BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah dan perkembangan perusahaan. produksi furniture baik indoor furniture maupun garden furniture.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah dan perkembangan perusahaan. produksi furniture baik indoor furniture maupun garden furniture."

Transkripsi

1 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah dan perkembangan perusahaan Jepara merupakan salah satu daerah yang mempunyai potensi besar untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di indonesia sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa, saat ini jepara dikenal sebagai pusat produksi furniture baik indoor furniture maupun garden furniture. Tumbuh suburnya industri furniture dapat dilihat di sepanjang jalan menuju kota jepara. Eksistensi jepara dalam dunia bisnis funiture sudah dikenal tidak hanya di pasaran domestik tetapi juga telah diakui oleh dunia internasional, seperti negara-negara di Asia, Eropa dan Amerika. Salah satu perusahaan furniture di jepara tersebut adalah CV. Mulyo Jati Indah yang merupakan perusahaan furniture dimana proses produksinya berdasarkan pesanan dari pembeli (buyer) serta terkadang mencari order kesesama perusahaan mebel lain. Perusahaan ini didirikan oleh Bapak Panji Mulyo. Awalnya perusahaan ini hanya sebuah mebel kecil biasa yang terletak di belakang rumah pendiri, alat yang digunakan juga masih sederhana dan karyawan yang hanya dari tetangga sekitar. Setelah berjalan kurang lebih 4 tahun, perusahaan ini berkembang semakin baik, maka pada tahun 2000 dibentuk dan diresmikanlah 38

2 39 perusahaan yang terbentuk CV dengan nama CV. Mulyo Jati Indah yang awalnya bernama Mulyo Jati Furniture. Karena lokasi yang dulu sudah tidak mendukung, perusahaan membutuhkan tempat yang lebih luas untuk proses produksinya, dan dengan bertambahnya karyawan serta alat-alat kerja yang dimiliki akhirnya perusahaan pindah dan saat ini CV. Mulyo Jati Indah berlokasi di Jl. Raya Jepara-Bangsri km.09 RT 38/08 Jambu Mlonggo Jepara. CV. Mulyo Jati Indah memproduksi produk jenis garden furniture. Dalam proses produksinya CV. Mulyo Jati Indah berawal dari bahan baku sampai barang siap dikirim ke pembeli, mengekspor produknya ke pasar lokal seperti Jepara, Jakarta dan interlokal seperti Prancis Struktur Organisasi Struktur organisasi adalah suatu kerangka yang mewujudkan pola tetap dari hubungan diantara bidang kerja maupun organisasi yang mewujudkan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam suatu sistem kerja sama. Dalam menjalankan aktivitasnya, CV. Mulyo Jati Indah menggunakan stuktur garis yaitu struktur organisasi dimana pemimpin puncak perusahaan dipandang sebagai pemegang kekuasaaan tunggal sehingga semua keputusan dan tanggung jawab terletak pada organisasi Struktur organisasi CV. Mulyo jati Indah dapat digambarkan bagan seperti gambar 4.1 sebagai berikut :

3 40 Gambar 4.1 Struktur organisasi CV. Mulyo Jati Indah Direktur Panji Mulyo Wakil Direktur Aryo Basar Sekertaris Nurul Fadilah Bag. Produksi Ali Nurul fadilah Marketing Aryo Basar Personal & Umum Supriyanto Control Sudar & Kardiyo Pekerja Adapun tugas dan tanggungjawab masing-masing secara garis besar dapat dijelaskan berikut : 1. Pemimpin Bertugas membina, memimpin dan menjaga koordinasi, kerjasama yang baik antara semua bagian yang ada untuk pengembangan perusahaan dalam mencapai tujuaanya. Pemimpin juga mempunyai tugas untuk mengawasi pekerja serta memberikan pengarahan dan membimbing atas dasar pekerjaan yang dibebankan kepada bawahannya sesuai dengan kebijakan perusahaan. Memberi keputusan untuk menerima atau menolak pesanan dari buyer.

4 41 2. Wakil Pemimpin Mempunyai wewenang dalam membantu pemimpin untuk melakukan tugas harian perusahaan, menampung semua usul dan saran bawahan untuk urusan dalam maupun luar negara bila pemimpin berhalangan. 3. Sekretaris Bertugas menangani keluar masuknya surat-surat perusahaan, bertanggung jawab terhadap rahasia perusahaan terutama arsip-arsip yang bersifat rahasia, mencatat tentang semua data karyawan yang berkerja seperti mengecek dan mengabsen karyawan. Bertugas mengatur/mengelola pengeluaran dan penerimaan keuangan perusahaan, menyusun laporan secara periodik dan menata administrasi keuangan yang mencakup seluruh kegiatan perusahaan. 4. Bagian Produksi Merencanakan, mengkoordinasi pelaksanaan proses produksi, mengontrol jalannya proses produksi dan tanggung jawab atas produksi yang dihasilkan serta mempertanggungjawabkan hasil-hasil produksi kepada pemimpin perusahaan, mencari dan menyeleksi bahan baku serta bahan penolong dalam proses produksi perusahaan. 5. Bagian Personalia dan Umum Bertugas merencanakan jumlah tenaga kerja untuk periode tertentu, meningkatkan kemampuan tenaga kerja, mengatur pembagian tugas tenaga kerja serta mengatur kesejahteraan karyawan dan berfungsi membantu kelancaran pekerjaan.

5 42 6. Bagian Marketing Bertugas menyelenggarakan promosi, merencanakan dan menyelenggarakan pemasaran/penjualan barang-barang hasil produksi serta mengatur pengiriman barang ke luar negeri/buyer, serta mencari order barang untuk perusahaan. 7. Bagian Control Tugasnya adalah mengontrol barang-barang dari pengrajin, dan berhak mengembalikan apa yang tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan. Dan juga bekerja sama dengan bagian produksi dalam mengawasi pekerjaan. 8. Pekerja Para pekerja terdiri dari tukang kayu, tukang amplas, tukang pembungkus barang. Pekerja dalam perusahaan ini diambil dari orangorang sekitar perusahaan sehingga dapat membantu dalam mengatasi pengangguran Proses Produksi Kegiatan proses produksi pada CV. Mulyo Jati Indah dimulai dari produksi awal yang terdiri dari persiapan bahan-bahan, pemotongan, proses perakitan sampai proses pengamplasan. Dalam proses produksi ini membutuhkan suatu ketelitian dan kecermatan sehingga hasil produksi dapar terjaga dengan baik serta para buyer merasa puas dengan hasil produksi CV. Mulyo Jati Indah.

6 43 Berikut ini akan diuraikan tahapan secara singkat proses produksi pada CV. Mulyo Jati Indah dari bahan baku menjadi barang jadi sebagai berikut : a. Persiapan Bahan Sebelum bahan baku disiapkan maka perlu diadakan pemesanan bahan baku yang berasal dari kayu dan harus disesuaikan dengan jenis pesanan dari buyer. Dalam proses persiapan mula-mula kualitas kayu jati diseleksi, pemilihan kualitas kayu seperti menentukan kualitas hasil produksi dimana setiap model memerlukan kualitas kayu yang berbedabeda pada tiap bagian. Hal ini dilakukan untuk lebih mengoptimalkan pemakaian bahan baku dan menghemat biaya produksi. Pembelian kayu tersebut dilakukan oleh pemiliknya sendiri. b. Penggergajian Melakukan penggergajian kayu yang semula berasal dari kayu gelondongan dipotong menjadi bagian balok dan papan sesuai dengan kebutuhan potongan balok dan papan tersebut, kemudian diangkut ke perusahaan untuk proses lebih lanjut. c. Pemotongan/Pengemalan Setelah dilakukan pengergajian kemudian dilakukan pengukuran dengan pola sesuai dengan model yang telah direncanakan. Bahan kayu kemudian diberi tanda dan dipotong sesuai dengan pola tersebut. d. Perakitan Setelah kayu dipotong sesuai dan ukuran kemudian komponen kayu digabungkan sehingga akan menjadi bentuk yang telah di

7 44 rencanakan. Bagian ini dikerjakan oleh pekerja borong atau pekerja harian. e. Pengamplasan Setelah komponen disambung dirangkai menjadi produk, tahap selanjutnya adalah tahap pengalusan/pangamplasan dengan menggunakan amplas, dibagian ini barang tersebut diamplas searah serat kayu sampai halus, terlebih pada sambungan agar tidak lagi terlihat dan rata. Awalan proses pengamplasan barang tersebut diamplas dengan dasar amplas kasar dulu, setelah itu baru diamplas halus. f. Kontroling Setelah diamplas, barang tersebut dikontrol kembali oleh pekerja bagian servis, dicari bagian yang cacat atau yang tidak cocok untuk kemudian dirapikan kembali. Karena rata-rata barang yang dipesan bebas dari doreng, kadar air sedikit serasi dengan warna kayu. g. Finishing dan packing Setelah tahap persiapan sampai pengontrolan selesai, maka tahap selanjutnya yaitu tahap finishing/tahap akhir dengan memberikan perlengkapan/assesories bila diperlukan kemudian barang tersebut di bungkus/packing siap untuk di kirim.

8 45 Gambar 4.2 Proses produksi CV. Mulyo Jati Indah Persiapan Bahan Pengergajian Pemotongan pola Controling Pengamplasan Perakitan Finishing Siap Di kirim Kebijakan Produksi Faktor produksi dan jenis produksi dalam pembuatan mebel pada CV. Mulyo Jati Indah Meliputi : 1. Bahan Baku Bahan baku utama yang digunakan untuk memproduksi pembuatan mebel adalah kayu, kayu yang digunakan adalah kayu jati atau kadang menggunakan kayu mahoni sesuai dengan pesanan. 2. Bahan penolong yang digunakan Bahan penolong meliputi lem (lem fulloc, lem fox, lem putih, lem alteco) kuningan, nagel, sekrup dan dempul yang digunakan untuk menutup permukaan sambungan pada permukaan kayu.

9 46 3. Peralatan Peralatan yang digunakan adalah mesin dan peralatan untuk pertukangan kayu seperti bur, serut, planner, diesel, genset, mesin amplas, grendo, mortise dan lain-lain Hasil Produksi Produk yang dihasilkan oleh CV. Mulyo Jati Indah adalah jenis garden furniture. Hasil produksi tersebut antaralain: 1.Kursi 2.Meja terdiri dari Meja tarik berbagai ukuran, Meja lempit dan lain-lain 3.Bangkau 4.Menerima Tenon Mortise. 4.2 Analisis Data Berdasarkan Penelitian pada CV. Mulyo Jati Indah diperoleh penjelasan bahwa saat ini sistem ABC untuk menghitung biaya produksi belum diterapkan pada CV. Mulyo Jati Indah dan selama ini perhitungan biaya produksinya masih berdasarkan sistem tradisional. Untuk membandingkan hasil perhitungan dengan menggunakan sistem ABC dengan sistem tradisional yang telah diterapkan oleh perusahaan, maka penulis mencoba menerapkan sistem ABC untuk mengkalkulasi harga pokok produk pada CV. Mulyo Jati Indah.

10 Klasifikasi Biaya Pengklasifikasian biaya secara tepat akan menghasilkan kalkulasi biaya yang baik dan relevan yang dibutuhkan oleh menajemen dalam mengambil suatu keputusan. CV. Mulyo Jati Indah yang bergerak di bidang produksi mebel (furniture) mengklasifikasikan biaya produksi sebagai berikut: a. Biaya Bahan Baku Yang termasuk biaya bahan baku adalah pemakaian bahan baku untuk proses produksi. Bahan baku utama yang digunakan untuk memproduksi produk adalah kayu jati serta bahan penolong lainnya seperti lem, sekrup, nagel, engsel, paku dan lain-lain. b. Biaya Tenaga Kerja Langsung Merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk membayar karyawan atau tenaga kerja yang langsung terlibat dalam proses produksi. c. Biaya Overhead Pabrik Yaitu biaya yang tidak termasuk dalam biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung yang terdiri dari : 1. Biaya penanganan bahan 2. Biaya bahan bakar 3. Biaya desain dan pengembangan produk 4. Biaya pemeliharaan kendaraan 5. Biaya reparasi dan pemeliharaan mesin

11 48 6. Biaya Penyusutan kendaraan 7. Biaya Penyusutan Mesin 8. Biaya Listrik dan air 9. Biaya Telp 10. Biaya pengiriman barang Perhitungan Biaya Produksi pada CV. Mulyo Jati Indah Berdasarkan Pendekatan Tradisional Dalam sistem biaya tradisional, satu hal yang sering menjadi permasalahan adalah dalam hal pembebanan biaya overhead, dimana dasar yang digunakan untuk membebankan biaya-biaya overhead tersebut adalah pembebanan tunggal atau hanya menggunakan satu cost driver saja. Dasar pembebanan yang umum digunakan adalah volume based related seperti jam kerja langsung, jam mesin, unit produksi, dan biaya bahan baku. Seperti halnya CV. Mulyo Jati Indah, perusahaan ini juga membebankan biaya overhead pabriknya berdasarkan satu volume based related saja, yaitu unit hasil produksi. Ketepatan pembebanan biaya overhead berdasarkan unit menjadi masalah jika berbagai jenis produk diproduksi dengan menggunakan satu fasilitas. Jika hanya satu produk yang diproduksi, seluruh biaya overhead yang terjadi disebabkan karena produk itu dan dapat dilacak pada produk itu sendiri. Biaya overhead per unit adalah sebesar total biaya overhead dibagi dengan unit yang diproduksi. Dalam penentuan biaya produksi

12 49 dengan pendekatan tradisional, biaya diasumsikan konsumsi overhead berhubungan dengan jumlah unit yang diproduksi. Dalam pembahasan mengenai metode perhitungan harga pokok produksi, metode yang digunakan oleh CV. Mulyo Jati Indah adalah metode full costing. Hal ini dapat dilihat dari cara perhitungan yang di lakukan oleh perusahaan tersebut yaitu dengan menjumlahkan semua unsur biaya produksi, yang terdiri biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang bersifat tetap maupun variabel. Berikut ini akan disajikan perhitungan Harga Pokok Produk per unit selama periode 2008 dan Namun sebelumnya terlebih dahulu akan disajikan perhitungan mengenai data produksi CV. Mulyo Jati Indah. Perhitungan Biaya Produksi dilakukan sebagai berikut : 1. Menentukan Biaya Bahan Baku Daftar biaya bahan baku dan bahan penolong CV. Mulyo Jati Indah dapat dilihat tabel berikut:

13 50 Tabel 4.1 Data Bahan Baku dan Bahan Penolong CV. Mulyo Jati Indah. Tahun 2008 Mj.tarik MC Top Round Folding Stacking 300 Table Table Bahan Mentah / kayu Lem bintang Lem putih Engsel Pen Konektor Kuningan Sekrup Mur+pin Nagel Paku Tembak Lem rubber Lain-lain TOTAL Sumber: CV. Mulyo jati indah Tabel diatas menunjukkan data bahan baku dan bahan penolong tahun 2008 pada CV. Mulyo jati indah. Dari tabel di atas dapat dilihat bahan baku terbesar adalah produk meja tarik MC 300, sedangkan bahan baku terendah adalah produk stacking.

14 51 Tabel 4.2 Data Biaya Bahan Baku dan Bahan Penolong CV. Mulyo Jati Indah Tahun 2009 Mj.Tarik Top Round Folding MC 300 Table Table Stacking Bahan Mentah / kayu Lem bintang Lem putih Engsel Pen Konektor Kuningan Sekrup Mur+pin Nagel Paku Tembak Lem rubber Lain lain TOTAL Sumber: CV. Mulyo jati indah Tabel diatas menunjukkan data bahan baku dan bahan penolong tahun 2009 pada CV. Mulyo jati indah. Dari tabel di atas dapat dilihat bahan baku terbesar adalah produk meja tarik MC 300, sedangkan bahan baku terendah adalah produk stacking. Dalam Perhitungan biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung yang dibebankan per unit produk diformulasikan sebagai berikut : Biaya Bahan Baku : Total Biaya Bahan Baku Total Produksi Biaya Tenaga Kerja Langsung : Total Biaya Tenaga Kerja Langsung Total Produksi

15 52 Tabel 4.3 Perhitungan Bahan Baku dan Biaya Tenaga Kerja Langsung yang dibebankan per unit produk keterangan Biaya Bahan Baku MJ. Tarik MC 300 Top Round Table Folding Table Stocking Rp Rp Rp Rp Th Rp ,36 Rp ,44 Rp ,23 Rp ,82 Rp Rp Rp Rp Th Rp ,01 Rp ,72 Rp ,62 Rp Sumber:Data internal yang diolah keterangan Biaya Bahan Kerja Langsung MJ. Tarik MC 300 Top Round Table Folding Table Stocking Rp Rp Rp Rp Th Rp ,82 Rp ,44 Rp ,23 Rp ,92 Rp Rp Rp Rp Th Rp ,84 Rp ,02 Rp ,27 Rp ,76 Sumber: Data internal yang diolah Tabel di atas menunjukkan perhitungan bahan baku dan tenaga kerja langsung per unit produk yang terjadi tahun 2008 dan Dari tabel diatas dapat dilihat perbedaan bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung yang dikonsumsi masing-masing produk. Hal ini dikarenakan tingkat kesulitan dalam proses produksi, ukuran maupun jumlah unit yang diproduksi. 2. Menentukan Biaya Overhead Pabrik Dalam perhitungan biaya overhead pabrik yang di bebankan per unit diformulasikan sebagai berikut : Biaya Overhead Pabrik : Biaya Overhead Total Produksi

16 53 Berikut perhitungan Biaya overhead pabrik CV. Mulyo Jati Indah dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 4.4 Biaya Overhead Pabrik CV. Mulyo jati indah BOP Tahun Biaya penanganan bahan 12,629,500 16,970,000 Biaya bahan bakar 16,156,000 19,540,000 Biaya reparasi dan pemel mesin 17,645,000 19,277,000 Biaya penyusutan mesin 15,486,700 17,212,800 Biaya pemeliharaan kendaraan 14,350,000 16,620,000 Biaya penyusutan kendaraan 11,964,000 14,867,900 Biaya listrik dan air 4,523,300 5,242,300 Biaya pengiriman barang 11,325,000 16,050,000 Biaya Telp. 2,800,000 3,230,000 Biaya design dan pengemb produk 1,430,000 2,050,000 TOTAL 108,309, ,060,000 Sumber: CV. Mulyo jati indah Berikut perhitungan biaya overhead pabrik per unit produk: Tabel 4.5 Perhitungan Biaya Overhead Pabrik Yang dibebankan per unit produk Biaya Overhead Pabrik Tahun 2008 = Rp = Rp ,91 Tahun 2009 = Rp = Rp ,32 Sumber: Data internal yang diolah

17 54 Tabel di atas menunjukkan perhitungan biaya overhead pabrik yang di bebankan per unit produk. Untuk tahun 2008 BOP per unit sebesar Rp ,91 dan untuk tahun 2009 BOP per unit sebesar Rp , Menghitung Harga Pokok Produk. Perhitungan harga pokok produk CV. Mulyo Jati Indah dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 4.6 Perhitungan HPP Per Unit Berdasarkan Pendekatan Tradisional Tahun 2008 Top Round MJ Tarik MC 300 Table Folding Table Stacking BBB Rp ,36 Rp ,44 Rp ,23 Rp ,82 BTKL Rp ,82 Rp ,44 Rp ,23 Rp ,92 BOP Rp ,91 Rp ,91 Rp ,91 Rp ,91 HPP Per Unit Rp ,09 Rp ,79 Rp ,37 Rp ,65 Tahun 2009 MJ Tarik MC 300 Top Round Table Folding Table Stacking BBB Rp ,01 Rp ,72 Rp ,62 Rp ,97 BTKL Rp ,84 Rp ,02 Rp ,27 Rp ,76 BOP Rp ,32 Rp ,32 Rp ,32 Rp ,32 HPP Per Unit Rp ,17 Rp ,06 Rp ,21 Rp ,05 Sumber: Data internal yang diolah Tabel diatas Menunjukkan laporan perhitungan harga pokok produk per unit berdasarkan pendekatan tradisional yang terjadi pada tahun 2008 dan Dari tabel tersebut dapat dilihat adanya kenaikan HPP terhadap masing-masing jenis produk tahun 2008 dan 2009, pada produk Meja tarik MC 300 terjadi kenaikan sebesar Rp ,- untuk produk Top Round Tabel kenaikan sebesar Rp ,- untuk produk Folding Table terjadi kenaikan sebesar Rp ,- dan untuk produk Stacking terjadi kenaikan

18 55 sebesar Rp ,- Hal ini disebabkan terjadinya perbedaan biaya produksi yang dikonsumsi produk pada tahun 2008 dan Perhitungan Biaya Produksi berdasarkan Pendekatan Activity based Costing Biaya produksi merupakan salah satu elemen penting dalam suatu proses produksi perusahaan. Dengan mengetahui besarnya biaya produksi perusahaan dapat menerapkan kebijakan harga jual produknya serta membandingkan dengan harga yang ada di pasar, secara tidak langsung penentuan harga jual yang akan di peroleh. Perusahaan dalam memproduksi suatu produk melakukan banyak aktivitas. Aktivitas tersebut perlu dikenali karakteritiknya masing-masing kemudian dikelompokkan dalam pusat aktivitas. Pengelompokkan tingkat pusat aktivitas dilaksanakan berdasarkan 4 tingkatan, yaitu aktivitas berlevel unit, berlevel batch, berlevel produk, dan berlevel fasilitas. Selanjutnya biaya dari kelompok kegiatan dijumlahkan untuk menentukan jumlah kelompok homogen. Untuk lebih jelasnya berikut langkah-langkah perhitungan biaya produksi khususnya BOP pada CV. Mulyo Jati Indah: 1. Identifikasi aktivitas dan pembebanan biaya (cost driver) pada setiap aktivitas. Dalam sistem activity based costing, biaya ditelusuri ke masingmasing aktivitas dan kemudian baru dibebankan kepada produk.

19 56 Adapun aktivitas yang terdapat dalam proses produksi dan pembebanan biaya CV. Mulyo Jati Indah adalah: Tabel 4.7 Daftar BOP dan Cost driver tahap pertama No Jenis Biaya Pembebanan Biaya (Cost Driver) 1 Biaya Penanganan Bahan Jumlah Unit bahan 2 Biaya Bahan Bakar Set up mesin 3 Biaya Reparasi dan Pemeliharaan mesin Jam kerja mesin 4 Biaya Penyusutan Mesin Jam kerja mesin 5 Biaya Pemeliharaan Kendaraan Fasilitas 6 Biaya Penyusutan Kendaraan Fasilitas 7 Biaya Listrik dan Air Jam kerja mesin 8 Biaya Pengiriman Barang Jumlah Pesanan 9 Biaya Telp Jumlah Pesanan 10 Biaya Desain dan Pengembangan Produk Jumlah Pesanan Sumber: Data internal yang diolah Tabel diatas menunjukkan daftar biaya overhead pabrik serta cost driver yang digunakan dalam pembebanan biaya pada CV. Mulyo Jati Indah. 2. Mengelompokkan biaya aktivitas ke dalam kelompok biaya (cost pool) yang homogen Setelah mengidentifikasi aktivitas dan membebankan cost driver yang mencerminkan hubungan sebab akibat antara konsumsi aktivitas dengan biaya, selanjutnya aktivitas tersebut diklasifikasikan ke salah satu dari 4 kategori yaitu unit, batch, produk dan fasilitas. Setelah itu, setiap kelompok aktivitas dapat dibentuk beberapa kelompok biaya dan setiap kelompok biaya digunakan satu cost driver.

20 57 Perhitungan penggolongan biaya aktivitas ke cost pool berdasarkan pendekatan ABC dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 4.8 Klasifikasi Aktivitas ke dalam kelompok biaya homogen periode 2008 dan periode 2009 Periode 2008 Periode 2009 Aktivitas Berlevel Unit Biaya Listrik dan Air Rp. 4,523, Rp. 5,242, Biaya Reparasi dan Pemeliharaan mesin Rp. 17,645, Rp. 19,277, Biaya Penyusutan Mesin Rp. 15,486, Rp. 17,212, Total Rp. 37,655, Rp. 41,732, Aktivitas Berlevel Batch Biaya penanganan bahan Rp.12,629, Rp. 16,970, Biaya bahan bakar Rp.16,156, Rp. 19,540, Biaya pengiriman barang Rp.11,325, Rp. 16,050, Total Rp.40,110, Rp.52,560, Aktivitas Berlevel Produk Biaya design dan pengembangan produk Rp. 1,430, Rp. 2,050, Biaya telp Rp. 2,800, Rp. 3,230, Total Rp. 4,230, Rp. 5,280, Aktivitas berlevel fasilitas Biaya pemeliharaan kendaraan Rp. 14,350, Rp.16,620, Biaya penyusutan kendaraan Rp. 11,964, Rp.14,867, Total Rp. 26,314, Rp.31,487, Total BOP Rp. 108,309, Rp.131,060, Sumber : Data internal yang diolah Tabel di atas menunjukkan pengelompokan biaya aktivitas ke dalam cost pool berdasarkan pendekatan ABC yang terjadi pada tahun 2008 dan tahun Dalam perhitungan tersebut adanya kenaikan biaya-biaya aktivitas pada tahun 2008 sebesar Rp ,- sedangkan tahun 2009 sebesar Rp ,-. Hal ini disebabkan adanya perbedaan jumlah unit

21 58 dari tahun sebelumnya serta perbedaan konsumsi aktivitas masing-masing produk. 3. Penentuan Tarif BOP per kelompok Biaya pelaksanaan akuntansi ditentukan dengan menggunakan penelusuran langsung dan pengerak sumber daya. Pada saat tersebut, perusahaan dapat menentukan penggerak aktivitas yang berkaitan dengan setiap aktivitas dan menghitung masing-masing tarif overhead aktivitas. Untuk mengurangi jumlah tarif overhead yang diperlukan dan perampingan proses, aktivitas-aktivitas dikelompokkan pada kumpulan yang sejenis dan memiliki rasio konsumsi yang sama. berikut: Perhitungan tarif BOP per kelompok dapat dilihat dalam tabel Tabel 4.9 Tarif BOP per kelompok periode 2008 Biaya total Cost Driver Tarif BOP Level Unit BOP berdasarkan jam kerja mesin Rp jam Rp. 142,15 / jam Level Batch BOP berdasarkan bahan baku BOP berdasarkan Set up BOP berdasarkan pesanan Rp Rp Rp kali Rp kali 7% dari BBB Rp ,16/set up Rp ,5/psanan Level Produk Berdasarkan pesanan Rp kali Rp /pesanan Level Fasilitas BOP berdasarkan BTKL Rp Rp. 49,46% dr BTKL Sumber: Data internal yang diolah

22 59 Tabel diatas menunjukkan tarif BOP per kelompok berdasarkan ABC yang terjadi tahun Dalam tabel tersebut dapat dilihat tarif BOP masing-masing level aktivitas yang dihitung berdasarkan cost driver. Tabel 4.10 Tarif BOP per kelompok Periode 2009 Biaya total Cost Driver Tarif BOP Level Unit BOP berdasarkan jam kerja mesin Rp jam Rp. 138,01 / jam Level Batch BOP berdasarkan bahan baku BOP berdasarkan Set up BOP berdasarkan pesanan Rp Rp Rp Rp kali 53 kali 7,58% dari BBB Rp ,04/set up Rp ,19/pesanan Level Produk Berdasarkan pesanan Rp kali Rp ,64/psanan Level Fasilitas BOP berdasarkan BTKL Rp Rp Rp % dr BTKL Sumber: Data internal yang diolah Tabel diatas menunjukkan tarif BOP per kelompok periode 2009 dalam tabel tersebut terlihat tarif BOP masing-masing level aktivitas yang dihitung berdasarkan cost driver. 4. Pembebanan BOP ke masing-masing jenis produk Dalam tahap ini untuk setiap kelompok biaya overhead dilacak ke berbagai jenis produk. Hal ini dilakukan dengan menggunakan tarif kelompok yang dikonsumsi oleh setiap produk. Pembebanan BOP ke masing-masing jenis produk dapat dilihat pada tabel berikut :

23 60 Tabel 4.11 Pembebanan BOP ke jenis produk periode 2008 Meja tarik MC 300 Level unit BOP berdasarkan JKM Total Rp 142,15x jam Rp ,87 Level batch BOP berdasarkan BB 7%xRp Rp ,02 BOP berdasarkan set up Rp ,16x39 kali Rp ,12 BOP berdasarkan pesanan Rp ,5x18 kali Rp ,00 Level produk BOP berdasarkan pesanan Rp x18 kali Rp ,00 Level Fasilitas BOP berdasarkan BTKL 49,46%xRp Rp ,11 TOTAL Rp ,12 Sumber : Data internal yang diolah Tabel diatas menunjukkan pembebanan BOP ke jenis produk periode 2008 untuk jenis produk meja tarik MC 300. Dalam perhitungan tersebut dapat dilihat bahwa produk meja tarik MC 300 memiliki pembebanan BOP sebesar Rp ,12.

24 61 Tabel 4.12 Pembebanan BOP ke jenis produk periode 2008 Top Round Table Total Level unit BOP berdasarkan JKM Rp 142,15x jam Rp 7,846, Level batch BOP berdasarkan BB 7%xRp Rp 2,106, BOP berdasarkan set up Rp ,16x23 kali Rp 3,643, BOP berdasarkan pesanan Rp ,5x9 kali Rp 2,123, Level produk BOP berdasarkan pesanan Rp x9 kali Rp 793, Level Fasilitas BOP berdasarkan BTKL 49,46%xRp Rp 3,071, TOTAL Rp 19,584, Sumber: Data internal yang diolah Tabel diatas menunjukkan pembebanan BOP ke jenis produk periode 2008 untuk jenis produk Top Round Table. Dalam perhitungan tersebut dapat dilihat bahwa produk Top Round Table memiliki pembebanan BOP sebesar Rp ,78

25 62 Tabel 4.13 Pembebanan BOP ke jenis produk periode 2008 Folding Table Level unit BOP berdasarkan JKM Total Rp 142,15x jam Rp 5,444, Level batch BOP berdasarkan BB 7%xRp Rp 1,827, BOP berdasarkan set up Rp ,16x10 kali Rp 1,583, BOP berdasarkan pesanan Rp ,5x4 kali Rp 943, Level produk BOP berdasarkan pesanan Rp x4 kali Rp 352, Level Fasilitas BOP berdasarkan BTKL 49,46%xRp Rp 2,066, TOTAL Rp 12,218, Sumber: data internal yang diolah Tabel diatas menunjukkan pembebanan BOP ke jenis produk periode 2008 untuk jenis produk Folding Table. Dalam perhitungan tersebut dapat dilihat bahwa produk Folding Table memiliki pembebanan BOP sebesar Rp ,35

26 63 Tabel 4.14 Pembebanan BOP ke jenis produk periode 2008 Stacking Total Level unit BOP berdasarkan JKM Rp 142,15x jam Rp 10,348, Level batch BOP berdasarkan BB 7%xRp Rp 1,453, BOP berdasarkan set up Rp ,16x30 kali Rp 4,751, BOP berdasarkan pesanan Rp ,5x17 kali Rp 4,010,937.5 Level produk BOP berdasarkan pesanan Rp x17 kali Rp 1,498, Level Fasilitas BOP berdasarkan BTKL 49,46%xRp Rp 3,633, TOTAL Rp 25,695, Sumber: Data internal yang diolah Tabel diatas menunjukkan pembebanan BOP ke jenis produk periode 2008 untuk jenis produk Stacking. Dalam perhitungan tersebut dapat dilihat bahwa produk Stacking memiliki pembebanan BOP sebesar Rp ,68

27 64 Tabel 4.15 Pembebanan BOP ke jenis produk periode 2009 Meja tarik MC 300 Level unit BOP berdasarkan JKM Total Rp x jam Rp 16,298, Level batch BOP berdasarkan BB 7,58%xRp Rp 8,587, BOP berdasarkan set up Rp ,05x41 kali Rp 6,966, BOP berdasarkan pesanan Rp ,19x20 kali Rp 6,056, Level produk BOP berdasarkan pesanan Rp ,64x20 kali Rp 1,992, Level Fasilitas BOP berdasarkan BTKL 52.09%xRp Rp 19,084, TOTAL Rp 58,985, Sumber : data internal yang diolah Tabel diatas menunjukkan pembebanan BOP ke jenis produk periode 2009 untuk jenis produk Meja Tarik MC 300. Dalam perhitungan tersebut dapat dilihat bahwa produk Meja Tarik MC 300 memiliki pembebanan BOP sebesar Rp ,43

28 65 Tabel 4.16 Pembebanan BOP ke jenis produk periode 2009 Top Round Table Level unit BOP berdasarkan JKM Total Rp x jam Rp 6,706, Level batch BOP berdasarkan BB 7,58%xRp Rp 1,750, BOP berdasarkan set up Rp ,05x17 kali Rp 2,888, BOP berdasarkan pesanan Rp ,19x7 kali Rp 2,119, Level produk BOP berdasarkan pesanan Rp ,64x7 kali Rp 697, Level Fasilitas BOP berdasarkan BTKL 52.09%xRp Rp 3,094, TOTAL Rp 17,257, Sumber: Data internal yang diolah Tabel diatas menunjukkan pembebanan BOP ke jenis produk periode 2009 untuk jenis produk Top Round Tabel. Dalam perhitungan tersebut dapat dilihat bahwa produk Top Round Tabel memiliki pembebanan BOP sebesar Rp ,86.

29 66 Tabel 4.17 Pembebanan BOP ke jenis produk periode 2009 Folding Table Level unit BOP berdasarkan JKM Total Rp x jam Rp 10,405, Level batch BOP berdasarkan BB 7,58%xRp Rp 5,507, BOP berdasarkan set up Rp ,05x29 kali Rp 4,927, BOP berdasarkan pesanan Rp ,19x10 kali Rp 3,028, Level produk BOP berdasarkan pesanan Rp ,64x10 kali Rp 996, Level Fasilitas BOP berdasarkan BTKL 52.09%xRp Rp 6,081, TOTAL Rp 30,946, Sumber: data internal yang diolah Tabel diatas menunjukkan pembebanan BOP ke jenis produk periode 2009 untuk jenis produk Folding Table. Dalam perhitungan tersebut dapat dilihat bahwa produk Folding Table memiliki pembebanan BOP sebesar Rp ,28.

30 67 Tabel 4.18 Pembebanan BOP ke jenis produk periode 2009 Level unit BOP berdasarkan JKM Stacking Total Rp x jam Rp 8,321, Level batch BOP berdasarkan BB 7,58%xRp Rp 1,125, BOP berdasarkan set up Rp ,05x28 kali Rp 4,757, BOP berdasarkan pesanan Rp ,19x16 kali Rp 4,845, Level produk BOP berdasarkan pesanan Rp ,64x16 kali Rp 1,593, Level Fasilitas BOP berdasarkan BTKL 52.09%xRp Rp 3,227, TOTAL Rp 23,871, Sumber: Data internal yang diolah Tabel di atas menunjukkan pembebanan BOP ke jenis produk periode 2009 untuk jenis produk Stacking. Dalam perhitungan tersebut dapat dilihat bahwa produk Stacking memiliki pembebanan BOP sebesar Rp Perhitungan Harga Pokok Produk Masing-masing Jenis Produk Perhitungan HPP CV. Mulyo Jati Indah berdasarkan pendekatan activity based costing dapat dilihat pada tabel berikut :

31 68 Tabel 4.19 Perhitungan HPP berdasarkan pendekatan ABC. Produk Meja Tarik MC 300 Tahun 2008 Total biaya Kuantitas (unit) Biaya per unit BBB Rp , Rp ,36 BTKL Rp , Rp ,82 BOP Rp , Rp ,22 Total Rp , Rp ,40 Tahun 2009 Total biaya Kuantitas (unit) Biaya per unit BBB Rp , Rp ,01 BTKL Rp , Rp ,85 BOP Rp , Rp ,23 Total Rp , Rp ,09 Sumber: Data internal yang diolah Tabel di atas menunjukkan perhitungan HPP berdasarkan pendekatan ABC untuk produk meja tarik MC 300 tahun 2008 dan 2009, Dari tabel diatas menunjukkan HPP per unit tahun 2008 sebesar Rp ,40, sedangkan tahun 2009 sebesar Rp ,09. Tabel 4.20 Perhitungan HPP berdasarkan pendekatan ABC Produk Top Round Table Tahun 2008 Total biaya Kuantitas (unit) Biaya per unit BBB Rp , Rp ,44 BTKL Rp , Rp ,44 BOP Rp Rp ,63 Total Rp , Rp ,51 Tahun 2009 Total biaya Kuantitas (unit) Biaya per unit BBB Rp , Rp ,72 BTKL Rp , Rp ,03 BOP Rp , Rp ,33 Total Rp , Rp ,07 Sumber: Data internal yang diolah

32 69 Tabel di atas menunjukkan perhitungan HPP berdasarkan pendekatan ABC untuk produk Top round table tahun 2008 dan Dari tabel di atas menunjukkan HPP per unit tahun 2008 sebesar Rp ,51 sedangkan tahun 2009 sebesar Rp ,07. Tabel 4.21 Perhitungan HPP Berdasarkan Pendekatan ABC Produk Folding Table Tahun 2008 Total biaya Kuantitas (unit) Biaya per unit BBB Rp ,00 65 Rp ,23 BTKL Rp ,00 65 Rp ,23 BOP Rp ,35 65 Rp ,25 Total Rp ,35 65 Rp ,71 Tahun 2009 Total biaya Kuantitas (unit) Biaya per unit BBB Rp , Rp ,62 BTKL Rp , Rp ,27 BOP Rp , Rp ,70 Total Rp , Rp ,59 Sumber: Data internal yang diolah Tabel di atas menunjukkan perhitungan HPP berdasarkan pendekatan ABC untuk produk Folding Table tahun 2008 dan Dari tabel di atas menunjukkan HPP per unit tahun 2008 sebesar Rp ,71, sedangkan tahun 2009 sebesar Rp ,58.

33 70 Tabel 4.22 Perhitungan HPP berdasarkan pendekatan ABC Produk Stacking Tahun 2008 Total biaya Kuantitas (unit) Biaya per unit BBB Rp , Rp ,82 BTKL Rp , Rp ,93 BOP Rp , Rp ,75 Total Rp , Rp ,49 Tahun 2009 Total biaya Kuantitas (unit) Biaya per unit BBB Rp , Rp ,97 BTKL Rp , Rp ,76 BOP Rp , Rp ,02 Total Rp , Rp ,75 Sumber: Data internal yang diolah Tabel di atas menunjukkan perhitungan HPP berdasarkan pendekatan ABC untuk produk Stacking tahun 2008 dan Dari tabel di atas menunjukkan HPP per unit tahun 2008 sebesar Rp ,49 sedangkan tahun 2009 sebesar Rp , Perbandingan Harga Pokok Produk antara Perhitungan Pendekatan Tradisional dengan Activity Based Costing Perbandingan hasil perhitungan harga pokok produk antara pendekatan tradisional dengan activity based costing dapat dilihat pada tabel berikut ini:

34 71 Tabel 4.23 Perbandingan Harga Pokok Produk per unit antara sistem tradisional dan ABC Tahun 2008 HPP per unit Produk Selisih % Tradisional ABC Mj. Tarik MC300 Rp ,09 Rp ,40 (Rp58.662,31) -9,40 Undercosted Top round table Rp ,79 Rp ,51 Rp16.906,28 5,13 Overcosted Folding table Rp ,37 Rp ,17 (Rp64.050,34) -10,86 Undercosted Stacking Rp ,65 Rp ,49 Rp50.716,16 24,86 Overcosted Sumber: Data internal yang diolah Pada tabel di atas menunjukkan perbandingan hasil perhitungan HPP per unit berdasarkan pendekatan tradisional dan ABC tahun Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa pada produk Meja Tarik MC 300 dan Folding Table mengalami undercosted (HPP per unit sistem tradisional tercatat lebih rendah), sedangkan pada produk Top Round Table dan Stacking mengalami overcosted (HPP per unit sistem tradisional tercatat lebih tinggi). Tabel 4.24 Perbandingan Harga Pokok Produk per unit antara Sistem Tradisional dan ABC Tahun 2009 HPP per unit Produk selisih % Tradisional ABC Mj. Tarik MC300 Rp ,17 Rp ,09 (Rp51.664,92) -7,98 Undercosted Top round table Rp ,06 Rp ,07 Rp35.648,99 10,74 Overcosted Folding table Rp ,21 Rp ,59 (Rp27.583,38) -4,46 Undercosted Stacking Rp ,05 Rp ,75 Rp55.851,30 24,75 Overcosted Sumber: Data internal yang diolah

35 72 Pada tabel diatas menunjukkan perbandingan hasil perhitungan HPP per unit berdasarkan pendekatan tradisional dan ABC tahun Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa pada produk Meja Tarik MC 300 dan Folding Table mengalami undercosted (HPP per unit sistem tradisional tercatat lebih rendah), sedangkan pada produk Top Round Table dan Stacking mengalami overcosted (HPP per unit sistem tradisional tercatat lebih tinggi). Dari analisa di atas dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian produk ada yang mengalami undercost dan overcost, sistem ABC dapat dijadikan suatu alternatif dalam perhitungan HPP per unit. Sistem ABC dapat melaporkan biaya produksi lebih tepat dibandingkan dengan sistem tradisional, karena ABC tidak hanya menggunakan alokasi berdasarkan unit, tetapi juga berdasarkan pada set up mesin dan jumlah pesanan. Atau dengan kata lain sistem tradisional mengalokasikan biaya overhead berdasarkan unit (volume), sedangkan ABC mengalokasikan biaya overhead berdasarkan unit, batch, produk, dan fasilitas. Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa sistem ABC dalam perhitungan laporan biaya lebih mendetail dan jelas serta mudah untuk dilacak, bila dibandingkan dengan pendekatan tradisional yang hanya menitikberatkan pada pembebanan biaya overhead terhadap unit saja. Karena itu akan mengakibatkan distorsi biaya produk yang dapat menjadi suatu kesalahan dalam pembebanan biaya overhead terhadap suatu produk. Kesalahan dalam pembebanan biaya overhead ini akan mengakibatkan kesalahan dalam menghitung biaya untuk masing-masing biaya produk. Namun dengan sistem ABC kesalahan-kesalahan

36 73 yang ada dapat diatasi, Sehingga informasi yang diperoleh akan lebih akurat dan keputusan manajemen akan tepat, terutama dalam menetapkan biaya produksi yang digunakan sebagai dasar perhitungan harga pokok produksi.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pada posisi , 02 sampai ,40 Bujur Timur, ,67

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pada posisi , 02 sampai ,40 Bujur Timur, ,67 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 2. Diskripsi CV. Jawa Dipa CV. Jawa Dipa merupakan salah satu badan usaha yang bergerak dibidang permebelan yang ada di Desa Bondo, Kecamatan

Lebih terperinci

Bab IV PEMBAHASAN. perusahaan, sehingga perusahaan dapat menentukan harga jual yang kompetitif. Untuk

Bab IV PEMBAHASAN. perusahaan, sehingga perusahaan dapat menentukan harga jual yang kompetitif. Untuk Bab IV PEMBAHASAN Perhitungan harga pokok produksi yang akurat sangatlah penting bagi perusahaan, sehingga perusahaan dapat menentukan harga jual yang kompetitif. Untuk dapat menentukan harga pokok produksi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Perhitungan Biaya Produksi PT. Sorin Maharasa adalah perusahaan manufaktur yang bergerak dalam industri berbahan baku daging. Perusahaan tersebut menghasilkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 35 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Komposisi Biaya Perhitungan harga pokok produksi pada suatu perusahaan tidak hanya untuk menentukan harga jual serta besarnya pendapatan saja tetapi juga untuk

Lebih terperinci

Nama : Henny Ria Hardiyanti NPM : Kelas : 3 EB 18

Nama : Henny Ria Hardiyanti NPM : Kelas : 3 EB 18 Analisis Penerapan Activity Based Costing Sistem Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Pada PT. V. Collection Sejahtera Periode 2011 Nama : Henny Ria Hardiyanti NPM : 22209555 Kelas : 3 EB 18 LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Latar Belakang Instansi/Perusahaan

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Latar Belakang Instansi/Perusahaan BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Paparan Data 4.1.1 Latar Belakang Instansi/Perusahaan merupakan salah satu home industry yang bergerak dalam bidang furniture. Tempat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1. Evaluasi Terhadap Klasifikasi Biaya Produksi. biaya bahan baku langsung oleh perusahaan.

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1. Evaluasi Terhadap Klasifikasi Biaya Produksi. biaya bahan baku langsung oleh perusahaan. BAB IV PEMBAHASAN IV. 1. Evaluasi Terhadap Klasifikasi Biaya Produksi Pada PT Grahacitra Adhitama ditemukan pengklasifikasian dan perhitungan biaya produksi yang kurang tepat, yaitu : 1. Ada beberapa unsur

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN METODE KONVENSIONAL DAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DALAM PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PONDOK BAKSO KATAM

ANALISIS PENERAPAN METODE KONVENSIONAL DAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DALAM PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PONDOK BAKSO KATAM ANALISIS PENERAPAN METODE KONVENSIONAL DAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DALAM PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PONDOK BAKSO KATAM Nama NPM Jurusan : Siswanti : 2A214321 : Akuntansi Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

Bab 1. PENDAHULUAN

Bab 1.  PENDAHULUAN Bab 1 http://www.gunadarma.ac.id/ PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi biaya yang tepat dan akurat dapat membantu perusahaan untuk menentukan harga jual yang sesuai dengan mutu produk tersebut.

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING (ABC) SEBAGAI DASAR DALAM PENERAPAN BIAYA PRODUKSI PADA UD. MULYADI

PENERAPAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING (ABC) SEBAGAI DASAR DALAM PENERAPAN BIAYA PRODUKSI PADA UD. MULYADI PENERAPAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING (ABC) SEBAGAI DASAR DALAM PENERAPAN BIAYA PRODUKSI PADA UD. MULYADI Di Susun oleh : FITRI AFRIYANTI 3 EB 21 22210824 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab V. Kesimpulan dan Saran 71 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai penetapan harga jual produk pada perusahaan percetakan M, maka penulis menarik kesimpulan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI UNTUK PESANAN KHUSUS PADA JATISARI FURNITURE

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI UNTUK PESANAN KHUSUS PADA JATISARI FURNITURE PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI UNTUK PESANAN KHUSUS PADA JATISARI FURNITURE Nama Kelas : Natalia Dwi Kristiani : 3EB08 NPM : 24210921 Fakultas Jurusan : Ekonomi : Akuntansi LATAR BELAKANG Perekonomian

Lebih terperinci

ABSTRAK Kata Kunci Pendahuluan

ABSTRAK Kata Kunci Pendahuluan ABSTRAK Evi Linda Lestari, 2015. SKRIPSI. Judul: Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Activity Based Costing (Studi Kasus Pada CV. PATT ENGINEERING) Pembimbing : Hj.Meldona,SE.,MM.,AK. Kata

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perhitungan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Metode Tradisional Pada PT. XYZ Perhitungan harga pokok produksi dalam perusahaan, khususnya perusahaan manufaktur masalah

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN 2.1 Harga Pokok Produksi 1. Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. manajemen di dalam mengambil keputusan. Manajemen memerlukan informasi yang

BAB IV PEMBAHASAN. manajemen di dalam mengambil keputusan. Manajemen memerlukan informasi yang BAB IV PEMBAHASAN Kelancaran atau keberhasilan suatu perusahaan tergantung pada kemampuan manajemen di dalam mengambil keputusan. Manajemen memerlukan informasi yang dapat dipercaya sebagai dasar untuk

Lebih terperinci

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI UNTUK MENENTUKAN HARGA JUAL COSTING PADA HOME INDUSTRY JATI INDAH FURNITURE : KARLINA FARADILA

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI UNTUK MENENTUKAN HARGA JUAL COSTING PADA HOME INDUSTRY JATI INDAH FURNITURE : KARLINA FARADILA PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI UNTUK MENENTUKAN HARGA JUAL DENGAN METODE FULL COSTING PADA HOME INDUSTRY JATI INDAH FURNITURE NAMA KELAS : KARLINA FARADILA : 3EB14 NPM : 23210842 FAKULTAS : EKONOMI JURUSAN

Lebih terperinci

METODE PEMBEBANAN BOP

METODE PEMBEBANAN BOP METODE PEMBEBANAN BOP ~ Kalkulasi Biaya Berdasar Aktivitas ~.[metode tradisional] Kalkulasi biaya atau costing, adalah cara perhitungan biaya, baik biaya produksi maupun biaya nonproduksi. Yang dimaksud

Lebih terperinci

ANALISIS AKUNTANSI DIFFERENSIAL DALAM KEPUTUSAN MENJUAL LANGSUNG ATAU MEMPROSES LEBIH LANJUT PADA LIMA SAUDARA FURNITURE. Dwi Mulia Septiani

ANALISIS AKUNTANSI DIFFERENSIAL DALAM KEPUTUSAN MENJUAL LANGSUNG ATAU MEMPROSES LEBIH LANJUT PADA LIMA SAUDARA FURNITURE. Dwi Mulia Septiani ANALISIS AKUNTANSI DIFFERENSIAL DALAM KEPUTUSAN MENJUAL LANGSUNG ATAU MEMPROSES LEBIH LANJUT PADA LIMA SAUDARA FURNITURE Dwi Mulia Septiani 21209272 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Setiap perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan Di negara Indonesia banyak berkembang usaha-usaha dalam industri mebel, dengan memanfaatkan bahan baku kayu hingga

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PT TUNGGUL NAGA ALOKASI BIAYA OVERHEAD PABRIK DALAM TIAP PRODUK DALAM SISTEM TRADISIONAL

LAMPIRAN 1 PT TUNGGUL NAGA ALOKASI BIAYA OVERHEAD PABRIK DALAM TIAP PRODUK DALAM SISTEM TRADISIONAL LAMPIRAN 1 PT TUNGGUL NAGA ALOKASI BIAYA OVERHEAD PABRIK DALAM TIAP PRODUK DALAM SISTEM TRADISIONAL PRODUK VOLUME PRODUK TARIF BOP / UNIT BOP Classic 605,503 Rp 182.40 Rp 110,443,747 Premium 4,718,519

Lebih terperinci

ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE KONVENSIONAL DAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC) PADA PERUSAHAAN ROTI IDEAL

ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE KONVENSIONAL DAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC) PADA PERUSAHAAN ROTI IDEAL ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE KONVENSIONAL DAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC) PADA PERUSAHAAN ROTI IDEAL Ayu Khusnul Khotimah 21213543 Dosen Pembimbing : Supiningtyas Purwaningrum,

Lebih terperinci

Vina Chris Lady Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma Dosen Pembimbing : Haryono, SE., MMSI.

Vina Chris Lady Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma Dosen Pembimbing : Haryono, SE., MMSI. Vina Chris Lady 28210376 ANALISIS PERBANDINGAN PENERAPAN SISTEM KONVENSIONAL DAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING (ABC) PADA PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA TOKO AJIB BAKERY Jurusan Akuntansi Fakultas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Biaya 1. Pengertian Biaya Biaya menurut Atkinson dan Kaplan (2009 : 33) adalah nilai moneter barang dan jasa yang dikeluarkan untuk mendapatkan manfaat sekarang atau masa

Lebih terperinci

Biaya Produksi : Semua biaya yang timbul dalam hubungannya dengan kegiatan untuk mengolah barang dan jasa menjadi produk selesai.

Biaya Produksi : Semua biaya yang timbul dalam hubungannya dengan kegiatan untuk mengolah barang dan jasa menjadi produk selesai. AKUNTANSI PERUSAHAAN MANUFAKTUR Perusahaan Manufaktur : Perusahaan yang kegiatan utamanya adalah memperoleh barang dan jasa untuk diolah menjadi produk selesai dan menjual produk selesai yang dihasilkan

Lebih terperinci

Evaluasi ketepatan penentuan harga pokok produksi dengan metode harga pokok pesanan pada J rot galery Klaten

Evaluasi ketepatan penentuan harga pokok produksi dengan metode harga pokok pesanan pada J rot galery Klaten 1 Evaluasi ketepatan penentuan harga pokok produksi dengan metode harga pokok pesanan pada J rot galery Klaten Tugas Akhir Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana Ahli Madya Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara perusahaan manufaktur dengan perusahaan dagang.

BAB I PENDAHULUAN. antara perusahaan manufaktur dengan perusahaan dagang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan baik perusahaan dagang maupun manufaktur mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk memperoleh laba dan untuk eksistensi perusahaan dalam jangka

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum A. Sejarah Singkat Giat Printing Malang Giat Printing Malang merupakan usaha kecil menengah yang bergerak di bidang percetakan kertas. Usaha yang didirikan

Lebih terperinci

Nama : Silvia Ayu Anggraini NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing :Dr. Emmy Indrayani

Nama : Silvia Ayu Anggraini NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing :Dr. Emmy Indrayani Perhitungan Harga Pokok Produksi Pesanan Pakaian Menggunakan Metode Activity Based Costing Pada Perusahaan Mutiara Garment Nama : Silvia Ayu Anggraini NPM : 28213487 Jurusan : Akuntansi Pembimbing :Dr.

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA PT MUSTIKA RATU, TBK.

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA PT MUSTIKA RATU, TBK. PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA PT MUSTIKA RATU, TBK. Nama : Adventia Diah Rosari NPM : 22209204 Pembimbing : B. Sundari, SE., MM. Latar Belakang: Pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian. untuk disajikan dan selanjutnya dianalisa, sehingga pada akhirnya dapat diambil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian. untuk disajikan dan selanjutnya dianalisa, sehingga pada akhirnya dapat diambil 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif (Descriptive Research) karena pembahasannya disusun secara sistematis

Lebih terperinci

: MIRD FAHMI NPM : PEMBIMBING : Prof. Dr. DHARMA TINTRI EDIRARAS, SE., AK., CA., MBA FAKULTAS : EKONOMI JURUSAN : AKUNTANSI

: MIRD FAHMI NPM : PEMBIMBING : Prof. Dr. DHARMA TINTRI EDIRARAS, SE., AK., CA., MBA FAKULTAS : EKONOMI JURUSAN : AKUNTANSI ANALISIS PERBANDINGAN PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI BIAYA TRADISIONAL DENGAN ACTIVITY BASED COSTING PADA PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA SHERINA CAKE & BAKERY NAMA : MIRD FAHMI NPM : 24212597 PEMBIMBING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan informasi juga berpengaruh pada proses pembuatan. dengan didistribusikan kepada konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan informasi juga berpengaruh pada proses pembuatan. dengan didistribusikan kepada konsumen. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis yang semakin pesat, mengakibatkan semakin ketatnya persaingan yang terjadi dalam dunia usaha. Hal tersebut juga mengakibatkan perubahan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... iii v vi BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Perumusan Masalah... 3 C. Tujuan Penelitian... 4 D. Manfaat Penelitian... 4

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TA...ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. HALAMAN PERSEMBAHAN... iv. MOTTO...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TA...ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. HALAMAN PERSEMBAHAN... iv. MOTTO... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TA...ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv MOTTO... v KATA PENGANTAR... vi ABSTRAKSI... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR... xiii

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perhitungan Harga Pokok Produksi dalam Menentukan Harga Jual pada

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perhitungan Harga Pokok Produksi dalam Menentukan Harga Jual pada BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perhitungan Harga Pokok Produksi dalam Menentukan Harga Jual pada SETIA BARU Furniture Pada bab ini Penulis akan membahas tentang perhitungan Harga Pokok Produksi

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PT. ELESKA PRIMA TIGA DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PT. ELESKA PRIMA TIGA DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PT. ELESKA PRIMA TIGA DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING Nama : Nadya Loetfara NPM : 25212215 Pembimbing : Budiasih, SE, MMSI Pendahuluan Latar

Lebih terperinci

Oleh : Beby Hilda Agustin Dosen Akuntansi, Universitas Islam Kadiri, Kediri ABSTRAK

Oleh : Beby Hilda Agustin Dosen Akuntansi, Universitas Islam Kadiri, Kediri   ABSTRAK PERBANDINGAN PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DENGAN SISTEM TRADISIONAL SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI (Studi Kasus Pada PT. Wonojati Wijoyo Kediri) Oleh : Beby Hilda Agustin Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya di Indonesia. Salah satu dampak yang nyata bagi industri dalam

BAB I PENDAHULUAN. khususnya di Indonesia. Salah satu dampak yang nyata bagi industri dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perdagangan bebas telah membawa perubahan bagi dunia usaha khususnya di Indonesia. Salah satu dampak yang nyata bagi industri dalam negeri yaitu semakin ketatnya

Lebih terperinci

ANALISIS AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENJUAL ATAU MEMPROSES LEBIH LANJUT PRODUK PADA CV. CAHAYA AMANAH

ANALISIS AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENJUAL ATAU MEMPROSES LEBIH LANJUT PRODUK PADA CV. CAHAYA AMANAH ANALISIS AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENJUAL ATAU MEMPROSES LEBIH LANJUT PRODUK PADA CV. CAHAYA AMANAH Nama : Rina Wahyuni NPM : 25210973 Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Sri Sapto

Lebih terperinci

PERBANDINGAN BIAYA PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM TRADISIONAL DENGAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM PADA INDUSTRI KERAJINAN BAMBU KARTI AJI

PERBANDINGAN BIAYA PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM TRADISIONAL DENGAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM PADA INDUSTRI KERAJINAN BAMBU KARTI AJI PERBANDINGAN BIAYA PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM TRADISIONAL DENGAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM PADA INDUSTRI KERAJINAN BAMBU KARTI AJI Andi Arvianto Fakultas Ekonomi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya menyediakan informasi biaya yang akan digunakan untuk membantu menetapkan harga pokok produksi suatu perusahaan. Akuntansi biaya mengukur

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA DIFERENSIAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENERIMA ATAU MENOLAK PESANAN KHUSUS PADA CV. KARYA MANDIRI

ANALISIS BIAYA DIFERENSIAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENERIMA ATAU MENOLAK PESANAN KHUSUS PADA CV. KARYA MANDIRI ANALISIS BIAYA DIFERENSIAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENERIMA ATAU MENOLAK PESANAN KHUSUS PADA CV. KARYA MANDIRI Nama : AYU MAYLISA NPM : 21210248 Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Rini Dwiastutiningsih,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan bahwa dunia menjadi lebih homogen dan perbedaan-perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan bahwa dunia menjadi lebih homogen dan perbedaan-perbedaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi merupakan suatu prakarsa bisnis yang didasarkan pada keyakinan bahwa dunia menjadi lebih homogen dan perbedaan-perbedaan diantara pasar nasional

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i iii v vii viii I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan Masalah... 5 1.3. Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan penelitian di PT. Jaya Sakti Tekstil dan melakukan pembahasan atas hasil penelitian tersebut, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI BAB II HARGA POKOK PRODUKSI Bab ini berisi teori yang akan digunakan sebagai dasar melakukan analisis data. Mencakup pengertian dan penggolongan biaya serta teori yang berkaitan dengan penentuan harga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Biaya Setiap perusahaan yang berorientasi pada peningkatan pendapatan akan selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan

Lebih terperinci

BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS

BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS A. Pentingnya Biaya per Unit Sistem akuntansi biaya memiliki tujuan untuk pengukuran dan pembebanan biaya sehingga biaya per unit dari suatu produk dapat ditentukan. Biaya per

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan pada Bab IV mengenai analisis perbandingan alokasi kos metode tradisional departemental dengan metode activity-based

Lebih terperinci

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen.akuntansi biaya bukan merupakan tipe akuntansi tersendiri

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT Micro Garment sebagai objek penelitian penulis merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri pakaian jadi (garmen), yang memusatkan seluruh kegiatannya untuk memproduksi pakaian rajut.

Lebih terperinci

Contoh PT kertasjaya memproduksi 2 macam produk. Contoh peraga 5.2 Perhitungan biaya satuan : produk tunggal. Biaya produksi

Contoh PT kertasjaya memproduksi 2 macam produk. Contoh peraga 5.2 Perhitungan biaya satuan : produk tunggal. Biaya produksi PENENTUAN HARGA POKOK BERDASARKAN AKTIVITAS ( ACTIVITY BASED COSTING) Pendahuluan Keterbatasan penentuan harga pokok konvensional terletak pada pembebanan overhead. Dalam system biaya tradisional ada dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghasilkan produk. Sistem akuntansi biaya tradisional yang selama ini

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghasilkan produk. Sistem akuntansi biaya tradisional yang selama ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan perubahan dunia bisnis, telah menciptakan kebutuhan akan pendekatan strategi manajemen yang baru, serta dapat memberikan informasi

Lebih terperinci

OPENING ABC FOR E LEARNING SELASA 08 DES 2015 AZFA MUTIARA AHMAD PABULO, SE, MEK FOR APKB

OPENING ABC FOR E LEARNING SELASA 08 DES 2015 AZFA MUTIARA AHMAD PABULO, SE, MEK FOR APKB OPENING ABC FOR E LEARNING SELASA 08 DES 2015 AZFA MUTIARA AHMAD PABULO, SE, MEK FOR APKB Sumber daya adl : unsur yang dibebankan atau yang digunakan dalam pelaksanaan suatu aktivitas. Misalnya : gaji

Lebih terperinci

ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PADA PT VENEER PRODUCTS INDONESIA

ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PADA PT VENEER PRODUCTS INDONESIA Journal of Applied Business And Economics Vol. 3 No. 2 (Des 2016) 61-68 ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PADA PT VENEER PRODUCTS INDONESIA Oleh: Litdia Dosen Fakultas

Lebih terperinci

Diajukan oleh : Yunanto D

Diajukan oleh : Yunanto D NASKAH PUBLIKASI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI CANGKUL DENGAN PENDEKATAN METODE ABC ( ACTIVITY BASED COSTING) Studi Kasus : di UD. CITRA Produsen Cangkul di Sentra Industri Cangkul Karangpoh Jatinom Klaten

Lebih terperinci

NRP : Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Moses Laksono Singgih, M.Sc, M.Reg.Sc

NRP : Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Moses Laksono Singgih, M.Sc, M.Reg.Sc Disusun oleh : Abdul Wachid NRP : 9105.201.307 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Moses Laksono Singgih, M.Sc, M.Reg.Sc 1 Latar Belakang Penelitian Lingkungan bisnis yang semakin turbulent dengan tingkat persaingan

Lebih terperinci

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PESANAN DALAM MENENTUKAN HARGA JUAL PADA CV. SINAR MUSTIKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PESANAN DALAM MENENTUKAN HARGA JUAL PADA CV. SINAR MUSTIKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PESANAN DALAM MENENTUKAN HARGA JUAL PADA CV. SINAR MUSTIKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING Nama : Rangga Putra Pratama NPM : 27213276 Dosen Pembimbing : Sri Sapto

Lebih terperinci

Penentuan Harga Jual Berdasarkan Perhitungan Harga Pokok Pesanan Dengan Menggunakan Metode Full Costing Pada Cyber Advertising

Penentuan Harga Jual Berdasarkan Perhitungan Harga Pokok Pesanan Dengan Menggunakan Metode Full Costing Pada Cyber Advertising Penentuan Harga Jual Berdasarkan Perhitungan Harga Pokok Pesanan Dengan Menggunakan Metode Full Costing Pada Cyber Advertising Sherly Vicky Handayani 26211740 Akuntansi Latar Belakang Masalah Tujuan didirikannya

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI ANTARA SISTEM JOB COSTING DAN FULL COSTING. (Studi Kasus Pada Meubel Bagus Semarang)

PERBANDINGAN PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI ANTARA SISTEM JOB COSTING DAN FULL COSTING. (Studi Kasus Pada Meubel Bagus Semarang) PERBANDINGAN PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI ANTARA SISTEM JOB COSTING DAN FULL COSTING (Studi Kasus Pada Meubel Bagus Semarang) Endah Setyo Susilowati Universitas Dian Nuswantoro ABSTRAKSI Di dalam perhitungan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. i. Sejarah berdirinya PT DBS Indonesia. meningkatkan standar furniture di Indonesia secara

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. i. Sejarah berdirinya PT DBS Indonesia. meningkatkan standar furniture di Indonesia secara 1 BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A Hasil Penelitian 1. Gambaran umum PT DBS Indonesia i. Sejarah berdirinya PT DBS Indonesia PT DBS Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak di bidang trading furniture,

Lebih terperinci

BAB 7. ALOKASI BIAYA BERBASIS AKTIVITAS. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi-Universitas Kristen Petra 2011

BAB 7. ALOKASI BIAYA BERBASIS AKTIVITAS. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi-Universitas Kristen Petra 2011 BAB 7. ALOKASI BIAYA BERBASIS AKTIVITAS Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi-Universitas Kristen Petra 2011 TUJUAN PEMBELAJARAN Menjelaskan pengertian metode alokasi berbasis aktivitas (ABC) Mengalokasikan

Lebih terperinci

BAB II BIAYA PRODUKSI PADA CV. FILADELFIA PLASINDO SURAKARTA

BAB II BIAYA PRODUKSI PADA CV. FILADELFIA PLASINDO SURAKARTA BAB II BIAYA PRODUKSI PADA CV. FILADELFIA PLASINDO SURAKARTA Manajemen dalam menjalankan tugasnya harus mempunyai keahlian serta kemampuan untuk memanfaatkan setiap faktor produksi yang ada. Salah satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Ada beberapa pengertian biaya yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya: Daljono (2011: 13) mendefinisikan Biaya adalah suatu pengorbanan sumber

Lebih terperinci

PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DIFFERENSIAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MEMBELI ATAU MEMBUAT SENDIRI LEMARI TIGA PINTU PADA PD. MEUBEL JEPARA KITA

PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DIFFERENSIAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MEMBELI ATAU MEMBUAT SENDIRI LEMARI TIGA PINTU PADA PD. MEUBEL JEPARA KITA PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DIFFERENSIAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MEMBELI ATAU MEMBUAT SENDIRI LEMARI TIGA PINTU PADA PD. MEUBEL JEPARA KITA Nama : I Made Indra Sanjaya NPM : 23211421 Jurusan : Akuntansi

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ABC DI PT TMG. SURABAYA

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ABC DI PT TMG. SURABAYA PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ABC DI PT TMG. SURABAYA Anang Fachroji Teknik Industri-FTI-UPN Veteran Jawa Timur INTISARI Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menerapkan sistem Activity

Lebih terperinci

METODE HARGA POKOK PESANAN (FULL COSTING) A K U N T A N S I B I A Y A T I P F T P UB

METODE HARGA POKOK PESANAN (FULL COSTING) A K U N T A N S I B I A Y A T I P F T P UB METODE HARGA POKOK PESANAN (FULL COSTING) A K U N T A N S I B I A Y A T I P F T P UB Pembebanan Biaya ke Produk 2 Obyek Biaya Biaya Langsung Biaya Bahan Biaya Tenaga Kerja PRODUK Biaya tdk Langsung Biaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama halnya dengan akuntansi keuangan, akuntansi pemerintahan, akuntansi pajak, dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dominan dibanding ternak perah lainnya. Menurut Kanisius (2008) dari berbagai

BAB II LANDASAN TEORI. dominan dibanding ternak perah lainnya. Menurut Kanisius (2008) dari berbagai BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sapi Perah Secara umum, sapi perah merupakan penghasil susu yang sangat dominan dibanding ternak perah lainnya. Menurut Kanisius (2008) dari berbagai bangsa sapi perah yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan semakin kompleks. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. dan semakin kompleks. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan hidup dalam lingkungan yang berubah dengan cepat, dinamik, dan semakin kompleks. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong terjadinya persaingan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya memberikan informasi biaya yang akan digunakan untuk membantu menetapkan harga pokok produksi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya salah satu bagian atau unsur dari harga pokok dan juga unsur yang paling pokok dalam akuntansi biaya, untuk itu

Lebih terperinci

Pertemuan 3 Activity Based Costing

Pertemuan 3 Activity Based Costing 1 Pertemuan 3 Activity Based Costing A. Pentingnya Biaya per Unit Sistem akuntansi biaya memiliki tujuan untuk pengukuran dan pembebanan biaya sehingga biaya per unit dari suatu produk dapat ditentukan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Biaya Diferensial Mulyadi (2002:118) menyatakan: Biaya diferensial adalah biaya masa yang akan datang yang diperkirakan akan berbeda (differ) atau terpengaruh oleh suatu pengambilan

Lebih terperinci

Risma Yurnita, Holly Deviarti. Universitas Bina Nusantara Jln. Kebon Jeruk Raya No. 20 Jakarta Barat Phone

Risma Yurnita, Holly Deviarti. Universitas Bina Nusantara Jln. Kebon Jeruk Raya No. 20 Jakarta Barat Phone ANALISIS PERBANDINGAN METODE TRADISIONAL DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING UNTUK MENGHITUNG HARGA POKOK PRODUKSI (STUDI KASUS PADA PT.PYRAMID MEGAH SAKTI DI MAKASSAR) Risma Yurnita, Holly Deviarti Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Pembiayaan Sistem pembiayaan (costing system) secara umum terbagi menjadi dua tipe, yaitu sistem akuntansi biaya konvensional. Sistem akuntansi biaya konvensional menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 2.1.1 Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, dan 3 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Program Studi Teknik Desain dan Manufaktur, Jurusan Teknik Permesinan Kapal, Politeknik

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Program Studi Teknik Desain dan Manufaktur, Jurusan Teknik Permesinan Kapal, Politeknik Analisa Perhitungan Harga Pokok Produksi dalam Penentuan Harga Jual Screw Mixer dengan Metode Based Costing (ABC) System (Studi Kasus pada PT. Srikaya Putra Mas) Yulia Riski Lestari 1, Renanda Nia Rachmadita,

Lebih terperinci

Perhitungan Harga Pokok Produksi þÿ P a d a P a b r i k T a h u B u G i t o D e n Metode Process Costing

Perhitungan Harga Pokok Produksi þÿ P a d a P a b r i k T a h u B u G i t o D e n Metode Process Costing Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Final Assignment - Diploma 3 (D3) http://repository.ekuitas.ac.id Final Assignment of Accounting 2016-01-06 Perhitungan Harga Pokok Produksi þÿ P a d a P

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING DALAM MENGHITUNG HARGA POKOK PRODUKSI PADA TOKO ROTI GREEN BAKERY AND CAKE. Islammiati

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING DALAM MENGHITUNG HARGA POKOK PRODUKSI PADA TOKO ROTI GREEN BAKERY AND CAKE. Islammiati PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING DALAM MENGHITUNG HARGA POKOK PRODUKSI PADA TOKO ROTI GREEN BAKERY AND CAKE Islammiati 29213689 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH Setiap perusahaan juga ingin kegiatan

Lebih terperinci

Activity Based Costing System (ABC Sistem) KUWAT RIYANTO, SE, M.M

Activity Based Costing System (ABC Sistem) KUWAT RIYANTO, SE, M.M Activity Based Costing System (ABC Sistem) KUWAT RIYANTO, SE, M.M Kuwat_riyanto@yahoo.com http://kuwatriy.wordpress.com 081319434370 ABC SYSTEM Ray H. Garrison menyatakan bahwa ABC system adalah suatu

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA PRODUK PLYWOOD MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM

PENENTUAN HARGA PRODUK PLYWOOD MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM PENENTUAN HARGA PRODUK PLYWOOD MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM Nugroho Noto Susanto, Mochammad Chaeron, Sutrisno Jurusan Teknik Industri, FTI Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

Lebih terperinci

EVALUASI BIAYA PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN METODE ABC

EVALUASI BIAYA PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN METODE ABC EVALUASI BIAYA PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN METODE ABC Yan Kurniawan Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Pancasila Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta Selatan 12640 Abstrak Evaluasi biaya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 1 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Akuntansi Biaya Armanto Witjaksono (2006 : 3) berpendapat tentang pengertian akuntansi biaya dapat ada beberapa pengertian dalam akuntansi biaya sebagai berikut :

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan penelitian di Perusahaan Sanck Ribut dan melakukan pembahasan atas hasil penelitian tersebut, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metode tradisional dalam menghitung harga pokok produksi. Metode tradisonal atau

BAB I PENDAHULUAN. metode tradisional dalam menghitung harga pokok produksi. Metode tradisonal atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN Perusahaan perusahaan di Indonesia pada umumnya masih menggunakan metode tradisional dalam menghitung harga pokok produksi. Metode tradisonal atau sering

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 7 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya melengkapi manajemen menggunakan perangkat akuntansi untuk kegiatan perencanaan dan pengendalian, perbaikan mutu dan efisiensi serta membuat keputusan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN HARGA POKOK PESANAN UNTUK MENENTUKAN HARGA JUAL DENGAN METODE FULL COSTING PADA KONVEKSI MIFTAH

PERHITUNGAN HARGA POKOK PESANAN UNTUK MENENTUKAN HARGA JUAL DENGAN METODE FULL COSTING PADA KONVEKSI MIFTAH PERHITUNGAN HARGA POKOK PESANAN UNTUK MENENTUKAN HARGA JUAL DENGAN METODE FULL COSTING PADA KONVEKSI MIFTAH Nama : Denti Pratiwi NPM : 22214713 Jurusan : Akuntansi Dosen Pembimbing : Anne Dahliawati, SE.,MM

Lebih terperinci

1. Bagaimana sistem akuntansi biaya tradisional (konvensional) yang diterapkan oleh PT. Martina Berto dalam menentukan Harga Pokok Produksi (HPP)? 2.

1. Bagaimana sistem akuntansi biaya tradisional (konvensional) yang diterapkan oleh PT. Martina Berto dalam menentukan Harga Pokok Produksi (HPP)? 2. ANALISIS PENERAPAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DALAM MENINGKATKAN AKURASI BIAYA PADA PT. MARTINA BERTO Hesti Wulandari Jurusan S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman i iii v x xi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan Masalah... 4 1.3. Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

commit to user 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Klasifikasi Kos (Cost) dan Biaya (Expense) 1. Kos (Cost) a. Pengertian Kos

commit to user 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Klasifikasi Kos (Cost) dan Biaya (Expense) 1. Kos (Cost) a. Pengertian Kos BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Klasifikasi Kos (Cost) dan Biaya (Expense) 1. Kos (Cost) a. Pengertian Kos Mulyadi (2003: 4) menjelaskan bahwa kos (cost) adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Rista Bintara, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi.

Akuntansi Biaya. Rista Bintara, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Akuntansi Biaya Akuntansi Aktivitas : Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas dan Manajemen Berdasarkan Aktivitas (Activity Accounting : Activity Based Costing & Activity

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. lain lain. Pendirian CV Surya Gemilang Jaya tidak bisa lepas dari peran bapak H.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. lain lain. Pendirian CV Surya Gemilang Jaya tidak bisa lepas dari peran bapak H. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian 4.1.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan CV Surya Gemilang Jaya Semarang adalah suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang mebel seperti meja,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung

Lebih terperinci

PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS (ABC) : ALAT BANTU PEMBUAT KEPUTUSAN

PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS (ABC) : ALAT BANTU PEMBUAT KEPUTUSAN PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS (ABC) : ALAT BANTU PEMBUAT KEPUTUSAN Gejala-gejala Sistem Biaya yang Telah Usang 1. Hasil penawaran yang sulit dijelaskan 2. Harga jual bervolume tinggi yang ditetapkan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pengertian dan Penggolongan Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya berkaitan dengan semua tipe organisasi bisnis, non-bisnis, manufaktur, eceran dan jasa. Umumnya, berbagai macam

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun oleh: LUKI RAMADHAN NPM

SKRIPSI. Disusun oleh: LUKI RAMADHAN NPM PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI GUNA UNTUK MENGOPTIMALKAN BIAYA OPERASIONAL DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM (DI CV. MUTIARA BAHARI SURABAYA) SKRIPSI Disusun oleh: LUKI RAMADHAN NPM 0732015012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Keseluruhan biaya yang dikeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Keseluruhan biaya yang dikeluarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang kegiatan utamanya mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Keseluruhan biaya yang dikeluarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan. Kekayaan yang diperoleh dapat berupa kekayaan material (material

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan. Kekayaan yang diperoleh dapat berupa kekayaan material (material BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan pada dasarnya didirikan sebagai institusi pencipta kekayaan. Kekayaan yang diperoleh dapat berupa kekayaan material (material wealth) yaitu

Lebih terperinci