BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 22 BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Produksi Furfural Bonggol jagung (corn cobs) yang digunakan dikeringkan terlebih dahulu dengan cara dijemur 4-5 hari untuk menurunkan kandungan airnya, kemudian jagung kering diblender agar lebih mudah dimasukkan ke labu destilasi dan dapat memperbesar permukaan sehingga reaksi dapat lebih cepat. Produksi furfural dari bonggol jagung pada peneltian ini diperlukan beberapa langkah antara lain : Destilasi Furfural dibentuk dari reaksi hidrolisis pentosan (polimer utama yang terdapat pada bonggol jagung) dengan bantuan katalis asam sulfat menjadi monomer gula lima karbon), terutama xilosa. Pentosan + H 2 O C 5 H 10 O 5 Gula lima karbon Gambar 4.1 Hidrolisis pentosan menjadi gula lima karbon Bentuk xilosa dan gula lima karbon lainnya dalam larutan bukanlah rantai terbuka. Umumnya dalam larutan air, xilosa dan gula lima karbon lainnya dapat bereaksi intra molekul untuk menghasilkan hemiasetal siklik.

2 23 Adanya asam, dapat mempercepat pembentukan hemiasetal siklik dengan melakukan protonasi dan dilanjutkan dengan deprotonasi (mekanisme reaksi terlampir). Pada kondisi panas dan asam, xilosa dan gula lima karbon lainya mengalami dehidrasi, melepas tiga molekul air untuk membentuk ikatan rangkap menghasilkan furfural seperti yang ditunjukkan pada persamaan reaksi (4.2) berikut : C 5 H 10 O 5 O O H + 3H 2 O Gula lima karbon C 5 H 4 O 2 Gambar 4.2 Dehidrasi gula lima karbon menjadi Furfural Penggunaan larutan Na 2 CO 3 5 % yang ditambahkan pada labu penerima sebelum destilasi dimulai, dimaksudkan menjaga kestabilan furfural pada destilat ke-1 sehingga furfural yang diperoleh tidak mengalami polimerisasi. Pada destilasi sampel no. 1 dilakukan hingga tidak ada destilat yang menetes pada labu penerima, suhu yang dicapai hingga 350 C tetapi pemanas minyak (silikon oil) tidak dapat digunakan lagi karena membentuk gel karena itu untuk destilasi sampel lain, seperti sampel no. 6, 7, 8, 9, 11, 12 dan 13 (tabel 4.1) digunakan suhu pemanas minyak 320 C (suhu dimana silikon oil mulai menguap). Pada sampel no. 4, 15 s/d 22 (tabel 4.1), destilasi dilakukan hingga suhu pemanas minyak 200 C. Penggunaan suhu tersebut didasarkan pada titik didih furfural yang cukup tinggi sekitar C, adanya selisih suhu pemanas dengan suhu dalam labu destilasi sekitar C, adanya garam NaCl yang dapat meningkatkan titik didih larutan (sifat koligatif) dan kondensor vertikal tanpa air yang cukup tinggi yang dipasang di antara labu destilasi dan konektor kondensor. Sehinga pada saat furfural

3 24 mencapai titik didih tepat berada pada konektor sebelum kondensor, suhu pada labu destilasi akan lebih besar daripada titik didih furfural Destilasi Vakum Penggunaan destilasi vakum merupakan salah satu langkah penting dalam memperoleh furfural, karena pompa harus mampu berada pada daerah tekanan yang diinginkan dan tekanan tidak mengalami fluktuasi selama destilasi. Pada beberapa penelitian ini (no. 11 s/d 15, 17 dan 18 pada tabel 4.1) dilakukan destilasi vakum dengan tekanan 11 cm Hg. Pada alat destilasi vakum sebaiknya menggunakan tabung kondensor vertikal tanpa air pada labu destilasi sebelum tabung konektor, dengan harapan untuk mengurangi bumping, terutama pada tekanan rendah biasanya diawali dengan bumping yang cukup hebat yang mengakibatkan sebagian kecil zat yang akan didestilasi dapat berpindah langsung ke labu penerima. Suhu pemanas mencapai 130 C didasarkan kepada titik didih furfural sekitar 98 C pada tekanan 11 cmhg (perhitungan terlampir), selisih suhu pemanas dengan suhu dalam labu destilasi sekitar C, adanya garam NaCl yang dapat meningkatkan titik didih larutan (sifat koligatif) dan kondensor vertikal yang dipasang di antara labu destilasi dan konektor kondensor. Gambar 4.3 Alat destilasi vakum

4 25 Pada sampel no. 4, 5, 16, 19 s/d 22, destilasi ke-2 menggunakan aspirator air (tekanan sistem sekitar 68 cmhg) dan suhu pemanas yang digunakan mencapai 190 C yang didasarkan adanya aspirator air menyebabkan titik didih furfural akan lebih kecil dibandingkan dengan destilasi pertama. Selain itu, ketika suhu dinaikkan dengan rentang 10 C menjadi 200 C (sampel no. 22 bagian 2), massa sampel yang bertambah sebesar 0,02 gr sedangkan pada suhu C (sampel no 22 bagian 3) tidak ada massa sampel yang bertambah, sebagaimana ditunjukkan dalam tabel 4.1. Pada tabel 4.1 juga menunjukkan bahwa rendemen furfural dari bonggol jagung manis sebesar 2,49 % (sampel no. 4), dengan pola kerja yang sama rendemen furfural dari bonggol jagung tawar lebih besar yaitu 4,57 % (sampel no.16). Hal ini dikarenakan pada massa bonggol jagung manis dan massa bonggol jagung tawar yang sama, jumlah gula enam karbon (seperti glukosa dan fruktosa, monomermonomer utama penyusun sukrosa) pada bonggol jagung manis lebih besar daripada jumlah gula enam karbon pada bonggol jagung tawar sehingga jumlah gula lima karbon pada bonggol jagung tawar sebagai bahan baku furfural lebih besar daripada jumlah gula lima karbon dalam bonggol jagung manis.

5 26 Tabel 4.1 Produksi furfural dari bonggol jagung No Massa Volume Massa Jenis Pemisahan Keterangan Bonggol H 2 SO 4 Garam Destilasi Refluks Destilasi Vakum Destilasi Sederhana Ekstraksi Jagung (ml) NaCl Suhu Waktu Jml Suhu Waktu P suhu waktu Jml suhu waktu Jml massa massa massa GC Rend (gr) 10% 20% (gr) ( C) (menit) (ml) ( C) (menit) (cmhg) ( C) (menit) (ml) ( C) (menit) (ml) vial vial+smpl (gr) (%) 1 37,54(m) , ,4 24,40 24,97 0,57 69,26 1,09 m = bonggol jagung manis ,6 selain itu bonggol jagung ,0 0,02 tawar 4 9,38(m) 31,25 12, ,6 14,38 14,63 0,25 93,8 2,49 GC-MS 5 10,00(m) ,2 menguap, t evprtr>30 C 6 10, , ,9 6s/d10, alat destilasi va- 7 10,02(m) 50 10, kum belum dapat di set 8 10,02(m) 50 20, ,2 ke tekanan 10 cmhg 9 20, ,02(dpr) ,2 GC = kromatografi gas 10 10,00(m) 50 20,03 > ,2 Rend= rendemen 11 10, , , ,17 20,25 0,08 84,25 0,67 GC-MS 12 10, ,26 14,36 0,10 84,25 0,84 sampel 11&12 digabung 13 10, ,22 13,36 0,12 GC-MS=kromatografi gas 14 10, ,67 13,80 0,13 spektro massa 15 10,00 33,3 13, , ,0 12,96 13,25 0,29 83,98 2,44 Jml = jumlah 16 10,00 33,3 13, , ,0 12,65 13,14 0,49 93,26 4,57 smpl= sampel 17 10,00(m) 36,6 13, , ,6 12,86 12,95 0, ,00(m) 40 13, , ,2 13,72 13,77 0, ,00(m) 40 13, , ,8 12,97 13,14 0, ,00(m) 35 13, , ,4 14,41 14,58 0, ,00(m) 30 13, ,57 14,69 0, ,00(m) 30 13, ,24 14,41 0, ,00 14,02 0, ,17 14,17 0,00

6 Ekstraksi Ekstraksi dilakukan agar furfural yang masih terdapat dalam sistem air dapat larut ke dalam pelarut organik yang tidak bercampur dengan air dan memiliki massa jenis yang lebih besar daripada air, diantaranya diklorometana selain kloroform. Setelah sampel hasil destilasi vakum di ekstraksi oleh diklorometana di dalam corong pisah. Lapisan cair bagian bawah dimasukkan ke dalam botol vial yang sudah diketahui massanya. Setelah itu dilakukan rotary evaporator dengan suhu pemanas 30 C (pada evaporator digunakan pompa vakum yang mengakibatkan suhu pelarut akan menurun ditambah lagi dengan putaran yang dapat mempermudah penguapan dan membantu zat yang diisolasi terkumpul di tengah (sentrifugal)). Kemudian massa sampel + botol vial ditimbang. Gambar 4.4 Hasil Ekstraksi Untuk meningkatkan efisiensi ekstraksi (memperbesar %E (persen ekstraksi)) dapat dilakukan dengan melakukan ekstraksi berulang dengan menggunakan volume pelarut diklorometana yang sama. Pada penelitian ini, ekstraksi berulang hingga 5x menunjukkan kemurnian sampel furfural (no. 4 pada tabel 4.1) hingga 93,8%.

7 28 Selanjutnya, untuk menentukan apakah zat yang diinginkan mengandung furfural dilakukan karakterisasi 4.2 Karakterisasi Furfural Furfural hasil sintesis selanjutnya dikarakterisasi untuk mempelajari sifat fisik dan kimianya. Pada penelitian ini telah dilakukan karakterisasi furfural dengan indeks bias, uji Tollens untuk mengetahui adanya gugus aldehid, UV untuk menganalisis adanya ikatan rangkap terkonyugasi, GC untuk menganalisis waktu retensi dan kemurniannya, FTIR untuk menganalisis struktur molekulnya, dan GC-MS untuk mengetahui massa molekulnya Indeks Bias Hasil pengukuran indeks bias furfural standar bernilai 1,581-1,582 sedangkan hasil pengukuran indeks bias sampel sebesar 1,582-1,583 yang menunjukkan hampir identik, karena indeks bias merupakan salah satu sifat fisik yang dapat diukur. Rapat optik adalah sifat yang dimiliki oleh suatu zat cair atau medium tembus cahaya dalam melewatkan cahaya dimana pada saat cahaya yang datang (tidak tegak lurus) pada bidang batas udara-zat cair akan mengalami pembelokan. Pembelokan ini terjadi karena arah dan kecepatan cahaya pada medium yang berbeda akan berbeda pula Uji Tollens. Furfural merupakan salah satu senyawa aldehid sehingga mudah mengalami oksidasi, bahkan oleh pengoksidasi yang lemah sekalipun, seperti Ag +. Pereaksi Tollens (suatu larutan basa (dari) ion kompleks perak ammonia) digunakan sebagai pereaksi uji untuk senyawa aldehid.

8 29 Furfural dioksidasi menjadi anion furoik ; ion Ag + dalam pereaksi Tollens direduksi menjadi logam Ag. Uji positif ditandai oleh terbentuknya cermin perak pada dinding dalam tabung reaksi Sampel no. 4 yang diuji membentuk cermin perak pada dinding bagian dalam tabungnya tanpa dilakukan pemanasan sedangkan sampel no.1 harus dipanaskan terlebih dahulu tabungnya pada suhu pemanas air 60 o C selama ± 5 menit. Karena itu dipastikan kedua sampel tersebut mengandung gugus fungsi aldehid. Sampel 4 Sampel 1 Tanpa dipanaskan Dipanaskan Gambar 4.5 Uji Tollens pada 2 sampel UV Untuk mengetahui apakah senyawa yang diperoleh mengandung ikatan rangkap terkonyugasi, senyawa itu harus mempunyai panjang gelombang maksimum pada daerah UV dekat, yaitu nm atau mempunyai besaran ε yang dikenal sebagai absorptivitas molar diantara mol -1.L.cm -1.

9 30 Furfural yang diproduksi mempunyai λ max (panjang gelombang maksimum) pada 272 nm dengan menggunakan pelarut etanol yang identik dengan λ max furfural standar, sebagaimana pada gambar 4.6. Adapun absorbans pada λ max untuk furfural lebih besar daripada sampel. Hal ini didasarkan pada kemurnian furfural (98,65%) lebih besar daripada kemurnian sampel (93,80%). Gambar 4.6 Spektrum UV furfural dan sampel dengan pelarut etanol

10 31 Pola yang sama diperoleh pada spektrum UV sampel dan furfural dengan pelarut n-heksana sebagaimana pada gambar 4.7 yang mempunyai λ max pada 268 nm. Gambar 4.7 Spektrum UV furfural dan sampel dengan pelarut n-heksana Kromatografi Gas (GC) Pengukuran ini awalnya dilakukan untuk mengetahui apakah dari destilat ke-2 (hasil destilasi vakum) telah mampu mengisolasi furfural dengan kemurnian yang cukup tinggi. Jika dibandingkan dengan waktu retensi furfural standar sekitar 3,47, destilat ke-2 belum memperlihatkan waktu retensi yang identik dengan furfural karena furfural yang diperoleh terdapat dalam larutan encer sehingga bisa dikatakan furfural yang diperoleh belum murni. Untuk mengetahui adanya furfural pada destilat ke-2

11 32 dapat dilakukan dengan menambahkan furfural standar ke dalam sampel destilat ke-2 no.11 dengan perbandingan volume yang sama. Kemudian kromatogram sampel no.11 (50 % volum) tersebut dibandingkan dengan kromatogram furfural 50% volum. Pada kromatogram furfural 50 % (1 ml furfural + 1 ml etanol) terlihat adanya perubahan prosentase furfural dari semula 98,65% (untuk furfural murni) menjadi 53,94 %. Sementara untuk kromatogram sampel destilat ke-2 no.11 setelah ditambahkan 1 ml furfural (konsentrasi sampel no.11 menjadi 50 % volum), terlihat waktu retensi furfural 3,32 dengan prosentase menjadi 54,35. Jika waktu retensi 3,32 pada sampel 50 % dibandingkan dengan waktu retensi 3,29 pada furfural 50 %, terlihat adanya kenaikan prosentasi pada waktu retensi yang identik yang semula 53,94 % menjadi 54,35 % yang mengidentifikasikan adanya furfural dalam sampel tersebut walaupun dengan jumlah yang sedikit atau belum murni. Tabel 4. 2 Penentuan waktu retensi furfural hasil destilasi vakum No Zat tr % 1 Etanol pa 2, furfural 3,47 3,72 3 furfural 50 % volum (1mL furfural + 1 ml etanol) 2,35 3,29 3,63 4 Sampel 2,36 3,11 5 Sampel 50 % volum (1 ml sampel + 1 ml furfural) 2,36 3,13 3,32 98,65 0,15 43,65 53,94 0,07 98,15 2,31 30,75 13,91 54,35

12 33 Data kromatogram destilat ke-2 menunjukkan pula bahwa furfural yang diperoleh belum murni sehingga diperlukan langkah pemurnian berikutnya, yaitu ekstraksi. Ketika sampel hasil ekstraksi dilakukan GC, diperoleh waktu retensi furfural yang identik dengan waktu retensi furfural sebagaimana dalam tabel 4.3 berikut ini. Tabel 4. 3 Waktu retensi furfural hasil ekstraksi dengan GC No Zat tr % 1 Furfural 3,47 98,65 2 Sampel no 1 3,40 69,26 3 Sampel no 18 3,44 83,98 4 Sampel no 19 3,47 93,26 Sedangkan pada GC-MS, instrumen alat yang digunakan berbeda dengan instrumen alat GC sehingga waktu retensinya berbeda pula walaupun tidak terlalu besar. Tabel 4. 4 Waktu retensi furfural hasil ekstraksi dengan GC-MS No Zat tr % 1 Sampel no 4 3,82 93,8 2 Sampel no 11 3,82 84,25 3 Sampel no 12 3,82 84, FTIR Karakterisasi terhadap sampel no. 4 hasil sintesis dengan teknik spektroskopi FTIR sebagaimana pada gambar 4.8 menunjukkan pita serapan khas furfural, yaitu pada 1676 cm -1 dan 2715 cm -1 yang merupakan daerah ulur gugus fungsi karbonil terkonyugasi dan ulur H-C karbonil. Jika dilihat intensitas serapannya, pita ini

13 34 merupakan puncak serapan yang kuat dan didukung dengan hasil GC-MS yang menunjukan kemurnian hingga 93,8 %. Selain itu, ada serapan pita ulur C-O asimetris pada daerah 1155 cm -1, dan serapan ulur aromatik pada daerah cm -1 serta serapan ulur cincin aromatik pada daerah 1500-an cm %T Ekstrak /cm Gambar 4.8 Spektrum infra merah sampel

14 35 Ketika FTIR sampel 4 dan FTIR furfural standar digabung sebagaimana pada gambar 4.9, terlihat memiliki pola serapan yang identik, tidak hanya serapan pada daerah gugus fungsinya tetapi untuk daerah sidik jari (1400 cm -1 ke kanan) yang mempunyai serapan yang unik dan khas untuk suatu senyawa. furfural sampel Gambar 4.9 Spektrum infra merah furfural dan sampel Dari 5 sampel lain (terlampir) yang dilakukan ukur FTIR, kelima furfural hasil sintesis menunjukkan pita serapan yang sama terutama pada daerah pita serapan yang karakteristik untuk furfural. Perbedaannya, intensitas serapan furfural dari destilasi hingga suhu 200 o C (sampel no. 16, G5(0,36 %massa NaCl) dan G6 (0,41 % massa NaCl) lebih kuat daripada furfural dari destilasi hingga suhu 320 o C (no dan no.13) atau hingga 350 o C. Hal ini menunjukkan bahwa variasi perbandingan antara jumlah bonggol jagung, asam sulfat dan massa NaCl yang digunakan pada produksi furfural tidak mempengaruhi spektrum serapan gugus furfural pada analisis FTIR.

15 GC-MS GC-MS dilakukan selain untuk menganalisa kemurnian sampel, juga untuk mengetahui massa molekul furfural yang diperoleh. Dari hasil GC-MS yang diterima pada gambar 4.10, sampel yang dianalisa mempunyai massa 96, kemurnian mencapai 93,8% dan merupakan senyawa furfural dengan tingkat kepercayaan 96-98%. Gambar 4.10 GC-MS furfural

16 Evaluasi Penggunaan NaCl pada produksi Furfural Setelah hasil karakterisasi di analisis dan yakin produk yang diperoleh adalah furfural maka dengan mengambil satu langkah percobaan pada produk furfural dengan rendemen optimum, dilakukan variasi penggunaan NaCl dengan konsentrasi (% massa) dari 0; 0,12; 0,22; 0,29; 0,36 dan 0,41. Tabel 4. 5 Variasi konsentrasi NaCl dalam produk furfural dari bonggol jagung No massa H 2 SO 4 Massa Konsen Jenis Pemisahan Ket bonggol (ml) Garam trasi D DV Ekstraksi jagung 10% NaCl Garam Waktu waktu Jml massa massa massa GC Rendemen (manis) (gr) (% massa) (menit) (menit) (ml) pial pial+smpl (gram) 93,26% 93,8% (%) (%) , , D = destilasi , , DV= destilasi , , vakum , , GC= kromato , , grafi gas , Dari tabel tersebut terlihat bahwa penambahan NaCl dapat memperbesar produksi furfural hingga rendemen sebesar 2,98-3,00% dimana pada saat itu penambahan NaCl tidak lagi mempengaruhi produksi furfural. Penambahan NaCl yang termasuk garam yang sukar menguap (titik leleh 800 o C) dimaksudkan untuk meningkatkan titik didih larutan yang relatif lebih besar daripada senyawa-senyawa non elektrolit pada konsentrasi yang sama Karena itu, energi yang diperlukan untuk mencapai titik didih akan lebih tinggi dibandingkan titik didih tanpa NaCl. Energi yang cukup besar ini memungkinkan untuk mengkonversi pentosan menjadi furfural sebanyak mungkin.

17 38 Pada penelitian ini, produksi furfural optimum diperoleh pada konsentrasi NaCl 0,36 (% massa). Jika menggunakan perbandingan massa, maka perbandingan massa bonggol jagung dan massa NaCl pada rendemen furfural optimum adalah 1 : 2. Rendemen Furfural (%) Konsentrasi NaCl (% massa) Gambar Grafik pengaruh konsentrasi NaCl dalam produk furfural

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014 25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014 yang dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Fakultas MIPA Unila, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Furfural Furfural merupakan senyawa aldehid yang memiliki struktur furan dengan rumus kimia C 5 H 4 2 dapat diproduksi dari sisa-sisa makanan atau limbah pertanian seperti

Lebih terperinci

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3 Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena Oleh : Kelompok 3 Outline Tujuan Prinsip Sifat fisik dan kimia bahan Cara kerja Hasil pengamatan Pembahasan Kesimpulan Tujuan Mensintesis Sikloheksena Menentukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi 2 dikeringkan pada suhu 105 C. Setelah 6 jam, sampel diambil dan didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh bobot yang konstan (b). Kadar air sampel ditentukan

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT DI SUSUN OLEH : NAMA : IMENG NIM : ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI / TANGGAL : SABTU, 28 MEI 2011

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyiapan Sampel Sampel daging buah sirsak (Anonna Muricata Linn) yang diambil didesa Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, terlebih

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren Sintesis polistiren yang diinginkan pada penelitian ini adalah polistiren yang memiliki derajat polimerisasi (DPn) sebesar 500. Derajat polimerisasi ini

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Sampel Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar Bringharjo Yogyakarta, dibersihkan dan dikeringkan untuk menghilangkan kandungan air yang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Tahap Sintesis Biodiesel Pada tahap sintesis biodiesel, telah dibuat biodiesel dari minyak sawit, melalui reaksi transesterifikasi. Jenis alkohol yang digunakan adalah metanol,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCBAAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk membuat, mengisolasi dan mengkarakterisasi derivat akrilamida. Penelitian diawali dengan mereaksikan akrilamida dengan anilin sulfat.

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren (PS) Pada proses sintesis ini, benzoil peroksida berperan sebagai suatu inisiator pada proses polimerisasi, sedangkan stiren berperan sebagai monomer yang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Lampung.

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Asap Cair Asap cair dari kecubung dibuat dengan teknik pirolisis, yaitu dekomposisi secara kimia bahan organik melalui proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen

Lebih terperinci

PRODUKSI FURFURAL DARI BONGGOL JAGUNG

PRODUKSI FURFURAL DARI BONGGOL JAGUNG PRODUKSI FURFURAL DARI BONGGOL JAGUNG TESIS Karya tulis ini sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh RINO MARGAYU NIM : 20506045 Program Studi Kimia

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Distanoksan Sintesis distanoksan dilakukan dengan mencampurkan dibutiltimah(ii)oksida dan dibutiltimah(ii)klorida (Gambar 3.2). Sebelum dilakukan rekristalisasi, persen

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan 19 Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Biodiesel Minyak jelantah semula bewarna coklat pekat, berbau amis dan bercampur dengan partikel sisa penggorengan. Sebanyak empat liter minyak jelantah mula-mula

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor) 23 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Penyiapan Sampel Kualitas minyak kastor yang digunakan sangat mempengaruhi pelaksanaan reaksi transesterifikasi. Parameter kualitas minyak kastor yang dapat menjadi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel Temulawak Terpilih Pada penelitian ini sampel yang digunakan terdiri atas empat jenis sampel, yang dibedakan berdasarkan lokasi tanam dan nomor harapan. Lokasi tanam terdiri

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal.

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa Roxb.) menunjukkan adanya golongan senyawa flavonoid, terpenoid, steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014, III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. blender, ukuran partikel yang digunakan adalah ±40 mesh, atau 0,4 mm.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. blender, ukuran partikel yang digunakan adalah ±40 mesh, atau 0,4 mm. 30 4.1.Perlakuan Pendahuluan 4.1.1. Preparasi Sampel BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Proses perlakuan pendahuluan yag dilakukan yaitu, pengecilan ukuran sampel, pengecilan sampel batang jagung dilakukan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 ASIL PECBAAN DAN PEMBAASAN Transesterifikasi, suatu reaksi kesetimbangan, sehingga hasil reaksi dapat ditingkatkan dengan menghilangkan salah satu produk yang terbentuk. Penggunaan metil laurat dalam

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iv vi viii xi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 4 1.3

Lebih terperinci

BAB 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN. STANDART KOMPETENSI Mendeskripsikan sifat-sifat larutan, metode pengukuran serta terapannya.

BAB 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN. STANDART KOMPETENSI Mendeskripsikan sifat-sifat larutan, metode pengukuran serta terapannya. BAB 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN STANDART KOMPETENSI Mendeskripsikan sifat-sifat larutan, metode pengukuran serta terapannya. KOMPETENSI DASAR Mendeskripsikan penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan karakteristik dilakukan untuk mengetahui kebenaran identitas zat yang digunakan. Dari hasil pengujian, diperoleh karakteristik zat seperti yang tercantum

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung.

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung. 16 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2012 sampai dengan bulan Maret 2013 di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung. 3.2 Alat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk penelitian eksperimen karena dalam penelitian ini terdapat kontrol sebagai acuan antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- Cihideung. Sampel yang diambil adalah CAF. Penelitian

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Polistiren disintesis dari monomer stiren melalui reaksi polimerisasi adisi dengan inisiator benzoil peroksida. Pada sintesis polistiren ini, terjadi tahap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Determinasi Tumbuhan Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung untuk mengetahui dan memastikan famili dan spesies tumbuhan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis. Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis. Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil penyulingan atau destilasi dari tanaman Cinnamomum

Lebih terperinci

Pilihan Ganda Soal dan Jawaban Sifat Koligatif Larutan 20 butir. 5 uraian Soal dan Jawaban Sifat Koligatif Larutan.

Pilihan Ganda Soal dan Jawaban Sifat Koligatif Larutan 20 butir. 5 uraian Soal dan Jawaban Sifat Koligatif Larutan. 1 Pilihan Ganda Soal dan Jawaban Sifat Koligatif Larutan 20 butir. 5 uraian Soal dan Jawaban Sifat Koligatif Larutan. Berilah tanda silang (X) pada huruf A, B, C, D atau E di depan jawaban yang benar!

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam tahapan sintesis ligan meliputi laboratory set dengan labu leher tiga, thermolyne sebagai pemanas, dan neraca analitis untuk penimbangan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1. BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada awal penelitian dilakukan determinasi tanaman yang bertujuan untuk mengetahui kebenaran identitas botani dari tanaman yang digunakan. Hasil determinasi menyatakan

Lebih terperinci

Gambar IV 1 Serbuk Gergaji kayu sebelum ekstraksi

Gambar IV 1 Serbuk Gergaji kayu sebelum ekstraksi Bab IV Pembahasan IV.1 Ekstraksi selulosa Kayu berdasarkan struktur kimianya tersusun atas selulosa, lignin dan hemiselulosa. Selulosa sebagai kerangka, hemiselulosa sebagai matrik, dan lignin sebagai

Lebih terperinci

KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS)

KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS) KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS) 1.PENDAHULUAN 2.KONSEP DASAR SPEKTROSKOPI 3.SPEKTROSKOPI UV-VIS 4.SPEKTROSKOPI IR 5.SPEKTROSKOPI 1 H-NMR 6.SPEKTROSKOPI 13 C-NMR 7.SPEKTROSKOPI MS 8.ELUSIDASI STRUKTUR Teknik

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L etanol, diperoleh ekstrak

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di 30 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 - Januari 2013, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan sumber bahan bakar semakin meningkat dari waktu ke waktu seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk. Akan tetapi cadangan sumber bahan bakar justru

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan yang digunakan Kerupuk Udang. Pengujian ini adalah bertujuan untuk mengetahui kadar air dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dari daerah Soreang dan Sumedang. Tempat penelitian menggunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dari daerah Soreang dan Sumedang. Tempat penelitian menggunakan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek atau bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah tanaman AGF yang diperoleh dari daerah Soreang dan Sumedang. Tempat penelitian

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Bentonit diperoleh dari bentonit alam komersiil. Aktivasi bentonit kimia. Aktivasi secara kimia dilakukan dengan merendam bentonit dengan menggunakan larutan HCl 0,5 M yang bertujuan

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA 1 Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan kadar natrium karbonat dan natrium hidrogen karbonat dengan titrasi

Lebih terperinci

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH Petunjuk Paktikum I. ISLASI EUGENL DARI BUNGA CENGKEH A. TUJUAN PERCBAAN Mengisolasi eugenol dari bunga cengkeh B. DASAR TERI Komponen utama minyak cengkeh adalah senyawa aromatik yang disebut eugenol.

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Bahan dan Peralatan 3.1.1 Bahan-bahan yang Digunakan Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah metanol, NaBH 4, iod, tetrahidrofuran (THF), KOH, metilen klorida,

Lebih terperinci

4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat

4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat NP 4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat NaEt C 10 H 18 4 Na C 2 H 6 C 8 H 12 3 (202.2) (23.0) (46.1) (156.2) Klasifikasi Tipe reaksi and penggolongan bahan Reaksi pada gugus

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Analisis Sintesis PS dan Kopolimer PS-PHB Sintesis polistiren dan kopolimernya dengan polihidroksibutirat pada berbagai komposisi dilakukan dengan teknik polimerisasi radikal

Lebih terperinci

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN BAB 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Gambar 1.1 Proses kenaikan titik didih Sumber: Jendela Iptek Materi Pada pelajaran bab pertama ini, akan dipelajari tentang penurunan tekanan uap larutan ( P), kenaikan titik

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Perlakuan Terhadap Sifat Fisik Buah Pala Di Indonesia buah pala pada umumnya diolah menjadi manisan dan minyak pala. Dalam perkembangannya, penanganan pascapanen diarahkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan preparasi sampel, bahan, alat dan prosedur kerja yang dilakukan, yaitu : A. Sampel Uji Penelitian Tanaman Ara

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia, gelas ukur, labu Erlenmeyer, cawan petri, corong dan labu Buchner, corong

Lebih terperinci

Struktur Aldehid. Tatanama Aldehida. a. IUPAC Nama aldehida dinerikan dengan mengganti akhiran a pada nama alkana dengan al.

Struktur Aldehid. Tatanama Aldehida. a. IUPAC Nama aldehida dinerikan dengan mengganti akhiran a pada nama alkana dengan al. Kamu tentunya pernah menyaksikan berita tentang penyalah gunaan formalin. Formalin merupakan salah satu contoh senyawa aldehid. Melalui topik ini, kamu tidak hanya akan mempelajari kegunaan aldehid yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 13 BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah tanaman dengan kode AGF yang diperoleh dari daerah Cihideng-Bandung. Penelitian berlangsung

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Isolasi Kitin dan Kitosan Isolasi kitin dan kitosan yang dilakukan pada penelitian ini mengikuti metode isolasi kitin dan kitosan dari kulit udang yaitu meliputi tahap deproteinasi,

Lebih terperinci

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku Bahan baku yang digunakan untuk penelitian ini adalah gliserol kasar (crude glycerol) yang merupakan hasil samping dari pembuatan biodiesel. Adsorben

Lebih terperinci

Direndam dalam aquades selama sehari semalam Dicuci sampai air cucian cukup bersih

Direndam dalam aquades selama sehari semalam Dicuci sampai air cucian cukup bersih BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Bahan katalis yang digunakan pada penelitian ini adalah zeolit alam yang berasal dari Tasikmalaya Jawa Barat dan phospotungstic acid (HPW, H 3 PW 12 O 40 )

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 5. Reaksi Transesterifikasi Minyak Jelantah Persentase konversi metil ester dari minyak jelantah pada sampel MEJ 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ

Lebih terperinci

I Sifat Koligatif Larutan

I Sifat Koligatif Larutan Bab I Sifat Koligatif Larutan Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini Anda dapat menjelaskan dan membandingkan sifat koligatif larutan nonelektrolit dengan sifat koligatif larutan elektrolit. Pernahkah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. 1 Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu penelitian dimulai dari bulan Februari sampai Juni 2014. Lokasi penelitian dilakukan di berbagai tempat, antara lain: a. Determinasi sampel

Lebih terperinci

Uji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis

Uji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis Uji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis Disarikan dari: Buku Petunjuk Praktikum Biokimia dan Enzimologi Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

4 Pembahasan Degumming

4 Pembahasan Degumming 4 Pembahasan Proses pengolahan biodiesel dari biji nyamplung hampir sama dengan pengolahan biodiesel dari minyak sawit, jarak pagar, dan jarak kepyar. Tetapi karena biji nyamplung mengandung zat ekstraktif

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan 4.1 Sintesis dan Pemurnian Polistiren Pada percobaan ini, polistiren dihasilkan dari polimerisasi adisi melalui reaksi radikal dengan inisiator benzoil peroksida (BPO). Sintesis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES 2.1 Sejarah dan Perkembangan Furfural pertama kali diisolasi tahun 1832 oleh ilmuwan kimia jerman bernama Johan Dobreiner dalam jumlah yang sangat sedikit dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perak Nitrat Perak nitrat merupakan senyawa anorganik tidak berwarna, tidak berbau, kristal transparan dengan rumus kimia AgNO 3 dan mudah larut dalam alkohol, aseton dan air.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan dan Peralatan 3.1.1 Bahan yang digunakan Pada proses distilasi fraksionasi kali ini bahan utama yang digunakan adalah Minyak Nilam yang berasal dari hasil penyulingan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2010 sampai dengan Mei 2011 di Laboratorium Kimia Organik, Departemen Kimia Institut Pertanian Bogor (IPB),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian konversi lignoselulosa jerami jagung (corn stover) menjadi 5- hidroksimetil-2-furfural (HMF) dalam media ZnCl 2 dengan co-catalyst zeolit,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus communis (sukun) yang diperoleh dari Garut, Jawa Barat serta

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistirena Polistirena disintesis melalui polimerisasi adisi radikal bebas dari monomer stirena dan benzoil peroksida (BP) sebagai inisiator. Polimerisasi dilakukan

Lebih terperinci

4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat

4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat NP 4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat CEt + FeCl 3 x 6 H 2 CEt C 8 H 12 3 C 4 H 6 C 12 H 18 4 (156.2) (70.2) (270.3) (226.3) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Adisi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil determinasi tumbuhan dilampirkan pada Lampiran 1) yang diperoleh dari perkebunan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Sampel limbah udang kering diproses dalam beberapa tahap yaitu penghilangan protein, penghilangan mineral, dan deasetilasi untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. M yang berupa cairan berwarna hijau jernih (Gambar 4.1.(a)) ke permukaan Al 2 O 3

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. M yang berupa cairan berwarna hijau jernih (Gambar 4.1.(a)) ke permukaan Al 2 O 3 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sintesis Katalis Katalis Ni/Al 2 3 diperoleh setelah mengimpregnasikan Ni(N 3 ) 2.6H 2 0,2 M yang berupa cairan berwarna hijau jernih (Gambar 4.1.(a)) ke permukaan Al 2

Lebih terperinci

Bab IV Pembahasan. Pembuatan Asap cair

Bab IV Pembahasan. Pembuatan Asap cair Bab IV Pembahasan Asap cair yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil pirolisis tempurung kelapa, yaitu suatu proses penguraian secara kimia bahan organik melalui proses pemanasan pada suhu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17. Tegangan Permukaan (dyne/cm) Tegangan permukaan (dyne/cm) 6 dihilangkan airnya dengan Na 2 SO 4 anhidrat lalu disaring. Ekstrak yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan radas uap putar hingga kering.

Lebih terperinci

Rendemen APG dihitung berdasarkan berat APG yang diperoleh setelah dimurnikan dengan berat total bahan baku awal yang digunakan.

Rendemen APG dihitung berdasarkan berat APG yang diperoleh setelah dimurnikan dengan berat total bahan baku awal yang digunakan. Lampiran 1 Prosedur analisis surfaktan APG 1) Rendemen Rendemen APG dihitung berdasarkan berat APG yang diperoleh setelah dimurnikan dengan berat total bahan baku awal yang digunakan. % 100% 2) Analisis

Lebih terperinci

4028 Sintesis 1-bromododekana dari 1-dodekanol

4028 Sintesis 1-bromododekana dari 1-dodekanol 4028 Sintesis 1-bromododekana dari 1-dodekanol C 12 H 26 O (186.3) OH H 2 SO 4 konz. (98.1) + HBr (80.9) C 12 H 25 Br (249.2) Br + H 2 O (18.0) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Substitusi

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Poliuretan Pada penelitian ini telah dilakukan sintesis poliuretan dengan menggunakan monomer diisosianat yang berasal dari toluena diisosianat (TDI) dan monomer

Lebih terperinci

UJI KUALITATIF KARBOHIDRAT DAN PROTEIN

UJI KUALITATIF KARBOHIDRAT DAN PROTEIN UJI KUALITATIF KARBOHIDRAT DAN PROTEIN Molisch Test Uji KH secara umum Uji Molisch dinamai sesuai penemunya yaitu Hans Molisch, seorang ahli botani dari Australia. Prosedur Kerja : a. Masukkan ke dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia) BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia) yang diperoleh dari Kampung Pamahan, Jati Asih, Bekasi Determinasi

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2010 Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK Waktu 150 menit Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat-alat 1. Alat Destilasi 2. Batang Pengaduk 3. Beaker Glass Pyrex 4. Botol Vial 5. Chamber 6. Corong Kaca 7. Corong Pisah 500 ml Pyrex 8. Ekstraktor 5000 ml Schoot/ Duran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. Sementara analisis dengan menggunakan instrumen dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Alat yang digunakan dalam proses delignifikasi jerami padi adalah set neraca analitik, gelas kimia 50 dan 250 ml, ph indikator, gelas ukur 100

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. 1. Poedjiadi, A.(1988), Dasar-dasar Biokimia, Yayasan Cendrawasih, 2. MacKinney, G. (1948), The Deterioration of Dried Fruit. IV.

DAFTAR PUSTAKA. 1. Poedjiadi, A.(1988), Dasar-dasar Biokimia, Yayasan Cendrawasih, 2. MacKinney, G. (1948), The Deterioration of Dried Fruit. IV. 40 DAFTAR PUSTAKA 1. Poedjiadi, A.(1988), Dasar-dasar Biokimia, Yayasan Cendrawasih, Bandung, hal 32-33 2. MacKinney, G. (1948), The Deterioration of Dried Fruit. IV. Spectrophotometric and Polarographic

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diketahui kandungan airnya. Penetapan kadar air dapat dilakukan beberapa cara.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diketahui kandungan airnya. Penetapan kadar air dapat dilakukan beberapa cara. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Kandungan air dalam suatu bahan perlu diketahui untuk menentukan zatzat gizi yang terkandung dalam bahan pangan tersebut. Kadar air dalam pangan dapat diketahui melakukan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Bahan baku dan sianokobalamin diperiksa menurut Farmakope Indonesia IV. Hasil pemeriksaan bahan baku dapat dilihat pada Tabel 4.1. Pemeriksaan Pemerian Tabel 4.1 Pemeriksaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Penentuan kadar air berguna untuk mengidentifikasi kandungan air pada sampel sebagai persen bahan keringnya. Selain itu penentuan kadar air berfungsi untuk mengetahui

Lebih terperinci

Lampiran 1. Flowsheet pembuatan dry ethanol

Lampiran 1. Flowsheet pembuatan dry ethanol Lampiran 1. Flowsheet pembuatan dry ethanol Etanol p.a Dimasukkan ke dalam beaker glass Ditambahkan natrium sulfat anhidrat secukupnya Ditutup dengan plastik dan karet Digoyang Didiamkan selama 24 jam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Sebanyak 5 kg buah segar tanaman andaliman asal Medan diperoleh dari Pasar Senen, Jakarta. Hasil identifikasi yang dilakukan oleh Pusat Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Etanol merupakan salah satu sumber energi alternatif yang dapat dijadikan sebagai energi alternatif dari bahan bakar nabati (BBN). Etanol mempunyai beberapa kelebihan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Agustus April 2013, bertempat di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Agustus April 2013, bertempat di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Agustus 2012 -April 2013, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara

Lebih terperinci