BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 17 Kota Jambi, kelas VII yang

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. dilaporkan dalam tabel 4.1 ; 4.2 ; 4.3 berikut ini : Tabel 4.1 Disribusi responden menurut kelompok umur

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kranggan Kabupaten Temanggung, dengan populasi penelitian sebanyak 219

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian. digunakan untuk uji validitas instrumen.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan terhadap guru-guru SMA Negeri di Kabupaten

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung. Dalam penelitian ini seluruh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENELITIAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS KORELASI KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PAI DENGAN MOTIVASI BELAJAR PAI SISWA SMP MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini akan dipaparkan hasil pengolahan data dari penelitian

BAB 4 Hasil Penelitian dan Interpretasi

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. (Desa Kemiri, Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali) Jawa Tengah.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Adapun data yang terkumpul dilakukan dengan cara menyebarkan angket

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaan penelitian dilakukan pada tanggal 13 September 2011 hingga tanggal 28 September Pemerolehan data disiplin belajar dan

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

Bab IV Hasil dan Pembahasan. Hasil Analisis Deskriptif. Deskripsi data dilakukan untuk mengkategorikan kelompok

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. kecenderungan jawaban responden dari tiap-tiap variabel, baik mengenai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Uji Coba Angket

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mental merupakan hasil skala yang diberikan kepada responden (santri Al

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Garmen. Dimana jurusan ini diambil pada saat kelas X. SMK Muhammadiyah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASILPENELITIAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS KORELASI ANTARA NILAI BTQ DENGAN PRESTASI BELAJAR MAPEL PAI DI SD KANDANG PANJANG 01 PEKALONGAN

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN` Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai hasil penelitian mengenai hubungan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMABAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Program Studi Pendidikan Ekonomi angkatan FKIP-UKSW

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN` Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai hasil penelitian mengenai penyebab stres

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA. hipotesis-hipotesis penelitian yang telah dirumuskan dalam BAB I yaitu efektif

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. PAUD Sahabat Ananda berada di Perumahan Puncak Permata Sengkaling blok

BAB IV HASIL PENELITIAN

Bab IV Analisis dan Pembahasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. telah disebarkan di lingkungan SMK Telkom Sandy Putra Jakarta dan telah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian kuantitatif, kevalidan data menjadi sangat penting, karena bila

BAB IV HUBUNGAN PROFESIONALITAS GURU DALAM PEMBELAJARAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI MI SALAFIYAH BEJI TULIS BATANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini akan membahas tentang hasil penelitian yang telah dilaksanakan,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini, peneliti akan mendeskripsikan skor budaya organisasi dan

BAB IV HASIL PENELITIAN. penelitian berdasarkan jenis kelamin, usia dan IPK dapat dilihat pada tabel 4.1, 4.2, 4.3. Tabel 4.1

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mengikuti perkuliahan yang berjumlah 31 mahasiswi.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS HASIL. (10%); 31, 34, dan 35 tahun berjumlah 3 orang (7,5%); 27 tahun. tahun masing-masing 1 orang (2,5%).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMK Negeri 1 Salatiga merupakan salah satu dari 3 SMK Negeri yang

BAB IV ANALISIS PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ANAK DI DESA PROTO KEDUNGWUNI PEKALONGAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian yang dilakukan tentang Daya Tarik Isi Motto Serve With Heart Oleh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Lokasi Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV KORELASI ANTARA PEMAHAMAN PESERTA DIDIK TENTANG TATA TERTIB SEKOLAH DENGAN KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK DI MA YIC BANDAR BATANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN / Selanjutnya, sekolah ini beralamat di desa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Data penelitian ini diperoleh dari tes kemampuan awal (X 1 ) dan tes

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS HASIL

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Mei 2016 terhadap siswa pada mata pelajaran Akidah akhlak di MTsN Kunir

BAB 4 ANALISA HASIL Gambaran Umum Responden Penelitian. Deskripsi data responden berdasarkan usia akan dijeleskan pada tabel dibawah ini:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Adversity Quotient dan Problem Focused Coping berdasarkan jenis

Berdasarkan Tabel 4.1 di atas, dapat diketahui bahwa terdapat 18 responden laki-laki dengan persentase 43% dan 24 orang responden

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan dijelaskan hasil penelitian dan pembahasan data yang

BAB IV HASIL PENELITIAN. dilakukan. Pembahasan tersebut meliputi dua bagian yaitu analisis deskriptif serta uji

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini penulis akan menguraikan data-data yang berhasil

BAB IV HASIL PENELITIAN. pola asuh orang tua, motivasi belajar dan prestasi belajar IPS. 1. Pola asuh orang tua

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Bringin 01. Letak sekolah

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISI DATA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. No.23 Grobogan, telpon : (0292) Subyek penelitian adalah siswa kelas X

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Di bawah ini merupakan analisis data secara statistik untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Seberapa besar status sosial ekonomi keluarga di Kelurahan Perbutulan Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon. 2. Sejauhmana tingkat pendidikan anak di Kelurahan Perbutulan Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon. 3. Seberapa besar pengaruh status sosial ekonomi keluarga terhadap pencapaian tingkat pendidikan anak di Kelurahan Perbutulan Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon. Berikut ini adalah hasil penelitian yang dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. 1. Status Sosial Ekonomi Keluarga di Kelurahan Perbutulan Di bawah ini akan dipaparkan perhitungan statistik status sosial ekonomi di Kelurahan Perbutulan yang dibagi ke dalam empat faktor, yaitu faktor pekerjaan, faktor pendidikan, faktor pendapatan, dan faktor pemilikan. Yang pertama akan dibahas ialah faktor pekerjaan dan selanjutnya faktor-faktor berikutnya. a. Faktor Pekerjaan Berdasarkan perhitungan statistik dengan uji mean dan standar deviation, diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.1 Perhitungan Statistik Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Pekerjaan 36 17.00 28.00 23.0556 1.99921 Valid N (listwise) 36 Sumber: Hasil olah data SPSS 20

64 Dari tabel di atas, diketahui bahwa skor mean yang diperoleh faktor pekerjaan adalah sebesar 23,06, standar deviation sebesar 1,99, nilai maksimum sebesar 28, dan nilai minimum sebesar 17. Adapun untuk menentukan kategori tinggi, sedang dan rendahnya faktor pekerjaan dapat dilihat dari uraian sebagai berikut : Nilai Maksimum = 28 Nilai Minimum = 17 Range 28 17 = 11 Interval 11 : 3 = 3,6 Berdasarkan perhitungan statistika tersebut, maka diperoleh interval pengkategorian faktor pekerjaan sebagai berikut : Tabel 4.2 Interval pengkategorian Batas Kategori 17 20,6 Rendah 20,7 24,3 Sedang 24,4-28 Tinggi Sumber: Hasil olah data penulis Selanjutnya Jawaban responden terhadap faktor pekerjaan diklasifikasi berdasarkan perhitungan frekuensi dan prosentase. Hasilnya dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 4.3 Kategorisasi faktor pekerjaan Aspek Kategori Frekuensi Prosentase Tinggi 8 22,22 Pekerjaan Sedang 26 72,22 Rendah 2 5,56 Jumlah 36 100 Sumber: Hasil olah data penulis

65 berikut : Jika digambarkan dengan grafik, maka faktor pekerjaan akan nampak sebagai Grafik 4.1 Aspek Pekerjaan Tabel dan grafik di atas menjelaskan kategorisasi faktor pekerjaan, dari tabel dan grafik tersebut dapat diperoleh informasi bahwa sebagian besar (72,22%) reponden memiliki status sosial ekonomi dari pekerjaan dengan kategori sedang. Sedangkan responden yang memiliki kategori tinggi sebanyak (22,22%), dan responden dengan kategori rendah sebanyak (5,56%). Maka rata-rata responden di Kelurahan Perbutulan memiliki status sosial ekonomi dari pekerjaan kategori sedang (72,22%) dengan skor rata-rata 23,06.

66 b. Faktor Pendidikan Pada faktor pendidikan, perhitungan statistik dengan uji mean dan standar deviation, diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.4 Perhitungan Statistik Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Pendidikan 36 19.00 37.00 29.0556 3.99245 Valid N (listwise) 36 Sumber: Hasil olah data SPSS 20 Dari tabel di atas, diketahui bahwa skor mean yang diperoleh faktor pendidikan adalah sebesar 29,06, standar deviation sebesar 3,99, nilai maksimum sebesar 37, dan nilai minimum sebesar 19. Adapun untuk menentukan kategori tinggi, sedang dan rendahnya faktor pendidikan dapat dilihat dari uraian sebagai berikut : Nilai Maksimum = 37 Nilai Minimum = 19 Range 37 19 = 18 Interval 18 : 3 = 6 Berdasarkan perhitungan statistika tersebut, maka diperoleh interval pengkategorian faktor pendidikan sebagai berikut : Tabel 4.5 Interval pengkategorian Batas Kategori 19 25,0 Rendah 25,1 31,0 Sedang 31,1 37 Tinggi Sumber: Hasil olah data penulis Selanjutnya Jawaban responden terhadap faktor pendidikan diklasifikasi berdasarkan perhitungan frekuensi dan prosentase. Hasilnya dapat dilihat dalam tabel berikut :

67 Tabel 4.6 Kategorisasi faktor pendidikan Aspek Kategori Frekuensi Prosentase Tinggi 11 30,6 Sedang 18 50 Pendidikan Rendah 7 19,4 Jumlah 36 100 Sumber: Hasil olah data penulis Jika digambarkan dengan grafik, maka faktor pendidikan akan nampak sebagai berikut : Grafik 4.2 Faktor Pendidikan Tabel dan grafik di atas menjelaskan kategorisasi faktor pendidikan, dari tabel dan grafik tersebut dapat diperoleh informasi bahwa setengah (50%) dari responden memiliki status sosial ekonomi dari pendidikan dengan kategori sedang. Sedangkan responden dengan kategori tinggi sebanyak (30,6%), dan dengan kategori rendah sebanyak (19,4%). Maka rata-rata responden di Kelurahan Perbutulan memiliki status sosial ekonomi pendidikan kategori sedang (50%) dengan skor rata-rata 29,05.

68 c. Faktor Pendapatan Pada faktor pendapatan, perhitungan statistik dengan uji mean dan standar deviation, diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.7 Perhitungan Statistik Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Pendapatan 36 12.00 18.00 15.4722 1.73182 Valid N (listwise) 36 Sumber: Hasil olah data SPSS 20 Dari tabel di atas, diketahui bahwa skor mean yang diperoleh faktor pendapatan adalah sebesar 15,47, standar deviation sebesar 1,73, nilai maksimum sebesar 12, dan nilai minimum sebesar 18. Adapun untuk menentukan kategori tinggi, sedang dan rendahnya faktor pendapatan dapat dilihat dari uraian sebagai berikut : Nilai Maksimum = 18 Nilai Minimum = 12 Range 18 12 = 6 Interval 6 : 3 = 2 Berdasarkan perhitungan statistika tersebut, maka diperoleh interval pengkategorian faktor pendapatan sebagai berikut : Tabel 4.8 Interval pengkategorian Batas Kategori 12 14,0 Rendah 14,1 16,0 Sedang 16,1 18 Tinggi Sumber: Hasil olah data penulis

69 Selanjutnya Jawaban responden terhadap faktor pendapatan diklasifikasi berdasarkan perhitungan frekuensi dan prosentase. Hasilnya dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 4.9 Kategorisasi faktor pendapatan Aspek Kategori Frekuensi Prosentase Tinggi 10 27,78 Pendapatan Sedang 17 47,22 Rendah 9 25 Jumlah 36 100 Sumber: Hasil olah data penulis Jika digambarkan dengan grafik, maka faktor pendapatan akan nampak sebagai berikut : Grafik 4.3 Faktor Pendapatan Tabel dan grafik di atas menjelaskan kategorisasi faktor pendapatan, dari tabel dan grafik tersebut dapat diperoleh informasi bahwa hampir setengah (47,22%) dari responden memiliki status sosial ekonomi dari pendapatan dengan kategori sedang. Sedangkan responden dengan kategori tinggi sebanyak (27,78%), dan dengan kategori rendah sebanyak (25%). Maka rata-rata responden di

70 Kelurahan Perbutulan memiliki status sosial ekonomi dari pendapatan dengan kategori sedang (47,22%) dengan skor rata-rata 15,47. d. Faktor Pemilikan Pada faktor pemilikan, perhitungan statistik dengan uji mean dan standar deviation, diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.10 Perhitungan Statistik Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Pemilikan 36 2.00 5.00 4.1944.66845 Valid N (listwise) 36 Sumber: Hasil olah data SPSS 20 Dari tabel di atas, diketahui bahwa skor mean yang diperoleh faktor pemilikan adalah sebesar 4,19, standar deviation sebesar 0,66, nilai maksimum sebesar 5, dan nilai minimum sebesar 2. Adapun untuk menentukan kategori tinggi, sedang dan rendahnya faktor pemilikan dapat dilihat dari uraian sebagai berikut : Nilai Maksimum = 5 Nilai Minimum = 2 Range 5 2 = 3 Interval 3 : 3 = 1 Berdasarkan perhitungan statistika tersebut, maka diperoleh interval pengkategorian faktor pemilikan sebagai berikut : Tabel 4.11 Interval pengkategorian Batas Kategori 2 3,0 Rendah 3,1 4,0 Sedang 4,1 5 Tinggi Sumber: Hasil olah data penulis

71 Selanjutnya Jawaban responden terhadap faktor pemilikan diklasifikasi berdasarkan perhitungan frekuensi dan prosentase. Hasilnya dapat dilihat dalam table berikut : Tabel 4.12 Kategorisasi faktor pemilikan Aspek Kategori Frekuensi Prosentase Tinggi 11 30,6 Sedang 22 61,1 Pemilikan Rendah 3 8,3 Jumlah 36 100 Sumber: Hasil olah data penulis Jika digambarkan dengan grafik, maka faktor pemilikan akan nampak sebagai berikut : Grafik 4.4 Faktor Pemilikan Tabel dan grafik di atas menjelaskan kategorisasi faktor pemilikan, dari tabel dan grafik tersebut dapat diperoleh informasi bahwa lebih dari setengah (61,1%) dari responden memiliki barang-barang dari hasil bekerja dengan kategori sedang. Sedangkan responden yang memiliki barang-barang dari hasil bekerja dengan kategori tinggi sebanyak (30,6%), dan dengan kategori rendah sebanyak (8,3%).

72 Maka rata-rata responden di Kelurahan Perbutulan memiliki barang-barang dari hasil bekerja dengan kategori sedang (61,1%) dengan skor rata-rata 4,19. e. Variabel Status Sosial Ekonomi Berdasarkan perhitungan statistik dengan uji mean dan standar deviation, diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.13 Perhitungan Statistik Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Status Sosial Ekonomi 36 64.00 81.00 71.7778 4.28360 Valid N (listwise) 36 Sumber: Hasil olah data SPSS 20 Dari tabel di atas, diketahuai bahwa skor mean yang diperoleh untuk variabel status sosial ekonomi adalah sebesar 71,78, standar deviation 4,28, nilai maksimum 81 dan nilai minimum 64. Adapun untuk menentukan kategori tinggi, sedang dan rendahnya variabel status sosial ekonomi dapat dilihat dari uraian sebagai berikut : Nilai Maksimum = 81 Nilai Minimum = 64 Range 81 64 = 17 Interval 17 : 3 = 5,6 Berdasarkan perhitungan statistika tersebut, maka diperoleh interval pengkategorian variabel status sosial ekonomi sebagai berikut : Tabel 4.14 Interval pengkategorian Batas Kategori 64 69,6 Rendah 69,7 75,3 Sedang 75,4 81 Tinggi Sumber: Hasil olah data penulis

73 Selanjutnya Jawaban responden terhadap variabel status sosial ekonomi diklasifikasi berdasarkan perhitungan frekuensi dan prosentase. Hasilnya dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 4.15 Kategorisasi Status Sosial Ekonomi Variabel Kategori Frekuensi Prosentase Tinggi 7 19,4 Status Sedang 17 47,2 Sosial Rendah 12 33,4 Ekonomi Jumlah 36 100 Sumber: Hasil olah data penulis Jika digambarkan dengan grafik, maka gambaran umum mengenai variabel status sosial ekonomi akan nampak sebagai berikut : Grafik 4.5 Gambaran umum variabel Status Sosial Ekonomi Tabel dan grafik di atas menjelaskan kategorisasi status sosial ekonomi keluarga di Kelurahan Perbutulan, dari tabel dan grafik tersebut dapat dilihat hampir setengah dari responden memiliki status sosial ekonomi dalam kategori

74 sedang sebanyak (47,2%). Sedangkan hanya sebagian kecil respoden yang memiliki status sosial ekonomi dalam kategori tinggi sebanyak (19,4%), dan responden yang memiliki status sosial ekonomi dalam kategori rendah sebanyak (33,4%). Maka dapat disimpulkan bahwa responden yang bekerja di konveksi milik Hj. Oom memiliki status sosial ekonomi keluarga yang tergolong sedang (47,2%) dengan skor rata-rata 71,78. 2. Pencapaian Tingkat Pendidikn Anak di Kelurahan Perbutulan Berdasarkan perhitungan statistik dengan uji mean dan standar deviation, diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.16 Perhitungan Statistik Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Tingkat Pendidikan 36 43.00 66.00 56.4444 5.44817 Valid N (listwise) 36 Sumber: Hasil olah data SPSS 20 Dari tabel di atas, diketahuai bahwa skor mean yang diperoleh untuk variabel tingkat pendidikan adalah sebesar 56,4444, standar deviation 5,44817, nilai maksimum 66 dan nilai minimum 43. Adapun untuk menentukan kategori tinggi, sedang dan rendahnya variabel Tingkat Pendidikan dapat dilihat dari uraian sebagai berikut : Nilai Maksimum = 66 Nilai Minimum = 43 Range 66 43 = 23 Interval 23 : 3 = 7,6 Berdasarkan perhitungan statistik tersebut, maka dengan perhitungan interval untuk mengetahui kategorisasi tingkat pendidikan di Kelurahan Perbutulan maka diperoleh interval pengkategorian sebagai berikut :

75 Tabel 4.17 Interval Pengkategorian Batas Kategori 43 50,6 Rendah 50,7 58,3 Sedang 58, 4-66 Tinggi Sumber: Hasil olah data penulis Selanjutnya Jawaban responden terhadap tingkat pendidikan diklasifikasi berdasarkan perhitungan frekuensi dan prosentase. Hasilnya dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 4.18 Kategorisasi Tingkat Pendidikan Variabel Kategori Frekuensi Prosentase Tinggi 14 38,9 Tingkat Sedang 18 50 Pendidikan Rendah 4 11,1 Jumlah 36 100 Sumber: Hasil olah data penulis Jika digambarkan dengan grafik, maka gambaran umum mengenai variabel tingkat pendidikan akan nampak sebagai berikut:

Presentase 76 60 50 40 30 20 10 0 Variabel Tingkat Pendidikan 50 38,9 11,1 Tinggi Sedang Rendah Kategori Tinggi Sedang Rendah Grafik 4.6 Gambaran umum variabel tingkat pendidikan Tabel dan grafik di atas menjelaskan kategorisasi tingkat pendidikan di Kelurahan Perbutulan, dari tabel dan grafik tersebut dapat dilihat setengah dari responden memiliki tingkat pendidikan dalam kategori sedang sebanyak (50%). Sedangkan respoden yang memiliki tingkat pendidikan dalam kategori tinggi sebanyak (38,9%), dan responden yang memiliki status sosial ekonomi dalam kategori rendah sebanyak (11,1%). Maka dapat disimpulkan bahwa responden yang bekerja di konveksi milik Hj. Oom memiliki tingkat pendidikan yang tergolong sedang (50%) dengan skor rata-rata 56,4. 3. Pengaruh Status Sosial Ekonomi Keluarga terhadap Pencapaian Tingkat Pendidikan Anak di Kelurahan Perbutulan a. Analisis Korelasi Analisis korelasi dilakukan untuk mencari seberapa kuat hubungan antara variabel (X) dengan variabel (Y). Dalam hal ini akan dicari keeratan hubungan yang terjadi antara status sosial ekonomi keluarga terhadap pencapaian tingkat pendidikan, berdasarkan perhitungan SPSS 20 maka diperoleh hasil sebagai berikut :

77 Tabel 4.19 Korelasi variabel X terhadap variabel Y Correlations Spearman's rho SSE TP Correlation Coefficient 1.000.392 * Status Sosial Ekonomi Sig. (2-tailed)..018 N 36 36 Correlation Coefficient.392 * 1.000 Tingkat Pendidikan Sig. (2-tailed).018. *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). N 36 36 Sumber: Hasil olah data SPSS Tabel 4.19 di atas menunjukan hasil koefisien korelasi yang diperoleh yaitu sebesar 0,392. Hasil tersebut masuk ke dalam interval 0,200 0,399 (tabel 3.11), sehingga dapat ditafsirkan bahwa hubungan yang terjadi antara variabel status sosial ekonomi dengan tingkat pendidikan adalah hubungan positif dengan tingkat keeratan rendah. Banyak faktor yang dapat memengaruhi dalam upaya meningkatkan status sosial ekonomi, seperti faktor pekerjaan, pendidikan, pendapatan, dan pemilikan. b. Koefisien Determinasi (KD) Koefisien determinasi merupakan suatu nilai yang menyatakan besar pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen. Koefisien determinasi merupakan nilai kuadrat dari korelasi jika dihitung secara manual maka akan diperoleh hasil sebagai berikut : KD = r 2 x 100% = 0,392 2 x 100% = 15,37% Dari perhitungan di atas didapatkan hasil sebesar 15,37%. Hal tersebut menggambarkan bahwa variabel status sosial ekonomi memberikan pengaruh sebesar 15,37% terhadap terjadinya pencapaian tingkat pendidikan anak, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain sebesar 84,63% yang tidak

78 termasuk dalam penelitian ini. Berdasarkan tabel 3.(tabel 3.12) hasil perhitungan koefisien determinasi sebesar 15,37% termasuk ke dalam kriteria prosentase/skor di rentang 1% - 24%. Artinya status sosial ekonomi sebagian kecil faktor yang mempengaruhi dalam pencapaian pendidikan. c. Uji Hipotesis Uji t Pengujian hipotesis (uji-t) dilakukan untuk membuktikan apakah status sosial ekonomi berpengaruh signifikan terhadap tingkat pendidikan, berikut disajikan perhitungan t hitung dengan rumus (Sugiyono, 2013, hlm. 250) : Maka diperoleh hasil sebagai berikut: Adapun hipotesis statistik secara parsial yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Hο : ρ = 0, status sosial ekonomi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pencapaian tingkat pendidikan H1 : ρ 0, status sosial ekonomi berpengaruh secara signifikan terhadap pencapaian tingkat pendidikan. Tingkat signifikasnsi (α) sebesar 5%, dk= (n-2) 36-2 = 34, dengan pengujian 2 pihak sehingga diperoleh t-tabel sebesar 2,032.

79 Daerah penolakan H o Daerah Penerimaan H 0 Daerah penolakan H o t tabel = -2,032 0 t tabel = 2,032 t hitung = 2,486 Grafik 4.7 Grafik Penolakan dan Penerimaan Ho Variabel Status Sosial Ekonomi terhadap Pencapaian Tingkat Pendidikan Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat nilai t hitung (2,486) berada di daerah penolakan H 0, maka dapat disimpulkan bahwa status sosial ekonomi memberikan pengaruh secara signifikan terhadap pencapaian tingkat pendidikan, dengan nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0,018 > 0,05 dan t-hitung 2,486 > t-tabel 2,032. B. Pembahasan Berikut ini akan dipaparkan pembahasan dari hasil penelitian mengenai pengaruh status sosial ekonomi keluarga terhadap pencapaian tingkat pendidikan anak di Kelurahan Perbutulan Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon. Pembahasan dari hasil penelitian ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu status sosial ekonomi keluarga yang ada di Kelurahan Perbutulan, pencapaian tingkat pendidikan anak di Kelurahan Perbutulan, dan pengaruh status sosial ekonomi anak terhadap pencapaian tingkat pendidikan anak di Kelurahan Perbutulan. 1. Status Sosial Ekonomi Keluarga di Kelurahan Perbutulan Berdasarkan hasil penelitian yang dibagi kedalam empat faktor, yaitu faktor pekerjaan, pendidikan, pendapatan, dan pemilikan. Hasil penelitian yang pertama pada faktor pekerjaan lebih dari setengahnya atau sebagian besar responden memiliki status sosial ekonomi dari pekerjaan dalam kategori sedang sebanyak 72,22%, responden dalam kategori tinggi sebanyak 22,22%, dan sebagian kecil

80 responden yang dalam kategori rendah sebanyak 5,56%. Hasil kedua pada faktor pendidikan tepat setengah dari responden memiliki status sosial ekonomi dari pendidikan dengan kategori sedang sebanyak 50, responden dalam kategori tinggi sebanyak 30,6%, dan dalam kategori rendah sebanyak 19,4%. Hasil yang ketiga pada faktor pendapatan hampir setengah dari responden memiliki status sosial ekonomi dari pendapatan dalam kategori sedang sebanyak 47,22%. Tidak terdapat jauh perbedaan antara responden yang memiliki status sosial ekonomi dari pendapatan dalam kategori tinggi dan rendah, responden dalam kategori tinggi sebanyak 27,78%, dan responden dalam ketegori rendah sebanyak 25%. Hasil yang keempat pada faktor pemilikan lebih dari setengah responden memiliki status sosial ekonomi dilihat dari barang-barang yang mereka miliki (pemilikan) dalam kategori sedang sebanyak 61,1%, responden dalam kategori tinggi sebanyak 30,6%, dan responden dalam kategori rendah hanya sedikit yaitu sebanyak 8,3%. Dari keseluruhan faktor yang mempengaruhi status sosial ekonomi menunjukan bahwa hampir setengahnya (47,2%) memiliki status sosial ekonomi sedang, hanya sebagian kecil yang memiliki status sosial ekonomi tinggi (19,4%), dan lebih dari seperempat (33,4%) responden yang memiliki status sosial ekonomi rendah. Dengan skor rata-rata 71,78. Hal ini menunjukan responden di Kelurahan Perbutulan yang bekerja di konveksi memiliki status sosial ekonomi yang sedang dengan prosentase sebanyak 47,2%. Jadi status sosial ekonomi yang dimiliki masyarakat Kelurahan Perbutulan yang bekerja di konveksi dalam kategori sedang sebanyak 47,2%. Status sosial ekonomi merupakan kedudukan seseorang dalam masyarakat yang ditinjau dari segi ekonomi. dengan Status sosial ekonomi juga merupakan pembentuk gaya hidup bagi keluarga. Dalam Pengantar Sosiologi Setiadi dan Kolip (2011, hlm. 436-439) mengemukakan bahwa, Untuk membuat skala pengukuran yang menjadi indikator penentu kelompok golongan kelas atas, menengah, dan golongan kelas bawah dalam kehidupan sehari-hari bukan suatu yang sulit. Masing-masing perilaku setiap kelas dapat diidentifikasi melalui berbagai ukuran, mulai dari tingkat penghasilan, benda-

81 benda berharga yang dimiliki, sampai pakaian yang dikenakan sehari-hari dalam kehidupan yang biasa disebut gaya hidup. Sejalan dengan pendapat yang disampaikan oleh Setiadi dan Kolip diatas, Status sosial ekonomi sedang itu artinya, keadaan keluarga yang bekerja pada konveksi tersebut dalam kategori menengah (sederhana). Dimana status sosial ekonomi yang didapatkan berasal dari pekerjaan yang selama ini mereka kerjakan, dan pendidikan yang ditempuh, serta pendapatan yang mereka dapatkan dari hasil bekerja dapat dibelikan barang-barang yang dapat mengisi rumah mereka. Jadi mereka masih dapat membagi waktu mereka antara bekerja, dan mengurus rumah tangga. Keadaannya ekonominya tidak terlalu dibawah rata-rata tetapi tidak juga diatas rata-rata. Pekerjaannya mengikuti saja pekerjaan yang ada, dan pendidikannya hanya mengikuti saja pendidikan yang dianjurkan pemerintah tanpa ada niatan untuk meneruskan pendidikan yang lebih baik lagi. Keluarga yang berada pada status sosial ekonomi sedang ini berkecukupan dalam memenuhi kebutuhan dirinya. Interaksi sosialnya pun berjalan dengan baik. Selanjutnya, hanya sebagian kecil responden yang bekerja di konveksi yang memiliki status sosial ekonomi dalam kategori tinggi (diatas rata-rata) sebanyak 19,4% itu artinya, responden yang bekerja di konveksi yang masuk ke dalam kategori ini lebih bisa menghidupi dirinya dari kategori yang sebelumnya. Responden yang masuk ke dalam kategori ini kehidupan ekonominya lebih baik diantara yang lain. Keluarga yang masuk ke dalam kategori ini bisa memberikan ilmu pendidikan di sekolah yang lebih tinggi tingkatannya dari yang lainnya. Mereka memiliki barang-barang dirumah yang dapat menunjang kebutuhan sosialnya lebih banyak dibandingkan yang lain. Mereka akan lebih memperhatikan peralatan yang terbaru utnuk mengisi rumahnya. Pendapatan keluarganya pun memadai dan dapat menunjang tumbuh kembang anak, karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik primer maupun sekunder. Pendapatan yang dimiliki lebih besar dibandingkan yang lainnya. Mereka akan lebih memilih bekerja dibandingkan bermain atau menghabiskan waktu dengan hal-hal yang lainnya. Mereka yang masuk kedalam kategori ini sebenarnya lebih memilih melanjutkan pendidikan, dan memandang pendidikan

82 itu penting. Walaupun biaya pendidikan mahal mereka tetap mengusahakan melanjutkan pendidikan. Mereka yang masuk dalam kategori ini memiliki ruang lingkup interaksi yang lebih luas dan bervariasi dibandingkan dua kategori lainnya. Mereka akan lebih mendapatkan penghargaan yang tinggi di masyarakat. Gaya bahasa yang mereka gunakan lebih beragam dan berkelas dibanding kategori lainnya. Terakhir responden yang bekerja di konveksi dalam kategori status sosial ekonomi rendah sebanyak 33,4%. Status sosial ekonomi rendah (dibawah ratarata), artinya mereka yang berada di dalam kategori ini ada dipaling bawah diantara kategori yang lainnya. Mereka tidak dapat memilih untuk melanjutkan pendidikannya, karena mereka diharuskan untuk bekerja keras membantu kebutuhan keluarganya. Mereka menghabiskan sebagian besar aktivitasnya di tempat kerja, dan sulit membagi waktunya untuk keluarga. Responden yang berada pada kategori ini kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, apalagi dalam menaikan status sosialnya dengan pendidikan. Keluarga dalam kategori rendah ini tidak dapat menunjang tumbuh kembang anak, karena orang tua tidak dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik primer maupun sekunder. Interaksi sosialnya pun sangat terbatas, mereka berinteraksi hanya di kalangan pekerja konveksi saja. Sikap dan rasa penghargaan masyarakat terhadap mereka pun rendah. Status sosial ekonomi diperlukan untuk melihat seberapa besar kedudukan kita di masyarakat. Orang yang memiliki status sosialnya tinggi, akan mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi dan mereka akan mendapatkan penghormatan yang lebih besar. Serta mereka dapat dengan mudah memenuhi kebutuhan hidupnya. Responden yang bekerja di konveksi sebagian besar berstatus sosial ekonomi sedang, jadi tidak terlalu ada kesenjangan sosial yang begitu terlihat di sana. Semuanya sama, mereka bekerja disitu karena untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, ataupun keluarganya. 2. Pencapaian Tingkat Pendidikan di Kelurahan Perbutulan

83 Berdasarkan penelitian tingkat pendidikan di konveksi Kelurahan Perbutulan setengah (50%) dari responden berkategori sedang. Dalam variabel tingkat pendidikan ini dilihat dari beberapa aspek yang mempengaruhinya, yaitu keluarga, lingkungan, dan teman sebaya. Karena tiga faktor tersebut dianggap paling mempengaruhi seseorang dalam menempuh pendidikan. Keluarga dianggap faktor yang paling mendukung karena apabila kita sudah tidak mendapatkan dukungan dari keluarga untuk melanjutkan pendidikan, maka kita tidak bisa melanjutkannya, karena keluargalah yang memegang peranan penting semuanya, baik dalam membayar biaya sekolah maupun memfasilitasi apa saja yang kita butuhkan untuk sekolah. Kedua lingkungan, apabila kita berada pada lingkungan yang berpendidikan maka keluarga kita akan memaksa kita untuk melanjutkan pendidikan agar keluarga kita tetap sesajar dengan lingkungan disekitar kita. Ketiga teman sebaya, secara tidak langsung teman sebaya dapat mempengaruhi kita didalam melanjutkan pendidikan. Kelurahan perbutulan khususnya di konveksi memiliki skor rata-rata 56,4 dalam tingkat pendidikan. Responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi sebanyak 38,9%, setengah dari responden memiliki tingkat pendidikan sedang sebanyak 50%, dan 11,1% memiliki tingkat pendidikan rendah. Kenyataan yang ada dilapangan dimana mereka yang bekerja di konveksi tersebut hanya mengenyam pendidikan paling tinggi adalah SMA/MAN. Namun rata-rata yang bekerja di konveksi menempuh pendidikan paling banyak hanya sampai SMP/MTS, dan masih ada saja yang hanya lulusan sekolah dasar (SD). Hampir semua masyarakat Perbutulan lulusan pesantren karena Kelurahan Perbutulan termasuk kelurahan yang sangat memperhatikan pendidikan agamanya, jadi orang tua disana rata-rata menyekolahkan anaknya ke pesantren bukan ke sekolahan biasa. Tingkat pendidikan dalam kategori tinggi sebanyak 38,9%, artinya masyarakat di Kelurahan Perbutulan yang bekerja di konveksi masih memikirkan pendidikan, dan menganggap bahwa pendidikan itu penting. Dilihat dari presentase dalam kategori tinggi banyak responden yang berminat dalam melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Banyak keluarga yang

84 mendukung anaknya untuk melanjutkan pendidikan, tidak adanya paksaan dari orang tua untuk berhenti sekolah dan memilih untuk bekerja. Disini terlihat pengharapan orang tua kepada anaknya untuk bersekolah dengan benar dan dapat membanggakan kedua orang tuanya. Tingkat pendidikan dalam kategori sedang sebanyak 50%. Berdasarkan penelitian responden memiliki tingkat pendidikan dalam kategori sedang ini artinya mereka yang bekerja di konveksi tersebut tetap mengenyam pendidikan namun tidak terlalu tinggi. Mereka hanya mengikuti pendidikan berdasarkan program dari pemerintah yaitu program wajib belajar 9 tahun. Tingkat pendidikan dalam kategori rendah sebanyak 11,1%, artinya masyakat di Kelurahan Perbutulan yang bekerja di konveksi tidak antusias terhadap pendidikan, yang mereka pikirkan hanya bekerja saja. Orang tua tidak mendukung anaknya dalam melanjutkan pendidikan, menurut mereka pendidikan tidak terlalu penting, karena pendidikan orang tuanya sendiri tidak tinggi sehingga mereka berpikir anak-anaknya pun tidak usah menempuh pendidikan yang tinggi. Disini banyak usia yang sebenarnya harus belajar di sekolah namun mereka memilih untuk bekerja. Mereka lebih tertarik bekerja daripada bersekolah karena banyak teman mereka yang bekerja, dan mereka merasa senang. Pendidikan dirasa mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang ada, karena dengan pendidikan dapat membantu membentuk anak mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal sehingga ia mampu beradaptasi dengan lingkungannya. 3. Pengaruh Status Sosial Ekonomi Keluarga terhadap Pencapaian Tingkat Pendidikan Anak di Kelurahan Perbutulan Dari hasil perhitungan yang peneliti lakukan diperoleh nilai korelasi pengaruh status sosial ekonomi keluarga terhadap pencapaian tingkat pendidikan anak sebesar 0,392. Nilai yang diperoleh adalah positif dengan tingkat keeratan rendah. Pengaruh status sosial ekonomi keluarga terhadap pencapaian tingkat pendidikan anak sebesar 15,37%. Artinya status sosial ekonomi yang dimiliki keluarga dapat memberikan pengaruh sebesar 15,37% terhadap pencapaian tingkat pendidikan

85 anak, sedangkan sisanya sebesar 84,63% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti. Meskipun presentase pengaruh status sosial ekonomi termasuk rendah, tetapi status sosial ekonomi termasuk sebagian kecil faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian tingkat pendidikan anak. Pernyataan diatas sejalan dengan pendapat dari Soetjiningsih (2004, hlm. 67) mengemukakan bahwa, Status ekonomi kemungkinan besar merupakan pembentuk gaya hidup keluarga. Pendapatan keluarga yang tinggi akan menunjang tumbuh kembang anak. Karena dengan pendapatan orang tua yang tinggi dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik primer maupun sekunder. Dan dengan itu anak akan menjadi anak yang pintar dan mempunyai banyak pengetahuan, dengan itu pula anak bisa berprestasi. Ciri utama dari status sosial ekonomi dalam keluarga adalah adanya status sosial dalam sebuah keluarga dan status ekonomi yang dimiliki oleh keluarga. Status sosial yang dimiliki keluarga didapatkan melalui tiga hal yaitu: Pertama, status sosial yang diperoleh dengan sendirinya atau didapatkan karena faktor keturunan dan didapatkan tidak melalui usaha apa pun. Kedua, status sosial yang diperoleh memalui usaha yang disengaja dan melalui perjuangan yang panjang. Ketiga, status sosial yang diberikan oleh masyarakat sebagai tanda penghargaan dari perjuangan yang telah dilakukannya. Status sosial yang dimiiki keluarga berpengaruh terhadap kedudukan keluarga di masyarakat, bagaimana penghargaan masyarakat terhadap sebuah keluarga bergantung kepada status sosial yang dimiliki. Selanjutnya status ekonomi yang dimiliki oleh keluarga. Kartono (2006. hlm. 45) mengemukakan bahwa, Status ekonomi adalah kedudukan seseorang atau keluarga di masyarakat berdasarkan pendapatan per bulan. Status ekonomi dapat dilihat dari perndapatan yang disesuaikan dengan harga barang pokok. Ada empat faktor yang dapat mempengaruhi status sosial ekonomi keluarga yaitu, pekerjaan, pendidikan, pendapatan, dan pemilikan. Pertama, didapatkan melalui pekerjaan yang dijalani seseorang, dari bekerja segala kebutuhan akan terpenuhi selain itu juga kepuasan jasmani pun akan terpenuhi. Kedua, pendidikan sangat penting peranannya, melaui pendidikan seseorang menjadi berguna baik untuk

86 kehidupannya maupun kehidupan orang lain, dan dapat meningkatkan taraf kehidupan keluarganya. Ketiga, pendapatan dimana diperoleh melalui kerja atau usaha yang kita lakukan, dimana pendapatan mempengaruhi gaya hidup dan status sosial seseorang. Keempat, pemilikan dimana semakin banyak barang berharga seperti rumah dan tanah yang dimiliki keluarga, semakin dinilai tinggi status ekonomi yang dimiliki keluarga. Keluarga pasti akan memenuhi kebutuhan anaknya, kebutuhan yang paling mencolok adalah kebutuhan pendidikan anak. Pendidikan anak penting untuk meningkatkan dan membantu status sosial yang dimiliki keluarga. Pendidikan adalah proses pengubah sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dalam mencapai pendidikan dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu keluarga, lingkungan masyarakat, dan teman sebaya. Pertama, keluarga peranannya sangat penting dalam pendidikan anak karena mulai dari yang membiayai pendidikan sampai menyediakan segala kebutuhannya. Kedua, lingkungan disini peran lingkungan dalam pendidikan adalah dalam peningkatan mutu pendidikan. Jika lingkungan baik, sarana prasarana pendidikan menunjang maka keluarga akan termotivasi dalam meningkatkan pendidikan, dan sebaliknya. Ketiga, teman sebaya dirasa mampu mempengaruhi pendidikan anak. Pergaulan yang dilakukan kearah positif maka dapat menghasilkan kepribadian yang baik, begitu pula dalam aspek pendidikan. Jika kita bergaul dengan orang yang berpendidikan secara tidak langsung kita akan termotivasi untuk setara dengan dirinya. 4. Hasil Penelitian Terhadap Pembelajaran Sosiologi Sebagai ilmu, sosiologi merupakan kumpulan pengetahuan tentang masyarakat dan kebudayaan yang disusun secara sistematis berdasarkan analisis berpikir logis. Sebagai metode, sosiologi adalah cara berpikir untuk mengungkapkan realitas sosial yang ada dalam masyarakat dengan prosedur dan teori yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Dalam pembelajarannya sosiologi juga berusaha memahami konsep-konsep sosiologi seperti sosialisasi, kelompok sosial, struktur sosial, lembaga sosial, perubahan sosial, dan konflik

87 sampai pada terciptanya integrasi sosial. Sosiologi mempunyai dua pengertian dasar yaitu sebagai ilmu dan sebagai metode. Sosiologi dijadikan sebagai salah satu mata pelajaran di SMA/MA, khususnya bagi siswa-siswi yang mengambil program IIS (Ilmu-Ilmu Sosial) akan mempejajari Sosiologi lebih dalam. Sementara itu, bagi mereka yang masih menduduki bangku SMP/MTS, mata pelajaran sosiologi sudah dilebur kedalam mata pelajaran IPS terpadu. Dengan adanya mata pelajaran sosiologi dipersekolahan ini membuat siswa lebih mengerti tentang fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat. Pada zaman sekarang ini di tahun 2014, hampir semua sekolah sudanh mengganti kurikulum yang lama (KTSP) dengan kurikulum 2013. Dengan kurikulum yang ada saat ini menuntut siswa untuk lebih mencari tahu, mempelajari lebih dalam, dan mengembangan materi yang ada. Bukan lagi teacher center yang digunakan, tetapi student center dimana siswalah yang menjadi fokus dalam pembelajaran. Guru sudah tidak lagi menggunakan metode ceramah atau metode lainnya yang membuat siswa pasif, tetapi disini guru dituntut untuk mencari metode yang membuat siswa aktif dan mengembangkan dirinya pada saat proses pembelajaran berlangsung. Mata pelajaran sosiologi di tingkat SMA cenderung mempelajari masalahmasalah yang ada di masyarakat. Salah satu masalah yang sering terjadi di masyarakat adalah masalah pembagian kelas-kelas sosial atau yang biasa disebut stratifikasi sosial. Pembelajaran tersebut menjelaskan bagaimana masyarakat membatasi dirinya kedalam beberapa lapisan kelompok, membahas perbedaanperbedaan yang terjadi di masyarakat dilihat dari status sosialnya dan bagaimana cara mendapatkanya. Sosiologi didalam pendidikan juga berfungsi untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan analisis atau pendekatan sosiologi, mengatasi masalah-masalah sosial budaya yang berkembang di masyarakat. Seperti halnya penelitian mengenai Pengaruh status sosial ekonomi terhadap pencapaian tingkat pendidikan anak dapat memberikan implementasi terhadap pendidikan, khususnya pendidikan sosiologi. Yaitu dalam pembelajaran sosiologi terdapat materi stratifikasi sosial, dimana status sosial ekonomi menjadi salah satu

88 faktor yang mempengaruhi stratifikasi seseorang. Materi stratifikasi sosial juga dipelajari bagaimana seseorang mendapatkan status sosial yang dapat mengingkatkan status mereka didalam masyarakat. Terdapat juga faktor-faktor status sosial ekonomi seperti, pekerjaan, pendidikan, pendapatan, dan pemilikan yang dapat menjadi ciri-ciri stratifikasi sosial seseorang. Dengan adanya penelitian tersebut, diharapkan dapat dijadikan sumber dan bahan ajar dalam pembelajaran sosiologi. Dan dengan adanya penelitian ini, dapat memberikan contoh nyata adanya permasalahan tersebut yang terjadi di masyarakat. Dan untuk memperkuat teori stratifikasi sosial.