BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
|
|
- Hamdani Pranata
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 22 BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Produksi Furfural Bonggol jagung (corn cobs) yang digunakan dikeringkan terlebih dahulu dengan cara dijemur 4-5 hari untuk menurunkan kandungan airnya, kemudian jagung kering diblender agar lebih mudah dimasukkan ke labu destilasi dan dapat memperbesar permukaan sehingga reaksi dapat lebih cepat. Produksi furfural dari bonggol jagung pada peneltian ini diperlukan beberapa langkah antara lain : Destilasi Furfural dibentuk dari reaksi hidrolisis pentosan (polimer utama yang terdapat pada bonggol jagung) dengan bantuan katalis asam sulfat menjadi monomer gula lima karbon), terutama xilosa. Pentosan + H 2 O C 5 H 10 O 5 Gula lima karbon Gambar 4.1 Hidrolisis pentosan menjadi gula lima karbon Bentuk xilosa dan gula lima karbon lainnya dalam larutan bukanlah rantai terbuka. Umumnya dalam larutan air, xilosa dan gula lima karbon lainnya dapat bereaksi intra molekul untuk menghasilkan hemiasetal siklik.
2 23 Adanya asam, dapat mempercepat pembentukan hemiasetal siklik dengan melakukan protonasi dan dilanjutkan dengan deprotonasi (mekanisme reaksi terlampir). Pada kondisi panas dan asam, xilosa dan gula lima karbon lainya mengalami dehidrasi, melepas tiga molekul air untuk membentuk ikatan rangkap menghasilkan furfural seperti yang ditunjukkan pada persamaan reaksi (4.2) berikut : C 5 H 10 O 5 O O H + 3H 2 O Gula lima karbon C 5 H 4 O 2 Gambar 4.2 Dehidrasi gula lima karbon menjadi Furfural Penggunaan larutan Na 2 CO 3 5 % yang ditambahkan pada labu penerima sebelum destilasi dimulai, dimaksudkan menjaga kestabilan furfural pada destilat ke-1 sehingga furfural yang diperoleh tidak mengalami polimerisasi. Pada destilasi sampel no. 1 dilakukan hingga tidak ada destilat yang menetes pada labu penerima, suhu yang dicapai hingga 350 C tetapi pemanas minyak (silikon oil) tidak dapat digunakan lagi karena membentuk gel karena itu untuk destilasi sampel lain, seperti sampel no. 6, 7, 8, 9, 11, 12 dan 13 (tabel 4.1) digunakan suhu pemanas minyak 320 C (suhu dimana silikon oil mulai menguap). Pada sampel no. 4, 15 s/d 22 (tabel 4.1), destilasi dilakukan hingga suhu pemanas minyak 200 C. Penggunaan suhu tersebut didasarkan pada titik didih furfural yang cukup tinggi sekitar C, adanya selisih suhu pemanas dengan suhu dalam labu destilasi sekitar C, adanya garam NaCl yang dapat meningkatkan titik didih larutan (sifat koligatif) dan kondensor vertikal tanpa air yang cukup tinggi yang dipasang di antara labu destilasi dan konektor kondensor. Sehinga pada saat furfural
3 24 mencapai titik didih tepat berada pada konektor sebelum kondensor, suhu pada labu destilasi akan lebih besar daripada titik didih furfural Destilasi Vakum Penggunaan destilasi vakum merupakan salah satu langkah penting dalam memperoleh furfural, karena pompa harus mampu berada pada daerah tekanan yang diinginkan dan tekanan tidak mengalami fluktuasi selama destilasi. Pada beberapa penelitian ini (no. 11 s/d 15, 17 dan 18 pada tabel 4.1) dilakukan destilasi vakum dengan tekanan 11 cm Hg. Pada alat destilasi vakum sebaiknya menggunakan tabung kondensor vertikal tanpa air pada labu destilasi sebelum tabung konektor, dengan harapan untuk mengurangi bumping, terutama pada tekanan rendah biasanya diawali dengan bumping yang cukup hebat yang mengakibatkan sebagian kecil zat yang akan didestilasi dapat berpindah langsung ke labu penerima. Suhu pemanas mencapai 130 C didasarkan kepada titik didih furfural sekitar 98 C pada tekanan 11 cmhg (perhitungan terlampir), selisih suhu pemanas dengan suhu dalam labu destilasi sekitar C, adanya garam NaCl yang dapat meningkatkan titik didih larutan (sifat koligatif) dan kondensor vertikal yang dipasang di antara labu destilasi dan konektor kondensor. Gambar 4.3 Alat destilasi vakum
4 25 Pada sampel no. 4, 5, 16, 19 s/d 22, destilasi ke-2 menggunakan aspirator air (tekanan sistem sekitar 68 cmhg) dan suhu pemanas yang digunakan mencapai 190 C yang didasarkan adanya aspirator air menyebabkan titik didih furfural akan lebih kecil dibandingkan dengan destilasi pertama. Selain itu, ketika suhu dinaikkan dengan rentang 10 C menjadi 200 C (sampel no. 22 bagian 2), massa sampel yang bertambah sebesar 0,02 gr sedangkan pada suhu C (sampel no 22 bagian 3) tidak ada massa sampel yang bertambah, sebagaimana ditunjukkan dalam tabel 4.1. Pada tabel 4.1 juga menunjukkan bahwa rendemen furfural dari bonggol jagung manis sebesar 2,49 % (sampel no. 4), dengan pola kerja yang sama rendemen furfural dari bonggol jagung tawar lebih besar yaitu 4,57 % (sampel no.16). Hal ini dikarenakan pada massa bonggol jagung manis dan massa bonggol jagung tawar yang sama, jumlah gula enam karbon (seperti glukosa dan fruktosa, monomermonomer utama penyusun sukrosa) pada bonggol jagung manis lebih besar daripada jumlah gula enam karbon pada bonggol jagung tawar sehingga jumlah gula lima karbon pada bonggol jagung tawar sebagai bahan baku furfural lebih besar daripada jumlah gula lima karbon dalam bonggol jagung manis.
5 26 Tabel 4.1 Produksi furfural dari bonggol jagung No Massa Volume Massa Jenis Pemisahan Keterangan Bonggol H 2 SO 4 Garam Destilasi Refluks Destilasi Vakum Destilasi Sederhana Ekstraksi Jagung (ml) NaCl Suhu Waktu Jml Suhu Waktu P suhu waktu Jml suhu waktu Jml massa massa massa GC Rend (gr) 10% 20% (gr) ( C) (menit) (ml) ( C) (menit) (cmhg) ( C) (menit) (ml) ( C) (menit) (ml) vial vial+smpl (gr) (%) 1 37,54(m) , ,4 24,40 24,97 0,57 69,26 1,09 m = bonggol jagung manis ,6 selain itu bonggol jagung ,0 0,02 tawar 4 9,38(m) 31,25 12, ,6 14,38 14,63 0,25 93,8 2,49 GC-MS 5 10,00(m) ,2 menguap, t evprtr>30 C 6 10, , ,9 6s/d10, alat destilasi va- 7 10,02(m) 50 10, kum belum dapat di set 8 10,02(m) 50 20, ,2 ke tekanan 10 cmhg 9 20, ,02(dpr) ,2 GC = kromatografi gas 10 10,00(m) 50 20,03 > ,2 Rend= rendemen 11 10, , , ,17 20,25 0,08 84,25 0,67 GC-MS 12 10, ,26 14,36 0,10 84,25 0,84 sampel 11&12 digabung 13 10, ,22 13,36 0,12 GC-MS=kromatografi gas 14 10, ,67 13,80 0,13 spektro massa 15 10,00 33,3 13, , ,0 12,96 13,25 0,29 83,98 2,44 Jml = jumlah 16 10,00 33,3 13, , ,0 12,65 13,14 0,49 93,26 4,57 smpl= sampel 17 10,00(m) 36,6 13, , ,6 12,86 12,95 0, ,00(m) 40 13, , ,2 13,72 13,77 0, ,00(m) 40 13, , ,8 12,97 13,14 0, ,00(m) 35 13, , ,4 14,41 14,58 0, ,00(m) 30 13, ,57 14,69 0, ,00(m) 30 13, ,24 14,41 0, ,00 14,02 0, ,17 14,17 0,00
6 Ekstraksi Ekstraksi dilakukan agar furfural yang masih terdapat dalam sistem air dapat larut ke dalam pelarut organik yang tidak bercampur dengan air dan memiliki massa jenis yang lebih besar daripada air, diantaranya diklorometana selain kloroform. Setelah sampel hasil destilasi vakum di ekstraksi oleh diklorometana di dalam corong pisah. Lapisan cair bagian bawah dimasukkan ke dalam botol vial yang sudah diketahui massanya. Setelah itu dilakukan rotary evaporator dengan suhu pemanas 30 C (pada evaporator digunakan pompa vakum yang mengakibatkan suhu pelarut akan menurun ditambah lagi dengan putaran yang dapat mempermudah penguapan dan membantu zat yang diisolasi terkumpul di tengah (sentrifugal)). Kemudian massa sampel + botol vial ditimbang. Gambar 4.4 Hasil Ekstraksi Untuk meningkatkan efisiensi ekstraksi (memperbesar %E (persen ekstraksi)) dapat dilakukan dengan melakukan ekstraksi berulang dengan menggunakan volume pelarut diklorometana yang sama. Pada penelitian ini, ekstraksi berulang hingga 5x menunjukkan kemurnian sampel furfural (no. 4 pada tabel 4.1) hingga 93,8%.
7 28 Selanjutnya, untuk menentukan apakah zat yang diinginkan mengandung furfural dilakukan karakterisasi 4.2 Karakterisasi Furfural Furfural hasil sintesis selanjutnya dikarakterisasi untuk mempelajari sifat fisik dan kimianya. Pada penelitian ini telah dilakukan karakterisasi furfural dengan indeks bias, uji Tollens untuk mengetahui adanya gugus aldehid, UV untuk menganalisis adanya ikatan rangkap terkonyugasi, GC untuk menganalisis waktu retensi dan kemurniannya, FTIR untuk menganalisis struktur molekulnya, dan GC-MS untuk mengetahui massa molekulnya Indeks Bias Hasil pengukuran indeks bias furfural standar bernilai 1,581-1,582 sedangkan hasil pengukuran indeks bias sampel sebesar 1,582-1,583 yang menunjukkan hampir identik, karena indeks bias merupakan salah satu sifat fisik yang dapat diukur. Rapat optik adalah sifat yang dimiliki oleh suatu zat cair atau medium tembus cahaya dalam melewatkan cahaya dimana pada saat cahaya yang datang (tidak tegak lurus) pada bidang batas udara-zat cair akan mengalami pembelokan. Pembelokan ini terjadi karena arah dan kecepatan cahaya pada medium yang berbeda akan berbeda pula Uji Tollens. Furfural merupakan salah satu senyawa aldehid sehingga mudah mengalami oksidasi, bahkan oleh pengoksidasi yang lemah sekalipun, seperti Ag +. Pereaksi Tollens (suatu larutan basa (dari) ion kompleks perak ammonia) digunakan sebagai pereaksi uji untuk senyawa aldehid.
8 29 Furfural dioksidasi menjadi anion furoik ; ion Ag + dalam pereaksi Tollens direduksi menjadi logam Ag. Uji positif ditandai oleh terbentuknya cermin perak pada dinding dalam tabung reaksi Sampel no. 4 yang diuji membentuk cermin perak pada dinding bagian dalam tabungnya tanpa dilakukan pemanasan sedangkan sampel no.1 harus dipanaskan terlebih dahulu tabungnya pada suhu pemanas air 60 o C selama ± 5 menit. Karena itu dipastikan kedua sampel tersebut mengandung gugus fungsi aldehid. Sampel 4 Sampel 1 Tanpa dipanaskan Dipanaskan Gambar 4.5 Uji Tollens pada 2 sampel UV Untuk mengetahui apakah senyawa yang diperoleh mengandung ikatan rangkap terkonyugasi, senyawa itu harus mempunyai panjang gelombang maksimum pada daerah UV dekat, yaitu nm atau mempunyai besaran ε yang dikenal sebagai absorptivitas molar diantara mol -1.L.cm -1.
9 30 Furfural yang diproduksi mempunyai λ max (panjang gelombang maksimum) pada 272 nm dengan menggunakan pelarut etanol yang identik dengan λ max furfural standar, sebagaimana pada gambar 4.6. Adapun absorbans pada λ max untuk furfural lebih besar daripada sampel. Hal ini didasarkan pada kemurnian furfural (98,65%) lebih besar daripada kemurnian sampel (93,80%). Gambar 4.6 Spektrum UV furfural dan sampel dengan pelarut etanol
10 31 Pola yang sama diperoleh pada spektrum UV sampel dan furfural dengan pelarut n-heksana sebagaimana pada gambar 4.7 yang mempunyai λ max pada 268 nm. Gambar 4.7 Spektrum UV furfural dan sampel dengan pelarut n-heksana Kromatografi Gas (GC) Pengukuran ini awalnya dilakukan untuk mengetahui apakah dari destilat ke-2 (hasil destilasi vakum) telah mampu mengisolasi furfural dengan kemurnian yang cukup tinggi. Jika dibandingkan dengan waktu retensi furfural standar sekitar 3,47, destilat ke-2 belum memperlihatkan waktu retensi yang identik dengan furfural karena furfural yang diperoleh terdapat dalam larutan encer sehingga bisa dikatakan furfural yang diperoleh belum murni. Untuk mengetahui adanya furfural pada destilat ke-2
11 32 dapat dilakukan dengan menambahkan furfural standar ke dalam sampel destilat ke-2 no.11 dengan perbandingan volume yang sama. Kemudian kromatogram sampel no.11 (50 % volum) tersebut dibandingkan dengan kromatogram furfural 50% volum. Pada kromatogram furfural 50 % (1 ml furfural + 1 ml etanol) terlihat adanya perubahan prosentase furfural dari semula 98,65% (untuk furfural murni) menjadi 53,94 %. Sementara untuk kromatogram sampel destilat ke-2 no.11 setelah ditambahkan 1 ml furfural (konsentrasi sampel no.11 menjadi 50 % volum), terlihat waktu retensi furfural 3,32 dengan prosentase menjadi 54,35. Jika waktu retensi 3,32 pada sampel 50 % dibandingkan dengan waktu retensi 3,29 pada furfural 50 %, terlihat adanya kenaikan prosentasi pada waktu retensi yang identik yang semula 53,94 % menjadi 54,35 % yang mengidentifikasikan adanya furfural dalam sampel tersebut walaupun dengan jumlah yang sedikit atau belum murni. Tabel 4. 2 Penentuan waktu retensi furfural hasil destilasi vakum No Zat tr % 1 Etanol pa 2, furfural 3,47 3,72 3 furfural 50 % volum (1mL furfural + 1 ml etanol) 2,35 3,29 3,63 4 Sampel 2,36 3,11 5 Sampel 50 % volum (1 ml sampel + 1 ml furfural) 2,36 3,13 3,32 98,65 0,15 43,65 53,94 0,07 98,15 2,31 30,75 13,91 54,35
12 33 Data kromatogram destilat ke-2 menunjukkan pula bahwa furfural yang diperoleh belum murni sehingga diperlukan langkah pemurnian berikutnya, yaitu ekstraksi. Ketika sampel hasil ekstraksi dilakukan GC, diperoleh waktu retensi furfural yang identik dengan waktu retensi furfural sebagaimana dalam tabel 4.3 berikut ini. Tabel 4. 3 Waktu retensi furfural hasil ekstraksi dengan GC No Zat tr % 1 Furfural 3,47 98,65 2 Sampel no 1 3,40 69,26 3 Sampel no 18 3,44 83,98 4 Sampel no 19 3,47 93,26 Sedangkan pada GC-MS, instrumen alat yang digunakan berbeda dengan instrumen alat GC sehingga waktu retensinya berbeda pula walaupun tidak terlalu besar. Tabel 4. 4 Waktu retensi furfural hasil ekstraksi dengan GC-MS No Zat tr % 1 Sampel no 4 3,82 93,8 2 Sampel no 11 3,82 84,25 3 Sampel no 12 3,82 84, FTIR Karakterisasi terhadap sampel no. 4 hasil sintesis dengan teknik spektroskopi FTIR sebagaimana pada gambar 4.8 menunjukkan pita serapan khas furfural, yaitu pada 1676 cm -1 dan 2715 cm -1 yang merupakan daerah ulur gugus fungsi karbonil terkonyugasi dan ulur H-C karbonil. Jika dilihat intensitas serapannya, pita ini
13 34 merupakan puncak serapan yang kuat dan didukung dengan hasil GC-MS yang menunjukan kemurnian hingga 93,8 %. Selain itu, ada serapan pita ulur C-O asimetris pada daerah 1155 cm -1, dan serapan ulur aromatik pada daerah cm -1 serta serapan ulur cincin aromatik pada daerah 1500-an cm %T Ekstrak /cm Gambar 4.8 Spektrum infra merah sampel
14 35 Ketika FTIR sampel 4 dan FTIR furfural standar digabung sebagaimana pada gambar 4.9, terlihat memiliki pola serapan yang identik, tidak hanya serapan pada daerah gugus fungsinya tetapi untuk daerah sidik jari (1400 cm -1 ke kanan) yang mempunyai serapan yang unik dan khas untuk suatu senyawa. furfural sampel Gambar 4.9 Spektrum infra merah furfural dan sampel Dari 5 sampel lain (terlampir) yang dilakukan ukur FTIR, kelima furfural hasil sintesis menunjukkan pita serapan yang sama terutama pada daerah pita serapan yang karakteristik untuk furfural. Perbedaannya, intensitas serapan furfural dari destilasi hingga suhu 200 o C (sampel no. 16, G5(0,36 %massa NaCl) dan G6 (0,41 % massa NaCl) lebih kuat daripada furfural dari destilasi hingga suhu 320 o C (no dan no.13) atau hingga 350 o C. Hal ini menunjukkan bahwa variasi perbandingan antara jumlah bonggol jagung, asam sulfat dan massa NaCl yang digunakan pada produksi furfural tidak mempengaruhi spektrum serapan gugus furfural pada analisis FTIR.
15 GC-MS GC-MS dilakukan selain untuk menganalisa kemurnian sampel, juga untuk mengetahui massa molekul furfural yang diperoleh. Dari hasil GC-MS yang diterima pada gambar 4.10, sampel yang dianalisa mempunyai massa 96, kemurnian mencapai 93,8% dan merupakan senyawa furfural dengan tingkat kepercayaan 96-98%. Gambar 4.10 GC-MS furfural
16 Evaluasi Penggunaan NaCl pada produksi Furfural Setelah hasil karakterisasi di analisis dan yakin produk yang diperoleh adalah furfural maka dengan mengambil satu langkah percobaan pada produk furfural dengan rendemen optimum, dilakukan variasi penggunaan NaCl dengan konsentrasi (% massa) dari 0; 0,12; 0,22; 0,29; 0,36 dan 0,41. Tabel 4. 5 Variasi konsentrasi NaCl dalam produk furfural dari bonggol jagung No massa H 2 SO 4 Massa Konsen Jenis Pemisahan Ket bonggol (ml) Garam trasi D DV Ekstraksi jagung 10% NaCl Garam Waktu waktu Jml massa massa massa GC Rendemen (manis) (gr) (% massa) (menit) (menit) (ml) pial pial+smpl (gram) 93,26% 93,8% (%) (%) , , D = destilasi , , DV= destilasi , , vakum , , GC= kromato , , grafi gas , Dari tabel tersebut terlihat bahwa penambahan NaCl dapat memperbesar produksi furfural hingga rendemen sebesar 2,98-3,00% dimana pada saat itu penambahan NaCl tidak lagi mempengaruhi produksi furfural. Penambahan NaCl yang termasuk garam yang sukar menguap (titik leleh 800 o C) dimaksudkan untuk meningkatkan titik didih larutan yang relatif lebih besar daripada senyawa-senyawa non elektrolit pada konsentrasi yang sama Karena itu, energi yang diperlukan untuk mencapai titik didih akan lebih tinggi dibandingkan titik didih tanpa NaCl. Energi yang cukup besar ini memungkinkan untuk mengkonversi pentosan menjadi furfural sebanyak mungkin.
17 38 Pada penelitian ini, produksi furfural optimum diperoleh pada konsentrasi NaCl 0,36 (% massa). Jika menggunakan perbandingan massa, maka perbandingan massa bonggol jagung dan massa NaCl pada rendemen furfural optimum adalah 1 : 2. Rendemen Furfural (%) Konsentrasi NaCl (% massa) Gambar Grafik pengaruh konsentrasi NaCl dalam produk furfural
METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014
25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014 yang dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Fakultas MIPA Unila, dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Furfural Furfural merupakan senyawa aldehid yang memiliki struktur furan dengan rumus kimia C 5 H 4 2 dapat diproduksi dari sisa-sisa makanan atau limbah pertanian seperti
Lebih terperinciReaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3
Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena Oleh : Kelompok 3 Outline Tujuan Prinsip Sifat fisik dan kimia bahan Cara kerja Hasil pengamatan Pembahasan Kesimpulan Tujuan Mensintesis Sikloheksena Menentukan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi
2 dikeringkan pada suhu 105 C. Setelah 6 jam, sampel diambil dan didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh bobot yang konstan (b). Kadar air sampel ditentukan
Lebih terperinciLAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT DI SUSUN OLEH : NAMA : IMENG NIM : ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI / TANGGAL : SABTU, 28 MEI 2011
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyiapan Sampel Sampel daging buah sirsak (Anonna Muricata Linn) yang diambil didesa Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, terlebih
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren Sintesis polistiren yang diinginkan pada penelitian ini adalah polistiren yang memiliki derajat polimerisasi (DPn) sebesar 500. Derajat polimerisasi ini
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Sampel Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar Bringharjo Yogyakarta, dibersihkan dan dikeringkan untuk menghilangkan kandungan air yang
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B
Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Tahap Sintesis Biodiesel Pada tahap sintesis biodiesel, telah dibuat biodiesel dari minyak sawit, melalui reaksi transesterifikasi. Jenis alkohol yang digunakan adalah metanol,
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL PERCBAAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk membuat, mengisolasi dan mengkarakterisasi derivat akrilamida. Penelitian diawali dengan mereaksikan akrilamida dengan anilin sulfat.
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren (PS) Pada proses sintesis ini, benzoil peroksida berperan sebagai suatu inisiator pada proses polimerisasi, sedangkan stiren berperan sebagai monomer yang
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Lampung.
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Asap Cair Asap cair dari kecubung dibuat dengan teknik pirolisis, yaitu dekomposisi secara kimia bahan organik melalui proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen
Lebih terperinciPRODUKSI FURFURAL DARI BONGGOL JAGUNG
PRODUKSI FURFURAL DARI BONGGOL JAGUNG TESIS Karya tulis ini sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh RINO MARGAYU NIM : 20506045 Program Studi Kimia
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Distanoksan Sintesis distanoksan dilakukan dengan mencampurkan dibutiltimah(ii)oksida dan dibutiltimah(ii)klorida (Gambar 3.2). Sebelum dilakukan rekristalisasi, persen
Lebih terperinciPENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH
PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
19 Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Biodiesel Minyak jelantah semula bewarna coklat pekat, berbau amis dan bercampur dengan partikel sisa penggorengan. Sebanyak empat liter minyak jelantah mula-mula
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)
23 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Penyiapan Sampel Kualitas minyak kastor yang digunakan sangat mempengaruhi pelaksanaan reaksi transesterifikasi. Parameter kualitas minyak kastor yang dapat menjadi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
13 HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel Temulawak Terpilih Pada penelitian ini sampel yang digunakan terdiri atas empat jenis sampel, yang dibedakan berdasarkan lokasi tanam dan nomor harapan. Lokasi tanam terdiri
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa Roxb.) menunjukkan adanya golongan senyawa flavonoid, terpenoid, steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas Matematika
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. blender, ukuran partikel yang digunakan adalah ±40 mesh, atau 0,4 mm.
30 4.1.Perlakuan Pendahuluan 4.1.1. Preparasi Sampel BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Proses perlakuan pendahuluan yag dilakukan yaitu, pengecilan ukuran sampel, pengecilan sampel batang jagung dilakukan
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 4 ASIL PECBAAN DAN PEMBAASAN Transesterifikasi, suatu reaksi kesetimbangan, sehingga hasil reaksi dapat ditingkatkan dengan menghilangkan salah satu produk yang terbentuk. Penggunaan metil laurat dalam
Lebih terperinciDAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN... 1
DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iv vi viii xi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 4 1.3
Lebih terperinciBAB 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN. STANDART KOMPETENSI Mendeskripsikan sifat-sifat larutan, metode pengukuran serta terapannya.
BAB 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN STANDART KOMPETENSI Mendeskripsikan sifat-sifat larutan, metode pengukuran serta terapannya. KOMPETENSI DASAR Mendeskripsikan penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih,
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan karakteristik dilakukan untuk mengetahui kebenaran identitas zat yang digunakan. Dari hasil pengujian, diperoleh karakteristik zat seperti yang tercantum
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung.
16 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2012 sampai dengan bulan Maret 2013 di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung. 3.2 Alat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk penelitian eksperimen karena dalam penelitian ini terdapat kontrol sebagai acuan antara
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-
18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- Cihideung. Sampel yang diambil adalah CAF. Penelitian
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Polistiren disintesis dari monomer stiren melalui reaksi polimerisasi adisi dengan inisiator benzoil peroksida. Pada sintesis polistiren ini, terjadi tahap
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Determinasi Tumbuhan Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung untuk mengetahui dan memastikan famili dan spesies tumbuhan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis. Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil penyulingan atau destilasi dari tanaman Cinnamomum
Lebih terperinciPilihan Ganda Soal dan Jawaban Sifat Koligatif Larutan 20 butir. 5 uraian Soal dan Jawaban Sifat Koligatif Larutan.
1 Pilihan Ganda Soal dan Jawaban Sifat Koligatif Larutan 20 butir. 5 uraian Soal dan Jawaban Sifat Koligatif Larutan. Berilah tanda silang (X) pada huruf A, B, C, D atau E di depan jawaban yang benar!
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan
21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan
Lebih terperinci3 Metodologi Penelitian
3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam tahapan sintesis ligan meliputi laboratory set dengan labu leher tiga, thermolyne sebagai pemanas, dan neraca analitis untuk penimbangan
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada awal penelitian dilakukan determinasi tanaman yang bertujuan untuk mengetahui kebenaran identitas botani dari tanaman yang digunakan. Hasil determinasi menyatakan
Lebih terperinciGambar IV 1 Serbuk Gergaji kayu sebelum ekstraksi
Bab IV Pembahasan IV.1 Ekstraksi selulosa Kayu berdasarkan struktur kimianya tersusun atas selulosa, lignin dan hemiselulosa. Selulosa sebagai kerangka, hemiselulosa sebagai matrik, dan lignin sebagai
Lebih terperinciKIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS)
KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS) 1.PENDAHULUAN 2.KONSEP DASAR SPEKTROSKOPI 3.SPEKTROSKOPI UV-VIS 4.SPEKTROSKOPI IR 5.SPEKTROSKOPI 1 H-NMR 6.SPEKTROSKOPI 13 C-NMR 7.SPEKTROSKOPI MS 8.ELUSIDASI STRUKTUR Teknik
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L etanol, diperoleh ekstrak
Lebih terperinciIII. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di
30 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 - Januari 2013, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan sumber bahan bakar semakin meningkat dari waktu ke waktu seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk. Akan tetapi cadangan sumber bahan bakar justru
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan yang digunakan Kerupuk Udang. Pengujian ini adalah bertujuan untuk mengetahui kadar air dan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dari daerah Soreang dan Sumedang. Tempat penelitian menggunakan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek atau bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah tanaman AGF yang diperoleh dari daerah Soreang dan Sumedang. Tempat penelitian
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Bentonit diperoleh dari bentonit alam komersiil. Aktivasi bentonit kimia. Aktivasi secara kimia dilakukan dengan merendam bentonit dengan menggunakan larutan HCl 0,5 M yang bertujuan
Lebih terperinciPENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA
PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA 1 Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan kadar natrium karbonat dan natrium hidrogen karbonat dengan titrasi
Lebih terperinciI. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH
Petunjuk Paktikum I. ISLASI EUGENL DARI BUNGA CENGKEH A. TUJUAN PERCBAAN Mengisolasi eugenol dari bunga cengkeh B. DASAR TERI Komponen utama minyak cengkeh adalah senyawa aromatik yang disebut eugenol.
Lebih terperinci3. Metodologi Penelitian
3. Metodologi Penelitian 3.1 Bahan dan Peralatan 3.1.1 Bahan-bahan yang Digunakan Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah metanol, NaBH 4, iod, tetrahidrofuran (THF), KOH, metilen klorida,
Lebih terperinci4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat
NP 4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat NaEt C 10 H 18 4 Na C 2 H 6 C 8 H 12 3 (202.2) (23.0) (46.1) (156.2) Klasifikasi Tipe reaksi and penggolongan bahan Reaksi pada gugus
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Analisis Sintesis PS dan Kopolimer PS-PHB Sintesis polistiren dan kopolimernya dengan polihidroksibutirat pada berbagai komposisi dilakukan dengan teknik polimerisasi radikal
Lebih terperinciSIFAT KOLIGATIF LARUTAN
BAB 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Gambar 1.1 Proses kenaikan titik didih Sumber: Jendela Iptek Materi Pada pelajaran bab pertama ini, akan dipelajari tentang penurunan tekanan uap larutan ( P), kenaikan titik
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Perlakuan Terhadap Sifat Fisik Buah Pala Di Indonesia buah pala pada umumnya diolah menjadi manisan dan minyak pala. Dalam perkembangannya, penanganan pascapanen diarahkan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan
III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan preparasi sampel, bahan, alat dan prosedur kerja yang dilakukan, yaitu : A. Sampel Uji Penelitian Tanaman Ara
Lebih terperinci3. Metodologi Penelitian
3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia, gelas ukur, labu Erlenmeyer, cawan petri, corong dan labu Buchner, corong
Lebih terperinciStruktur Aldehid. Tatanama Aldehida. a. IUPAC Nama aldehida dinerikan dengan mengganti akhiran a pada nama alkana dengan al.
Kamu tentunya pernah menyaksikan berita tentang penyalah gunaan formalin. Formalin merupakan salah satu contoh senyawa aldehid. Melalui topik ini, kamu tidak hanya akan mempelajari kegunaan aldehid yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
13 BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah tanaman dengan kode AGF yang diperoleh dari daerah Cihideng-Bandung. Penelitian berlangsung
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Isolasi Kitin dan Kitosan Isolasi kitin dan kitosan yang dilakukan pada penelitian ini mengikuti metode isolasi kitin dan kitosan dari kulit udang yaitu meliputi tahap deproteinasi,
Lebih terperinciMETODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel
METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku Bahan baku yang digunakan untuk penelitian ini adalah gliserol kasar (crude glycerol) yang merupakan hasil samping dari pembuatan biodiesel. Adsorben
Lebih terperinciDirendam dalam aquades selama sehari semalam Dicuci sampai air cucian cukup bersih
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Bahan katalis yang digunakan pada penelitian ini adalah zeolit alam yang berasal dari Tasikmalaya Jawa Barat dan phospotungstic acid (HPW, H 3 PW 12 O 40 )
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 5. Reaksi Transesterifikasi Minyak Jelantah Persentase konversi metil ester dari minyak jelantah pada sampel MEJ 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ
Lebih terperinciI Sifat Koligatif Larutan
Bab I Sifat Koligatif Larutan Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini Anda dapat menjelaskan dan membandingkan sifat koligatif larutan nonelektrolit dengan sifat koligatif larutan elektrolit. Pernahkah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3. 1 Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu penelitian dimulai dari bulan Februari sampai Juni 2014. Lokasi penelitian dilakukan di berbagai tempat, antara lain: a. Determinasi sampel
Lebih terperinciUji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis
Uji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis Disarikan dari: Buku Petunjuk Praktikum Biokimia dan Enzimologi Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya
Lebih terperinci4 Pembahasan Degumming
4 Pembahasan Proses pengolahan biodiesel dari biji nyamplung hampir sama dengan pengolahan biodiesel dari minyak sawit, jarak pagar, dan jarak kepyar. Tetapi karena biji nyamplung mengandung zat ekstraktif
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C
LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan
Lebih terperinci4 Hasil dan pembahasan
4 Hasil dan pembahasan 4.1 Sintesis dan Pemurnian Polistiren Pada percobaan ini, polistiren dihasilkan dari polimerisasi adisi melalui reaksi radikal dengan inisiator benzoil peroksida (BPO). Sintesis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES 2.1 Sejarah dan Perkembangan Furfural pertama kali diisolasi tahun 1832 oleh ilmuwan kimia jerman bernama Johan Dobreiner dalam jumlah yang sangat sedikit dari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perak Nitrat Perak nitrat merupakan senyawa anorganik tidak berwarna, tidak berbau, kristal transparan dengan rumus kimia AgNO 3 dan mudah larut dalam alkohol, aseton dan air.
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan dan Peralatan 3.1.1 Bahan yang digunakan Pada proses distilasi fraksionasi kali ini bahan utama yang digunakan adalah Minyak Nilam yang berasal dari hasil penyulingan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2010 sampai dengan Mei 2011 di Laboratorium Kimia Organik, Departemen Kimia Institut Pertanian Bogor (IPB),
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian konversi lignoselulosa jerami jagung (corn stover) menjadi 5- hidroksimetil-2-furfural (HMF) dalam media ZnCl 2 dengan co-catalyst zeolit,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus communis (sukun) yang diperoleh dari Garut, Jawa Barat serta
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistirena Polistirena disintesis melalui polimerisasi adisi radikal bebas dari monomer stirena dan benzoil peroksida (BP) sebagai inisiator. Polimerisasi dilakukan
Lebih terperinci4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat
NP 4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat CEt + FeCl 3 x 6 H 2 CEt C 8 H 12 3 C 4 H 6 C 12 H 18 4 (156.2) (70.2) (270.3) (226.3) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Adisi
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil determinasi tumbuhan dilampirkan pada Lampiran 1) yang diperoleh dari perkebunan
Lebih terperinciBab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Sampel limbah udang kering diproses dalam beberapa tahap yaitu penghilangan protein, penghilangan mineral, dan deasetilasi untuk
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. M yang berupa cairan berwarna hijau jernih (Gambar 4.1.(a)) ke permukaan Al 2 O 3
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sintesis Katalis Katalis Ni/Al 2 3 diperoleh setelah mengimpregnasikan Ni(N 3 ) 2.6H 2 0,2 M yang berupa cairan berwarna hijau jernih (Gambar 4.1.(a)) ke permukaan Al 2
Lebih terperinciBab IV Pembahasan. Pembuatan Asap cair
Bab IV Pembahasan Asap cair yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil pirolisis tempurung kelapa, yaitu suatu proses penguraian secara kimia bahan organik melalui proses pemanasan pada suhu
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.
Tegangan Permukaan (dyne/cm) Tegangan permukaan (dyne/cm) 6 dihilangkan airnya dengan Na 2 SO 4 anhidrat lalu disaring. Ekstrak yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan radas uap putar hingga kering.
Lebih terperinciRendemen APG dihitung berdasarkan berat APG yang diperoleh setelah dimurnikan dengan berat total bahan baku awal yang digunakan.
Lampiran 1 Prosedur analisis surfaktan APG 1) Rendemen Rendemen APG dihitung berdasarkan berat APG yang diperoleh setelah dimurnikan dengan berat total bahan baku awal yang digunakan. % 100% 2) Analisis
Lebih terperinci4028 Sintesis 1-bromododekana dari 1-dodekanol
4028 Sintesis 1-bromododekana dari 1-dodekanol C 12 H 26 O (186.3) OH H 2 SO 4 konz. (98.1) + HBr (80.9) C 12 H 25 Br (249.2) Br + H 2 O (18.0) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Substitusi
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Poliuretan Pada penelitian ini telah dilakukan sintesis poliuretan dengan menggunakan monomer diisosianat yang berasal dari toluena diisosianat (TDI) dan monomer
Lebih terperinciUJI KUALITATIF KARBOHIDRAT DAN PROTEIN
UJI KUALITATIF KARBOHIDRAT DAN PROTEIN Molisch Test Uji KH secara umum Uji Molisch dinamai sesuai penemunya yaitu Hans Molisch, seorang ahli botani dari Australia. Prosedur Kerja : a. Masukkan ke dalam
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia) yang diperoleh dari Kampung Pamahan, Jati Asih, Bekasi Determinasi
Lebih terperinciOLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional
OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2010 Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK Waktu 150 menit Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat-alat 1. Alat Destilasi 2. Batang Pengaduk 3. Beaker Glass Pyrex 4. Botol Vial 5. Chamber 6. Corong Kaca 7. Corong Pisah 500 ml Pyrex 8. Ekstraktor 5000 ml Schoot/ Duran
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. Sementara analisis dengan menggunakan instrumen dilakukan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Alat yang digunakan dalam proses delignifikasi jerami padi adalah set neraca analitik, gelas kimia 50 dan 250 ml, ph indikator, gelas ukur 100
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. 1. Poedjiadi, A.(1988), Dasar-dasar Biokimia, Yayasan Cendrawasih, 2. MacKinney, G. (1948), The Deterioration of Dried Fruit. IV.
40 DAFTAR PUSTAKA 1. Poedjiadi, A.(1988), Dasar-dasar Biokimia, Yayasan Cendrawasih, Bandung, hal 32-33 2. MacKinney, G. (1948), The Deterioration of Dried Fruit. IV. Spectrophotometric and Polarographic
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diketahui kandungan airnya. Penetapan kadar air dapat dilakukan beberapa cara.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Kandungan air dalam suatu bahan perlu diketahui untuk menentukan zatzat gizi yang terkandung dalam bahan pangan tersebut. Kadar air dalam pangan dapat diketahui melakukan
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Bahan baku dan sianokobalamin diperiksa menurut Farmakope Indonesia IV. Hasil pemeriksaan bahan baku dapat dilihat pada Tabel 4.1. Pemeriksaan Pemerian Tabel 4.1 Pemeriksaan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak
15 HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Penentuan kadar air berguna untuk mengidentifikasi kandungan air pada sampel sebagai persen bahan keringnya. Selain itu penentuan kadar air berfungsi untuk mengetahui
Lebih terperinciLampiran 1. Flowsheet pembuatan dry ethanol
Lampiran 1. Flowsheet pembuatan dry ethanol Etanol p.a Dimasukkan ke dalam beaker glass Ditambahkan natrium sulfat anhidrat secukupnya Ditutup dengan plastik dan karet Digoyang Didiamkan selama 24 jam
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman
17 HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Sebanyak 5 kg buah segar tanaman andaliman asal Medan diperoleh dari Pasar Senen, Jakarta. Hasil identifikasi yang dilakukan oleh Pusat Penelitian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Etanol merupakan salah satu sumber energi alternatif yang dapat dijadikan sebagai energi alternatif dari bahan bakar nabati (BBN). Etanol mempunyai beberapa kelebihan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Agustus April 2013, bertempat di
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Agustus 2012 -April 2013, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas
Lebih terperinciUntuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam
Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara
Lebih terperinci