(n n 11 ) (n n +1 n 11 ) ( n. n +1)

dokumen-dokumen yang mirip
HIPOTESIS KOMPARATIF

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode analitik-komparatif dengan pendekatan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Metode statistik non parametrik atau sering juga disebut metode bebas sebaran

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Tes Statistik Non Parametrik adalah test yang modelnya tidak menetapkan syaratsyaratnya

CHI SQUARE. Pengantar

Ayundyah Kesumawati. April 20, 2015

BAB 2 LANDASAN TEORI. kuantitas ataupun kualitatif dari karakteristik tertentu yang berlainan. Dan hasilnya merupakan data perkiraan atau estimate.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Uji chi-kuadrat merupakan pengujian hipotesis tentang perbandingan antara frekuensi sampel yang benar-benar terjadi (selanjutnya disebut dengan

BAB III METODE PENELITIAN

STATISTIKA SOSIAL. Uji Chi Square MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 09

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang mengenai parameter-parameter populasi yang merupakan induk

UJI INDEPENDEN ANTARA DUA FAKTOR

BAB 2 LANDASAN TEORI. digunakan sebagai konsep statistik pada tahun 1877 oleh Sir Francis Galton. Dia

Pokok Bahasan: Chi Square Test

UJI CHI SQUARE. (Uji data kategorik)

BAB 2 LANDASAN TEORI

III. METODOLOGI PENELITIAN. komparatif dengan pendekatan eksperimen. Penelitian komparatif adalah

UJI HIPOTESIS UNTUK PROPORSI

BAB II METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif asosiatif. Data yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di kelas VIII SMP Negeri 1

BAB II METODE ANALISIS DATA. memerlukan lebih dari satu variabel dalam membentuk suatu model regresi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Kuasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. apa yang akan dipakai pakai, karena dengan hal itu akan mepermudah penelitian,

Statistik Non-Parametrik. Saptawati Bardosono

BAB III METODE PENELITIAN

Terima hipotesis Tidak membuat kesalahan Kesalahan tipe II Tolak hipotesis Kesalahan tipe I Tidak membuat kesalahan

BAB III METODE PENELITIAN

PENGUJIAN HIPOTESIS 1

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilaksanakan adalah berupa penelitian eksplanasif artinya

PENGUJIAN POLA DISTRIBUSI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. eksperimen semu, maka dilakukan Pre-Tes atau bisa juga dikatakan tes

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Analisis deskripsi dalam penelitian ini membahas mengenai deskripsi

Metode Sampling 6.1. Debrina Puspita Andriani /

PENARIKAN SAMPEL & PENDUGAAN PARAMETER

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

DISTRIBUSI SAMPLING besar

Kucing Peliharaan Rumah Tangga

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian, 3.8) Alat Pengumpulan Data, 3.9) Metode Pengumpulan Data, 3.10)

6 Departemen Statistika FMIPA IPB

POPULASI DAN SAMPLING. MUSLIM, MPH Blog: HP:

BAB 9 PENGGUNAAN STATISTIK NON-PARAMETRIK DALAM PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Menurut Sumaatmadja yang dikutip dari The Liang Gie ( ) suatu

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Penggunaan metode dalam suatu penelitian sangat berpengaruh besar

ESTIMASI. Arna Fariza PENDAHULUAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MODUL TEORI ESTIMASI ATAU MENAKSIR TEORI ESTIMASI ATAU MENAKSIR

BAB III METODE PENELITIAN. Oleh karena itu sesuai dengan judul skripsi ini, penulis menggunakan

HIPOTESIS NOL DAN HIPOTESIS ALTERNATIF

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III Metodologi. Dibawah ini akan dijelaskan teknik pengumpulan data, rumusan model penelitian, dan

UJI CHI KUADRAT Pengujian Hipotesis Deskriptif untuk 1 Sampel

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 8 Bandar

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. yang diperoleh dari pengisian tes dengan menggunakan instrument

BAB III METODE PENELITIAN

Pr { +h =1 = } lim. Suatu fungsi dikatakan h apabila lim =0. Dapat dilihat bahwa besarnya. probabilitas independen dari.

Analisa Frekuensi dan Probabilitas Curah Hujan

BAB III METODE PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan

Kontrak Kuliah Metode Statistika 2

BAB III DESAIN PENELITIAN. Bandung. Variabel bebas atau independent varabel dalam penelitian ini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dikumpulkan, baik berasal dari populasi ataupun sampel tidak dapat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode merupakan cara yang digunakan untuk menemukan jawaban dari

Statistika (MMS-1403)

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui dan menentukan desain penelitian yang akan digunakan. Desain

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode Penelitian merupakan suatu cara dalam melaksanakan suatu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Campbell & Stanley dalam Arikunto (2006 : 84) mengelompokkan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Sidosari Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan pada semester genap Tahun Pelajaran

UJI HOMOGENITAS. Pada dasarnya uji homogenitas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa dua atau lebih

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. melaksanakan penelitian karena akan sangat berguna dalam memperoleh

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang diperoleh diolah dengan menggunakan teknik

LAPORAN PRAKTIKUM STATISTIK ELEMENTER UJI ANALISIS VARIAN DUA ARAH (TWO WAY ANOVA) Dosen Pengampu Dr. Sri Harini, M.Si

LAPORAN STATISTIK ELEMENTER UJI ANALISIS VARIAN SATU ARAH (ANOVA) Dosen pengampu Dr. Sri Harini, M.Si. Oleh Nurul Anggraeni Hidayati NIM.

MINGGU VI UJI CHI SQUARE. Dyah Maharani, Ph.D.

BAB V PENGANTAR PROBABILITAS

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk Penelitian Kuantitatif dengan metode quasi

STUDI KASUS : SIMULASI MODEL PERMINTAAN SUPERMARKET DENGAN TEKNIK MONTECARLO

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah regresi pertama kali diperkenalkan oleh Francis Galton. Menurut Galton,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penulis memberikan batasan tentang: tingkat penguasaan siswa dalam menguasai topik bahasan tentang

Transkripsi:

Uji Eksak Fisher Uji independensi untuk table kategorik 2 X 2 ber dasarkan distribusi pendekatan Chi-Kuadrat hanya cocok untuk ukuran sampel besar. Dengan demikian uji independensi tidak cocok untuk sampel-sampel kecil. Untuk kasus sampel kecil Fisher dan Irwin telah mengembangkan suatu prosedur uji berdasarkan perhitungan probabilitas bersyarat frekuensi sel dengan anggapan jumlah baris (kolom) tetap. Dalam H 0 bebas, dari sebuah distribusi eksak dikatakan bebas dari beberapa parameter yang tidak diketahui, dari frekuensi marginal bersyarat. Ketika diasumsikan Poisson, multinomial, atau independent multinomial sampling kemudian syarat jumlah tepi terpenuhi. Maka berlaku distribusi hipergeometri 1+ 2+ (n n 11 ) (n n +1 n 11 ) ( n n +1) Persamaan ini menunjukkan distribusi dari 4 sel perhitungan dalam table dari hanya satu elemen, n 11. Diberikan total marginal, yang merupakan nilai dari n 11 yang dioeroleh dari perhitungan 3 sel lainnya. Interval nilai peluang untuk n 11 dalam dstribusi ini adalah m_ n 11 m + di mana m_ adalah maksimum (0, n 1+ + n +1 n) dan m + = minimum (n 1+, n +1 ). Asumsi dan Statistik Uji Sumber asumsi yang diperlukan untuk menguji pasangan hipotesis tersebut diatas adalah: 1. Data terdiri dari A buah hasi pengamatan dari populasi pertama, dan B buah hasil pengamatan dari populasi kedua. 2. Kedua sampel bebas dan diambil secara acak. 3. Masing-masing hasil pengamatan dapat digolongkan kedalam salah satu dari dua jenis atau ciri pengamatan yang saling terpisah (exclusive). Jika asumsi ini dipenuhi, dan tabel yang dibuat memenuhi syarat seperti pada tabel yang sebelumnya, statistik uji b yang digunakan. Defenisi statistik b sesuai tabel sebelumnya adalah sebagai berikut, b = banyaknya subjek dengan karakteristik yang di perhatikan (kategori 1) dalam sampel Prosedur Pengambilan Keputusan

Jika kita tetapkan α sebagai taraf signifikasi yang digunakan dalam pengujian, kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut. 1. Uji dua sisi Kesimpulan menolak H 0 di ambil apa bila b B k, karena keterbatasan tabel yang tersedia, nilai α yang dapat digunakan untuk uji dua pihak, hanyalah 0.10, 0.05, 0.02, dan 0,01, karena nilai peluang yang tercantum pada lampiran adalah 0.05, 0.025, 0.01 dan 0.005. Almy (1973) menyelidiki hubungan antara daerah tempat tinggal sejumlah kelompok dengan kelas sosial tertentu di kota-kota besar amerika dan kesatupaduan pendapat dalam pemilihan umum yang diikuti oleh penduduk tersebut. Ia juga mempelajari peran kesatuan pendapat diantara anggota kelompok pada konflik antarkelompok seperti yang sering terjadi menjelang pemilihan umu. Tabel 1.2 memperlihatkan 14 kota besar yang dikelompokkan menurut daerah tempat tinggal kelompok dengan kelas sosial tertentu dan kesatuan pendapat di antara anggota kelompok yang sama pda suatu jejak pendapat tentang pendidikan. Kita sesuaikan data dalam tabel 1.2 dengan simbol yang digunakan pada tabel 1.1 dengan demikian, A=10, B=4, a=1 dan b= 3. Sysrat pertama A B terpenuhi, akan tetapi syarat kedua a/a b/b tidak terpenuhi, karena a/a=1/10 dan b/b=3/4. Untuk memenuhi syarat kedua ini, kolom dalam tabel 1.2 harus dipertukarkan dan diperoleh tabel 1.3 Interpretasi masalah sesuai tabel 1.3 apabila kita menganggap kelompok yang anggotanya tersebar sebagai sampel 1, dan tingginya kesatuan pendapat di antara anggota kelompok yang sama sebagai karakteristik yang diamati. Tabel 1.3 jugamenunjukkan bahwa sampel yang diambil dari pola hunian tersebar berukuran 10 dan sampel yang diambl dari pola hunian berkumpul berukuran 4. Kita ingin tahu apakah kita dapat menyimpulkann bahwa proporsi kota-kota dengan kesatuan pendapat yang tinggi di antara anggota kelompo kelas sosial yang saling berjauhan (tersebar) sama dengan populasi kota-kota dengan kelompo sosial yang berdekatan(berkumpul)? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, pasangan hipotesis berikut dirumuskan.

H 0 ; proporsi kota-kota dengan kesatuan pendapat tinggi sebagai karakteristik yang diperhatikan dalam kedua populasi sama. H 1 ; proporsi kota-kota dengan kesatuan pendapat tinggi dalam populasi pertama tidak sama dengan proporsi serupa dalam populasi kedua. Misalnya kita tetapkan taraf signifikasi α=0.10. nilai kritis dilihat dalam lampiran B dengan A = 10, B=4 dan a=9. Cuplikan tabel ini dapat dilihat pada tabel 1.4. pada kolom peluang 0.05 (α/2), kita peroleh bilangan bulat sebagai nilai kritis B k = 1. Karena b=1= B k berarti kita menolak H 0 pada taraf signifikan 10%. Berdasarkan angka-angka dalam tabel tersebut, kita tidak dapat menolak H 0 dalam signifikasi kurang dari 5%. Sebenarnya, kita dapat menghitung nilai peluang eksak dengan menggunakan fungsi maswsa peluang hipergeometris sebagai berikut. P=p(9,0)+p(9,1)= Nilai peluang kumulatif untuk nilai B k tidak akan lebih besar dari nilai peluang terdapat padaa baris atas tabel lampiran B. untuk kepentingan praktis, kita tidak perlu menghitung nilai p tersebut, sepanjang kesimpulan dapat diambil. Namun demikian, jika perhitungan dilakukan dengan bantuan komputer, nilai p ini dapat diperoleh secara langsung. Kesimpuln menolak H 0 yang diambil pada taraf signifikasi 10% menunjukkan bahwa ada hubungan antara pola hunian dan kesatuan pendapat penduduk. 2. Uji satu sisi Berbeda dengan uji dua pihak, uji satu puhak merujuk nilai kritis B k pada kolom peluang α(bukan α/2). Kesimpulan menolak H 0 juga diambil apabila statistik b kurang atau sama dengan B k. Dalam sebuah studi mengenai pengaruh teknik wawancara yang berbeda terhadap tekanan darah diastolik orang yang diwawancarai, williams dkk. (1975)memperoleh hasil pengamatan yang diberikan dalam tabel 1.5 Dalam salah satu teknik wawancara, orang yang diwawancarai berperan passif. Wawancara berlangsung dengan kartu yang diisi dan dijawab oleh orang yang diwawancarai. Teknik wawancara kedua, pewawancara berinteraksi secara hangat dan bertatap muka dengan orang yang diwawancarai. Pewawancara mengajukan pertanyaan dan memberikan komentar pada saat yang diwawancarai memberikan jawaban. Tekanan darah diastolik diukur pada saat selang waktu satu menit selama wawancara berlangsaung.

Berdasarkan data tesebut, kita akan mengetahui apakah wawancara dengan tatap muka memberikan perubahan yang lebih besar terhadap tekanan darah diastolik? Utyuk menjawab pertanyaan ini. Kita perhatikan tabel 1.5 dan kita dapatkan A=6, B=6, a=6] dan b=1. Kedua persyaratan A B dan a/a b/b terpenuhi, karena a/a=1 dan b/b= 1/6. Kita akan mengambil kesimpulan dengan tingkat keyakinan 99%, yang berarti taraf signifikasi α=0.001 yang digunakan. Cuplikan tabel lampiran B diberikan pada tabel 1.6 Kita mendapatkan nilai kritis B k = 1 pada kolom peluang 0,01. Karena statistik b=1 yang sama dengan nilai kritis, kita menolak hipotesis yang menyatakan bahwa perubahan tekanan darah diastolik sama saja bagi orang yang diwawancarai melalui cara kartu dengan cara tatap muka. Ini berarti tekanan darah diastolik mengalami perubahan yang cukup besar pada wawancara tatap muka(keseluruhan 6 dari 6 mengalami perubahan tekanan darah yang cukup besar), sedangkan wawancara melalui kartu tidak memberoikan perubahan yang besar (hanya 1 dari 6 yang mengalami perubahan tekanan darah yang cukup besar). Contoh Kasus Untuk Uji Eksak : Misalkan, suatu studi telah dilakukan untuk membandingkan efektivitas obat dalam menyembuhkan suatu penyakit darah yang langka. Sebanyak 15 orang pasie yang menderita penyakit itu (yang kira kira sama parahnya) kita gunakan sebagai subjek studi ini. Dari 15 orang ini, 7 orang kita pilih secara acak dan kita beri obat A, sedangkan 8 orang lainnya kita beri obat B. Hasil pengobatan ini rang lainnya kita beri obat B. Hasil pengobatan ini ditunjukkan dalam table di bawah ini. TABEL 1 HASIL PENGOBATAN DENGAN OBAT A DAN OBAT B hasil pengobatan Macam obat Sembuh Tidak Sembuh Jumlah A 4 3 7 B 1 7 8

Jumlah 5 10 15 Berdasarkan data ini kita ingin melkukan uji hipotesis bahwa kedua macam obat iu sama efektifnya dalam menyembuhkan penyakit itu dengan alternatif satu sisi bahwa obat A lebih efektif. Jika sekiranya tidak ada perbedaan antara kedua macam obat itu, maka sampel gabungan dengan 5 orang sembuh dan 10 orang tidak sembuh dapat dipandang sebagai suatu sampel random dari satu populasi. Dengan memandang hasil gabungan ini sendiri sebagai suatu populasi kecil, uji Fisher-Irwin mengajukan pertanyaan, Dapatkah kedua baris table kemungkinan itu dipandang sebagai sampel-sampel yang homogeny dari populasi kecil ini? Dalam melakukan inferensi, kita berpegang pada alas an bahwa fakta yang kuat mendukung kurangnya homogenitas dalam subsample-subsampel itu menunjukkan bahwa kedua obat itu tidak serupa (efektivitasnya). Model subsample-subsampel yang homogeny menganggap bahwa kedua baris table merupakan hasil pembagian secara acak 5 orang sembuh dan 10 orang tidak sembuh menjadi dua kelompok dengan masing-masing 7 orang dan 8 orang. Banyak cara 7 orang dapat dipilih dari 15 orang adalah ( 15 7 ), yng masing-masing memiliki kemungkinan sama akan terjadinya, karena pemilihannya secara acak. Banyak cara dalam memilih 4 dari 5 orang yang sembuh dan memilih 3 dari 10 orang yang tidak sembuh adalah ( 5 10 4 3 ). Sekali pemilihan baris pertama selesai, berarti baris kedua tertentu. Oleh karena itu, probabilitas bersyarat frekuensi sel observasi, jika hasil gabungan diketahui 5 sembuh dan 10 tidak sembuh adalah ; ( 5 4) ( 10 3 ) ( 15 = 5 120 6435 7 ) =0,093 Dengan jumlah baris tertentu (tetap), kita mulai mencari susunan frekuensi sel yang lebih ekstrim, dalam arti susunan-susunan frekuensi itu mendukung hipotesis alternative lebih kuat daripada susunan frekuensi observasi. Dukungan lebih kuat untuk menyimpulkan obat A lebih efektif memerlukan frekuensi yang lebih tinggi dalam sel sudut atas kiri table itu. Satu-satunya susunan yang mungkin adalah seperti yang tertuang dalam Tabel di bawah; dan probabilitas bersyaratny dihitung dengan cara seperti yang telah kita lakukan di atas.

TABEL 2 SUSUNAN YANG LEBIH EKSTRIM DARI TABEL 1 Sembuh Tidak Sembuh Jumlah Obat A 5 2 7 Obat B 0 8 8 Probabilitas bersyarat = ( 5 5)( 10 2 ) ( 15 =0,007 7 ) Andaikan kita pilih tingkat signifikan α=0,15. Untuk menentukan apakah frekuensi sel observasi bertentangan dengan model pembagian menjadi subsample secara random, kita hitung probabilitas frekuensi observasi dan frekuensi yang lebih ekstrim, yakni 0,093 + 0,007 = 0,10. Karena harga ini lebih kecil dari tingkat signifikan yang kita pilih maka hipotetis pembagian secara random ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa (dengan α=0,15 ) kedua obat itu berbeda efektifitasnya, yakni obat A lebih efektif daripada obat B. Jika tingkat signifikan yang kita gunakan 0,05, H 0 tidak ditolak. Ini kelihatan aneh jika mengingat selisih antara proporsi sampel yang sembuh 4/7 = 0,57untuk obat A dan 1/8 = 0,125 untuk obat B cukup besar. Hal ini menjelaskan untuk sampel kecil, seperti 7 dan 8, selisih antara proporsi sampel yang besar dapat terjadi karena kebetulan saja, meskipun proposi populasinya sama. Untuk uji H 0 bahwa tidak ada perbedaan antara efek dua tritmen versus alternative dua sisi,prosedur yang kita jalankan pada dasarnya sama. Tetapi, susunan-susunan yang lebih ekstrim harus diidentifikasi dalam dua sisinya. Untuk melihat hal ini, susunan umum dengan menggunakan jumlah baris dalam Tabel 1 kita sajikan dalam table 3 dibawah ini. TABEL 3. SUSUNAN LEBIH EKSTRIM DENGAN JUMLAH BARIS SAMA DEGAN TABEL 1 sembuh Tidak Sembuh Jumlah Obat A X 7 x 7 Obat B 5 - x 3 + x 8 Jumlah 5 10 15 Selisih proporsi sampel dalam table ini adalah ( x 7 5 x 8 )

Dalam table 1 adalah ( 4 7 1 8 ). Maka susunan yang lebih ekstrim dua sisi dapat diidentifikasi sebagai harga-harga x yang memenuhi x 7 5 x 8 > 4 7 1 8 atau 3 x 7 >5 Kriterium ini dipenuhi oleh table 2 dan table 4 TABEL 4 SUSUNAN LEBIH EKSTRIM DARI TABEL 1 Sembuh Tidak Sembuh Jumlah Obat A 0 7 7 Obat B 5 3 8 Jumlah 5 10 15 Probabilitas yang lebih ekstrim = ( 5 0)( 10 7 ) ( 15 =0,019 7 ) Sehingga probabilitas signifikansi untuk alternative dua-sisi adalah 0,093 + 0,007 + 0,019 = 0,119