Penambatan kompleks pada silika Oksidasi alkohol sekunder HASIL DAN PEMBAHASAN Penyiapan silika terfungsionalisasi

dokumen-dokumen yang mirip
SINTESIS KATALIS HETEROGEN DARI KOMPLEKS LOGAM SALISILALDEHIDA-1,2-SIKLOHEKSANADIAMINA UNTUK OKSIDASI ALKOHOL SEKUNDER MENJADI KETON

SINTESIS KATALIS HETEROGEN DARI KOMPLEKS LOGAM SALISILALDEHIDA-1,2-SIKLOHEKSANADIAMINA UNTUK OKSIDASI ALKOHOL SEKUNDER MENJADI KETON

SINTESIS Co/Cu(II)-SALEN YANG TERTAMBATKAN PADA SILIKA SEBAGAI KATALIS PADAT UNTUK OKSIDASI GLISEROL ANDRIAWAN SUBEKTI

5012 Sintesis asetilsalisilat (aspirin) dari asam salisilat dan asetat anhidrida

4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat

4002 Sintesis benzil dari benzoin

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Desain dan Sintesis Amina Sekunder

4. Hasil dan Pembahasan

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1.

Bab IV Hasil dan Pembahasan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L

5004 Asetalisasi terkatalisis asam 3-nitrobenzaldehida dengan etanadiol menjadi 1,3-dioksolan

Kondensasi Benzoin Benzaldehid: Rute Menujuu Sintesis Obat Antiepileptik Dilantin

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

Pengaruh Kadar Logam Ni dan Al Terhadap Karakteristik Katalis Ni-Al- MCM-41 Serta Aktivitasnya Pada Reaksi Siklisasi Sitronelal

5009 Sintesis tembaga ftalosianin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

4014 Resolusi enantiomer (R)- dan (S)-2,2'-dihidroksi-1,1'- binaftil ((R)- dan (S)-1,1-bi-2-naftol)

4005 Sintesis metil 9-(5-oksotetrahidrofuran-2-il)nonanoat

Bab IV Hasil dan Pembahasan

LAMPIRAN. Lampiran 1. Sertifikat analisis bahan baku (kalium diklofenak)

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN 2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI CIS DAN TRANS KALIUM DIOKSALATODIAKUOKROMAT ( III )

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

4019 Sintesis metil asetamidostearat dari metil oleat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini telah disintesis tiga cairan ionik

Oleh: Arifta Henda Kurniatullah Dosen Pembimbing: Dr. Didik Prasetyoko, M.Sc Arif Fadlan, M.Si

LAMPIRAN. Lampiran 1. Sertifikat analisis kalium diklofenak

4009 Sintesis asam adipat dari sikloheksena

4. Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O

4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT. ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.)

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

4028 Sintesis 1-bromododekana dari 1-dodekanol

2018 UNIVERSITAS HASANUDDIN

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

4008 Sintesis 2-dimetilaminometil-sikloheksanon hidroklorida

5013 Sintesis dietil 2,6-dimetil-4-fenil-1,4-dihidropiridin-3,5- dikarboksilat

3. Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

REAKSI AMOKSIMASI SIKLOHEKSANON MENGGUNAKAN KATALIS Ag/TS-1

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

3. Metodologi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

3 Metodologi Penelitian

4022 Sintesis etil (S)-(+)-3-hidroksibutirat

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sintesis Organik Multitahap: Sintesis Pain-Killer Benzokain

PERCOBAAN 2 KONDENSASI SENYAWA KARBONIL DAN REAKSI CANNIZARO

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4 Pembahasan Degumming

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK I PERCOBAAN V

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

4025 Sintesis 2-iodopropana dari 2-propanol

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Riset Kimia, Laboratorium Riset

4 Hasil dan pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

SINTESIS TURUNAN KALKON DARI MIRISTISIN MINYAK PALA

4026 Sintesis 2-kloro-2-metilpropana (tert-butil klorida) dari tert-butanol

5007 Reaksi ftalat anhidrida dengan resorsinol menjadi fluorescein

Lampiran 1 Bagan alir penelitian

Bab III Metodologi Penelitian

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)

4. Hasil dan Pembahasan

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

4 Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

4013 Sintesis benzalasetofenon dari benzaldehida dan asetofenon

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan

4 Hasil dan Pembahasan

HASIL DAN PEMBAHASAN

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK : Identifikasi Gugus Fungsional Senyawa Organik

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai dengan Juli 2010.

SINTESIS, KARAKTERISASI, DAN EVALUASI KATALITIK Cu-EDTA BERPENDUKUNG MgF 2 UNTUK PRODUKSI VITAMIN E. Oleh: SUS INDRAYANAH

4016 Sintesis (±)-2,2'-dihidroksi-1,1'-binaftil (1,1'-bi-2-naftol)

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Flowsheet pembuatan dry ethanol

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Riset Jurusan Pendidikann Kimia UPI. Karakterisasi dengan

SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH

LAMPIRAN 1 DATA PENGAMATAN. Tabel 7. Data Pengamtan Hidrolisis, Fermentasi Dan Destilasi. No Perlakuan Pengamatan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

Transkripsi:

3 sehingga suhu meningkat menjadi 70 C. Selanjutnya, campuran tersebut ditambahkan asam asetat glasial (1 ml, 17.5 mmol) sehingga suhu reaksi meningkat menjadi 90 C. Suspensi putih yang terbentuk diaduk sampai mencapai suhu kamar selama 2 jam. Suspensi tersebut lalu didinginkan pada suhu 5 C selama 2 jam dalam penangas es dan disaring vakum. Padatan yang dihasilkan dicuci dengan air 5 C (1 ml), lalu dibilas dengan metanol (5 1 ml), dan dikeringkan pada suhu 40 C sehingga didapat garam trans-1,2-sikloheksanadiamina monotartrat 3. Sintesis ligan salen Penyiapan ligan salen dilakukan mengikuti prosedur yang dijelaskan oleh Larrow dan Jacobsen (1994), yaitu ke dalam larutan 3 (0.6607 g, 2.5 mmol) ditambahkan K 2 C 3 (0.6911 g, 5 mmol), akuades (1.5 ml), dan etanol (4 ml). Campuran diaduk sampai larut, dipanaskan pada suhu refluks, dan larutan 2 dalam etanol (0.853 g, 5 mmol dalam 11 ml) ditambahkan sedikit demi sedikit selama 30 menit. Larutan dicuci dengan etanol (2 ml) dan diaduk selama 2 jam. Larutan tersebut kemudian ditambahkan air (1.5 ml), diaduk, dan dinginkan sampai 5 C selama semalam. Padatan disaring dan dicuci dengan air. Padatan salen yang terbentuk 4 disaring kembali dan dikeringkan. Pencirian padatan dilakukan dengan menggunakan FTIR. Sintesis kompleks logam(ii)-salen Prosedur sintesis kompleks ini didasarkan pada prosedur umum yang dilaporkan oleh Wei et al. (2004). Sebanyak 1 mmol Co(Ac) 2 4H 2 atau Cu(Ac) 2 H 2 dalam EtH (10 ml) ditambahkan ke dalam suspensi salen (1 mmol) dalam EtH (5 ml) dan diaduk selama 2 jam di bawah atmosfer 2 pada suhu refluks. Campuran kemudian didinginkan dan disaring. Selanjutnya, produk direkristalisasi dengan metanol sehingga dihasilkan padatan 5. Padatan yang diperoleh dicirikan menggunakan FTIR dan AAS. Penyiapan silika terfungsionalisasi Fungsionalisasi silika ini dilakukan dengan mengikuti prosedur yang dilaporkan oleh Baleizão et al. (2003). Setelah dehidrasi padatan silika (pada suhu 200 C, selama 24 jam), 3-aminopropiltrietoksisilana dalam toluena kering ditambahkan dengan nisbah mol amina /mol Si 2 = 4 dan mol toluena/mol Si 2 = 2. Suspensi tersebut kemudian diaduk pada suhu refluks di bawah atmosfer 2 selama 24 jam. Padatan disaring dan diekstraksi Soxhlet dengan CH 2 2 selama 24 jam, dan dikeringkan (pada 45 C selama 24 jam). Padatan yang dihasilkan selanjutnya dicirikan dengan FTIR. Penambatan kompleks pada silika engacu pada prosedur penambatan Baleizão et al. (2003), sejumlah kompleks logam salen yang diketahui ditambahkan ke dalam suspensi silika termodifikasi dalam toluena kering (2 ml) dan diaduk pada suhu refluks selama 48 jam di bawah atmosfer 2. Padatan yang diperoleh dari penyaringan suspensi tersebut kemudian diekstraksi Soxhlet dengan CH 2 2 selama 24 jam, dan dikeringkan (pada 45 C selama 24 jam). isbah kompleks/silika yang disiapkan adalah 40 mg kompleks/100 mg silika termodifikasi. Kelebihan sisa kompleks selanjutnya dihilangkan dengan ekstraksi padat-cair. Hasil penambatan selanjutnya dicirikan dengan FTIR dan AAS. ksidasi alkohol sekunder etode oksidasi alkohol sekunder dilakukan dengan metoda yang dijelaskan oleh Sharma et al. (2004). Alkohol sekunder (1 mmol), kompleks logam(ii)-salen yang tertambatkan (0.1 mmol atau 10 mol%), dan asetonitril kering (5 ml) dimasukkan ke dalam labu leher-dua 50 ml yang disesuaikan dengan tabung penyalur gas dan pengaduk. Campuran tersebut kemudian diaduk pada suhu 25 C selama 4 jam dan gas oksigen dilewatkan ke dalamnya dengan kecepatan rendah. Setelah proses tersebut dihentikan, katalis dipisahkan melalui penyaringan. Filtrat kemudian dianalisis menggunakan FTIR. HASIL DA PEBAHASA Penyiapan dan Pencirian Katalis Heterogen Penambatan suatu kompleks pada padatan pendukung dapat dilakukan dengan 2 strategi, yaitu melalui ligan dan melalui logam. Penambatan kompleks melalui ligan memiliki keuntungan, yaitu lapisan koordinasi pada ion logam aktif tidak terikat dalam penambatan sehingga keaktifan kompleks tertambatkan ini diharapkan sama dengan yang belum tertambatkan. amun, penambatan dengan cara ini juga memiliki kekurangan, yaitu jumlah tahapan sintesis yang banyak dan kemungkinan gugus aminopropil untuk dapat terikat pada bagian logam.

4 Dalam setiap penambatan kompleks, kehadiran suatu gugus yang dapat membentuk ikatan kovalen antara kompleks dengan padatan sangat dibutuhkan. leh karena itu, sintesis kompleks logam salen dalam penelitian ini diawali dengan adisi gugus klorometil pada prazat salisilaldehida sehingga penambatan kompleks ini dilakukan melalui ligan. Tahapan reaksi sintesis dan penambatan kompleks logam ditunjukkan dalam Gambar 1. Sintesis 5-klorometilsalisilaldehida telah dilakukan dengan baik dalam penelitian ini menggunakan metode yang dilaporkan oleh Angyal et al. (1950). Sintesis dilakukan dengan dijenuhkan menggunakan gas H. Kondensasi yang terjadi menghasilkan padatan berwarna ungu muda. Penjenuhan reaksi dengan gas H ditujukan untuk mempercepat pembentukkan padatan. Sintesis yang dilakukan menggunakan gas H dalam penjenuhan akan menghasilkan 5- klorometilsalisilaldehida lebih cepat dan lebih baik dibandingkan dengan yang tidak menggunakan gas H (Angyal et al. 1950; Cort et al. 2006). Padatan ungu yang terbentuk setelah kondensasi direkristalisasi menggunakan dietil eter dan direkristalisasi kembali menggunakan heksana panas (suhu 50 C). Rekristalisasi dari heksana menghasilkan serbuk berwarna putih sedikit merah muda dengan rendemen 39% (Lampiran 2). Angyal et al. (1950) dalam sintesisnya melaporkan bahwa rendemen 5- klorometilsalisilaldeida yang dhasilkan adalah sebesar 43%. Rendemen yang rendah ini disebabkan oleh penggunaan gas H yang kurang proporsional dengan volume campuran reaksi. Pencirian 5-klorometilsalisilaldehida yang didapat hanya dilakukan dengan menentukan titik lelehnya yang didapat sekitar 84 86 C. Hasil ini cukup sesuai dengan metode acuan (Angyal et al. 1950) yang menyebutkan bahwa titik leleh senyawa 5- klorometilsalisilaldehida sebesar 85 86 C dan padatannya berwarna putih. H H pekat Formaldehida 2 1 2 H H H 2/HAc H 3 H 3 H H 2 H 2C C 2H 2 H H H H H 3 H 3 H H 2 2 C C 2 3 K 2C 3, H 2/EtH Suhu refluks, 2 jam 2 C C 2 3 H 4 H H H 4 (Ac) 2.x H 2,EtH Suhu refluks 5 a) =Co, x = 4 b) =Cu, x = 1 silika Toluena kering Refluks, 24 jam, 2 Silika/H 2 Toluena kering Refluks, 48 jam, 2 5 Gambar 1 Sintesis kompleks logam(ii)-salen dan penyiapan katalis heterogennya.

5 Bagian penting yang mempengaruhi sintesis katalis ini adalah pengikatan terhadap 1,2-diaminosikloheksana. Garam trans-1,2- diaminosikloheksana monotartarat dihasilkan dalam kemurnian diastereomerik yang tinggi dari trans-diamina rasemik maupun campuran komersil isomer trans- dan cis-diamina rasemik. Garam yang dihasilkan tersebut berwarna putih dan hasil rendemannya 99%. Pengubahan 1,2-diaminosikloheksana ke dalam bentuk trans-nya dimaksudkan agar dapat menghasilkan padatan salen ketika direaksikan dengan 5-klorometilsalisilaldehida. Pengendapan dari asam asetat berair dan penggunaan sejumlah metanol dalam pencucian garam berguna sekali dalam menghilangkan sejumlah kecil isomer yang tidak diinginkan, sehingga rekristalisasi pada garam tidak diperlukan lagi. Kondensasi 5-klorometilsalisilaldehida dengan trans-1,2-diaminosikloheksana yang dilarutkan kembali dipengaruhi penggunaan garam tartarat secara langsung untuk mencegah isolasi amina yang terlarut dalam air dan amina yang bebas terhadap udara-peka. Reaksi tersebut menghasilkan ligan salen dengan tipe salen-h 2,'-bis(salisilaldehida)- 1,2-siklohesanadiamina. Hal ini berarti bahwa ikatan yang terbentuk antara gugus amina pada 1,2-diaminosikloheksana dan gugus karbonil pada 5-klorometilsalisilaldehida merupakan ikatan rangkap 2 C= (imina) sehingga jumlah H pada gugus yang akan berikatan kompleks hanya diberikan oleh gugus H. Seperti yang dilaporkan dalam beberapa kajian (Kervinen 2005; Aranha et al. 2006) bahwa salen merupakan padatan kuning cerah, sintesis salen ini menghasilkan padatan dengan warna yang sama. Dari prosedur yang dilakukan, dihasilkan padatan kuning salen dengan rendemen mencapai 52% (Lampiran 3). Padatan salen yang terbentuk dicirikan dengan FTIR untuk mengetahui terbentuknya gugus fungsi imina. Lampiran 4 menunjukkan spektrum FTIR dari salen yang dihasilkan. Adanya gugus imina ditunjukkan dengan vibrasi ulur C= (ν C= ) pada bilangan gelombang 1633 cm -1. Vibrasi ulur dari gugus H (ν H ) ditunjukkan pada 3338 cm -1. Adisi gugus klorometil ditunjukkan dengan baik oleh puncak vibrasi ulur C (ν C ) pada 1096 cm -1. Selain itu, beberapa pita terpilih juga ditunjukkan oleh spektrum FTIR salen, yaitu ν C (1279 cm -1 ), ν C (1376 cm -1 ), ν C=C aromatik (1492 cm -1 ), dan ν C-H aromatik (2857-2930 cm -1 ). Salen yang telah dihasilkan merupakan ligan yang digunakan dalam pembentukkan kompleks dengan logam Co dan Cu dengan prosedur yang telah dijelaskan (Wei et al. 2004). Penggunaan gas lembam, dalam pekerjaan ini adalah nitrogen, bertujuan mencegah adanya reaksi oksidasi yang tidak diinginkan. Sintesis kompleks Co(II)-salen menghasilkan padatan merah kecokelatan dengan rendemen 43% (Lampiran 5). Sintesis kompleks Cu(II)-salen menghasilkan padatan hijau dengan rendemen 59% (Lampiran 6). Kedua padatan yang dihasilkan dicirikan dengan FTIR untuk dapat dibandingkan dengan hasil pencirian salen. Hasil pencirian FTIR kompleks-kompleks menunjukkan pergeseran yang tidak berarti pada beberapa puncak. Spektrum yang diperoleh tidak menunjukkan adanya perubahan puncak seperti yang terpencirian pada salen. Penambahan 2 buah puncak pada daerah 450 600 cm -1 merupakan penunjuk penting terbentuknya ikatan dan (Aranha et al. 2006). Hasil spektrum Co(II)- salen yang diproleh menunjukkan masih adanya vibrasi ulur C= (ν C= ) pada bilangan gelombang 1631 cm -1. Vibrasi lain seperti pada salen juga ditunjukkan dalam spektrum FTIR ini, antara lain ν C (1095 cm -1 ), ν C (1278 cm -1 ), ν C (1380 cm -1 ), ν C=C aromatik (1491 cm -1 ), ν C-H aromatik (2854-2928 cm -1 ). Vibrasi ulur H masih tampak dalam spektrum pada 3421 cm -1. Hal ini disebabkan oleh penggunaan metanol dalam rekristalisasi sehingga memungkinkan adanya sisa pelarut tersebut pada padatan. Adanya ikatan Co dan Co berturut-turut ditunjukkan dengan puncak pada 557 cm -1 dan 502 cm -1 (Lampiran 7). Seperti hasil spektrum FTIR Co(II)-salen, hasil spektrum FTIR Cu(II)-salen juga menunjukkan beberapa vibrasi ulur, yaitu ν H (3408 cm -1 ), ν C-H aromatik (2856-2929 cm -1 ), ν C=C aromatik (1470 cm -1 ), ν C (1385 cm -1 ), ν C (1315 cm -1 ), ν C= (1625 cm -1 ), dan ν C (1084 cm -1 ). Adanya ikatan Cu ditunjukkan dengan puncak pada 547 cm -1 tetapi puncak yang menunjukkan ikatan Cu tidak terlihat pada hasil spektrum FTIR. Bagaimanapun, kompleks logam salen dalam penelitian ini telah terbentuk (Lampiran 8). Hal ini juga didukung dengan hasil analisis AAS. Analisis AAS pada kompleks-kompleks salen dilakukan untuk mengetahui adanya kandungan logam yang tertambatkan. Adanya kandungan logam dalam salen dapat dilihat

6 dari kadar logam dalam rendemen padatan kompleks salen yang dihasilkan. Hasil analisis AAS kandungan logam Co pada kompleks Co(II)-salen adalah sebesar 6.1%b/b, sedangkan kandungan logam Cu pada kompleks Cu(II)-salen sebesar 11.96%b/b (Lampiran 9). Tahap akhir dari penyiapan katalis heterogen adalah penambatan kompleks logam salen pada padatan silika yang terfungsionalisasi 3-aminopropil. Penggunaan padatan silika dalam penambatan ini disebabkan oleh ketersediaannya yang mudah didapatkan. Selain itu, silika memiliki area permukaan yang luas sehingga diharapkan dapat mengikat lebih banyak kompleks logam salen yang pada akhirnya meningkatkan kemampuan katalitik katalis yang terbentuk. Penggunaan senyawa 3-aminopropiltrietoksisilana merupakan salah satu cara yang mudah untuk menghubungkan kompleks dengan padatan silika. Jumlah aminopropil yang berlebih dalam fungsionalisasi silika bertujuan memastikan pemasukan gugus tersebut pada permukaan silika sehingga diharapkan gugus silanol dapat tersubtitusi. Silika yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai ciri struktur amorf, luas area 350 m 2 g -1, dan derajat sililasi >95%. Pemanasan silika sebelum fungsionalisasi pada 200 C selama 24 jam bertujuan menghilangkan pengaruh air yang teradsorbsi. Adanya molekul air dalam reaksi fungsionalisasi dapat mengganggu pembentukkan ikatan antara gugus silanol dari silika dan etoksi dari pereaksi senyawa 3-aminopropiltrietoksisilana. Penghilangan sisa pereaksi 3-aminopropiltrietoksisilana, toluena dan pengotor lain yang mungkin terbentuk selama fungsionalisasi dihilangkan dengan ekstraksi Soxhlet menggunakan CH 2 2 selama 24 jam. Setelah ekstraksi Soxhlet, penghilangan sisa pelarut dilakukan dengan pengeringan padatan pada 45 C selama 24 jam. Penambatan kompleks logam salen pada silika terfungsionalisasi 3-aminopropil dilakukan dengan nisbah yang telah dijelaskan. Baleizão et al. (2002) telah membandingkan kinerja kompleks logam salen yang tertambatkan pada silika dengan 2 nisbah, yaitu 15 mg komplek/100 mg silika dan 40 mg kompleks/100 mg silika. Pekerjaan tersebut menunjukkan bahwa pengunaan nisbah kompleks/silika yang lebih tinggi meningkatkan selektivitas hasil yang diperoleh. Hal ini disebabkan oleh pemasukan kompleks yang lebih banyak pada nisbah yang lebih tinggi. Penambatan kompleks dalam penelitian ini menggunakan toluena kering sebagai media. Penggunaan tersebut bertujuan meniadakan pengaruh air yang dapat menggangu terbentuknya pembentukan ikatan antara gugus amino dari silika terfungsionalisasi dengan gugus klorometil dari kompleks, serta mencegahnya terikat dengan logam pada kompleks. Pengeringan toluena hanya dilakukan dengan menambahkan a 2 S 4 anhidrat ke dalamnya. Reaksi pembentukan katalis padat pada suhu refluks selama 48 jam memberikan hasil padatan berwarna coklat untuk kompleks dengan logam Co (Co(salen)-silika) dan hijau untuk kompleks dengan logam Cu (Cu(salen)- silika). Penghilangan pengotor dari padatan katalis dilakukan dengan ekstraksi Soxhlet dengan CH 2 2 selama 24 jam. Pengeringan padatan setelah ekstraksi dilakukan pada 45 C selama 24. Pengeringan dengan suhu rendah bertujuan mencegah rusaknya ikatan yang telah terbentuk. Katalis yang dihasilkan dalam penelitian ini dicirikan dengan FTIR dan AAS. Pencirian FTIR pada silika juga dilakukan untuk memastikan terjadinya penambatan. Beberapa puncak serapan penting ditunjukkan dalam ketiga spektrum (Lampiran 10, 11, dan 12). Kedua katalis menunjukkan beberapa kesamaan spektrum terhadap silika terfungsionalisasi. Perbedaan signifikan antara spektrum silika dan kedua katalis terdapat pada daerah 1600 cm -1. Katalis Co/Cu(salen)- silika menunjukkan adanya vibrasi ulur C= yang jelas, berturut-turut pada 1634 cm -1 dan 1626 cm -1 (Lampiran 10 & 11). Vibrasi ulur tersebut tidak terlihat jelas pada silika terfungsionalisasi (Lampiran 12). Dengan demikian, hasil-hasil spektrum di atas menunjukkan bahwa kompleks logam salen telah tertambat pada silika. Beberapa puncak serapan lain seperti yang ditunjukkan dalam spektrum FTIR kompleks-kompleks salen yang dapat lebih mendukung terjadinya penambatan tidak ditunjukkan dengan jelas dalam spektrum katalis. Hal ini diduga disebabkan oleh tertutupnya puncak-puncak tersebut akibat penambatan pada silika. Bagaimanapun, spektrum tersebut telah menunjukkan adanya penambatan. Adanya ν H pada silika terfungsonalisasi ditunjukkan dengan puncak pada daerah 3400 cm -1. Hal ini menunjukkan bahwa fungsionalisasi silika telah terjadi. Perlindungan terhadap sisa gugus silanol setelah fungsionalisasi silika sebaiknya perlu dilakukan untuk memastikan ketiadaan

7 gugus tersebut agar penambatan tidak terganggu. Analisis AAS pada katalis-katalis yang dihasilkan dilakukan untuk mengetahui adanya kompleks logam(ii)-salen yang tertambat pada silika terfungsionalisasi 3- aminopropil. Hasil analisis menunjukkan terjadinya penambatan pada kedua kompleks. Hal ini ditunjukkan dengan kadar Co dalam katalis Co(salen)-silika sebesar 1.42%b/b dan kadar Cu dalam Cu(salen)-silika sebesar 2.56%b/b (Lampiran 13). ksidasi Alkohol Sekunder Pengujian aktivitas katalitik hasil sintesis katalis padat, kompleks logam(ii)-salen yang tertambatakan pada silika terhadap oksidasi alkohol sekunder dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah dijelaskan. Contoh alkohol sekunder yang digunakan dalam oksidasi ini adalah 2-propanol. 54.1 52 50 48 46 Laboratory Test Result yaitu contoh dengan menggunakan katalis Co(salen)-silika dan katalis Cu(salen)-silika. Hasil analisis contoh dengan spektrum FTIR ditampilkan dalam Gambar 2. Dalam penelitian ini, analisis kualitatif hasil oksidasi dilakukan dengan spektrum FTIR. spektrum kedua contoh menunjukkan adanya vibrasi ulur C= yang berarti menunjukkan keberhasilan penggunaan katalis heterogen dalam mengoksidasi 2-propanol. Vibrasi ulur C= pada spektrum hasil oksidasi 2-propanol menggunakan katalis Co(salen)-silika dan katalis Cu(salen)-silika ditunjukkan dengan puncak pada daerah 1700 cm -1. Pelarut asetonitril yang digunakan juga memberikan puncak pada daerah 2253 cm -1 yang merupakan vibrasi ulur dari C. Pengubahan 2-propanol menjadi senyawa ketonnya dalam penelitian ini belum sempurna karena pada daerah 3500 cm -1 dari kedua hasil spektrum FTIR masih menunjukkan adanya alkohol sekunder yang tidak ikut teroksidasi. Hal ini disebabkan oleh belum dilakukannya optimisasi reaksi oksidasi terhadap nisbah substrat/katalis, waktu dan suhu reaksi, serta kondisi lainnya. %T %T 44 42 40 38 36 34 32 30 28 27.0 2253.62 1714.14 sample_c 4000.0 3600 3200 2800 2400 2000 1800 1600 1400 1200 1000 800 600 450.0 cm-1 54.1 Laboratory Test Result 53 52 51 50 49 48 47 46 45 44 43 42 41 40 39 38 37 36 35 34 32.8 ν H ν H 2253.31 νc νc νc= 1714.14 4000.0 3600 3200 2800 2400 2000 1800 1600 1400 1200 1000 800 600 450.0 cm-1 1376.03 1375.96 1224.47 νc= sample_b Gambar 2 Spektrum FTIR 2-propanol hasil oksidasi dengan Co(salen)- silika (a) dan hasil oksidasi dengan Cu(salen)-silika (b). Penggunaan 2-propanol dalam oksidasi ini merupakan penelitian pendahuluan untuk oksidasi alkohol sekunder lain yang lebih kompleks strukturnya. leh karena itu, dalam penelitian ini diperoleh 2 contoh hasil oksidasi, (a) (b) SIPULA DA SARA Simpulan Sintesis katalis padat Co/Cu(II)-salen yang ditambatkan pada silika serta penciriannya menggunakan FTIR dan AAS telah dilakukan dengan baik dalam penelitian ini. Analisis FTIR pada kedua hasil oksidasi menunjukkan bahwa kedua katalis mampu mengoksidasi alkohol sekunder. Produk yang terbentuk ditunjukkan dengan adanya νc= dalam setiap spektrum. ksidasi menggunakan Co(salen)-silika menunjukkan pengubahan dengan selektivitas yang tidak jauh berbeda dengan menggunakan Cu(salen)-silika. Saran Perlindungan gugus silanol setelah fungsionalisasi silika perlu dilakukan menggunakan etoksitrimetilsilana agar penambatan tidak terganggu. ptimisasi oksidasi alkohol sekunder menggunakan katalis dan penggunaan katalis kembali yang diperoleh perlu dilakukan. ksidasi dengan katalis yang diperoleh untuk contoh alkohol sekunder lainnya perlu dilakukan.