.1 Perancangan Organisasi Pada pandangan komunitas, dilakukan perancangan organisasi dari komunitas belajar learner-centered sebagai perancangan pertama dalam model ini. Pada tahap ini dilakukan perancangan minat bersama, protokol, peran, dan bahasa komunitas belajar learner-centered sebagai berikut: 1. Minat bersama Merupakan penerapan dari elemen domain pengetahuan. Komunitas belajar adalah wadah untuk melakukan proses belajar kolaborasi dalam suatu domain pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan anggotanya. IV-1

2 IV-2 Pendekatan pedagogi menggunakan sepuluh format belajar kolaborasi pada Lampiran B. Sepuluh format belajar kolaborasi ini telah mengikuti prinsip 1 sampai 3 karena sifat belajar yang aktif dan prinsip 6 dan 11 karena konteks belajar yang kolaboratif. Setiap format belajar kolaborasi juga mendukung beberapa prinsip lainnya, yaitu sebagai berikut: a. Proyek kelompok yang dilakukan untuk belajar bersama, mengembangkan kemampuan kelompok, dan belajar berkolaborasi sehingga mendukung pengalaman nyata bekerja dalam kelompok. Mengikuti prinsip 14 tentang standar dan penilaian karena pengerjaan proyek secara formal memiliki standar dan evaluasi. b. Debat yang dilakukan untuk belajar dengan bantuan orang lain, belajar dengan menjadi bagian kelompok, dan belajar cara belajar dari orang lain sehingga meningkatkan kolaborasi. Mengikuti prinisp 10 tentang perkembangan pembelajar, prinsip 13 tentang keragaman, dan prinsip 14 tentang standar dan penilaian karena proses debat melihat berbagai sudut pandang dan tahap perkembangan pembelajar. c. Bantuan komunitas untuk belajar dengan bantuan orang lain. Mengikuti prinsip 10 tentang perkembangan pembelajar karena bantuan diberikan sesuai kemampuan yang dimiliki peserta. d. Sosialisasi untuk belajar dengan bantuan orang lain. Mengikuti prinsip 13 tentang keragaman pembelajar karena dengan proses sosialisasi maka proses belajar meluas ke berbagai peserta dengan latar berbeda-beda. e. Mentoring yang dilakukan untuk belajar dengan bantuan orang lain, belajar dengan menjadi bagian kelompok, dan belajar cara belajar dari orang lain sehingga meningkatkan kolaborasi. Mengikuti prinisp 10 tentang perkembangan pembelajar, prinsip 13 tentang keragaman, dan prinsip 14 tentang standar dan penilaian karena proses mentoring mendukung berbagai permasalahan pembelajar dari berbagai tahap perkembangan dan latar belakang. f. Main peran untuk belajar dengan menjadi bagian dari kelompok, mengembangkan kemampuan kelompok, belajar cara belajar dari orang lain, dan belajar berkolaborasi. Mengkuti prinsip 10 tentang perkembangan pembelajar, prinsip 13 tentang

3 IV-3 keragaman, dan prinsip 14 tentang standar dan penilaian karena main peran melihat berbagai tahap perkembangan dan latar belakang pembelajar g. Brainstorming yaitu belajar bersama. Mengikuti prinsip 13 tentang keragaman karena brainstorming memanfaatkan berbagai sudut pandang dari banyak peserta. h. Diskusi termoderasi yang dilakukan untuk belajar dengan bantuan orang lain dan belajar dengan menjadi bagian kelompok. Mengkuti prinsip 13 tentang keragaman dan prinsip 14 tentang standar dan penilaian karena proses diskusi didukung keragaman sudut pandang dan memiliki standar yang difasilitasi oleh moderator. i. Penilaian yang dilakukan untuk belajar dengan bantuan orang lain, belajar dengan menjadi bagian dari kelompok, mengembangkan kemampuan kelompok, belajar cara belajar dari orang lain, dan belajar berkolaborasi. Mengkuti prinip 4 dan 5 tentang refleksi kognitif dan metakognitif dan prinsip 14 tentang standar dan penilaian jika mendukung berbagai proses berpikir dan strategi metakognitif. j. Bertanya pada ahli yaitu belajar dengan bantuan orang lain. Mengikuti prinsip 10 tentang perkembangan pembelajar karena peserta mendapatkan jawaban dari berbagai tahap perkembangan belajarnya. Selanjutnya dibangun organisasi dengan protokol dan peran yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan diri dengan belajar kolaborasi. 2. Protokol Berdasarkan analisis pemodelan pada subbab III.3, maka protokol yang dibangun dalam komunitas belajar learner-centered dapat dibagi sebagai berikut: a. Komunitas Sosial Merupakan penerapan dari elemen komunitas orang dan lingkungan belajar. Melakukan interaksi sosial antar anggota komunitas belajar untuk menumbuhkan komunitas yang saling percaya dan berbagi sehingga juga meningkatkan motivasi dan emosi positif. Mengikuti prinsip 6 tentang konteks belajar, prinsip 7 tentang motivasi dan emosi, prinsip 9 tentang pengaruh motivasi pada usaha, dan prinsip 11 tentang kebutuhan sosial dalam belajar.

4 IV-4 b. Komunitas Program Belajar Merupakan penerapan dari elemen proses belajar kolaborasi dan lingkungan belajar. Melakukan interaksi belajar sesuai identifikasi proses belajar kolaborasi dengan penerapan prinsip psikologis learner-centered pada subbab III.2. Maka untuk memenuhi interaksi belajar ini dilakukan berbagai pilihan format belajar kolaborasi sehingga melengkapi kebutuhan kriteria prinsip psikologis learner-centered. Interaksi belajar mendukung proses belajar aktif, kolaboratif, refleksi, pelaksanaan tugas yang menarik dan memberikan solusi dari keterbatasan pembelajar, pemanfaatan teknologi untuk belajar, penerapan standar tinggi dan penilaian. Mengikuti prinsip 1 tentang sifat belajar, prinsip 2 tentang tujuan belajar, prinsip 3 tentang pembangunan pengetahuan, prinsip 4 tentang berpikir strategis, prinsip 5 tentang kebutuhan metakognitif, prinsip 6 tentang konteks belajar, prinsip 8 tentang motivasi intrinsik, prinsip 9 tentang pengaruh motivasi pada usaha, prinsip 10 tentang perkembangan pembelajar, prinsip 12 tentang perbedaan individu, prinsip 13 tentang keragaman, dan prinsip 14 tentang standar dan penilaian. Menggunakan protokol pada kedua jenis komunitas ini maka dapat dihasilkan organisasi komunitas belajar yang mendukung keseluruhan prinsip psikologis learner-centered. 3. Peran Merupakan penerapan dari elemen anggota dan komunitas orang. Peran-peran pada setiap protokolnya dapat dilihat pada Tabel IV-1. Tabel IV-1 Peran dalam Komunitas Belajar Learner-Centered Peran Anggota Pembelajar Komunitas Belajar Learner-Centered Komunitas Sosial Memberi pendapat, barang, file Menerima pendapat, barang, file Bersosialisasi Memberikan masukan Memberikan pengajuan Memberikan saran Komunitas Program Belajar Memiliki peran aktif, belajar dalam kolaborasi, belajar dari satu sama lain Belajar kerja sama Memberikan timbal balik personal Mengisi form evaluasi

5 IV-5 Tabel IV-1 Peran dalam Komunitas Belajar Learner-Centered (lanjutan) Peran Pembelajar Narasumber Fasilitator Komunitas Belajar Learner-Centered Komunitas Program Belajar Mendiskusikan pengalaman komunitas belajar Mendiskusikan masukan bagi perkembangan komunitas belajar Menyampaikan materi Mengelola masukan anggota Mengelola format belajar Memberikan dan mengawasi aturan berinteraksi Mendorong pembelajar untuk berpartisipasi 4. Bahasa Bahasa yang digunakan untuk komunikasi komunitas belajar learner-centered adalah bahasa utama anggota yang digunakan sesuai peran dan protokol yang ditentukan dan bahasa maupun simbol tertentu yang digunakan pada domain pengetahuan. Perancangan organisasi komunitas belajar learner-centered dapat dilihat pada Gambar IV-1. Organisasi Komunitas Belajar Learner- Centered Minat bersama : Belajar Kolaborasi Protokol : Komunitas sosial dan program belajar Peran : pembelajar, narasumber, dan fasilitator Bahasa : Bahasa utama anggota dan bahasa dan simbol pada domain pengetahuan Komunitas Sosial 6. konteks belajar 7. motivasi emosi 9. pengaruh motivasi pada usaha 11. pengaruh sosial pada belajar Komunitas Program Belajar 1. sifat belajar 2. tujuan belajar 3. belajar konstruktivis 4. berpikir strategis 5. kebutuhan metakognitif 6. konteks belajar 8. motivasi intrinsik 9. pengaruh motivasi pada usaha 10. perkembangan pembelajar 12. perbedaan individu 13. keragaman 14. standar dan penilaian Gambar IV-1 Perancangan Organisasi Komunitas Belajar Learner-Centered

6 IV-6 IV.2.2 Perancangan Interaksi Berdasarkan perancangan organisasi komunitas belajar learner-centered pada pandangan komunitas, selanjutnya dapat dirancang interaksi dalam komunitas belajar learner-centered pada pandangan implementasi. Interaksi dalam komunitas belajar learner-centered melibatkan seluruh anggotanya. Pada perancangan ini ditentukan tingkat kebutuhan teknologi pada setiap interaksinya. Interaksi dirancang berdasarkan skenario dari protokol dan peran dalam empat fase. 1. Komunitas Sosial Melakukan komunikasi di luar proses belajar antar anggota komunitas belajar untuk meningkatkan budaya positif. 2. Komunitas Program Belajar Pelaksanaan belajar kolaborasi diawali dengan perancangan proses belajar dilakukan dengan memilih format belajar yang digunakan berdasarkan persetujuan bersama. Dan diakhiri dengan melakukan evaluasi terhadap proses belajar yang telah dilakukan. IV Komunitas Sosial Berdasarkan elemen komunitas orang, terdapat penekanan pada prinsip 7 tentang motivasi dan emosi, prinsip 11 tentang kebutuhan sosial dalam belajar, dan prinsip 14 tentang standar dan penilaian. Maka dihasilkan komunitas sosial untuk melakukan kegiatan sosialisasi antar anggota komunitas yang dapat terjadi dalam aktivitas komunitas belajar maupun di luarnya. Komunitas sosial selain mendukung komunitas program belajar juga merupakan dasar penyusun komunitas belajar. Komunitas belajar yang maju dibangun dari komunitas sosial yang saling percaya, berbagi, motivasi, kreatif, dan membangun. Setiap anggota berkontribusi untuk menumbuhkan budaya ini. Interaksi sosial terjalin dalam kegiatan komunitas belajar maupun di luar kegiatan komunitas belajar antar individu dalam situasi yang lain. Setiap anggota saling berkomunikasi dan dapat berbagi informasi, barang, ataupun file. Penjelasan aliran kerja yang terjadi adalah sebagai berikut:

7 IV-7 1. Fase pengetahuan Melakukan kegiatan sosialisasi antar anggota maupun sosialisasi dari informasi seperti panduan pada komunitas belajar, jadwal kegiatan, dll. 2. Fase niat Melakukan penawaran maupun permintaan suatu barang, file, pekerjaan, beasiswa, kegiatan, dll. 3. Fase negosiasi Mengadakan komitmen suatu transaksi barang atau file maupun menjawab tawaran maupun lamaran pekerjaan, beasiswa, kegiatan, dll. 4. Fase pelaksanaan Melaksanakan hasil komitmen yang dilakukan antar anggota komunitas belajar. Implementasi komunitas sosial dalam empat fase ini dapat melalui media komunikasi berbasis komputer maupun langsung. Implementasi melalui media komunikasi berbasis komputer berupa aplikasi jejaring sosial dengan satu peran yaitu anggota. Task yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Anggota a. Mengelola profil i. Task<manipulasi, data profil> ii. Task<manipulasi, data blog> b. Melakukan sosialisasi i. Task<berinteraksi, data forum> ii. Task<mengirim, data pesan> iii. Task<berinteraksi, data percakapan> IV Komunitas Program Belajar Berdasarkan elemen proses belajar kolaborasi, terdapat penekanan pada prinsip 1 sampai 6 tentang kebutuhan kognitif dan metakognitif, prinsip 7 sampai 9 tentang motivasi pembelajar, prinsip 10 tentang perkembangan pembelajar, prinsip 12 tentang preferensi belajar, prinsip 13

8 IV-8 tentang keragaman latar, dan prinsip 14 tentang standar dan penilaian. Maka dihasilkan komunitas program belajar yang melakukan persiapan berikut perancangannya bersama dan diakhiri oleh evaluasi bersama. Jadi jadwal, aktivitas, dan konten dari aktivitas belajar merupakan hasil kerja sama seluruh anggota komunitas program belajar. Skenario Persiapan Belajar Pada persiapan komunitas program belajar, setiap anggota berkontribusi membangun proses belajar yang sesuai dengan minat bersama (proses belajar aktif, kolaboratif, dan refleksi pada suatu domain pengetahuan). Mengacu pada analisis organisasi komunitas belajar learnercentered pada subbab III.3.2 maka dilakukan hal-hal berikut: 1. Penilaian awal pada setiap anggota untuk mengidentifikasi pembelajar dari parameter yang berpengaruh untuk menjadi masukan bagi perancangan proses belajar kolaborasi dan lingkungan belajar. Parameter yang digunakan mengacu pada elemen anggota sebagai pembelajar pada penerapan prinsip psikologis learner-centered pada komunitas belajar pada subbab III.2.3, yaitu: a. Pengetahuan sebelumnya. b. Status perkembangan dalam aspek fisik, intelektual, emosional, dan sosial. c. Preferensi belajar. d. Keragaman latar bahasa, budaya, dan sosial. 2. Mengembangkan lingkungan budaya, teknologi, dan praktik pembelajaran dari proses belajar yang mendukung konteks sosial yang membangun, domain pengetahuan, kemampuan kognitif, dan strategi berpikir dan belajar. 3. Mengembangkan standar belajar dan penilaian formatif yang dilakukan untuk menjaga belajar optimal. Interaksi yang terjadi pada skenario persiapan belajar dalam empat fase adalah sebagai berikut: 1. Fase pengetahuan Melakukan pertukaran informasi mengenai kebutuhan setiap anggota.

9 IV-9 2. Fase niat Melakukan penawaran maupun permintaan terhadap kebutuhan belajar, kebutuhan anggota, dll. 3. Fase negosiasi Melakukan penjadwalan rencana persiapan proses belajar dari penawaran dan permintaan yang dilakukan dan data masukan setiap anggota. Merencanakan jadwal, skenario, peran, aktivitas persiapan belajar. 4. Fase pelaksanaan Melakukan persiapan belajar pada jadwal yang telah disepakati. Persiapan belajar dalam keempat fasenya dapat dilakukan secara online melalui media komunikasi berbasis komputer maupun secara langsung tatap muka. Task yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Anggota a. Mengelola profil i. Task<manipulasi, data profil> ii. Task<manipulasi, data blog> b. Melakukan belajar kolaborasi i. Task<membuat, data task> ii. Task<melakukan, data task> c. Melakukan sosialisasi i. Task<berinteraksi, data forum> ii. Task<memberi, data pesan> Skenario Pelaksanaan Belajar Setelah dilakukan persiapan belajar maka selanjutnya dilaksanakan aktivitas belajar kolaborasi. Dalam interaksi antar pembelajar pada proses belajar kolaborasi, pembelajar berinteraksi dalam format-format belajar kolaborasi yang ditentukan pada persiapan belajar.

10 IV-10 Sepuluh format belajar kolaborasi merupakan interaksi antar pembelajar, interaksi antara pembelajar dengan fasilitator, interaksi antara pembelajar dengan pihak luar komunitas belajar, maupun proses mandiri. Menggunakan berbagai format belajar kolaborasi dengan enam jenis belajar kolaborasi ini pembelajar dapat melakukan belajar dalam konteks sosial dan mendukung faktor motivasi, emosi, dan sosial. Untuk memberikan dukungan terhadap aktivitas refleksi, peningkatan partisipasi pembelajar, dan solusi dari keterbatasan pembelajar diperlukan interaksi dengan dorongan pada kontribusi pembelajar dan bimbingan fasilitator. Beberapa penerapan proses belajar yang didukung interaksi antara pembelajar dengan fasilitator adalah sebagai berikut: 1. Mentoring, berisi bimbingan bagi pembelajar dengan seorang pembimbing yang diperankan oleh fasilitator untuk memandu pembelajar dalam menyelesaikan tujuan belajar. Adanya proses mentoring dapat menjawab keterbatasan anggota dalam mengikuti proses belajar kolaborasi. 2. Penilaian, penilaian yang dilakukan pada komunitas belajar learner-centered ada penilaian awal, formatif, dan mandiri berfokus pada pengembangan kemampuan diri. Dalam penilaian awal, fasilitator melakukan penilaian sebagai masukan dari pembelajar untuk persiapan belajar. Dalam penilaian formatif, fasilitator melakukan penilaian untuk menjaga belajar optimal dan menjadi evaluasi untuk mengatur arah dari proses belajar. 3. Fasilitator menjadi pembimbing di seluruh format belajar kolaborasi, untuk mendorong pembelajar berkontribusi dan mengembangkan keahlian berpikir strategis dan strategi metakognitif. Interaksi yang terjadi pada skenario pelaksanaan belajar dalam empat fase adalah sebagai berikut: 1. Fase pengetahuan Melakukan pertukaran informasi mengenai konten pengetahuan, proses belajar, dan informasi lainnya yang mendukung belajar seperti panduan interaksi, etika komunitas, dll.

11 IV Fase niat Melakukan penawaran maupun permintaan terhadap tujuan belajar, aktivitas belajar, metode belajar, dll. 3. Fase negosiasi Melakukan persiapan proses belajar dari penawaran dan permintaan yang dilakukan dan data masukan setiap anggota. Merencanakan jadwal, skenario, peran, aktivitas belajar. 4. Fase pelaksanaan Melakukan proses belajar kolaborasi yang telah disepakati. Pelaksanaan belajar dalam keempat fasenya dapat dilakukan secara online melalui media komunikasi berbasis komputer maupun secara langsung tatap muka. Task yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Narasumber a. Melakukan penyampaian materi i. Task<memberi, materi> 2. Peserta a. Mengelola profil i. Task<manipulasi, data profil> ii. Task<manipulasi, data blog> b. Melakukan belajar kolaborasi i. Task<membuat, data task> ii. Task<melakukan, data task> c. Melakukan sosialisasi i. Task<berinteraksi, data forum> ii. Task<memberi, data pesan> iii. Task<melakukan, data percakapan>

12 IV Pembimbing a. Memberikan mentoring i. Task<berinteraksi, data mentoring> b. Memberi masukan i. Task<memberi, data pesan> Skenario Evaluasi Belajar Secara berkala komunitas belajar learner-centered perlu melakukan evaluasi untuk meningkatkan hasil belajar dan menjamin keutuhan dan konteks komunitas belajar yang dibangun pada awalnya. Evaluasi dilakukan dengan kontribusi sebesar-besarnya setiap anggota komunitas belajar. Evaluasi ini akan mengacu pencapaian dari belajar minat bersama dan penerapan dari prinsip psikologis learner-centered. Komunitas belajar learner-centered adalah hasil penerapan prinsip-prinsip yang memandu pengembangan model pembelajaran pada model pembelajaran komunitas belajar. Jadi untuk meyakinkan penerapan komunitas belajar learner-centered, diidentifikasi hal-hal yang menjadi kriteria keberhasilan penerapannya menurut prinsip psikologis learner-centered. Prinsip psikologis learner-centered memandang model pembelajaran dalam empat domain. Oleh karena itu kriteria keberhasilan juga dilihat melalui empat domain tersebut: 1. Faktor kognitif dan metakognitif Memandang komunitas belajar learner-centered dari domain kognitif dan metakognitif maka dapat diletakkan objek yang dipantau ada di dalam proses berpikir pembelajar. Maka untuk menunjukkan dijalankannya prinsip ini dapat dilakukan penilaian terhadap proses berpikir pembelajar dalam aktivitas komunitas belajar learner-centered. Kriteria yang dapat dinilai sebagai berikut: a. Tingkat keaktifan anggota. b. Tingkat pemahaman anggota terhadap tujuan belajar pribadi. c. Tingkat kontribusi pemahaman sebelumnya dari anggota pada proses belajar. d. Tingkat keragaman alternatif cara berpikir dalam memecahkan beragam masalah.

13 IV-13 e. Tingkat pemahaman refleksi dari proses belajar dan penilaian pribadi terhadap pemilihan cara dalam proses belajar. f. Tingkat dukungan yang dirasakan pembelajar dari konteks budaya, teknologi, dan praktik pembelajaran pada proses belajar. 2. Faktor motivasi dan emosi Memandang komunitas belajar learner-centered dari domain motivasi dan emosi maka dapat diletakkan objek yang dipantau adalah indikator motivasi dan emosi dari pembelajar, yaitu sebagai berikut: a. Tingkat usaha yang dilakukan anggota dalam belajar, seberapa besar dan seberapa lama bertahan. b. Tingkat rasa penasaran, semangat, dan kesenangan anggota pada proses belajar yang dilakukan. c. Tingkat penggunaan cara-cara berpikir yang bebas, dalam, dan kreatif dalam memecahkan berbagai persoalan belajar. 3. Faktor perkembangan dan sosial Memandang komunitas belajar learner-centered dari domain perkembangan dan sosial maka dapat diletakkan objek yang dipantau ada pada aktivitas proses belajar dan interaksi sosial yang dilakukan, yaitu sebagai berikut: a. Tingkat identifikasi status perkembangan anggota dalam mengkontribusi proses belajar. b. Tingkat keragaman aktivitas belajar yang dilakukan dalam memecahkan berbagai persoalan belajar. c. Tingkat keakraban dan rasa percaya antar anggota komunitas belajar. 4. Faktor perbedaan individu yang mempengaruhi belajar Memandang komunitas belajar learner-centered dari domain perbedaan individu maka dapat diletakkan objek yang dipantau ada pada peran pembelajar pada proses belajar, yaitu sebagai berikut: a. Tingkat penerapan keragaman preferensi belajar anggota pada proses belajar.

14 IV-14 b. Tingkat penerapan keragaman latar anggota pada proses belajar. c. Tingkat penerapan standar dalam proses belajar. d. Tingkat penerapan penilaian formatif dalam proses belajar. e. Tingkat penerapan penilaian mandiri dari anggota dalam proses belajar. Kriteria-kriteria di atas digunakan untuk meninjau penerapan prinsip psikologis learnercentered pada komunitas belajar secara kualitatif melalui interaksi antar anggota pada evaluasi komunitas belajar learner-centered. Interaksi yang terjadi pada skenario evaluasi belajar dalam empat fase adalah sebagai berikut: 1. Fase pengetahuan Melakukan pertukaran informasi mengenai evaluasi belajar. 2. Fase niat Melakukan penawaran maupun permintaan terhadap evaluasi belajar. 3. Fase negosiasi Melakukan persiapan evaluasi belajar dari penawaran dan permintaan yang dilakukan dan data hasil belajar setiap anggota. Merencanakan jadwal, skenario, peran, aktivitas evaluasi belajar. 4. Fase pelaksanaan Melakukan evaluasi belajar yang telah disepakati. Evaluasi belajar dalam keempat fasenya dapat dilakukan secara online melalui media komunikasi berbasis komputer maupun secara langsung tatap muka. Task yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Peserta a. Melakukan evaluasi i. Task<berinteraksi, data forum> ii. Task<memberi, data pesan> 2. Pembimbing

15 IV-15 a. Memberikan mentoring i. Task<berinteraksi, data mentoring> b. Memberi masukan i. Task<memberi, data pesan> Kesimpulan Komunitas program belajar dapat diimplementasikan pada tiga skenario, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi belajar. Ketiga skenario ini memiliki task-task yang telah dijabarkan sebelumnya. IV.2.3 Perancangan Saluran Perancangan saluran dilakukan untuk memberikan layanan bagi komunitas belajar menggunakan media komunikasi berbasis komputer. Sehingga interaksi yang terjadi dapat diwujudkan melalui saluran media ini maupun secara langsung tatap muka. Saluran yang dibangun adalah layanan untuk memfasilitasi berjalannya interaksi komunitas belajar learner-centered. Oleh karena itu, dilakukan pendefinisian saluran yang terdapat pada setiap interaksi yang terjadi pada komunitas belajar learner-centered. 1. Saluran media sosialisasi Saluran media sosialisasi diberikan untuk sarana komunikasi antar anggota komunitas belajar learner-centered. Saluran ini diwujudkan dalam layanan jejaring sosial. Layanan jejaring sosial ini dapat digunakan anggota untuk berkomunikasi dalam berbagai format seperti forum, ruang berbicara, pesan, maupun format lainnya. Saluran media sosialisasi ini penting dalam mewujudkan interaksi dalam komunitas sosial maupun komunitas program belajar. Saluran ini berfungsi bagi komunitas sosial untuk meningkatkan budaya positif dan bagi komunitas program belajar untuk berkomunikasi dalam belajar dengan berbagai format yang dibutuhkan oleh anggota. 2. Saluran pengelolaan proses belajar Saluran ini diberikan untuk mendukung pengelolaan data-data proses belajar kolaborasi dalam keempat fasenya dan juga menjadi media kolaborasi bagi proses belajar komunitas. Saluran ini diwujudkan dalam layanan seperti CMS (Course Management System) yang

16 IV-16 mendukung kebutuhan pengelolaan proses belajar learner-centered. Saluran ini berfungsi bagi komunitas program belajar untuk mewujudkan persiapan, pelaksanaan, maupun evaluasi belajar yang sistematis dan dapat menjalankan berbagai format belajar kolaborasi. 3. Saluran persiapan belajar Saluran ini diberikan untuk merancang proses belajar yang memenuhi kebutuhan anggotanya. Saluran ini mengelola masukan dari pembelajar mengenai pengetahuan yang telah dikuasai, status perkembangan, preferensi belajar, dan latar bahasa, budaya, dan sosial yang dimiliki setiap anggota. Saluran ini diwujudkan dalam layanan sistem informasi anggota yang berisi data profil, blog, maupun statistik anggota yang bisa menjadi masukan berarti untuk persiapan proses belajar. Saluran ini berfungsi bagi komunitas program belajar dalam mewujudkan persiapan belajar yang sistematis. Ketiga saluran ini dapat ditunjukkan dalam tiga fase sebagai berikut: 1. Layanan pengetahuan Ketiga saluran memberikan sarana bagi pengelolaan profil anggota, kegiatan belajar, maupun konten pengetahuan yang ada. 2. Layanan niat dan negosiasi Ketiga saluran memberikan sarana bagi proses persiapan belajar, penggunaan masukan pembelajar, dan perancangan tugas belajar. 3. Layanan pelaksanaan Ketiga saluran memberikan sarana bagi berlangsungnya interaksi yang telah direncanakan dalam komunitas belajar baik dalam pelaksanaan dan evaluasi belajar maupun dalam kegiatan sosialisasi. IV.2.4 Perancangan Teknologi Perancangan teknologi dilakukan untuk mengimplementasikan perancangan saluran yang telah didefinisikan. Oleh karena itu teknologi yang diperlukan untuk mengimplementasi saluran-saluran tersebut perlu mendukung komunikasi antar anggota, pengelolaan data dan task yang terpusat, dan memberikan interaksi dengan berbagai format dan dapat dilakukan dengan mudah.

17 IV-17 Teknologi yang memenuhi kriteria ini yaitu menggunakan komputer dan media internet. Berikut ini dijelaskan kebutuhan ketiga saluran : 1. Saluran media sosialisasi membutuhkan fasilitas forum, ruang berbagi file, dan ruang berbicara dengan penyimpanan data terpusat. 2. Saluran pengelolaan proses belajar membutuhkan fasilitas pengelolaan proses belajar dan kolaborasi antar pembelajar dengan penyimpanan data terpusat. 3. Saluran persiapan belajar membutuhkan fasilitas profil anggota, blog, statistik aktivitas, dan penilaian yang mendukung kolaborasi antar anggota dengan penyimpanan data terpusat. Berdasarkan kebutuhan ketiga saluran maka dapat diimplementasi sebuah aplikasi berarsitektur client-server seperti CMS yang memfasilitasi kebutuhannya. Oleh karena itu, perancangan teknologi yang dihasilkan adalah CMS yang memiliki komponen sebagai berikut: 1. Basis Data Sistem Basis data dari keseluruhan data pada sistem. 2. Server Aplikasi Web-Based Server aplikasi dari seluruh proses sistem. 3. Modul CMS: a. Komunikasi dan Kolaborasi Modul ini berisi proses forum, ruang berbicara, pengiriman pesan, maupun aplikasi untuk format belajar kolaborasi seperti konferensi video dan desktop sharing. b. Pengelolaan Anggota Modul ini berisi proses registrasi peserta, login/logout, profil, blog, dan statistik anggota seperti aplikasi jejaring sosial. c. Pengelolaan kelas Modul ini berisi pengelolaan jadwal belajar dan evaluasinya. d. Pengelolaan konten pengetahuan Modul ini berisi pengelolaan konten-konten pengetahuan yang tersimpan pada sistem.

18 IV Komponen antarmuka Komponen ini berisi antarmuka sistem dengan pengguna. Berdasarkan komponen tersebut maka dapat ditunjukkan aliran konseptual CMS berdasarkan penggunanya, yaitu: 1. Anggota Anggota komunitas belajar learner-centered dapat berinteraksi dengan sistem untuk mengelola profil dengan halaman profil dan halaman blog, bersosialisasi dengan forum, pesan, dan percakapan, dan melakukan belajar kolaborasi dengan membuat task dan melakukan task yang ada. Interaksi ini dilakukan pada skenario bersosialisasi dan persiapan belajar. 2. Peserta Peserta suatu aktivitas yang telah dirancang dalam komunitas belajar learner-centered dapat berinteraksi dengan sistem untuk mengelola profil berkenaan dengan aktivitas yang dilakukan dalam halaman profil dan blog, melakukan belajar kolaborasi yang terdapat dalam aktivitas yang sedang diikuti, melakukan sosialisasi sesama peserta aktivitas dengan forum, pesan, dan percakapan, dan melakukan evaluasi mengenai aktivitas yang sedang diikuti dengan interaksi dalam forum dan pesan. Interaksi ini dilakukan pada skenario pelaksanaan dan evaluasi belajar. 3. Narasumber Narasumber suatu aktivitas yang telah dirancang dalam komunitas belajar learnercentered dapat berinteraksi dengan sistem untuk menyampaikan materi melalui menu yang disediakan. Interaksi ini dilakukan pada skenario pelaksanaan belajar. 4. Pembimbing Pembimbing suatu aktivitas yang telah dirancang dalam komunitas belajar learnercentered dapat berinteraksi dengan sistem untuk memberikan mentoring dan memberi masukan dengan pesan. Interaksi ini dilakukan pada skenario pelaksanaan dan evaluasi belajar. 5. Administrator Administrator adalah sebuah peran pengguna yang bertugas untuk mengelola sistem. Peran ini dapat mengakses data pengguna lainnya untuk dikelola sehingga sistem dapat

19 IV-19 berjalan dengan baik. Interaksi ini dilakukan diluar skenario komunitas belajar learnercentered,untuk kebutuhan pengelolaan CMS. Berdasarkan lima peran pengguna CMS maka dapat diperoleh model konseputal CMS pada Gambar IV-2. Gambar IV-2 Model Konseptual CMS

20 IV-20 Berdasarkan model konseptual CMS, alur proses yang ada terbagi dalam lima alur berdasarkan pengguna sistem. Kelima alur ini terhubung dengan sistem dan dapat melakukan layanan komunikasi dan pengelolaan data yang terdapat pada server aplikasi yang juga menyimpan basis data sistem. Namun interaksi yang dapat dilakukan berbeda-beda dan antarmuka yang disediakan terbagi menjadi tiga. 1. Alur berdasarkan anggota Anggota dapat menjalankan skenario bersosialisasi dan persiapan belajar melalui antarmuka pengguna yang memberikan akses secara global di sisi pengguna. 2. Alur berdasarkan peserta Peserta dapat menjalankan skenario pelaksanaan dan evaluasi belajar melalui antarmuka kelas yang memberikan akses spesifik terhadap suatu aktivitas kelas yang berjalan. 3. Alur berdasarkan narasumber Narasumber dapat menjalankan skenario pelaksanaan belajar melalui antarmuka kelas yang memberikan akses spesifik terhadap suatu aktivitas kelas yang berjalan. 4. Alur berdasarkan pembimbing Pembimbing dapat menjalankan skenario pelaksanaan dan evaluasi belajar melalui antarmuka kelas yang memberikan akses spesifik terhadap suatu aktivitas kelas yang berjalan. 5. Alur berdasarkan administrator Administrator dapat mengelola CMS melalui antarmuka pengelolaan CMS yang memberikan akses secara global di sisi pengelola. IV.3 Model Komunitas Belajar Learner-Centered Berdasarkan perancangan sebelumnya maka dihasilkan sebuah model komunitas belajar learner-centered pada Gambar IV-3.

21 IV-21 Gambar IV-3 Model Komunitas Belajar Learner-Centered Model ini menunjukkan elemen-elemen komunitas belajar learner-centered pada pandangan komunitas. Protokol dan peran komunitas belajar learner-centered dapat dikembangkan dalam konsep komunitas sebagai berikut : 1. Komunitas sosial yang berperan untuk menjaga kualitas kepercayaan, rasa memiliki, budaya belajar, motivasi belajar, dan hubungan sosial.

22 IV Komunitas program belajar dengan peran pembelajar, narasumber, dan fasilitator dan protokol persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi belajar. Berperan untuk menjalankan proses belajar dan menjaga kualitas refleksi, partisipasi, dan perkembangan pembelajar. Selanjutnya pada pandangan implementasi ditunjukkan skenario yang ada sebagai berikut: 1. Skenario sosial: tukar menukar informasi, barang, dan file. 2. Skenario persiapan belajar: pengelolaan masukan anggota dan persetujuan task belajar. 3. Skenario pelaksanaan belajar: aktivitas task belajar. 4. Skenario evaluasi belajar: aktivitas evaluasi untuk terhadap tujuan komunitas belajar. Pada lapisan ketiga terdapat pandangan layanan sebagai sarana interaksi pada empat fase yang berfungsi sebagai berikut: 1. Layanan pengetahuan Pengelolaan profil anggota, kegiatan belajar, dan konten pengetahuan yang ada. 2. Layanan niat dan negosiasi Interaksi persiapan belajar, penggunaan masukan pembelajar, dan perancangan tugas belajar. 3. Layanan pelaksanaan Interaksi pelaksanaan belajar, evaluasi belajar, dan kegiatan sosialisasi. Pada lapisan terbawah terdapat pandangan infrastruktur yang menunjukkan kebutuhan teknologi Course Management System yang berbasis web.

BAB V STUDI KASUS. Pada bab ini dilakukan studi kasus untuk menerapkan model komunitas belajar learnercentered hasil perancangan pada bab IV.

BAB V STUDI KASUS. Pada bab ini dilakukan studi kasus untuk menerapkan model komunitas belajar learnercentered hasil perancangan pada bab IV. BAB V STUDI KASUS Pada bab ini dilakukan studi kasus untuk menerapkan model komunitas belajar learnercentered hasil perancangan pada bab IV. V.1 Deskripsi Umum Studi Kasus Studi kasus dipilih adalah forum

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS. Komunitas belajar dalam Tugas Akhir ini dapat didefinisikan melalui beberapa referensi yang telah dibahas pada Bab II.

BAB III ANALISIS. Komunitas belajar dalam Tugas Akhir ini dapat didefinisikan melalui beberapa referensi yang telah dibahas pada Bab II. BAB III ANALISIS Sesuai dengan permasalahan yang diangkat pada Tugas Akhir ini, maka dilakukan analisis pada beberapa hal sebagai berikut: 1. Analisis komunitas belajar. 2. Analisis penerapan prinsip psikologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini merupakan pendahuluan laporan Tugas Akhir yang menjelaskan secara garis besar mengenai pembahasan yang dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini merupakan pendahuluan laporan Tugas Akhir yang menjelaskan secara garis besar mengenai pembahasan yang dilakukan. BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan laporan Tugas Akhir yang menjelaskan secara garis besar mengenai pembahasan yang dilakukan. I.1 Latar Belakang Perkembangan dunia pendidikan dalam kurun

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. II.1 Model dan Pemodelan

BAB II DASAR TEORI. II.1 Model dan Pemodelan BAB II DASAR TEORI Pada bagian ini akan dijelaskan seluruh dasar teori yang berkaitan dengan kegiatan tugas akhir. Seluruh dasar teori yang dijelaskan akan digunakan sebagai landasan pelaksanaan tahap

Lebih terperinci

Pemodelan Komunitas Belajar dengan Prinsip Psikologis Learner-Centered dengan Pendekatan Pemodelan Task

Pemodelan Komunitas Belajar dengan Prinsip Psikologis Learner-Centered dengan Pendekatan Pemodelan Task Pemodelan Komunitas Belajar dengan Prinsip Psikologis Learner-Centered dengan Pendekatan Pemodelan Task Studi Kasus : Forum Tugas Akhir LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun sebagai syarat kelulusan tingkat sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan dari pembentukan Ikatan Alumni sebuah universitas atau sekolah adalah untuk membentuk tali silahturahmi antar alumni untuk seluruh angkatan. Beragam kegiatan

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN DAN ANALISIS MOXIE

BAB IV PERENCANAAN DAN ANALISIS MOXIE BAB IV PERENCANAAN DAN ANALISIS MOXIE Pada bab ini akan dibahas hasil dari perencanaan dan analisis pengembangan Moxie. Moxie merupakan sebuah knowledge library yang dikembangkan dengan studi kasus yang

Lebih terperinci

BAB V PERANCANGAN MOXIE

BAB V PERANCANGAN MOXIE BAB V PERANCANGAN MOXIE Bab ini berisi penjabaran dari hasil perancangan Moxie. Pembahasan pada bab ini mencakup perancangan arsitektur dan model skenario untuk Moxie. Model skenario merupakan produk dari

Lebih terperinci

1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah

1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam e-learning terutama yang berbasis web, terdapat dua konsep belajar yang berbeda, yaitu Virtual Learning Environment (VLE) dan Personal Learning Environment

Lebih terperinci

DIKLAT ONLINE GURU MELEK IT POLA 16 HARI (81 JP) ANGKATAN

DIKLAT ONLINE GURU MELEK IT POLA 16 HARI (81 JP) ANGKATAN 1 PANDUAN DIKLAT ONLINE GURU MELEK IT POLA 16 HARI (81 JP) ANGKATAN 22-24 TRAINER GURU MELEK IT INDONESIA Mendorong guru-guru Indonesia agar melek IT dan memanfaatkan IT tersebut dalam pembelajaran http://trainergurumelekit.wordpress.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I-1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Knowledge management (KM) dapat dijelaskan sebagai langkah-langkah sistematik untuk mengelola pengetahuan dalam organisasi untuk menciptakan nilai dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjual berbagai jenis pakaian. Seiring dengan perkembangan fashion pakaian ini

BAB 1 PENDAHULUAN. menjual berbagai jenis pakaian. Seiring dengan perkembangan fashion pakaian ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bisnis penjualan pakaian sekarang ini memang semakin berkembang terutama di Indonesia, ini terbukti dengan semakin banyaknya muncul outlet dan distro yang menjual berbagai

Lebih terperinci

Knowledge Management Tools

Knowledge Management Tools Knowledge Management Tools Ada beberapa faktor yang dapat memotivasi sebuah organisasi untuk membentuk manajemen formal dan pengetahuan sistematis, termasuk keinginan atau kebutuhan untuk : i. mendapatkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN Saya mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara yang sedang melakukan penelitian tentang Evaluasi Kompetensi Pustakawan Pelayanan Referensi di Perpustakaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rancang Bangun Aplikasi E-Learning Berbasis LMS ( Learning Management System

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rancang Bangun Aplikasi E-Learning Berbasis LMS ( Learning Management System BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses belajar yang cepat, efektif dan efisien merupakan tujuan pembelajaran yang menenkankan pada penguasaan materi secara cepat dan tuntas. Pembelajaran yang menekankan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hal, dengan perspektif orang akan memandang sesuatu hal berdasarkan cara-cara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hal, dengan perspektif orang akan memandang sesuatu hal berdasarkan cara-cara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Perspektif Sosiologis Perspektif merupakan suatu kumpulan asumsi maupun keyakinan tentang sesuatu hal, dengan perspektif orang akan memandang sesuatu hal berdasarkan

Lebih terperinci

BAB V STUDI KASUS. V.1 Deskripsi Umum Studi Kasus yang Dipilih

BAB V STUDI KASUS. V.1 Deskripsi Umum Studi Kasus yang Dipilih BAB V STUDI KASUS Pada bab ini dipaparkan mengenai studi kasus yang ditujukan untuk melakukan uji coba sebagai validasi terhadap KMS framework fokus pada manusia pada organisasi pembelajar yang telah dihasilkan.

Lebih terperinci

BAB 1I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 I PENDAHULUAN Pendahuluan menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan, batasan masalah dan sistematika penulisan dari pembuatan laporan tugas akhir ini. Bab ini juga akan membahas

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : Semester : I/Ganjil Mata Pelajaran : TIK Kelas : XI Desain Grafis Tim Pembimbing : Guru TIK Alokasi Waktu : 8 x 4 menit A. Kompetensi 1. Standar Kompetensi

Lebih terperinci

V Januari 2012

V Januari 2012 V2.0 14 Januari 2012 1 2 3 Apakah JIBAS? Sekilas mengenai JIBAS Jaringan Informasi Bersama Antar Sekolah Bagaimana JIBAS? Visi dan Misi JIBAS dan gambaran alur JIBAS Visi, Misi & RoadMap JIBAS Visi, misi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kognitif, dan pengajaran dalam lingkungan pembelajarannya. Sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. kognitif, dan pengajaran dalam lingkungan pembelajarannya. Sistem BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi saat ini berkembang dengan sangat pesat. Didukung dengan adanya internet, akses terhadap informasi menjadi lebih mudah dan cepat. Banyak perusahaan

Lebih terperinci

Studi dan Implementasi Task Modeling Studi Kasus : Sistem Informasi Pelanggan pada Distro

Studi dan Implementasi Task Modeling Studi Kasus : Sistem Informasi Pelanggan pada Distro Studi dan Implementasi Task Modeling Studi Kasus : Sistem Informasi Pelanggan pada Distro LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun sebagai syarat kelulusan tingkat sarjana oleh : Nama : Hafiz Badrie Lubis / NIM 13504110

Lebih terperinci

PERANAN DIALOG DALAM SISTEM PEMBELAJARAN JARAK JAUH. Titi Chandrawati 1 dan Suryo Prabowo 2

PERANAN DIALOG DALAM SISTEM PEMBELAJARAN JARAK JAUH. Titi Chandrawati 1 dan Suryo Prabowo 2 PERANAN DIALOG DALAM SISTEM PEMBELAJARAN JARAK JAUH Titi Chandrawati 1 dan Suryo Prabowo 2 tchandrawati@gmail.com, sprabowo@ecampus.ut.ac.id Abstrak Dialog dalam Sistem Pembelajaran Jarak Jauh (SPJJ) merupakan

Lebih terperinci

Kelas Maya. Panduan Pengguna Sistem - Siswa. Republik Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Kelas Maya. Panduan Pengguna Sistem - Siswa. Republik Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kelas Maya Panduan Pengguna Sistem - Siswa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia PENDAHULUAN Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah mengubah paradigma pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 20, diisyaratkan bahwa pendidik diharapkan mengembangkan materi pembelajaran, yang kemudian dipertegas melalui Peraturan Menteri Pendidikan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI E-LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA.

IMPLEMENTASI E-LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA. IMPLEMENTASI E-LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA munir@upi.edu PENGANTAR e-learning suatu istilah yang digunakan terhadap proses belajar mengajar berbasis online tanpa dibatasi

Lebih terperinci

1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mencapai hasil kerja yang baik dalam sebuah kelompok kerja, tentu dibutuhkan komunikasi yang baik pula diantara anggotanya. Komunikasi berkaitan erat dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai jaringan komunitas menjadi kian mudah tanpa harus terhalang tempat dan

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai jaringan komunitas menjadi kian mudah tanpa harus terhalang tempat dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, pembentukkan berbagai jaringan komunitas menjadi kian mudah tanpa harus terhalang tempat dan waktu. Kecanggihan

Lebih terperinci

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM PEMASARAN BERBASIS WEB. 4.1 Tahap keempat : Membuat interface konsumen

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM PEMASARAN BERBASIS WEB. 4.1 Tahap keempat : Membuat interface konsumen BAB 4 PERANCANGAN SISTEM PEMASARAN BERBASIS WEB 4.1 Tahap keempat : Membuat interface konsumen Customer interface yang ada akan dijelaskan dalam kerangka 7C sebagai berikut : 1. Context Website yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki,

BAB 1 PENDAHULUAN. mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media Sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu lembaga bahasa Inggris mengatakan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu lembaga bahasa Inggris mengatakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini bahasa Inggris merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam segala bidang baik pendidikan maupun pekerjaan bahkan dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi di Indonesia saat ini, banyak institusi pendidikan yang berusaha menerapkan pemanfaatan teknologi informasi

Lebih terperinci

BAB I BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I BAB 1 PENDAHULUAN BAB I BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan unsur yang sangat penting dalam pendidikan di Indonesia. Dalam pembelajaran terdapat berbagai macam strategi dan metode yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Studi (Wajib) bagi mahasiswa program S-1 Ilmu komputer. Setelah. mendapatkan persetujuan dari tim pembina mata kuliah seminar Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Studi (Wajib) bagi mahasiswa program S-1 Ilmu komputer. Setelah. mendapatkan persetujuan dari tim pembina mata kuliah seminar Ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata kuliah seminar merupakan Mata Kuliah Keahlian Program Studi (Wajib) bagi mahasiswa program S-1 Ilmu komputer. Setelah mendapatkan persetujuan dari tim pembina

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Tamanwinangun yang beralamat di Jalan Bocor Nomor 54, Kelurahan Tamanwinangun,

Lebih terperinci

1 P edo m a n P J J S 2 A p t i k o m T e k n o l o g i P e m b e l a j a r a n

1 P edo m a n P J J S 2 A p t i k o m T e k n o l o g i P e m b e l a j a r a n 1 P edo m a n P J J S 2 A p t i k o m T e k n o l o g i P e m b e l a j a r a n Kebutuhan Teknologi Seperti telah diketahui bersama, dalam e-learning peserta didik tidak memiliki kesempatan bertatap muka

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN PELANGGAN

BAB VI HUBUNGAN PELANGGAN BAB VI HUBUNGAN PELANGGAN Agar mendapat keuntungan, suatu perusahaan harus menciptakan hubungan yang menguntungkan dengan pelanggan mereka. Untuk mencapai hal ini, pertama perusahaan harus mengidentifikasi

Lebih terperinci

Referensi PJJ Konsorsium Aptikom Standar Teknologi Pembelajaran Versi Maret 2014 disusun oleh Konsorsium APTIKOM

Referensi PJJ Konsorsium Aptikom Standar Teknologi Pembelajaran Versi Maret 2014 disusun oleh Konsorsium APTIKOM PEDOMANPJJ 004 Referensi PJJ Konsorsium Aptikom 1 Kebutuhan Teknologi Seperti telah diketahui bersama, dalam e-learning peserta didik tidak memiliki kesempatan bertatap muka langsung secara fisik dengan

Lebih terperinci

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 1 1.3c MODEL PROBLEM BASED LEARNING 2 Model Problem Based Learning 3 Definisi Problem Based Learning : model pembelajaran yang dirancang agar peserta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam komunikasi tersebut baik yang berisi informasi maupun pemberitahuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam komunikasi tersebut baik yang berisi informasi maupun pemberitahuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kampus dan Mahasiswa adalah dua element yang saling terikat dimana ada kampus disana pun harus ada mahasiswa sebagai pelengkap elementnya. Antara mahasiswa dan kampus

Lebih terperinci

Pembelajaran Aktif dalam Kelas Satu Komputer:

Pembelajaran Aktif dalam Kelas Satu Komputer: Pembelajaran Aktif dalam Kelas Satu Komputer: Kegiatan 1: Menilai Pengetahuan Siswa tentang Sains KATEGORI Geografi Matematika Sains Pedagogi 100 100 100 100 200 200 200 200 300 300 300 300 Model Satu

Lebih terperinci

PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK APLIKASI FORUM DISKUSI DI DISKOMINFO KAB.BANDUNG

PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK APLIKASI FORUM DISKUSI DI DISKOMINFO KAB.BANDUNG PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK APLIKASI FORUM DISKUSI DI DISKOMINFO KAB.BANDUNG Hasan Balubita, S.Si., M.kom 1, Eep Cuhaya 2 1 Program Studi Manajemen Informatika Politeknik Komputer Bisnis LPKIA 2 Program

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pendekatan Pembelajaran Multiple Representations. umum berdasarkan cakupan teoritik tertentu. Pendekatan pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pendekatan Pembelajaran Multiple Representations. umum berdasarkan cakupan teoritik tertentu. Pendekatan pembelajaran 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Pendekatan Pembelajaran Multiple Representations Pendekatan pembelajaran menurut Sanjaya (2009: 127) adalah suatu titik tolak atau sudut pandang mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Berbagi Pengetahuan Berbagi pengetahuan adalah kegiatan bekerjasama yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan agar tercapai tujuan individu

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PEDAGOGIK PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER

BAB III TINJAUAN PEDAGOGIK PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER BAB III TINJAUAN PEDAGOGIK PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER Saat ini penggunaan ICT untuk kegiatan belajar dan mengajar menjadi salah satu ciri perkembangan masyarakat modern. ICT dapat dimaknakan sebagai

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS. Gambar 12. Proses Analisis

BAB III ANALISIS. Gambar 12. Proses Analisis BAB III ANALISIS Sesuai dengan persoalan yang diangkat pada Tugas Akhir ini, maka analisis dimulai dengan menggunakan data hasil survei untuk memetakan proses bisnis distro yang sedang berjalan. Hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini, tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti adalah sebagai berikut 1. Untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VII di MTs Al-

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI E-LEARNING DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PENDIDIK DAN KEMANDIRIAN MAHASISWA.

IMPLEMENTASI E-LEARNING DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PENDIDIK DAN KEMANDIRIAN MAHASISWA. IMPLEMENTASI E-LEARNING DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PENDIDIK DAN KEMANDIRIAN MAHASISWA munir@upi.edu PENGANTAR Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya media pembelajaran dapat menghantarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak hal. Dalam bidang pendidikan misalnya, kini banyak universitasuniversitas

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak hal. Dalam bidang pendidikan misalnya, kini banyak universitasuniversitas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Hadirnya Internet telah banyak mengubah cara manusia melakukan banyak hal. Dalam bidang pendidikan misalnya, kini banyak universitasuniversitas terkemuka di dunia mempunyai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis refleksi terhadap pengembangan darf/pola

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis refleksi terhadap pengembangan darf/pola BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis refleksi terhadap pengembangan darf/pola jurnal belajar yang menghasilkan desain jurnal belajar sebagai refleksi guru IPS SD dalam

Lebih terperinci

APRESIASI E-LEARNING

APRESIASI E-LEARNING APRESIASI E-LEARNING Herman Dwi Surjono, Ph.D. hermansurjono@uny.ac.id http://herman.elearning-jogja.org Dosen FT, PPs dan Ka Puskom UNY 1 Mengapresiasi e-learning Mengalami menjadi siswa yang beraktivitas

Lebih terperinci

Pengembangan Aplikasi E learning dengan Menggunakan PHP Framework Prado BAB 1 PENDAHULUAN

Pengembangan Aplikasi E learning dengan Menggunakan PHP Framework Prado BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pendidikan yang berjalan pada saat ini yaitu tatap muka antara mahasiswa dengan dosen memang sudah berjalan dengan baik. Namun terkadang ada beberapa masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat,

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat, tuntutan informasi yang lebih cepat menjadi aspek penting bagi organisasi untuk menuju arah yang

Lebih terperinci

Interaksi elearning dapat mencakup kuis pilihan ganda, tes, skenario elearning, simulasi, video animasi dll.

Interaksi elearning dapat mencakup kuis pilihan ganda, tes, skenario elearning, simulasi, video animasi dll. 1 Interaktivitas elearning didefinisikan sebagai "dialog" antara peserta didik dan alat elearning dimana peserta didik terlibat dan terlibat dalam proses elearning Ini adalah elemen kunci dari proses perancangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti saat ini, maka kemajuan teknologi komputer turut berkembang dengan pesat.banyak terobosan-terobosan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas merupakan intuisi akademis yang memiliki karakteristik yang sama dengan organisasi pembelajaran. Dimana dalam organisasi ini banyak subsub kegiatan yang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN 2017

PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN 2017 PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN 2017 Struktur Modul Tatap Muka Kegiatan pelatihan 60 JP atau 100 JP dilaksanakan secara tatap muka antara peserta dan Instruktur Nasional (IN) sebagai fasilitator.

Lebih terperinci

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) 1. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENDIDIKAN IPS DI SMP 1.1. Latar Belakang Pembelajaran Kontekstual Ada kecenderungan dewasa ini utnuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak adalah periode yang sangat penting dalam tumbuh kembang seorang anak. Pertumbuhan dasar yang terjadi pada masa ini akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Green cake and coffee adalah suatu usaha yang bergerak dibidang food and beverages yang sedang berkembang di Bandung, dengan konsep interior khas Perancis yang

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH. kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH. kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan BAB I LATAR BELAKANG MASALAH 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan yang sangat cepat di semua sektor kehidupan khususnya dunia kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan web sebagai media aplikasi multiplatform semakin marak digunakan. Serta penggunaan e-mail sang sudah sangat umum dalam suatu perusahaan dan sudah ter-integrasi

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan berdiskusi seseorang bisa saling bertukar pikiran dan menciptakan ide baru dari diskusi itu. Dengan adanya suatu wadah diskusi dalam bentuk forum, seorang mahasiswa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara, karena pendidikan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. khususnya kompetensi pedagogik adalah kesadaran akan melakukan evaluasi diri

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. khususnya kompetensi pedagogik adalah kesadaran akan melakukan evaluasi diri BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Guru menyadari bahwa hal yang mempengaruhi kompetensinya, khususnya kompetensi pedagogik adalah kesadaran akan melakukan evaluasi diri dan pengembangan profesi.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Internet Menurut (O`Brien, 2005) internet adalah jaringan komputer yang tumbuh cepat dan terdiri dari jutaan jaringan perusahaan, pendidikan, serta pemerintah yang menghubungkan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. yang berada di Universitas Bina Nusantara yang memiliki tanggung jawab untuk

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. yang berada di Universitas Bina Nusantara yang memiliki tanggung jawab untuk BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Organisasi Quality Management Center (QMC) merupakan salah satu organisasi internal yang berada di Universitas Bina Nusantara yang memiliki tanggung jawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia Maya merupakan dunia digital yang menghubungkan banyak user, dari user satu maupun ke user lainnya. Untuk melakukan nya dibutuhkan sebuah penghubung agar tercipta

Lebih terperinci

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN oleh Rosita E.K., M.Si Konsep dasar dari konseling adalah mengerti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat Indonesia yang maju, modern, dan sejajar dengan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat Indonesia yang maju, modern, dan sejajar dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan nasional Indonesia menyatakan perlunya masyarakat melaksanakan program pembangunan nasional dalam upaya terciptanya kualitas manusia dan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Commerce merupakan bagian dari e-business, di mana cakupan e-business lebih

BAB III LANDASAN TEORI. Commerce merupakan bagian dari e-business, di mana cakupan e-business lebih BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Konsep Dasar E-Commerce Electronic Commerce (e-commerce) adalah proses pembelian, penjualan atau pertukaran produk, jasa dan informasi melalui jaringan komputer. e- Commerce

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari merupakan sebuah kebutuhan yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari merupakan sebuah kebutuhan yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini, pemakaian teknologi komputer dalam kehidupan sehari-hari merupakan sebuah kebutuhan yang tidak dapat dihindari. Penggunaan teknologi

Lebih terperinci

Desain dan Pengembangan e-learning Pendahuluan Desain E-learning Desain E-learning

Desain dan Pengembangan e-learning Pendahuluan Desain E-learning Desain E-learning 1 2 Desain dan Pengembangan e-learning Prof. Herman Dwi Surjono, Ph.D. http://blog.uny.ac.id/hermansurjono Pendahuluan Pembelajaran di kelas Transfer pengetahuan/informasi Pendekatan kuliah/ceramah Permasalahan

Lebih terperinci

PENGANTAR E-LEARNING Apa yang kita bahas? Perkembangan/Trends ICT Tantangan Pendidik Bagaimana menghadapinya?

PENGANTAR E-LEARNING Apa yang kita bahas? Perkembangan/Trends ICT Tantangan Pendidik Bagaimana menghadapinya? 1 2 PENGANTAR E-LEARNING Apa yang kita bahas? Perkembangan TIK Mengapa perlu TIK untuk pembelajaran Pengertian E-learning Kelebihan dan kekurangan Framework E-learning Komponen E-learning Konten E-learning

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN DAN OBJEK PEMBELAJARAN MATEMATIKA

MODEL PEMBELAJARAN DAN OBJEK PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL PEMBELAJARAN DAN OBJEK PEMBELAJARAN MATEMATIKA Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran Matematika Dosen Pengampu: Dra. MM. Endang Susetyawati, M.Pd Disusun Oleh: Nikmahtun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA A. E-learning Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai pemanfaatan teknologi internet untuk mendistribusikan materi pembelajaran, sehingga siswa dapat

Lebih terperinci

PRAKTEK E-LEARNING. Mengaskses e-learning UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Oleh: Puskom UNY

PRAKTEK E-LEARNING. Mengaskses e-learning  UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Oleh: Puskom UNY PRAKTEK E-LEARNING Oleh: Puskom UNY UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2012 1 Mengaskses e-learning http://besmart.uny.ac.id 2 Akun e-learning Username dan password yang digunakan adalah NIM masing-masing mahasiswa

Lebih terperinci

PANDUAN PENERAPAN E-LEARNING BERBASIS RUMAH BELAJAR (JEJAK BALI) PROVINSI BALI

PANDUAN PENERAPAN E-LEARNING BERBASIS RUMAH BELAJAR (JEJAK BALI) PROVINSI BALI PANDUAN PENERAPAN E-LEARNING BERBASIS RUMAH BELAJAR (JEJAK BALI) PROVINSI BALI 2018 0 0 DAFTAR ISI DAFTAR ISI...1 PENGENALAN...2 Langkah-langkah membuat account guru di jejak bali..9 Langkah-langkah login

Lebih terperinci

PRAKTEK E-LEARNING Oleh: Tim ICT UNY

PRAKTEK E-LEARNING Oleh: Tim ICT UNY PRAKTEK E-LEARNING Oleh: Tim ICT UNY UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2014 1 Mengaskses e-learning http://besmart.uny.ac.id 2 Akun e-learning Username yang digunakan adalah NIM masingmasing mahasiswa Password

Lebih terperinci

PANDUAN OPERASIONAL PENGEMBANGAN JEJARING USAHA KELEMBAGAAN PETANI

PANDUAN OPERASIONAL PENGEMBANGAN JEJARING USAHA KELEMBAGAAN PETANI PANDUAN OPERASIONAL PENGEMBANGAN JEJARING USAHA KELEMBAGAAN PETANI I. Pendahuluan Upaya pemberdayaan dapat dilakukan melalui berbagai cara antara lain: (1) pemberdayaan sumberdaya manusia (SDM) baik secara

Lebih terperinci

Melakukan Pendampingan yang Efektif

Melakukan Pendampingan yang Efektif Kegiatan 3: Simulasi Pendampingan Menggunakan Panduan (70 menit) (1) Fasilitator membagikan Handout Peserta 2.1: Lima Langkah Pendampingan yang Efektif, peserta mempelajarinya, kemudian fasilitator memberi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Penelitian Penelitian ini dilakukan di STIKES Surya Global, pada mahasiswa semester 6 pada tanggal 18-19 Mei 2016. Jumlah sample dalam penelitian

Lebih terperinci

Desain dan Pengembangan e-learning

Desain dan Pengembangan e-learning Desain dan Pengembangan e-learning Prof. Herman Dwi Surjono, Ph.D. http://blog.uny.ac.id/hermansurjono Pendahuluan Pembelajaran di kelas Transfer pengetahuan/informasi Pendekatan kuliah/ceramah Permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak sistem domain name (.com,.org,.gov,.edu, dan lain-lain) diperkenalkan pada tahun 1984, dan pesatnya pertumbuhan transaksi secara online sejak setelah tahun 2000,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.2. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.2. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dijelaskan tujuan, latar belakang, gambaran sistem, batasan masalah, perincian tugas yang dikerjakan, dan garis besar penulisan skripsi. 1.1. Tujuan Merancang dan merealisasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan melakukan inovasi untuk pengembangan produknya dan. mempertahankan konsumennya. Perusahaan yang tidak mampu bersaing akan

BAB I PENDAHULUAN. dengan melakukan inovasi untuk pengembangan produknya dan. mempertahankan konsumennya. Perusahaan yang tidak mampu bersaing akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Kebutuhan dan selera pasar terus berkembang seiring waktu dan perkembangan jaman. Hal inilah yang mendasari perusahaan untuk bersaing dengan melakukan inovasi untuk pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi sekarang ini, setiap orang dihadapkan pada berbagai macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut maka setiap

Lebih terperinci

PANDUAN PELATIHAN E LEARNING DASAR

PANDUAN PELATIHAN E LEARNING DASAR 2009 I. PANDUAN PELATIHAN E LEARNING DASAR Fakultas Ekonomi Univesitas Muhammadiyah Yogyakarta 29/Agustus/2009 PENDAHULUAN Selamat datang di e:learning Community (elcom) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Lebih terperinci

Content Management System (CMS)

Content Management System (CMS) Content Management System (CMS) 1. Pengertian CMS CMS (Content Management System) adalah suatu metoda dalam mengelola sebuah content/isi. Content bias berupa teks, suara, gambar video, animasi dan aplikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Kesiapan (readiness) terhadapinteprofesional Education (IPE)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Kesiapan (readiness) terhadapinteprofesional Education (IPE) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Interprofesional Education (IPE) a. Kesiapan (readiness) terhadapinteprofesional Education (IPE) The Interprofesional Education for Collaborative Patient-Centered

Lebih terperinci

[INTERAKSI MANUSIA KOMPUTER] DWI PRASETYO 4-1. Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana

[INTERAKSI MANUSIA KOMPUTER] DWI PRASETYO 4-1. Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana 2015 DWI PRASETYO [INTERAKSI MANUSIA KOMPUTER] Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana 4-1 MODUL-4 [4] DESAIN UNTUK KOLABORASI DAN KOMUNIKASI Pelajari baik-baik modul ini

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING)

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) Definisi/Konsep Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan aplikasi web semakin pesat sejak munculnya teknologi internet. Hal ini sangat membantu dalam kemudahan serta kecepatan pengiriman, penyampaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) saat ini sudah menjadi elemen

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) saat ini sudah menjadi elemen BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) saat ini sudah menjadi elemen penting bagi kehidupan masyarakat modern terutama fungsinya dalam bersosialisasi dan berinteraksi.

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN MATERI PEMILIHAN PENGURUS ORGANISASI SEKOLAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN MATERI PEMILIHAN PENGURUS ORGANISASI SEKOLAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN. Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 7, No. 2, April 2017 ISSN 0854-2172 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN MATERI PEMILIHAN PENGURUS ORGANISASI SEKOLAH MELALUI

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... 2 PENJELASAN UMUM... 3 PENJELASAN MENU PADA APLIKASI Menu Login Halaman Awal Menu Diklat Memilih Diklat...

DAFTAR ISI... 2 PENJELASAN UMUM... 3 PENJELASAN MENU PADA APLIKASI Menu Login Halaman Awal Menu Diklat Memilih Diklat... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 2 PENJELASAN UMUM... 3 PENJELASAN MENU PADA APLIKASI... 4 Menu Login... 4 Halaman Awal... 5 Menu Diklat... 6 Memilih Diklat... 7 Mengakses Konten Materi... 8 Mengakses Forum...

Lebih terperinci

Pertemuan II. Ali Tarmuji, S.T., M.Cs. Pemrograman Web. Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri.

Pertemuan II. Ali Tarmuji, S.T., M.Cs. Pemrograman Web. Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri. Pertemuan II Ali Tarmuji, S.T., M.Cs. 1 Materi minggu ini: 2 3 Pemahaman Pemrograman: suatu usaha menulis suatu perintah (program aplikasi) sehingga komputer dapat menjalankan apa yang kita inginkan Pemrograman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada buku paket sering menjadi acuan utama pengajaran guru, sebagian

BAB 1 PENDAHULUAN. pada buku paket sering menjadi acuan utama pengajaran guru, sebagian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagian guru di Indonesia masih cenderung menggunakan cara konvesional dalam melaksanakan pembelajaran di kelas (Sagara:164). Pembelajaran dilakukan dalam

Lebih terperinci

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Definisi/Konsep

Lebih terperinci