IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang

V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM

II. TINJAUAN PUSTAKA

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan. Pemberian perlakuan komposisi media tanam jamur tiram putih (P.

LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA JAMUR TIRAM SEBAGAI USAHA SAMPINGAN

III. BAHAN DAN METODE. UIN Suska Riau yang terletak di Jl. HR. Soebrantas KM. 15 Panam, Pekanbaru,

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Jamur yang terletak di Jalan Garuda Sakti KM. 2 Jalan Perumahan UNRI. Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Jamur Tiram

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG USAHA JAMUR TIRAM

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan RAL (rancangan acak lengkap) satu faktor

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2015.

I. METODE PENELITIAN. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Jl. H.R. Soebrantas KM 15

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri

III. METODOLOGI PENELITIAN

VII. ANALISIS FINANSIAL

I. PENDAHULUAN. daerah satu dengan yang lainnya. Menurut konsep geografi yang pernah diuraikan

BUDI DAYA JAMUR TIRAM PUTIH

PROSPEK BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) STUDI KASUS : KECAMATAN CIAMPEA DAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR IVAN WAHYU HIDAYAT E

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR.... I. Pemilihan Lokasi Hal I 1 Revisi... Tanggal...

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Kubung ketua kelompok wanita tani Sido Makmur

Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Jamur Tiram Putih

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON, AMPAS TEBU DAN ARANG SEKAM

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu penelitian 1. Alat dan Bahan a. Bahan

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan terhadap objek dan adanya kontrol sebagai pembanding. Penelitian

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

OLEH : ISNAWAN BP3K NGLEGOK

BAB III METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH DI P4S CIJULANG ASRI KABUPATEN BOGOR. Novi Wahyuni 1 Siska Fitrianti 2 ABSTRAK

Lampiran 7. Aktor/Pelaku Pasar Arang Tempurung Kelapa (ATK) di Desa Gunung Terang Kabupaten Lampung Selatan. Petani Kelapa. Pelaku Pengolah Kopra

KARYA ILMIAH STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Peluang Bisnis Budidaya Jamur Tiram

V. GAMBARAN UMUM KPJI

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Jamur 2.2 Jamur Tiram Putih

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

LAMPIRAN. Lampiran 1. Rincian Biaya dan Penerimaan Usaha Budidaya Jamur Tiram Siklus Tanam Pertama Tahun 2014

PROSPEK CERAH BISNIS JAMUR MERANG

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Karakterisik Umum Pelaku Usaha yang Memanfaatkan Limbah Serbuk Gergaji Menjadi Bag Log

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL

PELATIHAN BUDIDAYA JAMUR

VIII. ANALISIS FINANSIAL

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan

TUGAS AKHIR SB091358

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. METODE PENELITIAN

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN BUDIDAYAJAMUR TIRAM PUTIH DI (P4S) NUSA INDAH KABUPATEN BOGOR

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM DI DESA TITIAN RESAK KECAMATAN SEBERIDA KABUPATEN INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU

BAB VI ASPEK KEUANGAN. investasi dari perusahaan Saru Goma. Proyeksi keuangan ini akan dibuat dalam

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Suharjo (2008), warna dari jamur tiram beragam tergantung dari jenisnya, diantaranya :

9. Secara singkat gambaran usaha pembuatan bag log pada Responden Bersangkutan:

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Jamur Tiram. serbuk kayu yang dikemas dalam kantong plastik yang disebut dengan baglog.

TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN ( )

PENGEMBANGAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH SEBAGAI AGRIBISNIS PROSPEKTIF BAGI GAPOKTAN SEROJA I KANDANG LIMUN BENGKULU

PENGEMBANGAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH DIKALANGAN MAHASISWA BUDDHIS STIAB SMARATUNGGA BOYOLALI

IV. DESKRIPSI USAHA PENGOLAHAN TEPUNG UBI JALAR

usaha dari segi keuntungan. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) ( X Print) E-144

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODOLOGI PENELITIAN

Analisis Perbandingan Studi Kelayakan Budidaya Jamur Tiram dengan Pendekatan Model Outsourcing di Kota Metro

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Pengolahan Padi 1.2. Penggilingan Padi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

EFEKTIVITAS PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN A. HASIL 1. Laju pertumbuhan miselium Rata-rata Laju Perlakuan Pertumbuhan Miselium (Hari)

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

BUDIDAYA JAMUR KUPING SEBAGAI USAHA ALTERNATIF MAHASISWA YANG AKTIF DAN MANDIRI

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Allah SWT di muka bumi ini sebagai makhluk yang

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang

Transkripsi:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Budidaya Jamur Tiram Putih Berdasarkan hasil penelitian usaha budidaya jamur tiram yang dilakukan di Kecamatan Ciampea dan Ciawi, sudah cukup baik dalam penggunaan teknologi untuk kegiatan produksinya. Spesies jamur yang dibudidaya adalah jamur tiram putih yang memiliki ciri warna daging yang berwarna putih. Usaha budidaya jamur tiram putih yang berada di Kecamatan Ciampea dan Ciawi memiliki luas lahan kurang lebih 1.200 m 2, yang terdiri dari bangunan kumbung dengan luas rata-rata dari kedua kecamatan 800 m 2 sebagai tempat growing atau penumbuhan jamur tiram. 400 m 2 luas lahan selain bangunan kumbung digunakan sebagai tempat penyimpanan sarana pendukung produksi. Ada beberapa aspek yang dapat diperhatikan dalam penentuan lokasi budidaya jamur tiram putih antara lain : Sosial Ekonomi Umumnya aspek sosial ekonomi berkaitan dengan lingkungan masyarakat sekitar lokasi kegiatan budidaya dilakukan. Beberapa syarat yang menjadi pertimbangan dari aspek sosial ekonomi adalah sebagai berikut : - Lingkungan harus terjaga dengan baik. Artinya, usaha budidaya jamur tiram putih tidak akan merusak lingkungan yang sudah ada. Kondisi iklim cuaca di Kecamatan Ciampea dan Ciawi relatif sama. Suhu dari kedua daerah tersebut berkisar antara 15-22 0 C dengan kelembaban 90%. - Tenaga kerja yang digunakan pada usaha budidaya jamur tiram di Kecamatan Ciampea dan Ciawi berasal dari masyarakat sekitar lokasi usaha. Hal ini berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat di sekitar lokasi usaha budidaya jamur tiram di Kecamatan Ciampea dan Ciawi. - Sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan, yakni sarana produksi, sarana transportasi, sarana penerangan (listrik), dan sarana telekomunikasi seperti telepon guna menunjang kelancaran usaha. Dari lokasi usaha budidaya jamur tiram di Kecamatan Ciampea dan Ciawi yang menjadi objek penelitian telah memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana bagi keberlangsungan usaha budidaya jamur tiram. Seperti kelengkapan sarana produksi yang berupa alat-alat kebersihan, masker, sepatu boot, dan lain 37

sebagainya. Untuk transportasi menggunakan motor maupun sepeda, dan sarana-sarana yang penunjang yang lainnya. - Lokasi aman dan mendapat jaminan dari pihak-pihak yang berwenang di daerah setempat. Pada lokasi usaha di Kecamatan Ciampea yang telah berlangsung selama kurang lebih 5 tahun, tidak terjadi konflik dengan masyarakat sekitar. Begitu pun dengan lokasi usaha yang ada di Kecamatan Ciawi. Masyarakat yang ada di sekitar lokasi usaha terlihat tidak terganggu dengan adanya usaha budidaya jamur tiram tersebut. Proses Budidaya Jamur Tiram Putih Aspek budidaya mencakup segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan budidaya jamur tiram putih. Untuk lokasi bangunan dipilih lahan dengan tanah yang stabil. Untuk budidaya jamur tiram pada lokasi penelitian, responden memilih lahan yang berhawa sejuk dengan suhu 10-22 0 C dengan kelembaban udara cukup tinggi berkisar 90%. Dari kedua lokasi usaha yang berada di Kecamatan Ciampea dan Ciawi, kegiatan usaha buidaya jamur tiram telah memenuhi kriteria yang baik untuk lokasi usaha. Hal ini terlihat dari hasil produksi yang cukup baik. Pembudidaya jamur tiram di Kecamatan Ciampea dan Ciawi telah mengukur suhu dan kelembaban yang ideal, sehingga dari segi pemilihan iklim cuaca untuk lokasi usaha di Kecamatan Ciampea dan Ciawi sudah cukup memenuhi untuk standar produksi. Sarana Produksi Sarana produksi yang diperlukan dalam usaha budidaya jamur tiram putih, antara lain bangunan, rak bambu, peralatan dan bahan-bahan, baik bahan baku maupun bahan tambahan. Bangunan Secara umum bangunan yang digunakan untuk usaha budidaya jamur tiram di Kecamatan Ciampea dan Ciawi seperti terlihat pada Gambar 2. Dalam usaha budidaya jamur tiram bangunan yang digunakan untuk budidaya jamur tiram putih disebut kumbung. 38

Gambar 2. Bangunan kumbung pemeliharaan di Kecamatan Ciampea. Budidaya jamur tiram putih secara komersil memerlukan beberapa bangunan yang diperlukan dalam kegiatan usahanya. Bangunan yang diperlukan terdiri dari ruang persiapan, ruang inokulasi, ruang inkubasi, ruang penanaman dan ruang pembibitan. Bangunan tersebut dibuat dari kerangka kayu dengan dinding dari anyaman bambu dan atapnya dari genteng. Dinding bangunan dibuat dari anyaman bambu dengan tujuan memperkecil biaya bangunan, disamping pembuatannya yang mudah, anyaman bambu ini sangat baik dalam pengaturan suhu dan kelembaban ruangan, karena memberikan sirkulasi udara yang baik dari ventilasi anyaman serta dengan masuknya angin melalui jaring anyaman, dapat mempercepat perkembangan spora jamur. Bangunan ini dapat dipergunakan unutuk jangka waktu 10 tahun. Rak-Rak Bambu Bagian dalam bangunan kumbung terdapat rak-rak yang terbuat dari bahan utama bambu yang digunakan sebagai tempat penyimpanan bibit-bibit jamur. Dari lokasi usaha budidaya jamur tiram di Kecamatan Ciampea dan Ciawi struktur rakrak yang digunakan sama dari bahan dan bentuk. Yang berbeda hanya tingkatan dari setiap rak di Kecamatan Ciampea umumnya rak yang digunakan memilki 3 tingkat dengan masing-masing tingkat ditumpuk bibit jamur. Untuk lokasi usaha di Kecamatan Ciawi menggunakan rak sebanyak 4-5 tingkat. Hal ini dikarenakan lokasi usaha yang cukup sempit sehingga bentuk rak sedikit ditambah tingkatannya agar memenuhi kebutuhan produksi jamur tiram. 39

Gambar 3. Rak tempat penyimpanan baglog jamur di Kecamatan Ciampea. Ruangan inkubasi dan penanaman terdiri dari 15 rak yang tersusun dalam dua baris dan pada masing-masing barisnya terdapat empat tingkat rak bedeng. Ukuran unit rak berukuran 20 cm x 100 cm dan tinggi 200 cm, setiap ruangan rak setinggi 50 cm ke arah vertikal diberi penyekat bambu. Pada ruangan rak tersebut log (bibit jamur) disusun dengan posisi bertumpuk vertikal sampai memenuhi ruangan dan di bawah kaki rak-rak bambu dipasang wadah atau kaleng berisi air untuk menghindari masuknya semut. Peralatan Peralatan dalam budidaya jamur tiram putih pada umumnya menggunakan alat-alat sederhana yang mudah diperoleh. Peralatan yang digunakan pada usaha budidaya jamur tiram di Kecamatan Ciampea dan Ciawi relatif sama, yang membedakan hanya pada kelengkapan peralatan yang dipakai dan teknologi alat yang dipakai. Fungsi dari beberapa peralatan budidaya jamur tiram putih diantaranya, yaitu : Jarum Inokulasi Jarum Inokulasi digunakan untuk menginokulasi miselium jamur ke media, dengan cara mengambil potongan agar-agar yang telah ditumbuhi miselium dan memindahkannnya ke media agar-agar. Sprayer 40

Gambar 4. Peralatan budidaya jamur tiram di Kecamatan Ciawi. Sprayer digunakan untuk menyemprotkan alkohol 70% ke dalam ruangan agar ruangan menjadi steril. Penyemprotan ini dilakukan 1 jam sebelum melakukan inokulasi. Timbangan Gambar 5. Timbangan panen jamur tiram di Kecamatan Ciawi. Timbangan 150 kg digunakan untuk menimbang bahan-bahan yang akan digunakan untuk pembuatan media tanam atau media bibit jamur, sedangkan timbangan 100 kg digunakan untuk menimbang hasil panen jamur. 41

Alkohol 70% Alkohol ini digunakan untuk pekerjaan aseptik, misalnya mencelupkan jarum inokulasi, selain itu digunakan untuk mensterilkan tangan yang akan melakukan pekerjaan inokulasi. Saringan Pengayak Saringan pengayak digunakan untuk mengayak serbuk gergaji agar seragam ukurannya dan tidak tercampur dengan bahan ikutan lainnya seperti kayu atau kerikil. Saringan ayakan dapat dibuat dengan menggunakan kawat ayakan berukuran kira-kira 0,5 cm dengan panjang 1,5 meter dan lebar 1 meter. Autoklaf Autoklaf digunakan untuk mensterilkan media. Contoh bahan-bahan yang dapat disterilkan dengan autoklaf adalah kapas, sumber karet, serbuk kayu, baglog, media bibit dan botol bibit. Kapasitas autoklaf yang digunakan adalah 500 baglog. 42

Gambar 6. Autoklaf yang sedang diloading dengan baglog yang akan disterilkan di Kecamatan Ciampea. Termometer Alat ini mempunyai fungsi untuk mengukur suhu udara di dalam bangunan atau kumbung jamur. Bahan-bahan Bahan-bahan untuk budidaya jamur tiram putih yang perlu dipersiapkan terdiri dari bahan baku dan bahan tambahan. Bahan baku Serbuk kayu yang digunakan sebagai tempat tumbuh jamur tiram mengandung sejumlah unsur, diantaranya ada yang bermanfaat bagi pertumbuhan jamur, tetapi ada pula yang menghambat. Unsur yang dibutuhkan bagi pertumbuhan jamur tiram putih antara lain karbohidarat, lignin dan serat, sedangkan faktor yang menghambat antara lain getah dan zat ekstratif (zat pengawet alami yang terdapat pada kayu). Oleh karena itu, serbuk kayu yang digunakan untuk budidaya jamur tiram putih sebaiknya berasal dari jenis kayu 43

yang tidak banyak mengandung zat pengawet alami. Adapun syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam pemilihan serbuk kayu adalah sebagai berikut : - Serbuk kayu yang tidak tercampur dengan bahan bakar, contohnya: oli, solar, minyak dan lain-lain. - Serbuk kayu harus berasal dari jenis kayu yang tidak banyak mengandung getah. - Serbuk kayu kering. Serbuk kayu sebagai bahan baku substrat, rataan setiap harinya digunakan sebanyak 12 karung atau 200 kg dalam keadaan kering, dan dapat menghasilkan sekitar 500 baglog tanam. Pemasukan serbuk kayu dilakukan dengan sistem pemesanan langsung dengan harga per karung adalah Rp. 1.500. Bahan tambahan - Bekatul Bekatul merupakan sumber vitamin terutama vitamin B kompleks yang sangat berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan miselium serta untuk pertumbuhan tubuh buah jamur. Bekatul yang akan dipakai sebagai media tanam harus yang berkualitas baik artinya bekatul tersebut tidak boleh bercampur dengan sekam atau kulit padi dan tidak boleh beku atau yang berwarna hitam. Apabila bekatul tersebut kurang baik mutunya maka hal ini dapat menurunkan tingkat produktifitas jamur. Bekatul yang diperlukan untuk 500 baglog tanam adalah 30 kg, dengan harga Rp. 1000 per kg. - Kapur Kapur digunakan untuk mengatur ph media. Disamping itu, kapur juga sebagai sumber kalsium (Ca). Kapur yang digunakan adalah kapur pertanian yaitu kalsium karbonat. Banyaknya kapur digunakan adalah 4 kg untuk produksi 500 baglog tanam per hari setiap sekali proses budidaya dengan harga kapur Rp. 500 per kg. Unsur kalsium dan karbon digunakan untuk meningkatkan mineral yang dibutuhkan jamur tiram putih bagi pertumbuhannya. 44

Teknis Budidaya Jamur Tiram Putih Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi usaha, teknis kegiatan budidaya jamur tiram putih di Kecamatan Ciampea dan Ciawi tidak ada kegiatan yang berbeda jauh. Hasil pengamatan kegiatan budidaya jamur tiram putih dengan lokasi penelitian yaitu Kecamatan Ciampea dan Ciawi secara umum memiliki kegiatan yang sama. Kegiatan usaha budidaya jamur tiram putih dapat digambarkan sebagai berikut : Tahap 1. Persiapan media Tahap 2. Inokulasi Tahap 3. Inkubasi Tahap 4. Penumbuhan Tahap 5. Pemanenan Tahap 6. Pemasaran Gambar 7. Alur Teknik Budidaya Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus). Tahap 1. Persiapan Media Persiapan media merupakan tahap awal untuk menghasilkan jamur tiram putih yang berkualitas baik sehingga menentukan keberhasilan budidaya jamur tiram putih. Mutu media yang baik ditunjang dengan pengelolaan yang tepat diharapkan dapat menghasilkan jamur tiram dengan kualitas yang baik dan jumlah yang mencukupi. Adapun kegiatan persiapan media meliputi : Persiapan substrat Bahan baku media pembuatan jamur tiram putih ini pada umumnya terdiri dari serbuk gergaji, kapur, bekatul (dedak padi), dengan komposisi yang disesuaikan dengan besarnya produksi jamur yang akan dihasilkan, masingmasing dari bahan baku. 45

Pengayakan serbuk kayu Pengayakan serbuk kayu dilakukan sebelum serbuk kayu dicampur bersama bahan-bahan yang lain. Tujuan dari pengayakan serbuk kayu untuk menghasilkan serbuk kayu yang halus dan seragam. Dalam artian, serbuk ini tidak terlalu bercampur dengan benda-benda asing seperti kerikil, potongan kayu kecil, pecahan kaca ataupun plastik dan lain sebagainya. Pencampuran media Semua bahan baku yang diperlukan untuk membentuk media dicampur dengan air dan diaduk secara merata dengan komposisi yang disesuaikan dengan kebutuhan produksi. Dari hasil penelitian kebutuhan baglog per hari kurang lebih 300 baglog yang didapat dari pencampuran serbuk kayu sebanyak 100 kg, bekatul 15 kg, dan kapur 5 kg. Pengomposan media Proses pengomposan media perlu dilakukan untuk menguraikan senyawasenyawa komplek dalam bahan-bahan dengan bantuan mikroba sehingga diperoleh senyawa-senyawa yang lebih sederhana sehingga mudah dicerna oleh jamur. Waktu yang diperlukan dalam kegiatan pengomposan media adalah kirakira 1-2 hari. Pembungkusan atau pengantongan media Media yang siap dimasukan ke dalam kantong plastik yaitu media yang tidak pecah atau terurai bila kepalan tangan dilepas. Plastik pembungkus yang digunakan yaitu plastik polipropilen (pp) karena plastik ini relatif tahan panas. Setelah media dibungkus, maka selanjutnya ujung plastik ujung plastik dapat disatukan dengan cincin yang terbuat dari potongan bambu pada leher plastik, sehingga bungkusan menyerupai botol. Sterilisasi media Kegiatan selanjutnya adalah mensterilkan media yang telah dibungkus. Tujuan dari mensterilkan media tersebut adalah untuk menghambat perkembangbiakan kontaminan atau benda asing yang tidak diinginkan yang 46

masuk ke dalam media atau bahan baku. Hal ini perlu dilakukan pada suhu 90-95 0 C selama kurang lebih 8 jam. Pendinginan media Setelah kegiatan strelilisasi selasai selama hampir 8 jam. Media yang dikeluarkan dari alat sterilisasi lalu didinginkan agar supaya bibit jamur tidak mati pada saat dilakukan pembibitan. Tahap 2. Inokulasi Sebelum kegiatan inokulasi dilakukan, ruangan untuk inokulasi, alat-alat dan perlengkapan yang digunakan harus disterilisasikan terlebih dahulu dengan menyemprotkan alkohol 70%. Umumnya kegiatan ini dilakukan dengan cara tusukan yaitu dengan membuat lubang dibagian tengah media melalui cincin sekitar 3 / 4 dari tinggi media. Alat tusuk dapat berupa lidi atau kayu dengan diameter 1 inci. Media kemudian ditutup dengan kapas setelah diinokulasi. Tahap 3. Inkubasi Tahap inkubasi ini dilakukan dengan cara menyimpan media yang telah diinokulasi agar bibit jamur tumbuh. Suhu yang dibutuhkan selama proses inkubasi ini berkisar 20-25 0 C. Kegiatan ini dilakukan hingga seluruh media berwarna putih karena ditutupi oleh miselia jamur. Setelah seluruh media memutih karena ditutupi oleh miselia jamur selama kurang lebih 40-60 hari dibuka tutup baglognya dan sudah siap untuk dilakukan penumbuhan. Pada dasarnya pembukaan media bertujuan untuk memberikan oksigen yang cukup bagi pertumbuhan tubuh buah jamur. Dengan oksigen yang cukup maka dapat memberikan kesempatan bagi jamur untuk membentuk tubuh buah dengan baik. Tahap 4. Penumbuhan Satu sampai dua minggu setelah media dibuka maka tubuh buah akan tumbuh. Tubuh buah yang sudah tumbuh tersebut selanjutnya dibiarkan selama 2-3 hari atau sampai tercapai pertumbuhan yang optimal. Apabila jamur yang sudah tumbuh tersebut dibiarkan terlalu lama maka bentuk jamur tersebut akan kurang baik dan daya simpannya akan menurun. 47

Kondisi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh buah pada jamur kayu adalah pada suhu 16-22 0 C dengan kelembaban 80-90%. Kondisi tersebut dipertahankan agar pertumbuhan jamur tetap dalam kondisi yang baik. Oleh karena itu, apabila suhu terlalu tinggi sedangkan kelembaban terlalu rendah (hal ini terjadi pada musim panas) perlu dilakukan penyemprotan dengan menggunakan sprayer atau dengan menggunakan pengabut yang bekerja dengan mesin pompa air. Tahap 5. Pemanenan Panen dilakukan sebanyak 4 sampai 8 kali panen, dimana keadaannya tergantung pada kandungan substrat tanam, bibit jamur serta lingkungan selama pemeliharaan. Panen jamur dilakukan pada pagi hari ketika jamur sudah memenuhi syarat untuk dipanen. Pada saat itu, ukuran jamur sudah cukup besar dengan diameter rata-rata antara 5-10 cm. Pemanenan dilakukan dengan cara mengangkat atau mencabut jamur yang dipanen. Bekas batang jamur dalam substrat tanam harus dibersihkan. Jamur yang sudah dipanen tidak perlu dipotong hingga menjadi bagian per tudung, tetapi hanya perlu dibersihkan kotoran yang menempel pada bagian akarnya saja. Dengan cara tersebut, disamping kebersihannya lebih terjaga, daya tahan jamur pun akan lebih lama. Hasil panen jamur tiram dapat langsung dipasarkan dalam kondisi segar. Tahap 6. Pemasaran Jamur tiram putih yang dihasilkan lalu dijual dalam bentuk segar, dengan rata-rata penjualan tiap harinya adalah 20 kg/hari. Untuk mempertahankan kesegaran jamur tiram putih hingga sampai ke tangan konsumen, maka pemasaran dilakukan sesegera mungkin. Hal ini dilakukan untuk menghindari resiko kerugian, karena sifat jamur yang mudah busuk dan rusak. Harga jual jamur tiram putih segar adalah Rp 7.000 per kilogram. Harga ini dilihat dari rata-rata harga yang biasa dipakai oleh penjual jamur itu sendiri. Dalam memasarkan produknya, menjual jamur tiram putih ke pasar lokal seperti pasar Cisarua, pasar Ramayana, pasar Anyar dan pasar Cipanas. Selain dipasarkan ke pasar-pasar lokal tersebut, seringkali konsumen datang langsung ke tempat proses budidaya jamur tiram putih untuk membelinya. Biasanya konsumen 48

yang langsung datang ini, berasal dari Jakarta dan Bandung. Sedangkan produk kemasan stereofoam dipasarkan ke swalayan di Jakarta. Analisis Finansial Analisis finansial adalah suatu usaha yang dilakukan untuk mengetahui kondisi keuangan dari suatu proyek/usaha melalui pengujian. Aspek finansial dalam penelitian ini berkaitan dengan nilai dari manfaat dan biaya dalam usaha budidaya jamur tiram putih di Kecamatan Ciampea dan Ciawi. Biaya Investasi Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan satu kali selama umur proyek untuk memperoleh manfaat sampai secara ekonomis tidak dapat memberikan keuntungan lagi. Biaya investasi untuk usaha budidaya jamur tiram putih meliputi bangunan, sekop, timbangan pembibitan, pengayak, cidukan serbuk, alat strerilisasi, oven (drum), lampu spiritus, sendok tanam, sprayer strerilisasi, cangkul, pompa air, nostle, selang air, cutter, sprayer budidaya, sapu, pisau, timbangan pemanenan, dan keranjang. Tabel 2. Investasi Budidaya Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciampea. No Komponen Investasi Jumlah (unit) Harga per Unit (Rp) Total Biaya (Rp) Umur Teknis (tahun) 1 Bangunan 1 90.000.000 90.000.000 10 2 Sekop 2 65.000 130.000 3 3 Timbangan Pembibitan 1 75.000 75.000 3 4 Pengayak 1 50.000 50.000 3 5 Cidukan Serbuk 0 - - - 6 Alat Sterilisasi 1 10.000.000 10.000.000 5 7 Oven (Drum) 0 - - 3 8 Lampu Spriritus 2 15.000 30.000 5 9 Sendok Tanam 3 15.000 45.000 5 10 Sprayer Sterilisasi 3 7.000 21.000 3 11 Cangkul 0 - - - 12 Pompa air 1 150.000 150.000 5 13 Nostle 1 12.000 12.000 2 14 Selang air 1 250.000 250.000 5 15 Cutter 0 - - 1 16 Sprayer Budidaya 0 - - 3 49

Tabel 2. Investasi Budidaya Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciampea. 17 Sapu 0 - - 3 18 Pisau 3 5.000 15.000 3 19 Timbangan Pemanenan 1 85.000 85.000 3 20 Keranjang 2 60.000 120.000 3 Total 23 100.789.000 100.983.000 Biaya investasi yang dikeluarkan di Kecamatan Ciampea rata-rata adalah sebesar Rp. 100.983.000 dengan luas lahan yang digunakan seluas 1.100 m 2. Keseluruhan modal yang dikeluarkan oleh pengusaha budidaya jamur tiram putih untuk investasi ini berasal dari modal sendiri. Tabel 3. Investasi budidaya Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciawi. No Komponen Investasi Jumlah (unit) Harga per Unit (Rp) Total Biaya (Rp) Umur Teknis (tahun) 1 Bangunan 1 14.000.000 14.000.000 5 2 Sekop 2 65.000 130.000 3 3 Timbangan Pembibitan 1 75.000 75.000 3 4 Pengayak 1 50.000 50.000 3 5 Cidukan Serbuk 0 - - - 6 Alat Sterilisasi 4 80.000 320.000 5 7 Oven (Drum) 4 350.000 1.400.000 3 8 Lampu Spriritus 1 25.000 25.000 5 9 Sendok Tanam 2 17.500 35.000 5 10 Sprayer Sterilisasi 1 6.000 6.000 3 11 Cangkul 0 - - - 12 Pompa air 1 175.000 175.000 5 13 Nostle 1 13.000 13.000 2 14 Selang air 1 200.000 200.000 5 15 Cutter 0 - - 1 16 Sprayer Budidaya 0 - - 3 17 Sapu 0 - - 3 18 Pisau 4 2.500 10.000 3 19 Timbangan Pemanenan 1 75.000 75.000 3 20 Keranjang 7 55.000 385.000 3 21 Tabung Gas 4 500.000 2.000.000 10 Total 32 15.689.000 18.899.000 50

Biaya investasi yang dikeluarkan di Kecamatan Ciawi rata-rata adalah sebesar Rp 18.899.000 dengan luas lahan yang digunakan seluas 1.000 m 2. Keseluruhan modal yang dikeluarkan oleh pengusaha budidaya jamur tiram putih untuk investasi ini berasal dari modal sendiri. Biaya operasional Biaya operasional yang dikeluarkan pada usaha budidaya jamur tiram putih di Kecamatan Ciampea dan Ciawi terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah dengan berubahnya output. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh pengusaha budidaya jamur tiram putih terdiri atas gaji karyawan, dan penyusutan. Biaya tetap usaha budidaya jamur tiram putih di Kecamatan Ciampea adalah sebesar Rp 13.133.944. Jumlah biaya tetap yang dikeluarkan untuk usaha budidaya jamur tiram putih di Kecamatan Ciampea dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Biaya tetap usaha (tahunan) budidaya Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciampea dan Ciawi. No. Jenis Total Biaya (Rp) Ciampea Ciawi 1 Gaji Tenaga Kerja Tetap 6.140.000 5.600.000 2 Penyusutan 6.993.944 5.719.211 Total 13.133.944 11.319.211 Biaya tetap usaha budidaya jamur tiram putih di Kecamatan Ciawi adalah sebesar Rp 11.319.211. Jumlah biaya tetap yang dikeluarkan untuk usaha budidaya jamur tiram putih di Kecamatan Ciawi dapat dilihat pada Tabel 4. Biaya Variabel Biaya vaiabel adalah biaya yang berubah dengan adanya perubahan jumlah output. Biaya variabel yang terdapat pada usaha budidaya jamur tiram putih di Kecamatan Ciampea dan Ciawi meliputi serbuk gergaji, kapur pertanian, dedak, tepung jagung, bibit jamur, spiritus, alkohol 70%, cincin, kapas sintetis, plastik baglog, masker, kayu bakar, plastik packing, tali rafia. Rincian biaya variabel Kecamatan Ciampea dan Ciawi dapat dilihat pada tabel 5 dan 6. 51

Tabel 5. Biaya variabel usaha budidaya Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciampea. No Jenis Jumlah (unit) Harga per Unit (Rp) Total Biaya (Rp) 1 Serbuk Gergaji 1.500 2.500 3,750,000 2 Kapur Pertanian 100 500 50.000 3 Dedak 1.000 1.000 1.000.000 4 Tepung Jagung 17 4.000 68.000 5 Bibit Jamur 30,000 27 810.000 6 Spiritus 1 7.000 7.000 7 Alkohol 70% 1 16.000 16.000 8 Cincin 35.000 25 875.000 9 Kapas Sintetis 250 6.000 1.500.000 10 Plastik Baglog 90 12.000 1.080.000 11 Masker 12 3.000 36.000 12 Gas 1 150.000 150.000 13 Plastik Packing 5 45.000 225.000 14 Tali Rafia 1 15.000 15.000 Total 67.978 262.052 9.582.000 Berdasarkan tabel diatas biaya variabel yang dikeluarkan pengusaha budidaya jamur tiram di Kecamatan Ciampea selama satu bulan adalah sebesar Rp. 9.582.000. Jumlah biaya variabel yang dikeluarkan untuk usaha budidaya jamur tiram putih ini dapat dilihat pada Tabel 5. Berdasarkan Tabel 5, dapat diketahui bahwa biaya variabel terbesar terdapat pada penggunaan bahan utama media yaitu serbuk kayu sebesar Rp. 3.750.000 hal ini dikarenakan serbuk kayu merupakan komponen penting dari usaha budidaya jamur tiram putih. Sedangkan biaya terendah yang dikeluarkan dari usaha budidaya jamur tiram putih adalah spiritus yaitu sebesar Rp. 7.000. Tabel 6. Biaya variabel usaha budidaya Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciawi. No Jenis Jumlah (unit) Harga per Unit (Rp) Total Biaya (Rp) 1 Serbuk Gergaji 6.000 2.500 15.000.000 2 Kapur Pertanian 2 500 1.000 3 Dedak 3 1.000 3.000 4 Tepung Jagung 1 4,500 4.500 52

Tabel 6. Biaya variabel usaha budidaya Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciawi. 5 Bibit Jamur 25.000 27 675.000 6 Spiritus 1 6.000 6.000 7 Alkohol 70% 1 16.000 16.000 8 Cincin 23.000 40 920.000 9 Kapas Sintetis 250 6.000 1.500.000 10 Plastik Baglog 90 12.000 1.080.000 11 Masker - - - 12 Gas 4 13.000 52.000 13 Koran 5 4.000 20.000 14 Plastik Packing 5 11.600 58.000 15 Tali Rafia 1 15.000 15.000 Total 54.363 92.167 19.350.500 Berdasarkan tabel diatas biaya variabel yang dikeluarkan pengusaha budidaya jamur tiram di Kecamatan Ciawi selama satu bulan adalah sebesar Rp. 19.350.500. Jumlah biaya variabel yang dikeluarkan untuk usaha budidaya jamur tiram putih ini dapat dilihat pada Tabel 6. Berdasarkan Tabel 6, dapat diketahui bahwa biaya variabel terbesar terdapat pada penggunaan bahan utama media yaitu serbuk kayu sebesar Rp. 15.000.000 hal ini dikarenakan serbuk kayu merupakan komponen penting dari usaha budidaya jamur tiram putih. Sedangkan biaya terendah yang dikeluarkan dari usaha budidaya jamur tiram putih adalah spiritus yaitu sebesar Rp. 6.000. Penerimaan Hasil produksi dari usaha budidaya jamur tiram di Kecamatan Ciampea dan Ciawi dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 7. Produksi usaha budidaya Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciampea dan Ciawi. Kecamatan Produksi Ciampea Ciawi Jamur Baglog 1.200 kg/bln 12.000 baglog/bln 1.205 kg/bln 25.000 baglog/bln Penerimaan yang diperoleh pengusaha budidaya jamur tiram putih berasal dari nilai produksi jamur tiram putih segar yang merupakan perkalian antara 53

produksi jamur tiram putih segar yang dihasilkan dengan harga jamur tiram putih yang berlaku di pasaran. Tabel 8. Penerimaan dari hasil penjualan Jamur Tiram Segar dan Baglog di Kecamatan Ciampea dan Ciawi. Kecamatan Jumlah Harga per satuan (Rp) Nilai (Rp/bulan) Ciampea 1.200 (kg/bulan) 7.000 8.400.000 12.000 Baglog/bln 1.500 18.000.000 Total 26.400.000 Ciawi 1.205 (kg/bulan) 7000 8.435.000 25.000 Baglog/bln 1.500 37.500.000 Total 45.935.000 Berdasarkan Tabel 8, penerimaan usaha budidaya jamur tiram putih yaitu sebesar Rp. 8.400.000 dan penerimaan dari baglog sebesar Rp. 18.000.000 merupakan seluruh penerimaan usaha di Kecamatan Ciampea. Sedangkan penerimaan usaha budidaya jamur tiram di Kecamatan Ciawi adalah sebesar Rp. 8.435.000 dan penerimaan dari baglog sebesar Rp. 37.500.000. Hasil penerimaan di Kecamatan Ciampea dan Ciawi adalah total penerimaan selama satu bulan usaha budidaya jamur tiram berjalan. Kriteria Investasi Analisis kriteria investasi merupakan analisis untuk mencari suatu ukuran menyeluruh tentang baik tidaknya suatu usaha yang telah dikembangkan. Kelayakan finansial untuk usaha budidaya jamur tiram putih dapat dilihat pada kriteria-kriteria investasi yang dianalisis meliputi net present value (NPV), net benefit-cost ratio (Net B/ C) serta internal rate of return (IRR), sehingga dapat diketahui layak tidaknya usaha yang dijalankan atau dikembangkan. Alat ukur kriteria investasi tersebut dihitung dengan menggunakan suatu arus kas yang lebih dikenal dengan istilah cashflow. Berikut tabel hasil perhitungan analisis kriteria investasi pada usaha budidaya jamur tiram putih di Kecamatan Ciampea dan Ciawi. 54

Tabel 9. Analisis kriteria investasi pada usaha budidaya Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciampea dan Ciawi tahun 2010. Lokasi Kriteria Nilai Ciampea NPV Rp. 534.025.601 BCR 1,5 IRR 104% Payback Periode 2 tahun BEP 21.126 baglog/thn Ciawi NPV Rp. 1.073.313.595 BCR 1,4 IRR 1.095% Payback Periode 1,6 tahun BEP 58.236 baglog/thn Berdasarkan hasil analisis finansial nilai NPV pada usaha budidaya jamur tiram di Kecamatan Ciampea adalah sebesar Rp. 534.025.601 nilai tersebut memberikan pengertian bahwa jumlah keuntungan yang diperoleh selama umur proyek 10 tahun yang dihitung berdasarkan nilai saat ini adalah Rp. 534.025.601. Nilai BCR yang diperoleh sebesar 1,5. Nilai ini merupakan perbandingan antara seluruh keuntungan yang diperoleh selama umur proyek dengan seluruh kerugian yang dialami umur proyek. Nilai BCR 1,5 mengandung pengertian pula bahwa selama umur proyek penerimaan lebih besar dari pada pengeluaran. Nilai IRR yang diperoleh pada usaha budidaya jamur tiram putih ini adalah 104%. Hal ini berarti bahwa usaha budidaya jamur tiram putih ini mampu memberikan tingkat pengembalian atau keuntungan per tahunnya sebesar 104% dari seluruh investasi yang ditanamkan selama sepuluh tahun umur proyek. Berdasarkan hasil analisis finansial nilai NPV pada usaha budidaya jamur tiram di Kecamatan Ciawi adalah sebesar Rp. 1.073.313.595 nilai tersebut memberikan pengertian bahwa jumlah keuntungan yang diperoleh selama umur proyek 10 tahun yang dihitung berdasarkan nilai saat ini adalah Rp. 1.073.313.595. Nilai BCR yang diperoleh sebesar 1,4. Nilai ini merupakan perbandingan antara seluruh keuntungan yang diperoleh selama umur proyek dengan seluruh kerugian yang dialami umur proyek. Nilai BCR 1,4 mengandung pengertian pula bahwa selama umur proyek penerimaan lebih besar dari pada pengeluaran. Nilai IRR yang diperoleh pada usaha budidaya jamur tiram putih ini adalah 1.095%. Hal ini berarti bahwa usaha budidaya jamur tiram putih ini 55

mampu memberikan tingkat pengembalian atau keuntungan per tahunnya sebesar 1095% dari seluruh investasi yang ditanamkan selama sepuluh tahun umur proyek. Analisis sensitivitas Tabel 10 memperlihatkan bahwa apabila terjadi perubahan skenario berupa peningkatan harga input yaitu harga serbuk kayu sebesar 10 persen, maka budidaya jamur tiram putih masih layak untuk dilaksanakan. Kelayakan ini dicerminkan dari nilai NPV yang positif, BCR yang lebih dari 1, IRR yang lebih besar dari tingkat suku bunga yang digunakan, payback period yang lebih kecil dari umur proyek. Tabel 10. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan bahan baku serbuk kayu sebesar 10%. Kriteria kelayakan usaha Ciampea Ciawi IRR 101% 993% BCR 1,5 1,3 NPV Rp. 553.198.058 Rp. 977.235.988 PBP 2 tahun 1,1 tahun Baik usaha budidaya jamur tiram yang berada di Kecamatan Ciampea dan Ciawi sama-sama layak dilaksanakan meskipun terjadi peningkatan harga bahan baku yaitu serbuk kayu sebesar 10 persen. Tabel 11. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan upah tenaga kerja dan buruh sebesar 15%. Kriteria kelayakan usaha Ciampea Ciawi IRR 103% 999% BCR 1,5 1,3 NPV Rp. 524.994.501 Rp. 981.000.238 PBP 1,4 tahun 1,4 tahun Tabel 11 memperlihatkan bahwa apabila terjadi perubahan skenario berupa peningkatan upah tenaga kerja dan buruh 15 persen, maka budidaya jamur tiram putih masih layak untuk dilaksanakan. Kelayakan ini dicerminkan dari nilai 56

NPV yang positif, BCR yang lebih dari 1, IRR yang lebih besar dari tingkat suku bunga yang digunakan, payback period yang lebih kecil dari umur proyek. Baik usaha budidaya jamur tiram yang berada di Kecamatan Ciampea dan Ciawi samasama layak dilaksanakan meskipun terjadi peningkatan upah tenaga kerja dan buruh sebesar 15 persen. Tabel 12. Analisis sensitivitas terhadap penurunan harga jual produk jamur tiram dan baglog sebesar 15%. Kriteria kelayakan usaha Ciampea Ciawi IRR 99% 838% BCR 1,4 1,5 NPV Rp. 419.454.707 Rp. 872.650.304 PBP 1,4 tahun 1,5 tahun Tabel 12 memperlihatkan bahwa apabila terjadi perubahan skenario berupa penurunan harga produk berupa jamur tiram segar dan baglog sebesar 15 persen, maka budidaya jamur tiram putih masih layak untuk dilaksanakan. Kelayakan ini dicerminkan dari nilai NPV yang positif, BCR yang lebih dari 1, IRR yang lebih besar dari tingkat suku bunga yang digunakan, payback period yang lebih kecil dari umur proyek. Baik usaha budidaya jamur tiram yang berada di Kecamatan Ciampea dan Ciawi sama-sama layak dilaksanakan meskipun terjadi penurunan harga jual produk sebesar 15 persen. Kriteria Investasi Jika Menghasilkan 1 produk Dari hasil perhitungan, jika di Kecamatan Ciampea hanya memproduksi baglog saja besar NPV adalah Rp. 1.506.994.493, BCR sebesar 2,49, IRR sebesar 461%, Payback period selama 1,2 tahun. Sedangkan untuk produksi jamur saja besar NPV adalah Rp. 363.908.581, BCR sebesar 2,47, IRR sebesar 450%, dan Payback period selama 1,2 tahun. 57

Tabel 13. Analisis kriteria investasi pada usaha budidaya Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciampea dan Ciawi tahun 2010. Lokasi Produk NPV (Rp) BCR IRR(%) PBP Ciampea Baglog 506.994.493 2,49 461 1,2 Jamur 363.908.581 2,47 450 1,2 Ciawi Baglog 1.157.201.601 1,55 452 1,2 Jamur 282.465.164 1,85 487 1,2 Sedangkan di Kecamatan Ciawi hanya memproduksi baglog saja besar NPV adalah Rp. 1.157.201.601, BCR sebesar 1,55, IRR sebesar 452%, Payback period selama 1,2 tahun. Sedangkan untuk produksi jamur saja besar NPV adalah Rp. 282.465.164, BCR sebesar 1,85, IRR sebesar 487%, dan Payback period selama 1,2 tahun. Dampak Usaha Budidaya Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciampea dan Ciawi Pertumbuhan dan perkembangan suatu bisnis akan selalu dipengaruhi lingkungan sekitarnya, baik bersifat positif maupun negatif. Oleh karena itu, besar kemungkinan usaha budidaya jamur tiram putih di Kecamatan Ciampea dan Ciawi dapat menyebabkan beberapa dampak terhadap lingkungan, masyarakat dan secara luas bagi negara. Lingkungan merupakan komponen yang terkena dampak secara langsung dari adanya usaha budidaya jamur tiram putih ini. Hal ini dikarenakan usaha ini bergerak di bidang pertanian yang mengandalkan bahan-bahan dari alam dan faktor lingkungan sebagai komponen utamanya, sedangkan dampak terhadap masyarakat lebih dikarenakan adanya peran utama masyarakat sebagai konsumen dan penyedia faktor-faktor produksi terutama tenaga kerja. Secara lebih luas lagi, usaha ini juga memberikan dampak bagi negara, karena secara tidak langsung negara merupakan pihak yang menaungi dan bertanggung jawab atas semua aktivitas yang terjadi di dalam negara tersebut. Dampak-dampak tersebut antara lain: 58

- Dampak terhadap lingkungan Usaha budidaya jamur tiram putih ini sangat mendukung pelestarian lingkungan karena tidak menggunakan bahan produksi yang dapat membahayakan lingkungan. Usaha ini berperan dalam pemanfaatan sumberdaya yang tidak bernilai ekonomi menjadi bernilai ekonomi, yaitu serbuk kayu yang merupakan bahan utama pembuatan media tanam. - Dampak terhadap masyarakat Usaha budidaya jamur tiram ini dapat menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitarnya karena sebagian besar tenaga kerja yang dibutuhkan berasal dari masyarakat sekitar. Dengan adanya usaha ini juga dapat memberdayakan sumberdaya manusia yang kurang memiliki keterampilan dan berpendidikan rendah terutama kebutuhan tenaga kerja tidak tetap. Hal ini dikarenakan usaha budidaya jamur tiram putih ini relatif sederhana untuk dilakukan. - Dampak terhadap negara Usaha budidaya ini dapat memberikan kontribusi bagi negara dalam mengurangi angka pengangguran melalui penciptaan lapangan kerja baru. Usaha ini juga dapat memberikan inspirasi dalam kegiatan pemberdayaan sumber daya manusia melalui peningkatan jiwa kewirausahaan. 59