BAB II DASAR TEORI. Pada bab ini akan dibahas teori-teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merancang sistem.

dokumen-dokumen yang mirip
SISTEM PERENCANAAN GERAKAN BERJALAN ROBOT HUMANOID R2C- R9 BIOLOID GP MENGGUNAKAN METODE PROYEKSI BIDANG KARTESIAN

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB II DASAR TEORI 2.1. Kajian Pustaka a. Implementasi Dynamic Walking pada Humanoid Robot Soccer

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Letak CoM dan poros putar robot pada sumbu kartesian.

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

Pengembangan Algoritma untuk Penyempurnaan Gerakan dan Kestabilan Robot Humanoid berbasis Kondo KHR 3HV

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB II DASAR TEORI 2.1. Metode Trial and Error

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i. PERNYATAAN... ii. HALAMAN PERSEMBAHAN... iii. KATA PENGANTAR...iv. DAFTAR ISI...vi. DAFTAR TABEL...

Penyempurnaan Gerakan dan Kestabilan Robot

GERAKAN BERJALAN OMNIDIRECTIONAL UNTUK ROBOT HUMANOID PEMAIN BOLA

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM

PERANCANGAN ALGORITMA DAN SISTEM GERAKAN PADA ROBOSOCCER R2C R9 (ROBOTIS GP)

REALISASI PROTOTIPE SISTEM GERAK ROBOT DENGAN DUA KAKI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN ALGORITMA DAN SISTEM GERAKAN PADA ROBOSOCCER R2C R9 (ROBOTIS GP) oleh Kurnia Sanjaya NIM:

Implementasi Gerakan Langkah Manusia pada Biped Robot Menggunakan Lego NXT

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1. Sistem instruksi dan kontrol robot.

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB II KAJIAN LITERATUR...

BAB III PERANCANGAN SISTEM

PENERAPAN ALGORITMA PENGENDALI LANGKAH ROBOT HUMANOID R2C-R9 KONDO KHR-3HV BERBASIS KINEMATIKA BALIK. Oleh Bangkit Meirediansyah NIM:

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB III PERANCANGAN SISTEM

PENERAPAN INVERS KINEMATIKA UNTUK PERGERAKAN KAKI ROBOT BIPED

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Penalaan Parameter Walk Tuner pada Robot Humanoid untuk Berjalan pada Rumput Sintetis

BAB I PENDAHULUAN. dengan manusia membuat para peneliti berpikir bahwa industry robot

Gambar 1. Bentuk sebuah tali yang direnggangkan (a) pada t = 0 (b) pada x=vt.

Optimalisasi dan Perancangan Algoritma Pergerakan dan Komunikasi pada Robot Penyerang Humanoid Soccer

Bab 6 Momentum Sudut dan Rotasi Benda Tegar

Penerapan Inverse Kinematic Pada Pengendalian Gerak Robot

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ROBOT HUMANOID SOCCER DENGAN PEMROGRAMAN MOTION. Abstrak

Abdul Mahfudin Alim, M.Pd Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan dijelaskan perancangan perangkat keras serta perangkat lunak algoritma pergerakan dan komunikasi robot.

BAB 1 BESARAN VEKTOR. A. Representasi Besaran Vektor

BAB III PERANCANGAN 3.1. Bagian Perangkat Keras Robot Humanoid Kondo KHR-3HV

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Smartphone Android Sony Xperia Mini st15i

Selain besaran pokok dan turunan, besaran fisika masih dapat dibagi atas dua kelompok lain yaitu besaran skalar dan besaran vektor

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS

Pembelajaran Senam: Pendekatan Pola Gerak Dominan. Agus Mahendra FPOK Universitas Pendidikan Indonesia

Diferensial Vektor. (Pertemuan III) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Vektor. Vektor memiliki besaran dan arah. Beberapa besaran fisika yang dinyatakan dengan vektor seperti : perpindahan, kecepatan dan percepatan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

APLIKASI TURUNAN ALJABAR. Tujuan Pembelajaran. ) kemudian menyentuh bukit kedua pada titik B(x 2

3.11 Menganalisis besaran-besaran fisis gelombang stasioner dan gelombang berjalan pada berbagai kasus nyata. Persamaan Gelombang.

HALAMAN JUDUL ANALISIS INVERSE KINEMATICS TERSEGMENTASI BERBASIS GEOMETRIS PADA ROBOT HUMANOID SAAT BERJALAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

GOLF MODUL 5: Pendahuluan

Kata kunci: Algoritma identifikasi ruang, robot berkaki enam, sensor jarak, sensor fotodioda, kompas elektronik

BAB 2 LANDASAN TEORI. Kata Robot berasal dari bahasa Cekoslowakia, yakni robota, yang Isaac Asimov mengajukan ada 3 hukum dari robotics dimana

ACCELERATION AND DECELERATION OPTIMIZATION USING INVERTED PENDULUM MODEL ON HUMANOID ROBOT EROS-2

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. hexapod. Dalam bab tersebut telah dibahas mengenai struktur robot, analisa

Baseball Batting. Mekanika. Teknik

PENGEMBANGAN MOTION CAPTURE SYSTEM UNTUK TRAJECTORY PLANNING

BAB 3 DESAIN HUMANOID ROBOT

BAB 4 EVALUASI DAN ANALISA DATA

Persamaan dan Pertidaksamaan Linear

terdiri dari Langkah Berirama terdiri dari Latihan Gerak Berirama Senam Kesegaran Jasmani

BAB II V E K T O R. Untuk menyatakan arah vektor diperlukan sistem koordinat.

BAB III PERANCANGAN. 3.1 Perancangan mekanik

BAB III PERANCANGAN SISTEM

RANCANG BANGUN MEKANISME PENGHASIL GERAK AYUN PENDULUM SINGLE-DOF

Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika

BESARAN VEKTOR. Gb. 1.1 Vektor dan vektor

Perkalian Titik dan Silang

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Sistem pneumatik dengan aplikasi pada mobile robot untuk menaiki dan

Stabilisasi Robot Pendulum Terbalik Beroda Dua Menggunakan Kontrol Fuzzy Hybrid

Proceeding Tugas Akhir-Januari

Bab 6 Defleksi Elastik Balok

Membuat Sketch 2D Sederhana dalam Autodesk Inventor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-58

Perancangan Sistem Kendali Pergerakan Robot Beroda dengan Media Gelombang Radio

BAB III METODE PENELITIAN. mengarah pada tujuan penelitian serta dapat dipertanggungjawabkan secara. pada ketepatan dalam penggunaan metode.

BAB IV PENGUJIAN SISTEM DAN ANALISIS

Analisis Vektor. Ramadoni Syahputra Jurusan Teknik Elektro FT UMY

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB 1 Keseimban gan dan Dinamika Rotasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB IV PENGUJIAN ROBOT

: METODE GRAFIK. Metode grafik hanya bisa digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dimana hanya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM PENDETEKSIAN OBJEK MENGGUNAKAN METODE YCBCR PADA ROBOWAITER DRU99RWE4-V13

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Tugas Akhir yang berjudul Sistem Penyama Adaptif dengan Algoritma Galat

BESARAN VEKTOR B A B B A B

BAB III METODE PENELITIAN. diperlukan dengan beberapa cara yang dilakukan, antara lain:

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu :

Transkripsi:

BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dibahas teori-teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merancang sistem. 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Perancangan Sistem Kontrol dan Algoritma Untuk Optimalisasi Gerakan dan Kestabilan pada Robot Humanoid (Yonas Aditya Darmawan, 2014)[1] Pada tugas akhir ini juga dirancang algoritma cut motion untuk robot Kondo KHR 3 HV. Sistem kontrol pada robot dibagi menjadi 2 bagian, yaitu kontrol aktuator dan kontrol utama. Kontrol aktuator berupa servo controller yang mengatur sistem gerak robot. Kontroller utama bertugas mensinkronisasi gerak robot dengan perintah dari smartphone yang telah diolah melalui mikrokontroler. Keberhasilan proses cut motion saat robot melakukan pergantian gerakan tanpa adanya delay dari program sudah mencapai 95,3% untuk semua kemungkinan perpindahan motion yang biasa dilakukan robot. Dan kecepatan rata-rata yang dicapai robot adalah 14,53 cm/detik. Robot banyak mengalami kegagalan saat peralihan antara gerakan maju kecil ke gerakan maju kurva dikarenakan pertambahan kecepatan yang terlalu drastis. 2.1.2. Perancangan Algoritma dan sistem gerakan pada RoboSoccer R2C R9 (Robotis GP) (Kurnia Sanjaya 2015)[2] Pada perancangan tugas akhir ini, penulis membuat sebuah algoritma pemotongan siklus gerakan robot dalam melangkah atau cut motion untuk menciptakan pergerakan robot yang lebih dinamis dan respon robot yang lebih cepat pada robot humanoid Robotis GP. Algoritma cut motion merupakan algoritma memotong gerakan di mana robot diperintah untuk mengganti gerakan sebelum pose gerakan selesai dengan cara memberi nilai pada setiap pose gerakan robot, sehingga robot dapat mengetahui posisi terakhir robot. Ketika robot mengetahui posisi terakhirnya maka robot dapat mengetahui langkah kaki yang harus digerakan sesudahnya. 5

Robot dapat melakukan cut motion dengan keberhasilan 100% dan peralihan motion berulang dengan keberhasilan mencapai lebih dari 75%. Rata-rata kecepatan robot dalam merespon perintah adalah 356,67 mili detik. Kecepatan gerakan robot untuk gerakan maju 10,59 cm/detik, mundur 10,51 cm/detik, geser kanan 3,6 cm/detik, geser kiri 3,5 cm/detik, putar kanan 22,67 /detik, dan putar kiri 26,06 /detik. 2.1.3. Online Walking Pattern Generation and Its Application to a Biped Humanoid Robot KHR-3 (HUBO) (Ill-Woo Park, et. al. 2008 )[3] Penulis dari jurnal ini mengusulkan sebuah metode pembangkitan gerakan berjalan yang sederhana untuk robot humanoid KHR-3 (HUBO). Permasalahan dari realisasi gerakan berjalan pada robot humanoid meliputi dua hal: pembangkitan pola gerakan berjalan dasar dan kompensasi yang dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan robot. Pola gerakan berjalan KHR-3 memiliki empat mode: maju/mundur, kiri/kanan, berjalan kurva, dan berputar arah. Pola berjalan pada jurnal ini memungkinkan variasi pada pola, waktu, dan jarak untuk tiap langkah berjalan. Pola gerakan berjalan dihasilkan berdasarkan bentuk matematis sederhana dari kurva lintasan, terutama kurva sinus, cosinus, linear, dan polinomial orde tiga, dan superposisi dari kurva-kurva tersebut digunakan untuk mengurangi kompleksitas dan beban komputasi. Penulis menggunakan polinomial orde tiga untuk menghasilkan lintasan panggul robot. Dengan bantuan persamaan zero-moment point (ZMP) sederhana, lintasan panggul dapat dibentuk sehingga memiliki hubungan langsung dengan lintasan ZMP. 2.2. Konsep Gerakan Berjalan Humanoid Humanoid memiliki sistem berjalan bipedal, atau memiliki dua tungkai. Hal tersebut menimbulkan berbagai tantangan dalam mewujudkan sebuah robot atau mesin yang dapat berjalan hanya dengan dua tungkai, karena gerakan berjalan bipedal membutuhkan dua fase saat berjalan atau melangkah: fase penunjang tunggal atau single support phase (SSP) dan fase penunjang ganda atau double support phase (DSP) (Gambar 2.1). 6

Gambar 2.1. Bentuk fase DSP dan SSP robot SSP adalah fase di mana robot berdiri hanya ditopang oleh salah satu tungkai, sedangkan DSP adalah fase ketika robot berdiri ditopang oleh kedua tungkai[4]. Siklus pergantian dari kedua fase tersebut yang membentuk sebuah pola gerakan berjalan, di mana dibutuhkan bentuk fase yang memungkinkan robot untuk tetap tegak atau seimbang. Keseimbangan robot pada kedua fase tersebut ditentukan oleh proyeksi pusat massa robot pada bidang transversal terhadap support polygon. Support polygon adalah daerah yang terbentuk dari kontak telapak kaki pada permukaan lapangan yang membentuk bentuk polygon seperti pada Gambar 2.2[4]. Supaya keseimbangan robot tercapai maka proyeksi pusat masa harus berada di dalam area support polygon. Gambar 2.2. Support Polygon dengan warna abu-abu: (a) Double Support Polygon, (b) Double Support Polygon (Pre-Swing), (c) Single Support Polygon 7

Sistem gerakan berjalan robot dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan kriteria kestabilannya : 1. Static Walking Static walking adalah cara berjalan robot di mana titik pusat masa atau center of mass (CoM) robot selalu berada di dalam area support polygon pada setiap waktu (Gambar 2.3)[4]. Dengan kata lain, robot seimbang secara statis, di mana bila gerakan berjalan dihentikan pada posisi apapun robot akan tetap stabil atau dalam posisi berdiri. Hal tersebut mencakup fase DSP maupun fase SSP. Sistem berjalan seperti ini memerlukan telapak kaki yang cukup luas dan sendi engkel yang kuat. Selain itu kecepatan berjalan robot harus rendah supaya gaya inersia robot tidak mempengaruhi keseimbangan. Gambar 2.3 Posisi CoM terhadap support polygon untuk static walking 2. Dynamic Walking Dynamic walking adalah cara berjalan yang memungkinkan pusat masa atau center of mass (CoM) robot keluar dari area support polygon (Gambar 2.4)[4]. Tidak ada kriteria absolut yang menyatakan apakah dynamic walking stabil atau tidak, tetapi apabila robot memiliki sendi engkel aktif dan selalu memiliki minimal satu kaki yang menyentuh tanah maka ZMP atau zeromoment point dapat dijadikan kriteria keseimbangan. ZMP adalah titik di mana momentum sudut total pada telapak kaki sama dengan nol. Selama ZMP berada di dalam support polygon maka robot dinyatakan stabil secara 8

dinamis. Dynamic walking memungkinkan robot untuk memiliki ukuran telapak kaki yang lebih kecil dan gerakan berjalan yang lebih cepat. Gambar 2.4 Posisi CoM terhadap support polygon untuk dynamic walking 2.3. Ruang Kartesian Tiga Dimensi Dalam matematika, sistem koordinat kartesius digunakan untuk menentukan posisi sebuah titik dalam ruang tiga dimensi dengan menggunakan tiga buah bilangan yang disebut koordinat x, koordinat y, dan koordinat z. Dalam tugas akhir ini titik yang diproyeksikan dalam ruang kartesian adalah titik pada pergelangan kaki atau engkel, dan titik pada panggul atau pelvis. Gambar 2.5. Bidang anatomis humanoid 9

Proyeksi titik engkel dan panggul dilihat dari tiga bidang anatomis manusia, di mana postur dilihat dari tiga bidang sisi seperti pada Gambar 2.5. Yang pertama adalah bidang sagital, bidang ini membagi tubuh menjadi kiri dan kanan, atau dalam bidang kartesian adalah bidang XY. Yang kedua adalah bidang frontal/coronal, yang membagi tubuh menjadi depan dan belakang. Bidang tersebut merupakan bidang YZ. Dan yang terakhir adalah bidang transversal, yaitu bidang XZ[4]. Laju robot ke depan atau belakang akan dilihat berdasarkan proyeksi laju engkel dan panggul pada bidang sagital atau arah koordinat x dan y seperti pada Gambar 2.6a. Sedangkan bidang frontal akan menunjukkan posisi kemiringan robot ke kanan dan kiri panggul pada arah sumbu z saat melangkah dan posisi engkel saat melangkah ke samping seperti pada Gambar 2.6b. Lintasan tersebut ditinjau dari waktu t1 hingga t2 pada tiap ayunan langkah kaki. (a) Gambar 2.6 Lintasan pada bidang sagital (a) dan lintasan bidang frontal (b) (b) 10