BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. PT. Palmanusa Adhi Kencana didirikan pada tanggal 5 Agustus 1983,

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pada posisi , 02 sampai ,40 Bujur Timur, ,67

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang

METODE PEMBEBANAN BOP

Bab IV PEMBAHASAN. perusahaan, sehingga perusahaan dapat menentukan harga jual yang kompetitif. Untuk

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1. Evaluasi Terhadap Klasifikasi Biaya Produksi. biaya bahan baku langsung oleh perusahaan.

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR...

LAMPIRAN 1 PT TUNGGUL NAGA ALOKASI BIAYA OVERHEAD PABRIK DALAM TIAP PRODUK DALAM SISTEM TRADISIONAL

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Akuntansi Biaya. Activity Accounting: Activity Based Costing dan Activity Based Management. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB

BAB IV PEMBAHASAN. manajemen di dalam mengambil keputusan. Manajemen memerlukan informasi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah dan perkembangan perusahaan. produksi furniture baik indoor furniture maupun garden furniture.

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS (ABC) : ALAT BANTU PEMBUAT KEPUTUSAN

BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PT. ELESKA PRIMA TIGA DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING

Bab 1. PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA PT MUSTIKA RATU, TBK.

BAB 3 ANALISIS SISTEM/PROGRAM YANG BERJALAN. produksi/semi produksi/ jasa cutting tissue (converting tissue). Perusahaan ini berdiri

Pertemuan 3 Activity Based Costing

BAB II LANDASAN TEORI. mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

BAB II LANDASAN TEORI. mendefinisikan, Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7. ALOKASI BIAYA BERBASIS AKTIVITAS. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi-Universitas Kristen Petra 2011

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perhitungan Harga Pokok Produksi dalam Menentukan Harga Jual pada

PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS

ANALISA BIAYA PRODUKSI

BAB II KERANGKA TEORI

OPENING ABC FOR E LEARNING SELASA 08 DES 2015 AZFA MUTIARA AHMAD PABULO, SE, MEK FOR APKB

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TA...ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. HALAMAN PERSEMBAHAN... iv. MOTTO...

PENERAPAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING (ABC) SEBAGAI DASAR DALAM PENERAPAN BIAYA PRODUKSI PADA UD. MULYADI

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Keseluruhan biaya yang dikeluarkan

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Latar Belakang Instansi/Perusahaan

Lampiran 1 Pengelompokan Biaya Rawat Inap dan Cost Driver Kamar Rawat Inap

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT MATA DI SURABAYA

ANALISIS AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENJUAL ATAU MEMPROSES LEBIH LANJUT PRODUK PADA CV. CAHAYA AMANAH

BAB I PENDAHULUAN. sepatu dan sandal, serta bahan baku alas kaki seperti sole dan heels. UD Eka berdiri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Mulyadi ada empat unsur pokok dalam definisi biaya tersebut yaitu :

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Oleh : Beby Hilda Agustin Dosen Akuntansi, Universitas Islam Kadiri, Kediri ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Akuntansi Biaya. Akuntansi Aktivitas: Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas dan Manajemen Berdasarkan Aktivitas

AKUNTANSI BIAYA PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN PESANAN JOB ORDER COSTING (BAB 5) VENY, SE.MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI. Program Studi AKUNTANSI

Unit yang diproduksi Biaya bahan baku total ( Rp) Per unit ( Rp )

ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DAN ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM)

Akuntansi Biaya. Manajemen, kontroler, dan Akuntansi Biaya. Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan BIsnis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PADA PT VENEER PRODUCTS INDONESIA

PERHITUNGAN BIAYA POKOK PENJUALAN DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA INDUSTRI MEBEL

BAB I HARGA POKOK PRODUKSI

BAB II BAHAN RUJUKAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

JOB-ORDER COSTING (BIAYA BERDASARKAN PESANAN)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. operasionalnya berdasarkan tingkat biaya pelanggan dan aktivitas masing- masing

BAB III METODE PENELITIAN. masyarakat Mojokerto dan sekitarnya. Rumah Sakit ini berlokasi di jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING. I Putu Edy Arizona,SE.,M.Si

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah

BAB I PENDAHULUAN. ini membuat persaingan di pasar global semakin ketat dan ditunjang perkembangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Biaya Pengertian Biaya

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV PEMBAHASAN. kualitas bahan kayu jadi yang sudah tidak diragukan lagi. Produk C.V Surya

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Marantha

BAB II LANDASAN TEORI

Akuntansi Biaya. Rista Bintara, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Biaya Aktivitas. Penentuan harga pokok produksi konvensional :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

ABTSRAK. Universitas Kristen Maranatha

cm, 6 cm, 5 cm, 4 cm, 3 cm. lebar 8 cm, 7 cm, 6 cm, 5 cm, 4 cm, 3 cm. Mesin ini mengeluarkan hawa panas, digunakan untuk mengeringkan kayu yang

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORITIS

2.1.2 Tujuan Akuntansi Biaya Menurut Mulyadi (2007:7) akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan pokok yaitu:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penentuan Harga Pokok Kamar Hotel dengan. Metode Activity Based Costing (Studi Kasus pada Hotel Rachmad Jati Caruban) Oleh: Ratna Kusumastuti

BAB 1 PENDAHULUAN. Gerakan cepat menuju perekonomian global didukung perkembangan IT yang

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan. Kekayaan yang diperoleh dapat berupa kekayaan material (material

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI DAN INDUSTRI KECIL MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan manufaktur dalam melakukan produksi memerlukan pengorbanan

: MIRD FAHMI NPM : PEMBIMBING : Prof. Dr. DHARMA TINTRI EDIRARAS, SE., AK., CA., MBA FAKULTAS : EKONOMI JURUSAN : AKUNTANSI

Transkripsi:

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengumpulan Data Produk Berikut ini merupakan data yang diperoleh melalui wawancara dengan pihak manajemen tentang jenis produk yang dihasilkan oleh PT. Palmanusa Adhi Kencana pada tahun 2003: Tabel 5.1 Data Produksi tahun 2003-2004 PT. Palmanusa Adhi Kencana Jenis Produk Jumlah Produksi Round Table 2.439 unit Side Table 1.795 unit Deck Chair 1.691 unit Dining Table 1.647 unit Bench 4.148 unit Lounge Chair 2.132 unit Arm Chair 20.775 unit Total 34.627 unit Sumber: wawancara eksekutif PT P A K

12% 7% 5% Arm Chair Lounge Chair Side Table Deck Chair 5% 5% 6% 60% Bench Round Table Dining Table Gambar 5.1 Persentase Hasil Produksi PT. PAK Tahun 2003-2004 Dengan menghasilkan tujuh produk tersebut, total volume produksi per tahun berkisar pada angka 1250 m 3 dengan sisa produksi sebesar 25 m 3. Sisa produksi tersebut digunakan sebagai buffer inventory yakni persediaan untuk persiapan apabila jumlah produk yang dihasilkan tidak mencukupi. Alasan adanya buffer inventory ini adalah karena biaya persiapan produksi terlalu besar untuk menghasilkan produk dengan jumlah sedikit. Oleh karena itu diharapkan dengan adanya inventory ini dapat menutupi kebutuhan ad hoc. Untuk melakukan analisa dengan menggunakan data tersebut maka ada baiknya kita menilik pada produk sampel yang digunakan untuk mewakili produkproduk yang dihasilkan perusahaan. Dalam memilih produk sebagai sampel perusahaan, ada baiknya dilihat sistem pembebanan biaya perusahaan. Perusahaan membebankan biaya berdasarkan jumlah produksi sebagai penentu biaya, sehingga produk yang memiliki volume produksi tertinggi menanggung biaya paling tinggi. 85

Sehubungan dengan pembebanan berdasar jumlah, produk yang diambil sebagai contoh adalah Arm chair, Dining Table, dan Bench. Arm Chair mewakili produk yang memiliki jumlah permintaan paling tinggi, Dining Table mewakili produk yang memiliki permintaan paling sedikit dan Bench mewakili produk yang berada diantara keduanya. Diharapkan dengan ketiga produk ini dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai perbedaan sistem ABC dan sistem tradisional. 5.1.1 Produk Arm Chair Bahan baku utama yang digunakan untuk proses produksi Arm Chair ini adalah kayu Nyatoh, namun dapat disesuaikan dengan permintaan konsumen. Penjelasan mengenai pembuatan Arm Chair akan dibagi ke dalam part-partnya. Part yang ada yakni: 1. Kaki Depan dan Kaki Belakang 2. Batas Ram Samping 3. Tanganan 4. Bagian Samping Sandaran 5. Bagian Atas Sandaran 6. Slat Sandaran 7. Bagian Belakang Ram Dudukan 8. Bagian Samping Dudukan 9. Badan/ Bagian Lepasan 86

Untuk semua part, ada proses yang dilewati dahulu, sebelum sampai ke gudang bestek, yakni proses Rough Mill guna memperoleh ukuran yang diminta pada saat bahan sampai ke gudang bestek. Dari Gudang Bestek part-part diproses di bagian produksi. Setelah part-part selesai diproses dimasukkan ke gudang part yang akan dilanjutkan ke proses assembly dan dilakukan repair. Setelah itu masuk ke gudang komponen. Dari gudang komponen dilakukan finishing berupa pewarnaan dan packing untuk kemudian dimasukkan ke gudang barang jadi. Tabel 5.2, dan tabel 5.3 berikut ini merupakan bahan tidak langsung dan bahan packing yang digunakan untuk Arm Chair: Tabel 5.2 Bahan Tidak Langsung Arm Chair Bahan Jumlah Lem Poyoshica 0,15613 m 2 Dowel Pasak (40 x ø6) Pasak kayu Pin (30 x ø6) Cross Dowel (30 x ø6) Logo "X" Paku Brass 1,2 10 bh. 2 bh. 8 bh. 2 bh. 1 bh. 2 bh. Sumber: R & D PT. P A K 87

Tabel 5.3 Bahan Packing Arm Chair Bahan Jumlah Karton DW 3,2475 m 2 Strapping band Band tape Sticker Brosur + Assembly instruction 6,5 m 5,82 m 1 bh. 2 set Sumber: R & D PT. P A K 5.1.2 Produk Bench Bahan baku yang digunakan untuk proses produksi Bench adalah kayu Jati, namun dapat disesuaikan dengan permintaan konsumen. Penjelasan mengenai pembuatan bench akan dibagi ke dalam part-partnya. Part yang ada yakni: 1. Ram samping a. Kaki depan b. Kaki belakang c. Bingkai bawah d. Bingkai atas e. Tanganan 2. Bingkai lepasan 3. Ram dudukan a. Ruji-ruji dudukan 88

b. Slat depan c. Slat belakang 4. Ram sandaran a. Bingkai atas sandaran b. Bingkai bawah sandaran c. Ruji-ruji sandaran Untuk semua part, ada proses yang dilewati dahulu, sebelum sampai ke gudang bestek, yakni proses Rough Mill guna memperoleh ukuran yang diminta pada saat bahan sampai ke gudang bestek. Dari Gudang Bestek part-part diproses di bagian produksi. Setelah part-part selesai diproses dimasukkan ke gudang part yang akan dilanjutkan ke proses assembly dan dilakukan repair. Setelah itu masuk ke gudang komponen. Dari gudang komponen dilakukan packing untuk kemudian dimasukkan ke gudang barang jadi. Berbeda dengan Arm chair, biasanya Bench diberi pewarnaan berupa teak oil ataupun cat warna. Setelah part-part diberi warna maka dikeringkan dengan menggunakan conveyor gantung. Tabel 5.4 dan tabel 5.5 berikut ini merupakan bahan tidak langsung dan bahan packing yang digunakan untuk Bench: 89

Tabel 5.4 Bahan Tidak Langsung Bench Bahan Jumlah Lem Poyoshica 0,319175 m 2 Dowel Pasak (40 x ø6) Cross Dowel (30 x ø6) Sekrup (+) 1¼", ø 8 mm Pin (20 x ø5) Pin (20 x ø6) Pin Galv. 37 x ø6 38 bh. 2 bh. 37 bh. 4 bh. 2 bh. 2 bh. Lem Polyartica 0,056325 m 2 Pasak kayu Logo "X" Paku 7 bh. 1 bh. 2 bh. Sumber: R & D PT. P A K Tabel 5.5 Bahan Packing Bench Bahan Jumlah Karton DW 3,8019 m 2 Strapping band Band tape Sticker 7,17 m 6,12 m 1 bh. 90

Bahan Brosur + Assembly instruction Jumlah 2 set Sumber: R & D PT. P A K 5.1.3 Produk Dining Table Bahan baku yang digunakan untuk proses produksi Dining Table adalah kayu Jati, namun dapat disesuaikan dengan permintaan konsumen. Penjelasan mengenai pembuatan bench akan dibagi ke dalam part-partnya. Part yang ada yakni: 1. Top Table a. Assembly Frame b. Bingkai Depan c. Bingkai Belakang d. Bagian Samping Top Table e. Bingkai Tengah 2. Apron a. Apron Panjang b. Apron Pendek c. Bingkai Tengah Apron 3. Slat - Slat Top Table 4. Klos Top Table 5. Wooden Plug A 91

6. Klos 7. Kaki Untuk semua part, ada proses yang dilewati dahulu, sebelum sampai ke gudang bestek, yakni proses Rough Mill guna memperoleh ukuran yang diminta pada saat bahan sampai ke gudang bestek. Dari Gudang Bestek part-part diproses di bagian produksi. Setelah part-part selesai diproses dimasukkan ke gudang part yang akan dilanjutkan ke proses assembly dan dilakukan repair. Setelah itu masuk ke gudang komponen. Dari gudang komponen dilakukan packing untuk kemudian dimasukkan ke gudang barang jadi. Biasanya Dining Table diberi pewarnaan berupa cat warna (pure white). Setelah part-part diberi warna maka dikeringkan dengan menggunakan conveyor gantung. Tabel 5.6 dan tabel 5.7 berikut ini merupakan bahan tidak langsung dan bahan packing yang digunakan untuk Dining Table: Tabel 5.6 Bahan Tidak Langsung Dining Table Bahan Jumlah Lem Poyoshica 0,42780 m 2 Dowel Pasak (40 x ø6) Sekrup (+) 1¼", ø 8 mm Sekrup (+) 5/8", ø 8 mm Sekrup (+) 1", ø 8 mm 8 bh. 74 bh. 24 bh. 16 bh. 92

Bahan Dowel beralur Leg corner Bracket Bolt Rubber Feet Logo "X" Paku Jumlah 8 bh. 4 bh. 8 bh. 4 bh. 1 bh. 2 bh. Tabel 5.7 Bahan Packing Dining Table Sumber: R & D PT. P A K Bahan Jumlah Karton DW 4,08093 m 2 Strapping band Band tape Sticker Brosur + Assembly instruction 10,15 m 8,9 m 1 bh. 2 set Sumber: R & D PT. P A K 5.1.4 Penentuan Pusat Biaya Setelah mengetahui mengenai gambaran produk-produk yang dijadikan sampel untuk penelitian maka langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi Pusatpusat biaya. PT. Palmanusa Adhi Kencana menggunakan sistem tradisional dalam 93

perhitungan perencanaan biaya produksi. Biaya dibagi ke dalam dua bagian besar, yakni biaya pabrikasi dan biaya komersil. Biaya pabrikasi terdiri dari biaya bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead. Biaya komersial yakni biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum. Namun mengenai biaya komersial tidak akan dibahas lebih jauh karena berada diluar topik. Perusahaan membagi biaya pabrikasi yang terjadi sebagai berikut: 1. Biaya bahan langsung Biaya ini merupakan biaya bahan baku yang digunakan untuk proses produksi per produk. Setiap jenis produk berbeda memiliki bahan yang berbeda sesuai permintaan konsumen. Pembebanan yang dilakukan dari awal proses produksi hanya sekali yakni pada awal proses produksi. 2. Biaya Tenaga kerja langsung Biaya tenaga kerja langsung meliputi biaya operator proses produksi di seluruh lini produksi. Tenaga kerja yang ada terbagi-bagi sesuai dengan area kegiatan mereka, yakni: a. Rough Mill b. Produksi c. Assembling d. Repair e. Setting f. Finishing g. Packing 94

h. Inventory Dari kedelapan bagian tersebut, data jumlah tenaga kerja, jam kerja serta keluaran yang dihasilkan akan digunakan untuk melakukan perhitungan biaya tenaga kerja langsung. 3. Biaya Tidak Langsung Biaya tidak langsung ini merupakan biaya overhead pabrik diluar biayabiaya langsung. Biaya ini meliputi: a. Bahan tidak langsung Produksi Terdiri atas penggunaan bahan-bahan pembantu selama proses produksi suatu produk, seperti: lem, sekrup, paku dan bahan pembantu lainnya yang tidak signifikan. b. Bahan tidak langsung Packing Packing diberikan kepada produk sebagai pelengkap dan pelindung agar produk terlindungi dari benturan dan kerusakan dan untuk mempermudah penyimpanan dalam gudang. Packing yang diberikan berbeda untuk masing-masing jenis produk. Namun bahan yang digunakan umumnya sama. c. Biaya tidak langsung lainnya Yang termasuk dalam biaya ini yakni biaya overhead lainnya seperti: o Biaya tenaga kerja tidak langsung o Biaya utilitas seperti telepon dan listrik dan 95

o Biaya-biaya kendaraan operasional seperti asuransi, penyusutan, operasional, dan maintenance o Biaya maintenance dan biaya penyusutan peralatan dan mesin o Biaya-biaya gedung seperti asuransi, penyusutan, maintenance, PBB o Biaya alat-alat kantor pabrik o Biaya penanganan bahan baku. 5.1.5 Pengumpulan Data dan Penentuan Standar Biaya Pertama-tama dilakukan perincian biaya overhead pabrik. Biaya listrik yang dibutuhkan diperkirakan menggunakan perhitungan di bawah ini. dilihat pada Tabel 5.8 di bawah ini yang mendata mesin-mesin dan peralatan listrik yang digunakan pabrik dibagi berdasarkan tiga bagian besar lantai produksi. Tabel 5.8 Detail Pemakaian Listrik untuk Area Rough Mill No Jenis Jumlah (buah) Daya/ unit (kw) Usage (kw) 1 Planner 2 2,730 5,46 2 Jump Saw 2 3,170 6,34 3 Double Planner 2 3,270 6,54 4 Double Entenoner 1 3,700 3,7 5 Single Rip Saw 1 1,430 1,43 96

No Jenis Jumlah (buah) Daya/ unit (kw) Usage (kw) 6 Multi Rip Saw 2 2,730 5,46 7 Band Saw 6 5,625 33,75 8 Pemotong Dowel 3 1,730 5,19 9 Moulder 3 5,120 15,36 10 Compressor 2 7,460 14,92 11 Radial Arm Saw 2 2,200 4,4 26 102,55 Tabel 5.9 Detail Pemakaian Listrik untuk Area Produksi No Jenis Jumlah (buah) Daya/ unit (kw) Usage (kw) 1 Tenon 2 2,230 4,46 2 Mortizer 7 2,170 15,19 3 Sander 9 2,275 20,475 4 Hor/Ver Bor 10 2,460 24,6 5 Router 4 2,670 10,68 6 R/L Bor 2 2,460 4,92 7 Shaper 10 3,230 32,3 8 Cross Cut 3 3,150 9,45 97

No Jenis Jumlah (buah) Daya/ unit (kw) Usage (kw) 9 Compressor 1 7,460 7,46 10 Wide Sander 1 3,500 3,5 11 Radial Arm Saw 2 2,270 4,54 12 Double Cutting 2 2,270 4,54 13 Hydraulic Press 5 2,580 12,9 14 Mesin Bubut 1 1,500 1,5 59 156,515 Tabel 5.10 Detail Pemakaian Listrik untuk Area Finishing No Jenis Jumlah (buah) Daya/unit (kw) Usage (kw) 1 Strapping machine 4 0,460 1,84 2 Conveyor 1 1,580 1,58 3 Compressor 1 6,525 6,525 4 spray boath 4 1,150 4,6 5 control electrostatic 1 5,000 5 11 19,545 Sumber: PPIC PT. P A K 98

Tabel 5.11 Detail Pemakaian Listrik untuk Area Pabrik Lain-Lain Jumlah (buah) Daya/unit (kwatt) Usage (kwh) Jam (/bulan) Total (kwh) Penerangan 200 0,03 6 600 4.320 Komputer 5 0,5 2,5 600 1.500 Motor Gerbang 1 0,5 0,5 300 180 AC 4 0,5 2 300 720 Lain-lain - - 1,1-594 12,1 7.212 Total daya mesin pabrik adalah: = 102,55 kw + 156,515 kw + 19,545 kw = 278,61 kw Dengan jam pemakaian per bulan (21 jam/ hari x 25 hari/ bulan ) = 525 jam/ bulan Total Pemakaian listrik per bulan = (278,61 kw x 525 jam/ bulan) + 7.212 kwh = 146.270,3 kwh + 7.212 kwh = 153.482,3 kwh 99

*Berdasarkan Tarif Dasar Listrik yang ditetapkan oleh PLN tahun 2003, PT Palmanusa Adhi Kencana menggunakan tarif golongan I-2/ TR yakni batas daya antara 14 kva sampai dengan 200 kva. Biaya Beban = Rp. 32.500,00 / kva.bulan x 200 kva = Rp 6.500.000,00 /bulan Biaya Pemakaian = Rp. 440 /kwh x 153.482,3 kwh = Rp. 67.532.190,00 /bulan Total Biaya Listrik = Rp. 67.532.190,00 + Rp 6.500.000,00 = Rp. 74.032.190,00 /bulan x 12 bulan = Rp. 888.386.280,00 /tahun Tabel 5.12 Pemakaian biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung Jenis Jml (org.) Gaji Pokok Transport Hari Kerja Total 1. Karyawan ADM 10 Rp 650.000 Rp 12.500 24 Rp 9.625.000 2. Sopir 3 Rp 800.000 Rp 12.500 24 Rp 3.000.000 3. Penanganan Bhn Baku 5 Rp 600.000 Rp 12.500 24 Rp 4.562.500 4. Office Boy 2 Rp 450.000 Rp 12.500 24 Rp 1.525.000 5. Satpam 9 Rp 650.000 Rp 12.500 30 Rp 9.225.000 6. Karyawan maintenance 7 Rp 600.000 Rp 12.500 24 Rp 6.387.500 7. Manager (FAD, R&D, Produksi, PPIC, Logistik) 4 Rp 2.500.000 - - Rp 10.000.000 100

Jenis Jml Gaji Pokok Transport Hari Total 8. Direktur 1 Rp 4.000.000 - - Rp 4.000.000 9. Kepala Bagian 9 Rp 1.250.000 - - Rp 11.250.000 Rp 59.575.000 Sumber: FA D PT. P A K Tabel 5.13 Detail Kendaraan No Jenis Jumlah 1 Truk 2 2 Mobil Box 1 Sumber:FAD PT. P A K Tabel 5.14 Detail Tanah dan Bangunan Ukuran Luas Harga Total Nilai Tanah (NT) 107*139 14.873 m2 Rp 500.000 /m2 Rp 7.436.500.000 Nilai Bangunan (NB) 89*115 10.235 m2 Rp 350.000 /m2 Rp 3.578.750.000 Sumber: FAD PT. P A K Perhitungan Pajak Tanah (0.5% x 20% x NT) = Rp. 7.436.500,00 Bangunan (0.5%x20%x(NB-3,5jt)) = Rp. 3.578.750,00 Total PBB = Rp 11.015.250,00 101

Tabel berikut ini merupakan daftar biaya overhead pabrik di PT. Palmanusa Adhi Kencana pada tahun 2003-2004. Tabel 5.15 Biaya Overhead Pabrik tahun 2003-2004 Jenis Biaya Detail Jumlah B. Tenaga Kerja tidak Langsung - Rp 714.900.000,00 B. Utilitas (Air, telp & Listrik) Telepon Rp 58.639.125,81 Listrik Rp 888.386.280,00 Biaya-biaya gedung Asuransi Rp 238.583.333,33 Penyusutan Rp 119.291.666,67 PBB Rp 11.015.250,00 Perawatan Rp 24.433.000,00 Biaya-biaya kendaraan Asuransi Rp 13.753.200,00 Penyusutan Rp 6.782.100,00 Perawatan Rp 28.020.000,00 Operasional Rp 55.012.800,00 B. Peralatan & Mesin Penyusutan Rp 977.318.800,00 Perawatan Rp 288.000.000,00 Biaya Peralatan Kantor Pabrik - Rp 3.000.000,00 B. Penanganan Bahan Baku - Rp 1.271.643.300,00 Total: Rp 4.698.778.855,81 102

Penetapan standar-standar untuk perhitungan prediksi biaya dilakukan oleh perusahaan dalam memperkirakan harga jual kepada konsumen. Penetapan standar dibagi menjadi tiga bagian utama yakni standar bahan, standar tenaga kerja, dan standar biaya overhead. Standar Biaya Bahan Bahan baku utama yang digunakan produk yang dihasilkan PT Palmanusa Adhi Kencana ada dua jenis yaitu kayu Jati dan kayu Nyatoh seperti terlihat pada tabel 5.16. Tabel 5.16 Standar Bahan Baku Utama Jenis Satuan Harga/ Satuan Kayu Jati m 3 Rp. 9.800.000,00 Kayu Nyatoh m 3 Rp. 2.480.000,00 Kemudian selain bahan-bahan utama, diterapkan pula standar harga untuk bahan tidak langsung seperti bahan pembantu, bahan finishing dan bahan packing. Tabel 5.17 berikut ini memuat bahan yang digunakan dalam pembahasan skripsi. Tabel 5.17 Standar Bahan Pembantu No Bahan Pembantu Satuan Harga/ Satuan 1 Lem Poyoshica m 2 Rp. 20.520 2 Dowel Pasak (40 x ø6) unit Rp. 135 3 Pasak kayu unit Rp. 120 103

4 Bahan Pembantu Satuan Harga/ Satuan 5 Pin (30 x ø6) unit Rp. 105 6 Cross Dowel (30 x ø6) unit Rp. 125 7 Logo "X" unit Rp. 600 8 Paku Brass 1,2 unit Rp. 15 9 Sekrup (+) 5/8", ø 8 mm unit Rp. 200 10 Sekrup (+) 1", ø 8 mm unit Rp. 235 11 Dowel beralur unit Rp. 150 12 Sekrup (+) 1¼", ø 8 mm unit Rp. 255 13 Pin (20 x ø5) unit Rp. 89 14 Pin (20 x ø6) unit Rp. 92 15 Pin Galv. 37 x ø6 unit Rp. 150 16 Lem Polyartica m 2 Rp. 34.890 17 Leg corner Bracket unit Rp. 550 18 Bolt unit Rp. 435 19 Paku unit Rp. 15 20 Rubber Feet unit Rp. 85 Tabel 5.18 Standar Bahan Finishing No Bahan Satuan Harga/ Satuan 1 Teak Oil m 2 Rp 3270 104

No Bahan Satuan Harga/ Satuan 2 Cat m 2 Rp 4950 Tabel 5.19 Standar Bahan Packing No Bahan Satuan Harga/ Satuan 1 Karton DW m 2 Rp 4700 2 Strapping band m Rp 50 3 Band tape m Rp 160 4 Sticker unit Rp 500 5 Brosur + Assembly instruction unit Rp 200 Standar Tenaga Kerja Langsung Penetapan standar yang dilakukan PT Palmanusa Adhi Kencana menggunakan ratarata jam tenaga kerja (man hour) per bagian produksi. Bagian produksi terdiri dari delapan bagian seperti terlihat pada tabel 5.17 dan masing-masing bagian memiliki rata-rata tersendiri. Misalnya, bagian Rough Mill menggunakan rata-rata 64,164 MH/ m 3. Ini berarti setiap 1 m 3 pengerjaan pada bagian Rough Mill menggunakan jam tenaga kerja sebesar 64,164. 105

Tabel 5.20 Standar Tenaga Kerja Langsung Tahun 2002-2003 Bagian MH/m 3 RM 64,164 Produksi 264,936 Assembly 76,337 Repair 89,301 Setting 66,258 Packing 67,678 Finishing 81,560 Inventory 26,030 Total : 710,24 Sumber: PPIC PT. P A K Sebagai tambahan, data tersebut diperoleh dengan cara mencatat jumlah keluaran setiap produksi per-shiftnya. Setiap shift, dari setiap bagian dicatat jumlah penggunaan tenaga kerja, jam kerja dan volume output (m 3 ) untuk perhitungan. Tabel 5.21 Standar Tenaga Kerja tidak Langsung No Jenis Gaji Pokok Transport 1 Karyawan ADM Rp 650.000 Rp 12.500 2 Sopir Rp 800.000 Rp 12.500 3 Penanganan Bhn Baku Rp 600.000 Rp 12.500 106

No Jenis Gaji Pokok Transport 4 Office Boy Rp 450.000 Rp 12.500 5 Satpam Rp 650.000 Rp 12.500 6 Karyawan maintenance Rp 600.000 Rp 12.500 7 Manager (FAD, R&D, Produksi, PPIC, Logistik) Rp 2.500.000 - Standar Biaya Overhead Untuk standar biaya overhead biasanya ditetapkan perusahaan dengan memperhatikan besar biaya overhead pada periode sebelumnya. Dengan menggunakan perkiraan jumlah produksi untuk periode selanjutnya, pihak manajemen akan menetapkan suatu nilai perkiraan biaya overhead nantinya. Untuk periode 2003-2004 pihak manajemen menentukan biaya overhead terapan sebesar Rp. 5.000.000.000,00. 107

5.1.6 Prosedur Perhitungan Biaya Produksi Perusahaan 5.1.6.1 Prosedur Prediksi Biaya Produksi 5.1.6.1.1 Perhitungan Bahan Bahan Baku yang digunakan secara langsung dibebankan ke produk. Bahan baku yang digunakan untuk produksi Arm Chair dan Dining Table adalah kayu Jati, sedangkan untuk produksi Bench digunakan kayu Nyatoh. Perhitungan biaya bahan baku adalah sebagai berikut: Arm Chair (bahan: 0,04040 m 3 ; produk: 0,02593 m 3 ; Kayu Jati) = 3 0,04040 m x Rp. 9.800.000,00 /m 3 = Rp 395.920,00 Bench (bahan: 0,07240 m 3 ; produk: 0,04436 m 3 Kayu Nyatoh) = 3 0,07240 m x Rp. 2.480.000,00 /m 3 = Rp 179.552,00 Dining Table (bahan: 0,092976 m 3 ; produk: 0,06168 m 3 Kayu Jati) = 3 0,092976 m x Rp. 9.800.000,00 /m3 = Rp 911.164,80 Setelah bahan baku utama, berikutnya adalah bahan pembantu atau bahan tidak langsung produk. 108

Arm Chair Tabel 5.22 Detail Bahan Pembantu Arm Chair Bahan Pembantu Jumlah Harga/ Unit Harga Pakai Lem Poyoshica 0,15613 m 2 Rp. 20.520 Rp 3.203,79 Dowel Pasak (40 x ø6) 10 Rp. 135 Rp 1.350,00 Pasak kayu 2 Rp. 120 Rp 240,00 Pin (30 x ø6) 8 Rp. 105 Rp 840,00 Cross Dowel (30 x ø6) 2 Rp. 125 Rp 250,00 Logo "X" 1 Rp. 600 Rp 600,00 Paku Brass 1,2 2 Rp. 15 Rp 30,00 Total Rp 6.513,79 Tabel 5.23 Detail Bahan Packing Arm Chair Bahan Packing Jumlah Harga/ Unit Harga Pakai Karton DW 3,2475 m 2 Rp 4.700 Rp 15.263,25 strapping band 6,5 Rp 50 Rp 325 Band tape 5,82 Rp 160 Rp 931,2 Sticker 1 Rp 500 Rp 500 brosur + Assembly instruction 2 Rp 200 Rp 400 Total Rp 17.419,45 109

Bench Tabel 5.24 Detail Bahan Pembantu Bench Bahan Pembantu Jumlah Harga/ Unit Harga Pakai Lem Poyoshica 0,319175 m 2 Rp. 20.520 Rp 6.549,47 Dowel Pasak (40 x ø6) 38 Rp. 135 Rp 5.130,00 Cross Dowel (30 x ø6) 2 Rp. 125 Rp 250,00 Sekrup (+) 1¼", ø 8 mm 37 Rp. 255 Rp 9.435,00 Pin (20 x ø5) 4 Rp. 89 Rp 356,00 Pin (20 x ø6) 2 Rp. 92 Rp 184,00 Pin Galv. 37 x ø6 2 Rp. 150 Rp 300,00 Lem Polyartica 0,056325 m 2 Rp. 34.890 Rp 1.965,18 Pasak kayu 7 Rp. 120 Rp 840,00 Logo "X" 1 Rp. 600 Rp 600,00 Paku 2 Rp. 15 Rp 30,00 Total Rp 25.639,65 Tabel 5.25 Detail Bahan Packing Bench Bahan Packing Jumlah Harga/ Unit Harga Pakai Karton DW 3,8019 m 2 Rp 4.700 Rp 17.868,93 strapping band 7,17 Rp 50 Rp 358,5 band tape 6,12 Rp 160 Rp 979,2 110

Sticker 1 Rp 500 Rp 500 brosur + Assembly instruction 2 Rp 200 Rp 400 Total Rp 20.106,63 Dining Table Tabel 5.26 Detail Bahan Pembantu Dining Table Bahan Pembantu Jumlah Harga/ Unit Harga Pakai Lem Poyoshica 0,42780 m 2 Rp. 20.520 Rp 8.778,46 Dowel Pasak (40 x ø6) 8 Rp. 135 Rp 1.080,00 Sekrup (+) 1¼", ø 8 mm 74 Rp. 255 Rp 18.870,00 Sekrup (+) 5/8", ø 8 mm 24 Rp. 200 Rp 4.800,00 Sekrup (+) 1", ø 8 mm 16 Rp. 235 Rp 3.760,00 Dowel beralur 8 Rp. 150 Rp 1.200,00 Leg corner Bracket 4 Rp. 550 Rp 2.200,00 Bolt 8 Rp. 435 Rp 3.480,00 Rubber Feet 4 Rp. 85 Rp 340,00 Logo "X" 1 Rp. 600 Rp 600,00 Paku 2 Rp. 15 Rp 30,00 Total Rp 45.138,46 111

Tabel 5.27 Detail Bahan Packing Dining Table Bahan Packing Jumlah Harga/ Unit Harga Pakai Karton DW 4,08093 m 2 Rp 4700 Rp 19.180,37 strapping band 10,15 Rp 50 Rp 507,5 Band tape 8,9 Rp 160 Rp 1.424 Sticker 1 Rp 500 Rp 500 brosur + Assembly instruction 2 Rp 200 Rp 400 Total Rp 22.011,87 5.1.6.1.2 Perhitungan Tenaga Kerja Langsung Tenaga kerja langsung merupakan karyawan pabrik yang pekerjaannya langsung berhubungan dengan produk. Karyawan lantai produksi pada PT Palmanusa Adhi Kencana dibagi menjadi 8 bagian dengan detail seperti yang tampak pada tabel 5.20 sebelumnya. Perusahaan melakukan pencatatan rata-rata jam tenaga kerja terhadap output yang dihasilkan per bagian. Untuk menghitung pemakaian tenaga kerja maka volume produk yang dihasilkan dikali dengan rata-rata jam tenaga kerja tersebut dan upah per jam tenaga kerja. Upah yang digunakan dalam perhitungan sebesar Rp 4.300,00. Dengan menggunakan data tahun 2002-2003 prediksi biaya tenaga kerja yang digunakan adalah: Arm Chair (Volume produk: 0,02593 m 3 ) = 0,02593 m 3 x 710,24 MH/m 3 x Rp 4.300,00 112

= Rp 79.191,05 Bench (Volume produk: 0,04436 m 3 ) = 0,04436 m 3 x 710,24 MH/m 3 x Rp 4.300,00 = Rp 135.476,86 Dining Table (Volume produk: 0,06168 m 3 ) = 0,06168 m 3 x 710,24 MH/m 3 x Rp 4.300,00 = Rp 188.372,69 5.1.6.1.3 Prediksi Biaya Overhead Biaya Tidak Langsung (Overhead) dihitungkan dengan memperhitungkan volume produksi per unit suatu produk. Biaya Overhead selama satu tahun diturunkan menjadi biaya overhead per m 3 dengan cara dibagi kedalam 12 bulan, jumlah kontainer per bulan, dan jumlah volume produk per kontainer. Berdasarkan data historis pihak PPIC, setiap bulan dilakukan pendekatan perkiraan jumlah volume produksi yang dilakukan yakni 7 kontainer dan per kontainer rata-rata memuat 15 m 3 produk. Sehingga biaya overhead yang dihitung untuk produk: Arm Chair (1 unit Arm Chair memiliki volume 0,02593 m3) = 0,02593 m3 Rp 5.000.000.000 3 12bl 7cont 15m = Rp 102.896,83 / unit Bench (1 unit Bench memiliki volume 0,04436 m 3 ) 113

3 Rp 5.000.000.000 = 0,04436 m 3 12bl 7cont 15m = Rp 176.031,75 / unit Dining Table (1 unit Dining Table memiliki volume 0,06168 m 3 ) = 0,06168 m 3 Rp 5.000.000.000 3 12bl 7cont 15m = Rp 244.761,90 / unit Hasil prediksi biaya per produk adalah sebagai berikut: Arm Chair Biaya bahan langsung = Rp 395.920,00 Biaya tenaga kerja langsung = Rp. 79.191,05 Biaya overhead = Rp 102.896,83 Biaya bahan tidak langsung = Rp 6.513,79 Biaya packing = Rp 17.419,45 Total biaya produksi = Rp 601.941,12 / unit Bench Biaya bahan langsung = Rp 179.552,00 Biaya tenaga kerja langsung = Rp 135.476,86 Biaya overhead = Rp 176.031,75 Biaya bahan tidak langsung = Rp 25.639,65 Biaya packing = Rp 20.106,63 Total biaya produksi = Rp 536.806,89 / unit 114

Dining Table Biaya bahan langsung = Rp 911.164,80 Biaya tenaga kerja langsung = Rp 188.372,69 Biaya overhead = Rp 244.761,90 Biaya bahan tidak langsung = Rp 45.138,46 Biaya packing = Rp 22.011,87 Total biaya produksi = Rp 1.411.449,72 / unit Setelah melakukan prediksi harga produk, perusahaan akan menggunakan harga prediksi produk tersebut untuk memberikan harga jual produk kepada pelanggan. Setelah pelanggan setuju terhadap penawaran harga, produksi akan dilakukan sesuai pesanan dan proses pencatatan biaya akan berjalan. 5.1.6.2 Perhitungan Biaya Produksi Sesungguhnya Metode Tradisional Setelah satu periode produksi selesai, biaya yang telah dikeluarkan selama produksi dilaksanakan dihitung kembali. Perhitungan biaya yang dilakukan meliputi biaya bahan langsung, tenaga kerja langsung dan overhead dengan menggunakan metode tradisional, biaya-biaya tersebut dijumlahkan untuk mendapatkan biaya produksi sesungguhnya. 115

5.1.6.2.1 Biaya Bahan sesungguhnya Berikut ini data penggunaan bahandari ketiga jenis produk: Arm Chair Biaya bahan langsung = Rp 8.484.917.320,27 Biaya bahan pembantu = Rp 146.886.029,38 Biaya bahan packing = Rp 342.220.523,35 Total = Rp 8.974.023.873,00 Biaya bahan per unit produk Arm Chair adalah : Rp 8.974.023.873,00 20.775 unit = Rp 431.962,60 /unit Bench Biaya bahan langsung = Rp 795.402.701,78 Biaya bahan pembantu = Rp 114.243.893,24 Biaya bahan packing = Rp 90.720.722,40 Total = Rp 1.000.367.317,42 Biaya bahan per unit produk Bench adalah : Rp 1.000.367.317,42 4.148 unit = Rp 241.168,60 /unit Dining Table Biaya bahan langsung = Rp 1.608.221.535,68 Biaya bahan pembantu = Rp 75.801.357,86 116

Biaya bahan packing = Rp 39.557.928,26 Total = Rp 1.723.580.821,81 Biaya bahan per unit produk Dining Table adalah : Rp 1.723.580.821,81 1.647 unit = Rp 1.046.497 /unit 5.1.6.2.2 Biaya Tenaga Kerja sesungguhnya Setelah melihat pemakaian bahan sesungguhnya, maka selanjutnya adalah pemakaian jam tenaga kerja. Dapat dilihat perhitungan rata-rata manhour per m 3 pada tabel 5.20 Dari data penggunaan jam tenaga kerja per m 3 akan dihitung penggunaan tenaga kerja sesungguhnya untuk satu produk yakni: Arm Chair (Volume produk: 0,02593 m 3 ) = 0,02593 m 3 x 694,475 MH/m 3 x Rp 4.300,00 = Rp 77.433,27 Bench (Volume produk: 0,04436 m 3 ) = 0,04436 m 3 x 694,475 MH/m 3 x Rp 4.300,00 = Rp 132.469,72 Dining Table (Volume produk: 0,06168 m 3 ) = 0,06168 m 3 x 694,475 MH/m 3 x Rp 4.300,00 = Rp 184.191,44 117

5.1.6.2.3 Biaya Overhead Sesungguhnya Pada tabel 5.15 sebelumnya telah dirinci mengenai biaya Overhead yang terjadi pada periode 2003-2004 dengan nilai sebesar Rp 4.698.778.855,81. Pengalokasian biaya overhead untuk ketiga produk adalah sebagai berikut: Arm Chair (1 unit Arm Chair memiliki volume 0,02593 m3) = 0,02593 m3 Rp 4.698.778.855,81 3 12bl 7cont 15m = Rp 96.697,89 / unit Bench (1 unit bench memiliki volume 0,04436 m 3 ) 3 Rp 4.698.778.855,81 = 0,04436 m 3 12bl 7cont 15m = Rp 165.426,85 / unit Dining Table (1 unit DT memiliki volume 0,06168 m 3 ) = 0,06168 m 3 Rp 4.698.778.855,81 3 12bl 7cont 15m = Rp 230.016,41 / unit Setelah dilakukan perhitungan di atas, tabel 5.15 memberikan kesimpulan mengenai biaya overhead beserta persentasenya terhadap biaya produksi per unit produk. 118

Tabel 5.28 Perhitungan Biaya Produksi dengan Sistem Tradisional Jenis Arm Chair Bench Dining Table 1. Biaya Bahan Rp 431.962,60 Rp 241.168,60 Rp 1.046.497,00 2. Biaya Tenaga Kerja Rp 77.433,27 Rp 132.469,72 Rp 184.191,44 3. Biaya Overhead Rp 96.697,89 Rp 165.426,85 Rp 230.016,41 4. Biaya produksi/ unit Rp 606.093,80 Rp 539.065,16 Rp 1.557.498,02 % B. Overhead (3 / 4) 15,95% 30,69% 15,75% 119

5.2 Perhitungan Biaya Overhead Berdasarkan Sistem Activity-Based Costing 5.2.1 Identifikasi Aktivitas Pabrik Dalam melakukan perhitungan biaya overhead berdasarkan sistem Activity- Based Costing pertama-tama dilakukan identifikasi tingkat biaya dan aktivitas pemicunya. Biaya yang termasuk biaya tingkat unit adalah biaya listrik. (Carter dan Usry, 2004, p.497) Biaya tersebut dipengaruhi oleh besar kecilnya jumlah unit yang diproduksi. Biaya ini bertambah sesuai dengan pertambahan jumlah unit yang diproduksi. Semakin besar jam mesin maka semakin besar biaya yang dikonsumsi. Biaya administrasi juga merupakan biaya yang tergantung pada unit produksi, semakin banyak unit yang diproduksi, maka semakin banyak dilakukan pencatatan data-data dan proses administrasi. Biaya yang termasuk biaya tingkat batch merupakan biaya yang terjadi untuk memproses pesanan. Yang termasuk biaya ini adalah: biaya penanganan bahan baku, biaya operasional kendaraan, biaya perawatan kendaraan, serta biaya telepon. Untuk biaya penanganan bahan baku aktivitas pemicu biaya adalah jumlah penerimaan bahan baku dalam satu tahun. Sedangkan untuk biaya yang berhubungan dengan kendaraan dipicu oleh penggunaan kendaraan operasional tersebut untuk mengirim produk pesanan. Biaya telepon semakin besar apabila jumlah aktivitas pengiriman produk tertentu semakin besar. Kemudian biaya tingkat pabrik seperti biaya rumah tangga pabrik, biaya penyusutan gedung, biaya asuransi gedung, pajak bangunan, biaya penyusutan mesin, 120

biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya asuransi kendaraan dan biaya penyusutan kendaraan. Biaya-biaya ini tetap ada selama pabrik melakukan proses produksi dan tidak dipicu oleh aktivitas khusus sehingga untuk membagi (alokasi) biaya ini digunakan kapasitas normal pabrik sebagai pemicu sumber dayanya. Untuk biaya perawatan gedung dan biaya perawatan mesin, tergantung pada jumlah perawatan yang dilakukan selama produksi. Setiap produk memiliki beberapa komponen. Dari proses produksi detail tiap komponen dapat diperkirakan waktu penggunaan mesin untuk masing-masing komponen tersebut. Aktivitas yang dilakukan diberikan pembobotan berdasarkan tingkat kesulitannya, kemudian dikalikan dengan frekuensi aktivitas tersebut untuk mendapatkan subtotal waktu. Subtotal waktu dikali dengan jumlah unit komponen untuk mendapat total waktu pengerjaan komponen. Tabel 5.29, tabel 5.30, dan tabel 5.31 di bawah ini menyajikan data produksi dari produk Arm Chair, Bench, dan Dining Table. Data di bawah merupakan ekstraksi dari proses produksi detail ketiga produk yang digunakan untuk menentukan jam mesin dari satu unit produk apakah itu Arm Chair, Bench atau Dining Table. 121

Tabel 5.29 Tabel Perhitungan Jam Mesin Arm Chair No Part Aktivitas Bobot Frekuensi Subtotal Unit Total 1 Kaki Dpn Bor versink 0,30 2 0,60 1,2 Freiss profil 0,75 1 0,75 1,5 Lubang pen 0,20 2 0,40 0,8 Amplas 100+180 0,50 8 4,00 2 8 Coak 0,50 5 2,50 5 Bor lubang 0,25 1 0,25 0,5 Tenon 0,33 4 1,33 2,66667 2 Kaki Belakang Bor versink 0,30 2 0,60 1,2 Freiss profil 0,75 1 0,75 1,5 Lubang pen 0,20 2 0,40 0,8 2 Amplas 100+180 0,50 4 2,00 4 Coak 0,50 5 2,50 5 Tenon 0,33 4 1,33 2,66667 3 Batas Ram Samping Amplas 100+180 0,50 4 2,00 4 Amplas profil 0,75 4 3,00 6 2 Pen sisi 0,25 4 1,00 2 Bor versink 0,30 2 0,60 1,2 4 Tanganan Coak 0,33 2 0,67 1,33333 2 Freiss profil 0,75 1 0,75 1,5 122

No Part Aktivitas Bobot Frekuensi Subtotal Unit Total Profil R3 0,75 4 3,00 6 Lubang pen 0,20 2 0,40 0,8 5 Bagian Samping Sandaran Profil R3 0,75 3 2,25 4,5 Bor lubang 0,25 3 0,75 1,5 2 Potong serong 0,30 1 0,30 0,6 Lubang pen 0,20 7 1,40 2,8 6 Batas Atas Sandaran Amplas 100+180 0,50 6 3,00 6 Freiss profil 0,75 2 1,50 3 2 Pen sisi 0,25 4 1,00 2 Profil R3 0,75 2 1,50 3 7 Slat Sandaran Amplas 100+180 0,50 6 3,00 30 Freiss profil 0,75 2 1,50 10 15 Pen sisi 0,25 4 1,00 10 8 Bagian Belakang Ram Pen sisi 0,25 2 0,50 1 Bor lubang 0,25 8 2,00 4 2 Amplas 100+180 0,50 4 2,00 4 Dudukan Amplas sisi 0,50 4 2,00 4 9 Bagian Samping Lubang pen 0,20 6 1,20 2,4 Bor versink 0,30 2 0,60 2 1,2 Dudukan Bor lubang 0,25 7 1,75 3,5 123

No Part Aktivitas Bobot Frekuensi Subtotal Unit Total Amplas 100+180 0,50 4 2,00 4 Potong serong 0,30 1 0,30 0,6 Profil R3 0,75 1 0,75 1,5 10 Badan Lepasan Lubang pen 0,20 2 0,40 0,8 Amplas sisi 0,50 4 2,00 4 2 Bor lubang 0,25 4 1,00 2 Amplas 100+180 0,50 1 0,50 1 170,067 Dari tabel 5.29 diperoleh total waktu pengerjaan mesin untuk satu unit produk Arm Chair adalah 170,067 menit atau 2,834 jam. Tabel 5.30 Tabel Perhitungan Jam Mesin Bench No Part Aktivitas Bobot Frekuensi Subtotal Unit Total 1 Ram kiri 2 Ram Kanan 3 Kaki Depan Bor lubang 0,25 7 1,75 1,75 1 Pewarnaan 1,80 1 1,80 1,8 Bor lubang 0,25 7 1,75 1,75 1 Pewarnaan 1,80 1 1,80 1,8 Bor lubang 0,25 16 4,00 8 Amplas 100+180 0,50 1 0,50 1 2 Potong tepat 0,2 1 0,2 0,4 Freiss profil 0,75 3 2,25 4,5 124

No Part Aktivitas Bobot Frekuensi Subtotal Unit Total Lubang pen 0,2 1 0,2 0,4 Pen sisi 0,25 2 0,5 1 Chamber 0,5 3 1,5 3 4 Kaki belakang Coak 0,33 1 0,33 0,66667 Amplas 100+180 0,50 1 0,50 1 Potong tepat 0,2 1 0,2 0,4 Freiss profil 0,75 3 2,25 4,5 2 Lubang pen 0,2 1 0,2 0,4 Pen sisi 0,25 1 0,25 0,5 Chamber 0,5 3 1,5 3 Bor versink 0,3 2 0,6 1,2 5 Bagian Atas Ram Samping Amplas 100+180 0,50 3 1,50 3 Freiss profil 0,75 1 0,75 1,5 2 Pen sisi 0,25 2 0,5 1 Bor lubang 0,25 4 1 2 6 Bagian Bawah Ram Samping Amplas 100+180 0,50 4 2,00 4 Pen sisi 0,25 4 1 2 2 Bor lubang 0,25 1 0,25 0,5 Bor versink 0,3 1 0,3 0,6 7 Tanganan Freiss profil 0,75 3 2,25 2 4,5 125

No Part Aktivitas Bobot Frekuensi Subtotal Unit Total Potong tepat 0,2 1 0,20 0,4 Profil R15 0,75 2 1,50 3 Lubang pen 0,2 2 0,40 0,8 Bor versink 0,3 2 0,60 1,2 Bor lubang 0,25 1 0,25 0,5 Amplas 100+180 0,5 1 0,50 1 Amplas profil 0,6 1 0,60 1,2 8 Ram Bor lubang 0,25 14 3,5 1 7 Sandaran Pewarnaan 1,8 1 1,8 3,6 9 Bagian Atas Sandaran Lubang pen 0,20 23 4,60 4,6 Bor lubang 0,25 9 2,25 2,25 Potong serong 0,3 2 0,6 0,6 Freiss profil 0,75 1 0,75 1 0,75 Profil R 0,6 1 0,6 0,6 Bor versink 0,3 4 1,2 1,2 Amplas 100+180 0,5 1 0,5 0,5 10 Bagian Bawah Lubang pen 0,20 23 4,60 4,6 Bor lubang 0,25 14 3,5 1 3,5 Sandaran Amplas 100+180 0,5 4 2 2 11 Ruji-ruji Freiss profil 0,75 2 1,5 13 19,5 126

No Part Aktivitas Bobot Frekuensi Subtotal Unit Total Sandaran Potong tepat 0,2 1 0,2 2,6 Pen sisi 0,25 2 0,5 6,5 Shaper sisi 0,65 1 0,65 8,45 Amplas 100+180 0,5 4 2 26 12 Ram Bor lubang 0,25 10 2,5 2,5 1 Dudukan Pewarnaan 1,8 1 1,8 1,8 13 Bagian Depan Dudukan Bor lubang 0,25 9 2,25 4,5 Pen sisi 0,25 2 0,5 1 Bor versink 0,3 8 2,4 2 4,8 Amplas 100+180 0,5 4 2 4 Pewarnaan 1,8 1 1,8 3,6 14 Bagian Belakang Dudukan Bor lubang 0,25 9 2,25 4,5 Pen sisi 0,25 2 0,5 1 2 Amplas 100+180 0,5 4 2 4 Pewarnaan 1,8 1 1,8 3,6 15 Slat Dudukan Depan Profil R3 0,75 9 6,75 6,75 Amplas profil 0,75 2 1,5 1 1,5 Amplas 100+180 0,5 3 1,5 1,5 16 Ruji Potong serong 0,25 9 2,25 11,25 5 Dudukan Profil R3 0,75 2 1,5 7,5 127

No Part Aktivitas Bobot Frekuensi Subtotal Unit Total Amplas 100+180 0,5 4 2 10 17 Klos Dudukan Pen sisi 0,25 2 0,5 0,5 Freiss profil 0,75 1 0,75 0,75 1 Amplas 100+180 0,5 4 2 2 Bor versink 0,3 5 1,5 1,5 18 Bingkai Lepasan Belakang Pen sisi 0,25 2 0,5 0,5 Bor lubang 0,25 12 3 3 1 Amplas 100+180 0,5 4 2 2 Pewarnaan 1,8 1 1,8 1,8 19 Round Stick Bor versink 0,3 2 0,6 0,6 Amplas profil 0,75 1 0,75 1 0,75 Pewarnaan 0,5 1 0,5 0,5 246,217 Dari tabel 5.30 diperoleh total waktu pengerjaan mesin untuk satu unit produk Bench adalah 246,217 menit atau 4,104 jam. Tabel 5.31 Tabel Perhitungan Jam Mesin Dining Table No Part Aktivitas Bobot Frekuensi Subtotal Unit Total 1 Assembly Bor lubang 0,25 8 2,00 1 2 Frame Profil R3 0,75 1 0,75 0,75 2 Bingkai Amplas 100+180 0,50 4 2,00 2 4 128

No Part Aktivitas Bobot Frekuensi Subtotal Unit Total Depan Amplas profil 0,75 4 3,00 6 Lubang pen 0,20 3 0,60 1,2 3 B.Spg Top Tbl Amplas 100+180 0,50 4 2,00 4 Amplas profil 0,75 4 3,00 6 2 Lubang pen 0,20 2 0,40 0,8 Champer 0,40 2 0,80 1,6 4 Bingkai Tengah Bor lubang 0,25 2 0,50 1 Amplas 100+180 0,50 4 2,00 4 Amplas profil 0,75 4 3,00 2 6 Pen sisi 0,25 2 0,50 1 Champer 0,40 2 0,80 1,6 5 Assembly Slat 6 Slat Top Table 7 Klos Top Table Amplas 100+180 0,50 4 2,00 4 2 Amplas profil 0,75 4 3,00 6 Amplas 100+180 0,50 4 2,00 40 20 Amplas profil 0,75 4 3,00 60 Coak 0,50 2 1,00 4 Bor versink 0,30 24 7,20 28,8 4 Amplas 100+180 0,50 4 2,00 8 Amplas profil 0,75 4 3,00 12 8 Apron Coak alur 0,60 2 1,20 2 2,4 129

No Part Aktivitas Bobot Frekuensi Subtotal Unit Total Panjang Bor versink 0,30 4 1,20 2,4 Bor lubang 0,25 2 0,50 1 Amplas 100+180 0,50 5 2,50 5 Amplas 180 0,50 4 2,00 4 Pewarnaan 1,80 1 1,80 3,6 9 Apron Pendek Coak alur 0,60 2 1,20 2,4 Bor versink 0,30 4 1,20 2,4 Bor lubang 0,25 2 0,50 1 2 Amplas 100+180 0,50 5 2,50 5 Amplas 180 0,50 4 2,00 4 Pewarnaan 1,80 1 1,80 3,6 10 Bgk. Tgh Apron Coak 0,40 4 1,60 3,2 Bor lubang 0,25 8 2,00 4 2 Amplas 100+180 0,50 3 1,50 3 Pewarnaan 1,80 1 1,80 3,6 11 Wooden Plug A Profil jari2 0,50 2 1,00 2 Amplas 100+180 0,50 4 2,00 2 4 Pewarnaan 1,80 1 1,80 3,6 12 Klos Bor lubang 0,25 4 1,00 4 4 Amplas 100+180 0,50 4 2,00 8 130

No Part Aktivitas Bobot Frekuensi Subtotal Unit Total Potong tepat 0,20 1 0,20 0,8 13 Kaki Freiss bracket 0,60 1 0,60 2,4 Champer 0,50 2 1,00 4 Bor lubang 0,33 4 1,33 5,333 4 Amplas 180 0,50 1 0,50 2 Amplas 100+180 1,00 4 4,00 16 Pewarnaan 1,80 1 1,80 7,2 312,683 Dari tabel 5.31 diperoleh total waktu pengerjaan mesin untuk satu unit produk Dining Table adalah 312,683 menit atau 5,211 jam. Tabel 5.32 di bawah ini merupakan hasil wawancara dengan pihak manajemen. Data ini merupakan aktivitas produk yang terjadi selama periode 2003-2004. Tabel 5.32 Data Produksi Arm Chair, Bench dan Dining Table Data Produksi Arm Chair Bench Dining Table 1. Jumlah Produksi (unit) 20.775 4.258 1.247 2. Jam Mesin (jam) 2,834 /unit 4,104 /unit 5,211 /unit Jam mesin produk (jam) 58.885,583 17.473,176 6.498,602 3. Jml. penerimaan b.baku (kali) 42 10 6 4. Kapasitas Normal (unit) 21000 4000 1600 131

Data Produksi Arm Chair Bench Dining Table 5. Frek Pengiriman Brg (kali) 57 19 12 6. Jml perawatan gedung (kali) 2 1 1 7. Jml perawatan mesin (kali) 49 17 8 5.2.2 Pengelompokan Biaya ke dalam Cost Pool Tabel 5.33 berikut ini akan menyajikan data pengelompokan biaya ke dalam cost pool berdasarkan aktivitas pemicunya. Tabel 5.33 Pengelompokan Biaya kedalam Cost Pool Cost Pool Jenis Biaya Pemicu Biaya 1 Biaya utilitas Listrik Jam mesin Biaya administrasi Biaya penyusutan mesin 2 Biaya Penanganan Bahan Baku Jumlah Batch 3 Biaya utilitas Telepon Jumlah Pengiriman 4 Biaya operasional kendaraan Biaya perawatan kendaraan Biaya penyusutan kendaraan B. tenaga kerja tdk langsung Biaya penyusutan gedung Kapasitas Normal 132

Cost Pool Jenis Biaya Pemicu Biaya Biaya asuransi gedung PBB Biaya asuransi kendaraan 5 Biaya perawatan gedung Jml perawatan gedung 6 Biaya perawatan mesin Jml perawatan mesin 5.2.3 Pembebanan Biaya Overhead untuk Setiap Cost Pool. Cost Pool 1: Biaya Utilitas (Listrik) : Rp 888.386.280,00 B. Penyusutan Peralatan dan Mesin : Rp. 977.318.800,00 B.administrasi : Rp. 3.000.000,00 Total : Rp. 1.868.705.080,00 Untuk mencari cost driver total dari jam mesin maka dilakukan pengambilan rata-rata jam mesin ketiga produk tersebut kemudian dikalikan dengan jumlah unit produksi periode 2003-2004. Konstanta pembobotan untuk produk lainnya: (2,834 20775) + (4,104 4148) + (5,211 1647) 20775 + 4148 + 1647 = 3,1799 jam/ unit Jam mesin produk lainnya: 3,1799 jam/ unit x (34.627-(20775+4148+1647)) unit = 25.620,63 jam Total jam mesin: 133

(2,834 x 20775) + (4,104 x 4148) + (5,211 x 1647) + 25.620,63 = 110.111,15 jam Jumlah jam mesin : 110.111,15 jam Tarif biaya overhead untuk Pool 1 adalah: Total biaya pool 1 jumlah jam mesin = Rp.1.868.705.080,00 110.111,15 = Rp. 16.971,08 Cost Pool 2: Biaya Penanganan Bahan Baku : Rp 1.271.643.300,00 Total : Rp 1.271.643.300,00 Jumlah penerimaan bahan baku : 73 kali (sumber: PPIC PT. P A K) Tarif biaya overhead untuk Pool 2 adalah: Total biaya pool2 jumlahbatch = Rp.1.271.643.300,00 73 = Rp. 17.417.771,23 Cost Pool 3: Biaya Utilitas (Telepon) : Rp. 58.639.125,81 Biaya Penyusutan Kendaraan : Rp. 6.782.100,00 Biaya Perawatan Kendaraan : Rp. 28.020.000,00 Biaya Operasional Kendaraan : Rp. 55.012.800,00 134

Total : : Rp. 148.454.025,81 Jumlah pengiriman produk : 94 kali (sumber: PPIC PT. P A K) Tarif biaya overhead untuk Pool 3 adalah: Total biaya pool 3 jumlah pengiriman produk = Rp.148.454.025,81 94 = Rp. 1.579.298,15 Cost Pool 4: B. Tenaga Kerja tdk Langsung : Rp. 714.900.000,00 Biaya Asuransi Kendaraan : Rp. 13.753.200,00 Biaya Penyusutan Gedung : Rp. 119.291.666,67 Biaya Asuransi Gedung : Rp. 238.583.333,33 PBB : Rp 11.015.250,00 Total : Rp. 1.097.543.450,00 Kapasitas normal : 34.000 Tarif biaya overhead untuk Pool 4 adalah: Total biaya pool 4 kapasitas normal = Rp.1.097.543.450,00 34.000 = Rp. 32.280,69 Cost Pool 5: Biaya Perawatan Gedung : Rp. 24.433.000,00 Total : Rp 24.433.000,00 Jumlah perawatan gedung : 8 kali (sumber: PPIC PT. P A K) 135

Tarif biaya overhead untuk Pool 5 adalah: Total biaya pool 5 Jumlah perawatan gedung = Rp. 24.433.000,00 8 = Rp. 3.054.125,00 Cost Pool 6: Biaya perawatan mesin & peralatan : Rp 288.000.000,00 Total : Rp 288.000.000,00 Jumlah perawatan mesin & peralatan : 101 kali (sumber: PPIC PT. P A K) Tarif biaya overhead untuk Pool 6 adalah: Total biaya pool 6 jumlah perawatan mesin & peralatan = Rp. 288.000.000,00 101 = Rp. 2.851.485,15 5.2.4 Pembebanan Cost Pool kedalam Objek Biaya Dengan menggunakan tabel data produksi 5.18, maka perhitungan biaya overhead sistem ABC untuk ketiga produk adalah sebagai berikut: Arm Chair: Pool 1 : Rp. 16.971,08 x 58.885,583 = Rp. 999.351.925,83 Pool 2 : Rp. 17.417.771,23 x 42 = Rp. 731.630.391,78 Pool 3 : Rp. 1.579.298,15 x 57 = Rp. 90.019.994,38 Pool 4 : Rp. 32.280,69 x 21.000 = Rp. 677.894.483,82 Pool 5 : Rp. 3.054.125,00 x 2 = Rp. 6.108.250,00 136

Pool 6 : Rp. 2.851.485,15 x 49 = Rp. 139.722.772,35 Total = Rp. 2.644.727.818,16 Jumlah produk yang diproduksi = 20.775 unit Biaya overhead per unit = Rp 2.644.727.818,16 20.775 unit = Rp. 127.303,38 / unit Bench: Pool 1 : Rp. 16.971,08 x 17.021,779 = Rp. 288.877.965,55 Pool 2 : Rp. 17.417.771,23 x 10 = Rp. 174.197.712,33 Pool 3 : Rp. 1.579.298,15 x 19 = Rp. 30.006.664,79 Pool 4 : Rp. 32.280,69 x 4.000 = Rp. 129.122.758,82 Pool 5 : Rp. 3.054.125,00 x 1 = Rp. 3.054.125,00 Pool 6 : Rp. 2.851.485,15 x 17 = Rp. 48.475.247,55 Total = Rp. 673.734.474,04 Jumlah produk yang diproduksi = 4.148 unit Biaya overhead per unit = Rp 673.734.474,04 4.148 unit = Rp. 162.423,93 / unit Dining Table: Pool 1 : Rp. 16.971,08 x 8.583,158 = Rp. 145.665.449,70 Pool 2 : Rp. 17.417.771,23 x 6 = Rp. 104.518.627,40 Pool 3 : Rp. 1.579.298,15 x 12 = Rp. 18.951.577,76 137

Pool 4 : Rp. 32.280,69 x 1.600 = Rp. 51.649.103,53 Pool 5 : Rp. 3.054.125,00 x 1 = Rp. 3.054.125,00 Pool 6 : Rp. 2.851.485,15 x 8 = Rp. 22.811.881,20 Total = Rp. 346.650.764,59 Jumlah produk yang diproduksi = 1.647 unit Biaya overhead per unit = Rp 346.650.764,59 1.647 unit = Rp. 210.474,05 / unit Tabel 5.34 Perhitungan Biaya Produksi dengan Metode ABC Arm Chair Bench Dining Table 1. Biaya Bahan Rp 431.962,60 Rp 241.168,60 Rp 1.046.497,00 2. Biaya TKL Rp 77.433,27 Rp 132.469,72 Rp 184.191,44 3. B. overhead (ABC) Rp. 127.303,38 Rp. 162.423,93 Rp. 210.474,05 4. Biaya produksi Rp 636.699,25 Rp 536.062,25 Rp 1.441.162,49 5. % B. Overhead (3/4) 19,99 % 30,3 % 14,60 % 138

5.3 Perbandingan Metode ABC dan Metode Tradisional Setelah melakukan perhitungan biaya overhead menggunakan metode ABC, akan dilakukan perbandingan hasil yang diperoleh dengan metode tradisional. Pertama-tama akan diberikan gambaran mengenai biaya overhead untuk ketiga produk menggunakan kedua metode pada tabel 5.30 dan tabel 5.31. Tabel 5.35 Tabel Pengalokasian Biaya Overhead Arm Chair Bench Dining Table 1. Unit Produksi 20.775 4.148 1.647 2. Biaya Overhead total Rp 2.008.898.664,75 Rp 686.190.573,80 Rp 378.837.027,27 3. Biaya Overhead total (ABC) Rp 2.518.598.907,19 Rp 629.975.464,12 Rp 326.058.289,33 4. Biaya Overhead /unit Rp 96.697,89 Rp 165.426,85 Rp 230.016,41 5. Biaya Overhead /unit (ABC) Rp. 127.303,38 Rp. 162.423,93 Rp. 210.474,05 6. Deviasi biaya/ unit (4-5) (Rp 30.605,49) Rp 3.002,92 Rp 19.542,36 7. Persentase (6/4) - 31,65 % 1,82 % 8,5 % 8. Unit produksi 20.775 4.148 1.647 9. Total selisih (6x8) (Rp 635.829.054,75) Rp 12.456.112,16 Rp 32.186.266,92 Dari tabel tersebut tampak adanya perbedaan biaya overhead per unit pada ketiga produk dimana terdapat biaya produk yang dialokasikan menggunakan metode tradisional lebih kecil maupun lebih besar dari biaya alokasi berdasarkan ABC. Pada produk Arm Chair alokasi biaya menggunakan metode konvensional menghasilkan biaya sebesar Rp 96.697,89 sedangkan dengan menggunakan ABC 139

yang mengalokasikan biaya overhead sebesar Rp. 127.303,38. Perbedaan biaya yang ada adalah sebesar (Rp 30.605,49) dengan unit yang diproduksi sejumlah 20.775 unit maka total selisih biaya overhead yang dibebankan ke produk Arm Chair sebesar (Rp 635.829.054,75). Total Selisih disini berarti dari keseluruhan pemasukan yang diperoleh produk Arm Chair, maka terdapat kelebihan pencatatan sebesar Rp 635.829.054,75. Lebih jelas tentang hal ini akan dijelaskan pada hubungannya dengan laba kotor produk. Kemudian untuk produk Bench dan Dining table, biaya overhead yang dibebankan menggunakan metode tradisional adalah sebesar Rp 165.426,85 dan Rp 230.016,41. Sedangkan dengan menggunakan metode ABC biaya overhead yang dihitung adalah sebesar Rp. 162.423,93 untuk Bench dan Rp. 210.474,05 untuk Dining Table. Selisih harga yang terjadi adalah Rp 3.002,92 dan Rp 19.542,36 bila dikali dengan jumlah unit produksi sebesar 4.148 dan 1.647 akan menghasilkan selisih Rp 12.456.112,16 dan Rp 32.186.266,92. Ini berarti perusahaan menetapkan biaya yang terlalu tinggi sehingga menjadi tambahan keuntungan bagi perusahaan. Penetapan harga jual produk tentu akan lebih tinggi dan hal ini akan membuat perusahaan sulit dalam bersaing dengan produk sejenis lainnya. Bila dilihat kembali pada perhitungan biaya produksi dapat dilihat adanya distorsi yang disebabkan oleh perbedaan perhitungan biaya overhead. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan cara pembebanan biaya metode tradisional dengan metode ABC. Pada metode tradisional biaya overhead dibebankan menggunakan 140

satu pemicu biaya, yakni volume produk per unitnya (m 3 ). Pada produk dengan volume besar maka pembebanan yang diberikan akan semakin besar. Hal ini dapat terlihat pada produk Dining Table yang memiliki volume sebesar 0,06168 m 3, biaya overhead yang dibebankan dengan metode tradisional sebesar Rp 230.016,41. Sedangkan dengan memperhatikan aktivitas yang dikonsumsi selama produksi Dining Table, menggunakan metode ABC, pembebanan biaya pada produk hanya sebesar Rp. 210.474,05. Selama waktu produksi aktivitas yang dikonsumsi relatif kecil. Sedangkan untuk produk Arm Chair yang notabene memiliki volume per unit kecil, biaya overheadnya hanya sebesar Rp. 96.697,89. Setelah dihitung menggunakan metode ABC, ternyata produk ini under cost, biaya overheadnya adalah sebesar Rp. 127.303,38. Dengan memperhatikan berbagai aktivitas pemicu biaya, Arm Chair ternyata cukup banyak mengkonsumsi aktivitas-aktivitas tersebut sehingga biaya overheadnya lebih tinggi dari perhitungan perusahaan. 141

DT-ABC DT BENCH-ABC BENCH AC-ABC AC Bhn langsung - 200 400 600 800 1.000 1.200 1.400 1.600 Thousands TK langsung Overhead Bhn tdk langsung Bhn packing Gambar 5.2 Grafik Proporsi Harga Biaya Produksi Pada Gambar 5.2 mengenai proporsi biaya produksi terlihat adanya perubahan biaya overhead produk yang berpengaruh terhadap biaya keseluruhan produk. Lebih lanjut, pada Gambar 5.3 diperlihatkan perbandingan persentase biaya-biaya penyusun (bahan langsung, tenaga kerja langsung, dll.) terhadap keseluruhan biaya produksi yang juga mengalami perubahan akibat adanya perubahan biaya produk. DT-ABC DT BENCH-ABC BENCH AC-ABC AC Bhn langsung TK langsung Overhead Bhn tdk langsung Bhn packing 0% 20% 40% 60% 80% 100% Gambar 5.3 Grafik Proporsi Biaya Produksi dalam Persentase 142

5.4 Perbandingan Perhitungan Laba Perusahaan Dari analisa di atas, apabila perusahaan masih tetap menggunakan sistem yang lama maka akan menimbulkan informasi yang kurang akurat mengenai biaya sesungguhnya produk-produk yang dihasilkan. Akibat yang diperoleh perusahaan adalah kurang tepatnya keputusan yang diambil oleh pihak manajemen apabila berhubungan dengan biaya produksi seperti penentuan harga jual dan perolehan laba untuk masing-masing produk. Tabel 5.36 Perhitungan Laba Kotor Produksi dengan Sistem Tradisional Arm Chair Bench Dining Table 1. Harga jual/ unit Rp 1.425.000,00 Rp 1.075.000,00 Rp 3.215.000,00 2. Biaya produksi/ unit Rp 665.610,42 Rp 557.887,64 Rp 1.557.498,02 3. Laba Kotor/ Unit (1-2) Rp 759.389,58 Rp 517.112,36 Rp 1.657.501,98 4. Unit produksi 20.775 4.148 1.647 5. Total laba kotor (3x4) Rp 15.776.318.617,97 Rp 2.144.982.072,43 Rp 2.729.905.756,84 Tabel 5.37 Perhitungan Laba Kotor Produksi dengan Sistem ABC Arm Chair Bench Dining Table 1. Harga jual/ unit Rp 1.425.000,00 Rp 1.075.000,00 Rp 3.215.000,00 2. Biaya produksi/ unit Rp 636.699,25 Rp 536.062,25 Rp 1.441.162,49 3. Laba Kotor/ Unit (1-2) Rp 788.300,75 Rp 538.937,75 Rp 1.773.837,51 4. Unit produksi 20.775 4.148 1.647 5. Total laba kotor (3x4) Rp 16.376.948.081,25 Rp 2.235.513.787,0 Rp 2.921.510.378,97 143

Dari perhitungan di atas, perhitungan laba menggunakan sistem tradisional untuk produk Arm Chair lebih tinggi daripada laba kotor hasil perhitungan sistem ABC. Penyebabnya adalah biaya produksi Arm Chair ditetapkan terlalu rendah, sehingga adanya biaya yang hilang (under cost) sehingga laba yang diperoleh tidak akurat. Sedangkan untuk produk Bench dan Dining Table laba kotor yang dihitung dengan sistem tradisional lebih rendah disebabkan biaya produksi yang terlalu tinggi. Akibatnya perusahaan akan mengalami kerugian akibat kesalahan dalam penentuan laba. Pada hubungannya dengan Total Selisih pembebanan biaya overhead, kekurangan pembebanan biaya mengakibatkan perhitungan laba yang diperoleh lebih tinggi dari yang sebenarnya. Sehingga terdapat perolehan laba semu yang seharusnya merupakan milik produk lain perusahaan. Begitupula dengan terjadinya kelebihan pembebanan biaya akan mengakibatkan perhitungan perolehan laba menjadi lebih kecil karena laba yang seharusnya dihasilkan produk tersebut, karena kesalahan alokasi, menjadi laba pada produk lain. 144

5.5 Sistem Informasi yang Diusulkan Pada subbab ini dilakukan analisis dan perancangan terhadap sistem informasi yang diusulkan. Sistem informasi yang akan dibuat merupakan Sistem perhitungan dan pelaporan biaya produksi yang bertujuan untuk membantu proses otomatisasi agar proses-proses yang ada menjadi lebih cepat, tepat, dan akurat. Perancangan sistem perhitungan biaya produksi ini akan menggunakan alat bantu berupa diagram aliran data, kamus data, spesifikasi file, bagan terstruktur, spesifikasi proses, serta rancangan masukan dan keluaran. Penjelasan Sistem Perhitungan Biaya Produksi yang diusulkan: 1. Sistem dapat melakukan perhitungan prediksi biaya (biaya bahan langsung dan tidak langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead) dari rincian order yang diberikan oleh bagian pemasaran. 2. Sistem melakukan pengendalian terhadap penggunaan bahan melalui penyediaan rencana pemakaian bahan yang diisi oleh bagian produksi dan dikirimkan ke gudang. Berkas permintaan bahan akan diterima bagian gudang untuk diproses, setelah itu mencatat transaksi bahan yang terjadi. 3. Sistem melakukan akumulasi terhadap biaya bahan. Setiap penggunaan bahan langsung dan bahan tidak langsung akan dicatat nilai transaksinya yang disimpan dalam database penggunaan bahan, yang akan dibebankan ke dalam Biaya Produksi Order. 4. Sistem melakukan akumulasi biaya penggunaan jam tenaga kerja langsung, yang akan dibebankan ke Biaya Produksi Order. 145